disusun oleh :
Kelompok 4
Apriyadi Tanjung 0116101440
Erviananda Cantika 0117101093
Asep Rohana 0117101098
Muhamad Ihsan Ansori 0117101102
Naisya Afifah 0117101117
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah
berikutnya,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pemerhati pendidikan
pada umumnya. Serta merupakan wujud sebuah pengabdian kami kepada Allah SWT.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................
BAB I KERANGKA KONSEPTUAL..................................................................................................................
1.1 Kode Etik..................................................................................................................................4
1.2 Standards for the Professional Practice of Internal Auditing yang Pertama Kali Disusun.........6
3.2 Saran......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................
3
BAB I
KERANGKA KONSEPTUAL
1.1 Kode Etik
Kode etik professional disusun sebagai hasil dari hubungan yang khusus antara
anggota profesi dank lien mereka. Praktisi professional tidak menjauhi orang-orang yang
mereka layani. Prinsip bisnis “hati-hatilah kepada pembeli” tidak berlaku ketika pra
professional memberi jasa ke orang awam. Klien harus memercayai para professional
berdasarkan perilaku yang etis. Kepercayaan ini akan meningkat bila para professional
diminta untuk bersumpah melayani public dengan jujut dan rajin dan untuk bertindak
berdasarkan aturan ketat dan perilaku yang etis. Kepercayaan juga akan meningkat jika
organisasi yang membutuhkan jasa professional yakin bahwa para professional yang
melanggar kode etik mereka akan dikenakan sanksi oleh rekannya. Jadi, pada setiap profesi
apa pun, kode etik, yang ditetapkan oleh lembaga professional akan menambah nilai bagi
profesi tersebut.
Kode etik IIA yang pertama yang diterapkan pada 13 Desember 1968, memengaruhi
semua anggota IIA. Ketika program CIA diterapkan, kode etik sendiri untuk CIA
dirancang. Namun, CIA yang bukan anggota IIA tidak dapat dipaksa untuk mematuhi kode
etik tersebut sehingga Kode Etik CIA memiliki keterbatasan. Juga, pendahuluan dan kata
pengantar kode etik CIA berada dari kode etik IIA. Satu perbedaan utama adalah bahwa
pelanggaran atas kode etik CIA bisa mengakibatkan pencabutan gelar CIA. Perbedaan
antara kedua kode etik ini kemudian dihapuskan pada tahun 1988, ketika Kode Etik yang
baru disusun. Kode etik yang baru ini berlaku untuk CIA maupun non-CIA.
Komite Etik Internasional (International Ethics Committee – IEC) mengeluarkan
seperangkatrencana pernyataan baru tentang etika pada 1 oktober 1999. Versi akhir
disetujui oleh Dewan Direksi pada tanggal 17 Juni 2000. Terdapat dua perubahan besar
pada kode etik yang baru.
1. Kode etik tersebut berlaku bagi semua auditor internal, tidak hanya anggota IIA dan
CIA. Hal ini dilakukan untuk menerapkan kode etik ke semua individu dan
organisasi yang melakukan audit internal, tanpa memerhatikan lokasi atau
kedekatan hubungannya dengan organisasi.
4
2. Kode etik tersebut dibagi dalam tiga bagian utama :
- Pendahuluan
- Prinsip – prinsip dasar
- Aturan etika
pada dua bagian terakhir, Kode Etik dibagi dalam lima bagian
- Integritas
- Objektivitas
- Kerahasiaan
- Profesionalisme
- Kompetensi
Umumnya hanya sedikit perubahan yang terjadi dibandingkan kode etik yang lama.
Semua auditor internal dibatasi oleh Kode Etik, dan pelanggaran atasnya akan
dikenakan sanksi pencabutan keanggotaan dan gelar CIA. Kode etik berperan penting bagi
auditor internal karena merupakan pernyataan alas an utama adanya profesi auditor internal.
Manajemen harus yakin bisa memercayai auditor internalnya secara implisit. Manajemen
mesti merasa aman bahwa jika auditor internal melaporlkan sesuatu, maka pastilah sesuatu
yang benar, abash, dan objektif. Benar-benar dilakukan tanpa bias.
Kriteria – kriteria yang harus dimiliki seorang auditor internal tidak boleh
dikompromikan. Auditor internal jiuga harus menjaga reputasinya agar tetap objektif dan
bebas dari bias, tidak hanya dalam kenyataan, tetapi juga dalam presepsi. Contohnya,
auditor internal tidak boleh terlibat dalam pekerjaan karyawan atau manajer; tidak boleh
berhubungan dengan pemasok atau perusahaan pesaing; tidak boleh memanfaatkan
informasi tentang perusahaan demi kepentingan pribadi; dan tiak boleh menerima hadiah
atau benda berharga dari karyawan. Masih banyak larangan yang ada dan tidak mungkin
semuanya disajikan, tetapi auditor internal harus menghindari sekecil apapun kemungkinan
pelanggaran terhadap objektivitas. Kadang kala anggapan sama pentingnya dengan
kenyataan. Juga, auditor internal harus menunjukkan loyalitas kepada pemberi kerja.
Mereka merupakan anggota tim mnajemen dan harus bertingkah laku sebagaimana
seharusnya seorang manajer senior. Mereka juga tidak boleh terlibat dalam aktivitas illegal.
Jika tetap dilakukan, maka harus dilaporkan ke pihak yang berwenang dalam perusahaan.
5
Berdasarkan kode etik auditor internal tidak bertanggung jawab untuk melaporkan kepda
pihak di luar perusahaan kecuali secara khusus diperbolehkan oleh aturan hokum.
1.2 Standards for the Professional Practice of Internal Auditing yang Pertama Kali
Disusun
llA awalnya secara resmi memperkenalkan seperangkat standar untuk auditor internal ke
seluruh dunia pada bulan Iuni 1978 pada Konferensi lntemasional di San Francisco. Lima
standar umum yang merupakan kerangka dasar adalah: Independensi. Keahlian Profesional,
Lingkup Pekerjaan. Pelaksanaan Pekerjaan Audit, dan Pengelolaan Departemen Audit
lntemal. Kelima standar umum ini memiliki 25 standar khusus. Di dalam setiap standar
khusus terdapat pedoman untuk mengikuti standar. Standar awal tersedia pada edisi
keempat dan pada publikasi lainnya dari Institute of Internal Auditors. Standar yang telah
diperbarui dan berlaku efektif mulai ! Januari 2002 terdapat pada Bab 31. Berikut ini
pendahuluan yang terdapat pada Standar tersebut.
PENDAHULUAN
Audit Internal adalah aktivitas pemberian keyakinan objektif yang Independen dan
aktivitas komitmen yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kinerja operasi organisasi. Aktivitas tersebut membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan melaksanakan pendekatan sistematis dan berdisiplin
untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko. kecukupan
kontrol. dan proses tata kelola.
Aktivitas audit internal dilakukan dalam kondisi hukum dan budaya yang beragam;
dalam organisasi organisasi yang bervariasi baik dalam tujuan. ukuran. maupun struktur;
dan oleh orang di dalam atau di luar organisasi. Perbedaan-perbedaan ini bisa jadi
memengaruhi praktik audit internal di setiap kondisi. Namun. kepatuhan terhadap
6
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (Standar) merupakan hal
yang penting untuk mencapai tanggung jawab auditor internal.
Standar Praktik Profesional Audit Internal terdiri atas Standar Atribut (Seri 1000),
Standar Kerja (Seri 2000), dan Standar Implementasi (nnnn.Xn). Standar Atribut
memaparkan karakteristik-karakteristik organisasi dan individu-individu yang melakukan
aktivitas audit internal. Standar Kerja menjelaskan sifat aktivitas audit internal dan
kriteria kualitas untuk menilai jasa yang telah dilaksanakan. Standar Atribut dan Standar
Kerja berlaku untuk jasa audit internal secara umum. Standar lmplementasi merupakan
penerapan Standar Atribut dan Standar Kerja untuk penugasan khusus (misalnya,audit
ketaatan,investigasi kecurangan,atau proyek penilaian sendiri atas kontrol).
Standar Atribut dan Standar Kerja hanya terdiri atas satu perangkat standar, sedangkan
Standar Implementasi terdiri atas beberapa perangkat: satu perangkat untuk setiap jenis
aktivitas audit internal yang utama. Pada awalnya, Standar Implementasi diterapkan
7
untuk aktivitas pemberian keyakinan (diberi tanda “A” setelah nomor Standar, seperti
1130.Al) dan aktivitas konsultasi (diberi tanda “C' setelah nomor Standar, seperti
nnnn.Cl).
Standar ini merupakan bagian dari Kerangka Kerja Praktik Profesional. Kerangka kerja
ini diusulkan oleh Guidance Task Force-GTF dan disetujui oleh Dewan Direksi IIA pada
bulan Juni 1999. Kerangka kerja tersebut berisi definisi audit internal, Kode Etik,
Standar, dan pedoman lainnya. Standar mencakup pedoman yang sebelumnya terdapat
pada “Buku Merah," diubah ke dalam format baru yang diusulkan GTF dan diperbarui
sebagaimana rekomendasi yang tertuang dalam laporan GTF. A Vision for the Future
(Visi untuk Masa Depan).
Standar ini menggunakan istilah-isulah yang telah diberikan arti khusus yang terdapat
pada Daftar Kata.
Dewan Standar Audit lnterrnal terlibat dalam konsultasi konsultasi ekstensif ketika
mempersiapkan Standar. Menjelang dikeluarkannya Standar, Dewan Standar
mengeluarkan draf pendahuluan untuk
menampung komentar publik. Dewan Standar juga mencari orang orang dengan keahlian
atau minat khusus sebagai tempat berkonsultasi bila diperlukan. Penyusunan standar
merupakan sebuah proses yang terjadi secara terus-menerus. Dewan Standar menyambut
baik masukan dari anggota anggota llA dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
berkenaan dengan isu-isu yang berkembang yang membutuhkan standar baru atau revisi
atas standar yang ada.
Pedoman tambahan mengenai penerapan Standar terdapat pada Dokumen Saran (Practice
Advisory) yang dikeluarkan Komite Bidang Profesional.
8
Perbedaan-perbedaan dalam penerapan Standar. Auditor internal di seluruh dunia
mempraktikkan keahlian mereka dengan berbagai cara. Kebanyakan mereka bekerja di
bawah pengarahan manajer senior. yang mempekerjakan dan memberhentikan mereka serta
merekomendasikan gaji, kenaikan gaji, dan tunjangan. Para manajer senior ini memiliki
tingkatan jabatan setara dengan direktur akuntan hingga direktur utama. Beberapa auditor
internal melapor langsung ke komite audit dari dewan komisaris atau badan lain yang
sejenis.
Banyak praktisi memiliki aturan yang memberi mereka akses ke semua catatan, properti,
dan orang orang dalam organisasi. Sementara yang lain tidak. Saat ini, beberapa auditor
memberikan jasa konsultasi, analisis risiko dan membantu tata kelola organisasi. Sementara
yang lain memberikan jasa yang terbatas pada verifikasi keuangan pada departemen
akuntansi. Kondisi yang berbeda-beda seperti ini jelas menimbulkan praktik audit internal
yang bervariasi sehingga IIA menetapkan standar yang konsisten yang mencerminkan
praktik profesional yang seharusnya dilakukan.
Tentu saja, tidak ada standar yang disusun oleh auditor internal yang dapat menjelaskan
secara rinci kepada manajer atau anggota dewan bagaimana cara mendayagunakan operasi
audit internal mereka.
Oleh karena itu, Standar ini secara berhati-hati menghindari pemaksaan kriteria tertentu
kepada manajer atau anggota dewan. Auditor internal bisa jadi dibatasi oleh restriksi
manajemen. Tetapi bila restriksi ini menghalangi mereka untuk menaati Standar maka tidak
ada dasar bagi auditor atau atasan mereka untuk mengatakan bahwa auditor telah
melakukan pekerjaan secara profesional. Agar dianggap profesional oleh pihak luar, sebuah
fungsi audit internal harus menunjukkan ketaatannya terhadap Standar.
Tidak ada dokumen atau standar yang tidak berubah atau tidak dapat berubah selama
bertahun-tahun. Oleh karena itu telah disediakan metode resmi untuk mengubah,
menambah, dan menafsirkan standar yang dilakukan oleh Komite Standar Profesional IIA,
9
sekarang dikenal sebagai Dewan Standar Audit Internal (Infernal Audit Standards
Board-IASB).
10
SIAS bukan merupakan bagian dari kerangka kerja Standar yang baru. Struktur yang baru
diusulkan oleh GTF.
Pernyataan setengah resmi. Dari tahun 1981 hingga 1989 IIA mengeluarkan serangkaian
pernyataan yang disebut Buletin Standar Profesional (Professional Standards Bulletins-
PSB) yang berisi penjelasan mengenai standar dan pedoman yang ada. Pada tahun 1996 dan
1997 juga dikeluarkan salah satu jenis pedoman, Berita Praktik Standar Profesional
(Professional Standards Practices Releases-PSPR). Pernyataan-pernyataan ini tidak lagi
dikembangkan dan tidak termasuk bagian kerangka kerja.
Sesuai dengan praktik sebelumnya, IASB terus menanggapi pertanyaan tertulis mengenai
Standar, Tanggapan-tanggapan tersebut diteliti dan ditulis Pusat Praktik (Practice Center)
IIA dan kemudian ditelaah dan disahkan oleh IASB
11
dan Italia. Peserta dapat mengikuti ujian pada bulan Mei dan November setiap tahun. Ujian pertama
didasarkan pada CBOK awal. Ketika CBOK direvisi pada tahun 1992, ujian tersebut disesuaikan.
Versi terakhir ujian tersebut juga didasarkan pada CFIA.
Dalam perkembangan selanjutnya, direncanakan ujian CIA terkomputerisasi. Ujian secara
elektronik memudahkan penerjemahan dan peningkatan yang berkelanjutan atas keabsahan statistik
dari ujian. Konsep awal penyelenggaraan ujian adalah ujian diberikan bila terdapat "permintaan,"
dan dilaksanakan di beberapa tempat di seluruh dunia.
12
BAB II
JURNAL INTERNASIONAL
Internal auditor’s compliance to code of ethics
Noor Furzanne Aliasand Anuar Nawawi Faculty of Accountancy, Universiti Teknologi MARA,
Ahmad Saiful Azlin Puteh Salin Faculty of Accountancy, Universiti Teknologi MARA, Perak Branch
Inti Masalah :
1. Tingkat kompetensi auditor internal dalam mendeteksi praktik yang tidak etis
2. Tingkat objektivitas dan integritas yang tinggi ketika dihadapkan dengan perilaku yang tidak etis
Tujuan :
Jurnal Internasional ini bertujuan untuk menentukan tingkat kompetensi profesional yang
diperoleh auditor internal dalam mendeteksi perilaku yang tidak etis, untuk mengevaluasi posisi
Auditor Internal terhadap objektivitas dan integritas dalam menangani perilaku yang tidak etis dan
untuk mengkaji sejauh mana kesadaran mereka terhadap isu etika di perusahaan yang
13
Metodelogi/Pendekatan :
Pada jurnal ini data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang secara acak didistribusikan kepada
auditor internal dari GLS dipilih di Malaysia. Kuesioner ini dibangun dari kertas ujian Internal
Nilai/Originalitas :
Studi ini adalah asli karena memfokuskan pada GLCs yang tidak mendapatkan banyak perhatian
dari para peneliti sebelumnya, terutama GLCs yang beroperasi di negara berkembang seperti
Malaysia.
Hasil :
Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan auditor internal berpengetahuan
luas dan terampil serta memiliki tingkat kompetensi profesional yang tinggi dalam mendeteksi
perilaku tidak etis dalam organisasi mereka. Almost100 persen auditor internal mampu melakukan
tugas audit dengan objektivitas dan karena perawatan profesional, dan 94 persen auditor internal
dapat mengikuti pedoman untuk mematuhi International Professional Practices Framework (IPPF).
untuk memastikan bahwa kerangka kerja dan program audit mengikuti pendekatan berbasis risiko
(RBA) yang mencakup perencanaan, kerja lapangan, pelaporan dan tindak lanjut. Temuan ini juga
menunjukkan bahwa auditor internal memiliki pengetahuan tentang IPPF dan dapat beradaptasi
Temuan ini juga menunjukkan bahwa auditor internal memiliki pengetahuan tentang IPPF dan
dapat beradaptasi dengan prinsip kode etik dalam melakukan keterlibatan audit. Mayoritas
auditor internal memiliki keterampilan teknis yang memuaskan, dengan skor rata-rata 77 persen.
14
Kesimpulan :
Kesimpulan tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kompetensi profesional yang
diperoleh auditor internal dalam mendeteksi perilaku tidak etis, untuk mengevaluasi posisi mereka
pada objektivitas dan integritas dalam menangani perilaku yang tidak etis dan untuk memeriksa
tingkat kesadaran mereka akan masalah etika di GLCs. Penelitian ini menyimpulkan bahwa,
pertama, auditor internal dari lima Glc terdaftar yang dipilih memiliki tingkat kompetensi yang
tinggi dalam melakukan keterlibatan audit, yang dapat menyebabkan pendeteksian perilaku yang
tidak etis dalam organisasi mereka. Kedua, studi ini menemukan bahwa auditor memiliki tingkat
objektivitas dan integritas yang tinggi ketika dihadapkan dengan perilaku yang tidak etis selama
keterlibatan audit. Kajian ini memberikan bukti kuat bahwa para auditor pada lima GLCs Terpilih
mematuhi Kode Etik IIA. Akhirnya, studi ini juga menemukan bahwa auditor internal dari GLCs
menyadari perilaku yang tidak etis dalam organisasi mereka, mengkonfirmasikan temuan
sebelumnya dari studi ini, yang menemukan bahwa auditor internal memiliki pengetahuan yang
cukup dan kompetensi. Ini bisa jadi karena pelatihan sistematis yang diterima dari majikan mereka
dan pengalaman bertahun-tahun di bidang audit, sebagai mayoritas dari mereka telah bekerja
sebagai auditor selama lebih dari lima tahun. Secara teoritis, temuan studi ini mendukung teori
agensi dan menambah temuan penelitian empiris sebelumnya, seperti oleh Larkin's (2000), yang
menemukan bahwa auditor internal yang paling berpengalaman mampu mengidentifikasi perilaku
yang tidak etis. Dengan demikian, Pflugrath et al. (2007) dalam survei mereka untuk menentukan
audit umum yang lebih besar akan meningkatkan penilaian auditor. Ketika auditor lebih
berpengalaman, keterampilan tentang kesadaran etis menjadi lebih penting (Uyar dan
15
Gungormus, 2011). Selain itu, kompetensi internal auditor memainkan faktor penting yang
temuan dari paperal ini begitu melibatkan auditor internal yang mempraktikkan keterampilan
teknis mereka saat melakukan pekerjaan mereka. Faktor ini dapat memberikan kontribusi pada
kemampuan auditor internal untuk menemukan perilaku yang tidak etis, terutama di Departemen
pengadaan, yang mengungkapkan kecenderungan untuk kegiatan penipuan. Palmer et al. (2004)
dan Uyar dan Gungormus (2011) berpendapat bahwa personil dalam profesi akuntansi harus
memiliki beberapa keahlian, yang merupakan unsur penting dalam profesi audit dan akan
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip bisnis “hati-hatilah kepada pembeli” tidak berlaku ketika pra professional
memberi jasa ke orang awam. Klien harus memercayai para professional berdasarkan
perilaku yang etis. Kepercayaan ini akan meningkat bila para professional diminta untuk
bersumpah melayani public dengan jujut dan rajin dan untuk bertindak berdasarkan aturan
ketat dan perilaku yang etis. Kepercayaan juga akan meningkat jika organisasi yang
membutuhkan jasa professional yakin bahwa para professional yang melanggar kode etik
mereka akan dikenakan sanksi oleh rekannya.
Kriteria – kriteria yang harus dimiliki seorang auditor internal tidak boleh
dikompromikan. Auditor internal jiuga harus menjaga reputasinya agar tetap objektif dan
bebas dari bias, tidak hanya dalam kenyataan, tetapi juga dalam presepsi. Contohnya,
auditor internal tidak boleh terlibat dalam pekerjaan karyawan atau manajer; tidak boleh
berhubungan dengan pemasok atau perusahaan pesaing; tidak boleh memanfaatkan
informasi tentang perusahaan demi kepentingan pribadi; dan tiak boleh menerima hadiah
atau benda berharga dari karyawan.
3.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna dalam penyusunan karya
ilmiah
ini dan masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini karena
minimnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami kedepannya akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan makalah dan sumber – sumber yang
lebih banyak lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Internasional
Nawawi, N. F. (2006). Internal auditor’s compliance to code of ethics Empirical findings from
Malaysian Government-linkedcompanies . Journal of Financial Crime.
Salin, A. S. (2017). Internalauditor’s compliance to code of ethics Empirical findings from
Malaysian Government-linked companies . Journal of Financial Crime.
18