Anda di halaman 1dari 10

Wanita Pengukir Sejarah

– Dengan menyebut Nama Allah. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah, segenap keluarga, para sahabat dan generasi
penerusnya.

Sejarah Islam dipenuhi dengan peristiwa besar dan berpengaruh terhadap peradaban

Kita berada di sini, saat ini, dan dalam kondisi seperti ini adalah buah dari karya
besar para pendahulu kita. Karena jasa merekalah saat ini kita menikmati kehidupan
seperti sekarang. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita mengenang, mengingat,
mempelajari, dan meneladani kehidupan dan perjuangan mereka.
“Barang siapa yang tidak berterimakasih kepada manusia, berarti tidak bersyukur
kepada Allah.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).
Tak terkecuali orang-orang besar yang telah mengukirkan karyanya dalam sejarah adalah
wanita-wanita Islam. Para muslimah tersebut bahu membahu, berkontribusi  dan turut
berjuang bersama kaum lelaki dalam membela yang hak.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf: 111)
Musuh-musuh Islam tahu bahwa wanita merupakan salah satu unsur kekuatan
masyarakat Islam.  Musuh-musuh Islam telah menempuh berbagai cara untuk merusak
wanita muslimah. Oleh karena itulah, kita harus kembali mengungkap kembali profil dan
meneladani perjuangan wanita-wanita muslimah sebagai bekal untuk mengangkat harkat
dan derajat wanita muslimah. Setiap pejuang muslimah memiliki keistimewaan dan sarat
dengan nilai-nilai positif yang telah mengukirkan sejarahnya dalam sejarah Islam.
Berikut kita bisa menyimak beberapa profil dan meneladani  para pejuang wanita Islam
sepanjang sejarah.

Berikut ini akan dikisahkan para wanita yang telah mengukir sejarah. Kisahnya diambil
dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir.
 
SITI HAWA
Siti Hawa adalah istri Nabi Adam AS. Kalau Nabi Adam AS adalah bapak manusia, maka
Siti Hawa adalah ibu manusia. Allah SWT menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi
Adam AS, saat beliau dalam keadaan tidur di sorga.
Abu Shalih dan Abu Malik, Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas’ud, dan beberapa sahabat
mengatakan, “Allah Ta’ala mengeluarkan Iblis dari surge dan menempatkan Adam ke
dalamnya. Di dalamnya Adam berjalan sendirian tanpa istri yang menemaninya. Lalu ia
tertidur sejenak hingga akhirnya terbangun, tiba-tiba di samping kepalanya sudah ada
seorang wanita yang duduk yang telah diciptakan Allah Azza wa Jalla dari tulang
rusuknya. Kemudian Adam bertanya, ‘Apa jenis kelaminmu?’ ‘Aku ini seorang wanita,’
jawabnya. Lebih lanjut ia bertanya, ‘Dan untuk apa engkau diciptakan?’ Ia menjawab,
‘Supaya engkau merasa tenang denganku.’ Para malaikat pun bertanya kepadanya,
‘Siapa nama wanita itu, hai Adam?’ ‘Hawa,’ sahutnya. ‘Mengapa bernama Hawa?’ tanya
para malaikat. Adam menjawab, ‘Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup.’”
Yang demikian itu sejalan dengan firman Allah,
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (An-Nisa’:1)
Dan firman Allah,
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan
istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu
mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu).
Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah,
Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang
sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Al-A’raf:189)
Tentang penciptaan Siti Hawa dari tulang rusuk ditegaskan dalam hadits,
“Berikanlah wasiat yang baik kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan
dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk
yang paling atas. Jika engkau berusaha meluruskannya (dengan keras), maka ia akan
mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, maka ia akan senantiasa bengkok.
Maka berwasiatlah dengan kebaikan kepada kaum wanita.” (HR. Bukhari)
Siti Hawa adalah wanita yang paling cantik dan tidak ada wanita yang menyerupai Siti
Hawa kecuali Sarah, istri Nabi Ibrahim AS. Demikian yang dikemukakan oleh As-Suhaili
(Kisah Para Nabi, hlm. 281).
Siti Hawa melahirkan seratus dua puluh kali, yang setiap kalinya melahirkan dua orang
anak; laki-laki dan perempuan. Yang tertua adalah Qabil dengan kembarannya, Iqlima.
Dan dua anak kembar yang paling bungsu adalah Abdul Mughits dan Ummul Mughits.
Sebagaimana Nabi Adam AS, maka Siti Hawa adalah orang yang paling bertakwa kepada
Allah SWT, karena keduanya diciptakan langsung dengan TanganNya.
 
SITI SARAH
Siti Sarah adalah istri pertama Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS menikahi Siti Sarah
ketika masih di Babilonia, tanah kelahirannya. Siti Sarah adalah seorang wanita yang
mandul, tidak dapat melahirkan keturunan.
Siti Sarah menemani Nabi Ibrahim AS ketika hijrah ke tanah orang-orang Kan’an (Baitul
Maqdis), bersama ayahnya Nabi Ibrahim AS dan keponakannya, Nabi Luth AS. Mereka
singgah di Huran, dan di sanalah ayah Nabi Ibrahim AS meninggal dalam usia 250 tahun.
Saat itu, tidak ada yang beriman kepada Allah SWT di dunia ini kecuali tiga orang: Nabi
Ibrahim AS, SIti Sarah, dan Nabi Luth AS.
Siti Sarah juga pernah menemani Nabi Ibrahim AS ke Mesir. Di sanalah terjadi peristiwa
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah,
“Ibrahim tidak pernah berbohong kecuali tiga kali: Dua kali di antaranya berkenaan dengan
Dzat Allah, yaitu firmanNya, ‘Sesungguhnya aku sakit.’  Dan firmanNya, ‘Sebenarnya
patung besar itulah yang melakukannya.’ Kemudian Abu Hurairah melanjutkan, Dan pada
suatu hari, ketika ia sedang bersama Sarah, tiba-tiba datang seorang penguasa zhalim.
Dikatakan kepadanya, ‘Di sini ada seorang yang bersamanya, seorang wanita yang
sangat cantik. Kirimkan orang kepadanya untuk menanyakan siapakah wanita itu
sebenarnya. Ia bertanya, ‘Siapakah wanita ini?’ Ibrahim menjawab, ‘Ia adalah saudara
perempuanku.’ Lalu Ibrahim mendatangi Sarah seraya berkata, ‘Hai Sarah, di muka bumi
ini tidak ada orang yang beriman selain diriku dan dirimu, dan orang ini menanyakan
kepadaku tentang dirimu, maka kuberitahukan bahwa engkau adalah saudara
perempuanku. Maka janganlah engkau berbohong kepadaku.’
Kemudian dikirim utusan kepada Sarah. Ketika Sarah menemui Ibrahim, Ibrahim langsung
menariknya dengan kuat, lalu Ibrahim berkata, ‘Berdoalah kepada Allah untukku, aku tidak
akan mencelakaimu.’ Maka Sarah pun berdoa kepada Allah, lalu Ibrahim melepaskannya.
Setelah itu ia menariknya lagi, dengan genggaman yang lebih kuat seraya berkata,
‘Berdoalah kepada Allah untukku, dan aku tidak akan mencelakaimu.’ Sarah pun berdoa,
lalu Ibrahim melepaskannya.
Kemudian penguasa itu memanggil sebagian pengawalnya dan mengatakan, ‘Kalian tidak
membawa manusia kepadaku, tetapi membawa setan. Jadikanlah ia (Sarah) itu sebagai
budak Hajar.’
Selanjutnya Sarah mendatangi Ibrahim ketika sedang shalat. Lalu Ibrahim memberikan
isyarat dengan tangannya, ‘bagaimana kabarnya?’ Sarah menjawab, ‘Allah telah menolak
tipu daya orang-orang kafir, dan aku bertugas mengabdi kepada Hajar.’
Siti Sarah adalah wanita yang sangat dicintai oleh Nabi Ibrahim AS karena ketaatan Siti
Sarah pada agama, kedekatannya, serta kecantikannya.
Dari Mesir Siti Sarah menemani suaminya ke negeri Tayamun, tempat yang pernah
ditinggali oleh Nabi Ibrahim AS sebelumnya. Bersamanya berbagai macam binatang
ternak, budak, dan harta benda yang melimpah dengan ditemani oleh Siti Hajar.
Setelah lahirnya Ismail dari Siti Hajar, Siti Sarah belum juga dikaruniai anak. Akan tetapi,
akhirnya Allah memberinya anak (Ishaq) yang beritanya langsung disampaikan oleh para
malaikat sebagaimana disebutkan dalam Surat Hud ayat 69-74 dan Adz-Dzariyat ayat 24-
30. Ishaq lahir setelah tiga tahun lahirnya Ismail.
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim
dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Salaman" (Selamat). Ibrahim
menjawab: "Salamun" (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan
daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak
menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada
mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-
malaikat) yang diutus kepada kaum Lut." Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia
tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak
dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub. Istrinya berkata: "Sungguh mengherankan,
apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini
suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu
yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang
ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu,
hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." Maka tatkala rasa
takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal
jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Lut. (QS. 11:69-74)
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang
dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:
"Salaaman", Ibrahim menjawab: "Salaamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak
dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya
daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim
berkata: "Silakan kamu makan". (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim
merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut," dan mereka
memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).
Kemudian istrinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk mukanya sendiri seraya
berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul". Mereka berkata:
"Demikianlah Tuhanmu memfirmankan". Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Mengetahui. (QS. 51:24-30)
Siti Sarah meninggal dunia lebih awal dari Nabi Ibrahim AS di Habrawan yang terletak di
negeri Kan’an dalam usia 127 tahun. Nabi Ibrahim AS merasa bersedih atas
meninggalnya Siti Sarah, dan bahkan sempat menangis karenanya. Kemudian ia membeli
sebidang tanah kepada Afrun bin Shakhr dan dikebumikan di tanah tersebut.
 

SITI HAJAR
Sebagaimana telah disebutkan di kisah Siti Sarah, Siti Hajar berasal Qibhti (Mesir). Ia
adalah istri kedua Nabi Ibrahim AS. Istri Nabi Ibrahim AS sendiri ada empat orang; yang
ketiga adalah Qanthura binti Yaqthan dan Hajun binti Amin.
Pernikahannya dengan Nabi Ibrahim AS setelah Siti Sarah mengijinkannya. Ijin itu
dikemukakan setelah mereka menetap di Baitul Maqdis selama 20 tahun. Siti Sarah
berkata, “Sesungguhnya Tuhan telah mengharamkan bagiku anak, maka menikahlah
dengan ibuku ini, mudah-mudahan darinya Allah mengaruniakan anak untukku.”
Ketika hamil, Siti Hajar merasa lebih dari Siti Sarah sehingga Sarah cemburu dan
melaporkan hal itu kepada Nabi Ibrahim. Maka beliau berkata, “Lakukan apa saja yang
engkau kehendaki kepadanya.”
Maka Hajar pun takut dan melarikan diri hingga akhirnya singgah di sebuah sumber air.
Salah satu malaikat berkata kepadanya, “Janganlah engkau takut, sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla telah menjadikan anak yang engkau kandung ini seorang yang baik.”
Setelah itu malaikat itu menyuruhnya kembali sembari memberitahukan bahwa anak yang
akan dilahirkannya itu berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama Ismail. Maka Hajar pun
bersyukur kapada Allah SWT atas karunia yang telah Dia berikan kepadanya.
Kehamilan Siti Hajar membuat Siti Sarah tergoncang. Itulah kenapa Siti Hajar kemudian
mengenakan stagen untuk menutupi kehamilannya demi menjaga perasaan Siti Sarah.
Rasulullah SAW bersabda,
 
َ‫ارة‬َ ‫ت ِم ْنطَقًا لَتُ َعفِّ َي أَثَ َرهَا َعلَى َس‬ ْ ‫ق ِم ْن قِبَ ِل أُ ِّم إِ ْس َما ِعيلَ اتَّخَ َذ‬
َ َ‫أَ َّو َل َما اتَّ َخ َذ النِّ َسا ُء ْال ِم ْنط‬
“Wanita pertama yang mengenakan stagen adalah Ummu Ismail (Siti Hajar). Dia
mengenakan stagen untuk menutupi kehamilannya di hadapan Siti Sarah” (HR Bukhari)
 
Setelah melahirkan Ismail maka kecemburuan Sarah semakin besar. Kemudian Sarah
meminta agar Ibrahim menyuruh Hajar pergi sehingga wajahnya tidak terlihat olehnya.
Maka Ibrahim membawanya pergi bersama anaknya, Ismail. Dengan keduanya itu Ibrahim
melintasi berbagai tempat sehingga akhirnya meletakkan keduanya di tempat yang
sekarang di sebut kota Mekkah.
‫اس تَه ِْوي إِلَ ْي ِه ْم َوارْ ُز ْقهُ ْم ِم َن‬ ِ َّ‫ك ْال ُم َحر َِّم َربَّنَا لِيُقِي ُموا الصَّالةَ فَاجْ َعلْ أَ ْفئِ َدةً ِم َن الن‬ ُ ‫َربَّنَا إِنِّي أَ ْس َك ْن‬
ٍ ْ‫ت ِم ْن ُذرِّ يَّتِي بِ َوا ٍد َغي ِْر ِذي َزر‬
َ ِ‫ع ِع ْن َد بَ ْيت‬
َ‫ت لَ َعلَّهُ ْم يَ ْش ُكرُون‬ِ ‫الثَّ َم َرا‬
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim:
37)
 
Ditinggal di tempat gersang dan sepi seperti itu tentu hal yang aneh. Semula Siti Hajar
terus mendesak Nabi Ibrahim dengan pertanyaan yang bernada gugatan:
‫ْس فِي ِه إِ ْنسٌ َواَل َش ْي ٌء‬ َ ‫يَا إِ ْب َرا ِهي ُم أَ ْينَ ت َْذهَبُ َوتَ ْت ُر ُكنَا بِهَ َذا ْال َوا ِدي الَّ ِذي لَي‬
“Wahai Ibrahim, kemana engkau akan pergi, sedangkan kami engkau tinggalkan di
lembah ini, yang tiada manusia dan apapun jua?” (HR Bukhari)
 
Siti Hajar mengulangi pertanyaan itu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban dari Nabi Ibrahim
as. Tapi ma’rifahnya kepada Allah membuatnya menanyakan hal lain:
‫ُضيِّ ُعنَا‬
َ ‫ي‬ ‫اَل‬ ْ َ‫ك بِهَ َذا قَا َل نَ َع ْم قَال‬
‫ت إِ َذ ْن‬ َ ‫أَهَّللا ُ الَّ ِذي أَ َم َر‬
“Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Siti
Hajar berkata, “Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami” (HR Bukhari)
 
Lihatlah apa yang Siti Hajar katakan saat mengetahui bahwa perlakuan suaminya adalah
”Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami “ ‫ُضيِّ ُعنَا‬ َ ‫ إِ َذ ْن اَل ي‬:perintah Allah
 
Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari Siti Hajar berkata:
ِ ‫يت بِاهَّلل‬ُ ‫ض‬ ِ ‫ت َر‬ ْ َ‫يَا إِب َْرا ِهي ُم إِلَى َم ْن تَ ْت ُر ُكنَا قَا َل إِلَى هَّللا ِ قَال‬
“Wahai Ibrahim, kepada siapa engkau tinggalkan kami?” Nabi Ibrahim menjawab,
“Kepada Allah.” Siti Hajar berkata, “Aku ridha kepada Allah”. (HR Bukhari)
 
Sebuah sikap ridha yang luar biasa terhadap ketentuan Allah. Sikap ridha Siti Hajar juga
terlihat ketika putranya semata wayang, Ismail, harus disembelih karena itu
merupakan perintah Allah. Padahal kita tahu bagaimana perjuangan beliau
menyelamatkan Ismail dari kelaparan kemudian membesarkannya sendirian, tanpa
bantuan dari sang suami, Nabi Ibrahim as.
 
Jika kita memiliki sikap ini, maka Allah pun akan ridha kepada kita. Rasulullah SAW
bersabda,
‫انَ َحقًّا َعلى ِ أ ْن‬VV‫اَل ِم ِدينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد نَبِيًّا إِاَّل َك‬V‫يت بِاهَّلل ِ َربًّا َوبِاإْل ِ ْس‬
َ ‫هَّللا‬ َ ُ V‫ض‬ ْ ‫ي َو ِحينَ ي‬V‫و ُل ِحينَ يُ ْم ِس‬VVُ‫ ٍد يَق‬V‫ا ٍن أَوْ َع ْب‬V‫لِ ٍم أَوْ إِ ْن َس‬V‫َما ِم ْن ُم ْس‬
ِ ‫بِ ُح َر‬V‫ُص‬
‫ضيَهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬
ِ ْ‫يُر‬
“Tidak ada seorang Muslim atau manusia atau hamba yang berkata ketika petang dan
pagi, ‘Aku ridha Allah robbku, Islam agamaku, dan Muhammad nabiku’, kecuali
Allah pasti ridha kepadanya pada hari kiamat” (HR Ibnu Majah)
 
IBUNDA NABI MUSA AS
Bani Israil hidup dalam penindasan Fir’aun. Dalam kondisi demikian, mereka meyakini
bahwa akan lahir seorang pemuda yang akan menghancurkan Mesir dengan tangannya.
Abu Shalih dan Abu Malik, Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas’ud, dan beberapa sahabat
mengatakan bahwa Fir’aun pernah bermimpi seolah-olah ia menyaksikan api berkobar
dari arah Baitul Maqdis sehingga membakar rumah-rumah bangsa Mesir dan seluruh
masyarakat Qibthi, tetapi api tersebut tidak mencelakai Bani Israil. Setelah bangun tidur,
hal itu membuatnya sangat takut. Kemudian ia mengumpulkan dukun, para normal, dan
tukang sihir, untuk menanyakan ta’bir mimpi tersebut. Maka mereka menjawab, “Anak laki-
laki itu akan dilahirkan dari mereka, dan sebab kehancuran bangsa Mesir berada di
tangan anak laki-laki tersebut.” Karena itu, ia menyuruh membunuh semua anak laki-laki
dan membiarkan hidup semua anak perempuan.
Masyarakat QIbthi pernah mengadu kepada Fir’aun mengenai minimnya jumlah orang-
orang Bani Israil akibat pembantaian dan pembinasaan anak laki-laki mereka. Akhirnya
kebijakan Fir’aun berubah: Setahun membunuh dan setahun membiarkannya. Musa lahir
pada tahun pembunuhan, sedangkan Harun lahir pada tahun dibiarkannya lahir anak laki-
laki.
Hal itulah yang membuat takut Ibunda Musa saat Musa lahir. Tapi Allah SWT memberinya
ilham,
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh
keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.
Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
Dan berkatalah istri Firaun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah
kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia
menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari. Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa.
Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami
teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan
berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka
kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya, dan Kami
cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya)
sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu
ahlulbait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?"
Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka
cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya. (QS. 28:7-13)
 
SITI ASIYAH
Ketika Musa yang masih bayi dihanyutkan ke sungai, maka akhirnya melewati tempat
tinggal Fir’aun. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi
musuh dan kesedihan bagi mereka (QS. 28:8). Para budak perempuan telah memungut
Musa AS dari sungai yang dihanyutkan dalam peti tertutup. Namun mereka tidak berani
membukanya sehingga mereka meletakkannya di hadapan isteri Fir’aun yang bernama
Asiyah binti Muzahim bin Ubaid bin Rayyan bin Al-Walid. Ia berasal dari Bani Israil.
Setelah Asiyah membuka penutup peti tersebut dan menyingkap tabirnya, maka ia melihat
wajahnya cerah bersinar dengan cahaya kenabian dan keagungan. Pada saat melihatnya
itu, ia sangat menyukai dan mencintainya sehingga pada saat datang Fir’aun bertanya, “Si
apa anak ini?” Dan Fir’aun sempat menyuruh untuk menyembelih anak tersebut. Maka
Asiyah memintanya agar tidak membunuhnya seraya berkata, "(Ia) adalah penyejuk mata
hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat
kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak” (QS. 28:9). Maka Fir’aun berkata kepadanya,
“Menurutmu itu memang benar, tetapi bagiku itu sama sekali tidak benar.”
Karena keimanan Siti Asiyah yang kuat, maka ia memiliki kedudukan yang istimewa di sisi
Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Pemuka kaum wanita penghuni surge adalah Maryam
binti Imran, lalu Fatimah binti Muhammad, lalu Khadijah binti Khuwailid, dan kemudian
Asiyah istri Fir’aun.” (HR. Al-Hafizh Abu Qasim dan Abu Hatim Ar-Razi)
“Banyak dari kaum laki-laki yang sempurna, dan tidak yang sempurna dari kaum wanita
kecuali Asiyah istri Fir’aun, Maryam binti Imran, dan keutamaan Asiyah atas wanita-wanita
lainnya adalah seperti keutamaan bubur atas suluruh makanan lainnya.” (HR. Bukhari-
Muslim)
Keduanya adalah orang yang diserahi untuk memelihara dan membesarkan Nabi ketika
masih kecil. Asiyah memelihara Musa AS, sedangkan Maryam memelihara Isa AS.
‫ع َملِ ِه َونَجِّ نِي ِم َن ْالقَوْ ِم‬ َ ‫ت َربِّ ابْ ِن لِي ِع ْندَكَ بَ ْيتًا فِي ْال َجنَّ ِة َونَ ِّجنِي ِم ْن ِف ْر‬
َ ‫ع ْو َن َو‬ ْ َ‫ع ْو َن إِ ْذ قَال‬
َ ‫آمنُواـ ا ْم َرأَتَ ِف ْر‬ َّ ‫َو َضر هَّللا‬
َ َ‫ب ُ َمثَاًل لِل ِذين‬ َ َ
َ‫الظَّالِ ِمين‬
Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia
berkata: "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan
selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang
lalim" (QS. 66:11)
Kelak di surga, Asiyah akan menjadi istri Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan dalam
hadits,
“Sesungguhnya Allah akan menikahkan diriku di surga kelak dengan Maryam binti Imran,
istri Fir’aun, Asiyah, dan saudara perempuan Musa.” (HR. Thabrani). Diriwayat lain
disebutkan bahwa nama saudara perempuan Musa AS adalah Kultsum.
Rasulullah SAW pernah masuk menemui Khadijah ketika sedang sakit yang
menyebabkan kematiannya. Beliau bersabda, “Wahai Khadijah, jika kamu bertemu
dengan wanita-wanita yang menjadi madumu kelak, sampaikan kepada mereka salam
dariku.” Khadijah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau pernah menikah sebelumku?”
Beliau menjawab, “Tidak, tetapi Allah telah menikahkan aku dengan Maryam binti Imran,
Asiyah binti Muzahim, dan Kultsum saudara perempuan Musa.” (HR. Ibnu Asakir)
 
SITI MARYAM
Kisah Siti Maryam adalah kisah seorang wanita mulia yang menjaga kehormatannya.
Allah SWT berfirman,
َ‫َت ِم َن ْالقَانِتِين‬
ْ ‫ت َربِّهَا َو ُكتُبِ ِه َو َكان‬ ْ َ‫ص َّدق‬
ِ ‫ت بِ َكلِ َما‬ َ ‫خنَا فِي ِه ِم ْن رُو ِحنَا َو‬ َ ْ‫ان الَّتِي أَح‬
ْ ‫صن‬
ْ ‫َت فَرْ َجهَا َفن َ َف‬ َ ‫َو َمرْ يَ َم ا ْبنَتَ ِع ْم َر‬
dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam
rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat
Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (QS.
66:12)
Al-Qur’an cukup banyak menceritakan kisahnya karena berkaitan dengan putranya, Isa
bin Maryam AS, nabi yang termasuk ulul azmi. Ceritanya juga runut sehingga kita
mencukupkan seperti yang ada di dalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran
melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang
sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Ingatlah), ketika istri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh
dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala
istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku
telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk." Maka
Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya
dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap
Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria
berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab:
"Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS. 3:33-37). Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril)
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam,
taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. Yang
demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu
(ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan
anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan
memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan
kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara
dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara
orang-orang yang saleh."  Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah
berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya
cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS. 3:42-47)
Dalam surat Maryam diceritakan,
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari
keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang
melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma
di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata:
"Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika
kamu seorang yang bertakwa". Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam
berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata:
"Demikianlah. Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami
menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu
adalah suatu perkara yang sudah diputuskan." Maka Maryam mengandungnya, lalu ia
menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan
melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata:
"Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak
berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah
kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan
menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang
hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku
telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini". Maka Maryam membawa anak itu
kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam,
sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali
bukanlah seorang pezina", maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" Berkata
Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana
saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku,
pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali". (QS. 19:16-33)
Sebagaimana disebutkan dalam kisah Asiyah, maka Maryam binti Imran kelak akan
menjadi istri Rasulullah SAW di surga.

Ummahat Al Mukminin

1. Khadijah RA.
Nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al Uzza’. Ia dilahirkan
di Makkah tahun 68 sebelum hijrah. Ia adalah wanita yang sukses dalam perniagaan,
seorang saudagar wanita terhormat dan kaya raya. Pada masa jahiliyah ia dipanggil Ath
Thaharoh (wanita suci) karena ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. 
Orang-orang Quraisy menyebutnya sebagai pemimpin wanita Quraisy.
Rasulullah bersabda tentang Khadijah, “Allah tidak menggantikan untukku wanita
yang lebih baik darinya. la beriman kepadaku di saat orang lain ingkar kepadaku, ia
mempercayaiku di saat orang lain mendustakanku, ia menolongku dengan hartanya di
saat orang lain tidak ada yang menolongku, dan Allah telah mengaruniakan kepadaku
putra (dari hasil perkawinan dengan) nya sedang wanita-wanita lain tidak.”

Keistimewaan Khadijah:
• Ia adalah wanita yang pertama kali memeluk Islam. Ia beriman kepada Nabi disaat
semua orang kafir padanya.
• Ia adalah wanita pertama yang dijamin masuk surga bahkan ia mendapat kabar
gembira dari Allah, bahwa Allah telah membangunkan bagi rumah di surga.
Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Jibril datang kepada nabi saw seraya berkata,
“Wahai Rasulullah, Khadijah sedang berjalan kemari. Ia membawa wadah yang berisi
kuah, makanan atau minuman. Jika ia sampai kepadamu, maka katakanlah bahwa
Tuhannya dan aku menyampaikan salam kepadanya. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepadanya bahwa ia mendapat sebuah rumah di dalam surga”. (Mutafaq ‘alaih)

1. Manusia pertama yang mendapat salam dari Allah yang disampaikan dari langit ke
tujuh. Ia pantas menerimanya karena selalu setia mendampingi Nabi dalam kondisi seperti
apapun.
Anas RA meriwayatkan bahwa ketika Jibril datang kepada Rasulullah saw yang sedang
berduaan dengan Khadijah RA, Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah menyampaikan salam
kepada Khadijah”. Khadijah membalas, “Sesungguhnya Allah–lah As Salaam (Maha
Pemberi Kesejahteraan). Sebaliknya kuucapkan salam kepada Jibril dan kepadamu.
Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan, rahmat dan berkahNya kepadamu.” (HR An
Nasa’i)
2. Wanita pertama yang layak dikategorikan shiddiq di antara wanita mukmin lainnya.
3. Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan Nabi
4. Wanita yang memberikan keturunan bagi Nabi
5. Wanita yang matang dan cerdas, pandai menjaga kesucian, dan terpandang bahkan
sejak masa jahiliyah dan diberi gelar Ath Thahiroh (wanita yang suci). Ia adalah orang
yang terhormat, taat beragama dan sangat dermawan.
6. Seluruh hidupnya di berikan untuk mendukung dan membela dakwah Nabi.
7. Orang yang pertama shalat bersama Nabi SAW

2. Saudah binti Zam’ah


dakwatuna.com – Nama lengkapnya Saudah binti Zam’ah bin Qais. Ia masuk Islam
bersama suaminya, Sakran bin Amr, di masa awal dakwah Islam. la ikut berhijrah ke
Habasyah (Ethiopia). Suaminya meninggal di Mekah setelah ia pulang dari Habasyah
bersama kaum muslimin. Ia berpostur tubuh tinggi dan kurus. la terkenal suka berkelakar,
bercanda, dan humor. la adalah wanita yang suka berderma.

la merawikan 5 hadits dari Nabi. Di antaranya, ia berkata, “Ada seorang laki-laki


yang datang menemui Nabi sembari berkata, “Ayahku telah lanjut usia dan ia
sudah tidak mampu menunaikan haji.” Nabi bersabda, “Bukankah seandainya
ayahmu punya utang, lalu kamu melunasinya, dan itu akan diterima? ” “Ya”, jawab
laki-laki itu. “Allah Maha Pengasih, maka tunaikanlah haji atas nama ayahmu!” kata
Nabi.
Saudah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah setelah Khadijah RA
meninggal. Ia menjadi satu-satunya istri Nabi saw selama tiga tahun sebelum nabi
menikah dengan Aisyah RA.
Keistimewaan Saudah binti Zam’ah:
1. Termasuk wanita pertama yang memeluk Islam, ikut hijrah dua kali yakni ke
Habasyah dan madinah Munawwarah.
2. Ia termasuk golongan pertama yang masuk Islam
3. Selalu berusaha sekuat tenaga menyenangkan hati Nabi dengan memberikan
jatah hari gilirannya kepada Aisyah RA karena Saudah RA tahu bahwa wanita yang
paling dicintai oleh Nabi saw di antara istri-istrinya adalah Aisyah RA.
4. Aisyah berkata tentang Saudah, ”Aku tidak pernah menemukan seorang wanita
yang lebih kusukai jika aku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam’ah. Seorang
wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa”.
5. Selalu mengejar kebaikan dan ketaatan bahkan Aisyah cemburu dengan
kesegeraan Saudah dalam kebaikan dan ketaatan.
6. Saudah RA. adalah seorang wanita yang dermawan dan murah hati. Ibnu Sirin
menceritakan bahwa Umar bin Khaththab (setelah menjadi Khalifah, penj.) pernah
memberi satu karung berisi uang dirham kepada Saudah RA. Ketika melihatnya,
Saudah RA. bertanya, “Apa yang ada dalam karung ini?” Petugas Umar menjawab,
“Uang dirham (perak).” Saudah RA. terkejut, “Karung ini berisi uang dirham, seperti
kurma? Hai pelayan, ambilkan nampan!” Saat itu juga, Saudah RA. membagi-
bagikan uang dirham tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya.
7. Mendapat izin dari tujuh lapis langit
Suatu ketika, Saudah RA. pernah mengalami masalah yang cukup memberatkan
hatinya. Oleh sebab itu, ia segera menemui Nabi saw. untuk mengadukan
permasalahannya. Ternyata, Allah berkenan menurunkan wahyu dari tujuh lapis
langit untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya, dan berlaku untuk siapa pun
yang mengalami masalah yang sama hingga hari kiamat.
Aisyah RA. menuturkan, “Saudah binti Zam’ah RA. pernah keluar rumah malam
hari. Umar melihatnya dan segera mengenalnya, maka ia berkata, ‘Demi Allah,
engkau pasti Saudah. Kami mudah mengenalmu.’ Saudah merasa tidak enak hati,
sehingga ia segera menjumpai Rasulullah saw. yang saat itu sedang makan malam
di rumahku dan tangannya sedang memegang tulang yang nyaris habis dagingnya.
Tidak lama kemudian, Allah menurunkan wahyu yang membenarkan tindakan
Saudah. Rasulullah saw. berkata, Allah telah mengizinkan kalian keluar rumah
selama ada keperluan.'” (Muttafaq ‘alaih)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2010/04/20/6002/wanita-wanita-pengukir-
sejarah-bagian-ke-2-saudah-binti-zamah/#ixzz6pzz4wEpl
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai