Strength
Hardness Brittleness
Ductility
Istilah kekerasan (hardness) sebenarnya sangat sulit untuk didefinisikan secara tepat, karena setiap
bidang ilmu memberikan definisinya sendiri-sendiri sesuai persepsi dan keperluan yang melatar
belakangi. Meskipun demikian dalam tinjauan teknik (engineering) yang menyangkut logam, satu
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
definisi yang cukup mewakili menyatakan bahwa kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk tahan
terhadap indentasi/penetrasi atau abrasi.
Pengujian hardness dilakukan dengan mesin uji hardness yang sketsanya sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 2.2 Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk menguji kekerasan logam,
yaitu :
1) Metode Pengujian Kekerasan Brinell
2) Metode Pengujian Kekerasan Vickers
3) Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
4) Metode Pengujian Kekerasan Rockwell Superficial
5) Metode Pengujian Kekerasan Knoop
6) Metode Pengujian Kekerasan Shore Scleroscope
7) Metode Pengujian Kekerasan Sonodur
8) Metode Pengujian Kekerasan Moh
9) Metode Pengujian Kekerasan File
Dari kesembilan metode tersebut, hanya tiga saja yang akan dibahas, yaitu Brinell, Vickers dan
Rockwell.
2.2.1 Metode Pengujian Kekerasan Brinell
Brinell merupakan metode pengujian kekerasan yang paling tua, meskipun demikian masih banyak
digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Brinell adalah
sebagai berikut :
1) Spesimen harus memenuhi persyaratan :
a) rata dan halus.
b) ketebalan minimal 6 mm.
c) dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal.
2) Indentor yang digunakan adalah bola baja yang telah dikeraskan, namun untuk bahan yang sangat
keras (sampai 650 BHN) digunakan bola dari karbida tungsten. Jarak antara titik pengujian minimal
dua kali diameter tapak indentasi.
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
3) Pemakaian beban (P) dan diameter indentor (D) harus memenuhi syarat perbandingan :
P/D2 = k
Dimana k = 30 untuk baja
k = 10 untuk tembaga dan paduannya
k = 5 untuk aluminium dan paduannya.
4) Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekankan indentor pada
permukaan spesimen selama 10 – 30 detik (gambar 2.3. a-c).
d1
d2
b. Saat indentasi
a. Sebelum indentasi c. Setelah indentasi d. Pengukuran diameter
indentasi pada layar
136
0
d1
d2
136
a. Indentor0piramida intan b. Tapak indentasi c. Pengukuran
diagonal
indentasi pada
layar
Gambar 2.4 Metode Pengujian Hardness Vickers
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum))
3) Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis harus digunakan beban
yang ringan sehingga tidak terjadi anvile effect. Anvile effect ini terjadi kalau spesimen uji hardness
terlalu tipis, sementara beban pengujian cukup besar sehingga indentor seakan mengindetasi anvile-
nya.
4) Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan denganmenekan indentor pada permukaan
spesimen selama 10 – 30 detik.
5) Selain dengan HVN atau HV,nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan juga dengan satuan DPH
(Vickers Diamond Pyramidal Hardness) yang dihitung berdasarkan panjang diagonal indentasi
dengan persamaan sebagai berikut :
DPH= [2P sin (/2)]/d2................................................................................................(2.2)
Untuk = 1360
DPH= 1,854P/d2..........................................................................................................(2.3)
Dimana P = gaya tekan (kg)
d = diagonal indentasi (mm)
= (d1+d2)/2
6) Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10
Dimana : 150 = Nilai kekerasan
DPH = Metode pengujian Vickers
150 = Gaya pembebanan (kg)
10 = Waktu pembebanan (detik)
7) Sama dengan metode Brinell, karena pengukuran dilakukan dengan cara manual, maka memberi
peluang untuk terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu dimungkinkan terutama pada saat
pemfokusan obyek pada layar, peletakan alat ukur pada obyek dan pembacaan pengukurannya.
2.2.3 Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang masih menggunakan pengukuran manual, dengan
metode Rockwell nilai kekerasan langsung dapat dibaca pada skala yang terdapat pada mesin. Dengan
metode ini nilai kekerasan spesimen langsung dapat dibaca dari skala yang terdapat pada mesin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Rockwell adalah sebagai
berikut:
1) Spesimen harus memenuhi persyaratan :
a) Rata dan halus.
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
b) Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal.
2) Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, dimana pemakaiannya tergantung pada
kombinasi jenis indentor dan beban utama yang digunakan. Ada tiga jenis indentor dengan tiga jenis
beban utama, sehingga terdapat sembilan kombinasi sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 2.5)
Sedangkan jenis skala dan kombinasi jenis indentor dengan beban utama ditunjukkan pada (tabel
2.2).
DP 1/16 1/8
150
100
60
Gambar 2.5. Jenis indentor dan jenis beban utama serta kombinasinya pada metode Rockwell
(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan (Praktikum))
DP DP DP DP
6) Selain tergantung kombinasi jenis indentor dan jenis beban, maka pemakaian skala dalam Rockwell
juga tergantung pada jenis material yang akan diuji. Sebagai contoh, Rockwell B untuk logam secara
umum, Rockwell C untuk logam yang keras dan Rockwell A untuk logam yang sangat keras.
Kesalahan pemakaian kombinasi indentor dan beban dengan jenis material yang diuji akan
menyebabkan tidak akuratnya hasil pengujian.
2.3 Alat
1) Mesin uji kekerasan
2) Satu set indentor uji kekerasan
3) Hand grinding
4) Stopwatch
5) Obeng
6) Kertas gosok dengan grit 60 dan 120
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
7) Tissue
2.4 Bahan
1) Spesimen kekerasan aluminium
2) Spesimen kekerasan tembaga
3) Spesimen kekerasan baja (HSS)
BHN =
=
= 142,47 BH
b) Pengujian Kedua
Diketahui :
d1 = 1,22 mm
d2 = 1,24 mm
d (rata-rata) = (d1 +d2)/2
= (0,940+ 0,910)/2 = 0,925 mm
BHN =
=
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
= 142.52 BH
Nilai Brinell dapat dikonversikan ke nilai Vickers dengan metode extrapolasi dan interpolasi, dengan
nilai kekerasan Brinell pada pengujian pertama 142.47 BHN dan pengujian kedua 142,52 BHN.
2.7.2 Metode Pengujian Kekerasan Vickers
1) Menentukan Pemakaian Beban
Pada dasarnya semua beban dapat digunakan, kecuali pada pelat yang tipis, harus menggunakan
beban yang ringan sehingga tidak terjadi anvile effect. Gaya tekan (P) yang digunakan adalah
20kg.
Analisa Pengujian
Hasil konversi nilai kekerasan Brinell dengan Vickers
Tabel 2.3 extrapolasi dan interpolasi Brinell dengan Vickers
BRINELL VICKERS BRINELL VICKERS
PERTAMA (HV) PERTAMA (HV)
(BH) (BH)
133 140 133 133
142,47 X 142,52 X
143 150 143 150
X = 140 + 9,47
X = 149,47 DPH
=
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
=
9,52 = 150 – X
X = 149,52 DPH
0,015 =
0,015X – 9,,6 = 10
X = 1306,66 DPH
0,014 =
0 ,014X – 8,96 = 10
X = 1354,28 DPH
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
3. Lokasi uji ketiga menggunakan extrapolasi
57,3 Rc 640 DPH
57,8 Rc 650 DPH
96,5 Rc X DPH
0,0148 =
0,0148X – 9,47 = 10
X = 1315,55 DPH
142,47 BH 149,47DPH
142,52 BH 149,52 DPH
Brinell
Rata - Rata Nilai Konversi 148,896DPH
218,12 DPH
Vickers
2.8 Kesimpulan
1) Brinell
Hasil pengujian dengan metode brinell lebih mudah diamati karena bekas indentasinya cukup besar.
Namun metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan metode vickers, sebab metode
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN
ini membutuhkan perhitungan terlebih dahulu untuk menentukan beban yang digunakan. Pengujian
secara manual mengakibatkan penguji harus lebih teliti dalam membaca hasil pengamatan.
2) Rockwell
Hasil pengujian metode rockwell merupakan pengujian yang paling mudah diamati, karena penguji
cukup membaca skala pada mesin untuk mendapatkan nilai kekerasan. Tetapi jika terjadi kesalahan
dalam mengkombinasikan beban dan indentor, maka hasil pengujian pun salah.
3) Vickers
Pengujian dengan metode vickers sama mudahnya dengan metode brinell tetapi waktu yang
dibutuhkan lebih cepat karena tidak ada penentuan beban terlebih dahulu. Bekas indentasi yang relatif
kecil menuntut penguji lebih teliti dalam membaca hasil pengujian.
4) Dari data yang diperoleh rata-rata nilai kekerasan setelah dikonversikan dari hasil pengujian material
aluminium dengan metode brinell sebesar 148,896 DPH, material aluminium dengan metode vickers
sebesar 218,12 DPH dan material baja karbon (HSS) dengan metode Rockwell C sebesar 1325,49
DPH. Jadi, material yang mempunyai nilai kekerasan paling tinggi adalah material baja (HSS).
Daftar Pustaka
Budi Prasojo, ST, MT. 2012. Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
Daniel, A. Brandt. 1985. Metallurgy Fundamental, The Goodheart –Willcox. Inc,USA
Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI.ITS
M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal. PPNS
Suherman Wachid, Ir .1987. Diktat pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN