Jawab:
Ukuran kecondongandalah ukuran yang menunjukan menceng atau tidaknya suatu data.
Ada dua macam ukuran kecondongan, yaitu kecondongan yang dibuat Pearson dan α 3.
a. Untuk mengukur kecondongan dari suatu kurva, maka kita harus menggunakan
koefisien kecondongan/ swekness, yang dapt dihitung dengan menggunakan rumus
Pearson sebagai berikut;
Keteranga :
Sk = Koefisien Kecondongan
❑
X = Meaan atau rata-rata
Mo = Modus
S = Devlasi standar
Dalam suatu distribusi ada kemungkinan tidak ada satupun modus, bisa juga ada
sebuah modus , dan bisa juga mengandung lebih dari satu modus. Jika dalam sebuah
distribusi tidak ditemukan modus, maka kita dapat menggunakan hubungan antara
mean, media dan modus. Apabila data yang dipakai adalah data yang banya, maka kita
dapat menggunakan mean, median dan modus mempunyai hubungan: Modus = 3
media -2 median. Sehingga kecondongan dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Jika koefsien sweknes sudah diketahui, maka untuk menentukan gambar distribusi itu
condong kekiri, kanan ataupun simetris adalah didasarkan tanda dari koefisien
kecondongan, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika koefisien kecondongan positif, maka mean lebih besar dari pada media dan
modus. Maka diagram distribusinya condong kekiri/ ekornya kekanan.
Jika koefisien kecondongan negative, berarti mean lebih kecil dari modus dan
median. Maka kurva akan condong kekanan.
Bila koefisien besarnya sama dengan 0 maka mean sama dengan median dan
modus. Maka kurva akan berbentuk simetris.
Keterangan:
α3 : Koefisien kecondongan
X : Nilai data
: Deviasi Standar
: Mean
Untuk data dikelompokan yang mempunyai kelas yang terbuka, kita tidak bisa
menggunakan deviasi rumus diatas, karena kelas terbuka tidak dapat dihitung titik
tengahnya. Maka, untuk menghitung koefesien kecondongan kita menggunakan deviasi
(d), sehingga α 3 dapat dicari dengan rumus.