Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siska Eva Nora

Nim : 190200412

Tugas Kasus Pelanggaran Etika Profesi


Auditor Ditangkap KPK, BPK Buka Peluang Audit Ulang Kemendes

Kasus :
Auditor BPK Ali Sadli (ALS) yang jadi tersangka kasus dugaan penerimaan suap
pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) di laporan keuangan Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) tahun anggaran 2016 keluar dari
gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) Bahrullah Akbar menyatakan ada kemungkinan pihaknya mengaudit ulang untuk
mengeluarkan pernyataan resmi terkait pengelolaan keuangan di Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Hal itu disampaikan
Bahrullah saat ditanyai awak media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. KPK menemukan
dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh
BPK RI terhadap Kemendes PDTT. Atas kasus ini, KPK menetapkan Irjen Kemendes Sugito,
pejabat Eselon III Kemendes Jarot Budi Prabowo, sebagai pihak pemberi suap ke pejabat BPK.

Keduanya disangkakan Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau pasal 13
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64 KUHP
Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sementara pihak yang diduga penerima suap yakni pejabat
Eselon I BPK Rachmadi Saptogiri dan Auditor BPK Ali Sadli dijerat Pasal 12 huruf a atau b atau
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64
KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Analisis :

Dalam kasus ini terdapat pelanggaran kode etik dimana auditor telah melakukan hal yang
seharusnya tidak dilakukan oleh seorang auditor dalam mengungkapkan kecurangan. Auditor
telah melanggar prinsip keempat etika profesi yaitu objektivitas, karena telah memihak salah satu
pihak dengan dugaan adanya kecurangan. Auditor juga melanggar prinsip kelima etika profesi
akuntansi yaitu kompetensi dan kehati-hatian professional, disini auditor dianggap tidak mampu
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professionalnya sampai dia harus melakukan
penjebakan untuk membuktikan kecurangan yang terjadi.

Komentar :

Dalam konteks kasus tersebut, dapat dinyatakan bahwa tindakan kedua belah pihak sama-
sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor menerima sejumlah uang sebagaimana terjadi pada
kasus tersebut , dengan tujuan untuk mendapatkan status penilaian Wajar Tanpa Syarat (WTS).

Dari sudut pandang etika profesi baik auditor dari BPK dan pihak dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) tampak tidak
bertanggung jawab. Auditor BPK tidak memiliki integritas yang baik karena seseorang auditor
seharusnya memiliki jiwa independensi yang teguh. Dari pihak Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pun sudah melakukan
hal yang sangat memalukan telah melakukan penyuapan agar lolos mendapatkan status penilaian
WTS.

Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang auditor diseluruh
Indonesia harus sadar mempunyai kemampuan teknis bahwa betapa berat memgang amanah dari
rakyat untuk meyakinkan bahwa uang rakyat yang dikelola berbagai pihak telah digunakan
sebagaimana mestinya secara benar, akuntabel, dan transparan, maka semakin lengkap usaha
untuk memberantas korupsi di negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai