Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 5

Nama Kelompok :
1. Devi Ayu Julindar
2. Fakhri Gafar Aji
3. Ridha Haning Prastiwi
4. Savira Dewi Payakun

Suap dari Pejabat Kemendes PDTT ke Auditor BPK


JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi
tangkap tangan (OTT) terkait kasus suap yang melibatkan pejabat Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) dan pejabat serta auditor Badan
Pemeriksa Keuangan RI.
Kasus dugaan suap yang ditangani KPK tersebut terkait pemberian opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun
anggaran 2016.
Ketua KPK Agus Rahardjo menuturkan, kronologi OTT dalam kasus suap ini berawal dari
penyelidikan KPK atas laporan masyarakat atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi.
Pada sekitar Maret 2017, KPK memeriksa laporan keuangan Kemendes PDTT Tahun
Anggaran 2016. KPK yang melakukan penyelidikan kemudian melakukan operasi OTT di
kantor BPK RI di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul
15.00 WIB.
Dari kantor BPK, lanjut Agus, KPK sempat mengamankan enam orang, yakni pejabat Eselon
I BPK Rochmadi Saptogiri (RS), Auditor BPK Ali Sadli (ALS), pejabat eselon III Kemendes
PDTT Jarot Budi Prabowo (JBP), sekretaris RS, sopir JBP, dan satu orang satpam. KPK
kemudian melakukan penggeledahan di sejumlah ruangan di kantor BPK.
"Untuk kepentingan pengamanan barang bukti dilakukan penyegelan di sejumlah ruangan di
BPK, disegel dua ruangan, yakni ruangan ALS dan RS," kata Agus, dalam jumpa pers di
gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Sabtu (27/5/2017).
Di ruang Ali Sadli, KPK menemukan uang Rp 40 juta yang diduga merupakan bagian dari
total commitment fee Rp 240 juta untuk suap bagi pejabat BPK. Uang Rp 40 juta ini
merupakan pemberian tahap kedua ketika tahap pertama Rp 200 juta diduga telah diserahkan
pada awal Mei 2017.
KPK kemudian menggeledah ruangan milik Rochmadi Saptogiri, dan ditemukan uang Rp
1,145 miliar dan 3.000 dollar AS atau setara dengan 39,8 juta di dalan brankas.
KPK sedang mempelajari uang di ruangan Rochmadi Saptogiri tersebut terkait kasus dugaan
suap yang sedang ditangani ini atau bukan.
Setelah mengamankan enam orang dan melakukan penggeledahan di kantor BPK RI, KPK
pada hari yang sama sekitar pukul 16.20 WIB, mendatangi kantor Kemendes PDTT di Jalan
TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
"Di sini KPK mengamankan satu orang (inisial) SUG, yaitu Irjen Kemendes PDTT," ujar
Agus.

Di Kemendes PDTT, lanjut Agus, KPK menyegel empat ruangan, di antaranya ruangan
Sugito dan ruangan Jarot Budi Prabowo.
Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan penggeledahan, dari hasil gelar perkara KPK
meningkatkan status perkara kasus ini menjadi penyidikan.
Dari total tujuh orang yang diamankan, empat di antaranya menjadi tersangka. Mereka yang
menjadi tersangka, yakni Sugito, Jarot Budi Prabowo, Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli.
Sementara sekretaris Rochmadi Saptogiri, sopir Jarot Budi Prabowo, dan satu orang satpam
berstatus saksi.
KPK menyimpulkan adanya dugaan tidak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait
dengan pemeriksaan BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran
2016.
KPK menemukan dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tersebut.
Sebagai pihak pemberi suap, Sugito dan Jarot dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat
1 huruf b atau pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Juncto Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Sementara Rochmadi dan Ali, sebagai pihak penerima suap disangkakan dengan Pasal 12
huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Juncto Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus di atas:
Auditor BPKP merupakan auditor pemerintah yang merupakan akuntan, anggota Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang
menerbitkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip auntansi yang berlaku
umum (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK). Karena itu auditor pemerintah tersebut wajib pula mengetahui dan menaati Kode
Etik Akuntan Indonesia dan Standar Audit sebagai mana diatur dalam Standar Profesional
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI.
Kasus diatas menunjukan adanya pelanggaran kode etik oleh seorang auditor dalam kasus
suap kepada auditor dalam pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK RI
terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016. Adapun prinsip etika
profesional auditor:
1. Tanggung jawab Profesi : Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilaksanakannya.
2. Kepentingan Publik : Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atau profesionalisme.
3. Integritas : Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4. Objektivitas : Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional : Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan kehati – hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari
jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang
palng mutakhir.
6. Kerahasiaan : Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Dari uraian penjelasan kode etik diatas kasus tersebut tergolong dalam pelanggaran kode etik
prinsip Tanggungjawab Profesi, integritas, objektivitas, perilaku profesional. Hal ini
menunjukan bahwa auditor tersebut tidak bekerja secara prinsip kode etik seorang auditor,
sehingga terjadinya penyimpangan yang melanggar hukum.
Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif agar
ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008
meneapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah) ini, antara lain:
Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi, meskipun dengan
alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi atau diperintahkan oleh
pejabat yang lebih tinggi. Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa
karyawan lain melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis. Pimpinan APIP harus
melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada pimpinan organisasi.
Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh Badan
Kehormatan Profesi yang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah ganjil
dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan profesi diangkat dan
diberhentikan oleh APIP.
Auditor APIP yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan sanksi oleh pimpinan APIP
atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk – bentuk sanksi yang
direkomendasikan oleh badan kehormatan profesi, yakni:
1. Teguran tertulis
2. Usulan pemberhentian dari tim audit
3. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu
4. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh pimpinan APIP dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai