Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL AUDIT, CONTOH KASUS, DAN OPINI

Di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan

Oleh :
FEBY MELINDA
184442108
Dosen Pengampu :
MELVIN RAHMA SAYUGA SUBROTO, S.Pd., M.Acc

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA
2021
DPR Serahkan Hasil Audit Investigatif BPK Tentang Pelindo II
kepada Menteri Erick Thohir

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II tanggal 22 Februari 2012, meluncurkan


identitas baru Pelindo II dalam bertransformasi menjadi IPC ( Indonesia Port Corporation ),
dengan semangat menjadikan perusahaan penyedia layanan kepelabuhanan di Indonesia yang
lebih efisien dan modern menjadi operator pelabuhan berkelas dunia. PT Pelabuhan Indonesia II
(Persero) atau IPC sebagai operator pelabuhan terbesar di Indonesia memiliki 17 (tujuh belas) anak
perusahaan dan perusahaan afiliasi juga memiliki 12 (dua belas) cabang pelabuhan yang tersebar
di wilayah bagian barat Indonesia, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Sunda Kelapa, Palembang,
Pontianak, Teluk Bayur, Banten, Bengkulu, Panjang, Cirebon, Jambi, Pangkal Balam dan Tanjung
Pandan.
Permasalahan muncul pada saat PT Pelindo II mengadakan adanya perpanjangan kerja
sama pengelolaan dan pengoperasian pelabuhan PT Jakarta International Container Terminal
(JICT) antara PT Pelindo II dan PT Hutchinson Port Holding (HPH). Nah, kerjasama inilah yang
setelah diaudit BPK berindikasi merugikan negara sebesar Rp 4,08 triliun. Kerugian tersebut
berasal dari kekurangan upfront fee yang seharusnya diterima oleh PT Pelindo II dari perpanjangan
perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian PT JICT.
Dari hasil penyelidikian, Anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka menyerahkan hasil laporan
audit investigatif Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang Pelindo II kepada Menteri BUMN
Erick Thohir saat rapat rapat Komisi VI DPR RI. Terungkap dalam audit investigatif BPK tentang
Pelindo II tersebut tercantum pelanggaran Undang-Undang dan indikasi kerugian negara kasus
perpanjangan kontrak JICT-Koja kepada Hutchison, kasus pembangunan pelabuhan New Kalibaru
(NPCT-1) dan kasus Global Bond Pelindo II.
Proses audit sendiri ini BPK tidak bisa bekerja sendirian. Mereka membutuhkan tenaga
ahli untuk menjawab persoalan teknis. Karena sebelumnya Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) menemukan lagi dugaan korupsi terhadap pengadaan Quay Container
Crane. Artinya yang melakukan perhitungan BPK dan [Aparat Penegak Hukum] yang cari dan
hadirkan. Berdasarkan perhitungan dari 4 laporan Pelindo II yang telah diaudit oleh BPK, kerugian
negara dalam kasus Pelindo II mencapai Rp 15 triliun, dari laporan hasil pemeriksaan terkait
perpanjangan kontrak JICT-Koja kepada Hutchison, pembangunan pelabuhan New Kalibaru
(NPCT-1) dan Global Bond Pelindo II.
Indikasinya dari temuan Pansus dan BPK ada pihak-pihak yang dianggap bisa bertanggung
jawab untuk sementara. Entah itu pihak manajemen ataupun pihak Kementerian terkait. Dan
tangung jawab auditor untuk menyatakan suatau opini laporan keuangan berdasarkan audit juga
upaya penegakan hukum.

OPINI
Menurut metodologi internal audit, seorang auditor dapat melakukan pengujian atau
pemeriksaan beberapa hal yang berkaitan dengan subjek auditnya atau prosedur kerja dan
organisasi dimana kecurangan diduga terjadi dan orang yang bersangkutan.
Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-
jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam catatan laporan hasil audit disebutkan bahwa kerugian
negara kasus kontrak JICT kepada Hutchison mencapai Rp 4,08 triliun. Sementara kasus kontrak
Koja mencapai Rp1,86 triliun dan dilakukan tanpa valuasi. Selain itu kasus pembangunan New
Kalibaru tahap 1 (NPCT-1) kerugian negaranya mencapai Rp 1 triliun dengan potensi gagal
konstruksi dan kerugian total loss Rp 7 triliun. Terakhir kasus Global Bond Pelindo II kerugian
negara mencapai Rp 741 milyar. Sehingga total kerugian negara dalam kasus Pelindo II mencapai
Rp 15 triliun.
Menurut pendapat saya, karena dampak hal yang teruraikan di atas, laporan yang saya
lampirkan menyajikan secara Tidak Wajar dalam hal posisi keuangan. Karena adanya
penyimpangan dengan dugaan fraud atau kejahatan di bidang kepelabuhanan seperti JICT Pelindo
II, dan kerugian negara yang cukup besar jumlahnya.
REFERENSI

Adinda Putri, Cantika. 07 January 2020. Temuan BPK di Pelindo II: Kerugian Negara
Capai Rp 6 T!.CNBC Indonesia.Jakarta
(https://www.cnbcindonesia.com/news/20200107181205-4-128368/temuan-bpk-di-pelindo-ii-
kerugian-negara-capai-rp-6-t)

Agus Sahbani/ANT. 17 July 2017. Pansus Pelindo II: Belum Diketahui Pihak yang
Bertanggung Jawab atas Kerugian JICT. HukumOnline.Com
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt596cab3b9e6b6/pansus-pelindo-ii--belum-
diketahui-pihak-yang-bertanggung-jawab-atas-kerugian-jict/

CNN Indonesia. 07 Januari 2020. BPK Serahkan Hasil Audit Pelindo II ke KPK Akhir
Januari.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200107171756-12-463209/bpk-serahkan-hasil-audit-
pelindo-ii-ke-kpk-akhir-januari

JPNN.com , 04 Desember 2019. DPR Serahkan Hasil Audit Investigatif BPK Tentang
Pelindo II kepada Menteri Erick Thohir.
(https://www.jpnn.com/news/dpr-serahkan-hasil-audit-investigatif-bpk-tentang-pelindo-ii-
kepada-menteri-erick-thohir)

Koran BUMN. 28 Februari 2020. PT PELABUHAN INDONESIA II (Pelindo II). Redaksi


(https://koranbumn.com/2017/12/pt-pelabuhan-indonesia-ii-pelindo-ii/)

Anda mungkin juga menyukai