Anda di halaman 1dari 10

Berikut ini akan dikisahkan para wanita yang telah mengukir sejarah.

Kisahnya diambil dari buku Kisah


Para Nabi karya Ibnu Katsir.

SITI HAWA

Siti Hawa adalah istri Nabi Adam AS. Kalau Nabi Adam AS adalah bapak manusia, maka Siti Hawa adalah
ibu manusia. Allah SWT menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam AS, saat beliau dalam
keadaan tidur di sorga.

Abu Shalih dan Abu Malik, Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Masud, dan beberapa sahabat mengatakan, Allah
Taala mengeluarkan Iblis dari surge dan menempatkan Adam ke dalamnya. Di dalamnya Adam berjalan
sendirian tanpa istri yang menemaninya. Lalu ia tertidur sejenak hingga akhirnya terbangun, tiba-tiba di
samping kepalanya sudah ada seorang wanita yang duduk yang telah diciptakan Allah Azza wa Jalla dari
tulang rusuknya. Kemudian Adam bertanya, Apa jenis kelaminmu? Aku ini seorang wanita, jawabnya.
Lebih lanjut ia bertanya, Dan untuk apa engkau diciptakan? Ia menjawab, Supaya engkau merasa
tenang denganku. Para malaikat pun bertanya kepadanya, Siapa nama wanita itu, hai Adam? Hawa,
sahutnya. Mengapa bernama Hawa? tanya para malaikat. Adam menjawab, Karena ia diciptakan dari
sesuatu yang hidup.

Yang demikian itu sejalan dengan firman Allah,

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisa:1)

Dan firman Allah,

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia
merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang
ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya
(suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi
kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Al-Araf:189)

Tentang penciptaan Siti Hawa dari tulang rusuk ditegaskan dalam hadits,

Berikanlah wasiat yang baik kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk.
Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas. Jika engkau
berusaha meluruskannya (dengan keras), maka ia akan mematahkannya. Dan jika engkau
membiarkannya, maka ia akan senantiasa bengkok. Maka berwasiatlah dengan kebaikan kepada kaum
wanita. (HR. Bukhari)
Siti Hawa adalah wanita yang paling cantik dan tidak ada wanita yang menyerupai Siti Hawa kecuali
Sarah, istri Nabi Ibrahim AS. Demikian yang dikemukakan oleh As-Suhaili (Kisah Para Nabi, hlm. 281).

Siti Hawa melahirkan seratus dua puluh kali, yang setiap kalinya melahirkan dua orang anak; laki-laki dan
perempuan. Yang tertua adalah Qabil dengan kembarannya, Iqlima. Dan dua anak kembar yang paling
bungsu adalah Abdul Mughits dan Ummul Mughits.

Sebagaimana Nabi Adam AS, maka Siti Hawa adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah SWT,
karena keduanya diciptakan langsung dengan TanganNya.

SITI SARAH

Siti Sarah adalah istri pertama Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS menikahi Siti Sarah ketika masih di
Babilonia, tanah kelahirannya. Siti Sarah adalah seorang wanita yang mandul, tidak dapat melahirkan
keturunan.

Siti Sarah menemani Nabi Ibrahim AS ketika hijrah ke tanah orang-orang Kanan (Baitul Maqdis),
bersama ayahnya Nabi Ibrahim AS dan keponakannya, Nabi Luth AS. Mereka singgah di Huran, dan di
sanalah ayah Nabi Ibrahim AS meninggal dalam usia 250 tahun.

Saat itu, tidak ada yang beriman kepada Allah SWT di dunia ini kecuali tiga orang: Nabi Ibrahim AS, SIti
Sarah, dan Nabi Luth AS.

Siti Sarah juga pernah menemani Nabi Ibrahim AS ke Mesir. Di sanalah terjadi peristiwa sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah,

Ibrahim tidak pernah berbohong kecuali tiga kali: Dua kali di antaranya berkenaan dengan Dzat Allah,
yaitu firmanNya, Sesungguhnya aku sakit.1 Dan firmanNya, Sebenarnya patung besar itulah yang
melakukannya.2 Kemudian Abu Hurairah melanjutkan, Dan pada suatu hari, ketika ia sedang bersama
Sarah, tiba-tiba datang seorang penguasa zhalim. Dikatakan kepadanya, Di sini ada seorang yang
bersamanya, seorang wanita yang sangat cantik. Kirimkan orang kepadanya untuk menanyakan siapakah
wanita itu sebenarnya. Ia bertanya, Siapakah wanita ini? Ibrahim menjawab, Ia adalah saudara
perempuanku. Lalu Ibrahim mendatangi Sarah seraya berkata, Hai Sarah, di muka bumi ini tidak ada
orang yang beriman selain diriku dan dirimu, dan orang ini menanyakan kepadaku tentang dirimu, maka
kuberitahukan bahwa engkau adalah saudara perempuanku. Maka janganlah engkau berbohong
kepadaku.

Kemudian dikirim utusan kepada Sarah. Ketika Sarah menemui Ibrahim, Ibrahim langsung menariknya
dengan kuat, lalu Ibrahim berkata, Berdoalah kepada Allah untukku, aku tidak akan mencelakaimu.
Maka Sarah pun berdoa kepada Allah, lalu Ibrahim melepaskannya. Setelah itu ia menariknya lagi,

1
QS. 37:89
2
QS. 21:63
dengan genggaman yang lebih kuat seraya berkata, Berdoalah kepada Allah untukku, dan aku tidak
akan mencelakaimu. Sarah pun berdoa, lalu Ibrahim melepaskannya.

Kemudian penguasa itu memanggil sebagian pengawalnya dan mengatakan, Kalian tidak membawa
manusia kepadaku, tetapi membawa setan. Jadikanlah ia (Sarah) itu sebagai budak Hajar.

Selanjutnya Sarah mendatangi Ibrahim ketika sedang shalat. Lalu Ibrahim memberikan isyarat dengan
tangannya, bagaimana kabarnya? Sarah menjawab, Allah telah menolak tipu daya orang-orang kafir,
dan aku bertugas mengabdi kepada Hajar.

Siti Sarah adalah wanita yang sangat dicintai oleh Nabi Ibrahim AS karena ketaatan Siti Sarah pada
agama, kedekatannya, serta kecantikannya.

Dari Mesir Siti Sarah menemani suaminya ke negeri Tayamun, tempat yang pernah ditinggali oleh Nabi
Ibrahim AS sebelumnya. Bersamanya berbagai macam binatang ternak, budak, dan harta benda yang
melimpah dengan ditemani oleh Siti Hajar.

Setelah lahirnya Ismail dari Siti Hajar, Siti Sarah belum juga dikaruniai anak. Akan tetapi, akhirnya Allah
memberinya anak (Ishaq) yang beritanya langsung disampaikan oleh para malaikat sebagaimana
disebutkan dalam Surat Hud ayat 69-74 dan Adz-Dzariyat ayat 24-30. Ishaq lahir setelah tiga tahun
lahirnya Ismail.

Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan
membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Salaman" (Selamat). Ibrahim menjawab: "Salamun"
(Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan
mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya
kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Lut." Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu
dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari
Ishak (akan lahir putranya) Yakub. Istrinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan
melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang
sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata:
"Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya,
dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." Maka
tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal
jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Lut. (QS. 11:69-74)

Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaaman", Ibrahim menjawab:
"Salaamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui
keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada
mereka. Ibrahim berkata: "Silakan kamu makan". (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim
merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar
gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian istrinya datang
memekik (tercengang) lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan
tua yang mandul". Mereka berkata: "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan". Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. 51:24-30)

Siti Sarah meninggal dunia lebih awal dari Nabi Ibrahim AS di Habrawan yang terletak di negeri Kanan
dalam usia 127 tahun. Nabi Ibrahim AS merasa bersedih atas meninggalnya Siti Sarah, dan bahkan
sempat menangis karenanya. Kemudian ia membeli sebidang tanah kepada Afrun bin Shakhr dan
dikebumikan di tanah tersebut.

SITI HAJAR

Sebagaimana telah disebutkan di kisah Siti Sarah, Siti Hajar berasal Qibhti (Mesir). Ia adalah istri kedua
Nabi Ibrahim AS. Istri Nabi Ibrahim AS sendiri ada empat orang; yang ketiga adalah Qanthura binti
Yaqthan dan Hajun binti Amin.

Pernikahannya dengan Nabi Ibrahim AS setelah Siti Sarah mengijinkannya. Ijin itu dikemukakan setelah
mereka menetap di Baitul Maqdis selama 20 tahun. Siti Sarah berkata, Sesungguhnya Tuhan telah
mengharamkan bagiku anak, maka menikahlah dengan ibuku ini, mudah-mudahan darinya Allah
mengaruniakan anak untukku.

Ketika hamil, Siti Hajar merasa lebih dari Siti Sarah sehingga Sarah cemburu dan melaporkan hal itu
kepada Nabi Ibrahim. Maka beliau berkata, Lakukan apa saja yang engkau kehendaki kepadanya.

Maka Hajar pun takut dan melarikan diri hingga akhirnya singgah di sebuah sumber air. Salah satu
malaikat berkata kepadanya, Janganlah engkau takut, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah
menjadikan anak yang engkau kandung ini seorang yang baik. Setelah itu malaikat itu menyuruhnya
kembali sembari memberitahukan bahwa anak yang akan dilahirkannya itu berjenis kelamin laki-laki dan
diberi nama Ismail. Maka Hajar pun bersyukur kapada Allah SWT atas karunia yang telah Dia berikan
kepadanya.

Kehamilan Siti Hajar membuat Siti Sarah tergoncang. Itulah kenapa Siti Hajar kemudian
mengenakan stagen untuk menutupi kehamilannya demi menjaga perasaan Siti Sarah.
Rasulullah SAW bersabda,







Wanita pertama yang mengenakan stagen adalah Ummu Ismail (Siti Hajar). Dia mengenakan
stagen untuk menutupi kehamilannya di hadapan Siti Sarah (HR Bukhari)

Setelah melahirkan Ismail maka kecemburuan Sarah semakin besar. Kemudian Sarah meminta agar
Ibrahim menyuruh Hajar pergi sehingga wajahnya tidak terlihat olehnya. Maka Ibrahim membawanya
pergi bersama anaknya, Ismail. Dengan keduanya itu Ibrahim melintasi berbagai tempat sehingga
akhirnya meletakkan keduanya di tempat yang sekarang di sebut kota Mekkah.








Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan
kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-
mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim: 37)

Ditinggal di tempat gersang dan sepi seperti itu tentu hal yang aneh. Semula Siti Hajar
terus mendesak Nabi Ibrahim dengan pertanyaan yang bernada gugatan:


Wahai Ibrahim, kemana engkau akan pergi, sedangkan kami engkau tinggalkan di
lembah ini, yang tiada manusia dan apapun jua? (HR Bukhari)

Siti Hajar mengulangi pertanyaan itu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban dari Nabi
Ibrahim as. Tapi marifahnya kepada Allah membuatnya menanyakan hal lain:


Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu? Ibrahim menjawab, Ya. Siti Hajar
berkata, Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami (HR Bukhari)

Lihatlah apa yang Siti Hajar katakan saat mengetahui bahwa perlakuan suaminya adalah
perintah Allah: Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami

Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari Siti Hajar berkata:



Wahai Ibrahim, kepada siapa engkau tinggalkan kami? Nabi Ibrahim menjawab,
Kepada Allah. Siti Hajar berkata, Aku ridha kepada Allah. (HR Bukhari)

Sebuah sikap ridha yang luar biasa terhadap ketentuan Allah. Sikap ridha Siti Hajar juga
terlihat ketika putranya semata wayang, Ismail, harus disembelih karena itu merupakan
perintah Allah. Padahal kita tahu bagaimana perjuangan beliau menyelamatkan Ismail
dari kelaparan kemudian membesarkannya sendirian, tanpa bantuan dari sang suami,
Nabi Ibrahim as.

Jika kita memiliki sikap ini, maka Allah pun akan ridha kepada kita. Rasulullah SAW
bersabda,








Tidak ada seorang Muslim atau manusia atau hamba yang berkata ketika petang dan
pagi, Aku ridha Allah robbku, Islam agamaku, dan Muhammad nabiku, kecuali Allah
pasti ridha kepadanya pada hari kiamat (HR Ibnu Majah)

IBUNDA NABI MUSA AS


Bani Israil hidup dalam penindasan Firaun. Dalam kondisi demikian, mereka meyakini bahwa akan lahir
seorang pemuda yang akan menghancurkan Mesir dengan tangannya.

Abu Shalih dan Abu Malik, Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Masud, dan beberapa sahabat mengatakan bahwa
Firaun pernah bermimpi seolah-olah ia menyaksikan api berkobar dari arah Baitul Maqdis sehingga
membakar rumah-rumah bangsa Mesir dan seluruh masyarakat Qibthi, tetapi api tersebut tidak
mencelakai Bani Israil. Setelah bangun tidur, hal itu membuatnya sangat takut. Kemudian ia
mengumpulkan dukun, para normal, dan tukang sihir, untuk menanyakan tabir mimpi tersebut. Maka
mereka menjawab, Anak laki-laki itu akan dilahirkan dari mereka, dan sebab kehancuran bangsa Mesir
berada di tangan anak laki-laki tersebut. Karena itu, ia menyuruh membunuh semua anak laki-laki dan
membiarkan hidup semua anak perempuan.

Masyarakat QIbthi pernah mengadu kepada Firaun mengenai minimnya jumlah orang-orang Bani Israil
akibat pembantaian dan pembinasaan anak laki-laki mereka. Akhirnya kebijakan Firaun berubah:
Setahun membunuh dan setahun membiarkannya. Musa lahir pada tahun pembunuhan, sedangkan
Harun lahir pada tahun dibiarkannya lahir anak laki-laki.

Hal itulah yang membuat takut Ibunda Musa saat Musa lahir. Tapi Allah SWT memberinya ilham,

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati,
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang)
dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan
kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang
bersalah. Dan berkatalah istri Firaun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah
kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak",
sedang mereka tiada menyadari. Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia
menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk
orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang
perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak
mengetahuinya, dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau
menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu
ahlulbait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?" Maka Kami
kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia
mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS.
28:7-13)

SITI ASIYAH
Ketika Musa yang masih bayi dihanyutkan ke sungai, maka akhirnya melewati tempat tinggal Firaun.
Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi
mereka (QS. 28:8). Para budak perempuan telah memungut Musa AS dari sungai yang dihanyutkan
dalam peti tertutup. Namun mereka tidak berani membukanya sehingga mereka meletakkannya di
hadapan isteri Firaun yang bernama Asiyah binti Muzahim bin Ubaid bin Rayyan bin Al-Walid. Ia berasal
dari Bani Israil.

Setelah Asiyah membuka penutup peti tersebut dan menyingkap tabirnya, maka ia melihat wajahnya
cerah bersinar dengan cahaya kenabian dan keagungan. Pada saat melihatnya itu, ia sangat menyukai
dan mencintainya sehingga pada saat datang Firaun bertanya, Siapa anak ini? Dan Firaun sempat
menyuruh untuk menyembelih anak tersebut. Maka Asiyah memintanya agar tidak membunuhnya
seraya berkata, "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya,
mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak (QS. 28:9). Maka Firaun
berkata kepadanya, Menurutmu itu memang benar, tetapi bagiku itu sama sekali tidak benar.

Karena keimanan Siti Asiyah yang kuat, maka ia memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda, Pemuka kaum wanita penghuni surge adalah Maryam binti Imran, lalu
Fatimah binti Muhammad, lalu Khadijah binti Khuwailid, dan kemudian Asiyah istri Firaun. (HR. Al-
Hafizh Abu Qasim dan Abu Hatim Ar-Razi)

Banyak dari kaum laki-laki yang sempurna, dan tidak yang sempurna dari kaum wanita kecuali Asiyah
istri Firaun, Maryam binti Imran, dan keutamaan Asiyah atas wanita-wanita lainnya adalah seperti
keutamaan bubur atas suluruh makanan lainnya. (HR. Bukhari-Muslim)

Keduanya adalah orang yang diserahi untuk memelihara dan membesarkan Nabi ketika masih kecil.
Asiyah memelihara Musa AS, sedangkan Maryam memelihara Isa AS.










Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya
Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun
dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim" (QS. 66:11)
Kelak di surga, Asiyah akan menjadi istri Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits,

Sesungguhnya Allah akan menikahkan diriku di surga kelak dengan Maryam binti Imran, istri Firaun,
Asiyah, dan saudara perempuan Musa. (HR. Thabrani). Diriwayat lain disebutkan bahwa nama saudara
perempuan Musa AS adalah Kultsum.

Rasulullah SAW pernah masuk menemui Khadijah ketika sedang sakit yang menyebabkan kematiannya.
Beliau bersabda, Wahai Khadijah, jika kamu bertemu dengan wanita-wanita yang menjadi madumu
kelak, sampaikan kepada mereka salam dariku. Khadijah bertanya, Ya Rasulullah, apakah engkau
pernah menikah sebelumku? Beliau menjawab, Tidak, tetapi Allah telah menikahkan aku dengan
Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim, dan Kultsum saudara perempuan Musa. (HR. Ibnu Asakir)

SITI MARYAM
Kisah Siti Maryam adalah kisah seorang wanita mulia yang menjaga kehormatannya. Allah SWT
berfirman,








dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya
sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya;
dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat. (QS. 66:12)

Al-Quran cukup banyak menceritakan kisahnya karena berkaitan dengan putranya, Isa bin Maryam AS,
nabi yang termasuk ulul azmi. Ceritanya juga runut sehingga kita mencukupkan seperti yang ada di
dalam Al-Quran.

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala
umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari
yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ingatlah), ketika istri Imran berkata: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi
hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala istri Imran
melahirkan anaknya, dia pun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak
perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti
anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan
untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk."
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan
pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk
menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana
kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya
Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS. 3:33-37). Dan (ingatlah)
ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan
kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam,
taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. Yang demikian itu
adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal
kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk
mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka
ketika mereka bersengketa. (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang
datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat
dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam
buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." Maryam
berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh
seorang laki-laki pun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup
berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS. 3:42-47)

Dalam surat Maryam diceritakan,

Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya
ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu
Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang
sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa". Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata:
"Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun
menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata: "Demikianlah. Tuhanmu berfirman:
"Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan
sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan." Maka Maryam
mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa
sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai,
alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan".
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya
Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan,
minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini". Maka Maryam membawa anak itu kepada
kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", maka Maryam menunjuk kepada
anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam
ayunan?" Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,
dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan
berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan
pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. 19:16-33)

Sebagaimana disebutkan dalam kisah Asiyah, maka Maryam binti Imran kelak akan menjadi istri
Rasulullah SAW di surga.

Anda mungkin juga menyukai