Disusun oleh :
ABSTRACT
“Jernang” or known as dragon's blood is one of high value non-wood forest products originated from Indonesian forest.
Dragon's blood which is a red colored resin secreted from rattan's fruits has been utilised traditionally. This paper
determines the antibacterial and antifungal capability againts bacteria (Basillus subtilis and Staphylococcus aureus)
and fungus (Candida albicans and Aspergillus flavus). The antibacterial and antifungal capability was determined
based on the in vivo wound healing test on rabbit. The result shows that in general, “jernang” provides antibacterial and
antifungal capacity against bacteria and fungus. The ethyl acetate jernang extract which were effective as antimicrobial to
heal the wound.
Keywords: Dragon's blood, antibacteria, antifungal, wound healing, rabbit
ABSTRAK
Jernang atau dragon's blood merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang bernilai tinggi
berasal dari hutan Indonesia. Jernang adalah resin berwarna merah hasil sekresi buah rotan dan
pemanfaatannya masih secara tradisional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
kemampuan jernang sebagai antibakteri dan antijamur terhadap bakteri (Basillus subtilis dan Staphylococcus
aureus) dan jamur (Candida albicans dan Aspergillus flavus). Kemampuan antibakteri dan antijamur
ditentukan berdasarkan uji penyembuhan luka secara in vivo terhadap kelinci. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara umum jernang bersifat antibakteri dan antijamur. Ekstrak etil asetat jernang
efektif sebagai antimikroba untuk penyembuh luka.
Kata kunci: Jernang, antibakteri, antijamur, penyembuh luka, kelinci
377
Penelitian Hasil Hutan Vol. 33 No. 4, Desember 2015: 377-385
meleleh bila dipanaskan dan mudah terbakar II. BAHAN DAN METODE
dengan mengeluarkan asap dan bau yang khas.
Jernang berwarna merah, berbentuk amorf, berat A. Lokasi
jenis (BJ) antara 1,18-1,20, bilangan asam rendah Dua jenis jernang yang digunakan dalam
sekitar 100, bilangan ester sekitar 140, titik cair penelitian ini berasal dari Desa Lamban Sigatal
kurang lebih 120OC, larut dalam alkohol, eter, dan Sipintun, Kecamatan Pauh, Kabupaten
minyak lemak, dan minyak atsiri, sebagian larut Sarolangun, Jambi. Kegiatan ekstraksi jernang
dalam kloroform, etil asetat, petroleum spiritus dan uji aktifitas penyembuhan luka dilakukan di
dan karbon disulfide serta tidak larut dalam air Laboratorium Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
(Gupta et al., 2008; Jia et al., 2014). Pustekolah, Bogor. Uji antijamur dan antibakteri
Jernang banyak terdapat di Jambi dan telah dilakukan di Laboratorium Culture Collection IPB,
dimanfaatkan secara tradisional oleh suku anak kampus Dramaga, Bogor.
dalam. Pemanfaatan jernang secara tradisional
antara lain untuk obat disentri dan obat luka B. Bahan dan Alat
(Rustiami, 2005; Purwanto, Polosokan, Susiarti, &
Wahyu, 2005). Khasiat jernang sebagai obat luka Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
dimungkinkan karena ekstrak etil asetat jernang adalah resin jernang dari dua species rotan yaitu
memiliki sifat prokoagulasi darah secara in vitro jernang rambai (Daemonorops draco BL.) dan
terhadap kelinci (Waluyo & Pasaribu, 2013). jernang kalamuai (Daemonorops melanochaetes
Ekstrak suatu bahan sebagai obat penyembuh Blume.). Pemilihan dua species rotan tersebut
luka akan lebih efektif pemanfaatannya bila bahan didasarkan pada rendemen resin yang cukup
tersebut juga mempunyai sifat antimikroba tinggi yaitu 11,48% dan 11,24% dibanding jenis
(antijamur dan antibakteri), sehingga dalam lain seperti Daemorops didymophylla Becc. hanya
penerapannya tidak diperlukan lagi bahan 1,20 %. Selain itu, keberadaan kedua jenis rotan
tambahan antimikroba (Umachigi et al., 2007; tersebut di hutan alam khususnya di daerah Jambi
Kwakye, Kwapong, & Adu, 2009). masih relatif banyak dibandingkan species lainnya
Salah satu teknologi nano yang berkembang (Waluyo, 2013), Bahan kimia yang digunakan
saat ini adalah penggunaan serat nano (nano-fibers) adalah metanol, etil asetat dan n-heksana. Alat
untuk berbagai produk. Serat nano mempunyai yang digunakan antara lain soxhlet, rotary
sifat unik dan berpotensi untuk diaplikasikan di evaporator, timbangan analitik, oven, alat
bidang biologi, kimia, elektronik, teknik, gelas/kaca, electrospinning, gunting dan alat
biomedis, dan pelindung berbagai produk pemotong/ pencukur rambut, dan lain-lain.
(Subiah, Bath, Tock, Pameswaran, & Ramkumar,
2005; Wei et al., 2010; Kimura, Kim, Lee, & Kim, C. Metode
2010). Salah satu aplikasi serat nano dalam 1. Ekstraksi jernang
bidang medis adalah untuk meningkatkan Ekstraksi jernang dilakukan secara bertingkat,
efisiensi pemakaian obat (Subiah et al., 2005; yaitu dimulai menggunakan pelarut non polar (n-
Nguyen et al., 2012). Salah satu aplikasi serat nano heksana), semi polar (etil asetat) dan polar
dalam b idan g bio medis adalah unt uk (metanol). Sebanyak lima gram jernang dihalus-
menyembuhkan luka dengan memasukkan kan hingga menjadi tepung dan diekstraksi
bahan antibiotik pada matriks serat nano (Soscia, dengan 200 ml pelarut n-heksana. Bagian tak larut
Raof, Xie, Cady, & Gadre, 2010). Peran antibiotik n-heksana kemudian diekstraksi menggunakan
pada serat nano untuk menyembuhkan luka dapat 200 ml etil asetat dan bagian tak larut etil asetat
digantikan dengan bahan antimikroba seperti diekstraksi dengan 200 ml metanol. Ekstraksi
jernang. Saat ini, penggunaan jernang dengan dilakukan dengan Soxhlet selama tiga jam atau
matriks serat nano belum dipelajari secara hingga ekstrak di tabung Soxhlet sudah tidak
mendalam. Tulisan ini mempelajari aktivitas berwarna. Hasil ekstraksi selanjutnya dipekatkan
antimikroba ekstrak jernang pada matriks serat dengan bantuan penguap putar (rotary evaporator)
nano untuk menyembuhkan luka. hingga semua pelarutnya menguap. Ekstrak pekat
378
Aktivitas Antijamur, Antibakteri dan Penyembuhan Luka Ekstrak Resin Jernang
(Totok K. Waluyo & Gunawan Pasaribu)
ditimbang untuk mengetahui rendemen resin Metode cakram dilakukan dengan meng-
jernang. Rendemen dapat ditentukan dengan gunakan kertas cakram berdiameter 6 mm dan
rumus berikut : media agar yang sudah disterilkan sebagai media
pertumbuhan bakteri. Pengujian menggunakan
A
dua species bakteri yaitu Basillus subtilis dan
Rendemen resin (%) = X 100%
Staphylococcus aureus. Bakteri diinokulasikan pada
B
cawan petri (petridish) yang telah diisi media agar.
Keterangan : A = Berat ekstrak resin jernang (g) Selanjutnya kertas cakram dicelupkan pada fraksi
(Remarks) B = Berat resin jernang sebelum ekstrak jernang kemudian ditempelkan pada
diekstraksi (g) media agar. Setelah diinkubasi selama 48 jam
maka diukur diameter zona hambat yaitu daerah
2. Uji aktivitas antibakteri yang tidak terserang bakteri dengan menggunakan
Fraksi ekstrak jernang (n-heksana, etil asetat jangka sorong (Gambar 2). Pengujian aktifitas ini
dan metanol) setiap jenis jernang dilakukan uji dilakukan dengan dua kali ulangan. Zona hambat
akti v itas antibakteri dengan menggunakan merupakan rata-rata hasil dua kali pengukuran
metode cakram (Peng & Zhao, 2009). diameter zona hambat aktifitas bakteri.
Resin jernang
Fraksinasi bertingkat
379
Penelitian Hasil Hutan Vol. 33 No. 4, Desember 2015: 377-385
380
Aktivitas Antijamur, Antibakteri dan Penyembuhan Luka Ekstrak Resin Jernang
(Totok K. Waluyo & Gunawan Pasaribu)
senyawa tersebut dikategorikan sebagai polar oleh Arora dan Bhardwaj (1997), ekstrak n-
hingga semi polar karena terdapatnya gugusan heksana dua jenis jernang termasuk aktivitas
fungsional seperti fenol, hidroksil, dan gugusan antimikroba dengan sensitifitas tinggi, sedangkan
karbonil. Senyawa-senyawa flavonoid yang ekstrak metanol jernang rambai resisten terhadap
terkandung pada jernang asal Tiongkok telah bakteri.
teridentifikasi yaitu dracorhodin, 4,6-dihydroxy-2-
me t hox y- 3m et hy l di hydr och alc o ne, 4, 6- C. Aktivitas Antijamur
dihydroxy-2-methoxy-3-methylchalcone, (2S)-
Uji aktivitas antijamur menggunakan dua
5 , 7 - d i hy d r ox y - d i hy dr o f l avo n e , ( 2 S ) - 5 -
spesies jamur yaitu Candida albicans dan Aspergilus
methoxyflavan-7-ol dan (2S)-5-methoxy-6-
flavus. Terdapat sekitar 200 species jamur Candida,
methyl-flavan-7-ol (Yi et al., 2012).
tetapi hanya beberapa species yang menjadi
perhatian dikarenakan sangat berbahaya bagi
B. Aktivitas Antibakteri
manusia yaitu C. albicans, C. glabrata, C. parapsilosisi,
Uji aktivitas antibakteri menggunakan dua C. tr opical is dan C. kruse i (Z ar rin &
species bakteri yaitu Basillus subtilis dan Mahmoudabadi, 2009). C. albicans dapat
Staphylococcus aureus. B. subtilis merupakan bakteri menyerang atau menginfeksi darah manusia yang
yang cukup bermanfaat bagi manusia antara lain disebut kandidiasis dan mengakibatkan kematian
dapat memproduksi lipopeptide biosurfaktan. pada manusia (Molero et al., 1998).
Manfaat lipopeptide sebagai bioremediasi Jamur A. flavus sebagian besar hidupnya dan
polutan, kosmetik, antiadhesive, dan lain-lain (Li, tumbuh sebagai sapropit dalam tanah. A. flavus
Yang, Shao, & Lu, 2011). sebagai penyebab aspergilosis pada manusia dan
S. aureus adalah bakteri yang sangat invasif ter- hewan. Disamping itu dapat menyerang tanaman
hadap manusia. Sebelum ditemukan antibiotiknya sehingga gagal panen terutama tanaman jagung
(pinisilin), dilaporkan bahwa serangan bakteri ini dan kacang (Hedayati, Pasqualotto, Warn, Bowyer,
menyebabkan fatal pada manusia (Ji, 2014). Lebih & Denning, 2007).
lanjut Montville dan Matthews (2008) melaporkan Hasil pengukuran zona hambat aktivitas anti-
bahwa S. aureus dapat menyebabkan inflamasi jamur tercantum pada Tabel 3. Aktivitas antijamur
pada kulit, infeksi tenggorokan, dan lain-lain. dengan sensitifitas sedang hanya ekstrak dua jenis
Hasil pengukuran zona hambat aktivitas jernang dengan pelarut n-heksana yaitu mem-
antibakteri tercantum pada Tabel 2. Zona hambat punyai zona hambat 12 mm (Arora & Bhardwaj,
tertinggi adalah ekstrak jernang rambai dan 1997). Sedangkan ekstrak dengan pelarut etil
kalamuai dengan menggunakan pelarut n-heksana asetat dan metanol tidak ada aktivitas jamur sama
(15 mm), sedangkan zona hambat terendah adalah sekali (zona hambat 0 mm) sehingga ekstrak
ekstrak jernang rambai dengan pelarut metanol tersebut resisten terhadap jamur khususnya C.
(0 mm). Berdasarkan kriteria yang dikembangkan albicans dan A. flavus.
381
Penelitian Hasil Hutan Vol. 33 No. 4, Desember 2015: 377-385
Ekstrak n-heksana jernang mempunyai sifat meningkatkan efisiensi pemakaian obat (Subiah
anti mikroba (antibakteri dan antijamur) dengan et al., 2005; Nguyen et al., 2012). Matriks serat
sensitivitas tinggi. Hal ini sesuai dengan nano yang digunakan untuk media ekstrak jernang
pernyataan Rao, Gehart, Lee, Mitscher, dan Drake sebagai penyembuh luka seperti pada Gambar 3A
(1982) dan Gupta et al. (2008), jernang bersifat dan 3B.
antimikroba disebabkan adanya senyawa Gambar 3A menunjukkan matriks serat nano
dracorhodin dan dracorubin. Senyawa masih terdapat celah/rongga, sedangkan Gambar
dracorhodin merupakan salah satu senyawa 3B menunjukkan yang terisi ekstrak jernang untuk
penciri dari jernang (Toriq, 2013). uji aktivitas penyembuhan luka. Persentase luas
penyembuh/penutup luka dengan menggunakan
D. Ekstrak Jernang sebagai Penyembuh ekstrak jernang tercantum pada Tabel 4. Semua
Luka (Wound Healing) perlakuan (penggunaan ekstrak jernang) meng-
hasilkan persentase penutupan luka lebih besar
Aplikasi serat nano ( nanofibers) ter us dibanding kontrol (tanpa pemberian ekstrak
berkembang di berbagai bidang seperti bidang jernang). Dengan demikian penggunaan ekstrak
biologi, kimia, elektronik dan teknik. Salah satu jernang berpotensi mempercepat penyembuhan
aplikasi serat nano dalam bidang medis adalah luka.
Keterangan (Remarks): A = matriks seratnano (matriks of nanofibers) B = matriks seratnano setelah diberi ekstrak jernang
(nanofibers after given dragon's blood extracts)
382
Aktivitas Antijamur, Antibakteri dan Penyembuhan Luka Ekstrak Resin Jernang
(Totok K. Waluyo & Gunawan Pasaribu)
A B
383
Penelitian Hasil Hutan Vol. 33 No. 4, Desember 2015: 377-385
384
Aktivitas Antijamur, Antibakteri dan Penyembuhan Luka Ekstrak Resin Jernang
(Totok K. Waluyo & Gunawan Pasaribu)
Nasir, M. (2013). Sintesis dan karakterisasi No. 28. Bogor: Direktorat Jenderal
nanokomposit konduktif nanofiber. JKTI Kehutanan, Departemen Pertanian.
15(1),57-59.
Toriq, U. (2013). Senyawa kimia penciri jernang untuk
Nguyen, T.H.L, Chen, S. Elumalai, N.K., p embaruan p arameter S tandar N asional
Prabhakaran, M.P., Zong, Y., Vijila, C., Indonesia. (Skripsi) Fakultas Matematika dan
Allakhverdiev, S.I., & Ramakrishna, S. Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian
(2012). Biological, chemical, and electronic Bogor, Bogor.
applications of nanofibers. Macromol.
Umachigi, S.P., Kumar, G.S., Jayaveera, K.N.,
Mater.Eng. doi:10.1002/ mame.201200143.
Kishorekumar, D.V., Ashokkumar, C.K. &
Peng, S. & Zhao, M. (2009). Pharmaceutical bioassay: Dhanapal, R. (2007). Antimicrobial, wound
Methods and applications. Hoboken, New healing and antioxidant activities of
Jersey: John Wiley & Sons. Anthocephalus cadamba. Afr.J. R aditional.
CAM 4(4),481-487.
Purwanto, Y., Polosokan, R., Susiarti, S., & Wahyu,
B.E. (2005). Ekstraktivisme jernang Uyanto, S.S. (2006). Pedoman analisis data dengan
( Daemonorops sp.) dan kemungkinan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
pengembangan: Studi kasus di Jambi,
Waluyo, T.K. (2013). Perbandingan sifat fisiko-
Sumatera, Indonesia. Valuasi Ekonomi
kimia 5 jenis jernang. Jurnal Penelitian Hasil
Produksi Hutan Non Kayu,409-411.
Hutan 31(2),141-150.
Rao, G.S.R., Gehart, M.A., Lee, R.T., Mitscher,
Waluyo, T.K. & Pasaribu, G. (2013). Aktifitas
L.A. & Drake, S. (1982). Antimicrobial
antioksidan dan antikoagulasi resin Jernang.
agents from higher plants: Dragon's blood
Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 31(4),306-315.
resin. Journal of Natural Products 45,646-648
Wei, K., Ohta, T., Kim, B. S., Kim, K. W., Lee, K.
Rustiami, H. (2005). Daemonorops draco (Willd.)
H., Khil, M.S., Kim, H.Y., & Kim, I.S.
Blume. Bogor: Prosea Newsletter No. 35.
(2010). Development of electrospun
Soscia, D.A., Raof, N.A., Xie, Y., Cady, N.C., & metallic hybrid nanofibers via metallization.
Gadre, A.P. (2010). Antibiotic-loaded Polym Adv Technol 21,746-751.
PLGA nanofibers for wound healing
Yi, T., Tang, Y., Zhang, J., Zhao, Z., Yang, Z. &
applications. Advance Biomaterials 12(4),83-
Chen, H. (2012). Characterization and
88.
determination of six flavonoids in the
Subiah, T., Bath, G.S., Tock, R.W., Parameswaran, ethnomedicine ”Dragon's Blood” by
S., & Ramkumar, S.S. (2005). Electro- UPLC-PAD-MS. Chemistry Central Journal 6,
spinning of Nanofibers. Journal of Applied 1-7.
Polymer Science 96,557-569.
Zarrin, M. & Mahmoudabadi, A.Z. (2009).
Sumadiwangsa, S. (1973). Klasifikasi dan sifat Invasive candidiasis: A review article.
beberapa hasil hutan bukan kayu. Laporan Jundishapur Journal of Microbiology 2(1),1-6.
385
Nama : Maria Risnawati
NIM : F1C219046
Prodi : Matematika
Matkul : Lingkungan dan Agroindustri