Anda di halaman 1dari 18

Manajemen Keperawatan

Di Susun Oleh

Putri Indriani
1814201247

Dosen Pembimbing:

Ns. Endra Amalia, M.Kep

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universita Perintis Indonesia

Fakultas Ilmu Kesehatan

TA 2020/2021
A. Definisi Pre dan Post Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi


dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.

Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :


a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006)

 Waktu : setelah operan


 Tempat : Meja masing – masing tim
 Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
 Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan
yang
diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara

b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah
hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
 Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
 Tempat : Meja masing – masing tim.
 Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
 Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan
kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.

B. Tujuan Pre dan Post Conference

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara


kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai
situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga
dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara
yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

a. Tujuan pre conference adalah:


1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan
merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

b. Tujuan post conference adalah:


Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan
masalah yang dijumpai.

C. Syarat Pre dan Post Conference


a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference
dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan
tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

C. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi


Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna
Sitorus, 2006).
1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore
sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing – masing.
3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan
kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
a. Utama klien
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru. e. Masalah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan keadaan terapi medis.
h. Rencana medis.
4. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang
terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan pemberian
makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse.
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan. d. Ketepatan pemberian
obat / injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
1. Syarat Pre dan Post Conference

a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post


conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan
tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

2. Pedoman pelaksanaan conference


a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung
jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan

3. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi


Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus,
2006).
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore
sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing - masing.

c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan
kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Keluhan utama klien
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang
terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan pemberian
makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
2) Ketepatan pemberian infuse.
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
4) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
6) Ketepatan dokumentasi.
e. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan

f. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing –


masing perawatan asosiet.
g. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat diselesaika

D. TIMBANG TERIMA (HAND OVER/SHIF)

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan


peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antarperawat, maupun dengan tim
kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan
keefektivitasannya adalah saat pergantian sif (timbang terima pasien).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum,
dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab)
dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

Tujuan Umum
Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Manfaat
Bagi Perawat
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat.
2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antarperawat.
Bagi Pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap

A. PENGERTIAN OPERAN

Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien.

B. TUJUAN OPERAN

 Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien


 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. 
Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

C. LANGKAH-LANGKAH OPERAN

 Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.


 Petugas Shift yang akan mengoperkan mempersiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
 Perawat primer atau ketua tim menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang
selanjutnya.
 Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas & tidak terburu-buru.
 Perawat primer atau ketua tim & anggota kedua shift observasi langsung kondisi klien
.
D. PROSEDUR OPERAN
1. PERSIAPAN

 Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.


 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

2. PELAKSANAAN

 Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.


 Dari Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan dengan mengkaji
secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana
tindakan yang sudah & yang belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan.
 Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
 Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan :
a. Identitas pasien & diagnosa medis
b. Masalah keperawatan yang muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum
d. Intervensi kolaboratif dan dependensi
e. Rencana umum & persiapan lain.
 Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang dioperkan.
 Penyampaian pada operan secara singkat & jelas.
 Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali pada kondisi khusus.
 Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
Perawat primer.

E. DOKUMENTASI DALAM OPERAN


 Identitas klien
 Diagnosa medis klien
 Dokter yang menangani
 Kondisi saat klien ini
 Masalah Keperawatan
 Intervensi yang sudah dilakukan
 Intervensi yang belum dilakukan
 Tindakan kolaborasi
 Rencana umum dan persiapan lain
 Tanda tangan dan nama terang

A. PENGERTIAN RONDE KEPERAWATAN


Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang akan dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan /atau
perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).

Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan


perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde
keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi
pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan
pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk
mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan
keperawatan yang telah diterima pasien (Nursalam & Ferry Efendi. 2009).

Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan


perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde
keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya
atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan
untuk setiap pasien (Kinchay, A, 2012).

B. KARAKTERISTIK RONDE KEPERAWATAN

Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut


ini (Nursalam, 2011) :

1) Klien dilibatkan secara langsung

2) Klien merupakan fokus kegiatan

3) Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi


bersama
4) Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet
dan perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah.

C. TUJUAN

1. Tujuan umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
(Nursalam, 2011)..

2. Tujuan Khusus (Nursalam, 2011).

a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis

b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien

c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang


berorientasi pada masalah pasien
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

f) Meningkatkan kemampuan justifikasi

g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

D. MANFAAT
Manfaat ronde keperawatan yaitu sebagai berikut (Kinchay, A, 2012) :

1. Masalah pasien dapat teratasi

2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

3. Terciptanya komunikasi keperawatan yang professional

4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan

5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat


dan benar.
E. KRITERIA PASIEN

Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien


yang memiliki kriteria sebagai berikut (Ratna Sitorus, 2005) :

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah


dil akukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

F. TIPE-TIPE RONDE KEPERAWATAN

Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi


kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada
empat tipe ronde yaitu matrons rounds, nurse management rounds, patient
comfort rounds dan teaching nurse (Nursalam, 2011)..

1) Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat


berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai
jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa
standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai
penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan
pada pasien
2) Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005)
ronde ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana
pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat
prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan
keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses
pembelajaran antara perawat dan head nurse
3) Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde
disini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di
rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua
kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari,
perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur
4) Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan
antara teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat,
dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan
oleh perawat atau mahasiswa perawat.Dengan pembelajaran
langsung. Perawat atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan
ilmu yang didapat langsung pada pasien.

Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round,


physician-nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah
ronde yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah
ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan
interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh
berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta
fisioterapi, dan sebagainya (Nursalam, 2011).

G. TAHAPAN RONDE KEPERAWATAN

Tahapan ronde keperawatan adalah (Zainuddin Saleh, 2012)


:
1) Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan),
orientation (orientasi).
2) Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan).
3) Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).

Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut ( Zainuddin


Saleh, 2012):

1. Persiapan
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.

b) Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.


2. Pelaksanaan

a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan/ telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.

b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala


ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.

d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.

3. Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta


menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

4. Kriteria Evaluasi

Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai


berikut (Zainuddin Saleh, 2012) :

a) Struktur

1) Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).

2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.

3) Persiapan dilakukan sebelumnya.


b) Proses

1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

2) Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.
c) Hasil

1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.

2) Masalah klien dapat teratasi.

3) Perawat dapat :

a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis

b. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis

c. Meningkatkan kemampuan validitas data klien

d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi


pada masalah klien
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

g. Meningkatkan kemampuan justifikasi

h. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

H. Hal yang Dipersiapkan dalam Ronde Keperawatan

Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan


persiapan sebagai berikut (Sitorus R. & Yulia. 2005) :

1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
2) Menentukan tim ronde keperawatan.

3) Mencari sumber atau literatur.

4) Membuat proposal.

5) Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.

6) Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?;


Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?

I. KOMPONEN TERLIBAT DALAM RONDE


KEPERAWATAN

Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah


perawat primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya (Nursalam & Ferry
Efendi. 2009)..

1) Peran Ketua Tim dan Anggota Tim :

a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien

b. Menjelaskan masalah keperawata utama

c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

d. Menjelaskan tindakan selanjutnya

e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

2) Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor

a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa


untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :

a) Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien

b) Menjelaskan masalah keperawatan utama

c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

d) Menjelaskan tindakan selanjtunya

e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil


b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler

a) Memberikan justifikasi

b) Memberikan reinforcement

c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta


tindakan yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi

e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari


DAFTAR PUSTAKA

Kinchay, A. (2012, September). www.scribd.com. Retrieved Juni 07, 2017, from


http:www.scribd.com/doc/76643445/RONDE-KEPERAWATAN

Nursalam dan Ferry Efendi. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Sitorus R. & Yulia. 2005. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit Panduan Implementasi. Jakarta: EGC

Zainuddin Saleh, 2012. Penggaruh Ronde Keperawatan Terhadap Kepuasan


Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.

Sumber : Nursalam (2008)

Nursalam.2007. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperwatan profesional.


Surabaya : Salemba medika

Tejiptono.fandi,dan anastasya diana. 2001. Total kuality manajemen. Yogyakarta . Andi

Anda mungkin juga menyukai