Abstrak
Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan, saat ini telah dibentuk Pasus Pelindo
II untuk mengusut dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan Pelindo II dalam
perpanjangan kontrak pengelolaan Jakarta Internasional Container Termina (JICT)
dengan Hutchinson Port Holding (HPH). Dari analisis yuridis, Pelindo II dapat diduga
melanggar ketentuan yang ada dalam UU No. 17 Tahun 2008, UU No. 19 Tahun 2003,
dan UU No. 40 Tahun 2007. Berpijak pada Pasal 33 UUD 1945, apabila Pelindo II
mampu mengelola JICT sebaiknya tidak menyerahkannya kepada HPH apalagi jika
perpanjangan kontrak tersebut merugikan. Untuk itu perpanjangan kontrak dengan
HPH tidak perlu dilakukan.
Pendahuluan
Untuk
melaksanakan
fungsi
pengawasan, DPR memiliki hak angket.
Saat ini DPR menggunakan hak angketnya
untuk mengusut berbagai kasus pelanggaran
hukum yang diduga dilakukan oleh Pelabuhan
Indonesia II (Pelindo II). Hak angket
Pelindo II disetujui oleh 299 anggota DPR
yang hadir dalam Rapat Paripurna DPR
tanggal 5 Oktober 2015. Dugaan pelanggaran
hukum ini cukup memprihatinkan apabila
terbukti kebenarannya karena Pelindo II
sebagai BUMN harusnya dikelola dengan
baik berpegang pada prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance).
Perpanjangan
kontrak
pengelolaan
Terminal Peti Kemas Jakarta (Jakarta
*) Peneliti Madya Hukum Ekonomi, pada Bidang Hukum, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat
Jenderal DPR RI. E-mail: cahyaningrum@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
Berpijak
pada
argumen
tersebut
dan juga Pasal 92 UU No. 17 Tahun 2008
maka perpanjangan kontrak JICT harusnya
dilakukan setelah ada perjanjian konsesi
terlebih dahulu dengan otoritas pelabuhan
utama Tanjung Priok, apalagi Pasal 344 ayat
(2) UU No. 17 Tahun 2008 mengatur dalam
jangka waktu paling lama 3 tahun sejak UU
No. 17 Tahun 2008 berlaku, kegiatan usaha
pelabuhan yang dilaksanakan oleh Pemerintah,
Pemda, dan BUMN wajib disesuaikan dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam UU No.
17 Tahun 2008. Sehubungan dengan ketentuan
tersebut, wajar jika Kepala Kantor Otoritas dan
Dewan Komisaris Pelindo II mengingatkan
RJ Lino untuk mendapatkan konsesi terlebih
dahulu dari Otoritas Pelabuhan sebelum
melakukan perpanjangan kontrak JICT dengan
HPH, namun sebagaimana dikemukakan
oleh Menko Maritim Rizal Ramli peringatan
tersebut tidak diindahkan oleh RJ Lino selaku
Direksi Utama Pelindo II.
Tidak ditaatinya UU No. 17 Tahun
2008 dan tidak diindahkannya peringatan
Dewan Komisaris Pelindo II dan Kepala
Kantor Otoritas, menandakan Direksi Utama
Pelindo II tidak mematuhi Pasal 5 ayat (3)
UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara yang mengamanatkan anggota
Direksi untuk mematuhi peraturan perundangundangan
serta
wajib
melaksanakan
prinsip-prinsip good corporate governance,
khususnya
prinsip
profesionalisme,
akuntabilitas,
pertanggungjawaban,
dan
kewajaran. Selain itu, Direksi juga patut
dipertanyakan ketaatannya terhadap Pasal
4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
yang
menyebutkan
terhadap
Perseroan berlaku UU ini, anggaran dasar
Perseroan,
dan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan lainnya. Sehubungan
dengan hal ini maka berdasarkan Pasal 97 ayat
(3) UU No. 40 Tahun 2007, apabila Direksi
terbukti bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya yang harus dilaksanakannya dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab, maka
setiap anggota Direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan.
Sementara itu, terkait dengan apakah
kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa
kepelabuhanan sebaiknya dilaksanakan sendiri
atau diserahkan kepada asing (HPH), Dr. H.
Mohammad Hatta sebagai perumus Pasal
33 UUD 1945 dalam bukunya yang berjudul
Penjabaran Pasal 33 UUD45 menjelaskan
sebagai berikut:
Cita-cita
yang
terdapat
dalam
Pasal 33 UUD 1945 ialah produksi
-3-
Penutup
Referensi
-4-
HUBUNGAN INTERNASIONAL
SERANGAN TERORISME
INTERNASIONAL DI PARIS
Poltak Partogi Nainggolan*)
Abstrak
Rangkaian aksi terorisme internasional atas Paris, yang telah diklaim ISIS/IS, terjadi
kembali, tidak lama berselang setelah serangan atas Turki dan Rusia. Serangan yang
tidak dapat dicegah intelijen Perancis tidak hanya menimbulkan kekuatiran di Perancis,
namun Eropa lebih luas. Kebijakan Perancis di Timur-Tengah, khususnya Suriah, yang
dinilai menjadi pemicu serangan, tidak menyurutkan keputusan pemerintahan Hollande,
dan koalisi Barat, dan Rusia untuk segera menghancurkan ISIS/IS di basis tempurnya
dan di mancanegara. Indonesia yang sangat pluralis dan tidak lepas dari kepentingan
Barat, harus dapat mengantiispasi serangan serupa, jika ingin dapat mencegahnya agar
tidak menjadi korban berikutnya pengikut ISIS/IS.
Pendahuluan
*) Research professor pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat
Jenderal DPR RI. Email: pptogin@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
Reaksi Internasional
Sikap simpati dan empati, serta
solidaritas, terhadap pemerintah dan rakyat
Perancis yang menjadi korban diperlihatkan
para pemimpin Barat, terutama PM Inggris
David Cameron, Presiden Barack Obama,
dan Kanselir Angela Merkel. Bagi mereka,
serangan Paris merupakan serangan bagi
seluruh umat manusia dan nilai-nilai
universal. Mereka mengungkapkan berada
dalam satu barisan dengan pemerintah
dan rakyat Perancis dalam menghadapi
aksi-aksi terorisme ISIS/IS yang semakin
brutal dan juga siap dalam aksi membantu
dengan kebijakan lebih tegas untuk
menghancurkannya. Para pemimpin G-20
secara
langsung
telah
menyampaikan
ungkapan duka dan simpati mereka yang
mendalam kepada pemerintah dan rakyat
Perancis.
UE ikut membantu dengan sharing
data intelijen imigran pelintas batas dan
akitiftas mereka. Belgia, yang belakangan
menjadi sarang pelaku teror, segera
menggelar operasi anti-teroris di pusatpusat kota dan keramaian, setelah mendapat
ancaman serius.
Pasukan koalisi sekutu
pimpinan AS pun melancarkan serangan
udara, dengan banyak target dalam sekali
gempuran. Serangan Paris telah membuat
Perancis dan AS bersikap lebih keras
dalam menangani ISIS/IS. Dalam satu kali
serangan, koalisi telah menghancurkan 116
truk pengangkut bahan bakar dan tangki
minyak yang dijual secara ilegal oleh ISIS/
IS. Presiden Obama menjelaskan, strategi
Sikap Indonesia
Setibanya di Ankara, Turki dalam
rangkaian mengikuti KTT G-20, Presiden
Joko
Widodo
menyatakan
kecaman
keras atas kejadian tersebut. Baginya,
tidak ada satu alasan pun yang dapat
menjustifikasi aksi-aksi terorisme terhadap
Perancis, dan masyarakatnya tersebut.
Untuk itu, ia menyerukan kerja sama
yang lebih kuat dalam melawan terorisme
internasional. Sementara, Wapres Yusuf
Kalla mengingatkan, walaupun potensi
-7-
Referensi
Alhadar, Smith.Saatnya Melumat Islamic
State (IS), Media Indonesia, 18
Nopember 2015: 6.
Callimachi, Rukmini. Islamic State calls
France action first of the storm,
International New York Times, November
16, 2015: 7.
Fedina S. Sudaryani. High alert for copycat
attacks, Jakarta Post, November 16,
2015: 1.
Higgins, Andrew and Milan Schreuer. France
confronts a hit at the soul: Attack aimed
at Parisians love of life, International
New York Times, November 16, 2015: 1.
Indonesia Kecam Terorisme Paris, Kompas,
15 Nopember 2015: 4.
Schmitt, Eric and David D. Kirkpatrick, ISIS
strategy shifts to take terror abroad,
International New York Times, November
16, 2105: 1.
Samosir, Hanna Azarya. Putin: ISIS Dapat
Dana dari 40 Negara, Termasuk Anggota
G-20, CNN Indonesia, 18 Nopember
2015.
Penutup
Parlemen nasional, DPR RI, sebagai
pengawas
kinerja
pemerintah
telah
memberikan perhatian terhadap masalah
ini. Komisi I yang membidangi masalah
luar negeri, informasi, dan pertahanankeamanan
terus
memantau
ancaman
terorisme internasional dalam raker-rakernya
bersama mitra kerja dari BIN, TNI-Polri,
BNPT, dan para ahli. Sementara, Ketua DPR
-8-
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
Kekerasan seksual terhadap perempuan masih terus terjadi di tengah-tengah
masyarakat. Tingginya fenomena ini memunculkan wacana tentang perlunya
sebuah undang-undang yang khusus mengatur mengenai kekerasan seksual. Data
menunjukkan bahwa dari 15 bentuk kekerasan seksual yang terjadi dalam masyarakat,
baru 2 bentuk yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu
pemerkosaan dan pencabulan. Saat ini, RUU tentang Penghapusan Kekerasan Seksual
telah masuk dalam Daftar RUU Tambahan Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
Tahun 2016. Komnas Perempuan berpendapat bahwa RUU tersebut dapat mengatasi
keterbatasan aturan hukum yang tersedia saat ini dalam menjerat pelaku kekerasan
seksual terhadap perempuan. Untuk itu, DPR perlu mendorong isu kekerasan ini untuk
segera dibahas, baik melalui penetapan RUU tentang Penghapusan Kekerasan Seksual
sebagai prioritas tahun 2016, maupun dengan pengakomodasian 15 bentuk kekerasan
seksual ke dalam RUU tentang KUHP yang sedang dibahas Komisi III DPR saat ini.
Pendahuluan
*) Peneliti Utama Studi Kemasyarakatan Studi Khusus Gender, pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: sali_susiana@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
terjadi
di
ranah
komunitas,
angka
perkosaan, pencabulan, pelecehan seksual,
dan percobaan perkosaan mencapai 2.183
kasus (Komnas Perempuan, 2015).
Studi yang dilakukan oleh Forum
Pengada Layanan, gabungan organisasi
kemasyarakatan yang menangani korban
kekerasan terhadap perempuan dan anak di
seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa: (1)
45% korban kekerasan seksual masih berusia
anak-anak, dan 47% di antaranya adalah
kasus incest dengan 90% pelaku adalah
ayah korban; (2) 85% pelaku kekerasan
seksual adalah orang terdekat korban seperti
orangtua, saudara, suami, pacar, tetangga,
teman, dan guru; (3) 100% perempuan dan
anak yang menjadi korban kekerasan seksual
telah dipilih dan/atau ditarget oleh pelaku;
(4) 43% kekerasan seksual dilakukan dengan
ancaman/intimidasi dan kekerasan dan 57%
dengan tipu daya/tipu muslihat (Fathurrozi,
2015). Berbagai data tersebut di atas
menunjukkan bahwa kekerasan seksual di
Indonesia telah mencapai situasi darurat dan
memerlukan penanganan sesegera mungkin.
Banyaknya
penanganan kasus
- 11 -
hambatan
kekerasan
dalam
seksual
Penutup
Beragam bentuk dan tingginya angka
kekerasan seksual terhadap perempuan
yang terjadi di masyarakat di satu sisi dan
belum memadainya aturan hukum yang
dapat melindungi korban serta menjerat
pelaku di sisi yang lain telah cukup menjadi
alasan perlunya membuat undang-undang
khusus yang mengatur mengenai kekerasan
seksual. Hal ini sejalan dengan rekomendasi
dari Komnas Perempuan kepada DPR
dan/atau Pemerintah untuk membentuk
undang-undang tentang kekerasan seksual,
sehingga pelaku tidak bebas dari jerat
hukum karena keterbatasan aturan hukum
yang tersedia saat ini. Rancangan UndangUndang (RUU) tentang Penghapusan
Kekerasan Seksual telah masuk dalam
Daftar RUU Tambahan Program Legislasi
Nasional (Prolegnas) 2016. Oleh karena itu,
DPR perlu menetapkan agar RUU tersebut
menjadi salah satu prioritas dalam Prolegnas
Tahun 2016. Selain itu, Rancangan KUHP
yang tengah dibahas oleh Komisi III DPR
saat ini juga perlu mengakomodasi 15
bentuk kekerasan seksual yang terjadi dalam
masyarakat.
Referensi
Budi Sampurna (2000), Pembuktian dan
Penatalaksanaan Kekerasan terhadap
Perempuan:
Tinjauan
Klinis
dan
- 12 -
Abstrak
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 tahun 2015 yang dilaksanakan di Turki menghasilkan
dua kesepakatan utama terkait dengan investasi dan transparansi data pajak, dan
transaksi keuangan. Posisi Indonesia sendiri sangat strategis sehingga keberhasilan untuk
menindaklanjuti kesepakatan tersebut akan meningkatkan kredibilitasnya sebagai anggota
forum G-20. Tindak lanjut yang bisa dilakukan pemerintah adalah meningkatkan investasi
ke sektor riil sekaligus mendorong pertumbuhan inklusif dari level ekonomi paling bawah.
Sementara itu, DPR dan pemerintah harus mempersiapkan landasan hukum bagi pertukaran
data pajak dan transaksi keuangan antara negara-negara anggota G-20 dengan melibatkan
kalangan pengusaha dan perbankan agar implementasinya dapat berjalan lancar.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Kebijakan Publik pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: sahatsilalahi81@gmail.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
pertumbauhan
ekonomi
dunia.
Oleh
karena itu, isu yang disampaikan Jokowi
memperoleh
perhatian
besar
dalam
forum KTT G-20 dan dianggap mampu
untuk mewakili suara dari negara-negara
berkembang.
Mengingat
strategisnya
posisi
Indonesia, maka hal yang tidak kalah
penting adalah bagaimana kebijakan
Pemerintah dalam rangka menindaklanjuti
kesepakatan yang dihasilkan dalam forum
KTT Turki tersebut. Tindak lanjut tidak
hanya dalam konteks untuk menguatkan
terpenuhinya
kepentingan
ekonomi
nasional, tetapi juga dapat menjadi contoh
bagaimana anggota G-20 lainnya dapat
menyikapi persoalan ekonomi global.
Tulisan ini akan mengupas masalah: (1)
empat isu yang diangkat
pemerintah,
dan (2) kebijakan pemerintah dalam
menindaklanjuti kesepakatan KTT G-20.
Referensi
Perbanyak Sentimen Positif, http://
www.beritasatu.com/blog/tajuk/4118perbanyak-sentimen-positif.html,
diakses tanggal 21 November 2015.
"Posisi Cadangan Devisa 2005-2014",
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
view/id/1313,
diakses
tanggal
21
November 2015.
Hasil
KTT
G-20
Data
Perbankan
Terbuka Mulai 2017, http://ekbis.
sindonews.com/read/1062260/35/
hasil-ktt-g20-data-perbankan-terbukamulai-2017-1447749428, diakses 23
November 2015.
64% dari Industri Nasional Bergantung
pada Bahan Baku Impor, http://www.
kemenperin.go.id/artikel/9306/64-dariIndustri-Nasional-bergantung-padaBahan-Baku-Impor, diakses tanggal 21
November 2015.
4 Isu Utama yang Dibawa Jokowi ke KTT
G-20,
http://bisnis.liputan6.com/
read/2364925/4-isu-utama-yangdibawa-jokowi-ke-ktt-g20,
diakses
tanggal 23 November 2015.
Ekonomi RI Peringkat Tiga Besar di G-20,
http://finance.detik.com/read/2015/
08/27/113636/3002715/5/ekonomiri-peringkat-tiga-besar-di-g20, diakses
tanggal 23 November 2015.
Yulius Purwadi Herawan, Legitimasi,
Efektivitas,
dan
Akuntabilitas
G-20
Sebagai
Klub
Eksklusif
dalam Pembentukan Tata Kelola
Ekonomi Global, Jurnal Hubungan
Internasional
Universitas
Katholik
Parahyangan, Vol 8. (2), 2012.
Kementerian
Perindustrian,
Laporan
Kinerja
Kementerian
Perindustrian
Tahun
2014,
Biro
Perencanaan
Kementerian Perindustrian, 18 Februari
2015.
Penutup
Mengingat posisi strategis forum
G-20, keberhasilan dalam menindaklanjuti
keputusan KTT tersebut akan meningkatkan
kredibilitas Indonesia. Dalam hal mencapai
pertumbuhan ekonomi yang stabil, maka
pemerintah
harus
lebih
mendorong
investasi ke sektor riil. Sementara itu,
untuk memperkuat struktur perekonomian
nasional,
maka
pemerintah
harus
mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif
- 16 -
Abstrak
Indonesia termasuk negara yang tertinggal dalam penerapan e-government di dalam
penyelenggaraan pemerintahannya, sekalipun sudah dikeluarkan Inpres Nomor 3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government.
Padahal, negara-negara yang melaksanakan e-government seperti Korea Selatan
terbukti mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakatnya,
bahkan meningkatkan perekonomian negaranya. Tulisan ini memperlihatkan
bagaimana permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pemerintahan Indonesia
dapat diatasi dengan menghadirkan e-government melalui pengadaan ICT. Tulisan
ini merekomendasikan agar DPR RI sebagai pemegang kekuasaan legislasi dapat
mendorong dihadirkannya kebijakan yang mendukung implementasi e-government di
Indonesia.
Pendahuluan
Konsep e-government telah diterapkan
oleh
dunia
internasional.
Alat
yang
dipergunakan untuk mendukung program
yaitu dengan menghadirkan ICT (Information
and Communication Technology). Dunia
internasional telah menerapkan ICT dalam
berbagai aspek penyelenggaraan negaranya,
baik dalam bidang eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif.
Indonesia, dalam beberapa kegiatan
di arena eksekutif, legislatif, dan yudikatif
juga telah menerapkan ICT. Namun, dalam
perkembangannya, ICT bagi terwujudnya
e-government di Indonesia belum mengalami
perkembangan yang siginifikan. Padahal,
pemerintah telah mengeluarkan Instruksi
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
*) Peneliti Madya Administrasi Negara, pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI),
Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: riris.katharina@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
Negara
Indeks
Peringkat Global
2005
2005
2004
Perubahan
1.
Rep. Of Korea
0.8727
2.
Singapore
0.8503
3.
Japan
0.7801
14
18
4.
Philippines
0.5721
41
47
5.
Malaysia
0.5706
43
42
-1
6.
Thailand
0.5518
46
50
7.
China
0.5078
57
67
10
8.
Brunei Darussalam
0.4475
73
63
-10
9.
Mongolia
0.3962
93
75
-18
10.
Indonesia
0.3819
96
85
-11
11.
Viet Nam
0.3640
105
112
12.
Cambodia
0.2959
128
129
13.
Myanmar
0.2959
129
123
-6
14.
Timor Leste
0.2512
144
174
30
15.
Lao PDR
0.2421
147
144
-3
Rata-rata
0.922
Sumber: United Nations, Global e-Government Readiness Report 2005
- 18 -
Tabel 2
Pengguna Internet di Indonesia
Tahun
Jumlah Pengguna
2007
20 juta
2008
25 juta
2009
30 juta
2010
42 juta
2011
55 juta
2012
63 juta
2013
71,9 juta
2014
88,1 juta
Jumlah
Pengguna
Sumatera
18.6 juta
Jawa Bali
52 juta
Kalimantan
4.2 juta
Sulawesi
7.3 juta
5.9 juta
Sementara
itu,
untuk
aksesibilitas
sebanyak 85% menggunakan ponsel (lihat Tabel
4). Hasil riset juga memperlihatkan bahwa biaya
yang dikeluarkan masyarakat untuk mengakses
internet juga mahal.
Persentase
Pengguna
Telepon Seluler
85%
Laptop/Netbook
32%
PC/Komputer
14%
Tablet
13%
Referensi
Al-Hakim, Latif, Global e-government: Theory,
Applications and Benchmarking, Idea
Group Publishing, USA, 2007.
Dana Desa: Aparatur Hadapi Berbagai
Persoalan, Kompas, 17 November 2015.
Daya Saing Indonesia Melemah, Kompas, 18
November 2015.
Depkominfo Bangun Community Access Point
(CAP) yuntuk Tiga Provinsi, http://www.
indonesia.go.id/en/ministries/ ministers/
ministry-of-communication-andinformatics/876-iptek/2136-depkominfobangun-community-access-point-capuntuk-tiga-propinsi-, diakses tanggal 24
November 2015.
Djadijono, M (ed)., Membangun Indonesia
dari Daerah, CSIS, Jakarta, 2006.
Jaffe, Sam., Kim, Oak Myung., The New Korea,
Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta,
2013.
Laboratorium Pengujian Belum Ada di
Daerah, Kompas, 17 November 2015.
Misuraca, C. Gianluca, e-governance in Africa:
from Theory to Action. A Handbook on
ICTs for Local Governance, Africa World
Press & International Development
Research Centre, New Jersey, 2007.
Pemerintahan Daerah: Kepemimpinan yang
Memberi Teladan, Kompas, 18 November
2015.
Pendidikan Dituntut Ikuti Perubahan Zaman:
Gurur Harus Memiliki Keterampilan
dan Metode Pengajaran, Kompas, 18
November 2015.
Upaya Mempersempit Kesenjangan Digital di
Indonesia, Kompas, 17 November 2015.
Penutup
Dilihat dari tingkat penetrasi pengguna
internet di Indonesia, sesungguhnya Indonesia
juga
dapat
membangun
e-government
seperti Korea Selatan. Apalagi daya beli
masyarakat Indonesia masih tinggi. Hanya
saja,
pembangunan
infrastruktur
untuk
dapat meningkatkan penggunaan internet,
terutama di kawasan Timur Indonesia harus
ditingkatkan.
Peran pemerintah sangat penting untuk
keberhasilan implementasi e-government di
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah saat ini
harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
berpihak kepada implementasi e-government
dalam setiap lini. Tidak hanya di ranah
eksekutif, namun juga di ranah legislatif serta
yudikatif.
- 20 -