Jurnal 1
PENGARUH FLY ASH DAN KAPUR TOHOR PADA NETRALISASI AIR ASAM
TAMBANG TERHADAP KUALITAS AIR ASAM TAMBANG (pH, Fe & Mn)DI
IUP TAMBANG AIR LAYA PT.BUKIT ASAM (PERSERO),TBK
Latar Belakang
Penggunaan kapur tohor (CaO) pada saluran keluar (outlet) dari kolam pengendap lumpur
dapat menaikkan nilai pH agar sesuai dengan baku mutu lingkungan. Penambahan kapur
tohor yang dilakukan secara terus menerus dan dengan dosis yang tepat dapat menaikan pH
air asam tambang pada proses penanganan air asam tambang. Abu batubara adalah bagian
dari sisa pembakaran batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk
partikel halus amorf dan bersifat pozzolan. Nilai pH abu terbang sebagian besar ditentukan
oleh kandungan S dalam bahan induk batubara, tipe batubara yang digunakan selama
pembakaran, dan kandungan S dalam abu terbang.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perubahan pH, Fe
dan Mn larutan pencampuran fly ash dan kapur tohor, dan Berapa banyak penggunaan fly ash
dan kapur untuk penanganan limbah air asam sesuai dengan baku mutu lingkungan.
Pemisahan kandungan logam berat pada penelitian ini dilakukan dengan proses fisika-kimia
dan proses pengadukan dilakukan dengan penambahan zat kimia. Fly ash dan kapur sebagai
agen penetral asam dan pengikat logam berat Fe dan M. Metode presipitasi kimia dilakukan
penambahan sejumlah zat kimia tertentu untuk mengubah senyawa yang mudah larut ke
bentuk padatan yang tak larut.
Metode
o Kualitas Air KPL Udongan sebelum dilakukan pencampuran memiliki pH 4,01
dengan kandungan logam Fe 0,63 mg/l dan kandungan logam Mn 11,5 mg/l,
o Pengujian tahap awal dengan mereaksikan fly ash/ kapur tohor secara langsung
kedalam air asam tambang tanpa proses pengenceran,
o Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan air sungai dengan kadar fly ash dan
kapur tohor yang optimum dari penelitian sebelumnya,
o Penambahan reagen kimia FerroVer Iron digunakan untuk pengujian kandungan
logam Fe dan reagen kimia citrate mangan dan sodium peridote untuk kandungan
logam Mn.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian tersebut menunjukan bahwa pencampuran antara sample air asam tambang
dengan fly ash dapat meningkatkan pH air asam tambang tersebut, Air asam tambang yang
semula memiliki pH 4,25 meningkat menjadi rata-rata memiliki pH 6,0. Hasil yang paling
optimum didapat ketika air asam tambang dicampurkan dengan 55gr/l fly ash, dimana
kandungan logam Fe turun dari 0,63 mg/l menjadi sebesar 0,28 mg/l. Sedangkan kandungan
logam Mn dari 11 mg/l turun menjadi 4,5 mg/l.
Berat fly ash mengalami penurunan dari sebelumnya 55 gr fly ash karena kadar
sebelumnya tidak dicampur dengan air sungai dengan pH 6,55 yang dapat membantu fly ash
menaikkan pH air asam dan menurunkan jumlah abu yang harus direaksikan. Hasil penelitian
ini juga menunjukan bahwa setelah dilakukan pengenceran kandungan logam Fe mengalami
penurunan dari 0,81 mg/l menjadi 0,44 mh/l dan logam Mn dari 10,2 mg/l menjadi 5,2 mg/l
setelah dilakukan pencampuran dengan air sungai dengan pH 6,55. Berdasarkan perhitungan
tersebut maka dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pengenceran, terdapat penurunan
berat kapur tohor menjadi 0,5 gr pada campuran air asam dan air sungai. Kadar mengalami
penurunan dari sebelumnya 1,0 gr/l kapur tohor karena kadar sebelumnya tidak dicampur
dengan air sungai dengan pH 6,55 yang dapat membantu kapur tohor menaikkan pH air asam
dan menurunkan jumlah abu yang harus direaksikan.
Fly ash memiliki efektifitas penurunan logam Fe sebesar 45,65% dan penurunan logam
Mn sebesar 49,01 %. Penurunan logam Fe penggunaan kapur tohor sebesar 51,85 % dan
penurunan logam Mn sebesar 62,54 %. Dari penelitian ini kapur tohor lebih optimal untuk
menaikkan pH dan kandungan logam Fe dan Mn.
Jurnal 2
DEKOLORISASI LIMBAH INDUSTRI BATIK MENGGUNAKAN PROSES FENTON
DAN FOTO FENTON
Latar Belakang
Metode Fenton adalah salah satu metode untuk degradasi senyawa organik dengan
pembentukkan radikal bebasOH• yang diperoleh dari reaksiH2O2 dengan ion Fe2+
dalamkondisi penyinaran atau tanpa penyinaran sinar Ultra Violet (UV) dari matahari. Fenton
hidrogen peroksida (H2O2) berfungsi sebagai oksidator dan besi sebagai katalisator.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi optimum proses
dekolorisasi limbah batik warna biru dengan metode Fenton dan Foto Fenton menggunakan
katalisator FeSO4.7H2O.
Metode
o Menganalisis kandungan senyawa yang terkandung didalamnya dengan
menggunakan FT-IR untuk mengetahui panjang gelombang dan tinggi absorbansi,
o Percobaan dilakukan secara catu dengan cara, sebanyak 50 mL dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 200mL, pHlimbah diatur bervariasi (2, 3, 4, 5 dan 6) dengan
menggunakan larutan H2SO4, kemudian ditambahkan katalisator FeSO4. 7H2O
dengan jumlah bervariasi dari 25 mg hingga 150 mg dan H2O2 dengan jumlah
bervariasi 10 L hingga 100 L.
o Proses fenton dilakukan dengan menggunakan lampu UV untuk mengetaui
endapan terbentuk yang dipisahkan dari filtratnya
Jurnal 3
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR BATIK MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE
NETRALISASI DAN ELEKTROKOAGULASI
Latar Belakang
Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu menggunakan arus listrik
searah melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit, yang salah satu
elektrodanya terbuat dari aluminium. Dalam penelitian ini dilakukan kombinasi yaitu dengan
metode netralisasi namun perlu dilakukan pengkajian proses melalui percobaan dan
pengujian terhadap parameter yang berpengaruh. Hal ini dilakukan agar dihasilkan air limbah
yang sesuai dengan standar baku mutu.
Metode
o Proses elektrokoagulasi dimulai dengan penetralan limbah cair batik dengan cara
mencampurkan air limbah batik dengan HCl untuk menetralkan pH dan
membentuk proses pembentukan garam,
o Air limbah batik yang telah dinetralkan menggunakan HCl selanjutnya
diendapkan selama 1 hari agar air dan garam yang mengendap terpisah,
o Percobaan masing-masing dimasukkan air limbah batik sebanyak 800 mL ke
dalam beaker glass,
o Katoda dialiri listrik searah (DC) dan disusun secara pararel. Proses
elektrokoagulasi dilakukan dengan variasi 3 tegangan listrik yaitu 6 volt, 9 volt,
dan 12 volt dan waktu kontak untuk elektrokoagulasi dilakukan dengan waktu 0
menit, 30 menit, 60 menit, dan 90 menit,
o Air limbah batik tersebut kemudian dinetralkan menggunakan HCl dan dilakukan
pengujian kembali untuk mengetahui karakteristik limbah cair batik setelah
penetralan.
o Data hasil pengujian air limbah batik hasil netralisasi tersebut kemudian
digunakan menjadi konsentrasi pencemar logam Cr total, COD, dan TSS pada
waktu 0 menit