Kakek Geri, 78 tahun, dibawa keluarga ke IGD puskesmas karena tidak mau makan sejak
2 hari sebelumnya. Kakek Geri terlihat mengantuk dan kadang-kadang berbicara kacau.
Seminggu terakhir makan Kakek Geri sudah mulai berkurang, hanya makan beberapa suap saja.
Dokter puskesmas memeriksa Kakek Geri, kemudian merujuk ke rumah sakit.
Kakek Geri menjalani pemeriksaan yang komprehensif dan ditangani oleh tim di ruang
rawat geriatri terpadu. Dokter memeriksa Kakek Geri, menentukan status fungsional, kondisi
mental, status nutrisi, serta fungsi kognitifnya. Keluarga menyampaikan bahwa beberapa bulan
terakhir Kakek Geri lebih sering berbaring di tempat tidur. Kakek Geri masih bisa untuk duduk
sendiri, namun untuk berjalan harus dibantu oleh satu orang. Mandi dan makan dibantu oleh
anaknya, bergantian dengan perawat yang datang setiap hari. Kakek Geri kadang-kadang juga
mengompol dan buang air besar di celana. Kondisi ini mulai dialami Kakek Geri sejak kematian
istrinya 6 bulan yang lalu, makin memberat setelah jatuh di kamar mandi sekitar 1 bulan yang
lalu. Kakek Geri sering terlihat murung dan kadang-kadang menangis. Kakek Geri rutin kontrol
ke dokter keluarga, mendapat 6 macam obat untuk diabetes, hipertensi dan rematik yang
dideritanya.
Saat dirawat, Kakek Geri sering gelisah, tidak tidur pada malam hari, dan banyak tidur di
siang hari. Dokter mengatakan Kakek Geri mengalami delirium akibat infeksi paru. Saat dirawat
Kakek Geri juga ditangani oleh tim rehabilitasi medik untuk membantu mengatasi keluhannya.
Setelah beberapa hari dirawat kondisi Kakek Geri semakin memburuk, dan akhirnya mengalami
henti jantung dan henti napas. Kakek Geri dinyatakan meninggal dunia. Jenazah Kakek Geri
boleh dibawa pulang setelah diobservasi 2 jam, saat mulai timbul kaku mayat dan lebam mayat.
Bagaimana Anda menjelaskan kondisi yang terjadi pada Kakek Geri?
Step 1
1. Geriatric : abang ilmu kedokteran yang berfokus pada penanganan, diagnosis, serta
pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan yang menyerang kalangan lansia.
Geriatri berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti orang tua, dan teria yang artinya
penanganan terhadap penyakit.
2. rematik :atau penyakit yang ditandai dengan nyeri sendi disebut juga rheumatoid
arthritis. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun ketika sistem imun pada tubuh
seseorang menyerang sel-sel tubuhnya sendiri
3. delirium : suatu kondisi penurunan kesadaran dengan gejala yang tidak khas. Gangguan
ini bersifat akut dan berfluktuatif.
4. henti jantung : atau cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak
secara tiba-tiba karena adanya gangguan gaya listrik pada otot jantung. Kondisi ini
membuat jantung tidak dapat berdetak dengan normal dan memicu terjadinya aritmia.
5. henti napas: Apnea adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan
pernapasan yang lambat atau berhenti
Penyebab lansia tidak mau makan
Perubahan hormonal
Adanya inflamasi
Tubuh Anda memiliki jam biologis yang disebut sebagai ritme sirkadian.
Jam biologis tubuh ini mengatur siklus bangun dan tidur Anda setiap 24
jamnya. Seiring dengan bertambahnya usia, ritme sirkadian menjadi
semakin lemah, terutama pada lansia yang jarang terpapar sinar cahaya
matahari.
Ritme sirkadian yang melemah membuat produksi melatonin di malam
hari menjadi berkurang. Melatonin adalah hormon yang mengatur siklus
bangun dan tidur. Kondisi ini pada akhirnya membuat lansia sering kali
bangun di tengah malam dan mengatuk di siang hari.
Terlepas dari efek samping obat, ada banyak masalah kesehatan pada
lansia yang menimbulkan gangguan tidur sebagai bagian dari gejalanya,
seperti:
Depresi
Gangguan suasana hati ini bisa membuat lansia terus merasa sedih,
bersalah, dan kesepian. Pengidap depresi juga sering jali mengeluhkan
nyeri pada tubuh. Kesemua gejala penyakit mental pada lansia ini akhirnya
menyebabkan kesulitan tidur di malam hari sekaligus hipersomnia atau
tidur berlebihan di siang hari.
Restless legs syndrome (RLS)
Sindrom kaki gelisah menyebabkan dorongan yang tak tertahankan dan tidak
nyaman untuk menggerakkan kaki. Sindrom ini bisa menjadi salah satu
penyebab insomnia pada lansia. RLS menyebabkan seseorang sulit tertidur dan
mengakibatkan kantuk yang berlebihan pada hari berikutnya.
Sleep apnea
Gangguan tidur pada lansia juga akibat kebiasaan yang mungkin tidak
lansia sadari dapat siklus tidur yang sehat. Sebagai contoh, lansia yang
punya kebiasaan minum kopi pada sore atau malam hari. Bisa juga
karena mengonsumsi makanan dekat dengan jam tidur.
Inkontinensia tinja atau inkontinensia alvi adalah kondisi ketika tubuh tidak mampu mengendalikan buang
air besar. Kondisi ini menyebabkan tinja keluar secara tiba-tiba, tanpa disadari oleh penderitanya.
Inkontinensia tinja dipengaruhi oleh usus bagian akhir (rektum), anus (dubur), dan sistem saraf yang tidak
berfungsi secara normal. Kondisi ini dapat dialami oleh lansia (di atas 65 tahun) dan wanita yang
menjalani persalinan normal.
penyebab Inkontinensia Tinja
Inkontinensia tinja dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
Kerusakan sfingter anus, yaitu cincin otot yang terletak di ujung lubang anus (dubur). Kondisi
ini dapat disebabkan oleh episiotomi atau prosedur pembedahan vagina yang dilakukan setelah
persalinan normal.
Kerusakan saraf yang mengendalikan sfingter anus. Kondisi ini dapat terjadi akibat
persalinan, perenggangan berlebihan saat buang air, atau cedera saraf tulang belakang. Kondisi
medis, seperti diabetes dan multiple sclerosis, juga dapat merusak fungsi saraf dan
menyebabkan inkontinensia tinja.
Tindakan pembedahan. Prosedur bedah untuk menangani wasir (hemoroid) atau kondisi lain
yang berkaitan dengan anus atau rektum, berisiko mengakibatkan kerusakan saraf.
Rectal prolapse, yaitu kondisi ketika rektum turun hingga ke anus.
Rectocele, yaitu kondisi ketika rektum menonjol ke luar hingga area vagina pada wanita.
Terbatasnya ruang pada rektum untuk menampung kotoran. Kondisi ini terjadi akibat adanya
jaringan parut pada dinding rektum, sehingga fleksibilitas rektum berkurang.
Konstipasi kronis. Kondisi ini menyebabkan kotoran mengeras, sehingga sulit bergerak
melewati rektum dan dikeluarkan dari tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan saraf dan
otot yang memicu inkontinensia tinja.
Diare. Diare menyebabkan tinja lebih berair, sehingga dapat memperburuk inkontinensia tinja.
Penggunaan obat pencahar dalam jangka panjang.
Kondisi medis lainnya, seperti stroke, demensia, dan penyakit Alzheimer.