Anda di halaman 1dari 8

106 SEMESTA TEKNIKA

Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018


DOI: 10.18196/st.212216
Perbandingan Tebal dan Analisis Kerusakan Perkerasan Lentur Menggunakan
Program KENPAVE dan Metode Asphalt Institute

(Thickness Comparison and Deterioration Analysis of Flexible Pavement using KENPAVE


Program and Asphalt Institute Method)

DIAN SETIAWAN M, ANITA RAHMAWATI, IWAN BAGUS SETIAWAN

ABSTRACT

The mechanistic-empirical method is one of the techniques used in the design of


pavement thickness. Maospati-Sukomoro Road is the primary access to Magetan
City which is traversed by heavy vehicle traffic. This research was conducted with
the objective to design the pavement thickness and to analyse the pavement
performance against fatigue cracking and rutting. Bina Marga 1987 and AASHTO
1993 were used as the empirical method in this research. The results then
investigated with KENPAVE program as the mechanistic method. The calculations
showed that the Bina Marga 1987 produce Nd value of 7,52x105 and Nf value of
5,77x1012 whereas the AASHTO 1993 produce Nd value of 2,12x109 and Nf value
of 1,42x1011. The result indicated that the designed pavement thickness based on the
Bina Marga 1987 method is unable to serve the planned traffic load and will be
damaged if there is no immediate maintenance work. In another side, the designed
pavement thickness based on the AASHTO 1993 method is capable of serving the
planned traffic load.
Keywords: fatigue cracking, flexible pavement, kenpave program, pavement
thickness, rutting

Metode yang biasa digunakan dalam


PENDAHULUAN merencanakan perkerasan adalah metode
mekanis dan empiris. Model mekanis
didasarkan pada fisika dasar dan menentukan
Infrastruktur jalan yang baik dapat menjadi
reaksi perkerasan terhadap beban roda dalam
tulang punggung peningkatan perekonomian
hal tegangan, regangan dan perpindahan.
suatu daerah. Demi tercapainya tingkat
Sedangkan model empiris didasarkan pada
pelayanan, kenyamanan, dan keamanan
respon perkerasan untuk meramalkan umur
pengguna jalan, maka diperlukan perencanaan
penggunaannya berdasarkan kinerja yang
dan perancangan jalan yang matang.
dihasilkan (Khavandi dan Ameri, 2009).
Berkurangnya waktu dan biaya perjalanan serta
Pendekatan berkelanjutan dan rasional dengan
peningkatan keselamatan merupakan hasil akhir
metode mekanis-empiris dapat memberikan
dari sistem jalan yang dirancang dengan baik
solusi yang lebih baik, akurat dan lebih rasional
(Gupta dkk., 2015).
untuk desain jalan (Gupta dkk., 2015).
Perkerasan adalah kerak yang relatif stabil yang
Magetan merupakan sebuah Kabupaten yang
dibangun di atas tanah alami dengan tujuan
terletak di kaki Gunung Lawu tepatnya di
untuk mendukung dan mendistribusikan beban
Provinsi Jawa Timur. Jalan Maospati-
kendaraan dan menyediakan lapis aus yang
Sukomoro merupakan jalan provinsi dan
mencukupi (Ramyashree, 2016). Ruang lingkup
merupakan akses utama untuk masuk ke Kota
utama dalam mendesain sebuah perkerasan
Magetan, Ngawi dan Madiun. Letak kota
jalan adalah meliputi pemilihan bahan
Magetan yang berada di pegunungan
penyusun dan menentukan ketebalan masing-
mendorong wisatawan dari luar kota untuk
masing lapisan guna memastikan bahwa lapisan
berwisata atau sekedar melintas. Keberadaan
perkerasan mampu melindungi tanah dasar dari
jalan yang dibangun untuk menyambungkan
beban kendaraan (Zakaria dkk., 2014).
Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah atau
107
D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018

yang sering disebut masyarakat sekitar “Jalan b. Lapis pondasi atas, sebagai bagian
Tembus” tidak hanya dapat mempersingkat perkerasan yang mendukung lapis
durasi perjalanan yang berimbas, namun di sisi permukaan dan menyebarkan tegangan yang
lain juga berdampak pada meningkatnya terjadi ke lapis pondasi bawah untuk
volume kendaraan di Kota Magetan. selanjutnya disalurkan ke tanah dasar.
Selain itu di Kota Magetan telah banyak berdiri c. Lapis pondasi bawah, sebagai pendukung
pabrik besar seperti Pabrik Kulit, Pabrik Gula perkerasan dalam menyebarkan beban roda
dan Pabrik Tekstil yang memungkinkan kendaraan dan mencegah tanah dasar masuk
kendaraan berat melintasi jalan Maospati- ke lapisan pondasi.
Sukomoro. Kemacetan sering terjadi pada ruas
jalan Maospati-Sukomoro terutama pada hari Metode Bina Marga 1987
libur. Proyek pembangunan jalan “Twin Road”
merupakan proyek yang terealisasi pada akhir Metode bina marga 1987 dalam
tahun 2017 yang digagas oleh `Pemerintah perkembangannya lebih dikenal dengan sebutan
Kabupaten Magetan dengan tujuan untuk metode analisa komponen. Metode ini
mengurai kemacetan di jalan Maospati- merupakan modifikasi dari AASHTO 1972
Sukomoro. Jalan ini dijadikan sebagai lokasi revisi 1981. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penelitian tidak hanya berdasarkan merancang tebal perkerasan ini adalah sebagai
pertimbangan pengamatan tentang kondisi berikut:
volume kendaraan berat yang tinggi, namun a. Lalu lintas, meliputi jumlah jalur, koefisien
juga terkait pentingnya untuk mengevaluasi distribusi kendaraan, angka ekivalen, dan
kinerja jalan yang baru saja diresmikan lalu lintas harian rata-rata.
tersebut.
b. Daya dukung tanah dasar dan CBR.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
merancang tebal perkerasan jalan Maospati- c. Faktor Regional, merupakan keadaan
Sukomoro menggunakan metode Bina Marga lapangan yang meliputi permeabilitas tanah,
1987 dan metode AASHTO 1993. Kemudian drainase, bentuk alinyemen dan presentase
terhadap hasilnya dilakukan analisis regangan kendaraan berat, serta iklim.
tarik dan regangan tekan menggunakan d. Indeks permukaan, merupakan nilai dari
program KENPAVE. Selanjutnya metode tingkat pelayanan lalu lintas meliputi
Asphalt Institute digunakan untuk mengevaluasi kerataan/kehalusan dan kekokohan
kemampuan struktur perkerasan dalam permukaan jalan.
menahan kerusakan retak lelah (fatigue
cracking) dan retak alur (rutting). e. Koefisien kekuatan relatif.
f. Indeks tebal perkerasan, untuk mencari
Perkerasan Lentur nilainya diperlukan plotting dari nilai yang
Menurut Aminsyah (2010), perkerasan lentur telah ditentukan.
terdiri dari agregat sebagai material dan aspal
sebagai pengikat baik dengan atau tanpa bahan Metode AASHTO 1993
tambah. Material pembentuk aspal dicampur
pada suhu yang telah ditentukan sebagaimana Metode AASHTO pertama kali dikenal pada
sesuai dengan jenis aspal yang digunakan. Pada tahun 1972. Metode ini pada awalnya
umumnya komponen penyusun suatu merupakan sebuah penelitian berkelanjutan
perkerasan terdiri dari lapis permukaan, lapis yang dibiayai oleh pemerintah federal
pondasi atas dan lapis pondasi bawah. Lestari (AASHTO, 1993). Metode ini pada dasarnya
(2013) memberikan fungsi dari setiap lapisan merupakan perhitungan dengan metode empiris
tersebut yaitu : dan merupakan metode perancangan tebal
perkerasan yang berkembang di Amerika
a. Lapis permukaan, sebagai bahan perkerasan Serikat. Untuk merancang tebal perkerasan
untuk menahan beban roda kendaraan, menggunakan metode AASHTO 1993,
sebagai pelindung badan jalan dari diperlukan beberapa parameter, diantaranya:
kerusakan akibat cuaca, dan sebagai lapis
aus. a. Structural Number (SN), merupakan fungsi
dari koefisien relatif lapisan serta fungsi dari
koefisien drainase.
108 D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018

b. Lalu lintas, adapun pedoman yang dkk., 2011). Persamaan yang digunakan
digunakan adalah lalu lintas kumulatif adalah sebagai berikut :
selama umur rencana berlangsung. Nilai
Nd = 1,365 x 10−9 x ℇc-4,477 (1)
tersebut diperoleh dengan mengalikan
kumulatif beban gandar standar selama satu
Dimana:
tahun (W18) dengan pertimbangan Nd = Nilai repetisi beban rutting
parameter volume lalu lintas, umur rencana, ℇc = Regangan tekan vertikal pada
serta pertumbuhan lalu lintas. bagian atas lapisan tanah dasar
c. Reliability, merupakan tingkat probabilitas
b. Retak lelah (fatigue cracking), merupakan
keberhasilan dari perkerasan dalam
hubungan dari serangkaian retakan yang
memenuhi fungsi sesuai dengan yang
menimbulkan potongan-potongan kecil tidak
diinginkan. Salah satu fungsi yang dimaksud
beraturan yang terjadi akibat pembebanan
yakni menyediakan layanan tertentu berupa
ulang secara terus menerus (Adlinge &
kinerja (Alsherri dan George, 1988).
Gupta, 2013). Persamaan yang yang
d. Serviceability, merupakan tingkat diberikan oleh The Asphalt Institute untuk
kenyamanan pengguna jalan yang dirasakan mengetahui jumlah repetisi beban
selama melewati jalan tersebut. berdasarkan regangan tarik di bawah lapisan
e. Faktor lingkungan. permukaan adalah sebagai berikut :
Nf = 0,0796 x ℇt-3,291 x EAC-0,854 (2)
Program KENPAVE
Analisis KENPAVE merupakan perangkat Dimana:
lunak yang menggabungkan perkakas fleksibel Nf = Nilai repetisi beban retak lelah
kenlayer dan perkerasan kaku kenslab, dan ℇt = Regangan tarik pada bagian bawah
memungkinkan penggunaan bahan elastis linier, lapis permukaan
nonlinier dan serta sifat viskoelastik untuk EAC = Modulus elastisitas lapis permukaan
lapisan yang berbeda (Loulizi dkk., 2006).
Sebelum KENPAVE dibuat, terdapat empat METODE PENELITIAN
program grafis secara terpisah yakni Layerinp,
Kenlayer, Slabsinp, Kenslab. Bersama program
grafis lainnya keempat program tersebut Penelitian ini mengupas tentang perancangan
dikombinasikan dalam program KENPAVE. tebal perkerasan jalan dengan metode Bina
KENPAVE ditulis dalam bentuk visual basic Marga 1987 dan metode AASHTO 1993,
yang dapat dijalankan pada perangkat lunak dimana hasil perancangan selanjutnya
(Huang, 2004). ditindaklanjuti dengan analisis kerusakan
menggunakan program KENPAVE dan metode
Metode Asphalt Institue Asphalt Institue. Dengan demikian, dapat
diketahui tebal perkerasan rencana dan
Pada umumnya kerusakan suatu perkerasan kemampuan jalan terhadap terjadinya kerusakan
jalan disebabkan oleh beban berlebih kendaraan retak lelah (fatigue cracking) dan retak alur
dan pengaruh cuaca. Jenis kerusakan yang (rutting).
dianalisis dalam penelitian ini adalah retak alur
(rutting) dan retak lelah (fatigue cracking). Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan persamaan dari
metode Asphalt Institute untuk mengetahui Adapun tahapan dalam penelitian ini
jumlah repetisi beban dari rutting dan fatigue ditampilkan pada Gambar 1.
cracking.
Lokasi Penelitian
a. Retak alur (rutting), terjadi akibat deformasi
permanen baik pada lapisan beraspal, Penelitian dilakukan pada Proyek
maupun pada lapis pondasi dan lapisan Pembangunan Jalan “Twin Road” Maospati-
tanah dasar (subgrade) dibawah aksi beban Sukomoro, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
roda lalu lintas yang berulang (Al Khatteb, Proyek ini terbentang sejauh 7,3 km. Lokasi
penelitian ditampilkan pada Gambar 2.
109
D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018

Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan
Data

Olah Data

Perhitungan Tebal Perkerasaan Perhitungan Tebal Perkerasaan


Metode Bina Marga 1987 Metode AASHTO 1993

Evaluasi Tebal Perkerasaan Evaluasi Tebal Perkerasaan Metode


Metode Bina Marga 1987 dengan AASHTO 1993 dengan KENPAVE
KENPAVE

Analisis Kerusakan

Selesai

GAMBAR 1. Bagan Alir Tahapan Penelitian

GAMBAR 2. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Dokumen proyek pembangunan jalan “Twin Road” Magetan, 2016)

sekunder yang didapatkan dari instansi yang


Jenis Data
bersangkutan. Adapun data yang dibutuhkan
Data yang digunakan dalam penelitian ini dalam penelitian ini antara lain:
menggunakan data sekunder proyek
a. Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
pembangunan jalan “Twin Road” Maospati-
Data LHR dalam penelitian ini diperoleh
Sukomoro dari Dinas Pekerjaan Umum
berdasarkan data primer yang dilakukan
Kabupaten Magetan. Data primer yang
dengan pengamatan di lapangan (survei).
diperoleh merupakan hasil pengamatan
Survei lalu lintas dilakukan pada jalan raya
langsung di lapangan untuk mendukung data
110 D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018

Maospati dengan durasi survei 12 jam per dan AASHTO 1993. Selanjutnya dilakukan
hari selama 3 hari. input pada program KENPAVE. Hasil nilai
b. Angka pertumbuhan lalu lintas (i) regangan tarik dan regangan tekan dari output
Angka pertumbuhan lalu lintas diperoleh program KENPAVE ditampilkan pada Tabel 3
dari dokumen proyek Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Magetan yaitu sebesar Analisis Kerusakan Menggunakan Metode
5,9 %. Asphalt Institue
c. Nilai CBR tanah Nilai regangan tarik dan regangan tekan yang
Nilai CBR tanah diperoleh dari dokumen diperoleh dari analisis program KENPAVE
proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten pada Tabel 3 digunakan untuk analisis
Magetan yaitu sebesar 6 %. selanjutnya menggunakan Persamaan 1 dan 2
d. Curah Hujan dari metode Asphalt Institute untuk
Berdasarkan dokumen proyek yang memperoleh nilai repetisi beban terjadinya
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum retak alur/rutting (Nd) dan retak lelah/ fatigue
Kabupaten Magetan, data curah hujan yang cracking (Nf). Hasil perhitungan tersebut
digunakan merupakan data dari Stasiun disajikan pada Tabel 4. Sedangkan pada Tabel 5
Hujan Jejeruk dan Stasiun Hujan Tinap yaitu dapat dilihat hasil perbandingan beban lalu
rata-rata sebesar 115 mm/tahun. lintas rencana dan repetisi beban terjadinya
retak lelah (Nf) dan retak alur (Nd) pada tebal
perkerasan metode Bina Marga 1987 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN metode AASHTO 1993.

TABEL 1. Parameter Data Metode Bina Marga 1987


Metode Bina Marga 1987
Berdasarkan data primer dan sekunder yang Parameter Keterangan
diperoleh, selanjutnya dapat dilakukan
perhitungan tebal perkerasan dengan parameter Umur rencana 20 tahun
hasil yang ditampilkan pada Tabel 1. Hasil Pertumbuhan lalu lintas 5,9 %
Tipe jalan 4 lajur 2 arah
perhitungan tebal perkerasan lentur juga
CBR tanah dasar 6%
disajikan pada Gambar 3.
Daya dukung tanah dasar 5
Lintas ekivalen rencana 580,03
Metode AASHTO 1993 Faktor Regional 1
Berdasarkan parameter yang dibutuhkan dalam
perancangan tebal perkerasan jalan metode TABEL 2. Parameter Data Metode AASHTO 1993
AASHTO, maka diperoleh variabel-variabel
penting tebal perkerasan yang disajikan pada Parameter Keterangan
Tabel 2 dan hasil tebal perkerasan yang Reability 90 %
divisualisasikan pada Gambar 3. Standar deviasi keseluruhan (So) 0,45
W18 1.425.596,92
Analisis Regangan Tarik dan Regangan Tekan ESG = 9.000 Psi
Menggunakan Program KENPAVE Modulus Resilien (Psi) ESB = 18.566,2 Psi
EBS = 33.581,8 Psi
Evaluasi dilakukan berdasarkan data hasil Serviceabiityy atau Indeks
2,2
perhitungan tebal perkerasan yang telah pelayanan (ΔPsi)
direncanakan melalui metode Bina Marga 1987

TABEL 3. Hasil Analisis Regangan Tarik dan Regangan Tekan Menggunakan Program KENPAVE

Nilai Regangan (ℇ)


Tinjauan
Bina Marga 1987 AASHTO 1993
−6
Regangan tarik di bawah lapis permukaan (ℇ t) 2,38 x 10 7,34 x 10−6
Regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah (ℇ c) 5,09 x 10−4 8,64 x 10−5
111
D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018

Perbandingan Hasil diperlukan diantara keduanya. Pada metode


AASHTO 1993, dalam menentukan daya
Hasil analisis perhitungan pada Gambar 3
dukung tanah diwakili atas nilai Modulus
menunjukkan bahwa perancangan tebal
Resillient (MR), sementara itu pada metode
perkerasan menggunakan Metode AASHTO
Bina Marga 1987 parameter daya dukung tanah
1993 menghasilkan tebal lapis permukaan yang
didasarkan atas nilai CBR (%) yang mewakili.
lebih tebal dibandingkan dengan tebal lapis
Selain pada parameter tanah, parameter yang
permukaan yang dihasilkan oleh perhitungan
berbeda adalah diantaranya pada metode Bina
menggunakan Metode Bina Marga 1987. Hal
Marga 1987 yang dalam menentukan tebal
tersebut disebabkan karena analisis yang
perkerasan dipengaruhi oleh nilai Faktor
dilakukan pada Metode AASHTO 1993
Regional (FR), sedangkan dalam metode
cenderung menekankan berada pada lapis
AASHTO 1993 tidak dipengaruhi nilai FR,
permukaan saja (Ferdian, 2008).
namun dipengaruhi oleh nilai koefisien
Perbedaan nilai tebal perkerasan yang drainase. Nilai FR tersebut didasarkan atas
dihasilkan oleh kedua metode tersebut turut kondisi curah hujan, kelandaian, dan jumlah
dipengaruhi oleh perbedaan parameter yang persentase kendaraan berat yang melintas.

TABEL 4. Hasil Analisis Repetisi Beban Retak Lelah (Nf) dan


Retak Alur (Nd) Menggunakan Metode Asphalt Institute
Nilai Regangan (ℇ) Analisis Kerusakan
Tinjauan
Bina Marga 1987 AASHTO 1993 Bina Marga 1987 AASHTO 1993
Regangan tarik di bawah Nf = 1,42 x
lapis permukaan (ℇ t) 2,38 x 10−6 7,34 x 10−6 Nf = 5,77 x 1012
1011
Regangan tekan di bawah
lapis pondasi bawah (ℇ c) 5,09 x 10−4 8,64 x 10−5 Nd =7,52 x 105 Nd = 2,12 x 109

TABEL 5. Hasil Perbandingan Beban Lalu Lintas Rencana dan


Repetisi Beban Retak Lelah (Nf) dan Retak Alur (Nd)
Beban Lalu Repetisi Beban Terjadinya
Metode Lintas Keretakan Analisis Beban
Rencana Nf Nd
Nf Memenuhi, Nd Tidak
Bina Marga 1987 1,42 x 106 5,77 x 1012 7,52 x 105
Memenuhi
AASHTO 1993 1,42 x 106 1,42 x 1011 2,12 x 109 Nf dan Nd Memenuhi

GAMBAR 3. Susunan tebal perkerasan metode


bina marga 1987 dan AASHTO 1993
112 D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada metode Bina AASHTO. (1993). Guide for Design of
Marga 1987, repetisi beban terjadinya retak Pavement Structures, Washington
lelah (Nf) ialah sebesar 5,77x1012, artinya nilai DC, American Association of State
Nf tersebut memenuhi persyaratan atau lebih Highway and Transportation
besar dari beban lalu lintas rencana yang Officials.
dipersyaratkan (1,42x106). Selanjutnya pada
Abdillah, S. H., Paransa, M. J., Jansen, F. &
metode yang sama, repetisi beban terjadinya
Manoppo, M. R. (2013). Studi
retak alur (Nd) ialah sebesar 7,52x105, artinya
Pengaruh Pengambilan Angka
nilai Nd tersebut tidak memenuhi persyaratan
Ekivalen Beban Kendaraan pada
atau lebih kecil dari beban lalu lintas rencana
Perhitungan Tebal Perkerasan
yang dipersyaratkan (1,42x106).
Fleksibel di Jalan Manado–Bitung.
Sedangkan pada metode AASHTO 1993, Jurnal Sipil Statik, 1(7).
repetisi beban terjadinya retak lelah (Nf) ialah
Adlinge, S. S. & Gupta, A. K. (2013).
sebesar 1,42x1011, artinya nilai Nf tersebut
Pavement Deterioration and Its
memenuhi persyaratan atau lebih besar dari
Causes. International Journal of
beban lalu lintas rencana yang dipersyaratkan
Innovative Research and
(1,42x106). Dengan kata lain, kerusakan retak
Development, 2(4), 437-450.
lelah akan terjadi pada saat jalan telah
memenuhi beban lalu lintas rencana. Al-Khateeb, L. A., Saoud, A. & Al-Msouti, M.
Selanjutnya pada metode yang sama, repetisi F. (2011). Rutting Prediction of
beban terjadinya retak alur (Nd) ialah 2,12x109, Flexible Pavements Using Finite
artinya nilai Nd tersebut memenuhi persyaratan Element Modeling. Jordan Journal of
atau lebih besar dari beban lalu lintas rencana Civil Engineering, 5(2), 173-190.
yang dipersyaratkan (1,42x106). Dengan kata
Alsherri, A. & George, K. P. (1988). Reliability
lain, kerusakan retak alur akan terjadi pada saat
Model for Pavement Performance.
jalan telah memenuhi beban lalu lintas rencana.
Journal of Transportation
Engineering, 114(3), 294-306.
KESIMPULAN
Ameri, M. & Khavandi, A. (2009).
Development of Mechanistic-
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Empirical Flexible Pavement Design
dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan in Iran. Journal of Applied Sciences,
sebagai berikut: 9(2), 354-359.
a. Perancangan tebal perkerasan menggunakan Aminsyah, M. (2010). Pengaruh Kepipihan dan
Metode AASHTO 1993 menghasilkan tebal Kelonjongan Agregat Terhadap
lapis permukaan yang lebih tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya. Jurnal
dibandingkan dengan tebal lapis permukaan Rekayasa Sipil, 6(1), 23-36.
yang dihasilkan oleh perhitungan
Atkins, H. N. (2003). Higway Materials, Soils,
menggunakan Metode Bina Marga 1987.
and Concretes, Fourth edition, New
b. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada Jersey: The Clarinda Company.
tebal perkerasan lentur hasil perhitungan
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Geometri
metode Bina Marga 1987, kerusakan retak
Jalan Perkotaan (RSNI T–14-2004),
lelah akan terjadi pada saat jalan telah
Jakarta.
mencapai beban lalu lintas rencana.
Sebaliknya, kerusakan retak alur akan terjadi Binamarga. (1987). Metode Analisa Komponen,
pada saat jalan belum mencapai beban Jakarta.
lalulintas rencana. Sedangkan pada tebal Binamarga. (2013). Manual Desain Perkerasan
perkerasan lentur hasil perhitungan metode Jalan dengan Alat Benkelman Beam,
AASHTO 1993, disimpulkan bahwa Jakarta.
kerusakan retak lelah maupun retak alur
akan terjadi pada saat jalan telah mencapai Dinata, D. I., Rahmawati, A. & Setiawan, D. M.
beban lalu lintas rencana. (2017). Evaluasi Tebal Perkerasan
Lentur dengan Metode Analisa
DAFTAR PUSTAKA Komponen dari Bina Marga 1987 dan
Metode AASHTO 1993
113
D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018

Menggunakan Program KENPAVE Soil by Using KENPAVE Software.


(Studi Kasus: Jalan Karangmojo- International Journal of Engineering
Semin Sta 0+000 sampai Sta 4+050). Science, 6(10), 2729-2732.
Jurnal Semesta Teknika, 20(1), 8-19.
Simanjuntak, I. (2014). Evaluasi Tebal Lapis
Ferdian, T., Prasasya, A., Subagio, B. S. & Perkerasan Lentur Manual Desain
Hendarto, S. (2008). Analisis Struktur Perkerasan Jalan No.
Perkerasan Lentur Menggunakan 22.2/KPTS/Db/2012 dengan
Program Everseries dan Metoda Menggunakan Program KENPAVE.
AASHTO 1993 Studi kasus: Jalan Tol Jurnal Teknik Sipil, 3(2), 1-10.
Jakarta-Cikampek. Journal of Civil
Subagio, B. S., Karsaman, R. H. & Nurwaida, I.
Engineering, 15(3), 133-142.
W. (2003). Analisis Struktur
Gupta, A., Kumar, P. & Rastogi, R. (2015). Perkerasan Multi-Layer
Mechanistic–Empirical Approach for Menggunakan Program Komputer
Design of Low Volume Pavements. ELMOD Studi Kasus: Jalan Tol
International Journal of Pavement Jakarta-Cikampek. Journal of Civil
Engineering, 16(9), 797-808. Engineering, 10(3), 109-120.
Hardiyatmo, C. H. (2009). Perancangan Sukirman, S. (1999). Perkerasan Lentur Jalan
Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Raya, Bandung: Penerbit Nova.
Tanah, Edisi Kedua, Yogyakarta:
The Asphalt Institute. (1999). Asphalt
Gadjah Mada University Press.
Pavements for Highway & Streets
Huang, Y. H. (2004). Pavements Analysis and Manual Series No.1 (MS-1). 9th
Design, University of Kentucky, New Edition. Lexington.
Jersey, U.S.A: Prentice Hall.
Zakaria, N. M., Yusoff, N. I. M., Hardwiyono,
Lestari, I. G. A. I. (2013). Perbandingan S., Mohd Nayan, K. A. & El-Shafie,
Perkerasan Kaku dan Perkerasan A. (2014). Measurements of The
Lentur. Jurnal Transportasi, 7(1), Stiffness and Thickness of The
133-134. Pavement Asphalt Layer Using The
Enhanced Resonance Search Method.
Loulizi, A., Al-Qadi, I. L. & Elseifi, M. (2006).
The Scientific World Journal, 1-8.
Difference Between In-Situ Flexible
Pavement Measured and Calculated
PENULIS:
Stresses and Strains. Journal of
Transportation Engineering, 132(7),
574-579. Dian Setiawan M
Putri, C. K. (2014). Prediksi Nilai Kerusakan Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Perkerasan Lentur dengan Metode Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Mekanistik-Empirik (Studi Kasus: Kabupaten Bantul, DIY.
Rekonstruksi JL. Arteri Selatan):
Email: diansetiawanm@ft.umy.ac.id
Tesis Magister Sistem dan Teknik
Transportasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Anita Rahmawati
Ramadhan, M. E. (2017). Evaluasi Perancangan Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Tebal Perkerasan Jalan dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Metode Analisa Komponen dan Kabupaten Bantul, DIY.
Metode Austroads Menggunakan Email: anita_ygy@yahoo.com
Program KENPAVE (Studi Kasus
Jalan Palbapang-Simpang Kweden
STA 0+000–STA 2+650 dan Jalan Iwan Bagus Setiawan
Bakulan–Barongan STA 0+000–STA Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
3+198). Universitas Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta, Yogyakarta. Kabupaten Bantul, DIY.
Ramyashree, P. H. (2016). Analysis on Email: bagussetiawaniwan@gmail.com
Performance of Terrazyme Stabilized

Anda mungkin juga menyukai