Anda di halaman 1dari 12

Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak

“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi


untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

SKRINING FITOKIMIA DAN ANALISIS KROMATOGRAFI


LAPIS TIPIS DARI EKSTRAK ETANOL HERBA PACAR AIR
(Impatiens balsamina Linn.)

Hariyanto Ih1, Inarah Fajriaty2, Suci Putri Rahmawani3, Abdurrachman4


1, 2, 3, 4
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi Pontianak
1
e-mail: rahmawani_suciputri@yahoo.com

Abstrak
Pacar air secara empiris digunakan untuk mengobati gigitan serangga, peluruh haid, dan pencegah
kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penapisan fitokimia dan profil kromatogram dari
herba pacar air. Pacar air diekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 96%. Perbandingan
simplisia daun dan batang pacar air yaitu 1:3. Golongan metabolit sekunder diidentifikasi dengan
skrining fitokimia dan KLT. Alkaloid diuji dengan Mayer, Wagner, dan Dragendorff, flavonoid diuji
denganuji Schinoda, terpenoid dan steroid diuji dengan Liebermann-Burchard, tanin dan fenol diuji
dengan FeCl3, saponin diuji dengan uji busa dan kuinon diuji dengan NaOH.Pengujian KLT
menggunakan fase diam plat silika gel GF254 dan fase gerak etil asetat:metanol:air (77:13:10)
dilakukan pada sinar UV 254nm dan 366nm dengan penampak bercak asam sulfat 10%. Hasil
skrining fitokimia herba pacar airmengandung senyawa polifenol, tannin galat, flavonoid, kuinon,
steroid dan saponin. Uji KLT menunjukkan adanya senyawa flavonoid dengan penampak bercak
AlCl3yang ditandai dengan warnakuning.

Kata Kunci: ekstrak etanol, herba pacar air, kromatografi lapis tipis, skrining fitokimia.

Abstract
Pacar air is used empirically to treat insect bites, menstrual cramps, and cancer prevention. The
aim of this study was to determine phytochemical screening and chromatogram profile of pacar air
herbs. Pacar air was extracted macerating andethanol 96%. The ratio of leaves and stalks of the
pacar air were 1: 3. Secondary metabolite were identified by phytochemical screening and TLC test.
Alkaloids were tested with Mayer, Wagner, and Dragendorff, Flavonoids were tested by Schinoda
test, terpenoids and steroids were tested with Liebermann-Burchard, tannins and phenols were
tested with FeCl3, saponins were tested with frothing test and quinones were tested with NaOH. TLC
testing utilized with stationary phase silica gel GF254 and motion phase ethyl acetate: methanol:
water (77:13:10) was performed on 254nm and 366nm UV rays with 10% sulfuric acid. The results
of the phytochemical screening of pacar air herbs contain polyphenol compounds, tannins,
flavonoids, quinones, steroids and saponins. The TLC test showed the presence of flavonoid
compounds with AlCl3 that were yellow spot.

Keywords: ethanolic extract, pacar air herbs, thin layer chromatography, phytochemical screening.

PENDAHULUAN
Herba pacar air (Impatiens balsamina L) adalah salah satu tumbuhan yang
dikenal dan digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Pemanfaatan
I.balsamina meliputi seluruh bagian tumbuhannya. Bunga I.balsamina digunakan
sebagai sebagai peluruh haid, penurun darah tinggi, hematoma, bisul, rematik,

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 403


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

sendi, gigitan ular berbisa dan dermatitis. Daun I.balsamina digunakan untuk
mengobati keputihan, nyeri haid, radang usus buntu kronis, penahan sakit dan
radang kuku. Selain itu, biji I.balsamina digunakan juga untuk meluruhkan haid,
mengobati keterlambatan haid dan mempermudah persalinan (Hariana, 2013).
Penelitian mengenai aktivitas I. balsamina telah dilakukan. I. balsamina
memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidan dari ekstrak etanol batang dan
daun I. balsamina, menghambat bakteri Candida albican, Cryptococcus
neoformans, Shigella boydii, Salmonella paratyphii, Proteus vulgaris dan
Staphylococcus aureus dari ekstrak berbagai pelarut (metanol, aseton, petroleum
eter dan heksan) serta aktivitas antitumor dan sitotoksik (Baskar, et al 2012; John
dan Koperuncholan, 2012; Kang, et.al., 2013). Berdasarkan banyaknya khasiat
tanaman dari herba pacar air tersebut, tentunya tanaman tersebut
mengandung bermacam-macam senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan.
Tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat apabila tanaman tersebut
mengandung metabolit sekunder yang memiliki aktivitas farmakologi. Kandungan
senyawa metabolit sekunder dalam suatu tanaman dapat diketahui dengan suatu
metode skrining fitokimia dan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Oleh karena
itu, pada penelitian ini dilakukan identifikasi komponen metabolit sekunder herba
pacar air menggunakan metode skrining fitokimia dan uji Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).

METODE
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah alat-alat gelas (Pyrex
Iwaki®), AlCl3 (E. merck), asam asetat glasial (E.merck), aseton (E.merck),
aquadest, ayakan 18 mesh (Pharmalab®), blender simplisia (Miyako®), butanol (E.
merck), cawan krusibel, desikator, etanol (E. merck), FeCl3 (E. merck), H2SO4
(E.merck), HCl (E. merck), kloroform (E. merck), logam Mg, NaCl (E. merck),
NH3 (E. merck), oven (Memmert UP400®), pereaksi Dragendorff, pereaksi gelatin,
pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, petroleum eter (E.merck), rotary evaporator
(Heldolph®), SbCl3 (E. merck), sendok stainless, seperangkat alat soxhlet

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 404


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

berkesinambungan, timbangan analitik (Precisa®), waterbath (Memmert WNB


14®).
Bagian tumbuhan yang diambil adalah daun dan batang dari sampel
I.balsamina. Daun dan batang dikeringkan menggunakan lemari pengering pada
suhu 37,8o C hingga kering yaitu selama 4 hari. Simplisia kering diblender sampai
halus dan disaring sehingga diperoleh serbuk yang homogen. Perbandingan batang
dan daun yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan satu tanaman herba pacar
air yaitu 3:1. Serbuk simplisisa kemudian diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan etanol 96 % dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator
sehingga diperoleh ekstrak kental.
Penentuan parameter-parameter standarisasi terdiri dari organoleptis.
Pengamatan organoleptik terhadap ekstrak meliputi bentuk, warna dan
bau. Penetapan kadar sari larut air 5 g ekstrak etanol herba pacar air dimaserasi
selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform (3 mL kloroform ditambahkan air
hingga 1000 mL) menggunakan labu tersumbat sambil berkali-kali dikocok selama
6 jam pertama, kemudian dibiarkan 18 jam dan disaring. Kemudian 20 mL filtrat
diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, residu
dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap (Depkes RI, 2000).
Penetapan kadar sari larut etanol 5 g ekstrak etanol herba pacar air dimaserasi
selama 24 jam dengan menggunakan 100 mL etanol 95% dalam labu tersumbat
sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18
jam. Maserat hasil maserasi disaring dan diuapkan. Sebanyak 20 mL filtrat hingga
kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisa penguapan
dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap (Depkes RI, 2000).
Penetapan susut pengeringan ditimbang seksama 1 g ekstrak etanol herba
pacar air dalam krus porselen bertutup yang sebelunmya telah dipanaskan pada
suhu 105°C selama 30 menit dan telah ditara. Diratakan dengan menggoyangkan
hingga merupakan lapisan setebal 5-10 mm. Dikeringkan dalam oven pada suhu
105°C hingga bobot tetap dalam keadaan tutup terbuka. Selanjutnya, krus dalam
keadaan tertutup dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desikator hingga
suhu kamar. Setelah dicatat bobot tetapnya kemudian dimasukkan kembali ke

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 405


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

dalam oven suhu 105°C selama 1 jam. Prosedur tersebut diulang hingga perbedaan
hasil penimbangan tak lebih dari 0,5 mg tiap g sampel setelah dikeringkan 1 jam
(Depkes RI, 2000).
Penetapan bobot jenis dilakukan menggunakan ekstrak 1%. Vial kosong diisi
2 mL air dan diberi tanda. Timbang bobot vial kosong (V0) dan vial berisi 2 mL
larutan 1% ekstrak etanol (V1). Bobot jenis ekstrak dihitung melalui perbandingan
bobot larutan 1% ekstrak etanol terhadap bobot air, dengan asumsi bobot jenis air
sama dengan 1 (Depkes RI, 2000).
Ekstrak etanol herba pacar air sebanyak 1 gram dibasakan dengan 5 mL
amonia encer sambil digerus dalam mortir kemudian ditambahkan 20 mL
kloroform sambil terus digerus. Kemudian disaring, filtrat dimasukkan kedalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 mL asam klorida 2 N. Campuran dikocok
kuat–kuat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan asam dipisahkan kemudian dibagi
menjadi 3 bagian. Bagian I digunakan sebagai blanko, bagian II ditambah 2–3 tetes
pereaksi Mayer kemudian diamati ada atau tidaknya endapan berwarna putih.
Bagian III ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Dragendorff dan diamati ada atau
tidaknya endapan berwarna jingga coklat (Kristanti, 2008).
Sejumlah 1 gram ekstrak etanol herba pacar air dipanaskan dengan air diatas
tangas air, kemudian disaring. Kedalam 5 mL filtrat dimasukkan serbuk magnesium
dan 1 mL asam klorida 2N. Campuran dipanaskan di atas tangas air kembali, lalu
disaring. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL amil
alkohol. Campuran lalu dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Adanya flavonoid
ditandai dengan terbentuknya warna kuning hingga merah pada lapisan amil
alkohol (Kristanti, 2008).
Sejumlah 1 gram ekstrak etanol herba pacar air dipanaskan dengan air di atas
tangas air, kemudian disaring. Filtrat ditambah 2-3 tetes larutan kalium hidroksida
5%. Adanya kuinon ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning hingga merah
(Kristanti, 2008).
Sejumlah 1 gram ekstrak etanol herba pacar air dipanaskan dengan air diatas
tangas air, disaring, dinginkan dan kemudian dikocok kuat – kuat selama 30 detik.
Terbentuknya buih yang mantap selama tidak kurang 10 detik setinggi 1 cm sampai

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 406


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

10 cm menunjukkan adanya saponin dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2


N buih tidak hilang (Kristanti, 2008).
Sebanyak 1 gram ekstrak etanol herba pacar air digerus dengan 15 mL air
hingga lumat, dipindahkan kedalam tabung reaksi dan dididihkan selama beberapa
menit, kemudian saring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat bagian I
ditambahkan 2-3 tetes larutan besi (III) klorida 1%. Adanya golongan fenol
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau biru kehitaman.Filtrat bagian II
ditetesi (5 tetes) larutan pereaksi gelatin 1 %. Terbentuknya endapan berwarna putih
menunjukkan adanya senyawa tanin (Kristanti, 2008).
Sebanyak 1 gram ekstrak etanol herba pacar air digerus dengan 20 mL eter,
kemudian disaring. Filtrat yang didapat diuapkan pada cawan penguap hingga
kering. Pada residu diteteskan pereaksi Liebermann-Burchard sebanyak 2–3 tetes.
Terbentuknya warna hijau violet atau biru menunjukkan adanya steroid/triterpenoid
(Kristanti, 2008).
Lempeng KLT atau fase diam terlebih dahulu diaktifkan dengan oven
pada suhu 105 °C selama 10 menit sebelum dilakukan penotolan sampel.
Kemudian ekstrak etanol daun pacar air ditotolkan pada lempeng KLT, yaitu
silika gel silica gel GF 254. Lempeng yang telah ditotoli kemudian dielusi dalam
chamber pengelusi KLT menggunakan fase gerak etil asetat, metanol, dan air
dengan perbandingan 77:13:10. Jarak elusi 7 cm, setelah dikembangkan sampai
batas pengembangan, elusi dihentikan, lalu lempeng diambil dan diangin-anginkan
sampai kering

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persiapan dan Ekstraksi Sampel Herba Pacar Air
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari saat proses fotosintesis. Pada
saat fotosintesis, kandungan glukosa yang terkandung dalam tanaman maksimal
dimana glukosa ini akan digunakan untuk membentuk metabolit sekunder, sehingga
kandungan metabolit sekunder yang terdapat di dalam tanaman herba pacar air
dapat mencapai kadar yang tinggi (Gunawan dan Mulyani, 2004). Pengeringan
ditujukan untukmenurunkan kadar air yang terkandung dalam sampel. Setelah

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 407


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

melalui proses pengeringan didapatkan sampel berupa simplisia daun dan batang
kering yangberwarna hijau kecoklatan. Simplisia kering diblender agar diperoleh
simplisia yang lebih halus dengan luas permukaan yang lebih besar sehingga
memudahkan dalam penyarian simplisia dimana akan memperluas bidang kontak
antara simplisia dengan pelarut yang memungkinkan senyawa yang tersari akan
lebih banyak. Luas kontak yang besar menyebabkan penetrasi larutan penyari lebih
mudah menembus vakuola tumbuhan untuk mengesktrak senyawa metabolit
sekunder yang terdapat di dalamnya.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah proses ekstraksi cara dingin yaitu
maserasi dengan pelarut etanol 96%. Metode maserasi dipilih untuk meminimalisir
senyawa metabolit sekunder yang dapat rusak oleh pemanasan. Pelarut yang
digunakan adalah etanol 96% sebagai larutan penyari karena etanol adalah pelarut
universal dan mampu menyari sebagian besar kandungan kimia dari simplisia
tersebut (Zhang, et.al., 2007). Ekstrak cair yang dihasilkan kemudian dipekatkan
dengan menggunakan rotary evaporator untuk memperoleh komponen zat aktif
yang terdapat pada tanaman I. balsamina dan menghilangkan pelarut yang
digunakan.
Parameter-Parameter Standarisasi
Ekstrak herba pacar air distandarisasi melalui penentuan parameter spesifik
dan non spesifik untuk menjaga kualitas ekstrak. Penentuan parameter spesifik
adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan aspek kuantitatif kadar senyawa kimia
yang bertanggung jawab langsung terhadap aktivitas farmakologis tertentu.
Parameter non spesifik adalah segala aspek yang tidak terkait dengan aktivitas
farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan konsumen
dan stabilitas ekstrak dan sediaan yang dihasilkan (Syaifudin dkk, 2011).
Tabel 1 Hasil Standarisasi Ekstrak

No. Parameter Hasil Pengamatan


1. Organoleptik Warna coklat kehitaman,
kental danbau khas
2. Rendemen (%) 12,9424 %
3. Kadar Sari Larut Air (%) 13,313%

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 408


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

4. Kadar Sari Larut Etanol (%) 21,487%


5. Susut Pengeringan (%) 26,2669 %
6. Bobot Jenis Ekstrak (g/ml) 0,8158 g/mL

Parameter organoleptis merupakan parameter yang menggunakan panca indra


untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak. Tujuannya adalah
untuk melakukan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin.
Adapun rendemen ekstrak yang didapat yaitu sebesar 12,9424 %. Nilai rendemen
digunakan untuk mengetahui nilai ekonomis suatu produk atau bahan. Semakin
tinggi nilai rendemennya, maka semakin tinggi pula nilai ekonomisnya sehingga
pemanfaatannya dapat menjadi lebih efektif. Parameter senyawa terlarut dalam
pelarut tertentu (air atau etanol) bertujuan memberikan gambaran awal jumlah
senyawa kandungan sehingga dapat terlihat pelarut yang cocok untuk
mengekstraksi senyawa tertentu dan jika dibuat dalam sediaan obat maka pelarut
yang hanya boleh digunakan adalah pelarut etanol dan air. Hasil penelitian
menunjukan kadar sari larut etanol yang didapat lebih besar dibandingkan dengan
kadar sari larut airnya. Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk mengetahui
kadar air dan pelarut yang tersisa di dalam ekstrak sehingga dapat diketahui ekstrak
yang digunakan tergolong ekstrak cair, kental atau kering. Hasil penetapan susut
pengeringan menunjukkan ekstrak yang diperoleh termasuk ekstrak kental.
Penetapan bobot jenis bertujuan untuk memberikan batasan tentang besarnya massa
persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak
kental yang masih dapat dituang. Hasil bobot jenis ekstrak etanol herba pacar air
menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba pacar air dalam 1 ml mengandung
senyawa terlarut sebesar 0,8158 g pada suhu 25○C.
Analisis Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan tahapan awal untuk mendeteksi keberadaan
golongan senyawa yang terdapat pada suatu bahan alam. Pemeriksaan kandungan
fitokimia dilakukan dengan menggunakan uji tabung yaitu dengan mereaksikan
sampel dengan larutan pereaksi spesifik.

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 409


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

Tabel 2 Hasil Skrining Fitokimia

No. Pemeriksaan Hasil


1. Alkaloid (-)
2. Fenol (+)
3. Tanin Galat (+)
Tanin Katekat (-)
4. Flavanoid (+)
5. Steroid/Triterpenoid (+)
6. Saponin (+)
7. Kuinon (+)
Keterangan : (+) Terdeteksi
(-) Tidak terdeteksi

Hasil uji senyawa golongan alkaloid ekstrak etanol I.balsamina


menggunakan pereaksi Mayer dan Dragendroff tidak terbentuk endapan putih
maupun endapan merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol
I.balsamina tidak mengandung senyawa golongan alkaloid.
Hasil pemeriksaan senyawa golongan fenolik ekstrak etanol I.balsamina
menunjukkan hasil yang positif dengan menggunakan larutan pereaksi FeCl3 1%.
Hal itu terlihat dari terjadinya perubahan warna menjadi warna biru kehitaman.
Senyawa fenol akan membentuk komplek dengan besi, sehingga menimbulkan
perubahan warna dari ungu sampai hijau (Robinson, 1983).
Hasil pemeriksaan tanin menunjukkan ekstrak etanol I.balsamina
mengandung tanin galat atau tanin terhidrolisis karena terbentuk warna biru
kehitaman setelah ditambahkan dengan FeCl3. Penambahan gelatin 1% juga
membentuk endapan putih. Terbentuknya endapan adalah sebagai akibat dari sifat
tanin yang dapat mengendapkan gelatin. Tanin akan membentuk kopolimer yang
memiliki berat jenis lebih besar sehingga tidak larut dalam air yang akhirnya
muncul sebagai endapan berwarna putih (Robinson, 1983).
Hasil pemeriksaan senyawa golongan flavanoid pada ekstrak etanol
I.balsamina juga menunjukkan hasil yang positif. Hal itu ditandai dengan
terbentuknya warna merah setelah ekstrak ditambahkan dengan HCl pekat dan
logam Magnesium (Mg). Uji senyawa golongan flavonoid menghasilkan perubahan
warna merah sampai jingga, maka warna tersebut diberikan oleh senyawa flavon.

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 410


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

Golongan senyawa flavonol atau flavonon memberikan warna merah sedangkan


warnahijau sampai biru diberikan oleh senyawa golongan glikosida.(37).Warna
merah ini terbentuk karena adanya reduksi flavonoid oleh Mg serta terbentuknya
garam flavilium. Fungsi penambahan HCl adalah untuk melarutkan Mg sehingga
dapat mereduksi senyawa flavonoid (Harbone, 1973; Robinson, 1983).
Pengujian senyawa golongan triterpenoid dan steroid menggunakan pereaksi
Liebermann-Burchard. Hasil yang positif senyawa golongan triterpenoid ditandai
dengan terbentuknya cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan,
sedangkan adanya senyawa golongan steroid ditandai dengan terbentuknya cincin
biru kehijauan (Ciulei, 1984). Hasil uji senyawa golongan triterpenoid dan steroid
pada ekstrak etanol I.balsamina menunjukkan terbentuknya cincin berwarna hijau.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol I.balsamina mengandung senyawa
golongan steroid. Perubahan warna ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi
pada golongan steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi (senyawa
pentaenilik) (Burkey, et. al., 1974)
Pengujian senyawa golongan saponin menggunakan uji Forth ditandai
adanya busa yang bertahan ± 10 menit setinggi 1-10 cm. Hasil pemeriksaan
senyawa golongan saponin dalamekstrak etanol I.balsamina memberikan hasil
positif yang ditunjukkan dengan adanya busa setinggi ± 1 cm dan selama 10 menit.
Timbulnya busa pada menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai
kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
senyawa lainnya (Rusdi, 1990).
Hasil pemeriksaan kuinon pada ekstrak etanol I.balsamina juga menunjukkan
hasil yang positif. Pemeriksaan kuinon dilakukan dengan reaksi warna. Reaksi yang
khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa
berwarna, kemudian warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara.
Antrakuinon akan memberikan karakteristik warna merah, violet, hijau atau ungu
dengan basa (Harbone, 1973)
Analisis Pola Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstrak I.balsamina yang diperoleh kemudian dilakukan uji kromatografi
lapis tipis (KLT) untuk lebih menegaskan hasil yang didapat dari skrining

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 411


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

fitokimia. Fase diam yang digunakan untuk kromatografi lapis tipis adalah silika
gel GF 254. Fase gerak yang digunakan pada KLT adalah etil asetat : metanol : air
(77 : 13 : 10). Deteksi bercak dengan menggunakan sinar UV 254 dan 366 nm serta
penyemprot AlCl3. Pada paparan sinar UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi
dan sampel akan tampak berwarna gelap, sedangkan pada sinar 366 nm noda yang
akan berflouresensi dan lempeng tampak berwarna gelap. Tujuan dilakukannya
profil kromatografi lapis tipis adalah untuk menunjukkan bahwa setidaknya
terdapat metabolit sekunder didalam ekstrak atau secara kimiawi ekstrak adalah
otentik, yaitu berasal dari tanaman yang benar dengan parameter senyawa marker
muncul sebagai bercak terpisah (Syaifudin dkk, 2011). Hasil uji KLT pada
penelitian ini menunjukkan ekstrak etanol herba pacar air mengandung senyawa
flavonoid dengan adanya bercak berwarna kuning.

Gambar 1 Hasil Uji KLT Ekstrak Etanol Herba Pacar Air: I) UV 254 nm, II)
UV 366 nm, III) Setelah Disemprot dengan Penampak Bercak AlCl3

SIMPULAN
Ekstrak herba pacar air I.balsamina mengandung senyawa metabolit
sekunder golongan polifenol, tanin galat, flavonoid, kuinon, steroid dan saponin.

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 412


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

Analisis pola kromatografi lapis tipis menunjukkan adanya senyawa flavonoid


dengan penampak bercak AlCl3 yang ditandai dengan warna kuning.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada Hibah Dosen Pemula Kemenristek Dikti Tahun 2016
atas bantuan dana pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Baskar N., Devi, B.P. & Jayakara, B. 2012. Anticancer Studies on Ethanol
extract Of Impatiens Balsamina. IJRAP, 3(4).

Burkey, R.W., Diamondstone, R.A., & Velapoidi, M.O. 1974. Mechanisms of The
Liebermann-Burchard and Zak Color Reactions for Cholesterol. Clinical
Chemistry. 20(7).

Ciulei, J. 1984. Metodology for Analysis of Vegetables and Drugs. Bucharest:


Faculty of Pharmacy.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak


TumbuhanObat. Jakarta: Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan.

Gunawan, D. & Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Harbone, J.B. 1973. Phytochemical Methods: A guide to modern techniques of plant


analysis. 3th Edition. New York: Chapman and Hall.

Hariana, A. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.

John, S.A. & Koperuncholan, M. 2012. Antibacterial Activities of Various Solvent


Extracts From Impatiens balsamina. Int J Pharm Bio Sci. 3(2).

Kang, S.N., et al. 2013. Antioxidant and Antimicrobial Activities of Ethanol


Extractfrom the Steam and Leaf of Impatiens balsamina L. (Balsaminaceae)
at Different Havest Times. Molecules. Vol 18.

Kristanti, A.N., dkk. 2008. Buku ajar fitokimia. Surabaya: Airlangga University
Press.

Robinson, T. 1983. The Organic Constituents of Higher Plants Their Chemistry


andInterrelationships. 5th Ed. North Amherst: Cordus Press.

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 413


Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak
“Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA dan Teknologi
untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan”
Pontianak, 14 Oktober 2017

Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas.

Syaifudin, A., Viesa, R., & Hilwan, Y.T. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Zhang, Z., et al. 2007. Optimization of eEhanol–Water Extraction of Lignans from


Flaxseed. Separation and Purification. Technology. 57(1): 17-24.

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 414

Anda mungkin juga menyukai