PEJABAT
KEMENDES
DAN AUDITOR
BPK
KASUS MENYANGKUT
STANDAR AUDIT 620
Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi ( Kemendes PDTT) Sugito dan Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan
Inspektorat Kemendes, Jarot Budi Prabowo dituntut pidana masing-masing dua tahun
penjara, dikurangi masa tahanan.
Tuntutan tersebut dibacakan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi dalam persidangan
kasus dugaan suap pada pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan
Pemeriksa Keuangan ( BPK) RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun
2016, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Seperti diketahui, dalam perkara ini, Inspektur Jenderal Kemendes Sugito, didakwa
KRONOLO menyuap Rochmadi Saptogiri selaku Auditor Utama Keuangan Negara III Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Ali Sadli, selaku Kepala Sub Auditorat III Auditorat
Sugito yang didakwa bersama-sama Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan Itjen
Kemendes, Jarot Budi Prabowo, diduga memberikan uang Rp 240 juta kepada dua
pejabat BPK tersebut. Menurut jaksa, uang Rp 240 juta itu diduga diberikan dengan
maksud agar Rochmadi menentukan opini WTP terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes tahun anggaran 2016. Selain itu, suap
tersebut diduga untuk menutupi temuan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas
Laporan Keuangan Kemendes pada 2015 dan Semester I 2016, sebesar Rp 550 miliar.
Tanggung jawab
auditor terhadap
opini audit
Dalam kasus yang kelompok kami ambil kali ini yaitu
terkait dengan penyuapan terhadap auditor BPK oleh
Pejabat Kemendes PDTT untuk dapat memperoleh
opini wajar tanpa pengecualian.
Tentu dalam standar profesi dari seorang auditor
sudah dijelaskan bahwa auditor semestinya menjaga
independensinya dan juga memperhatikan
objektivitas dari pekerjaanya. Dalam kasus ini sendiri
dapat dilihat bahwa auditor yang disuap untuk sebuah
opini wajar tanpa pengecualian tentu sudah sangat
bertentangan dengan standar dari seorang auditor
tersebut.
ANALISA KASUS MENYANGUT SA 620