Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

STUDI KASUS PELANGGARAN KODE ETIK

OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Makalah disusun untuk memenuhi Tugas Pendalaman Minggu ke- 4


Mata Kuliah Auditing

Disusun Oleh :

Mara Maheresmi

S432008014

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
I. Gambaran Kasus

Berikut adalah berita dari Detik.com tanggal 22 September 2017

Selain ditahan KPK terkait kasus suap motor gede, nasib Auditor Madya pada Sub-
Auditorat VIIB2 Sigit Yugoharto sedang dipertimbangkan Majelis Kehormatan Kode Etik BPK.
Bisa jadi akan ditetapkan pelanggaran berat kepadanya. "(Sedang) proses, saya tidak akan masuk
ke substansi karena ini masih dalam proses pemeriksaan internal. Yang jelas, begitu selesai,
Majelis (Kehormatan) Kode Etik akan menentukan jenis sanksinya. Dan sesuai dengan
ketentuan, Majelis (Kehormatan) Kode Etik bisa menentukan paling berat dari profesi, tidak
boleh lagi jadi auditor," ucap Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Internasional BPK Yudi
Ramdan Budiman di KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan,

"Sedangkan dari sisi disiplin pegawai sesuai peraturan PP 53 bahwa dia bisa pelanggaran
berat,Kode etik pegawai BPK diatur dalam Peraturan BPK No 3 Tahun 2016. Sementara Majelis
Kehormatan Kode Etik disebut merupakan tim independen dari beberapa unsur. "Tim itu
merupakan tim independen yang disebut Majelis Kehormatan Kode Etik yang terdiri atas lima
orang: 2 orang profesi, 1 orang akademisi, dan 2 orang BPK. Jadi tiga orang pihak independen
dan tim kode etik telah bekerja. Kami juga selalu berkoordinasi dengan KPK," tutur Yudi yang
didampingi Kabiro Humas KPK Febri Diansyah.

Yudi berharap publik dapat memisahkan antara perbuatan oknum dan institusi. BPK
mengaku berkomitmen menegakkan martabatnya melalui proses internal, sementara secara
pidana perbuatan oknumnya diproses oleh KPK."Kita ingin menjadikan semua proses ini sebagai
pembelajaran yang terus-menerus kita kuatkan. Dan kami sangat berterima kasih atas concern
dari publik atas masalah ini dan sekali lagi kami tetap mendorong dan mendukung upaya
penegakan hukum yang dilakukan oleh penegak hukum, dalam hal ini KPK," ujarnya. Sigit
diduga menerima satu unit motor Harley-Davidson Sportster 883 dengan estimasi nilai Rp 115
juta dari General Manager PT Jasa Marga (Persero) Cabang Purbaleunyi Setia Budi. Menurut
KPK, suap terkait pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) terhadap PT Jasa Marga pada
2017.

(Sumber: https://news.detik.com/berita/d-3654527/kasus-suap-moge-majelis-kode-etik-
siapkan-sanksi-untuk-auditor-bpk)

II. Pembahasan Kasus

1. Teori kode etik Auditor secara umum, tujuan dan manfaat kode etik pemeriksa

Sesuai dengan Undang-Undang No 40 Tahun 2010, tentang Jabatan Fungsional Pegawai


Negeri Sipil, disebutkan bahwa jabatan fungsional memiliki etika profesi. AAIPI (2014, 1)
mendefinisikan etika profesi sebagai “norma-norma atau kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh
disiplin ilmu pengetahuan dan organisasi profesi yang harus dipatuhi oleh pejabat
fungsional….”. Etika profesi tersebut ditetapkan oleh organsasi profesi. Dalam kaitannya dengan
audit intern pemerintah, organisasi profesi yang menetapkan kode etik bagi auditor intern
pemerintah adalah Asosiasi Auditor Intern Pemerintah (AAIPI). Fungsi Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah (KE-AIPI) adalah sebagai pedoman pelaksanaan dan evaluasi bagi auditor intern
pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Komite Kode Etik sebagai bagian dari AAIPI, dalam keputusannya nomor KEP-
005/AAIPI/DPN/2014 menetapkan KE-AIPI salah satunya adalah poin Prinsip Etika.

Prinsip etika meliputi hal-hal berikut.


1. Integritas
AAIPI (2014, 3) mendifinisikan integritas sebagai “mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan dan kejujuran.”
2. Objektivitas
Menurut AAIPI (2014, 3) objektivitas adalah “sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat
dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.”
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan didefinisikan sebagai “sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar
tidak diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya (AAIPI 2014, 4).”
4. Kompetensi
Definisi kompetensi menurut AAIPI (2014,4) adalah “kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seseorang, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas jabatannya.”
5. Akuntabel
Akuntabel adalah “kemampuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang kepada pihak yang memiliki hak
atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (AAIPI 2014, 4).”
6. Perilaku profesional
Perilaku profesional menurut AAIPI (2014, 4) adalah “tindak tanduk yang merupakan ciri,
mutu, dan kualitas suatu profesi atau orang yang profesional di mana memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.”

Tujuan dibuatnya kode etik pemeriksa adalah untuk menjunjung tinggi martabat pemeriksa,
untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan pemeriksa, untuk meningkatkan pengabdian, untuk
meningkatkan mutu pemeriksa, meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi, mempunyai
organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat, dan idealisme yang terkandung dalam kode
etik profesi tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di sekitar para pemeriksa profesional.

Manfaat dari adanya kode etik pemeriksa adalah para pemeriksa akan lebih sadar tentang
aspek moral dari pekerjaannya, kode etik akan dapat mengarahkan manajer untuk selalu
memelihara perhatiannya terhadap etika, ide-ide abstrak dari kode etik akan ditranslasikan ke
dalam istilah yang konkret dan dapat diaplikasikan ke segala situasi, anggota sebagai suatu
keseluruhan, akan bertindak dalam cara yang lebih standar pada garis profesi, menjadi suatu
standar pengetahuan untuk menilai perilaku anggota dan kebijakan profesi. Kode etik sebagai
pedoman perilaku profesional hadir untuk ditaati, anggota akan menjadi dapat lebih baik menilai
kinerja dirinya sendiri.
2. Kode etik yang dilanggar dalam kasus suap motor gede
 Integritas
Sigit selaku Auditor dari BPK menyembunyikan informasi terkait kelebihan
pembayaran pekerjaan pemeliharaan periodik pada audit anggaran 2015-2016, sehingga
menghasilkan laporan yang tidak dapat diyakini kewajarannya.
 Objektivitas
Dalam melakukan tugasnya sebagai auditor, pekerjaan Sigit dipengaruhi oleh
kepentingan dari Setiabudi selaku General Manager PT Jasa Marga agar anggaran 2015-
2016 dinilai wajar. Dalam kasus diatas ,auditor berada dibawah pengaruh untuk
mengubah hasil pendapat audit.
 Perilaku Professional
Sigit selaku Auditor dari BPK tidak mematuhi hukum dan peraturan yang relevan
serta merusak nama baik dan reputasi BPK.

3. Sanksi yang dapat diberikan terhadap pelanggaran kode etik tersebut

Auditor internal pemerintah yang terbukti melanggar KE-AIPI akan dikenakan sanksi oleh
pimpinan APIP atas rekomendasi dari Komite Kode Etik.

Bentuk-bentuk sanksi yang direkomendasikan oleh Komite Kode Etik, antara lain berupa:

 Teguran tertulis, usulan pemberhentian dari tim pengawasan, dan tidak diberi
penugasan pengawasan selama jangka waktu tertentu.

 Diberhentikan sementara sebagai peran Pemeriksa paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun;

Pelanggaran KE-AIPI terdiri atas 3 (tiga) kategori pelanggaran, yaitu:

 Pelanggaran ringan,
 Pelanggaran sedang,
 Pelanggaran berat.

Dalam kasus tersebut sanksi yang masuk ke dalam pelanggaran berat maka dari itu dapat
diberikan sanksi hukuman berat yang terdiri dari:

 Diberhentikan sementara sebagai Pemeriksa paling singkat 1 (satu) tahun, paling lama 5
(lima) tahun; atau
 Diberhentikan sebagai Pemeriksa.
 Hukuman tambahan berupa pengembalian uang dan/atau barang dan fasilitas lainnya
yang telah diperoleh secara tidak sah dan/atau pengurangan penghasilan yang diterima.
4. Solusi supaya kasus kode etik tidak terjadi lagi

Belajar dari kasus suap moge yang melibatkan GM PT. Jasa Marga Persero
cabang Purbaleunyi dan auditor Sigit Yugoharto hingga pemanggilan kepala audit
internal Jasa Marga Laviana Sri Hardini sebagai saksi atas kasus ini hendaknya menjadi
sebuah pelajaran bahwa kedepannya auditor harusnya melaksanakan tugas dan kewajiban
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
(DSAP) dan berdasarkan KE-AIPI.

Selain itu jika terjadi pelanggaran kode etik sebaiknya diberikan sanksi tegas
kepada pelanggar dengan memberhentikan staff yang terlibat dalam pelanggaran kode
etik pemeriksa. Tidak hanya memberikan denda, tapi juga untuk kasus korupsi dilakukan
tindakan pemiskinan supaya ada efek jera.

Sumber :

- Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011


Tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan

- https://www.kompasiana.com/andrianto00503/5b31afb7dd0fa854e55c1742/peranan-
penting-etika-profesi-bagi-seorang-akuntan

- https://bpi.unair.ac.id/kode-etik-auditor/

Anda mungkin juga menyukai