ABSTRACT
yang sering disebut masyarakat sekitar “Jalan b. Lapis pondasi atas, sebagai bagian
Tembus” tidak hanya dapat mempersingkat perkerasan yang mendukung lapis
durasi perjalanan yang berimbas, namun di sisi permukaan dan menyebarkan tegangan yang
lain juga berdampak pada meningkatnya terjadi ke lapis pondasi bawah untuk
volume kendaraan di Kota Magetan. selanjutnya disalurkan ke tanah dasar.
Selain itu di Kota Magetan telah banyak berdiri c. Lapis pondasi bawah, sebagai pendukung
pabrik besar seperti Pabrik Kulit, Pabrik Gula perkerasan dalam menyebarkan beban roda
dan Pabrik Tekstil yang memungkinkan kendaraan dan mencegah tanah dasar masuk
kendaraan berat melintasi jalan Maospati- ke lapisan pondasi.
Sukomoro. Kemacetan sering terjadi pada ruas
jalan Maospati-Sukomoro terutama pada hari Metode Bina Marga 1987
libur. Proyek pembangunan jalan “Twin Road”
merupakan proyek yang terealisasi pada akhir Metode bina marga 1987 dalam
tahun 2017 yang digagas oleh `Pemerintah perkembangannya lebih dikenal dengan sebutan
Kabupaten Magetan dengan tujuan untuk metode analisa komponen. Metode ini
mengurai kemacetan di jalan Maospati- merupakan modifikasi dari AASHTO 1972
Sukomoro. Jalan ini dijadikan sebagai lokasi revisi 1981. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penelitian tidak hanya berdasarkan merancang tebal perkerasan ini adalah sebagai
pertimbangan pengamatan tentang kondisi berikut:
volume kendaraan berat yang tinggi, namun a. Lalu lintas, meliputi jumlah jalur, koefisien
juga terkait pentingnya untuk mengevaluasi distribusi kendaraan, angka ekivalen, dan
kinerja jalan yang baru saja diresmikan lalu lintas harian rata-rata.
tersebut.
b. Daya dukung tanah dasar dan CBR.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
merancang tebal perkerasan jalan Maospati- c. Faktor Regional, merupakan keadaan
Sukomoro menggunakan metode Bina Marga lapangan yang meliputi permeabilitas tanah,
1987 dan metode AASHTO 1993. Kemudian drainase, bentuk alinyemen dan presentase
terhadap hasilnya dilakukan analisis regangan kendaraan berat, serta iklim.
tarik dan regangan tekan menggunakan d. Indeks permukaan, merupakan nilai dari
program KENPAVE. Selanjutnya metode tingkat pelayanan lalu lintas meliputi
Asphalt Institute digunakan untuk mengevaluasi kerataan/kehalusan dan kekokohan
kemampuan struktur perkerasan dalam permukaan jalan.
menahan kerusakan retak lelah (fatigue
cracking) dan retak alur (rutting). e. Koefisien kekuatan relatif.
f. Indeks tebal perkerasan, untuk mencari
Perkerasan Lentur nilainya diperlukan plotting dari nilai yang
Menurut Aminsyah (2010), perkerasan lentur telah ditentukan.
terdiri dari agregat sebagai material dan aspal
sebagai pengikat baik dengan atau tanpa bahan Metode AASHTO 1993
tambah. Material pembentuk aspal dicampur
pada suhu yang telah ditentukan sebagaimana Metode AASHTO pertama kali dikenal pada
sesuai dengan jenis aspal yang digunakan. Pada tahun 1972. Metode ini pada awalnya
umumnya komponen penyusun suatu merupakan sebuah penelitian berkelanjutan
perkerasan terdiri dari lapis permukaan, lapis yang dibiayai oleh pemerintah federal
pondasi atas dan lapis pondasi bawah. Lestari (AASHTO, 1993). Metode ini pada dasarnya
(2013) memberikan fungsi dari setiap lapisan merupakan perhitungan dengan metode empiris
tersebut yaitu : dan merupakan metode perancangan tebal
perkerasan yang berkembang di Amerika
a. Lapis permukaan, sebagai bahan perkerasan Serikat. Untuk merancang tebal perkerasan
untuk menahan beban roda kendaraan, menggunakan metode AASHTO 1993,
sebagai pelindung badan jalan dari diperlukan beberapa parameter, diantaranya:
kerusakan akibat cuaca, dan sebagai lapis
aus. a. Structural Number (SN), merupakan fungsi
dari koefisien relatif lapisan serta fungsi dari
koefisien drainase.
108 D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018
b. Lalu lintas, adapun pedoman yang dkk., 2011). Persamaan yang digunakan
digunakan adalah lalu lintas kumulatif adalah sebagai berikut :
selama umur rencana berlangsung. Nilai
Nd = 1,365 x 10−9 x ℇc-4,477 (1)
tersebut diperoleh dengan mengalikan
kumulatif beban gandar standar selama satu
Dimana:
tahun (W18) dengan pertimbangan Nd = Nilai repetisi beban rutting
parameter volume lalu lintas, umur rencana, ℇc = Regangan tekan vertikal pada
serta pertumbuhan lalu lintas. bagian atas lapisan tanah dasar
c. Reliability, merupakan tingkat probabilitas
b. Retak lelah (fatigue cracking), merupakan
keberhasilan dari perkerasan dalam
hubungan dari serangkaian retakan yang
memenuhi fungsi sesuai dengan yang
menimbulkan potongan-potongan kecil tidak
diinginkan. Salah satu fungsi yang dimaksud
beraturan yang terjadi akibat pembebanan
yakni menyediakan layanan tertentu berupa
ulang secara terus menerus (Adlinge &
kinerja (Alsherri dan George, 1988).
Gupta, 2013). Persamaan yang yang
d. Serviceability, merupakan tingkat diberikan oleh The Asphalt Institute untuk
kenyamanan pengguna jalan yang dirasakan mengetahui jumlah repetisi beban
selama melewati jalan tersebut. berdasarkan regangan tarik di bawah lapisan
e. Faktor lingkungan. permukaan adalah sebagai berikut :
Nf = 0,0796 x ℇt-3,291 x EAC-0,854 (2)
Program KENPAVE
Analisis KENPAVE merupakan perangkat Dimana:
lunak yang menggabungkan perkakas fleksibel Nf = Nilai repetisi beban retak lelah
kenlayer dan perkerasan kaku kenslab, dan ℇt = Regangan tarik pada bagian bawah
memungkinkan penggunaan bahan elastis linier, lapis permukaan
nonlinier dan serta sifat viskoelastik untuk EAC = Modulus elastisitas lapis permukaan
lapisan yang berbeda (Loulizi dkk., 2006).
Sebelum KENPAVE dibuat, terdapat empat METODE PENELITIAN
program grafis secara terpisah yakni Layerinp,
Kenlayer, Slabsinp, Kenslab. Bersama program
grafis lainnya keempat program tersebut Penelitian ini mengupas tentang perancangan
dikombinasikan dalam program KENPAVE. tebal perkerasan jalan dengan metode Bina
KENPAVE ditulis dalam bentuk visual basic Marga 1987 dan metode AASHTO 1993,
yang dapat dijalankan pada perangkat lunak dimana hasil perancangan selanjutnya
(Huang, 2004). ditindaklanjuti dengan analisis kerusakan
menggunakan program KENPAVE dan metode
Metode Asphalt Institue Asphalt Institue. Dengan demikian, dapat
diketahui tebal perkerasan rencana dan
Pada umumnya kerusakan suatu perkerasan kemampuan jalan terhadap terjadinya kerusakan
jalan disebabkan oleh beban berlebih kendaraan retak lelah (fatigue cracking) dan retak alur
dan pengaruh cuaca. Jenis kerusakan yang (rutting).
dianalisis dalam penelitian ini adalah retak alur
(rutting) dan retak lelah (fatigue cracking). Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan persamaan dari
metode Asphalt Institute untuk mengetahui Adapun tahapan dalam penelitian ini
jumlah repetisi beban dari rutting dan fatigue ditampilkan pada Gambar 1.
cracking.
Lokasi Penelitian
a. Retak alur (rutting), terjadi akibat deformasi
permanen baik pada lapisan beraspal, Penelitian dilakukan pada Proyek
maupun pada lapis pondasi dan lapisan Pembangunan Jalan “Twin Road” Maospati-
tanah dasar (subgrade) dibawah aksi beban Sukomoro, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
roda lalu lintas yang berulang (Al Khatteb, Proyek ini terbentang sejauh 7,3 km. Lokasi
penelitian ditampilkan pada Gambar 2.
109
D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan
Data
Olah Data
Analisis Kerusakan
Selesai
GAMBAR 2. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Dokumen proyek pembangunan jalan “Twin Road” Magetan, 2016)
Maospati dengan durasi survei 12 jam per dan AASHTO 1993. Selanjutnya dilakukan
hari selama 3 hari. input pada program KENPAVE. Hasil nilai
b. Angka pertumbuhan lalu lintas (i) regangan tarik dan regangan tekan dari output
Angka pertumbuhan lalu lintas diperoleh program KENPAVE ditampilkan pada Tabel 3
dari dokumen proyek Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Magetan yaitu sebesar Analisis Kerusakan Menggunakan Metode
5,9 %. Asphalt Institue
c. Nilai CBR tanah Nilai regangan tarik dan regangan tekan yang
Nilai CBR tanah diperoleh dari dokumen diperoleh dari analisis program KENPAVE
proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten pada Tabel 3 digunakan untuk analisis
Magetan yaitu sebesar 6 %. selanjutnya menggunakan Persamaan 1 dan 2
d. Curah Hujan dari metode Asphalt Institute untuk
Berdasarkan dokumen proyek yang memperoleh nilai repetisi beban terjadinya
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum retak alur/rutting (Nd) dan retak lelah/ fatigue
Kabupaten Magetan, data curah hujan yang cracking (Nf). Hasil perhitungan tersebut
digunakan merupakan data dari Stasiun disajikan pada Tabel 4. Sedangkan pada Tabel 5
Hujan Jejeruk dan Stasiun Hujan Tinap yaitu dapat dilihat hasil perbandingan beban lalu
rata-rata sebesar 115 mm/tahun. lintas rencana dan repetisi beban terjadinya
retak lelah (Nf) dan retak alur (Nd) pada tebal
perkerasan metode Bina Marga 1987 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN metode AASHTO 1993.
TABEL 3. Hasil Analisis Regangan Tarik dan Regangan Tekan Menggunakan Program KENPAVE
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada metode Bina AASHTO. (1993). Guide for Design of
Marga 1987, repetisi beban terjadinya retak Pavement Structures, Washington
lelah (Nf) ialah sebesar 5,77x1012, artinya nilai DC, American Association of State
Nf tersebut memenuhi persyaratan atau lebih Highway and Transportation
besar dari beban lalu lintas rencana yang Officials.
dipersyaratkan (1,42x106). Selanjutnya pada
Abdillah, S. H., Paransa, M. J., Jansen, F. &
metode yang sama, repetisi beban terjadinya
Manoppo, M. R. (2013). Studi
retak alur (Nd) ialah sebesar 7,52x105, artinya
Pengaruh Pengambilan Angka
nilai Nd tersebut tidak memenuhi persyaratan
Ekivalen Beban Kendaraan pada
atau lebih kecil dari beban lalu lintas rencana
Perhitungan Tebal Perkerasan
yang dipersyaratkan (1,42x106).
Fleksibel di Jalan Manado–Bitung.
Sedangkan pada metode AASHTO 1993, Jurnal Sipil Statik, 1(7).
repetisi beban terjadinya retak lelah (Nf) ialah
Adlinge, S. S. & Gupta, A. K. (2013).
sebesar 1,42x1011, artinya nilai Nf tersebut
Pavement Deterioration and Its
memenuhi persyaratan atau lebih besar dari
Causes. International Journal of
beban lalu lintas rencana yang dipersyaratkan
Innovative Research and
(1,42x106). Dengan kata lain, kerusakan retak
Development, 2(4), 437-450.
lelah akan terjadi pada saat jalan telah
memenuhi beban lalu lintas rencana. Al-Khateeb, L. A., Saoud, A. & Al-Msouti, M.
Selanjutnya pada metode yang sama, repetisi F. (2011). Rutting Prediction of
beban terjadinya retak alur (Nd) ialah 2,12x109, Flexible Pavements Using Finite
artinya nilai Nd tersebut memenuhi persyaratan Element Modeling. Jordan Journal of
atau lebih besar dari beban lalu lintas rencana Civil Engineering, 5(2), 173-190.
yang dipersyaratkan (1,42x106). Dengan kata
Alsherri, A. & George, K. P. (1988). Reliability
lain, kerusakan retak alur akan terjadi pada saat
Model for Pavement Performance.
jalan telah memenuhi beban lalu lintas rencana.
Journal of Transportation
Engineering, 114(3), 294-306.
KESIMPULAN
Ameri, M. & Khavandi, A. (2009).
Development of Mechanistic-
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Empirical Flexible Pavement Design
dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan in Iran. Journal of Applied Sciences,
sebagai berikut: 9(2), 354-359.
a. Perancangan tebal perkerasan menggunakan Aminsyah, M. (2010). Pengaruh Kepipihan dan
Metode AASHTO 1993 menghasilkan tebal Kelonjongan Agregat Terhadap
lapis permukaan yang lebih tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya. Jurnal
dibandingkan dengan tebal lapis permukaan Rekayasa Sipil, 6(1), 23-36.
yang dihasilkan oleh perhitungan
Atkins, H. N. (2003). Higway Materials, Soils,
menggunakan Metode Bina Marga 1987.
and Concretes, Fourth edition, New
b. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada Jersey: The Clarinda Company.
tebal perkerasan lentur hasil perhitungan
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Geometri
metode Bina Marga 1987, kerusakan retak
Jalan Perkotaan (RSNI T–14-2004),
lelah akan terjadi pada saat jalan telah
Jakarta.
mencapai beban lalu lintas rencana.
Sebaliknya, kerusakan retak alur akan terjadi Binamarga. (1987). Metode Analisa Komponen,
pada saat jalan belum mencapai beban Jakarta.
lalulintas rencana. Sedangkan pada tebal Binamarga. (2013). Manual Desain Perkerasan
perkerasan lentur hasil perhitungan metode Jalan dengan Alat Benkelman Beam,
AASHTO 1993, disimpulkan bahwa Jakarta.
kerusakan retak lelah maupun retak alur
akan terjadi pada saat jalan telah mencapai Dinata, D. I., Rahmawati, A. & Setiawan, D. M.
beban lalu lintas rencana. (2017). Evaluasi Tebal Perkerasan
Lentur dengan Metode Analisa
DAFTAR PUSTAKA Komponen dari Bina Marga 1987 dan
Metode AASHTO 1993
113
D. Setiawan M, et al./Semesta Teknika, Vol. 21, No. 2, 106-113, November 2018