Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

The Internasional Professional Practices Framework (IPPF)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing I


Dosen Pembina : Rita Yuniarti, DR., S.E., M.M., Ak., C.A.

disusun oleh :

Kelompok 4
Apriyadi Tanjung 0116101440
Erviananda Cantika 0117101093
Asep Rohana 0117101098
Muhamad Ihsan Ansori 0117101102
Naisya Afifah 0117101117

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan
Kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah “The Internasional Professional
Practices Framework (IPPF)”.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah
berikutnya,

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pemerhati pendidikan
pada umumnya. Serta merupakan wujud sebuah pengabdian kami kepada Allah SWT.

Bandung, 16 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................
BAB I KERANGKA KONSEPTUAL..................................................................................................................
1.1 Kode Etik..................................................................................................................................4

1.2 Standards for the Professional Practice of Internal Auditing yang Pertama Kali Disusun.........6

1.3 Program sertifikasi..................................................................................................................11

BAB II JURNAL INTERNASIONAL................................................................................................................


2.1 Analisis Jurnal Internasional...................................................................................................13

BAB III PENUTUP........................................................................................................................................


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................17

3.2 Saran......................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................

3
BAB I
KERANGKA KONSEPTUAL
1.1 Kode Etik
Kode etik professional disusun sebagai hasil dari hubungan yang khusus antara
anggota profesi dank lien mereka. Praktisi professional tidak menjauhi orang-orang yang
mereka layani. Prinsip bisnis “hati-hatilah kepada pembeli” tidak berlaku ketika pra
professional memberi jasa ke orang awam. Klien harus memercayai para professional
berdasarkan perilaku yang etis. Kepercayaan ini akan meningkat bila para professional
diminta untuk bersumpah melayani public dengan jujut dan rajin dan untuk bertindak
berdasarkan aturan ketat dan perilaku yang etis. Kepercayaan juga akan meningkat jika
organisasi yang membutuhkan jasa professional yakin bahwa para professional yang
melanggar kode etik mereka akan dikenakan sanksi oleh rekannya. Jadi, pada setiap profesi
apa pun, kode etik, yang ditetapkan oleh lembaga professional akan menambah nilai bagi
profesi tersebut.
Kode etik IIA yang pertama yang diterapkan pada 13 Desember 1968, memengaruhi
semua anggota IIA. Ketika program CIA diterapkan, kode etik sendiri untuk CIA
dirancang. Namun, CIA yang bukan anggota IIA tidak dapat dipaksa untuk mematuhi kode
etik tersebut sehingga Kode Etik CIA memiliki keterbatasan. Juga, pendahuluan dan kata
pengantar kode etik CIA berada dari kode etik IIA. Satu perbedaan utama adalah bahwa
pelanggaran atas kode etik CIA bisa mengakibatkan pencabutan gelar CIA. Perbedaan
antara kedua kode etik ini kemudian dihapuskan pada tahun 1988, ketika Kode Etik yang
baru disusun. Kode etik yang baru ini berlaku untuk CIA maupun non-CIA.
Komite Etik Internasional (International Ethics Committee – IEC) mengeluarkan
seperangkatrencana pernyataan baru tentang etika pada 1 oktober 1999. Versi akhir
disetujui oleh Dewan Direksi pada tanggal 17 Juni 2000. Terdapat dua perubahan besar
pada kode etik yang baru.
1. Kode etik tersebut berlaku bagi semua auditor internal, tidak hanya anggota IIA dan
CIA. Hal ini dilakukan untuk menerapkan kode etik ke semua individu dan
organisasi yang melakukan audit internal, tanpa memerhatikan lokasi atau
kedekatan hubungannya dengan organisasi.

4
2. Kode etik tersebut dibagi dalam tiga bagian utama :
- Pendahuluan
- Prinsip – prinsip dasar
- Aturan etika
pada dua bagian terakhir, Kode Etik dibagi dalam lima bagian
- Integritas
- Objektivitas
- Kerahasiaan
- Profesionalisme
- Kompetensi
Umumnya hanya sedikit perubahan yang terjadi dibandingkan kode etik yang lama.
Semua auditor internal dibatasi oleh Kode Etik, dan pelanggaran atasnya akan
dikenakan sanksi pencabutan keanggotaan dan gelar CIA. Kode etik berperan penting bagi
auditor internal karena merupakan pernyataan alas an utama adanya profesi auditor internal.
Manajemen harus yakin bisa memercayai auditor internalnya secara implisit. Manajemen
mesti merasa aman bahwa jika auditor internal melaporlkan sesuatu, maka pastilah sesuatu
yang benar, abash, dan objektif. Benar-benar dilakukan tanpa bias.
Kriteria – kriteria yang harus dimiliki seorang auditor internal tidak boleh
dikompromikan. Auditor internal jiuga harus menjaga reputasinya agar tetap objektif dan
bebas dari bias, tidak hanya dalam kenyataan, tetapi juga dalam presepsi. Contohnya,
auditor internal tidak boleh terlibat dalam pekerjaan karyawan atau manajer; tidak boleh
berhubungan dengan pemasok atau perusahaan pesaing; tidak boleh memanfaatkan
informasi tentang perusahaan demi kepentingan pribadi; dan tiak boleh menerima hadiah
atau benda berharga dari karyawan. Masih banyak larangan yang ada dan tidak mungkin
semuanya disajikan, tetapi auditor internal harus menghindari sekecil apapun kemungkinan
pelanggaran terhadap objektivitas. Kadang kala anggapan sama pentingnya dengan
kenyataan. Juga, auditor internal harus menunjukkan loyalitas kepada pemberi kerja.
Mereka merupakan anggota tim mnajemen dan harus bertingkah laku sebagaimana
seharusnya seorang manajer senior. Mereka juga tidak boleh terlibat dalam aktivitas illegal.
Jika tetap dilakukan, maka harus dilaporkan ke pihak yang berwenang dalam perusahaan.

5
Berdasarkan kode etik auditor internal tidak bertanggung jawab untuk melaporkan kepda
pihak di luar perusahaan kecuali secara khusus diperbolehkan oleh aturan hokum.

1.2 Standards for the Professional Practice of Internal Auditing yang Pertama Kali
Disusun
llA awalnya secara resmi memperkenalkan seperangkat standar untuk auditor internal ke
seluruh dunia pada bulan Iuni 1978 pada Konferensi lntemasional di San Francisco. Lima
standar umum yang merupakan kerangka dasar adalah: Independensi. Keahlian Profesional,
Lingkup Pekerjaan. Pelaksanaan Pekerjaan Audit, dan Pengelolaan Departemen Audit
lntemal. Kelima standar umum ini memiliki 25 standar khusus. Di dalam setiap standar
khusus terdapat pedoman untuk mengikuti standar. Standar awal tersedia pada edisi
keempat dan pada publikasi lainnya dari Institute of Internal Auditors. Standar yang telah
diperbarui dan berlaku efektif mulai ! Januari 2002 terdapat pada Bab 31. Berikut ini
pendahuluan yang terdapat pada Standar tersebut.

Tampilan l-z Standardsfor the Profesional Practice oflntemal Auditing

PENDAHULUAN

Audit Internal adalah aktivitas pemberian keyakinan objektif yang Independen dan
aktivitas komitmen yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kinerja operasi organisasi. Aktivitas tersebut membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan melaksanakan pendekatan sistematis dan berdisiplin
untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko. kecukupan
kontrol. dan proses tata kelola.

Aktivitas audit internal dilakukan dalam kondisi hukum dan budaya yang beragam;
dalam organisasi organisasi yang bervariasi baik dalam tujuan. ukuran. maupun struktur;
dan oleh orang di dalam atau di luar organisasi. Perbedaan-perbedaan ini bisa jadi
memengaruhi praktik audit internal di setiap kondisi. Namun. kepatuhan terhadap

6
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (Standar) merupakan hal
yang penting untuk mencapai tanggung jawab auditor internal.

Tujuan Standar tersebut adalah untuk:

1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mencerminkan praktik audit internal yang


seharusnya dilakukan.

2. Memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan dan meningkatkan lingkup


aktivitas audit internal yang bernilai tambah.

3. Menetapkan dasar pengukuran kinerja audit internal.

4. Membantu perkembangan proses organisasional dan operasi.

Standar Praktik Profesional Audit Internal terdiri atas Standar Atribut (Seri 1000),
Standar Kerja (Seri 2000), dan Standar Implementasi (nnnn.Xn). Standar Atribut
memaparkan karakteristik-karakteristik organisasi dan individu-individu yang melakukan
aktivitas audit internal. Standar Kerja menjelaskan sifat aktivitas audit internal dan
kriteria kualitas untuk menilai jasa yang telah dilaksanakan. Standar Atribut dan Standar
Kerja berlaku untuk jasa audit internal secara umum. Standar lmplementasi merupakan
penerapan Standar Atribut dan Standar Kerja untuk penugasan khusus (misalnya,audit
ketaatan,investigasi kecurangan,atau proyek penilaian sendiri atas kontrol).

Tampilan 1-2 (Lanjutan)

Standar Atribut dan Standar Kerja hanya terdiri atas satu perangkat standar, sedangkan
Standar Implementasi terdiri atas beberapa perangkat: satu perangkat untuk setiap jenis
aktivitas audit internal yang utama. Pada awalnya, Standar Implementasi diterapkan

7
untuk aktivitas pemberian keyakinan (diberi tanda “A” setelah nomor Standar, seperti
1130.Al) dan aktivitas konsultasi (diberi tanda “C' setelah nomor Standar, seperti
nnnn.Cl).

Standar ini merupakan bagian dari Kerangka Kerja Praktik Profesional. Kerangka kerja
ini diusulkan oleh Guidance Task Force-GTF dan disetujui oleh Dewan Direksi IIA pada
bulan Juni 1999. Kerangka kerja tersebut berisi definisi audit internal, Kode Etik,
Standar, dan pedoman lainnya. Standar mencakup pedoman yang sebelumnya terdapat
pada “Buku Merah," diubah ke dalam format baru yang diusulkan GTF dan diperbarui
sebagaimana rekomendasi yang tertuang dalam laporan GTF. A Vision for the Future
(Visi untuk Masa Depan).

Standar ini menggunakan istilah-isulah yang telah diberikan arti khusus yang terdapat
pada Daftar Kata.

Dewan Standar Audit lnterrnal terlibat dalam konsultasi konsultasi ekstensif ketika
mempersiapkan Standar. Menjelang dikeluarkannya Standar, Dewan Standar
mengeluarkan draf pendahuluan untuk
menampung komentar publik. Dewan Standar juga mencari orang orang dengan keahlian
atau minat khusus sebagai tempat berkonsultasi bila diperlukan. Penyusunan standar
merupakan sebuah proses yang terjadi secara terus-menerus. Dewan Standar menyambut
baik masukan dari anggota anggota llA dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
berkenaan dengan isu-isu yang berkembang yang membutuhkan standar baru atau revisi
atas standar yang ada.

Pedoman tambahan mengenai penerapan Standar terdapat pada Dokumen Saran (Practice
Advisory) yang dikeluarkan Komite Bidang Profesional.

8
Perbedaan-perbedaan dalam penerapan Standar. Auditor internal di seluruh dunia
mempraktikkan keahlian mereka dengan berbagai cara. Kebanyakan mereka bekerja di
bawah pengarahan manajer senior. yang mempekerjakan dan memberhentikan mereka serta
merekomendasikan gaji, kenaikan gaji, dan tunjangan. Para manajer senior ini memiliki
tingkatan jabatan setara dengan direktur akuntan hingga direktur utama. Beberapa auditor
internal melapor langsung ke komite audit dari dewan komisaris atau badan lain yang
sejenis.

Banyak praktisi memiliki aturan yang memberi mereka akses ke semua catatan, properti,
dan orang orang dalam organisasi. Sementara yang lain tidak. Saat ini, beberapa auditor
memberikan jasa konsultasi, analisis risiko dan membantu tata kelola organisasi. Sementara
yang lain memberikan jasa yang terbatas pada verifikasi keuangan pada departemen
akuntansi. Kondisi yang berbeda-beda seperti ini jelas menimbulkan praktik audit internal
yang bervariasi sehingga IIA menetapkan standar yang konsisten yang mencerminkan
praktik profesional yang seharusnya dilakukan.

Tentu saja, tidak ada standar yang disusun oleh auditor internal yang dapat menjelaskan
secara rinci kepada manajer atau anggota dewan bagaimana cara mendayagunakan operasi
audit internal mereka.
Oleh karena itu, Standar ini secara berhati-hati menghindari pemaksaan kriteria tertentu
kepada manajer atau anggota dewan. Auditor internal bisa jadi dibatasi oleh restriksi
manajemen. Tetapi bila restriksi ini menghalangi mereka untuk menaati Standar maka tidak
ada dasar bagi auditor atau atasan mereka untuk mengatakan bahwa auditor telah
melakukan pekerjaan secara profesional. Agar dianggap profesional oleh pihak luar, sebuah
fungsi audit internal harus menunjukkan ketaatannya terhadap Standar.

Tidak ada dokumen atau standar yang tidak berubah atau tidak dapat berubah selama
bertahun-tahun. Oleh karena itu telah disediakan metode resmi untuk mengubah,
menambah, dan menafsirkan standar yang dilakukan oleh Komite Standar Profesional IIA,

9
sekarang dikenal sebagai Dewan Standar Audit Internal (Infernal Audit Standards
Board-IASB).

Standar-standar dan pedoman-pedoman khusus. Komite yang telah disebutkan


sebelumnya telah mengantisipasi perubahan pada bidang ini. Ketika perubahan terjadi,
maka standar hanya memunculkan hal-hal yang signifikan saja dan diberi judul Pernyataan
atas Standar Audit Internal (Statements on Internal Auditing Standards -SIAS). Setelah
beberapa pernyataan dikeluarkan, Standar awal diperbarui pada dokumen kodifikasi. Setiap
perubahan terhadap standar-standar atau pedoman khusus mencerminkan posisi resmi IIA,
dan disetujui oleh Dewan Direksi IIA. Standar yang diterbitkan ini sama kekuatan dan
efeknya dengan Standar awal yang dikeluarkan tahun 1978. SIAS berisi:
1. 1.Kontrol: Konsep dan Tanggung Jawab
2. 2.Mengomunikasikan Hasil
3. Pencegahan, Pendeteksian, Investigasi, dan Pelaporan Kecurangan
4. Keyakinan Kualitas
5. Hubungan Auditor Internal dengan Auditor Luar yang Independen
6. Kertas Kerja Audit
7. Komunikasi dengan Dewan Direksi
8. Prosedur Audit Analitis
9. Penentuan Risnko
10. Evaluasi Pencapaian Tujuan dan Sasaran Operasi atau Program
11. Pernyataan Omnibus 1992
12. Merencanakan Penugasan Audit
13. Menindaklanjuti Temuan-temuan Audit yang Dilaporkan
14. Daftar Kata
15. Pengawasan
16. Ketaatan Audit terhadap Kebijakan, Rencana, Prosedur, Hukum, Regulasi, dan
Kontrak
17. Penilaian Kinerja Auditor Eksternal
18. Penggunaan Penyedia Jasa dari Luar

10
SIAS bukan merupakan bagian dari kerangka kerja Standar yang baru. Struktur yang baru
diusulkan oleh GTF.
Pernyataan setengah resmi. Dari tahun 1981 hingga 1989 IIA mengeluarkan serangkaian
pernyataan yang disebut Buletin Standar Profesional (Professional Standards Bulletins-
PSB) yang berisi penjelasan mengenai standar dan pedoman yang ada. Pada tahun 1996 dan
1997 juga dikeluarkan salah satu jenis pedoman, Berita Praktik Standar Profesional
(Professional Standards Practices Releases-PSPR). Pernyataan-pernyataan ini tidak lagi
dikembangkan dan tidak termasuk bagian kerangka kerja.
Sesuai dengan praktik sebelumnya, IASB terus menanggapi pertanyaan tertulis mengenai
Standar, Tanggapan-tanggapan tersebut diteliti dan ditulis Pusat Praktik (Practice Center)
IIA dan kemudian ditelaah dan disahkan oleh IASB

1.3 Program sertifikasi


Begitu Common Body of Knowledge diterapkan, maka program sertifikasi mulai
bermunculan. Dewan melaksanakan program ini tahun 1972, dan ujian pertama dilaksanakan pada
tanggal 16 dan 17 agustus 1974.
Sekitar 7.900 auditor internal yang berpraktik, dari 8.500 yang mendaftar. Menerima gela
CIA berdasarkan ketentuan lama. Peserta yang mendapat gelar menunjukan bahwa mereka telah
menggunakan auit internal dalam kapasitas pengambilan keputusan dan setuju untuk patuh pada
Kode Etik IIA. Pada bulan Oktober 1973 mereka diberi sertifikat CIA. Pada bulan Maret 1975,
gelar CIA diberikan kepada 122 dari 654 peserta yang mengikuti ujian CIA pertama pada tahun
1974. Pada bulan Juni 2002, lebih dari 35.000 peserta yang mengikuti ujian di seluruh dunia
menjadi CIA.
Ujian CIA menguji pengetahuan dan kemampuan peserta mengenai praktik audit internal
saat ini. Ujian tersebut menguji keahlian manajemen, prinsip-prinsip kontrol manajemen,
manajemen risiko, kontrol internal, teknologi informasi, strategi untuk mengem bangkan usaha dan
tata kelola, serta topik-topik lainnya yang berkaitan.
Meskipun sebagian besar sertifikasi awalnya diberikan di Amerika Serikat dan Kanada,
ujian juga diberikan di tempat-tempat lain yang bisa menyelenggarakan ujian. Pada tahun 1999,
ujian ditawarkan dalam bahasa Inggris, Perancis, Yahudi, Mandarin, Spanyol, Jerman, Thailand,

11
dan Italia. Peserta dapat mengikuti ujian pada bulan Mei dan November setiap tahun. Ujian pertama
didasarkan pada CBOK awal. Ketika CBOK direvisi pada tahun 1992, ujian tersebut disesuaikan.
Versi terakhir ujian tersebut juga didasarkan pada CFIA.
Dalam perkembangan selanjutnya, direncanakan ujian CIA terkomputerisasi. Ujian secara
elektronik memudahkan penerjemahan dan peningkatan yang berkelanjutan atas keabsahan statistik
dari ujian. Konsep awal penyelenggaraan ujian adalah ujian diberikan bila terdapat "permintaan,"
dan dilaksanakan di beberapa tempat di seluruh dunia.

12
BAB II
JURNAL INTERNASIONAL
Internal auditor’s compliance to code of ethics

Empirical findings fromMalaysian Government-linked companies

Noor Furzanne Aliasand Anuar Nawawi Faculty of Accountancy, Universiti Teknologi MARA,

ShahAlam, Malaysia, and

Ahmad Saiful Azlin Puteh Salin Faculty of Accountancy, Universiti Teknologi MARA, Perak Branch

Tapah Campus, Malaysia

2.1 Analisis Jurnal Internasional

Inti Masalah :

1. Tingkat kompetensi auditor internal dalam mendeteksi praktik yang tidak etis

2. Tingkat objektivitas dan integritas yang tinggi ketika dihadapkan dengan perilaku yang tidak etis

selama keterlibatan audit

Tujuan :

Jurnal Internasional ini bertujuan untuk menentukan tingkat kompetensi profesional yang

diperoleh auditor internal dalam mendeteksi perilaku yang tidak etis, untuk mengevaluasi posisi

Auditor Internal terhadap objektivitas dan integritas dalam menangani perilaku yang tidak etis dan

untuk mengkaji sejauh mana kesadaran mereka terhadap isu etika di perusahaan yang

berhubungan dengan pemerintah (GLCs)..

13
Metodelogi/Pendekatan :

Pada jurnal ini data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang secara acak didistribusikan kepada

auditor internal dari GLS dipilih di Malaysia. Kuesioner ini dibangun dari kertas ujian Internal

Auditor (CIA) dan lembaga auditor internal (IIA) kompetensi.

Nilai/Originalitas :

Studi ini adalah asli karena memfokuskan pada GLCs yang tidak mendapatkan banyak perhatian

dari para peneliti sebelumnya, terutama GLCs yang beroperasi di negara berkembang seperti

Malaysia.

Hasil :

Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan auditor internal berpengetahuan

luas dan terampil serta memiliki tingkat kompetensi profesional yang tinggi dalam mendeteksi

perilaku tidak etis dalam organisasi mereka. Almost100 persen auditor internal mampu melakukan

tugas audit dengan objektivitas dan karena perawatan profesional, dan 94 persen auditor internal

dapat mengikuti pedoman untuk mematuhi International Professional Practices Framework (IPPF).

untuk memastikan bahwa kerangka kerja dan program audit mengikuti pendekatan berbasis risiko

(RBA) yang mencakup perencanaan, kerja lapangan, pelaporan dan tindak lanjut. Temuan ini juga

menunjukkan bahwa auditor internal memiliki pengetahuan tentang IPPF dan dapat beradaptasi

dengan prinsip kode etik dalam melakukan keterlibatan audit.

Temuan ini juga menunjukkan bahwa auditor internal memiliki pengetahuan tentang IPPF dan

dapat beradaptasi dengan prinsip kode etik dalam melakukan keterlibatan audit. Mayoritas

auditor internal memiliki keterampilan teknis yang memuaskan, dengan skor rata-rata 77 persen.

14
Kesimpulan :

Kesimpulan tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kompetensi profesional yang

diperoleh auditor internal dalam mendeteksi perilaku tidak etis, untuk mengevaluasi posisi mereka

pada objektivitas dan integritas dalam menangani perilaku yang tidak etis dan untuk memeriksa

tingkat kesadaran mereka akan masalah etika di GLCs. Penelitian ini menyimpulkan bahwa,

pertama, auditor internal dari lima Glc terdaftar yang dipilih memiliki tingkat kompetensi yang

tinggi dalam melakukan keterlibatan audit, yang dapat menyebabkan pendeteksian perilaku yang

tidak etis dalam organisasi mereka. Kedua, studi ini menemukan bahwa auditor memiliki tingkat

objektivitas dan integritas yang tinggi ketika dihadapkan dengan perilaku yang tidak etis selama

keterlibatan audit. Kajian ini memberikan bukti kuat bahwa para auditor pada lima GLCs Terpilih

mematuhi Kode Etik IIA. Akhirnya, studi ini juga menemukan bahwa auditor internal dari GLCs

menyadari perilaku yang tidak etis dalam organisasi mereka, mengkonfirmasikan temuan

sebelumnya dari studi ini, yang menemukan bahwa auditor internal memiliki pengetahuan yang

cukup dan kompetensi. Ini bisa jadi karena pelatihan sistematis yang diterima dari majikan mereka

dan pengalaman bertahun-tahun di bidang audit, sebagai mayoritas dari mereka telah bekerja

sebagai auditor selama lebih dari lima tahun. Secara teoritis, temuan studi ini mendukung teori

agensi dan menambah temuan penelitian empiris sebelumnya, seperti oleh Larkin's (2000), yang

menemukan bahwa auditor internal yang paling berpengalaman mampu mengidentifikasi perilaku

yang tidak etis. Dengan demikian, Pflugrath et al. (2007) dalam survei mereka untuk menentukan

dampak pengalaman auditor terhadap penilaian auditor mengungkapkan bahwa pengalaman

audit umum yang lebih besar akan meningkatkan penilaian auditor. Ketika auditor lebih

berpengalaman, keterampilan tentang kesadaran etis menjadi lebih penting (Uyar dan

15
Gungormus, 2011). Selain itu, kompetensi internal auditor memainkan faktor penting yang

mempengaruhi eksternal auditor reliancedecision (SuwaidanandQasim, 2010). Secara praktis,

temuan dari paperal ini begitu melibatkan auditor internal yang mempraktikkan keterampilan

teknis mereka saat melakukan pekerjaan mereka. Faktor ini dapat memberikan kontribusi pada

kemampuan auditor internal untuk menemukan perilaku yang tidak etis, terutama di Departemen

pengadaan, yang mengungkapkan kecenderungan untuk kegiatan penipuan. Palmer et al. (2004)

dan Uyar dan Gungormus (2011) berpendapat bahwa personil dalam profesi akuntansi harus

memiliki beberapa keahlian, yang merupakan unsur penting dalam profesi audit dan akan

membantu mereka untuk tidak etis (Ma'ayan dan Carmeli, 2015).

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip bisnis “hati-hatilah kepada pembeli” tidak berlaku ketika pra professional
memberi jasa ke orang awam. Klien harus memercayai para professional berdasarkan
perilaku yang etis. Kepercayaan ini akan meningkat bila para professional diminta untuk
bersumpah melayani public dengan jujut dan rajin dan untuk bertindak berdasarkan aturan
ketat dan perilaku yang etis. Kepercayaan juga akan meningkat jika organisasi yang
membutuhkan jasa professional yakin bahwa para professional yang melanggar kode etik
mereka akan dikenakan sanksi oleh rekannya.
Kriteria – kriteria yang harus dimiliki seorang auditor internal tidak boleh
dikompromikan. Auditor internal jiuga harus menjaga reputasinya agar tetap objektif dan
bebas dari bias, tidak hanya dalam kenyataan, tetapi juga dalam presepsi. Contohnya,
auditor internal tidak boleh terlibat dalam pekerjaan karyawan atau manajer; tidak boleh
berhubungan dengan pemasok atau perusahaan pesaing; tidak boleh memanfaatkan
informasi tentang perusahaan demi kepentingan pribadi; dan tiak boleh menerima hadiah
atau benda berharga dari karyawan.
3.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna dalam penyusunan karya
ilmiah
ini dan masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini karena
minimnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami kedepannya akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan makalah dan sumber – sumber yang
lebih banyak lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Internasional
Nawawi, N. F. (2006). Internal auditor’s compliance to code of ethics Empirical findings from
Malaysian Government-linkedcompanies . Journal of Financial Crime.
Salin, A. S. (2017). Internalauditor’s compliance to code of ethics Empirical findings from
Malaysian Government-linked companies . Journal of Financial Crime.

18

Anda mungkin juga menyukai