KARDIOLOGI
OLEH:
BADAN PENERBIT
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
i
Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku
ini dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seizin editor dan penerbit.
Editor :
dr. Cholid Tri Tjahyono, SpJP(K), FIHA
ISBN 978-979-496-836-9
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan tuntunan-Nya penulis boleh menyelesaikan penulisan buku kedokteran yang
berjudul “Buku Praktis Kardiologi”.
Buku ini memberikan ulasan tentang penyakit kardiovaskular yang dikemas secara
sederhana, hal ini dimaksudkan untuk membantu dokter dan perawat dalam studi mereka.
Buku ringkas ini menyajikan hal-hal yang perlu anda ketahui dengan cepat, efisien dan
terorganisasi.
Buku ini mencakup semua ringkasan singkat namun komprehensif dari hampir
semua penyakit kardiovaskular. Pemeriksaan jantung yang lengkap, termasuk interpretasi
sederhana dari murmur jantung. Bagaimana membaca EKG secara akurat dan mudah.
Kriteria yang tepat dan obyektif untuk membaca EKG untuk mengurangi kemungkinan
untuk salah diagnosis. Bagaimana memahami berbagai tes laboratorium, termasuk
foto rontgen dada, EKG, ekokardiogram 2D, tes latihan stress dan angiografi koroner.
Pedoman terbaru pada hipertensi, kelainan kolesterol dan obat jantung.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang-orang yang boleh terlibat dalam
pembuatan buku ini. Buku ini tidak akan selesai tanpa dukungan penuh dan kasih sayang
dari keluarga serta sahabat-sahabat saya.
Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk penyempurnaan
tulisan ini. Akhirnya saya berharap buku ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya,
terutama dapat memberi kontribusi bagi perkembangan dunia kedokteran.
Terima Kasih
Desember 2013
Penulis
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih bagi para guru dan pembimbing
saya, yang dengan tidak jemu-jemu memberikan saya pengetahuan, arahan, dukungan
serta bimbingan. Mereka tidak pernah berhenti memberikan saya berbagai masukan yang
sangat bermanfaat, memberikan saya semangat untuk terus berkarya, meneliti bahkan
menulis buku. Buku ini saya tulis dengan berbagai dukungan dan semangat dari mereka.
Mereka adalah guru saya yang sangat saya banggakan dan sangat memotivasi saya:
1. Prof. dr. Tonny H. Rampengan, SpA-K dan Prof. dr. Jenny Pangemanan, DAF,
SpFK (mereka berdua adalah seorang ayah dan ibu yang sangat peduli dan selalu
mendorong saya untuk terus berkarya)
2. Prof. dr. Lily I. Rilantono; Prof. Dr. dr. Idris Idham, SpJP(K); dr. Nani Hersunarti,
SpJP(K); Prof. dr. Ganesja M. harimurti, SpJP(K); dr. Sunarya Soerianata, SpJP(K),
Prof. Dr. dr. Budhi Sethianto, SpJP(K), Prof. dr. Harmani Kalim, MPH, SpJP(K), Dr.
dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FAPSIC, Dr. dr. Muhammad
Munawar, SpJP(K), FIHA, FESC, FACC, FSCAI, FAPSIC, FASCC, FCAPSC.
3. Prof. Dr. dr. Reggy L. Lefrandt, SpJP(K); dr. J. H. Awaloei, SpPD-KKV, SpJP; dr. R.
A. Azis, SpJP (K), mereka adalah para guru saya yang selalu memberikan masukan.
4. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan motivasi, dr. Surya Dharma, PhD,
SpJP(K) dan dr. Dafsah Arifa Djuzar, SpJP(K).
5. Kepada para teman sejawat dr. Lucia Panda, SpPD, SpJP(K); dr. Janry A. Pangemanan
SpJP(K) yang telah begitu memotivasi dan memberi dukungan dalam penyelesaian
buku referensi ini.
6. Seluruh tim Jade Cardiovascular Clinic, Sitti Nur Asti Abubakar, SKep, Stevi
Grace Dungir, SSi, Fanty Julita Wowor, SKM, Ketlien Kawulusan, Stevianti Asista
Lumombo, Amd.Kep, Richo Rumfaan, SKep, Ns, Febriani S. Tampoli, Amd.Kep.
Sekali lagi terima kasih buat para guru dan pembimbing saya yang selalu setia dan
aktif memberikan semangat dan motivasi untuk terus berkarya. Tuhan memberkati
kalian………..
Salam,
iv
DAFTAR ISI
v
Bab 21. Dislipidemia ........................................................................................ 152
vi
BAB 1
DATA DASAR KARDIOVASKULAR
1
Penuaan/degeneratif, alkoholisme, amiloidosis, anemia, aterosklerosis, kelainan
kongenital, hipertensi, hipertiroid, infeksi, neoplasma, kehamilan, (peripartum
kardiomiopati), penyakit pulmonal (cor-pulmonale), penyakit jantung rematik, lupus
sistemik, eritematosus, agen toksis, transplantasi, trauma, uremia, penyakit yang tidak
diketahui.
2. Diagnosis Anatomi
2. Diagnosis Anatomi
a. a. enyakit
Penyakitarterikoroner spesifik
arterikoroner termasuk
spesifik: aterosklerosis
termasuk dari arteri
aterosklerosis koronerdesenden
dari arteri koronerdesenden
kiri (Left Anterior Descending Coronary Artery), arteri koroner kanan atau arteri
kiri (Left Anterior Descending Coronary Artery), arteri koroner kanan atau arteri
koroner sirkum eksa kiri Left Circumflex Coronary Artery).
koroner sirkumfleksa kiri (Left Circumflex Coronary Artery).
Tabel 1-1. Klasifikasi New York Heart Association untuk Gagal Jantung
Kongestif
Kelas Deskripsi Panduan Umum
Fungsional (Perkiraan Ekuivalen Mets)
b.b. pesifik
pesifik entrikular
entrikularKiri
Kiri atau
atau dinding
dinding abnormal entrikular
entrikular kanan:
kanan termasuk
termasuk
dindingdinding
anterioranterior A, aneurisma
IMA, aneurisma , hipertrofi
, hipertrofi
c. Katup defek spesifik termasuk mitral stenosis, aorta stenosis
c. Katup defek spesifik: termasuk mitral stenosis, aorta stenosis
3. Diagnosis Fisiologi
a. Irama sinus normal
b. Atrialfibrilasi
c. rematur entrikular multifokal
d. skemia miokard re ersibel
e. Disfungsi diastolik dan sistolik
2
2
a. Irama sinus normal
b. Atrialfibrilasi
c. Prematur entrikular multifokal
d. Iskemia miokard re ersibel
e. Disfungsi diastolik dan sistolik
4. Kekuatan ungsional ihat abel . dan .2
4. Kekuatan ungsional
a. Klasifikasi ihatHeart
New York abel .1 dan 1.2)
Association (NYHA) pada gagal jantung kongestif
dari kelas -
a. Klasifikasi New York Heart Association (NYHA) pada gagal jantung kongestif
b. Klasifikasi Canadian Cardiovaskular Society (CCS) pada angina dari kelas
(CHF) dari kelas I-
- .
b. Klasifikasi Canadian Cardiovaskular Society (CCS) pada angina dari kelas I- .
III Angina terjadi dengan kurang dari aktifitas fisik yang normal
3
BAB 2
RIWAYAT KARDIOVASKULAR
4
4. Obesitas
5. Riwayat Olahraga (kurang latihan)
6. Intactdietary (tinggi lemak atau garam)
7. Sifat Tipe A (pekerja keras dan tipe kompulsif obsesif)
5
BAB 3
PEMERIKSAAN FISIK
B. Tekanan Darah:
ek untuk ekanan Darah, ekanan Darah, tekanan nadi, tekanan nadi
(tekanan nadi = Tekanan darah sistolik – Tekanan darah diastolik)
Gambar 3-1. Hubungan antara bunyi Korotkoff dengan Pengukuran Tekanan Darah
6
D. Pemeriksaan Paru-Paru
Cek apakah ada ronki basah tipe halus atau kasar, ronki, atau wheezing. Penemuan
asimetris.
E. Pemeriksaan Abdomen
Cek untuk bruit ginjal, asites, palpasi aortik abnormal, hepatomegali (pembesaran hati),
dan splenomegali (pembesaran limpa).
F. Pemeriksaan Ekstremitas
1. Cek untuk sianosis, clubbing fingers, edema periferal, arikositis, dan gelombang
nadi arterial yang abnormal.
2. Cek untuk tidak adanya atau melambatnya nadi femoral sebagai bandingan dengan
nadi brakial (termasuk koartasio aorta, obstruksi aorta abdominal atau penyakit
Takayasu).
3. Membandingan simetri kanan dan kiri nadi pada atas dan bawah ekstremitas (lihat
obstruksi arterial periferal).
7
Tabel 3-1. Lima langkah untuk membedakan Denyut Vena Jugular dan
Denyut Internal Karotis
Denyut ena Jugular Denyut Internal Carotis
Sulit untuk diraba Dapat diraba
Kualitas gelombang lemah, Memiliki daya dorong yang
biasanya dengan 2 ele asi dan kuat dengan satu komponen
dua palung yang ke luar
Eliminasi denyut oleh tekanan Denyut tidak disingkirkan oleh
yang ringan dari pembuluh tekanan yang ringan
darah di atas kla ikula
Derajat dari denyutan biasanya Derajat dari denyut tidak
menurun dengan ekspirasi terpengaruh oleh respirasi
Derajat dari denyutan dapat Derajat dari denyut tidak
berubah sesuai posisi, pasien berubah sesuai posisi
yang dalam keadaan jatuh
seperti pasien yang posisinya
tegak lurus
Definisi: Penurunan normal secara berlebihan pada Tekanan darah selama inspirasi
Prosedur: Manset akan meningkat pada tekanan darah sistolik pasien dan kemudian
menurun secara perlahan selama pasien diminta untuk bernafas secara normal. Tingkat
9
tekanan darah dimana suara korotkoff pertama dapat didengar hanya pada saat
ekspirasi, merupakan
Definisi tandanormal
enurunan dari secara
peningkatan
berlebihansistolik (misalnya:
pada ekanan 125 inspirasi
darah selama mmHg). Tingkat
tekanan Prosedur: Manset akan
darah dimana suarameningkat pada terdengar
korotkoff tekanan darahpada
sistolik pasien
saat dan kemudian
inspirasi dan ekspirasi
menurun secara perlahan selama pasien diminta untuk bernafas secara normal.
merupakanTingkat
tandatekanan
dari darah
le el dimana
sistolik yang
suara rendah
korotkoff misalnya:115
pertama dapat didengarmmHg).
hanya padaKita dapat
saatle
mengurangi ekspirasi, merupakan
el sistolik yangtanda dari peningkatan
rendah dari le el sistolik
sistolik(misalnya: 125 mmHg). misalnya:
yang meningkat
Tingkat tekanan darah dimana suara korotkoff terdengar pada saat inspirasi dan
125-115 =ekspirasi
10 mmHg).
merupakanBila terdapat
tanda selisih
dari le el sistolik≥yang
10 rendah
mmHgmisalnya
merupakanmmtesg positif
. dari
Kita dapat mengurangi le el sistolik yang rendah dari le el sistolik yang meningkat
pulsus paradoksus.
(misalnya: 125-115 = 10 mmHg). Bila terdapat selisih > 10 mmHg merupakan tes
positif dari pulsus paradoksus.
atatan Bila olume nadi kurang dapat diraba, maka ini merupakan tanda selama inspirasi
atatan Bila olume nadi kurang dapat diraba, maka ini merupakan tanda selama
hanya jika terjadi selisih pada peningkatan dan penurunan tekanan darah sistolik yaitu ≥
inspirasi hanya jika terjadi selisih pada peningkatan dan penurunan tekanan darah
15 mmHg.sistolik yaitu > 15 mmHg.
Pemindahan dari denyut apeks ke >2 cms. Bagian lateral ke garis mid-kla ikular
kiri,10atau dibawah ruang interkostal 5. Terdapat dua pengecualian: (a) jika seiring
dengan , atau b jika trakea terpindah ke sebelah kiri.
2. ipertrofi entrikel kiri impuls apikal yang terus-menerus atau gelombang yang
2. ipertrofi entrikel kiri impuls apikal yang terus-menerus atau gelombang
yang berasal dari hipertrofi
. embesaran entrikel kiri atau hipertrofi diameter yang melebar dari impuls
apikal dari > cms. merupakan pembesaran atau hipertrofi secara sugestif.
. embesaran entrikel kanan atau hipertrofi penyadapan impuls pada area
parasternal kiri merupakan pembesaran yang sugestif, dan gelombang
parasternal kiri yang sugestif dari hipertrofi .
11
4. Gunakan teknik inching untuk memulai tanda jantung lalu melanjutkan ke area
apikal. Kedudukan pasien pada katup aorta dan katup mitral posisi auskultasi
untuk meningkatkan transmisi dari murmur yang lemah.
Penggunaan Stetoskop
Bunyi Jantung:
1. Bunyi Jantung Pertama (S1): Bunyi yang dihasilkan dari penutupan mitral dan
katup trikuspid (M1, T1).
12
ntensitas 1
dapat terdengar pada:
a. Stenosis mitral atau stenosis trikuspid
b. Keadaan output tinggi (latihan, anemia, dll)
c. indrom inter al yang pendek
ntensitas 1
dapat terdengar pada:
a. Regurgitasi mitral atau regurgitasi trikuspid
b. Sindrom curah jantung yang pendek
c. nter al yang panjang
d. Konduksi yang buruk dari bunyi yang melalui dinding dada
e. Infark miokard yang luas
Bunyi Jantung Kedua (S2): Bunyi diproduksi dari penutupan aorta dan katup pulmonal (A2P2).
1. emisahan isiologis pada respirasi normal split dengan inspirasi
2. enyebab intensitas 2 : Hipertensi Pulmoner
3. Penyebab dari pemisahan S2 yang luas penundaan akti asi elekrikal dari entrikel kanan
a) RBBB lengkap
b) Embolus pulmonal akut yang masif
c) Hipertensi pulmonal dengan gagal jantung kanan
d) Stenosis pulmonal dengan intak septum.
4. Akibat pemisahan S2 yang luas dan tetap: Atrial Septal Defek
5. Akibat dari kemunduran atau paradoksikal dari pemisahan S2 (P2-A2)
• ekanisme sistolikyang memanjang seperti aorta stenosis al ular yang berat
• BBB lengkap
13
BunyiJantung
Bunyi JantungKeempat
Keempat(S(Sdari
4 dari LV):
LV):
4
Suarayang
Suara yangdihasilkan
dihasilkan
daridari kontraksi
kontraksi atrialatrial
pada pada non-compliant
non-compliant entrikelentrikel kiri. catatan : S3
kiri. catatan
dan berasal
dan berasal dari atauatau
dari
Terdengar
Terdengarpada:
pada:
1. Gagal jantung diastolik
1. Gagal jantung diastolik
2. Penyakit jantung iskemia
2. Penyakit jantung iskemia
3.3. Hipertensi
Hipertensi
4.4. Kardiomiopati
Kardiomiopati
5.5. Aorta
Aortayang
yangparah
parahatau
ataustenosis
stenosispulmonal.
pulmonal.
( kurang kompetibel
kurang kompetibel)
Tidak
Tidakada
adapada:
pada:Atrial
AtrialFibrilasi
Fibrilasi
14
Empat Jenis Murmur
1. Kresendo-dekresendo murmur (cresendo-decrecendo) atau murmur ejeksi: tipe
ejeksi murmur pertama naik dalam intensitas dan kemudian turun pada akhir pertengahan
sistolik, termasuk murmur mid-sistolik dari aorta stenosis dan stenosis pulmonal.
15
Tabel 3-3. Durasi dari Murmur Jantung
Durasi Pendek
1. Sistolik awal
Termasuk fungsional atau murmur
murni
2. Diastolik awal
Termasuk aorta atau insufiensi
pulmonal
3. Sistolik lambat
Durasi Tengah
1. Mid-sistolik
2. Mid-akhir diastolik
Durasi Panjang
1. Holosistolik
Termasuk mitral regurgitasi
2. Kontinyu
Termasuk patent ductus arteriosus
16
Gambar 3-4. Tampilan posterior dari jantung
17
Gambar 3-6. Empat area auskultasi, lokasi dari katup. (ICS-
IntercostalSpace, RPSL- Right Parasternal Line, LPSL- Left
Parasternal Line, LMCL- left Midclavicular Line).
Gambar 3-7. Letak dari maximum intensitas dari murmur sistolik yang umum
Gambar 3-8. Murmur sistolik dan diastolik pada penyakit katup jantung
18
Gambar 3-9. Pendekatan Organized pada Murmur
Gambar 3-9. Pendekatan Organized pada Murmur
Murmur murni:
2
1. Pasien yang terdapat murmur innocent lebih mungkin terjadi pada:
a. Anak-anak dan remaja
b. Ibu Hamil
c. Orang yang cemas
d. Menyusui atau orang yang dadanya rata
e. Orang dengan sindroma straight–back
f. Orang dengan hipertiroid dan anemia
19
2. Tipe untuk murmur innocent:
a. Dengung ena ser ikal
b. Bruit arterial suprakla ikular
c. Masih ada murmur
d. Souffle mammae
e. Awal murmur sistolik lembut.
Murmur Kontinu:
1. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
2. Ruptured Sinus of Valsalva (RSOV)
3. Arteriovenous Connections
. Dengung ena
5. Suatu Defek Kongenital
Catatan: Ada dua cara untuk membedakan antara murmur kontinu dan kombinasi
murmur sistolik dan diastolik. Dalam kombinasi murmur sistolik dan diastolik, biasanya
ada celah kecil antara sistol dan diastol dan bunyi jantung kedua (S2) terdengar lebih
jelas. Pada murmur kontinu seperti PDA, tidak ada celah antara sistol dan diastol dan
bunyi jantung kedua (S2) tertimbun didalam murmur.
Tabel 3-4. Murmur Sistolik Terdengar Baik pada Puncak
20
Tabel 3-5. Murmur sistolik terdengar baik pada batas sternum kiri (ICS ke 3 sampai
ke 4)
Diagnosis Auskultasi E ainnya Radiografi EKG
Hipertropik - Murmur kresendo- - Cepat atau - -
Obstruktif dekresendo, S4 denyut - Gelombang
Kardiomiopati - murmur dengan karotid Q septal
(HOCM) alsa a terpecah dua
- Dorongan
kanan yang
dengan radiasi
pada karotid kedua
Tabel 3-5. Murmur sistolik terdengar baik pada batas sternum kiri (ICS ke 3 sampai
ke 4)
Diagnosis Auskultasi E ainnya Radiografi EKG
Hipertropik - Murmur kresendo- - Cepat atau - -
Obstruktif dekresendo, S4 denyut - Gelombang
Kardiomiopati - murmur dengan karotid Q septal
(HOCM) alsa a terpecah dua
- Dorongan
Defek - Holosistolik - Kemungkinan - Normal Normal
entrikular bernada tinggi, mempunyai
septal (kecil) kualitas tajam dorongan
Trikuspid - Murmur - e mbang - RAD
regurgitasi holosistolik dalam J ,
meningkat dengan - Denyut pada -
inspirasi (Tanda hati
ar allo - Gagal
Tabel 3-6. Murmur sistolik terdengar baik pada interspasi ke 2 di kanan (Garis
Tabel 3-6. Murmur sistolik terdengar baik pada interspasi ke 2 di kanan (Garis
Parasternal)
Parasternal)
Diagnosis
Diagnosis Auskultasi
Auskultasi E
E ainnya
ainnya Radiografi
Radiografi EKG
EKG
Tabel 3-7. Murmur sistolik terdengar baik pada interspasi ke 2 di kiri (Garis
Tabel 3-7. Murmur sistolik terdengar baik pada interspasi ke 2 di kiri (Garis
Parasternal)
Parasternal)
Diagnosis Auskultasi E ainnya Radiografi EKG
Diagnosis Auskultasi E ainnya Radiografi EKG
Fungsional - Murmur ejeksi - Dorongan - Kalsifikasi dengan
atau murmur
Fungsional sistolik ejeksi
- Murmur - Dorongan katup aorta
- Kalsifikasi pola dengan
murni ditransmisikan dari - Peningkatan - regangan
atau murmur sistolik katup aorta pola
leher ke apeks denyut yang
murni ditransmisikan dari - Peningkatan - regangan
lambat
Defek Septal
leher ke apeks
- Pelebaran S2, tak -
denyut yang - RBBB atau
Atrial bergerak, split, lambat
terangkat - iper askul tidak
Defek Septal - Pelebaran
ejeksi murmurS2, tak -- PA - ar paru-paru RBBB
lengkapatau
Atrial bergerak,
pada awalsplit, terangkat - iper askul tidak
Stenosis - ejeksi
Murmur murmur
ejeksi - PA - ar paru-paru lengkap
-
Pulmonal pada
denganawal
klik terangkat
gelombang - Pasca - RAD
Stenosis -- S2 split, Pejeksi
Murmur 2 lemah - A pada J - duilatasi -
Pulmonal atau tidak
dengan klik ada gelombang stenosis
- Pasca - RAD
- S2 split, P2 lemah A pada J pada PA
duilatasi
atau tidak ada stenosis
pada PA 21
Tabel 3-8. Murmur diastolik terdengar baik pada apeks (Garis Parasternal)
Tabel 3-8. Murmur diastolik terdengar baik pada apeks (Garis Parasternal)
Tabel 3-9. Murmur diastolik terdengar baik pada batas sternum bawah kiri
(ICS ke3 sampai ke4)
2
Diagnosis Auskultasi E ainnya Radiografi EKG
Tabel 3-10. Murmur diastolik terdengar baik pada interspasi kedua di kanan
(Garis Parasternal)
Tabel 3-11. Murmur diastolik terdengar baik pada interspasi kedua di kiri
(Garis Parasternal)
22
Auskultasi
Auskultasi Dinamik
Dinamik
Tabel 3-12. Pengaruh manuver fisik pada kardiovaskular hemodinamik dan bunyi
jantung
23
BAB 4
BABDADA
X-RAY 4
X-RAY DADA
Indikasi
Gambaran standard Rontgen dada
Garis besar dari normal batas-batas jantung
Pendekatan secara luas kardiak siluet
Representatif dari gambar Rontgen dada
Petunjuk penyakit jantung berdasarkan pada
pembesaran ruang
2
24
3. Proyeksi Right Anterior Oblique (RAO) merupakan gambaran yang tepat untuk
3. Proyeksi Right Anterior Oblique (RAO) merupakan gambaran yang tepat untuk
mengobeser asi sistem aliran keluar pulmonal pada hipertensi pulmonal. Itu juga
mengobeser asi sistem aliran keluar pulmonal pada hipertensi pulmonal. Itu juga
dapat
dapat menolong
dapat menolong
menolong untuk menentukan
untuk
untuk
menentukan
menentukan diagnosis
diagnosis dari
dari proses
proses kalsifikasi
diagnosis dari
kalsifikasimitral.
proses kalsifikasi mitral.
mitral.
4. 4.Proyeksi
4.
Proyeksi Left Anterior Oblique
Proyeksi Left Anterior
Left Anterior Oblique
Oblique AA A merupakan
merupakan gambaran yang tepat untuk
merupakan gambaran
gambaranyangyangtepat
tepat untuk
untuk
mengobser asi peningkatan aorta dan untuk proses kalsifikasi katup aorta. Itu juga
mengobser asi peningkatan aorta dan untuk proses kalsifikasi katup aorta. tu juga
mengobser asi peningkatan aorta dan untuk proses kalsifikasi katup aorta. Itu juga
dapat menolong untuk menentukan diagnosis pembesaran entrikel kanan dan kiri.
dapat menolong untuk menentukan diagnosis pembesaran entrikel kanan dan kiri.
dapat menolong untuk menentukan diagnosis pembesaran entrikel kanan dan kiri.
1– 6 - AA
1– 6 - AA
2 - AA 7 - PA
2 - AA 7 - PA
3 – RA 8- A
3 – RA 8- A
4– 9–
4– 9–
5 – - ena subkla ikula
5 – - ena subkla ikula
Gambar 4-1. ampilan ontgen dada normal dari posterioranterior atas dengan profil dibagi
Gambar 4-1. Tampilan Rontgen dada normal dari posterioranterior (atas) dengan profil
Gambar 4-1. Tampilan Rontgen dada9 normal
menjadi dari posterioranterior (atas) dengan profil
busur berpotongan
dibagi menjadi 9 busur berpotongan
dibagi menjadi 9 busur berpotongan
2
2
25
Gambar 4-3. Pendekatan untuk pasien dengan pembesaran siluet jantung
26
Gambar 4-3. Pendekatan untuk pasien dengan pembesaran siluet jantung
2
Catatan Kaki
Catatan Kaki
A. Dilatasi ruang kardiak diduga merupakan dasar dari susunan riwayat mediastinal pada
A.gambaran
Dilatasi ruang kardiak diduga
postero-anterior. olamerupakan dasar dari memberikan
askular pulmonal susunan riwayat mediastinal
pengetahuan yang
pada gambaran
bermanfaat postero-anterior.
ke dalam fungsi kardiak.ola askular pulmonal memberikan pengetahuan
yang bermanfaat ke dalam fungsi kardiak.
1. Tingkat hipertensi ena pulmonal:
. ingkat hipertensi ena pulmonal
a. Ringan, Cephalization
a. Ringan, Cephalization
b. Sedang, edema interstitial/ baris Kerley B
b. Sedang, edema interstitial/ baris Kerley B
c. Berat, edema al eolar Butterfly distribution.
c. Berat, edema al eolar Butterfly distribution.
Tabel 4-1. Penemuan hubungan dari Rontgen dada pada hipertensi vena
pulmonal dengan tekanan kapiler pulmonal yang terjepit atau tekanan LA
Tahap e el mm g Gambaran Radiografi
Ringan 18-23 Cephalization dengan apikal >
ukuran pembuluh basal
Sedang 20-25 Edema interstisial dengan Kerley
B lines
Berat > 25 Edema al eolar dengan perihilar
atau “butterfly” distribution
B. embesaran entrikel kiri merupakan hasil dari dekompensasi stenosis aorta atau
hipertensi sistemik. Pada beberapa kasus stenosis aorta, peningkatan aorta terlihat secara
jelas dari dilatasi pasca-stenosis.
27
B. embesaran entrikel kiri merupakan hasil dari dekompensasi stenosis aorta atau
hipertensi sistemik. Pada beberapa kasus stenosis aorta, peningkatan aorta terlihat
secara jelas dari dilatasi pasca-stenosis.
. embesaran A dan arteri pulmonal (PA) sentral dengan redistribusi askular ke hasil
. embesaran A dan arteri pulmonal A sentral dengan redistribusi askular ke hasil
lobus atas dari stenosis mitral. Tanda “double density” dari pembesaran atrial kiri
lobus atas dari stenosis mitral. Tanda “double density” dari pembesaran atrial kiri sangat
sangat sering terlihat.
sering terlihat.
D.
D. embesaran
embesaran dan
dan central
central A A dengan
dengan “pruning” dari cabang
“pruning” dari cabang perifer
perifer pulmonal
pulmonal
seharusnya
seharusnya merupakan pulmonal hipertensi
merupakan pulmonal hipertensisekunder
sekunderke
kepulmonal
pulmonalatau
ataukardiak
kardiakasal.
asal.
Tabel 4-3. Petunjuk dari Penyakit Jantung berdasarkan Pembesaran Ruang Jantung
yang spesifik
Penyakit Jantung Tahap Awal (Pembesaran Tahap akhir
Ruang Tahap Awal) (Pembesaran Ruang
Tambahan)
Hipertensi , A
Hipertrofi obstruksi , A
kardiomiopati
Konstriksi perikarditis A, A A, A
Predominant MS A, A, ormal , A
Predominant MR , A , A
Predominant AR , aorta , A
R , A, A,
Patenduktus arterial , aorta, PA normalisasi, A,
aorta
28
BAB
BAB 55
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
Indikasi
Mengetahui denyut
BAB 5
Mengetahui irama
Menentukan aksis
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
Cek hipertrofi
Indikasi
Cek infark dan iskemia
Mengetahui denyut
Cek temuan lainnya
Mengetahui irama
Diagnosis algoritma
Menentukan dari artmia jantung
aksis
Cek hipertrofi
Cek infark dan iskemia
Cek temuan
A. Indikasi Untuk Susunan lainnya
Elektrokardiogram
A. Indikasi Untuk Susunan Elektrokardiogram
Diagnosis algoritma dari artmia jantung
1. Untuk memeriksa denyut jantung
1. Untuk memeriksa denyut jantung
2. Untuk
A. Indikasi menetapkan
Untuk SusunaniramaElektrokardiogram
jantung
2. Untuk menetapkan irama jantung
1. 3.Untuk
Untukmemeriksa
diagnosis lama atau baru IMA
4. Untuk diagnosis lamadenyut
atau barujantung
IMA
2. 4.Untuk
Untukmenetapkan irama konduksi
mengenal gangguan jantung intrakardial
5. Untuk
4. Untukmengenal
diagnosis gangguan
lama atau konduksi intrakardial
baru IMA
5. Untuk
6. Untuk
5.
membantu
Untukmembantu
diagnosis
mengenaldiagnosis
gangguan
dari penyakit
darikonduksi jantung iskemik,
penyakit jantung iskemik, perikarditis,
intrakardial perikarditis, miokarditis,
miokarditis,
elektrolit
6. elektrolit
Untuk abnormal,
membantu dan malfungsi
diagnosis pacu
dari jantung.
penyakit
abnormal, dan malfungsi pacu jantung. jantung iskemik, perikarditis, miokarditis,
elektrolit abnormal, dan malfungsi pacu jantung.
Tabel 5-1.
Tabel 5-1.Posisi
Posisidari lead
dari Dada
lead Dada
ke pada
ertengahan antarasaluran
2 dan tengah kla ikula kiri
6 ICS keke
5 pada saluran
pada tengah
saluran aksilaris
tengah kla ikula kanan
29
6 kompenen dari nterpretasi EKG
1. Denyut
2. Irama
3. 6Aksis
kompenen dari Interpretasi EKG
4. ipertrofi
1. Denyut
2. Irama
5. Infark dan Iskemia
3. Aksis
6.
4. Temuan lainnya
Hipertrofi
termasuk
5. Infark dan ariant normal
Iskemia
6. Temuan lainnya
I. termasuk ariant
MENGETAHUI normal
LAJUNYA
I. MENGETAHUI LAJUNYA
A. Interpretasi denyut mempunyai tiga kemungkinan:
A. Interpretasi denyut mempunyai tiga kemungkinan:
1. Bradikardi
1. (<60 kali/menit)
Bradikardi
2. Denyut normal
(<60 kali/menit)
2. (60-100
Denyut kali/menit)
normal
(60-100 kali/menit)
3. Takikardi
3. (>100
Takikardi
kali/menit)
(>100 kali/menit)
B. Analisis Denyut
B. Analisis Denyut
Mengikuti hafalan:“300,150,100...75,60,50”
Mengikuti hafalan:“300,150,100...75,60,50”
Tabel
Tabel5.2.
5.2.Denyut
DenyutJantung.
Jantung.
30
umus spesifik
Denyut Jantung = 1500
# dari kotak-kotak kecil
Atau 300
# dari kotak-kotak besar
B. Analisis irama:
. dentifikasi gelombang
Menentukan dari bentuk kalau ini adalah sinus P
2. Cek hubungan dari gelombang P ke QRS
a. Gelombang P di depan QRS (normal)
b. Gelombang P tersembunyi atau di depan QRS (misalnya:ditemukan di
, blok jantung lengkap
. ek inter al ormal inter al . 2 - .2 detik
a. PR pendek (sindrom WPW)
b. Normal PR
c. memanjang pertama atau kedua derajat blok A
31
4. Cek durasi QRS (Normal durasi QRS < 0.10 detik)
a. Normal QRS
b. QRS lebar (blok berkas cabang)
. ek hubungan - dan - inter al
a. - setara dengan inter al - normal
b. nter al - lebih pendek dari inter al - peruraian A
Indeterminate AD
Indeterminate AD
0o
180o ead 0
o
180o ead
Aksis Normal
o
(antara -30Aksis +90o)
Normal
sampai
(antara -30 sampai +90o)
o
900
0
ead A 90
ead A
Tabel 5.4. Perbedaan Diagnosis untuk Deviasi Garis Kiri dan Deviasi Garis Kanan
De iasi Aksis kiri De iasi Aksis Kanan
arian ormal orang yang pendek arian ormal orang yang kurus
dan gemuk badannya) dan tinggi badannya)
ipertrofi entrikular Kiri ipertrofi entrikular Kanan
(disebabkan oleh hipertensi) (disebabkan oleh COPD, kor
Infark Dinding Inferior pulmonal)
Berkas Cabang Kiri nfark Dinding ateral
Blok Fasikular Anterior Kiri Emboli Pulmonal
Sindrom WPW Blok Fasikular Posterior Kiri
Sindrom WPW
Cek untuk hipertrofi
33
c. AE negatif terminal dari gelombang pada adalah
1 mm atau kedalaman lebih dengan durasi 0,04 detik atau lebih 3 poin
d. AD derajat atau lebih 2 poin
e. Durasi , 9 detik tapi , 2 detk poin
f. De eksi intrinsikoidpada dan 6 , detik poin
Total =
Interpretasi
Interpretasi dari Total skor:
dari Total skor:
• Kemungkinan
Kemungkinan
poin
poin
• Kemungkinan
Kemungkinan besarbesar poin
poin
• pasti poin
pasti ≥ poin
ipertrofi entrikular
ipertrofi entrikular Kanan
Kanan Kriteria EKG
Kriteria EKG
• DeDe iasi aksiskanan
iasi aksis kanan 110o atau
o
atau lebih,
lebih, dengan
dengan mengikuti:
mengikuti:
• Lead
Lead gelombang
gelombang gelombang
gelombang
Kedalaman gelombang
• Kedalaman gelombangS Spada
padalead
lead dandan6 6
enurunan dan in ersi gelombang pada - .
• enurunan dan in ersi gelombang pada - .
•
Tabel 5-5. Difrensial Diagnosis untuk “RVH” Pola EKG
. Gelombang panjang pada gelombang gelombang
arian ormal otasi berla anan arah jarum jam
Normal pada orang dewasa dan anak-anak
ipertrofi entrikular Kanan termasuk perpindahan jantung disebabkan oleh penyakit
pulmonal, COPD
Berkas Cabang kiri
Infark posterior
Sindrom WPW, tipe A
2. Kedalaman gelombang pada lead dan 6 perbandingan kurang dari pada
lead dan 6
ipertrofi entrikular Kanan khususnya disebabkan oleh enyakit Pulmonal Obstruktif
Kronik (COPD)
1. Lead 1 k mp nen a a pan ang dari ge mbang ang uas ≥ 2mm ( detik)
dan pan ang ≥ 2mm (pu m nal p).
2. Pada setiap lead e mbang pan angn a ≥ 2 mm.
C. Pembesaran Atrial Kanan (RAE) Kriteria EKG:
Seperti dibawah ini:
1. Lead komponen a al panjang dari gelombang yang luas 2mm ,
detik dan panjang 2mm pulmonal p .
2. Pada setiap lead Gelombang panjangnya 2, mm.
Gambar 5-4. embesaran atrium kiri AE dan hipertrofi entrikel kanan khas pada pasien
dengan stenosis mitral. Pembacaan lengkap menunjukan sinus takikardi, kelainan pada aksis kanan,
pembesaran atrium kiri, dan hipertrofi entrikel kanan.
35
Gambar 5-5. ipertrofi entrikel kanan pola regangan ditandai dengan tinggi pada
dan (2) insersi gelombang T dan depresi ST pada lead Lead - . embacaan lengkap menunjukan
irama sinus normal, kelainan aksis kanan, dengan pola regangan.
Gambar 5-6. ipertrofi entrikel kiri pola regangan ditandai dengan jumlah gelombang pada
dan gelombang pada atau 6 mm dan 2 in ersi gelombang dan depresi pada lead - 6.
embacaan lengkap menunjukan irama situs normal, dengan pola regangan, A pada dinding
anteroseptal yang tua.
36
Cek untuk Iskemia dan Infark
A. Interpretasi Iskemia dan Infark memiliki 4 kemungkinan:
1. Dalam Batas ormal idak iskemia atau adanya infark dengan EKG
Cek untuk Iskemia
Catatan: 50%dan Infark
dari pasien dengan PAK dan angina stabil kronik mempunyai
EKG yang
A. Interpretasi normal
Iskemia dan Infark memiliki 4 kemungkinan:
erubahan
1.2. Dalam Batas tidak
ormalspesifik gelombang
idak iskemia -atau adanya infark dengan EKG
3. Catatan:
Perubahan50%Iskemia
dari pasien dengan PAK dan angina stabil kronik mempunyai EKG
Miokard:
yang normal
a.
2. Perubahan engenali daerahgelombang
tidak spesifik miokard yang
ST-Tiskemia ihat tabel diba ah
Perubahan
3.4. Perubahan InfarkMiokard:
Iskemia Miokard:
a. Mengenali daerah miokard yang iskemia ihat tabel diba ah
a. Mengenali daerah infark miokard
4. Perubahan Infark Miokard:
enentukan
a.b.Mengenali daerah aktu
infarkinfark
miokard ihat tabel
b. enentukan aktu infark ihat tabel
B.B. Analisis iskemiadan
Analisis iskemia daninfark:
infark:
Tabel 5-6. Korespondensi dari spesifik lead EKG dan Daerah Miokard Ventrikular
Kiri
Jalinan Leads Daerah yang sama
, A Dinding Inferior
A Dinding lateral tinggi
, 2 Dinding septal
, Dinding anterior
, 6 Dinding lateral
- Dinding anteroseptal
- 6, , A Dinding anterolateral
, 6. , A Dinding inferolateral
Hampir semua lead Difuse/global/masif
Gambar cermin dari , 2 Dinding posterior
Dinding
* Peningkatan tiba-tiba kekuatan pada lead dan 2 suggesti dinding posterior IMA
1.1. Depresi
Depresisegmen
segmenSTST kurang
kurang daridari
1 mm1 mm
2.2. Simetris
Simetrisatau
ataugelombang
gelombang STST yang
yang terbalik
terbalik
3.3. Gelombang
GelombangTTyang yang tinggi abnormal
tinggi abnormal
4. Gelombang T yang normal dan abnormal
4. Gelombang T yang normal dan abnormal
. nter al yang memanjang pada diatas penambahan
. nter al yang memanjang pada diatas penambahan
6. ang lainnya Aritmia, blok berkas cabang, A blok, atau elektrikal alternans
37
6. Yang lainnya: Aritmia, blok berkas cabang, A blok, atau elektrikal alternans
atatan Kriteria
Catatan: dan22sangat
Kriteria 1 dan sangatspesifik
spesifik
6. Yang lainnya: Aritmia, blok berkas cabang, A blok, atau elektrikal alternans
Tabel 5-7. Perbedaan Diagnosis dari Depresi ST (disamping Miokard Iskemia)
Catatan: Kriteria 1 dan 2 sangat spesifik
Efek digitalis
Hipokalemia
Tabel 5-7. Perbedaan Diagnosis
ipertrofi entrikel kiri pada dari
- 6 Depresi ST (disamping Miokard Iskemia)
Efek digitalis
ipertrofi entrikel kanan pada - 2
Hipokalemia
Blok berkas cabang kiri
ipertrofi entrikel kiri pada - 6
Blok berkas cabang kanan
ipertrofi entrikel kanan pada - 2
Subendokardial
Blok berkas cabang kiri infark miokard
Blok berkas cabang Kriteria EKG untuk infark miokard:
kanan
Subendokardial
Kriteriainfark
EKGmiokard
untuk infark miokard
Kriteria EKG
Kriteria Diagnosis: (salah
untuk satu dari
infark berikut)
miokard:
Kriteria Diagnosis: (salah satu dari berikut)
a.a. Ele
Kriteria Diagnosis:Ele asi
(salah
asi >2>2mmmmpada
satu dari
padadua atauatau
berikut)
dua lebih leadsleads
lebih dadaatau > 1 mm
dadaatau > 1pada
mmdua atau
pada lebih
dua atau
limb leads
lebih limb leads
a. Ele asi >2 mm pada dua atau lebih leads dadaatau > 1 mm pada dua atau lebih
b. Gelombang
GelombangQQ>0.004 detik (1 persegi kecil)kecil)
limb b.
leads >0.004 detik (1 persegi
b. Gelombang Q >0.004
Tujuh peraturan yang detik (1 persegi
bermanfaat mengenai kecil)
gelombang Q:
Tujuh peraturan yang bermanfaat mengenai gelombang Q:
Tujuh peraturan yang bermanfaat
1.1. Gelombang
Gelombang QQpada leadAAmengenai
padalead tidak gelombang
pernah
tidak signifikanQ:
signifikan
pernah
2.2. Gelombang
1. Gelombang Gelombang
Q padaQ pada lead
Q lead
pada lead tidak
A tidak pernah
tidak signifikansignifikan
signifikan kecuali kalau
kecuali kalau dengan
dengan abnormalitas
abnormalitas
2. Gelombang pada leads
pada leads
Q padaprekordial
prekordial lainnya
lead lainnya tidak signifikan kecuali kalau dengan abnormalitas
3.
pada3.leadsGelombang
prekordial
Gelombang Q pada
pada leadIIIke
Q lainnyalead ke tidak signifikan kecuali kalau
tidak signifikan dengankalau
kecuali abnormalitas
dengan
3. Gelombang pada Qleads
abnormalitas II dan
pada lead
pada a leads
ke IIIdantidaka signifikan kecuali kalau dengan abnormalitas
4. Gelombang
pada4.leadsGelombang
II dan aQQ yang
yangterkait
terkaitdengan
dengan perubahan
perubahan ST STsangat dapatdapat
sangat dipercaya lebih dari
dipercaya lebih
4. Gelombang tanpaQ yang
perubahan terkait
ST
dari tanpa perubahan ST dengan perubahan ST sangat dapat dipercaya lebih dari
tanpa 5.perubahan
GelombangST pada
5. Gelombang padakehadiran
kehadiranBBB BBBtidaktidak
signifikan bila itu
signifikan bertempat
bila pada leads
itu bertempat pada
5. Gelombanghingga pada kehadiran BBB tidak signifikan bila itu bertempat pada leads
leads hingga
hingga
6. Gelombang pada kehadiran BBB adalah signifikan
6. Gelombang
6. Gelombang pada kehadiran BBB adalah signifikan
7. Kriteria yang paling signifikan untuk patologissignifikan
pada kehadiran BBB adalah gelombang Q adalah:
7. Kriteria
7. Kriteria yang paling
yang paling signifikan
signifikan untuk untuk patologisgelombang
patologis gelombang Qadalahadalah:
a. 0,004 detik lamanya
a. 0,004
a. 0,004 detik lamanya detik lamanya
b. 25% dari amplitude gelombang R
b. 25% dari
b. 25% amplitude gelombang
dari amplitude gelombang R R
Tabel 5-8. Perbedaan diagnosis dari puncak gelombang T
Tabel 5-8. Perbedaan diagnosis dari puncak gelombang T
MiokardMiokard
iskemikiskemik
Hiperakut
Hiperakut infarkinfark miokard
miokard
Hiperkalemia
Hiperkalemia
ormal ormal arian pada
arian pada atlitatlit
mudamuda
38
Gambar 5-7. Waktu infark miokard berdasarkan EKG
39
Gambar 5-8. erubahan gelombang - yang tidak spesifik ini mungkin ariasi yang
normal. Penelusuran ini menunjukkan pentingnya data klinis dalam penafsiran pencatatan EKG.
Penelusuran ini diambil dari laki-laki dewasa berusia 60 tahun dengan angina pektoris khas, maka
kemungkinan interpretasinya iskemia dinding lateral. Namun, jika penelusuran yang sama ini diambil
dari seorang wanita asimtomatik berusia 30 tahun, maka dapat ditafsirkan sebagai perubahan gelombang
- yang tidak spesifik.
Gambar 5-9. iri iskemik miokard adalah depresi dengan atau tanpa in ersi gelombang .
Pembacaan lengkap menunjukan irama sinus normal, iskemik dinding antero-lateral berat.
40
Gambar 5-10. Infark miokard (IMA) dinding anteroseptal buruk.
Gambar 5-11. Infark miokard (IMA) dinding inferior akut. Pembacaan lengkap menunjukan irama
sinus normal, IMA dinding inferior dengan timbal balik perubahan dinding anteroseptal.
41
Tabel 5-10. Pola yang dapat menyerupai Infark
Miokard
Tabel Blok
5-10.berkas
Polacabang
yangkiri dapat
BBB lengkap
menyerupai Infark
MiokardPola repolarisasi yang awal
Aneurisma
Blok berkas cabangentrikel
kiri kiri
BBB lengkap
Hiperkalemia
Pola repolarisasi yang awal
Perikarditis
Aneurisma entrikel kiri
Perdarahan intrakranial
Hiperkalemia
Stenosis idiopatik hipertropik subaorta
Perikarditis
Sindroma
Perdarahan WPW
intrakranial
Stenosis akikardi
idiopatikentrikel
hipertropik subaorta
AlatWPW
Sindroma pacu elektronik dari entrikel kanan
Penyakit
akikardi paru (emfisema, pneumotoraks, kor pulmonal)
entrikel
Alat pacu elektronik dari entrikel kanan
Penyakit paru (emfisema, pneumotoraks, kor pulmonal)
8. 2.Kemajuan
oltasi kompleks
gelombang R yangyangkurang
rendah
9. Gelombang yang persisten
. oltasi kompleks yangpada
tinggi - 6
10. Perubahan repolarisasi yang awal
14.
. nGelombang T serebral
ersi Juvenile dariTpendarahan intrakranial
gelombang
2. oltasi kompleks
15. Penempatan lead yangyangsalahrendah
. oltasi kompleks yang tinggi
16.Gelombang
14. Kecepatan Tyang salahdari pendarahan intrakranial
serebral
15. Penempatan lead yang salah
17. Artefak atau bising
16. Kecepatan yang salah
B.17.
Kriteria Diagnosissingkat
Artefak atau bising dengan bermacam-macam temuan EKG
1. Hipokalemia
B. Kriteria Diagnosissingkat dengan bermacam-macam temuan EKG
Gelombang U setinggi atau lebih tinggi dari gelombnag T pada lead 2 dan
1. Hipokalemia .
Normal dariU serum
Gelombang setinggikalium: 3,6-5,tinggi
atau lebih mE dari. gelombnag T pada lead 2 dan
. ormal dari serum kalium ,6- , mE .
2. Hiperkalemia
2. Hiperkalemia
Padalead
Pada leaddada,
dada,tinggi
tinggidari
darigelombang
gelombangTT>>1010mm mmdidisebagian
sebagianbesar
besarlead
lead
Pada lead limb, tinggi dari gelombang T > 5 mm di sebagian besar lead
Pada lead limb, tinggi dari gelombang T > 5 mm di sebagian besar lead
Tabel 5-12. Korelasi Umum dari Perubahan Hipokalemia EKG dan Level
Serum Kalium
Serum kalium, 3,0-3, mE
EKG mungkin normal
Gelombang U yang menonjol di 2 dan
(mungkin setinggi gelombang T)
Serum kalium, 2,7-3, mE
Gelombang U menjadi lebih tinggi dari gelombang T
pada lead 2 dan
Serum kalium, 2.6 mE
Hampir selalu disertai dengan perubahan EKG
penurunan segment ST terkait dengan gelombang U yang tinggi
perpaduan dari T dan gelombang U
43
Tabel 5-13. Korelasi Umum dari Perubahan Hiperkalemia EKG dan Level Serum
Kalium
Tabel 5-13. Korelasi Umum dari Perubahan Hiperkalemia EKG dan Level Serum
Kalium Serum kalium, 5,5 sampai 6,6 mE
Pada lead
Serum dada,5,5
kalium, tinggi dari6,6
sampai gelombang
mE T >10 mm di sebagian besar lead
Padalead
Pada leaddada,
limb, tinggi
tinggi dari
dari gelombang
gelombang T
T >5
>10mm
mmdidisebagian
sebagianbesar
besarlead
lead
atau memperhatikan gelombang T (tinggi, gelombang T yang
Pada lead limb, tinggi dari gelombang T >5 mm di sebagian besar lead memuncak di lead
prekordial)
atau memperhatikan gelombang T (tinggi, gelombang T yang memuncak di lead
prekordial)
Serum kalium, 6, 7 sampai 8, mE
Pelebaran
Serum QRS6, 7 sampai 8, mE
kalium,
Pelebaran QRS
Menyatukan bagian dari awal kedua dan terminal QRS
Menyatukan
Ele asi segmentbagian dari awal kedua dan terminal QRS
Ele asi segment
Rendah, gelombang P yang luas
Rendah,
Beberapagelombang
aritmia Pertama
yang luas
dan kedua derajat atrio entrikular blok, atrial arrest,
Beberapa
bradikardi aritmia ertama dan kedua derajat atrio entrikular blok, atrial arrest,
bradikardi
Serum kalium, >8, mE
Serum
Ditandaikalium, >8, kompleks
pelebaran mE QRS
Ditandai pelebaran kompleks QRS
Berbeda gelombang ST-T tidak dapat dicatat
Berbeda gelombang ST-T tidak dapat dicatat
isiko tinggi untuk fibrilasi entrikular atau asistolik
isiko tinggi untuk fibrilasi entrikular atau asistolik
3. Hipokalemia
3.3.Hipokalemia
Hipokalemia
nter al berkepanjangan, lebih dari setengah dari inter al dengan
ntereyeballing.
nter alal berkepanjangan, lebih
berkepanjangan, lebih dari
dari setengah
setengah dari
dari inter
inter al
al dengan
dengan eyeballing.
eyeballing.
Tabel5.14.
Tabel 5.14. Pengukuran
Pengukuran dari interval QT yang normal
normal
Jalan
Jalan pintas
pintas :: (dengan
(dengan eyeballing)
QT
QT normal adalah kurang
normal adalah kurang dari setengah inter al
Formula
Formula Basset’s:
Basset’s:
QTc
QTc √√
cc nter
nter al
al dikoreksi
dikoreksi
ta
ta nter
nter al
al yang
yang sebenarnya
sebenarnya
Nilai normal untuk QTc = 0,34-0,44 detik
Nilai normal untuk QTc = 0,34-0,44 detik
4. Hiperkalemia:
4. 4.
Hiperkalemia:
Hiperkalemia:
nter al menjadi lebih pendek
nter nter
al almenjadi
menjadi lebih pendek
lebih pendek
5. Efek
5. Efek Digitalis:
Digitalis:
5. Efek Digitalis:
anifestasi
Manifestasi dari ( dari
nter al nteryang
al berkepanjangan.
yang berkepanjangan.
2 scooping2segment
scooping
ST segment
dan (3)
Manifestasi
nter al dan dari ( nter
nter al
yang pendek al yang berkepanjangan.
yang pendek 2 scooping segment ST dan (3)
nter al yang pendek
44
6. Toksisitas Digitalis:
6. Toksisitas Digitalis:
6. Toksisitas
Semua tipe dari aritmia,Digitalis:
biasanya PVC’s atau takikardi atrial paroksimal
Semua tipe dari aritmia, biasanya PVC’s atau takikardi atrial paroksimal
emua tipe dari aritmia, biasanya s atau takikardi atrial paroksimal
7. Elektrikal alternans QRS
7. Elektrikal alternans QRS
7. Elektrikal alternans QRS
Ketinggian ber ariasi dari
Ketinggian ber denyut kedenyut
ariasi dari denyutke denyut
Ketinggian ber ariasi dari denyut ke denyut
Tabel 5-15. Perbedaan Diagnosis Elektrikal Alternans QRS
Tabel 5-15. Perbedaan Diagnosis Elektrikal Alternans QRS
Tamponade jantung
Tamponade
Efusi jantung
perikardial yang luas
Efusi perikardial yang luas
Curah jantung rendah
Curah jantung
Penyakit rendah
pulmonal obstruktif kronik
Pneumotoraks tensi obstruktif kronik
Penyakit pulmonal
Pneumotoraks tensi
8. Kemajuan gelombang
KemajuanR yang kurang
8. Kemajuan 8.
gelombang gelombang
R R yang kurang
yang kurang
Ketinggian R
Ketinggian gelombang gelombang
di di dari
kurang kurangmm
dari mm
Ketinggian gelombang R di kurang dari mm
Tabel 5-16. Perbedaan DiagnosisKemajuan gelombang R yang
Tabel 5-16. Perbedaan DiagnosisKemajuan gelombang R yang
kurang.
kurang.
IMA pada dinding antero-septal tua
IMA pada dinding
ipertrofi entrikularantero-septal
kiri tua
ipertrofi
ariasi entrikular
normal searahkiri
jarum jam rotasi jantung
Blok berkas cabang kirijarum jam rotasi jantung
ariasi normal searah
Blok berkas cabang kiri
Amplitudo
2. seluruh kompleks QRS
oltasi kompleks yangdalam
rendahsemua leads limb adalah < 5 mm.
Amplitudo seluruh kompleks QRS dalam semua leads limb adalah < 5 mm.
46
Gambar 5-12. Hiperkalemia terlihat pada EKG dengan ciri tinggi, gelombang T berpuncak runcing
umumnya >10 mm pada lead dada.
Gambar 5-13. Hipokalemia terlihat pada EKG dengan ciri tinggi gelombang U abnormal paling
sering menonjol pada lead 2 dan .
Gambar 5-14. erubahan repolarisasi dini arian normal ditandai dengan cekungan ele asi ke
atas dalam lead 2- . al ini umumnya ditemukan pada laki-laki muda tahun dan sering salah
dibaca sebagai infark miokard dinding anteroseptal akut.
47
Gambar 5-15. Gelombang in ersi Ju enile arian normal ditandai dengan gelombang
terbalik di lead - . ni ditemukan pada anita muda tahun dan sering salah dibaca sebagai
anteroseptal dinding iskemia.
Gambar 5-16. inus aritmia arian normal karena ariasi pernapasan pada denyut jantung.
Inspirasi meningkatkan denyut jantung disertaipenurunan ekpirasi pada denyut jantung. Terdapat juga
perubahan spesifik gelombang - non lead - .
48
Algoritma 5-1.5-1.
Algoritma Diagnosis Banding
Diagnosis Bandingdari
dariEarly Beatsatau
Early Beats atauSkip
SkipBeats.
Beats.
49
Detak Junctional Prematur
50
Algoritma 5-1. Diagnosis Banding dari Regulasi Irama Ireguler.
Algoritma 5-1. Diagnosis Banding dari Regulasi Irama Ireguler.
51
Sinus Pause
52
Algoritma 5-3. Diagnosis Banding dari
Algoritma 5-3. Diagnosis Banding dari
53
Variabel konduksi atrial flutter (Gelombang F)
Sinus Aritmia
Wandering Pacemaker
Atrial Fibrilasi
54
PR <0,12
m/detik
PR= 0,12-
0,20 ≥0,12
m/detik m/detik
PR >0,12 m/dtk
Algoritme 5-4. Diagnosis banding dari Irama yang teratur dengan denyut jantung <100 kali/menit.
Algoritme 5-4. Diagnosis banding dari Irama yang teratur dengan denyut jantung <100
kali/menit.
55
BAB 6
EKOKARDIOGRAFI
Doppler Ekokardiografi
Efek doppler berhubungan dengan frekuensi suara yang tercermin dari permukaan
yang bergerak dan diubah secara proposional dengan kecepatan gerakan. Dipergunakan
pada sistem kardio askular, doppler mendeteksi kecepatan bergerak sel darah. Gelombang
Doppler yang berkelanjutan mengukur kecepatan bergerak lajur darah. Pulsed Doppler
dapat mengarah atau diposisikan dalam area yang terpilih dari jantung, sehingga merekam
kecepatan aliran darah di tempat spesifik intrakardiak.
56
Tabel 6-1. Parameter penting dari Laporan Ekokardiografi 2Dimensi
Parameter yang Temuan normal Uji klinik
penting
1. Fraksi ejeksi EF >55% Berkenaan dengan fungsi sistolik
Berguna sebagai pengobatan dari IHD
dan pasien CHF:
EF normal: OK untuk dosis normal
dari beta bloker dan antagonis
kalsium
EF = 35-50%: digunakan terutama
untuk ACE-inhibitor dan beta
bloker mungkin digunakan
kemudian.
EF <30%: Dimulai dengan ACE-
inhibitor
2.
2. Diameter
Diameter EDD<50 Menghubungkan dengan Rontgen dada
akhir-diastolik mm CT rasio
akhir-diastolik
70 mm dilatasi , mungkin
pada tahap akhir penyakit jantung.
Biasanya bermanfaat dari unloaders
afterload dan diuretik.
57
BAB 7
BAB 7
TES LATIHAN STRES
TES LATIHAN STRES
Pasien dengan abnormal EKG mungkin memberi hasil yang tidak dapat
diprediksi pada jejak stress EKG*
1. Depresi segmen ST resting>1 mm
2. Terapi digitalis
3. Hipokalemia
4. ipertrofi entrikel kiri dengan perubahan repolarisasi
5. Blok berkas cabang kiri lengkap (pasien dengan RBBB menjalani EST)
6. Sindrom pre-eksitasi
7. Pasien ini mungkin menjalani pencitraan perfusi miokard untuk diagnosis
penyakit arteri koroner
Hasil risiko tinggi yang berhubungan dengan penyakit arteri koroner multivessel*:
1. Durasi dari gejala pembatasan latihan <6 mets.
2. ro okasi dari angina pektoris selama latihan.
3. Kegagalan pada kenaikan sistolik
Tekanan darah > 120 mmHg, atau pengurangan terus-menerus > 10mmHg
selama latihan yang progresif.
4. Depresi segmen ST >2 mm, tipe downsloping dari depresi segmen ST, EKG
mulai berubah pada <6 mets (tes positif yang awal), involving>5 lead atau
persisting> 5 menit untuk periode kesembuhan.
. atihan yang menginduksi ele asi segmen mengeluarkan a pada
gelombang non-Q lead.
6. Dapat diproduksi secara terus-menerus detik atau takikardi entrikular
simptomatik.
59
Adanya parameter ini merupakan indikasi dari angiografi koroner dan kemungkinan
re askularisasi.
Indikasi untuk membatasi tes stres:
1. Angina sedang hingga berat.
2. eningkatan gejala sistem ner ous termasuk pusing atau mendekati sinkop
3. Pasien tidak dapat melanjutkan karena kelelahan yang berlebihan, klaudikasio,
mengi, atau dispnea
4. Prediksi pencapaian denyut jantung maksimal untuk usia
(Rumus: 220 kali/menit dikurangi usia pasien)
5. Penurunan denyut jantung
6. TD sistolik >220 mmHg atau diastolik >115 mmHg (reaksi hipertensi)
. enurunan D dengan mm g dari garis dasar, indikasi disfungsi entrikular kiri
8. Parameter latihanbila berisiko tinggi:
enurunan segmen iskemik mm di beberapa lead
Ele asi segmen iskemik mm di lead gelombang non–Q
9. akikardi entrikular yang tidak berkelanjutan
. nset supra entrikular takikardi, berlanjut padablok A atau bradiaritmia
11. Masalah teknis menganggu EKG, dan interpretasi TD
12. Pasien menginginkan untuk berhenti mengikuti tes
Test Negatif
1. Tidak ada pergantian
2. Segmen ST yang condong ke atas dengan cepat tidak memenuhi kriteria nomor 3
dari tes stres positif, yaitu: segmen ST depresinya <2 mm ketika pengukuran 80
ms dari titik J (Jarak A)
60
Istirahat latihan
a. Jika jarak A adalah 1 mm atau kurang maka akan terjadi EST negatif (segmen
ST dengan cepat condong ke atas)
b. Jika jarak A adalah 1,5 mm equivocal test
c. Jika jarak A adalah 2 mm atau lebih besar maka akan EST positif (segmen ST
dengan cepat condong ke atas)
3. enginter ersi gelombang tanpa menggantikan segmen
4.4. Ele
Eleasiasi segment menuju
segment menuju ke gelombang
ke gelombang Q.menunjukan
. ini ini menunjukan
terdiriterdiri dari beberapa
dari bebera-
pamengalami gangguan.
mengalami Mungkin
gangguan. tidak
ungkin karena
tidak iskemik.
karena iskemik.
61
Tabel 7-2. Pria: Klasifikasi Fitness Kardiorespiratori (dalam Mets).
Usia Rendah Sedang Rata-rata Baik Tinggi
(tahun)
20-29 7,1 7,1 – 9,4 9,7 – 12,0 12,3 – 14,9 15,1+
30-39 6,6 6,6 - 8,6 8,9 – 10,9 11,1 – 13,7 14,0+
40-49 5,7 5,7 – 7,4 7,7 – 10,0 10,3 – 12,6 12,8+
50-59 5,1 5,1 – 6,9 7,1 – 9,4 9,7 – 12,0 12,3+
60-69 4,6 4,6 – 6,3 6,6 – 8,6 8,9 – 11,4 11,7+
62
BAB 8
TEST NON-INVASIF LAINNYA
63
4. Merencanakan angioplasti koroner:
• dentifikasi lesi yang menyebabkan iskemia miokard jika tidak dikenal oleh
EKG
5. tratifikasi risiko untuk pasien seleksi sebelum operasi non-jantung
6. Penilaian pasien iskemia dengan gejala sesudah Perkutaneus Transluminal Koroner
Angioplasti (PTCA) atau Coronary Artery Bypass Grafting (CABG).
64
BAB 9
BAB 9
KATETERISASI JANTUNG DAN ARTERIOGRAFI
KATETERISASI JANTUNG DAN ARTERIOGRAFI KORONER
KORONER
A. Ventrikular Sistolik:
A. Ventrikular Sistolik:
Periode waktu antara gelombang depolarisasi elektrikal awal dan akhir pengosongan
Periode
entrikel waktu
puncak.antara gelombang depolarisasi elektrikal awal dan akhir
pengosongan entrikel puncak.
1. Periode pra-ejeksi:
1.Periode
Periodewaktu antara gelombang depolarisasi elektrikal awal dan onset ejeksi
pra-ejeksi:
entrikular.
Periode waktu antara gelombang depolarisasi elektrikal awal dan onset
2. Kontraksi isovolumetrik:
ejeksi entrikular.
2. erdeteksi
Kontraksi a isovolumetrik:
al kenaikan tekanan entrikular kiri terkait dengan penutupan
dari katup mitral)
Terdeteksi a aldankenaikan
pembukaan katup aorta.
tekanan entrikular kiri terkait dengan
3. Ejeksi ventrikular cepat:
penutupan dari katup mitral) dan pembukaan katup aorta.
Periode waktu yang meliputi pembukaan katup aorta, kenaikan dalam tekanan
3. Ejeksi ventrikular cepat:
aorta, penurunan olume entrikular dan puncak ejeksi entrikel.
Periode waktu yang meliputi pembukaan katup aorta, kenaikan dalam
tekananDiastolik:
B. Ventrikular aorta, penurunan olume entrikular dan puncak ejeksi entrikel.
65
merupakan penurunan tekanan entrikular kiri di ba ah tekanan atrial kiri
yang menyebabkan katup mitral terbuka.
3. Pengisian cepat ventrikular:
eriode aktu antara pembukaan katup mitral dan puncak pengisian entrikel
menunjukkan peningkatan olume entrikel.
4. Pengisian ventrikular yang lambat:
Akhir dari pengisian entrikular merupakan kontraksi atrial kiri yang
menyebabkan akhir peningkatan dalam tekanan entrikular.
Gambar 9-1. iklus jantung normal menunjukan hemodinamik tekanan pada aorta, entrikel kiri,
dan atrium kiri berhubungan dengan EKG - Isovolumetric Contraction, Isovolumetric
Relaxation Time).
66
ndikasi untuk angiografi koroner pada pasien dengan diketahui atau diduga penyakit
jantung koroner:
1. Pasien dengan angina stabil kronik atau dicurigai mempunyai penyakit jantung
koroner:
a. Jika disertai dengan bukti untuk parameter risiko tinggi dengan tes latihan treadmill
atau pencitraan stres thallium.
b. Jika disertai dengan tanda dari disfungsi signifikan fraksi ejeksi .
2. Pasien dengan angina tidak stabil:
a. Jika disertai dengan parameter risiko tinggi untuk kematian atau IMA termasuk
berkepanjangan nyeri istirahat yang berkelanjutan (>20 menit), tanda dari
kongesti pulmonal atau hipotensi.
b. Tidak ada reaksi terhadap medis dan pengobatan.
c. anda dari disfungsi yang signifikan.
3. Pasien dengan infark miokard akut (IMA)
a. Nyeri dada yang berulang meskipun sudah diberikan pengobatan medis
b. anda dari disfungsi yang signifikan
c. Adanya aritmia entrikular yang mengancam kehidupan karena iskemia
d. Setelah stabil secara medis, disertai dengan tes treadmill positif atau imaging
thallium stress
. ndikasi ainnya
a. Penyakit yang mempengaruhi aorta (termasuk aneurisma aorta asending atau
diseksi aorta).
b. b.Yang dimaksud operasi jantung terbuka (katup atau operasi jantung
kongenital) Pria >40 tahun, perempuan pasca menopause, atau pasien yang
dicurigai mempunyai penyakit jantung koroner.
c. Clearance jantung untuk risiko tinggi pasien jantung yang mengalami operasi
non-jantung major, khususnya operasi askular termasuk aneurimektomi
abdominal)
d. Diduga anomali koroner kongenital
e. Selamat dari peristiwa mati jantung dengan kecurigaan untuk PJK
f. yeri dada yang berulang sesudah re askularisasi koroner, salah satu A
atau operasi bypass koroner, khususnya jika disertai dengan bukti objektif dari
iskemia.
67
C. Nilai Normal Hemodinamik:
Tekanan ruang normal maksimum (dalam mmHg):
Aorta : 140/90 PA: 30/12
2
A ean 2 A ean
Gelombang A 16 Gelombang A 10
Gelombang 2 Gelombang
esisten askular sistemik - 6 dynes detik cm
esisten askular paru 2 - dynes detik cm
urah jantung -6 iter menit
Jantung indeks 2,6- , iter menit m
Area katup yang normal :
Aortik 2,6-3,5 cm2
Mitral 4-6 cm2
Paru 7 cm2
Trikuspid 10 cm2
angkah . ni sangat ideal untuk anatomi jantung bila menggunakan analogi dari dua
ka at o al.
68
Tabel 9-1. Distribusi dari Koroner Arteri Mayor
1. Arteri Koroner utama kiri eft Main)
Dibagi dalam:
a. eft Anterior Descending AD – menyediakan dinding entrikel kiri dan
septum anterior
Melepaskan cabang septal (S) yang mana menyediakan apeks ,
dan otot papilaris anterior
Melepaskan cabang diagonal (D) yang mana menyediakan aspek
anterior dari entrikel kiri
b. Arteri sirkumfleks kiri – menyediakan aspek lateral dari entrikel
kiri, dan atrium kiri
Melepaskan cabang marginal yang tumpul (OM)
2. Arteri Koroner kanan (RCA) – menyalurkan pada entrikel kiri, atrium kanan,
aspek posterior dari septum.
Tributaries:
a. Arteri node SA (SN)
b. Akut marginal A dan cabang entrikel kanan
c. A Node – dari RCA pada 90% subjek
d. Posterior Descending Artery (PDA) – menyalurkan pada permukaan
diafragmatik dari entrikel kanan dan kiri
angkah . ni adalah distribusi dari pembuluh darah jantung seperti yang terlihat
angkah 4. Ini adalah distribusi dari pembuluh darah jantung seperti yang terlihat
pada angiografi koroner.
pada angiografi koroner.
Tabel 9-2. Hubungan umum antara EKG dengan temuan ekokardiografi dan
lesi arteri koroner
Perubahan EKG dari Ekokardiografi mungkin Angiografi mungkin
infark atau iskemia memperlihatkan memperlihatkan lesi yang
yang terlihat pada lead kontraksi kurang pada dapat ditemukan pada arteri
berikut ini: segmen berikut koroner berikut:
- Dinding anteroseptal Arteri anterior desendens kiri
, 6, , A Dinding lateral Arteri sirkumfleks kiri
II, III, A Dinding inferior Arteri koroner kanan
Contoh 1.
69
Wanita 52 tahun dengan perubahan EKG menunjukkan gelombang dan ele asi
ST pada lead sampai . Apa tampilan dari ekokardiografi dan angiografi.
Jawaban:
Contoh 1.
anita 2 tahun dengan perubahan EKG menunjukkan gelombang dan ele asi
pada lead sampai . Apa tampilan dari ekokardiografi dan angiografi.
Jawaban:
Ekokardiografi mungkin menunjukkan hipokinesia yang sedang hingga berat dari
dinding anteroseptal. Angiografi koroner mungkin menunjukkan oklusi yang
subtotal atau yang total dari arteri desending anterior kiri.
Contoh 2.
Pria 53 tahun dengan perubahan EKG menunjukkan depresi ST 2 mm (perubahan
iskemia miokard) pada lead , dan A . Apa tampilan dari ekokardiografi dan
angiografi
Jawaban:
Ekokardiografi mungkin menunjukkan hipokinesia yang ringan hingga sedang
dari dinding inferior selama episode nyeri dada. Angiografi koroner mungkin
menunjukkan lesi yang signifikan misalnya stenosis pada arteri koroner kanan.
atatan Korelasi EKG lebih baik dengan ele asi infark dari pada depresi iskemia .
70
BAB 10
GAMBARANBABDARI
10 PENYAKIT JANTUNG KORONER
GAMBARAN DARI PENYAKIT JANTUNG KORONER
3. Infark miokard b. Ketiadaan kreatinin kinase dan ele asi fraksi B, konsisten dengan
infark miokard.
European society of cardiology/ American college of cardiology, definisi dari
infark miokard3. akut
Infark(IMA).
miokard
Kriteria berikut membutuhkan diagnosis dari pen-
European
yakit akut, infark miokard society
yang of cardiology/
berkembang atau baruAmerican
terjadi: college of cardiology, definisi
a. Kenaikan khasdari
daninfark miokard
penurunan yangakut (IMA).
sedikit demiKriteria
sedikit berikut membutuhkan
(troponin) atau diagnosis
kenaikan yang dari
cepatpenyakit
dan penurunan (kreatinin
akut, infark miokardkinase
yang–berkembang
MB) atau penanda
atau baru terjadi:
biosemikal dari nekrosi miokard
a. Kenaikan khasdengan salah satu,yang
dan penurunan yangsedikit
ada di demi
bawahsedikit
ini: (troponin) atau
• Gejala iskemia
kenaikan yang cepat dan penurunan (kreatinin kinase – MB) atau
• Perkembangan dari gelombang Q yang patologis pada EKG
penanda biosemikal dari nekrosi miokard dengan salah satu, yang ada
• erubahan EKG menunjukkan iskemia miokard segmen ele asi
atau depresi) di bawah ini:
• nter ensi arteri koroner
Gejala iskemia angioplasti koroner
misalnya
b. Temuan patologis dari infark miokard akut
Perkembangan dari gelombang Q yang patologis pada EKG
71
4. Prinzmetal atau macam-macam angina
a. ubungan atipikal nyeri dada dengan ele asi yang transien dari EKG
dengan normalisasi dari penelusuran kembali setelah nyeri dada hilang
b. Exercise stress test negatif
c. njeksi ergono in memproduksi transien koroner spasme terlihat pada an-
giografi
5. Silent Ischemia
a. Ketiadaan dari nyeri dada
b. Tanda objektif dari iskemia EKG resting, pemantauan ambulatory EKG,
tes latihan EKG, atau ekokardiografi
6. ikro askuler angina
a. Biasanya terjadi pada wanita sebelum menopause
b. Tipikal atau atipikal dari nyeri dada dengan angiogram koroner normal
c. ungkin terjadi konstriksi dari arteri koroner yang kecil angina mikro a-
skular atau mempertinggi sensiti itas nyeri
7. Henti jantung mendadak
a. Kematian yang terjadi tidak terduga dalam 1 jam onset dari gejala
b. entrikular fibrilasi
72
f. Merokok
g. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung iskemia
2. Faktor risiko minor:
a. Obesitas (over eating)
b. Akti itas fisik yang berkurang kurang berakti itas
c. Pribadi tipe A (pekerja keras)
d. Diet tinggi kolesterol
Tabel 10-1. Pedoman umum untuk membedakan nyeri dada dari infark
miokard, angina tidak stabil dan angina stabil kronik
Nyeri dada Infark miokard Angina yang tidak stabil Angina stabil
kronik
Beratnya Sangat berat Sedang – berat Ringan
Durasi > 30 menit 15-30 menit < 15 menit
Frekuensi Nyeri persisten Frekuensi yang meningkat Stabil, frekuensi
kurang
Waktu Saat istirahat Saat istirahat dengan latihan Dengan latihan
Menghilang Tidak Biasanya tidak Ya
dengan
Nitrogliserin
Gejala Ansietas, Gejala sedang Gejala ringan
lainnya diaphoresis,
dispnea, nausea
Tabel 10-2. Garis besar umum pada penanganan infark miokard, angina
tidak stabil dan angina stabil kronik
* * Jauhi
Jauhi pemberian
pemberian beta
beta bloker atau diltiazem
bloker atau diltiazem pada
pada pasien
pasiendengan
dengangagal
gagaljantung
jantung
kongestif yang signifikan. Gunakan diuretik dan ACE-Inhibitors sebagai
kongestif yang signifikan. Gunakan diuretik dan A E-Inhibitors sebagai gantinya.
gantinya.
** Mungkin tidak diberikan rutin heparin bila infark miokard yang kecil
** Mungkin tidak diberikan rutin heparin bila infark miokard yang kecil
73
BAB 11
ANGINA PEKTORIS STABIL KRONIK
A. Patogenesis Aterosklerosis
Teori cedera epitel: Beberapa stimulasi yang berbahaya (termasuk hipertensi,
hiperkolesterolemia) yang disebabkan kerusakan endotel mengakibatkan proliferasi
sel otot halus dan migrasi makrofag ke dinding pembuluh darah.
74
B.B. Pendekatan
PendekatanDiagnosis
Diagnosis
75
Riwayat Klinis: (Gambaran Nyeri dada)
Riwayat Klinis: (Gambaran Nyeri dada)
1. Faktor yang menimbulkan: pengerahan tenaga, saat marah, kegembiraan,
cuaca
1. dingin
Faktor yang menimbulkan: pengerahan tenaga, saat marah,
2. Faktor kegembiraan,
yang meringankan: hilang dengan istirahat dan menggunakan
cuaca dingin
nitrogliserin
2. Faktor yang meringankan: hilang dengan istirahat dan menggunakan
nitrogliserin
3. Kualitas: berat, dalam, dan menekan
3. Kualitas: berat, dalam, dan menekan
4. Penyebaran dan lokasi: dirasakan sampai ke lengan bagian kiri atau dengan
4. Penyebaran dan lokasi: dirasakan sampai ke lengan bagian kiri atau
rahang bawah
dengan rahang bawah
5. Kehebatan nyeri: ringan, sedang, dan berat
5. Kehebatan nyeri: ringan, sedang, dan berat
6. Waktu: Biasanya saat pagi hari dengan eksersi, setelah pengobatan
6. Waktu: Biasanya saat pagi hari dengan eksersi, setelah pengobatan
Tabel 11-2. Sifat yang membedakan iskemia dari nyeri dada tidak-
iskemia
Asal dukungan iskemik Asal melawan iskemik
Faktor yang memprovokasi nyeri
Eksersi*
Marah, kegembiraan, stress mental Nyeri setelah selesai berolahraga
Cuaca dingin Dipro okasi oleh gerakan tubuh
Setelah makan tertentu
Nikotin
Takikardi
Kualitas nyeri
Berat, perasaan yang berat “Seperti pisau”, tajam, menusuk
Bersifat menekan diperburuk saat respirasi
Konstriksi
Terasa seperti tertindih
Seperti terbakar
Lokasi Nyeri
Substernal Dikiri submammary area
intang tengah toraks, bagian depan Di bagian kiri dada
Di kedua lengan, bahu Dapat menunjuk dengan 1 jari
eher, di rahang ba ah
Menyebar dibeberapa tempat
D.D.Diferensiasi
Diferensiasidari
dariiskemia
iskemiadan
dannon
noniskemia
iskemianyeri
nyeridada
dada
E.E. Pretest
Pretest kemungkinan
kemungkinan Penyakit
Penyakitjantung
jantungkoroner dengan
koroner umur,
dengan jenisjenis
umur, kelamin,
dan Gejala
kelamin, dan Gejala
Tabel 11-4. Pretest kemungkinan penyakit jantung koroner dengan umur, jenis
kelamin, dan gejala (dalam persen)
Umur Jenis Angina Pektoris Angina Tidak- Asimptomatik
(tahun) Kelamin yang Khas Pektoris Nyeri Dada
yang tidak Angina
khas
30-39 aki-laki Menengah Menengah Rendah Sangat rendah
70 21 5
Perempuan Menengah Sangat Sangat
26 rendah rendah Sangat rendah
4 1
40-49 aki-laki Tinggi Menengah Menengah Rendah
87 46 14
Menengah Rendah Sangat Sangat rendah
55 13 rendah
3
50-59 aki-laki Tinggi Menengah Menengah Rendah
92 59 21
Perempuan Menengah Menengah Rendah Sangat rendah
79 32 8
60-69 aki-laki Tinggi Menengah Menengah Rendah
94 67 28
Perempuan Tinggi Menengah Menengah Rendah
91 54 19
Catatan: Pasien dengan kemungkinan rendah PJK dikirim pulang dan diobser asi
Pasien dengan kemungkinan tinggi PJK harus diobati.
Pasien dengan kemungkinan menengah PJK dan equivocal laboratory test bermanfaat
dari non-in asif (termasuk exercise EKG tes atau nuclear imaging test).
77
Catatan kaki
78
G. Pilihan Terapi Obat untuk Angina
G. Pilihan Terapi Obat untuk Angina
Tabel 11-5. Pemilihan pengobatan untuk Angina pada pasien dengan beberapa kondisi
medis
Yang berhubungan dengan kondisi Obat yang direkomendasikan
pengobatan
Aritmia jantung dan konduksi yang
abnormal:
Sinus bradikardi Dihidropiridin
Sinus takikardi (tidak dalam kaitan Beta bloker
dengan gagal jantung) erapamil atau beta bloker
upra entrikular takikardi Beta bloker
Aritmia entrikular
Disfungsi entrikel kiri:
Ringan-sedang E - Diltiazem atau pemberian beta bloker
50%) dengan hati-hati
yang berat E Nitrat, diuretik
ainnya
Mitral stenosis Beta bloker atau erapamil
Hipertensi sistemik Beta bloker atau kanal kalsium bloker
Sakit kepala Beta bloker
COPD dengan bronkospasme atau erapamil atau diltia em
asma Beta bloker
Hipertiroid Dihidropiridin (nifedipin) atau nitrat
Klaudikasio Kanal kalsium bloker atau nitrat
Neurastenia atau keadaan lemah (kurang efek samping)
79
H.H. Pedoman
Pedomanuntuk
untukmemilih
memilihTerapi Medis,
Terapi PTCA,
Medis, atau
PTCA, CABG
atau CABG
80
I. Riwayat natural PJK
I. Riwayat natural PJK
Four- year mortality yang bebasis pada penyakit jantung koroner yang luas dan
disfungsi ventrikel kiri (Fraksi Ejeksi)
PJK yang luas* EF > 50% EF 35-49% EF < 35%
Satu pembuluh darah PJK 5% 9% 26%
Dua pembuluh darah PJK 7% 17% 43%
Tiga pembuluh darah PJK 18% 29% 50%
*Untuk penyakit yang sebagian besar sebelah kiri, 1 tahun dan 3 tahun angka kematian
adalah 20% dan 25% berturut-turut.
81
2
Catatan kaki
A. Angina stabil kronik didefinisikan sebagai salah satu dari gambaran klinis berikut
Pola prediksi dari ketidaknyamanan di dada, dimulai secara berangsur-angsur diatas dari
10 hingga 15 menit, mengendap saat berkegiatan dan menjadi kurang karena istirahat
atau nitrat.
B. isiko stratifikasi seharusnya berlandaskan pada parameter risiko tinggi yang ada di
bawah ini:
. Klasifikasi atau nyeri dada Kanada
2. ungsi yang buruk
3. Test exercise treadmill risiko tinggi:
a) Durasi dari latihan pembatasan gejala <6 mets.
b) ro okasi dari angina pektoris selama latihan.
c) Kegagalan untuk meningkatkan tekanan darah sistolik >120 mmHg, atau yang
mendukung penurunan >10 mmHg selama latihan yang progresif.
d) Depresi segmen ST >2 mm, tipe yang sedikit landai dari depresi segmen ST,
perubahan EKG dimulai dari <6 mets (tes positif yang awal), tersedia >5 leads
atau tetap melakukan >5 menit pada periode pemulihan.
e) atihan yang menginduksi ele asi segmen mengeluarkan a pada
gelombang non Q lead.
f) Direprodiksi berkelanjutan detik atau takikardi entrikular yang
simptomatik.
4. Tes thallium stres risiko tinggi
a) Berbagai defek thallium awal yang berat
b) Area yang menunjukkan berbagai redistribusi thallium
c) Paru-paru yang meningkat/rasio thallium jantung
d) skemik transien dilatasi entrikular kiri pada stres thallium.
5. Kegagalan pengobatan medis
C. Pengobatan medis:
1. Kontrol dari faktor resiko yang dapat diubah seperti merokok, hipertensi, diabetes,
dan hiperkolesterolemia, dan faktor-faktor yang lainnya seperti: demam, anemia,
tirotoksikosis, infeksi dll.
2. Nitrat yang mengharuskan penurunan oksigen miokard dari mengurangi
preload keduanya dan afterload, serta mempertinggi aliran darah miokard
untuk pencegahan asokonstriksi koroner.
82
3. Beta blokers menurunkan denyut jantung dan tekanan darah sistolik, periode
untuk mengisi kenaikan diastolik dan waktu perfusi koroner dan penurunan
oksigen miokard. Beta blokers sendiri atau pada kombinasi dengan kalsium
antagonis yang berhubungan dengan pencegahan IMA dan reduksi dari
serangan angina, dan ambang peningkatan angina.
4. Kanal kalsium bloker menurunkan afterload dan sebab asodilatasi koroner
dan mencegah spasme koroner.
5. Aspirin 80-325 mg menurunkan kejadian penyakit jantung dari 34-87%.
D. Angiografi Koroner
. Dengan signifikan -6 penyakit jantung koroner kiri yang utama dan
untuk kebanyakan penyakit jantung koroner pembuluh darah yang signifikan
(>70%), CABG yang disarankan.
2. Dengan penyakit 2 pembuluh darah yang signifikan dan penyakit pembuluh
darah tunggal, pilihan dari CABG, PTCA atau pengobatan medis mungkin
dapat dipertimbangkan.
. Dengan penyakit pembuluh darah tunggal yang signifikan, keputusan untuk
ABG, A atau pengobatan medis yang dibuat untuk indi idu. A atau
ABG sangat cocok bagi yang menjalani tes non-in asif yang mana terindikasi
exercise-inducible iskemia (<6 mets), kapasitas fungsional yang jelek dan
kritikal obstruksi (>70%).
83
BAB 12
ANGINAYANG
ANGINA YANG TIDAK
TIDAK STABIL
STABIL
Patofisiologi
Pemeriksaan fisik
Klasifikasi
Parameter risiko tinggi
Pendekatan diagnosis
Tes diagnostik
Pengobatan medis
Algoritma penanganan
C.C.Klasifikasi
Klasifikasi
2. Keadaan Klinis
Kelas A
Angina tidak stabil kedua: Eksterinsik keadaan identifikasi dengan
jelas untuk dasar askular koroner bah a memperkuat iskemia
miokard termasuk anemia, demam, infeksi, hipotensi, takiaritmia,
tirotoksikosis, hipoksemia sekunder untuk gagal respirasi.
Kelas B
Angina tak stabil primer
Kelas C
Angina tidak stabil pasca-infark (dalam 2 minggu untuk IMA)
3. Intensitas pengobatan
1) Tidak ada atau pengobatan minimal.
2) Adanya standar terapi untuk angina stabil kronik (dosis biasa pada
oral beta bloker, nitrat, dan antagonis kalsium).
3) Meskipun terjadi dosis toleransi maksimal pada semua 3 kategori dari
terapi oral. ermasuk nitrogliserin intra ena.
85
D.D.Parameter
Parameter risiko
risiko tinggi
tinggi
Tabel 12-2. Risiko jangka pendek untuk kematian atau non-fatal infark
miokard pada pasien dengan angina tidak stabil
Risiko tinggi Risiko sedang Risiko Rendah
Sekurang-kurangnya Tidak risiko tinggi dengan Tidak kemungkinan
mengikuti ciri, harus ciri, tapi harus mempunyai tinggi atau sedang tapi
adanya: beberapa hal yang mempunyai beberapa
Nyeri mengikuti: ciri yang mengikuti:
berkepanjangan dan Usia >65 tahun Peningkatan
sedang, berlangsung Berkepanjangan (>20 frekuensi angina,
20 menit) saat menit), angina saat kehebatan, atau
istirahat istirahat, dapat diatasi durasi
IMA sebelumnya, saat itu juga, dengan Angina dipro okasi
angioplasti atau kemungkinan sedang pada batas bawah
bedah bypass atau tinggi untuk PJK Onset angina yang
Edema paru, paling Angina saat istirahat baru dengan onset 2
mungkin hilang dengan istirahat minggu dengan 2
berhubungan atau sublingual bulan sebelum
dengan iskemia nitrogliserin pemberian
Angina saat istirahat Nokturnal angina Normal atau tanpa
dengan perubahan Angina dengan perubahan EKG
dinamik penurunan perubahan gelombang
1 mm dinamik T
Angina baru atau Onset baru angina
menjadi lebih buruk, Canadian
murmur, mitral Cardiovaskular Society
regurgitasi Kelas atau setelah
Angina dengan S3 2 minggu dengan
atau baru menjadi kemungkinan sedang
lebih buruk , atau tinggi untuk PJK
disfungsi Patologi gelombang Q
signifikan 1
Angina dengan mm dalam multiple lead
hipotensi group
86
Informasi Klinis:
• Risiko rendah menyesuaikan pengobatan; mungkin berobat jalan; sesuai
dengan pasien
• Risiko sedang; menambahkan molekular berat heparin ke cara pengobatan;
mempertimbangkan angiogram koroner.
• Risiko tinggi; menambahkan molekular berat heparin dan melakukan
angiogram koroner.
E. Pendekatan diagnosis
1. i ayat pasien, pemeriksaan fisik, dan EKG abnormal biasanya cukup untuk
membangun diagnosis dari angina tidak stabil dan awal pengobatan.
2. Jantung normal CK-MB perbedaan angina tidak stabil dari infark miokard.
3. Klasifikasi pasien menjadi kategori risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah.
a. asien risiko tinggi harus menjalani angiografi koroner
b. asien risiko sedang dan rendah mungkin menjalani non-in asif test untuk
stratifikasi risiko setelah stabil
F. Test Diagnostik
1. EKG
a. Petunjuk objektif pada diagnosis klinis iskemia
b. Normal dalam 40% kasus
c. Biasanya hanya dengan non spesifik perubahan gelombang
d. Penemuan EKG pada iskemia miokard:
• Sekurang-kurangnya 1 mm penurunan segmen ST
• Simetris atau dalam gelombang T terbalik
2. Rontgen dada
a. Normal
b. Cek untuk tanda dari kardiomegali dan kongesti paru
. Ekokardiografi
a. Normal
b. Cek untuk gerakan dinding
c. Abnormalitas indikatif dari iskemia
. Angiografi Koroner
Indikasi: Adanya parameter risiko tinggi atau jika pasien gagal menjadi stabil
dengan pengobatan medis dalam 48 jam
87
G. Pengobatan Medis
. itrat kemudian
2. eparin
Atau kurangnya molekul berat heparin (Hanya untuk pasien risiko sedang dan tinggi)
3. Aspirin 160-325 mg per oral
4. ± Klopidogrel 75 mg tablet per oral
5. Beta bloker per oral
6. ± Diltiazem per oral (untuk refraktori nyeri dada)
H. Algoritma penanganan
A. Algoritma sedang termasuk, frekuensi angina pada onset baru, kresendo angina, dan
angina saat istirahat. alaupun klasifikasi didefinisikan terjadi kurang dari 6 bulan, onset
baru angina harus mengacu pada beban kerja yang rendah atau saat istirahat dengan
durasi kurang dari 1-2 bulan.
Standar yang dimaksud termasuk istirahat, sedasi, oksigen, dan pengobatan pada faktor
yang menimbulkan (anemia, hipertensi dan takikardi).
Terapi Antiplatelet (Aspirin) diterima berdasarkan Studi Veterans Administratif
Cooperatif, Canadian Multicenter Trial, dan RISC. Klopidogrel 75 mg tablet setiap hari
diberikan.
Heparin meskipun kurang dalam studi skala besar ini standar dan bisa diterima.
Kombinasi heparin dan ASA adalah cara terapi karena keduanya mempengaruhi dengan
baik tujuan klinis.
Menggunakan heparin berat molekular rendah berdasarkan studi FRISC adalah pilihan
dan sekarang menggunakan dalam studi institut. Trombolitik tidak direkomendasikan
berdasarkan hasil TIMI III-B.
angkah pengobatan untuk angina tidak stabil pengobatan farmakologi optimal untuk
pasien dengan angina tidak stabil termasuk langkah intensifikasi dengan menyesuaikan
cara hidup farmakologi:
1. Nitrogliserin
2. Beta bloker untuk mencapai denyut nadi <60 kali/menit
3. ± Antagonis Kalsium termasuk Diltiazem
B. ihat tabel untuk menemukan risiko tinggi
88
. esolusi dari gejala adalah e eluasi hanya setelah terapi farmakologi optimum, yang
sebagai rekomendasi adalah terapi quadruple nitral , beta-bloker, A A, heparin
maksimum dosis dan tambahan antagonis kalsium jika ada iskemia miokard.
D. Gejala Predischarge- TET terbatas adalah dianggap aman untuk pasien dengan
angina tidak stabil yang belum memiliki angina saat istriahat untuk >24 jam, tapi
menunda test sampai pasien bebas nyeri paling sedikit 3 hari juga bisa diterima.
ilihan lain untuk risiko stratifikasi termasuk 2-D ekokardiogram, dubotamin
stress ekokardiogram, studi stress thallium dan monitoring Holter.
E. Pasien dengan lesi proksimal segmen pendek melibatkan 1-2 pembuluh adalah
kandidat ideal tapi keputusan juga tergantung pada keahlian operator. Ini dapat
dilakukan pada pengaturan ganda tergantung pada kasus.
. ignifikan lesi A, penyakit -pembuluh dan depresi fungsi .
89
BAB 13
INFARK MIOKARD AKUT
atofisiologi
Riwayat Klinis
Pemeriksaan Klinis
Test Diagnostik
Perubahan EKG pada IMA
Penanda molekular pada IMA
Klasifikasi Killips dan orrester
4 objektif dalam pengobatan
Indikasi dan Kontra indikasi untuk trombolisis
Komplikasi
Penanganan UGD terhadap IMA
Algoritma penanganan
90
A. Patofisiologi IMA
1. Trombosis akut
2. Ruptur pada plak tidak stabil
. asospasme
4. Emboli
5. Non-trombosis IMA (terkait syok atau aritmia)
B. Riwayat klinis
Karakteristik nyeri dada pada IMA:
1. Nyeri dada yang parah saat istirahat untuk biasanya >30 menit
2. Karakter yang sama dan lokasi sebelumnya pada nyeri angina tapi intesitas
lebih parah
3. Tidak hilang dengan nitrogliserin
iga E ui alent angina (gejala yang disebabkan PJK selain nyeri dada)
1. Dispnea
2. Aritmia Jantung
3. Kelelahan
C. Pemeriksaan Fisik:
1. Penampilan umum:
a. Gelisah, cemas, diaforetik atau dispnea
b. Dingin, ekstremitas lembap
2. anda ital
a. Infark yang besar, pasien mungkin hipotensi, takikardi atau tachypneic
b. e eks James hipertensi dan takikardi mengikuti dinding anterior A
c. e eks Be old-Jarisch hipotensi dan bradikardi mengikuti dinding anterior A
3. Pemeriksaan jantung:
a. Denyut apeks sulit saat dipalpasi
b. Cek untuk tanda gagal jantung kongestif
i. embengkakan ena di bagian leher
91
ii. Bibasal rales
iii. S3 gallop, Soft S1
i . urmur pada mitral regurgitasi
Perbedaan Diagnosis:
a. Diseksi aorta akut
b. Perikarditis Akut
c. Kostokondritis
d. Emboli paru
e. Spasme esofageal
e. Spasme esofageal
f. Gastritis akut
f. Gastritis akut
g. iskus ruptur
g. iskus ruptur
D. Test Diagnostik:
D.1.
Test Diagnostik:
Elektrokardiogram
1. Elektrokardiogram
2. CK-MB, Troponin T atau Troponin I
2. CK-MB, Troponin T atau Troponin I
3. Foto Rontgen dada
3. Foto Rontgen dada
. Ekokardiografi
4. Ekokardiografi
92
F. Penanda Molekular pada IMA
F. Penanda Molekular pada IMA
Tabel 13-2. Klasifikasi Killip pada Infark Miokard dengan angka mortalitas
rumah sakit yang diharapkan
G. Klasifikasi
G. Klasifikasi
Misalnya:Trombolisis 93
Misalnya:
Beta bloker
I. Empat Pokok Objektif pada Pengobatan IMA:
1. Memperbaiki aliran koroner secepat mungkin – “Waktu adalah Miokardium”!
Misalnya:Trombolisis
2. Mempertahankan iskemia atau membahayakan miokardium
Misalnya:
Beta bloker
Nitrat
Aspirin, Klopidogrel, Heparin
Free radical scavenger
3. Komplikasi pengobatan jantung
Misalnya: ACE-inhibitor, diuretik untuk gagal jantung:
Anti-aritmik untuk aritmia
4. Pengobatan penyakit co-existing, mencegah kematian
Misalnya: Antibiotik untuk pneumonia
94
5. Trauma kepala yang baru saja atau neoplasma intrakranial yang diketahui
6. Tekanan darah yang persisten >200/120 mmHg
95
3. Pleuritis
4. Pyrexia (demam)
5. Nyeri
N. Penanganan ERERpada
L. Penanganan padaInfark
Infark miokard akut.
miokard akut.
96
O. Penanganan Infark
M. Penanganan Miokard
Infark MiokardAkut
Akut
Catatan kaki
A. Algoritma ini mencakup ele asi segmen akut yang tidak komplit pada infark miokard.
B. GD fisik diharapkan dapat menge aluasi pasien suspek A dari kejadian nekrosis
2
miokard yang cepat dan keuntungan pengobatan reperfusi adalah bergantung pada waktu
yang lama. Dia menilai tanda ital, administers oksigen, memperoleh akses dan
memulai monitoring EKG secara terus-menerus ditambah kontrol dari nyeri.
C. Jika ele asi segmen dari mm atau lebih besar pada 2 atau lebih lead EKG yang
97
berdekatan dan riwayat klinik adalah tepat untuk infark, terapi reperfusi akut seharusnya
perlu pertimbangan yang tinggi.
D. Itu merupakan dokumentasi yang berlebihan pada life-saving dari trombolitik terapi
1. Pilihan dari agen dan regimen dosis:
a. Streptokinase: 1.5 juta iu lebih dari1 jam
b. Rtpa: 100 mg lebih dari 90 menit
2. Seleksi pasien
3. ebih liberalize digunakan untuk terapi trombolitik dianjurkan untuk
memasukan pasien yang sudah tua, pasien yang datang hingga 12 jam dari
onset gejala, dan tanpa kontraindikasi absolut, pemanfaatan kira-kira 60-70%
dari pasien IMA.
E. Penyelamatan PTCA mungkin memperbaiki outcome, jika oklusi dari infark-
related arteri berlangsung setelah trombolisis, terutama pada pasien dengan
anterior dinding IMA mengobati sampai 8 jam dari onset nyeri.
F. Angioplasti primer, penggunaan PTCA yang tiba-tiba, mungkin hanya satu-satunya
cara dari reperfusi pada pasien yang tidak memenuhi syarat untuk trombolisis
1. Aspirin 160 mg dikunyah pada admisi dan 160 mg PO, tiap hari ditemukan
terjadi pengurangan mortaliti 35 hari dari 23% (ISIS-2). Ditambah Klopidogrel
75 mg tablet PO tiap hari juga bermanfaat.
2. eparin bukti untuk mengkonfirmasi terapi antitrombin yang menurunkan
mortalitas dari IMA akut tidak sekuat untuk membandingkan pemberian
heparin untuk akti itas antiplatelet. eparin dibutuhkan untuk mempertahankan
kepatenan dari hubungan infark arteri rekanalisasi oleh rPTA, terutama selama
24-48 jam pertama, tapi tidak diperlukan setelah streptokinase dan APSAC
seperti aksi lama non fibrin spesifik trombolitik menyediakan beberapa jam
sehari dari antikoagulasi. Untuk yang tidak menerima terapi trombolitik,
heparin mungkin merupakan indikator. Chalmers et al menyatukan data dari
semua randomized trials dan menarik kesimpulan bahwa dosis penuh heparin
dapat menurunkan kematian sekitar 22%.
3. Beta-bloker menurunkan keperluan oksigen miokard, menentang aksi dari
ele asi katekolamin dan mempengaruhi properti anti-aritmik. Beta bloker
membatasi ukuran infark dan menurunkan kematian (ISIS-1).
4. ACE-inhibitors merupakan asodilator yang paten dan menurunkan afterload,
mungkin membatasi remodeling entrikular G - - , A E, D.
98
5. Nitrat melawan spasme arterial koroner dan menurunkan kebutuhan oksigen
miokard dari penurunan preload keduanya dan afterload. ISIS-4 & GISSI-3
menemukan tidak ada perbedaan pada mortalitas 35 hingga 42 hari di pasien
infark yang acak diantara nitrat dan plasebo. Meskipun ada temuan, nitrat dapat
digunakan pada pasien dengan nyeri dada yang berkelanjutan, hipertensi atau
kongesti ena pulmonal.
6. Kanal kalsium bloker menurunkan kebutuhan oksigen, dilatasi ateri koroner dan
menurunkan ukuran infark. Ini tidak untuk membatasi mortalitas. Percobaan
diatas menunjukkan bahwa ada peran kecil untuk kanal kalsium bloker pada
awal fase dari penanganan IMA.
. idokain seharusnya tidak digunakan secara rutin tapi disediakan untuk
pasien dengan risiko tinggi untuk fibrilasi entrikular. enelitian A
mempertunjukkan mortalitas tinggi yang tak terduga-duga.
99
BAB 14
BAB 14
HENTIJANTUNG
HENTI JANTUNGMENDADAK
MENDADAK
Definisi
Etiologi
Faktor risiko
Henti jantung mendadak
Pemicu pada Henti jantung mendadak
Riwayat
Tes diagnostik
Pendekatan manajemen
Gambaran
Gambaranuntuk diagnosis:
untuk diagnosis:
1. Kematian yang tidak terduga terjadi setelah 1 jam dari onset gejala
1. Kematian yang tidak terduga terjadi setelah 1 jam dari onset gejala
2. ibrilasi entrikular
2. Fibrilasi entrikular
A. Definisi Istilah:
A.1. Definisi
Henti jantung
Istilah:mendadak
1.Sindrom: kematian
Henti jantung wajar, terjadi secara tiba-tiba, atau setelah 1 jam dari onset
mendadak
gejala, pada pasien yang mungkin punya ataupun tidak punya penyakit jantung
Sindrom: kematian wajar, terjadi secara tiba-tiba, atau setelah 1 jam dari
sebelumnya tapi pada waktu dan mode kematian yang datang dengan tidak
onset gejala, pada pasien yang mungkin punya ataupun tidak punya
terduga.
penyakit
2. Jantung jantung sebelumnya tapi pada waktu dan mode kematian yang
arrest:
datang dengan
enghentian tidaktiba-tiba
dengan terduga.dari curah jantung efektif, termasuk fibrilasi en-
2.trikular, entrikular asistol, dan irama idio- entrikular agonal .
Jantung arrest:
3. Jantung arrest dengan
Penghentian primer: tiba-tiba dari curah jantung efektif, termasuk fibrilasi
Aritmia jantung menyebabkan hemodinamik kolaps. Jantung arrest sebagian
entrikular, entrikular asistol, dan irama idio- entrikular agonal .
besar berkaitan dengan aritmia.
3. Jantung arrest primer:
4. Jantung arrest kedua:
Aritmia jantung menyebabkan hemodinamik kolaps. Jantung arrest
Kolaps hemodinamik menyebabkan jantung aritmia. Jantung arrest sebagian
sebagian
besar besar berkaitan
berhubungan dengandengan aritmia.
sirkulatori atau kegagalan pernapasan.
4. Jantung arrest kedua:
Kolaps hemodinamik menyebabkan jantung aritmia. Jantung arrest
sebagian besar berhubungan dengan sirkulatori atau kegagalan pernapasan.
100
B. B.Etiologi
Etiologi
Tabel 14-1.Pokok penyakit jantung pada pasien dengan henti jantung
mendadak
A. Usia <35 tahun
1. Kardiomiopati hipertrofi 48%
2. diopatik jantung atlet) 18%
3. Anomali koroner kongenital 14%
4. Penyakit jantung koroner 10%
5. Yang lainnya: displasia 10%
B. Usia >35 tahun
1. Penyakit jantung koroner 80%
2. Kardiomiopati hipertrofi 5%
. enyakit jantung al ular 5%
4. Prolaps katup mitral 5%
. ainnya 5%
C. Faktor risiko
C. Faktor risiko
Faktor risiko untuk henti jantung mendadak: (faktor risiko yang serupa dengan PJK)
Faktor risiko untuk henti jantung mendadak: (faktor risiko yang serupa
a. Peningkatan usia
dengan PJK)
b. aki-laki dari umumnya
a. Peningkatan usia
c. Riwayat penyakit jantung koroner
b. aki-laki (4x dari umumnya)
d. Hipertensi
e. Gagal c. jantung
Riwayatyang
penyakit jantung koroner
signifikan
f. Dislipidemia
d. Hipertensi kolesterol
g. Riwayat keluarga
e. Gagal positif
jantung yang SCDsignifikan
h. Obesitas
f. d ↑ kolesterol)
i. Merokok
g. Riwayat keluarga positif SCD
j. Alkohol
h. Obesitas
k. EKG dengan , , atau panjang
l. Fotoi. Rontgen
Merokok dada dengan pelebaran jantung
j. Alkohol
k. EKG dengan , , atau panjang
l. Foto Rontgen dada dengan pelebaran jantung
101
D.D. Pemicu
Pemicu pada HentiJantung
pada Henti JantungMendadak
Mendadak
Perubahan
erubahan autonomik: ↑impatik,
autonomik Simpatik, respons
↓ responsparasimpatik
parasimpatik
Abnormalitas
Abnormalitas elektrolit
elektrolit (kalium
(kalium rendah
rendah danmagnesium
dan magnesiumrendah)
rendah)
Eksersi
Eksersi fisikfisik
Stress
Stress mental
mental
Keracunan
Keracunan obatobat
E.E. Riwayat
Riwayat
Table 14-2. Petunjuk untuk membedakan antara Serangan Jantung Primer dan
Sekunder
Serangan Jantung Sekunder
Serangan Jantung Primer
Parameter (kematian karena kegagalan
(Kematian Aritmik)
sirkulasi)
Riwayat Pasien dengan posisi berdiri Pasien yang berbaring
atau aktif bergerak ditempat tidur
Aritmia Terminal Biasanya ibrilasi entrikular Biasanya asistol
Durasi Penyakit Biasanya <1 jam Biasanya >24 jam
Sifat penyakit terminal Penyakit Jantung Penyakit bukan jantung
F.F.Test
TestDiagnostik:
Diagnostik:
1. EKG
1. EKG
2. Elektrolit,
2. Elektrolit, otoFotoontgen
RontgenDada,dABG s
3. Ekokardiografi
. Ekokardiografi 2-D2-D
4. Monitor
4. Monitor EKG EKG Holter
Holter 24 24
jamjam Ambulatori
Ambulatori
Optional:
Optional:
. tudi elektrofisiologi
5. Studi elektrofisiologi
6. ariabilitas denyut jantung
6. ariabilitas denyut jantung
7. Rata-rata signal EKG
7. Rata-rata signal EKG
3. Asistolentrikular
4. Bradiaritmia
102
2. Disosiasi elektromekanikal
3. Asistol
4. Bradiaritmia
G. Pendekatan Management:
G. Pendekatan Management:
1. Memperbaiki penyebab yang berpotensi fibrilasi entrikel
. emperbaiki
Termasuk:penyebab
iskemia yang
yang berpotensi fibrilasi
terus-menerus, entrikel
toksisitas obat, abnormalitas
Termasuk: iskemia
elektrolit, yanggagal
hipoksia, terus-menerus, toksisitas
jantung kongestif akutobat, abnormalitas elektro-
lit,
2. hipoksia,
Mengobati gagal
yangjantung kongestif
mendasari akutjantung
penyakit
2. Mengobati
Termasuk:yang mendasari
ACE inhibitorpenyakit jantung
untuk CHF, beta bloker untuk PJK
Termasuk: ACE inhibitor untuk CHF,
3. Apakah ada bedah atau pilihan alat untukbeta bloker untuk PJK
pasien?
3. Apakah ada bedah
Termasuk CABGatauuntuk
pilihanPJK,
alat untuk pasien?Cardioverter Defibrillator
Implantable
Termasuk CABGobat
(ICD) untuk untuk PJK,anti-aritmia
jantung Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)
untuk obat jantung anti-aritmia
Tabel 14-3.Pengobatan untuk Cardiac Arrest Survivors
Diagnosis Pengobatan
Penyakit jantung koroner dengan iskemia yang Obat anti-iskemia
terus-menerus Obat Anti-aritmia &/atau ICD
e askularisasi
Obat Anti-gagal jantung
Obat anti-aritmia &/atau ICD
103
BAB 15
BAB 15
GAGAL
GAGALJANTUNG
JANTUNG
Definisi istilah
Etiologi
Patofisiologi
Jenis gagal jantung
Penyebab
Gagal jantung sistolik diastolik
Tingginya kegagalan curah
Manifestasi klinis berdasarkan beratnya gagal jantung
Riwayat sebelumnya
Tes diagnostik
Pengobatan gagal jantung akut dan kronis
Manajemen berdasarkan klasifikasi fungsional
Pendekatan terhadap pengobatan
A. Definisi istilah:
A. Definisi istilah:
1. Gagal1.Jantung: kondisikondisi
Gagal Jantung: dimana jantung
dimana tidak
jantung lagilagi
tidak mampu
mampumemompa
memompa pasokan
pasokan darah
yang memadai dalam kaitannya dengan aliran balik ena dan dalam kaitannya
darah yang memadai dalam kaitannya dengan aliran balik ena dan dalam
dengan kebutuhan metabolisme jaringan tubuh pada saat itu. Semua bentuk
penyakitkaitannya
jantung dengan kebutuhan metabolisme
dapat menyebabkan jaringan tubuh
dekompensasi pada saat itu. Semua
dan kegagalan.
bentuk penyakit
2. Gagal Jantung jantung
Kongestif: dapat menyebabkan
keadaan dimana terjadidekompensasi dan kegagalan.
kemACEtan sirkulasi normal
sebagai
2. akibat dari gagal
Gagal Jantung jantung.keadaan dimana terjadi kemACEtan sirkulasi
Kongestif:
3. Preload ketegangan dinding entrikel pada akhir diastol. al ini merupakan
normal sebagai akibat dari gagal jantung.
olume darah ketika mengisi jantung selama diastol. Preload entrikel kanan
3. Preload:
tercermin dalamketegangan
PA tekanan dinding
diastolikentrikel
dan pada
Paruakhir diastol.
Capiler Hal iniPressure
Wedge merupakan(PCWP).
4. Afterloadolume darah ketika
ketegangan mengisi entrikel
dinding jantung selama
selama diastol. Preload ambatan
kontraksi. entrikel kanan
yang harus
diatasi selama kontraksi
tercermin dalam PA daritekanan
entrikel kiri. dan
diastolik al ini
Parudi Capiler
pengaruhi
WedgeolehPressure
tekanan aorta
dan resistensi
(PCWP).askular sistemik.
5. Kontraktilitas: keadaan inotropik dari serat otot miokard.
4. Afterload : ketegangan dinding entrikel selama kontraksi. ambatan yang
6. olume stroke jumlah darah yang dikeluarkan dari hati ke dalam sirkulasi sistemik
haruskontraksi.
pada setiap diatasi selama kontraksi dari entrikel kiri. al ini di pengaruhi oleh
7. Curah jantung
tekanan(Curah jantung):
aorta dan jumlah
resistensi darah
askular yang dikeluarkan dari jantung ke sirkulasi
sistemik.
sistemik setiap menit. keadaan inotropik dari serat otot miokard.
5. Kontraktilitas:
8. Index yang berhubungan dengan jantung output yang berhubungan dengan jantung
6. olume stroke: jumlah darah yang dikeluarkan dari hati ke dalam sirkulasi
disesuaikan dengan luas permukaan tubuh.
sistemik pada setiap kontraksi.
7. Curah jantung (Curah jantung): jumlah darah yang dikeluarkan dari jantung ke
104 sirkulasi sistemik setiap menit.
120
8. Index yang berhubungan dengan jantung output yang berhubungan dengan
jantung disesuaikan dengan luas permukaan tubuh.
9. Fraksi ejeksi: fraksi olume akhir diastolik dikeluarkan dari entrikel kiri pada
setiap kontraksi sistolik. FE= olume serangan/ entrikel kiri olume akhir
9. diastolik
raksi ejeksi fraksi olume akhir diastolik dikeluarkan dari entrikel kiri pada setiap
10.kontraksi
Tekanansistolik.
ena Sentral
E olume(Central Vein Pressure):
serangan entrikel kiri tekanan diperoleh
olume akhir dari kateter
diastolik
10. diposisikan
ekanan enapada entral Central
atrium Vein Pressure): tekanan diperoleh dari kateter diposisikan
kanan.
11.pada
Mean atrium kanan.Pressure (MAP): tekanan arteri rata-rata secara langsung
Arterial
11. Mean Arterial Pressure (MAP): tekanan arteri rata-rata secara langsung diukur dengan
diukur dengan jalur arteri atau secara manual dihitung dari pembacaan tekanan
jalur arteri atau secara manual dihitung dari pembacaan tekanan manset sistolik dan di-
manset sistolik dan diastolik.
astolik.
( )
MAP
MAP==
12. Pulmonary Capilary Wedge Presurre (PCWP): tekanan yang diperoleh dari kateterar-
12. Pulmonary Capilary Wedge Presurre (PCWP): tekanan yang diperoleh dari
teri pulmonalis ketika balon yang mengembang dan ujung kateter berkembang menjadi
kateterarteri pulmonalis ketika balon yang mengembang dan ujung kateter
cabang yang lebih distal dari arteri pulmonalis.
berkembang
13. Resistensi menjadi
pembuluh cabang
darah paru:yang lebih
ukuran distal dari
impedansi arteri pulmonalis.
diterapkan oleh sirkuit arteriol paru
13.dengan upayapembuluh
Resistensi sistolik entrikel
darah kanan.
paru: ukuran impedansi diterapkan oleh sirkuit
14. arteriol
esistensiparu
askular sistemik
dengan upayaukuran impedansi
sistolik diterapkan
entrikel kanan. oleh sirkuit arteriol sistemik
terhadap upaya sistolik entrikel kiri
14. Resistensi askular sistemik: ukuran impedansi diterapkan oleh sirkuit arteriol
sistemik
Etiologi atauterhadap
penyebabupaya
yangsistolik entrikel
mendasari kiri
terjadinya gagal jantung sisi kiri:
1. Infark miokard atau penyakit arteri koroner
2.Etiologi atau penyebab
kardiomiopati dilatasi yang mendasari terjadinya gagal jantung sisi kiri:
3.1. Hipertensi
Infark miokard atau penyakit arteri koroner
4.2. Penyakit katup jantung
kardiomiopati dilatasi
5. Aritmia (misalnya bradiaritmia pada blok jantung lengkap)
3. Hipertensi
6. enyakit jantung ba aan misalnya D, DA
4. Penyakit
7. Gagal ginjalkatup jantung
8.5. Hipertiroidisme
Aritmia (misalnya
ataubradiaritmia pada blok jantung lengkap)
hipotiroidisme.
Table 15-1. Penyebab perubahan fungsi bagian kiri dan kanan pada gagal jantung
6.Gagal
Penyakit jantung
jantung bawaan
bagian kiri (misalnya D, PDA)
Gagal jantung bagian kanan
Beberapa keadaan
7. Gagal ginjal yang menghasilkan ele asi yang signifikan
1. entrikel kiri tekanan diastolik Gagal jantung bagian kiri
8. Hipertiroidisme
misalnya infark atau hipotiroidisme.
miokard, penyakit
arteri koroner.
kardiomiopati membesar
Penyakit katup jantung – AI, AS
Hipertensi
2. ekanan A misalnya mitral Kor pulmonal – gagal entrikel kanan
stenosis dari penyakit paru
Kecepatan X olume
Jantung Stroke
Penyakit katup jantung – AI, AS
Hipertensi
2. ekanan A misalnya mitral Kor pulmonal – gagal entrikel kanan
stenosis dari penyakit paru
Kecepatan X olume
Jantung Stroke
Tekanan Darah
Prinsip Frank-Starling:
Prinsip Frank-Starling:Stripototmiokard akan
Stripototmiokard akan berkontraksi
berkontraksi dengan
dengan kekuatan
kekuatan yang
yang lebih be-
sarbesar
lebih jika membentang ke peristirahatan
jika membentang yang lebih besar
ke peristirahatan atau panjang
yang presystolic.
lebih besar ebuah
atau panjang
gangguanSebuah
presystolic. atau gagal membutuhkan olume
gangguan atau yangmembutuhkan
gagal lebih tinggi mengisi atau tekanan
olume untuk
yang lebih
melakukan
tinggi mengisipekerjaan yang sama
atau tekanan untukseperti halnya normal.
melakukan pekerjaan yang sama seperti halnya
normal.
122
ungsi normal entrikel kiri
Curah jantung
106 Faktor
Penyebab
Kerusakan
miokardial
Curah jant
ungsi depresi entrikel
kiri
ekanan diastolik akhir entrikel kiri
olikTekanan
Faktor
Penyebab
Kerusakan
miokardial
Gagal Jantung
Kongestif
- ↑ resistensi
pembuluh - curah jantung
darah sistemik Siklus tak - ↑ ujung
(afterload) berujung
ventrikel kiri
- ↑ volume darah tekanan
(preload) diastolik
Respon imbangan
Gambar
Gambar15-3. Patofisologi
15-3. Patofisologi daridari
gagalgagal jantung
jantung
107
. Gagal jantung kiri s gagal kantung kanan lihat abel -2
a. Gagal jantung kiri mengacu pada kegagalan entrikel kiri dan gejala dispnea
saat akti itas, ortopnea, dan dispnea nokturnal paroksismal.
b. Gagal jantung kanan mengacu pada kegagalan entrikel kanan dengan disten-
si ena leher dan edema bipedal. enyebab paling sering dari gagal jantung
kanan adalah gagal jantung kiri.
. Gagal jantung sistolik s gagal jantung diastolik lihat abel -2
a. Gagal jantung sistolik mengacu pada masalah kontraktilitas jantung yang buruk.
b. Gagal jantung diastolik mengacu pada masalah dalam relaksasi dari entrikel kiri
yang kaku.
Kegagalan keluaran
rendah atau kegagalan Kegagalan sisi kanan
jantung kiri atau gagal (cth : kor pulmonal)
jantung sistolik
(cth : Cardiomyopathy
yang membesar)
Biventricular (gagal
jantung kiri & kanan
atau gagal jantung
Gagal jantung sistolik atau kegagalan
diastolik keluaran rendah)
(cth : darah tinggi) (cth : Level akhir dari
banyak penyakit
jantung
II. Non-kardiak:
- Kelembaban, diet natrium, asupan cairan, tirotoksikosis
Anemia
-- Kelembaban, diet natrium, asupan cairan, tirotoksikosis
- Emboli pulmonal
- Anemia
- Infeksi
- Emboli pulmonal
- Pengiriman setelah kehamilan
- Infeksi
- Gaya hidup, kelelahan fisik, stres emosional, lingkungan panas yang
- Pengiriman setelah kehamilan
berlebihan.
- Gaya hidup, kelelahan fisik, stres emosional, lingkungan panas yang berlebihan.
Tabel 15-2. Perbedaan gagal jantung sistolik dan gagal jantung diastolik
109
126
Penyebab Penyakit Gagal Jantung Curah Tinggi: (Mneumonic: Afpbrat)
Penyebab Penyakit Gagal Jantung Curah Tinggi: (Mneumonic: Afpbrat)
- - Anemia
Anemia
- - Gangguan
Gangguandemam
demam
- - Kehamilan
Kehamilan
- - Beri-beri
Beri-beri
- - Shunts
Shuntsrenal
renal
- -
Fistula arterio venosa
Fistula arterio venosa
- Tirotoksikosis
- Tirotoksikosis
Tabel 15-3. Gejala dan Tanda – Tanda gagal jantung kiri dan kanan
1. Gagal jantung kiri
Gejala
Mudah Kelelahan (non-spesifik)
Dispnea saat akti itas
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Ortopnea
Batuk
Nokturia
Kebingungan
Tanda - tanda
S3 gallop ( temuan yang paling penting)
Takikardi, takipnea
Tarif paru
Peningkatan tekanan ena jugularis
Desah
Efusi pleura
rogresi
rogresiitasitas
gejala yang
gejala biasa
yang terjadi
biasa padapada
terjadi gagalgagal
jantung kiri berdasarkan
jantung ri ayat klinis
kiri (berdasarkan
riwayat klinis):saat akti itas
1. Dispnea
1. Dispnea saat akti itas
2. Paroxysmal nocturnal dyspnea (tipe jantung)
2. Paroxysmal nocturnal dyspnea (tipe jantung)
3.3. Jenis
Jenisjantung
jantungdaridari
PNDPNDbiasanya terjadi 2-4
biasanya jam setelah
terjadi 2-4 jamonsetsetelah
tidur, onset
membutuhkan
tidur,
15-30 menit pada15-30
membutuhkan posisimenit
dudukpada
untuk mendapatkan
posisi bantuan
duduk untuk dan mungkin
mendapatkan terkait
bantuan
dan mungkin terkait dengan batuk nonproduktif. Sebaliknya, jenis
dengan batuk nonproduktif. Sebaliknya, jenis paru dari PND dikaitkan dengan paru
ariabel aktu onset setelah tidur, bantuan langsung dari dispnea saat asumsi
posisi duduk dan batuk yang produktif. 127
110
4. Ortopnea (tipe jantung)
dari PND dikaitkan dengan ariabel aktu onset setelah tidur, bantuan
Jenis parudari
langsung ortopnea
dispneaterjadi segera setelah
saat asumsi berbaring,
posisi duduk sementara
dan batuk jenis jantung
yang produktif.
4. ortopnea
Ortopneaterjadi setelah berbaring selama lima menit, kecuali pasien dalam
(tipe jantung)
Jenis paru ortopnea terjadi segera setelah berbaring, sementara jenis
edema paru frank.
jantung ortopnea terjadi setelah berbaring selama lima menit, kecuali
5. Dispnea saat istirahat
pasien dalam edema paru frank.
6. Edema ekstrimitas
5. Dispnea saat istirahatbawah (gagal jantung kiri mengarah ke gagal jantung kanan)
6. jika
Edema
edemaekstrimitas bawah
ekstremitas bawah(gagal jantung
terjadi kiri mengarah
lebih awal dari empatkegejala
gagallain,
jantung
salah
kanan) jika edema ekstremitas bawah terjadi lebih awal dari empat gejala
satu yang harus dicurigai yaitu gagal jantung kanan primer.
lain, salah satu yang harus dicurigai yaitu gagal jantung kanan primer.
C. Manifestasi Klinis berdasarkan Keparahan Gagal Jantung:
C. Manifestasi Klinis berdasarkan Keparahan Gagal Jantung:
1. Awal gagal jantung kronik (GJK) (NYHA Kelas I):
1. a.Awal Mungkin asimtomatik
gagal jantung kronik (GJK) (NYHA Kelas I):
b.a. Diagnosis
Mungkinmenantang.
asimtomatik Hal ini penting karena deteksi dini dan
b. Diagnosis menantang. Hal ini penting karena deteksi dini dan
pengobatan
pengobatan GJK
GJKmenghambat
menghambat perkembangan
perkembangan disfungsi
disfungsientrikel.
entrikel.
2. 2.GJKGJKringan
ringansampai sedang
sampai sedang (NYHA
(NYHA Kelas II-III):
Kelas II-III):
a. Gejala non-spesifik
a. Gejala non-spesifik ringan ringan
b. Pemeriksaan fisik mungkin normal
b. emeriksaan fisik mungkin normal
c. Sebuah indeks kecurigaan yang tinggi diperlukan untuk diagnosis.
3.c.GJK Sebuah indeks kecurigaan
berat (NYHA Kelas ):yang tinggi diperlukan untuk diagnosis.
. GJK a. berat A Kelas
Tanda dan gejala yang jelas
b. Pasien dalam kesulitan ditandai, orthopneic dan dengan distensi leher
a. Tanda dan gejala yang jelas
ena
b.c. Pasien
Sistemdalam kesulitan ditandai, orthopneic
renin-angiotensin-aldosteron dandan dengan
sistem distensi
saraf leher ena
simpatik
c. Sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatik diaktifkan.
diaktifkan.
128
111
D. Tes Diagnostik:
1. EKG:
a. emuan non-spesifik
b. Dapat memberikan petunjuk tentang penyebab gagal jantung, misalnya ge-
lombang pada infark miokard dan pada stenosis aorta.
2. Sinar-X:
a. Kardiomegali terutama pada kasus yang berat dan kronis
b. erubahan kongestif ena pulmonal yang hadir terutama pada GJK akut.
c. Pasien dengan GJK mungkin tidak menunjukkan kongesti paru
d. Kadang-kadang bilateral atau efusi selaput dada kanan.
3. Dua-dimensi Echo dan studi Doppler:
a. Konfirmasi diagnosis gagal jantung
b. raksi ejeksi dan dilatasi entrikel kiri tertekan
c. Gerakan abnormalitas dinding entrikel kiri
d. Deteksi kelainan katup, efusi perikardial, dan intrakardiak shunt.
4. Kateterisasi Jantung:
Pada pasien yang dipilih untuk mendeteksi keberadaan dan luasnya pen-
yakit arteri koroner.
112
4. Digitalis
5. Dilatrend ar edilol, -bloker .
Tabel 15-5. Garis besar klasifikasi fungsional pada manajemen gagal jantung kongesti kronik berdasar-
Tabel 15-5. Garis besar klasifikasi fungsional pada manajemen gagal jantung
kan New York
kongesti Heart berdasarkan
kronik Association NYHA)New York Heart Association NYHA)
Tabel 15-5. Garis besar klasifikasi fungsional pada manajemen gagal jantung
Manajemen NYHA Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
kongesti kronik berdasarkan New York Heart Association NYHA)
asodilator : ACE Inhibitor
Manajemen
atau ARB NYHA Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
furosemide dan
Diuretik** X X
spironolakton
furosemide dan
spironolakton
Digoksin X X
Digoksin
Debutamine, dopamin dan/atau XX XX X
nitroprusside
Debutamine, dopamin dan/atau X X X
nitroprusside
Intraortic Balloon Pump dan X X X
transplantasi
Intraortic jantung
Balloon Pump dan X X X
transplantasi jantung
*Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kar edilol dosis rendah, metoprolol, atau
bisoprolol merupakan
*Penelitian tambahan bahwa
terbaru menunjukkan yang berguna untuk
kar edilol regimen
dosis kon
rendah, ensional atau
metoprolol, pada gagal
jantung kronik.
bisoprolol Namun,
merupakan obat iniyang
tambahan hanya boleh untuk
berguna diberikan dibawah
regimen kon pengawasan
ensional padaspesialis.
gagal
"?" Mengacu
jantung kronik. pada status
Namun, yang
obat initidak
hanyajelas dari
boleh penggunaan
diberikan dibawah-bloker kelas I spesialis.
pengawasan dan kelas
pada
"?" pasien, tertunda
Mengacu saat
pada status uji klinis
yang berlangsung.
tidak jelas dari penggunaan -bloker kelas I dan kelas
**Diuretik
pada pasien,dapat diberikan
tertunda saat ujiuntuk
klinis mencapai
berlangsung.bantuan dari edema dan normalisasi tekanan
**Diuretik dapatSpironolakton
ena jugularis. diberikan untuk mencapai
25 mg sehari bantuan dari edema
memberikan dantambahan
manfaat normalisasi tekanan
(studi Rale).
ena jugularis. Spironolakton 25 mg sehari memberikan manfaat tambahan (studi Rale).
Tabel
Tabel15-6.
15-6. bat
Obatjantung untuk
jantung klasifikasi
untuk gagal
klasifikasi jantung
gagal menurut
jantung efek
menurut efekhemodinamik
hemodinamik
Tabel 15-6. Obat jantung untuk klasifikasi gagal jantung menurut efek hemodinamik
Terutama Preload unloaders Terutama afterload unloaders
Terutama Preload unloaders ↑ Kontraktilitas Terutama afterload unloaders
ena dilator) ↑ Kontraktilitas (Arteri dilator)
ena dilator) (Arteri dilator)
Diuretik Digoksin * ACE-Inhibitors
Diuretik Digoksin * ACE-Inhibitors
* Anglotensin-II antagonis
Nitrat* Dobutamin * Anglotensin-II antagonis
Nitrat* Dobutamin *
* Hydralazine
Hydralazine
* * Nitroprusside
Nitroprusside
*Dopamin
*Dopamin
Catatan: Tujuan
Catatan: Tujuandari
dariunloader
unloaderspreload
spreloadadalah
adalah tekanan
tekanan diastolik
diastolik akhirentrikel
akhir entrikel kiri.
kiri.
Tujuan dari
Tujuan dari unloaders
unloadersafterload
afterloaddan
danobat-obatan
obat-obatan untuk
untuk kontraktilitas
kontraktilitas adalah
adalah ↑ ↑ . .
130130
113
Gambar 15-7. Modus aksi pengobatan obat gagal jantung kongestif kronik berdasarkan
Gambar 15-7.
patofisiologi odus aksikongestif.
gagal jantung pengobatan obat gagal jantung kongestif kronik berdasarkan patofisiologi
gagal jantung kongestif.
G. G.
Pendekatan logis
Pendekatan logispada
padapengobatan gagaljantung
pengobatan gagal jantung kongestif:
kongestif:
1. 1.Menghilangkan
Menghilangkan dan memperbaiki
dan memperbaiki penyebab
penyebab dasar dasar gagal jantung.
gagal jantung.
2. 2.Perlakukan
Perlakukansemua
semua penyebab
penyebab pemicu gagalgagal
pemicu jantung kongestif.
jantung kongestif.
3. Menilai 4 faktor berikut ini yang berkontribusi terhadap penurunan curah jantung:
3. Menilai 4 faktor berikut ini yang berkontribusi terhadap penurunan curah
a. Peningkatan afterload (misalnya hipertensi), obati dengan unloaders afterload
jantung:
seperti kaptopril (ACE-inhibitor).
a.b. Peningkatan afterload
Peningkatan preload (misalnya
misalnya kelebihanhipertensi),
beban olumeobati
, obati dengan unloaders
dengan unloaders
preload seperti
afterload nitrat
seperti dan diuretik.
kaptopril (ACE-inhibitor).
c. Penurunan kontraktilitas, obati dengan dobutamin atau digoksin untuk meningkatkan
b. Peningkatan preload misalnya kelebihan beban olume , obati dengan
kontraktilitas.
unloaders preload seperti nitrat dan diuretik.
d. Peningkatan denyut jantung, obati dengan digoksin untuk menurunkan denyut
c. Penurunan
jantung. kontraktilitas, obati dengan dobutamin atau digoksin untuk
meningkatkan kontraktilitas.
d. Peningkatan denyut jantung, obati dengan digoksin untuk menurunkan
114 denyut jantung.
131
4. Jika ada respon yang buruk terhadap perawatan medis, tanyakan pertanyaan- pertanyaan
berikut:
a. Apakah perawatan medis telah dimaksimalkan?
b. Apakah ada pilihan bedah untuk pasien misalnya re askularisasi untuk AD atau
penggantian katup untuk lesi katup.
Catatan: Pada tulisan ini, hanya ada dua kasus transplantasi jantung di Filipina. Kedua pasien
meninggal dalam waktu satu tahun operasi.
115
BAB 16
SYOK KARDIOGENIK
BAB 16
SYOK KARDIOGENIK
Etiologi
Tanda syok
Pengobatan
116 133
6. asukan an- A kateter tekanan ena sentral sebagai alternatif
Sasaran PCWP = 18 mmHg
PCWP <18 mm Hg, diberikan cairan
PCWP > 18 mm Hg, gunakan agen inotropik
7. lntra-aortic baloon pump insertion
8. Untuk infark miokard akut:
Pertimbangkan (1) terapi trombolitik (<30% tingkat keberhasilan) atau (2) ka-
teterisasi jantung dengan angioplasty koroner darurat atau operasi bypass (keber-
hasilan <40%).
Prognosis:
Kurang dari 30% tingkat kelangsungan hidup untuk syok kardiogenik. Prognosis yang
sangat buruk.
117
BAB 17
BAB 17JANTUNG ARITMIA
PENDERITA PENYAKIT
BAB 17
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG ARITMIA
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG ARITMIA
A. Sistem Konduksi
A. Sistem Konduksi interventrikuler:
interventrikuler:
Gambar 17-1. Sistem
Gambar 17-1. Konduksi
Sistem Konduksi
A. Sistem Konduksi
- Simpul Simpulinterventrikuler:
sino-atrium
- sino-atrium atauatau sinusnode
sinus node
Interventrikuler
Interventrikuler
- - Simpul
Sistem-sino-atrium
konduksi atau
ruas
Sistem konduksi ruassinus node
- - Sistem
Simpul konduksi
- atrio ruas
Simpulentrikular
atrio entrikular
- - impul atrio
Berkas- His entrikular
(Common
Berkas His (CommonBundle)
Bundle)
- - Berkas
Berkas-His (Common
cabang
Berkas kanan
cabang Bundle)
kanan
- Berkas
Jaringan cabang
yangkanan
Jaringanmenghubungkan
yang menghubungkan
Jaringan yang
Sistemmenghubungkan
Sistem Purkinye Purkinye
BerkasPurkinye
- Sistem cabang kiri kiri
- Berkas cabang
Di isicabang
- Berkas anteriorkiri permukaan)
Di isi anterior permukaan)
DiDiisiisianterior
posteriorpermukaan
permukaan)
Di isi posterior permukaan)
Di isi posterior permukaan
135
135
118
Tabel 17-1. Klasifikasi Aritmia Jantung
I. Gangguan Formasi Impuls
A. Gangguan formasi sinus impuls
(Sinus Node Dysfunction)
1. Sinus takikardi
2. Sinus bradikardi
3. Sinus aritmia
4. Sinus penangkapan (jeda atau berhenti)
B. Gangguan formasi ektopik impuls
1. Asal atrium
a. Kontraksi atrium prematur (ekstrasistol)
b. Reentrant takikardi atrium
c. akikardia atrium dengan blok A
d. Atrial flutter
e. Fibrilasi atrium
f. Mekanisme atrium ektopik
g. Wandering atrial pacu jantung
h. Takikardi atrium multifokus
2. Asal A- junctional
a. Kompleks junctional prematur
b. A- irama junctional
c. Paroxysmal takikardi supra entrikular
. Asal entrikel
a. Kontraksi entrikel prematur ekstrasistol
b. Rhytm Idioventricular
c. akikardi entrikel
d. ibrilasi entrikel
II. Gangguan Konduksi
A. Sinoatrial Block (Sinus Exit Block)
B. A Nodal Block
1. Tingkat pertama nter al > 0,20 detik)
2. Tingkat kedua
a. Jenis Mobitz
i. Mobitz tipe I (Wenckebach)
ii. Mobitz tipe II
b. Jenis fixed high grade
3. Tingkat ketiga atau blok jantung komplit
C. Blok intra entrikular
1. Blok berkas cabang kanan
2. Blok berkas cabang kiri
3. Blok trifasikular
4. Blok intra entrikular non spesifik
D. Pre-eksitasi entrikular
III. Irama alat pacu jantung
136
119
Tabel 17-2. Ringkasan karakteristik aritmia
Tabel 17-2. Ringkasan karakteristik aritmia
Tipe aritmia Gelombang P Kompleks QRS
Atrial flutter 200-400 Reguler Pola gigi hiu 75-175 Umumnya Normal
(gelombang F) reguler
120 137
Tabel 17-3.
Tabel 17-3. Ringkasan
Ringkasan karakteristik
karakteristik aritmia (lanjutan)
aritmia (lanjutan)
121
Onset mendadak, cepat, teratur Takikardi supra entrikular atau takikardi
entrikel
Onset mendadak, cepat Fibrilasi atrium paroksismal
Diasosiasikan
Sesekali "sandal dengan nyeri dada
jepit", "denyut Keadaan cemas,
Denyut prematur prolaps katup
atau PAC)
dilewati"
atipikal mitral dan sindrom hiper entilasi
139
122
139
Irama sinus normal
GangguanPembentukan
I. Gangguan PembentukanImpuls
Impuls
A. Gangguan
Gangguan
I. Gangguan
A. pembentukan
Pembentukan impulssinus
Impuls
pembentukan impuls sinus
1. Sinus
A.
1. Sinustakikardi
I. Gangguan
Gangguantakikardi
Pembentukan Impuls
pembentukan impuls sinus
A. Gangguan
1. Kriteria
Sinus pembentukan impuls sinus
takikardi
untuk diagnosis sinus takikardi:
1. Sinus takikardi
KriteriaAdanya
untuk diagnosis
irama sinussinus takikardi:
KriteriaAdanya
untuk diagnosis sinus takikardi:
iramadidahului
sinus
Setiap QRS oleh identik P dengan gelombang P sinus
Adanya
Setiap iramadidahului
QRS sinus oleh identik P dengan gelombang P sinus
yang normal
Setiap
yang QRS didahului oleh identik P dengan gelombang P sinus
normal
Denyut Jantung 100-160 kali/menit
yang
Denyutnormal
Jantung 100-160 kali/menit
Perawatan: regular tidak ada, kecuali gejala, mengobati penyakit yang
Denyut
Perawatan:
mendasari Jantung
regular
misalnya: tidak100-160
obat-obatan, kali/menit
ada, kecuali gejala, mengobati
obat perangsang, anemia,penyakit yang
hipo olemia,
Perawatan:
mendasari regular tidak
misalnya:
dan lain-lain. ada, kecuali
obat-obatan, gejala, mengobati
obat perangsang, anemia,penyakit yang
hipo olemia,
mendasari misalnya: obat-obatan, obat perangsang, anemia, hipo olemia,
dan lain-lain.
2. Sinus bradikardi
2. dan
Sinus bradikardi
lain-lain.
2. Kriteria
Sinus bradikardi
untuk mendiagnosis sinus bradikardi:
2. Sinus bradikardi
KriteriaAdanya
untuk mendiagnosis
irama sinus sinus bradikardi:
KriteriaAdanya
untuk mendiagnosis
sinus sinus
iramadidahului bradikardi:
Setiap QRS oleh identik P dengan gelombang P sinus
Adanya iramadidahului
Setiapnormal
QRS sinus oleh identik P dengan gelombang P sinus
yang
Setiap
yang QRS didahului oleh identik P dengan gelombang P sinus
normal
Denyut Jantung <60 kali/menit
yang
Denyut normal
Jantung
Perawatan: regular tidak<60
ada,kali/menit
kecuali kalau ada gejala
Denyut
Perawatan: Jantung
regular tidak<60
ada,kali/menit
kecuali kalau ada gejala
3. Sinus aritmia
Perawatan: regular tidak ada, kecuali kalau ada gejala
3.Kriteria
Sinus aritmia
untuk mendiagnosistanda dari sinus aritmia:
3. Sinus aritmia
3. Sinus aritmia
KriteriaAdanya
untuk mendiagnosistanda
irama sinus dari sinus aritmia:
KriteriaAdanya
untuk mendiagnosistanda dari sinus aritmia:
Inter al irama bersinus
ariasi lebih dari persen atau 2 msecs atau
Adanya
Inter al irama sinus
kotak kecil ber ariasi lebih dari persen atau 2 msecs atau
Inter
kotak al ber ariasi lebih dari persen atau 2 msecs atau
Phasic,kecil
terlihat bentuk nonfasik dan entrikular fasik
kotak
Phasic, kecil
terlihat
Perawatan: regular tidakbentuk
ada nonfasik dan entrikular fasik
Phasic,
Perawatan: terlihat
regular tidakbentuk
ada nonfasik dan entrikular fasik
Perawatan: regular tidak ada
123
140
140
4. Henti Sinus
Kriteria untuk
4. Henti diagnosis henti sinus:
Sinus
4. Henti Sinus
Sebuah irama sinus terganggu oleh perpanjangan siklus P-P
Kriteria untuk diagnosis henti sinus:
secara tiba-tiba.
Sebuah irama sinus terganggu oleh perpanjangan siklus P-P
Durasi panjang inter al -P ber ariasi dan bukan seluruh nomor
secara tiba-tiba.
kelipatan siklus sinus dasar, dan inter al terpendek tersebut
Durasi panjang inter al -P ber ariasi dan bukan seluruh nomor
biasanya sedikit kurang siklus sinus.
kelipatan siklus sinus dasar, dan inter al terpendek tersebut
Pengobatan:
biasanya sedikit kurang siklus sinus.
Tidak ada, kecuali gejala, mungkin alat pacu jantung penyisipan untuk
Pengobatan:
gejala atauada,
Tidak sering jeda lebih
kecuali gejala,dari 2-3 detik.
mungkin alat pacu jantung penyisipan untuk
gejala atau sering jeda lebih dari 2-3 detik.
Sindrom sinus:
Aritmia
Sindrom sinus:ini meliputi (a) penangkapan sinus 3 detik atau keluar
sinus blok,ini(b)meliputi
Aritmia Bradikardi sinus persisten
(a) penangkapan sinusdan, (c) pergantian
3 detik atau keluar
sinus blok,paroxysmal
bradiaritmia (b) Bradikardi sinus persisten
dan takikaritmia dan, (c) pergantian
(takikardi-bradikardi,
bradiaritmia paroxysmal dan takikaritmia (takikardi-bradikardi,
sindrom)
sindrom)
Pengobatan: Kemungkinan insersi pacemaker.
Pengobatan: Kemungkinan insersi pacemaker.
124
141
141
b.Takikardi atrium reentrant
b. Takikardi atrium reentrant
b.Takikardi
b.Takikardi atrium reentrant
atrium reentrant
Kriteria untuk diagnosis takikardi atrium reentrant
Kriteriauntuk
Kriteria untukdiagnosis
diagnosis takikardi
takikardi atrium
atrium reentrant
reentrant
Onset dari aritmia dengan depolarisasi atrium prematur dan
Onset dari
Onset dari aritmia
aritmia dengan
dengan depolarisasi
depolarisasi atrium prematur dan
penghentian dengan jeda.
penghentiandengan
penghentian dengan jeda.
jeda.
Sebuah sukses reguler gelombang P yang berbeda dalam morfologi
Sebuah sukses
Sebuah sukses reguler
reguler gelombang
gelombang PP yang
yang berbeda
berbeda dalam morfologi
dari gelombang
gelombangPP
darigelombang
dari
sinus,
P sinus, biasanya
sinus, biasanya tegak
biasanya tegak di
tegak di lead
lead II dan
di lead dan II
II dan
dan terbalik
terbalik di
di
sadapan
sadapan aaa
sadapan ,,, pada
pada tingkat
pada tingkat
tingkat 222 -250
-250 kali/menit dengan
-250 kali/menit dengan 1:1
1:1
atrio entrikular
atrio entrikular
atrio konduksi.
entrikularkonduksi.
konduksi.
Pengobatan: sama
Pengobatan:sama
Pengobatan: seperti
samaseperti takikardi
seperti takikardi atrium
takikardi atrium bawah.
atrium bawah.
bawah.
d. Atriald.d.Flutter
AtrialFlutter
Atrial Flutter
d. Atrial Flutter
Kriteriauntuk
Kriteria untukdiagnosis
diagnosis atrial
atrial flutter
flutter
Kriteria untuk diagnosis atrial flutter
PPgelombang
gelombangtidak
tidak hadir
hadir
FPF gelombang tidak
untukhadir
(huruf FF untuk
(huruf getaran gelombang)
getaran gelombang) gelombang yang hadir.
FGelombang
(huruf F FFuntuk
Gelombang getaran
memiliki
memiliki tarifgelombang)
tarif gelombang
200 sampai
200 sampai 400 per yang
menithadir.
dan
Gelombang
homogen F memiliki
homogen dalam
dalam morfologi tarif
morfologi 200 sampai
dan panjang
dan panjang siklus.400
siklus. per membentuk
Mereka menit dan
homogen
polayang
pola dalam
disebutmorfologi
yangdisebut dan panjang siklus. Mereka membentuk
gigi gergaji.
gigi gergaji.
pola yang
Pengobatan:
Pengobatan: disebut
digitalis,
digitalis, gigisyok,
DC
DC gergaji.
syok, propranolol, erapamil atau adenosin.
propranolol,
Amlodaronuntuk
Amlodaron
Pengobatan:untuk kasus-kasus
kasus-kasus
digitalis, resisten.
resisten.
DC syok, Tidak perlu
Tidak perluerapamil
propranolol, untuk antikoagulasi.
atau adenosin.
Amlodaron untuk kasus-kasus resisten. Tidak perlu untuk antikoagulasi.
125
14
14
e. Atrial
e. Atrial Fibrilasi
Fibrilasi
e.
e. Atrial
Atrial Fibrilasi
Fibrilasi
Kriteria untuk diagnosis fibrilasi atrium:
Kriteria
Kriteria untuk
untuk diagnosis
diagnosis fibrilasi
fibrilasi atrium:
atrium:
Tidak ada gelombang P
Tidak
Tidak ada
ada gelombang
gelombang PP
Adanya gelombang F (huruf F untuk getaran gelombang).Gelombang
Adanya
Adanya gelombang
gelombang FF (huruf
(huruf FF untuk
untuk getaran
getaran gelombang).Gelombang
gelombang).Gelombang
F memiliki tingkat > 350 per menit dan heterogen dalam morfologi
F
F memiliki
memiliki tingkat
tingkat >> 350
350 per
per menit
menit dan
dan heterogen
heterogen dalam
dalam morfologi
morfologi
dan panjang siklus
dan
dan panjang
panjang siklus
siklus
Adanya irama entrikel tidak teratur atau inter al
Adanya irama entrikel tidak teratur atau inter al
Adanya irama entrikel tidak teratur atau inter al
engobatan digitalis, erapamil atau adenosin untuk kontrol detak jantung,
engobatan digitalis, erapamil atau adenosin untuk kontrol detak jantung,
engobatan digitalis, erapamil atau adenosin untuk kontrol detak jantung,
antikoagulan yang dibutuhkan.
antikoagulan yang dibutuhkan.
antikoagulan yang dibutuhkan.
f. Irama
f. Irama Atrium
Atrium Ektopik
Ektopik
f. Irama Atrium Ektopik
f. Irama Atrium Ektopik
Kriteria untuk diagnosis ektopik irama atrium:
Kriteria untuk diagnosis ektopik irama atrium:
Kriteria untuk diagnosis ektopik irama atrium:
Gelombang P terbalik di lead , , dan a dan tegak lurus a .
Gelombang P terbalik di lead , , dan a dan tegak lurus a .
Gelombang P terbalik di lead , , dan a dan tegak lurus a .
Berkisar 50-80 kali/menit
Berkisar 50-80 kali/menit
Berkisar 50-80 kali/menit
Onset bertahap dan penghentian
Onset bertahap dan penghentian
Onset bertahap dan penghentian
Pengobatan: Tidak ada
Pengobatan: Tidak ada
Pengobatan: Tidak ada
2. Asal A Junctional:
2. Asal A Junctional:
2. Asal A Junctional:
a. Premature Junctional complexes (PJC)
a. Premature Junctional
a. Premature complexes
Junctional (PJC) (PJC)
complexes
Kriteria untuk diagnosis dini depolarisasi atau kompleks Junctional:
Kriteria untuk diagnosis dini depolarisasi atau kompleks Junctional:
Sebuah supraventricular QRS kompleks dini
Sebuah supraventricular QRS kompleks dini
Didahului oleh gelombang P retrograde, berhasil, atau superimposes
Didahului oleh gelombang P retrograde, berhasil, atau superimposes
pada kompleks QRS
pada kompleks QRS
Pengobatan: Tidak ada.
Pengobatan: Tidak ada.
b. rama A Junctional
b. Irama A Junctional
b. Irama A Junctional
Kriteria untuk diagnosis irama junctional atrio entrikular:
Kriteria untuk diagnosis irama junctional atrio entrikular:
hasil reguler kompleks supra entrikular pada
hasil reguler kompleks supra entrikular pada
tingkat 40 sampai 60 kali/menit
tingkat 40 sampai 60 kali/menit
lurus s a dan terbalik di lead , dan
lurus s a dan terbalik di lead , dan
a dan dapat lebih dulu berhasil atau memperparah
a dan dapat lebih dulu berhasil atau memperparah
QRS kompleks
QRS kompleks
Pengobatan: Tidak ada kecuali gejala, dalam hal ini diberikan atropin.
Pengobatan: Tidak ada kecuali gejala, dalam hal ini diberikan atropin.
c. c.akikardi
Takikardi
upraupra entrikular:
entrikular Jenispaling
Jenis yang yang umum
palingadalah
umum adalah re-
re-entry
nodus nodus
entry A A
127
Gambar 17-2. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel yang cepat. Mungkin terkait dengan
tingkat depresi ST pada V4 ke V6 atau akibat iskemia
128
engobatan supra entrikular takikardi aling sering nodus A jenis re-entry, tetapi
pengobatan
Gambar mungkin juga berlaku
17- .takikardia untuk fibrilasi
supra entricular, kan deatrium, atrium
iasi aksis dan bergetar, atau
kemungkinan
takikardi atrium)
hipertrofi entrikel kanan karena terus-menerus gelombang di ke 6
Catatan:
1. Digoksin dan kardio ersi listrik adalah pilihan paling aman pada pasien
dengan hipotensi atau gagal jantung yang signifikan.
2. Aturan umum untuk kardio ersi listrik: Setiap takikardi yang menghasilkan
hipotensi, gagal jantung, atau angina dan tidak segera ditangani medis harus
. entricular
dihentikan di rigin
elektrik.
a. rematur Kontraksi entrikel
Gambar - .takikardia supra entricular, kan de iasi aksis dan kemungkinan hipertrofi entrikel
3. Asal entrikel
kanan karena terus-menerus gelombang di ke 6
a. Kontraksi entrikel prematur
. Asal entrikel
3. Asal Kriteria untuk diagnosis dini kontraksi
a.entrikel
Kontraksi entrikel prematur
entrikel atau kompleks
Lown’s Grading
147129
Kelas: 0 o
1a < 30 kali/jam atau < 1 kali/menit
1b > 1 kali/menit
2 > 30 kali/jam
memiliki lebar > 120 msec
Eksitasi retrograde atrium mungkin atau tidak mungkin terjadi
Diinterpolasi, unifokal, dan terlihat bentuk-bentuk multifokal.
Lown’s Grading
Lown’s0Grading
Kelas: o
Kelas: 0 1ao < 30 kali/jam atau < 1 kali/menit
1a
1b < >30/jam atau < 1/menit
1 kali/menit
1b
2 > >1/menit
30 kali/jam
23 > beraneka
30/jam ragam, bigemini atau trigemini
34a beraneka ragam, bigeminy atau
berturut-turut 2) trigeminy
4a
4b sal berturut-turut
os unsustained 2) ventricular tachycardia
4b salatau
os unsustained ventricular tachycardia
berturut-turut
5 atau
R dalam berturut-turut
fenomena T
5 R dalam fenomena T
130
148
Gambar 17-4.Faktor-faktor yang mungkin Pengaruh Dimulainya
farmakologis Pengobatan dalam Pasien dengan Kontraksi ventrikel
prematur.(EPS - elektropsikologi Study, EF - Ejection Fraksi oleh 2-D
Ekokardiografi.
b. Irama idioventricular
b.Irama
Iramaidioventricular
idio entrikular
b.
14
c. akikardia
c.Takikardia entrikel
entrikel
131
14
d. ibrilasi entrikel
d. ibrilasi entrikel
Gambar
Gambar 17-6.
17-6. TakikardiVentrikel
Takikardi Ventr
1 0
132
1 0
151
Gambar 17-7. Fibrilasi ventrikel. Urutan yang biasa pada pasien yang menderita serangan
jantung adalah ventrikel takikardi, diikuti oleh fibrilasi ventrikel, kemudian asistol.
B. A blok nodal
B. A blok nodal
. Gelar ertama A block
1. Gelar ertama A block
Gambar 17-8. Right bundle branch block BBB . gelombang in ersi di lead - 2 adalah
bagian dari perubahan repolarisasi yang normal terlihat pada RBBB. Ini biasanya salah membaca
sebagai anteroseptal dinding iskemia.
Gambar 17-9. Left Bundle Branch Block (LBBB). Dua temuan yang merupakan bagian dari pola BBB
lengkap sering disalahartikan. ertama, memimpin , 6, l dan A biasanya menunjukkan in ersi
gelombang T dan sedikit depresi ST. Ini adalah bagian dari yang normal perubahan repolarisasi terlihat pada
BBB dan tidak boleh dibaca sebagai dinding lateral iskemia. Kedua, di lead - , ada gelombang kecil
dan 2- mm ele asi. ni disebut sebagai pola pseudo-infark dilihat secara lengkap BBB dan tidak selalu
menunjukkan dinding anteroseptal akut Ml.
134
6, dan A biasanya menunjukkan in ersi gelombang dan sedikit depresi
ST. Ini adalah bagian dari perubahan yang normal repolarisasi terlihat pada BBB
dan tidak boleh dibaca sebagai iskemia dinding lateral. Kedua, di lead - ,
ada
6, gelombang
dan A Rbiasanya
kecil danmenunjukkan
ele asi 2-3in mm.
ersi Ini disebut sebagai
gelombang pola pseudo-
dan sedikit depresi
infark dilihat secara lengkap BBB dan tidak selalu menunjukkan dinding
ST. Ini adalah bagian dari perubahan yang normal repolarisasi terlihat pada BBB
anteroseptal IMA.
IMA.
dan tidak boleh dibaca sebagaianteroseptal
iskemia dinding lateral. Kedua, di lead - ,
ada gelombang R kecil dan
2.berkas
Complete bundel elecabang
kiri asi 2-3 mm. Ini disebut sebagai pola pseudo-
blok
2.
2. Blok
Blok berkas cabang
cabang kiri
kiri lengkap
lengkap
infark dilihat secara lengkap BBB dan tidak selalu menunjukkan dinding
Kriteria anteroseptal IMA.
Kriteria untuk
untuk diagnosis
diagnosis blok
blok berkas
berkas cabang
cabang kiri
kiri lengkap
lengkap BBB
BBB
Durasicabang
Durasi QRS
2. Blok berkas QRS adalah 0,12 detik atau lebih
kiri lengkap
adalah 0,12 detik atau lebih
KriteriaKompleks
Kompleks
QRS yang
untuk diagnosis blok berlekuk
QRS yang
dan pecah
berkas cabang
berlekuk
dan memiliki
kiri lengkap
dan pecah BBBQS
dan memiliki
atau
QS atau
rDurasi
defleksi
QRSdalam
adalahmemimpin
0,12 detik atau lebih
r defleksi dalam memimpin
Pengobatan: tidak ada, tetapi BBB sering dikaitkan dengan penyakit
Kompleks
Pengobatan: tidak QRS
ada, yang
tetapiberlekuk dan pecah
BBB sering dan memiliki
dikaitkan QS atau
dengan penyakit
arteri koroner.
r defleksi dalam memimpin
arteri koroner.
Pengobatan: tidak ada, tetapi BBB sering dikaitkan dengan penyakit
.arteri
Blok.koroner.
ntra
Blok entrikular onspesifik
ntra entrikular onspesifik
. Blok ntra entrikular onspesifik
Kriteria untuk diagnosis blok intra entrikular nonspesifik atau cacat
Kriteria untuk diagnosis blok intra entrikular nonspesifik atau cacat
.konduksi D
Blok ntra entrikular onspesifik
konduksi D
KriteriaQRS durasi
untuk kompleks
diagnosis blokmelebihi 0,10 detiknonspesifik atau cacat
intra entrikular
QRS
Tidakdurasi
adanya kompleks melebihi
karakteristik EKG0,10
khasdetik
blok berkas cabang kanan
konduksi D
Tidak
dan adanya karakteristik
kiriEKG0,10
khas blok berkas cabang kanan
QRSblok berkas
durasi cabangmelebihi
kompleks detik
dan blok
Pengobatan: Tidakberkas
ada cabang kiri
Tidak adanya karakteristik EKG khas blok berkas cabang kanan
Pengobatan: Tidak ada
dan blok berkas cabang kiri
4. Blok Trifasikular
4. Pengobatan: Tidak ada
Blok Trifasikular
Kriteria untuk diagnosis blok trifasikular:
Blok Trifascicular
4. Trifasikular
4. Kriteria untuk dari
Setiap Blok blok trifasikular:
diagnosis
kombinasi berikut mungkin hadir:
BBBSetiap
Kriteria untukAdari
B kombinasi
A blok
diagnosis Blocktrifasikular:
berikut mungkin hadir:
2 BBB
BBB B A
A Block (1 + 1 + 1)
SetiapAdari
B kombinasi
Blockberikut mungkin hadir:
Pengobatan:
2 BBB dapat dilakukan penyisipan alat pacu jantung terutama jika
BBB A BB A A Block
Block (1 + 1 + 1)
dikaitkan dengan
Pengobatan: IMA.
dapat
2 BBB B dilakukan
A Blockpenyisipan
(1 + 1 + 1)alat pacu jantung terutama jika
dikaitkan dengan
Pengobatan: dapatIMA.
dilakukan penyisipan alat pacu jantung terutama jika
dikaitkan dengan IMA.
1 4
1 4
1 4
135
D. entricular pra-eksitasi
D. entrikular pra-eksitasi
136 1
1
Gambar 17-11. Pacu jantung Rhythm.Alih-alih gelombang p, ada paku alat pacu jantung terlihat sebelumnya
setiap kompleks . Karena kontraksi berasal dari entrikel, kompleks muncul sebagai berturut-
turut.Untuk alasan ini, kita tidak dapat membaca tracing di atas sebagai dinding Gunung anterior Membaca
lengkap adalah alat pacu jantung irama pada 70 denyut per menit dengan menangkap baik.
Gambar 17-11. Irama pacu jantung.
137
1
Tabel 17-5. Farmakologi Klinis obat anti-aritmia
Klasifikasi Obat generik Indikasi Regimen dosis Waktu paruh Rute eliminasi
umum yang disarankan
IA Qinidin bisulfat 200-400mg 6-7 jam Hati, metabolit
(kinidin) Q 8-12 jam PO inaktif
Hati
III Sotalol (sotalex) 160-320 BID/TID 8 jam
Hati hingga
15 menit metabolit inaktif
erapamil isoptin) 2,5- mg 2 jam
80-160mg PO (PO)
Hati, metabolit
Diltiazem (dilzem) 30-120mg 4 jam inaktif
PO
Ginjal
Tidak ada Digoksin (lanoxin) 0,125-0,25 mg PO Jam sampai
kelas hari
138
1
Mempengaruhi AV
node
(biasanya untuk
aritmia
supraventricular):
Mempengaruhiatrium, 1 Digoxin
entrikel Bundle of 2 Beta-blocker
kent untuk supra entricular 3 Adenosine
dan entrikel Aritmia 4. Diltiazem
1. Amiodarone 5. verapamil
2. Sotalol
Mempengaruhi
ventricies (untuk
aritmia ventrikel):
1. lidokain
160
139
BAB 18 BAB 18
ATRIAL FIBRILASI
ATRIAL FIBRILASI
140
Etiologi:
ima enyebab fibrilasi atrium
1. Konsumsi Ethanol (alkohol): "Holiday heart syndrome"
2. Penyakit katup jantung (misalnya: stenosis mitral)
3. Penyakit jantung lskemik
4. Kardiomiopati
5. Tirotoksikosis
D. Patofisiologi AF:
1. Idiopatik
2. Jaringan iskemik
3. Scar
4. Chamber dilatasi (biasanya atrium kiri)
5. ipertrofi
atatan Beta-bloker adalah pengobatan pilihan untuk pengendalian laju berdasarkan patofi-
siologi AF di atas kecuali nomor empat (ruang dilatasi) yang terbaik diobati dengan digoxin.
141
Riwayat Klinis:
Usia dan Insiden Atrial Fibrillation (paling sering ditemui aritmia yang berkelanjutan):
• 0,5% dari penduduk usia 50-59 umum
• 1% dari umum populasi usia > 60
• 5% dari umum populasi usia > 65
• 9% dari umum populasi usia > 80
Catatan: Usia > 75 tahun juga merupakan faktor risiko stroke iskemik tetapi kita lebih berhati-
hati dalam memberikan anti-koagulasi pada orang tua karena peningkatan risiko perdarahan.
Pemeriksaan Fisik:
1. Denyut jantung tidak teratur-tidak teratur
2. ntensitas ariabel
3. olume nadi ariabel
4. idak adanya gelombang di J
Tes Diagnostik:
1. EKG cukup.
2. Ekokardiografi eriksa ukuran atrium kiri, pembentukan trombus, dan petun-
juk untuk etiologi AF.
142
Pendekatan Manajemen
Pendekatan Manajemen
Atrial Fibrilasi
* Tidak ada penyakit jantung yang signifikan termasuk pasien dengan hipertensi dan prolaps
idak ada penyakit jantung yang signifikan termasuk pasien dengan hipertensi dan prolaps
katup mitral.
katup mitral.
Dua masalah utama dalam pengobatan atrial fibrilasi:
Dua
1. masalah
Kardio ersi utama dalam
s kontrol denyutpengobatan atrial fibrilasi:
Gunakan tabel 18-1 sebagai panduan
. Kardio ersi s kontrol denyut
2. Risiko tromboemboli: pada pasien dikelola dengan kontrol denyut, harus kita berikan
Gunakan tabel
antikoagulan 18-1
kronis atausebagai
tidak? panduan
2.a. Risiko
Gambar tromboemboli:
18-1 dan 18-2 pada pasien dikelola
menggambarkan dengan
manfaat kontrol
dan risiko denyut,antikoagulan
pemberian harus kita
atau tidak
berikan antikoagulan kronis atau tidak?
b. Tabel 18-4 menunjukkan risiko stroke iskemik dan terkenal sebagai subset dari
a. Gambar 18-1 dan 18-2 menggambarkan manfaat dan risiko pemberian antikoagulan
berbagai pasien dengan atau tanpa koagulasi.
atau tidak
b. Tabel 18-4
Berdasarkan datamenunjukkan
di atas, dokterrisiko stroke
kemudian iskemik
harus dan terkenal sebagaisubset
menggunakan/penilaian dari
klinis keduanya,
berbagai
pasien harus (1)pasien dengan
kardio atau tidak
erter atau tanpa(2)
koagulasi.
diberikan antikoagulan atau tidak. Aspirin juga
dapat digunakan sebagai alternatif pada beberapa pasien.
143
Tabel 18-1. Keuntungan dan Kerugian dari Kardioversi dibandingkan Kontrol
Denyut untuk Atrial Fibrilasi
144
16
Tabel 18-2. Obat yang digunakan untuk kardioversi medis termasuk direct current
(DC) dan placebo
Obat Kelas Dosis aju kon ersi Waktu hingga
akut kardio ersi
Untuk pasien dengan atau tanpa penyakit jantung signifikan (mis. Pasca IMA, unstable
angina atau penyakit katup jantung)
1. Amiodaron III mg dalam 50-60% 8-24 jam
(cordaron) menit kemudian 300-
750 mg dalam 24
jam; 200-400 mg PO
perawatan
2. Esmolol , mg kg dalam
II (beta bloker) menit 3- menit
5- mg i dalam m 2
3. erapamil menit loading dosis 3- menit
Untuk pasien dengan penyakit jantung
Digoksin Tidak terklasifikasi 0,25 mg- , mg i menit untuk i ,
loading dosis, 0,25 mg 2 jam untuk PO
PO dosis perawatan
16
145
Obat Kelas
5- mg i dalam m 2 Onset aktif
Dosis
3. erapamil
Untuk pasien tanpa penyakit jantung menit loading dosis 3- menit
1. Metoprolol
Untuk II ( betajantung
pasien dengan penyakit bloker) 25- mg jam 1 jam (PO)
Digoksin Tidak terklasifikasi 0,25 mg- , mg i menit untuk i ,
2. Esmolol , mg kg dalam
II (beta bloker) loading
menit dosis, 0,25 mg 23-jam untuk PO
menit
PO dosis perawatan
5- mg i dalam m 2
3. erapamil menit loading dosis 3- menit
Untuk pasien dengan penyakit jantung
Digoksin Tidak terklasifikasi 0,25 mg- , mg i menit untuk i ,
loading dosis, 0,25 mg 2 jam untuk PO
PO dosis perawatan
Gambar 18.1 Manfaat dan Risiko Pemberian antikoagulan. Antikoagulan dengan warfarin
mengurangi insiden stroke iskemik tetapi dengan peningkatan stroke hemoragik dan
perdarahan besar.
Gambar 18.1 Manfaat dan Risiko Pemberian antikoagulan. Antikoagulan dengan warfarin
mengurangi insiden stroke iskemik tetapi dengan peningkatan stroke hemoragik dan
perdarahan besar.
Gambar 18.2.Manfaat dan Risiko Tidak Memberikan Antikoagulan. Tidak ada antikoagulan
menunjukan pasien dalam peningkatan risiko stroke iskemik. Namun, stroke hemoragik dan
perdarahan
Gambar utamadan
18.2.Manfaat dapat berkurang
Risiko Tidak dengan aspirinAntikoagulan.
Memberikan dibandingkanTidak
dengan
adawarfarin.
antikoagulan
menunjukan pasien dalam peningkatan risiko stroke iskemik. Namun, stroke hemoragik dan
perdarahan utama dapat berkurang dengan aspirin dibandingkan dengan warfarin.
16
16
146
Tabel 18-4. Angkah kejadian dan Risiko Stroke Iskemik dan Kejadian Pendarahan
Mayor pada Pasien subset spesifik
A. Angkah kejadian dan Risiko untuk Strokes iskemik:
Angkah kejadian pada pasien dengan irama sinus 0,8% /tahun
↑ Angkah kejadian pada pasien yang tidak memakai warfarin, di AF
AF Tunggal <60 tahun 1% /tahun
AF Tunggal 60-70 tahun 2% /tahun
Pencegahan Primer (non katup AF) 6% /tahun
ekunder encegahan s p A, emboli A 12% /tahun
Katup AF 17%/tahun
↓ Angkah kejadian pada pasien yang memakai warfarin, di AF 1,4%/tahun
Tabel 18-5. Pedoman Umum untuk antikoagulan atau Terapi Anti-platelet bagi
Berbagai Populasi Pasien yang menderita Atrial Fibrilasi
Umur Tidak terdapat Faktor Risiko Faktor Risiko satu atau ebih
untuk Stroke Iskemik
sia tahun Aspirin ** antikoagulan
Usia > 75 tahun Aspirin atau antikoagulan antikoagulan
Catatan: (1) Aspirin diberikan pada 160-325 mg PO setiap hari. (2) Antikoagulan dengan
warfarin diberikan untuk mencapai ProTime INR dari 2,0 - 3,0 (3) Pada lansia, antikoagulan
dosis rendah dengan warfarin untuk mencapai ProTime INR 1,5 - 2,0 mungkin memberikan
beberapa perlindungan sekaligus mengurangi risiko untuk kejadian pendarahan besar.
* Faktor risiko untuk stroke iskemik meliputi infark sebelumnya, A, A episode
sebelumnya, penyakit katup jantung yang signifikan, penyakit arteri koroner, gagal jantung,
hipertensi, diabetes dan pembesaran atrium kiri.
** Pasien berusia kurang dari 60 tahun dengan struktur jantung normal dan tidak ada faktor
risiko (AF Tunggal) mungkin tidak memerlukan pengobatan apapun karena risiko emboli
166
rendah (1% per-tahun)
147
BAB19
BAB 19
PACU
PACUJANTUNG
JANTUNG
Indikasi A.
untuk penyisipan
Indikasi untuk pacu jantung
penyisipan pacutetap (berdasarkan
jantung pedoman ACC/AHA):
tetap (berdasarkan pedoman
1. BlokACC/AHA):
jantung komplet, permanen atau intermiten dengan salah satu dari Berikut
komplikasi:
1. Blok jantung komplet, permanen atau intermiten dengan salah satu dari
a. Gejala bradikardia
Berikut komplikasi:
b. Gagala. jantung kongestifbradikardia
Gejala bradikardia untuk Bradikardia
c. Kondisi yangjantung
b. Gagal memerlukan perawatan
kongestif untuk dengan obat yangmenekan irama
Bradikardia
entrikel yang yang
c. Kondisi menghilang
memerlukan dengan sinkop berulang enekan entrikel
d. Asistol melarikan detik diri
atautekanan
denyutsinusentrikular yang menghilang
karotis irama per menit
e. Menenangkan
d. Asytole mental pasien dengan alat pacu temporer
2. Blok jantung lengkapmental
e. Confussion persisten atau blok A lanjut tingkat dua yang terjadi
yang membersihkan.
selama 2. infark miokoard
ersistent dan tetap
blok jantung lengkapberlangsung.
atau maju tingkat dua blok A yang
3. Bi- atau terjadi
trifaskular
selamablok kronik
miokoard dengan
infark salah
dan ttap satu dari berikut ini:
berlangsung.
a. Blok jantung
3. Chronic bi -lengkapyang
atau trifascularterputus-putus
blok dengan salah satu dari berikut:
b. obit tipe
a. Intermittent Ablok Blok
jantungderajat
lengkap kedua yang terkait dengan bradikardi
simtomatik
b. Mobitz tipe II kedua - derajat A Blok yang terkait dengan bradikardia
4. Disfungsi sinus node dengan dokumentasi bradikardi simtomatik.
simtomatik.
5. Sindroma sinus
4. Sinus karotis
disfungsi hipersensitif
simpul dengan sinkop
dengan dokumentasi yang
bradikardi berulang dan asistol>3
simtomatik.
detik 5.
yang dipicu oleh
Hipersensitif tekanan
sindrom sinussinus karotid
karotis yang
dengan danminim.
asytole > Pengobatan
dengan obat yang 3 detik dipicu oleh minimal.
Indikasi untuk pemasangan pacu jantung temporer:
1. Untuk perawatan sementara blok jantung lengkap sebelum dan selama
implantasi atau pacu jantung permanen
2. Dengan A, terjadinya blok jantung lengkap, blok A lanjutan derajat kedua,
Mobitz tipe II, blok jantung bifasikular atau trifasikular baru
170
3. Selama prosedur bedah umum atau kateterisasi jantung di berisiko tinggi pada pasien
4. Overdrive aritmia entrikel.
148
3. Selama prosedur
3. Selama bedah
prosedur umum
bedah atauatau
umum kateterisasi jantung
kateterisasi padapada
jantung pasien risiko
pasien risiko
tinggitinggi
4. Overdrive aritmia
4. Overdrive entrikel
aritmia entrikel
Tabel 19-1.19-1.
Tabel KodeKode
untuk PacuPacu
untuk jantung Mode
jantung Mode
Ruang
Ruang paced
paced Ruang
Ruang sensed
sensed Respon
Respon penginderaan
penginderaan
entricular
entricular entricular
entricular I = Inhibited
I = Inhibited
A = Atrium
A = Atrium
D = Double A=A = Atrium
Atrium T = TTriggered
= Triggered
D = Double
Atrium
Atrium dan dan entrikelD = D
entrikel = Double
Double D =DDoule
= Doule
Atrium
Atrium dan dan entrikel) O =O
entrikel) = tidak
tidak ada ada
O=O = Tidak ada
Tidak ada
169
169
149
BAB
BAB20
20
HIPERTENSI
HIPERTENSI
Definisi Istilah
Komplikasi
Hipertensi emergensi
Hipertensi primer s sekunder
Pemeriksaan fisik
Petunjuk pada Secondary Hipertensi
Klasifikasi INC - Z
Tes Diagnostik
Pendekatan Pengobatan
Pilihan Obat
Kriteria diagnosis
A. Definisi Istilah:
1. Hipertensi
Hipertensi Sistemik:esensial
Setidaknya(Primer atau idiopatik):
salah satu dari dua kriteria berikut ini ada:
Peningkatan tekanan darah tanpa mengetahui penyebabnya.
. ekanan darah sistolik mm g pada dua tempat terpisah
2. Hipertensi sekunder :
2. ekanan darah diastolik
Peningkatan tekanan 9 mmakibat
darah g pada dua tempat
diketahui terpisah
penyebab yang didefinisikan.
3. Penyakit jantung karena hipertensi
Definisi Istilah:
Buktinya dari hipertophy entrikel kiri atau gagal entrikel kiri di hadapan
1. Hipertensi Esensial
berkelanjutan sistolik arteri sistemik dan hipertensi diastolik.
(Primer atau idiopatik):
4. Hipertensi labil
Peningkatan tekanan darah tanpa mengetahui penyebabnya.
(Borderline Hipertensi):
2. Hipertensi
Tekanansekunder : kadang-kadang dalam kisaran hipertensi.
areterial yang
Peningkatan
5. Peningkatantekanan darah akibat diketahui penyebabnya ataukasus yang
hipertensi:
diketahui.
Peningkatan baru-baru ini cepat dalam tekanan arteri.
3. Penyakit jantung
6. Hipertensi karena
darurat hipertensiganas:
atau hipertensi (penyakit jantung hipertensi atau penyakit
kardio askular hipertensi
Meningkatnya tekanan sistolik dan tekanan diastolik arteri, atau hipertensi
Bukti dari hipertofi entrikel
terkait dengan kerusakan kiri (edema
organ atau gagal
papil, entrikel kiri pada
encephalopati, kehadiran
eklamsia,
hipertensi sistolik
danlain – dan harus
lain) yang diastolik arteri sistemik
diturunkan berkelanjutan.
dalam satu jam.
. ipertensi abil
Tekanan Arterial yang kadang-kadang bersamaan denganrentang hipertensi.
173
5. Peningkatan hipertensi: Peningkatan aktual dan cepat dalam tekanan arteri
yang melebihi le el sebelumnya.
150
6. Hipertensi Darurat atau Hipertensi malignan: Meningkatnya tekanan sistolik
dan tekanan diastolik arteri, atau hipertensi terkait dengankerusakan organ
yang berbahaya (papilledema, ensefalopati, eklamsia, dan lain-lain) yang harus
diturunkan dalam satu jam.
7. Urgensi hipertensi atau krisis hipertensi:Hipertensi yang tidak terkontrol harus
diturunkan dalam 24 jam. Tidak ada kerusakan akhir organ ini sebagaimana
disebutkan dalamkeadaan darurat hipertensi.
. seudohipertensi kesalahan ele asi D terlihat pada pasien usia lanjut
denganarteri brakialis aterosklerotik, (2) white coat hypertension, atau (3)
ketidakcocokan dalam manset tekanan darah dan lengan pasien.
9. White Coat Hypertension: Pasien cemas yang mendapatkan pembacaan TD
tinggi diklinik dokter.
Pertimbangan umum:
Lima Komplikasi utama dari Hipertensi:
1. Jantung: penyakit jantung iskemik dan gagal jantung
2. Otak: Stroke
3. Ginjal: Gagal ginjal
. embuluh darah enyakit askular perifer
5. Mata: hipertensi retinopati
151
BAB 21
BAB 21
DISLIPIDEMIA
DISLIPIDEMIA
Etiologi
Riwayat
Faktor risiko Positif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diagnostik
Pedoman NCEP
Pendekatan terhadap pengobatan
A. Kriteria Diagnosis:
A. Kriteria Diagnosis:
1. Kolesterol total serum lebih besar dari 2 mg d pada 2 sampel minimal 2 minggu
1. Kolesterol total serum lebih besar dari 200 mg/d pada 2 sampel minimal
terpisah
2 minggu
2. Kolesterol terpisah
D lebih besar dari mg d
2. Kolesterol
3. Kolesterol D kurangD lebih
daribesarmg
dari
d 130 mg/d
3. Kolesterol D kurang dari 40 mg/d
B. Etiologi:
1. Aterosklerosis
B. Etiologi:
2. Genetik
1. Aterosklerosis
3. Diet
2. Genetik
C. Riwayat:
3. Diet
Usia tua
1.
Kelamin
2. laki-laki
C. Riwayat:
Riwayat
3. gangguan
1. Usia tua lipid
Gejala diabetes atau hipotiroidisme
4.
2. Kelamin laki-laki
Faktor risiko positif untuk dislipidemia sebaiknya dicari
5.
3. Riwayat gangguan lipid
D. Faktor risiko positif
4. Gejala dislipidemia:
diabetes atau hipotiroidisme
Catatan:5.nilai
Faktor risiko
1 untuk positif
setiap untuk
iman dislipidemia
risiko yang adasebaiknya dicari
a. sia laki-laki berusia tahun, anita berusia tahun, atau pada anita dengan
menopause dini) positif dislipidemia:
D. Faktor risiko
b. ipertensi tekanan darah 9 mm g pada pengobatan antihipertensif
Catatan: nilai 1 untuk setiap iman risiko yang ada
c. Riwayat keluarga penyakit jantung koroner dini (infark miokard atau kematian
jantung mendadak sebelum usia 55 tahun pada pria relatif tingkat pertama atau
sebelum usia 65 di wanita relatif tingkat pertama)
182
152
d. Masih mengkonsumsi rokok (sepuluh atau lebih rokok per hari)
e. ji laboratorium kolesterol D rendah, kurang dari mg d
Pemeriksaan fisik:
1. idak ada temuan fisik tertentu
2. Obesitas
3. Tendonxanthomas (dislipidemia sekunder)
4. Arcus senilis
5. Telinga lipatan
Tes Diagnostik:
Skrining untuk Dislipidemia
1. Pada pasien tanpa penyakit jantung koroner (CHD):
Program Kolesterol Pendidikan Nasional (2001) merekomendasikan skrining
dengan profil lengkap lipid puasa kolesterol total, kolesterol D , kolesterol
D ,dan trigliserida untuk semua orang de asa berusia 2 tahun atau lebih
setiap 5 tahun sekali dan sebagai ditunjukkan.
153
Skrining untuk dislipidemia
1. Pada pasien tanpa PJK:
The National Cholesterol Education Program (2001) merekomendasikan
skrining dengan profil lipid puasa lengkap (kolesterol total, kolesterol
D , kolesterol D dan trigliserida) untuk semua orang dewasa berusia
20 tahun atau lebih setiap 5 tahun sekali dan seperti yang ditunjukkan.
Pedoman Pengobatan:
154
Pendekatan Pengobatan Dislipidemia:
1. Peraturan penyebab sekunder (lyslipiclemia (familial, diabetes mellitus,
hipotiroidisme, penyakit hati obstruktif, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronis,
multiple myeloma, dan asupan steroid)
2. et tujuan pengobatan untuk sasaran D
3. ulailah dengan pengobatan atau gaya hidup modifikasi non-farmakologis
a. Terapi Diet: moderasi dalam diet, peningkatan asupan ikan dan sayuran
b. Agresif koroner penyakit arteri risiko rediictionz berhenti merokok, hipertensi
kontrol sion, pengobatan aspirin untuk didokumentasikan CHD
c. Penurunan berat badan jika gemuk
d. ingkatkan akti itas fisik
4. Mulai terapi obat jika tidak responsif terhadap pengobatan nompharmacologic.
Statin adalah kelas obat yang terbukti mengurangi angka kematian oleh uji coba
terkontrol secara acak.
155
BAB
BAB2222
DEMAM REMATIK AKUT
DEMAM REMATIK AKUT
156
177
Tabel 22-1. Kriteria Jones untuk demam rematik akut (1992)
Manifestasi mayor Manifestasi minor Bukti pendukung pada
(Mnemonic: CACES) infeksi Streptokokus
kelompok A antecedent
Jika didukung oleh bukti infeksi streptokokus grup A sebelumnya, (+) titer ASO,
kehadiran:
A. Dua manifestasi mayor, atau
B. Satu manifestasi mayor dan dua manifestasi minor, mengindikasikan probabilitas
yang tinggi pada demam rematik akut
* Karditis: (1) murmur signifikan baru biasanya regurgitasi mitral atau regurgitasi
aorta, (2) menggosok gesekan perikardial atau tanda-tanda efusi perikardium, (3)
meningkatkan ukuran jantung, atau (4) gagal jantung kongestif
** Artritis ≥ 2 s di da rmigrasi
Catatan: di negara-negara Asia, manifestasi utama pada kriteria Jones tidak sering
terjadi dibandingkan dengan negara-negara barat.
157
BAB2323
BAB
INFEKTIF ENDOKARDITIS (IE)
ENDOKARDITIS INFEKTIF
Patologi penyakit jantung Katup jantung normal, tidak Katup yang rusak,
ada murmur murmur (+)
158
17
C. Petunjuk klinik diagnosis endokarditis infektif:
C. Petunjuk
1. Demamklinik Diagnosis Endokarditis infektif:
>2 minggu
1.2. Demam >2 minggu
Mengubah murmur organik
2. Mengubah murmur organik
3. Fenomena emboli
3. Fenomena emboli
4. Splenomegali
4. Splenomegali
5.5. Penjelasan
Penjelasananemia
anemia
Node Osler Nodul kecil warna merah menyakitkan pada falang distal
Roth spots Infark retina putih kecil yang dikelilingi oleh perdarahan
159
1
Tabel 23-3. Kriteria diagnosis Duke untuk endokarditis infektif
I. Kriteria untuk endokarditis infektif
a. Dua kriteria mayor, atau
b. Satu mayor dan tiga minor, atau
c. ima kriteria minor menggunakan definisi khusus untuk kriteria ini
sebagaimana tercantum di bawah
d. Kemungkinan temuan endokarditis infektif: temuan yang konsisten
dengan endokarditis infektif yang gagal dari kriteria yang tercantum
di atas
II. Kriteria mayor
a. Hasil kultur darah positif untuk endokarditis infektif
Mikroorganisme yang khas untuk endokarditis infektif: streptokokus
iridan, kelompok HACEK, streptokokus bo is, Stafilokokus aureus,
atau enterokokus yang pulih dari dua atau lebih kultur darah.
b. Hasil studi ekokardiografi positif untuk endokarditis infektif:
Osilasi massa intrakardiak, abses atau dehiscence baru pada katup
prostetik atau regurgitasi katup baru.
III. Kriteria minor: (Mnemonic PF- E
a. Predisposisi kondisi jantung atau suntikkan pada pengguna narkoba
b. Sindrom Febrile
c. Fenomena askular: emboli arteri, sistem perdarahan saraf pusat,
perdarahan konjungti a, lesi Janeway.
d. Fenomena imunologi: kompleks imun glomerulonefritis, faktor
rheumatoid, tes D positif palsu, node Oslers, atau bintik roth
e. Bukti mikrobilogi: hasil kultur darah positif tetapi tidak positif untuk
kriteria mayor
f. Ekokardiogram: memberikan gambaran endokarditis infektif yang
menyebar tetapi tidak positif untuk kriteria mayor.
160
1 1
Dicurigai endokarditis infektif
Dicurigai endokarditis infektif
1
161
1
Indikasibedah
Indikasi bedahsebagai
sebagaipenanganan
penangananpada
padaendokarditis
endokarditisinfektif
infektif::
1. Gagal jantung kongestif refrakter
1. Gagal jantung kongestif refrakter
2. Infeksi
2. Infeksiyang
yangtidak
tidakterkontrol
terkontrol
3. nfeksi
3. nfeksijamur
jamurdengan
dengan egetasi
egetasibesar
besar mm
mm
4.
4. Emboli
Embolisistemik
sistemikberulang
berulang
5.
5. Supuratif pericarditis
Perikarditis supuratif
6. Aneurisma mikotik atau pecahnya sinus dari alsa a
6. Aneurisma mikotik atau pecahnya sinus pada alsa a
I. Profilaksis untuk gigi, mulut, saluran pernapasan bagian atas atau prosedur
esofagus: (organisme gram positif)
A. Oral: amoxisillin 2 g secara oral 1 jam sebelum prosedur. Tidak perlu
untuk ulangi dosis 6 jam kemudian. Anak-anak: 50 mg/kg secara oral 1
jam sebelum prosedur
B. Alergi Penisilin: Klindamisin 600 mg oral 1 jam sebelum prosedur atau
Sefalexin 2 g secara oral 1 jam sebelum prosedur
C. Parenteral: Ampisilin 2 g atau menit sebelum prosedur
II. Profilaksis untuk prosedur gastrointestinal dan genitourinaria:
(organisme gram negatif)
A. Parenteral: Ampisilin 2 g ditambah Gentamisin 1,5 mg/kg IM atau
tidak melebihi 80 mg) 30 menit sebelum prosedur, diikuti dengan
Ampisilin g 6 jam kemudian
B. Alergi Penisilin: ankomisin g infus perlahan-lahan selama 1 jam
ditambah Gentamisin 1,5 mg/kg atau tidak melebihi 80 mg), 1
jam sebelum prosedur
162
1
Prosedur bedah atas
Diafragma:
Sasaran gram (+) organisme
163
Tabel 23-6. Kondisi jantung dan Prosedur Non-jantung Terkait dengan Risiko Endokarditis
l. Jantung kondisi terkait dengan risiko endokarditis
A. Profilaksis endokarditis yang direkomendasikan:
Kategori risiko tinggi: katup jantung prostetik, endokarditis bakteri sebelumnya,
penyakit jantung sianotik bawaan, konstruksi pembedahan shunt paru sistemik atau
saluran.
Kategori risiko sedang: penyakit jantung rematik (disfungsi katup diakusisi),
malformasi jantung kongenital lain (misalnya: D, DA, primum A D, koarktasio
aorta, dan katup aorta bikuspid), kardiomiopati hipertrofi, prolaps katup mitral
dengan MR atau leaflet menebal.
B. Profilaksis endokarditis yang tidak dianjurkan:
Kategori risiko rendah: jenis sekundum pada ASD, prolaps katup mitral tanpa MR,
perbaikan pembedahan A D atau D lebih dari 6 bulan, CABG sebelumya, alat pacu
jantung, defibrilasi kardio erter implan, murmur fungsional.
II. Prosedur penyakit jantung tidak yang terkait dengan risiko endokarditis
A. Profilaksis endokarditis yang direkomendasikan (sedang sampai risiko tinggi)
Saluran pernapasan
Tonsilektomi dan/atau adenoidektomi
Operasi bedah yang melibatkan mukosa pernafasan
Bronkoskopi dengan bronkoskopi kaku
Saluran cerna
Skleroterapi untuk arises esofagus
Cholangiography retrograde endoskopi dengan obstruksi empedu
Operasi saluran empedu
Operasi bedah yang melibatkan mukosa usus
Saluran kemih
Operasi prostat
Sitoskopi
Pelebaran uretra
B. Profilaksis endokarditif yang tidak dianjurkan : (risiko rendah )
Saluran pernapasan
Intubasi endotrakeal
Bronkoskopi dengan bronkoskop fleksibel, dengan atau tanpa biopsi
Insersi selang timpanostomi
Saluran pencernaan
Ekokardiografi transesofageal
Endoskopi dengan atau tanpa biopsi
Saluran urogenital
isterektomi aginal
ersalinan aginal
Operasi caesar
Pada jaringan yang tidak terinfeksi :
Kateterisasi uretral
Dilatasi uretral dan kuret
Aborsi terapeutik
Prosedur strerilisasi
Pemasangan atau pelepasan IUD (intraurine devices)
ainnya
Kateterisasi kardiak
Sirkumsisi
1
164
BAB 24
BAB 24
PENYAKIT JANTUNG KATUP
PENYAKIT JANTUNG KATUP
Jenis penyakit jantung katup Tabel 24-1. Jenis penyakit jantung katup
Fitur untuk diagnosis
1. Stenosis mitral (MS/mitral stenosis)
Etiologi
Mencurigai RHD berdasarkan lesi 2. Mitral regurgitasi atau insufisiensi (MR/mitral
yang terlibat regurgitasi)
Patofisiologi
a. MR Akut
Riwayat sebelumnya
Gejala klinis awal dan pembesaran b. MR kronis
ruang 3. Stenosis aorta
Menentukan keparahan penyakit
berdasarkan pemeriksaan fisik 4. Regurgitasi aorta atau insufisiensi (AR/ AI)
esi regurgitasi akut s kronik a. AR akut
(AR dan MR)
b. AR kronis
Empat pedoman dalam menilai
pasien dengan penyakit jantung 5. Trikuspid stenosis (TS)
katup 6. Regurgitasi trikuspid atau insufisiensi (TR/TI)
Pendekatan terhadap pengobatan
7. Stenosis pulmonal (PS/pulmonic stenosis)
Algoritma untuk manajemen MS,
MR, AS, dan AR 8. Regurgitasi pulmonal atau insufisiensi (PR/PI)
Katup prolaps mitral 9. Katup prolapse mitral
166
c. Pecah korda tendinae
• Trauma
• Infark miokard
d. Gangguan otot papilaris
e. Penyakit jantung iskemik
3. Stenosis Aorta
a. Katup (90% dari semua kasus)
• Penyakit jantung rematik
• Kalsifikasi degeneratif lansia
• Bikuspid katup aorta stenosis/penyakit jantung kongenital
b. ub al ular 9
• ipertrofi kardiomiopati obstruktif
• Berlainan
c. upra al ular
• Masa pertumbuhan
4. Regurgitasi aorta (AR)
a. Penyakit katup
• Penyakit jantung rematik ©
• Endokarditis infektif ©
• Trauma
• Katup bikuspid
b. Penyakit akar aorta
• Penyakit jantung degeneratif
• ifilis
• Sindrom Marfan
• Ankylosing spondylitis
• Aneurisma aorta dengan diseksi
• Hipertensi sistemik
• Arteritis sel raksasa
167
Ankylosing spondylitis
Aneurisma aorta dengan diseksi
Hipertensi sistemik
Arteritis sel raksasa
Tabel 24-2. Waktu untuk menduga penyakit jantung rematik berdasarkan lesi katup
yang terlibat
168
atofisiologi penyakit jantung katup
Patofisiologi penyakit jantung katup
Gambar 24-1. Patofisiologi penyakit jantung katup. (A) normal; (B) stenosis
Gambar 2 - . atofisiologi enyakit Jantung katup. A normal B tenosis mitral menghambat
mitral: MS menghalangi pengisian
mengisi, sehingga meningkatkan tekanan A
, sehinggaregurgitasi
meningkatkan tekanan A
mitral ebagian stroke olume
regurgitasi
dipompa mitral:
kembali kesebagian olume
A pada sistol stroke
menyebabkan dipompa kembali
peningkatan tekananke A A pada
dan sistol curah
menurunkan
jantung. Ditinggikan
menyebabkan A ekanan ditransmisikan
peningkatan tekanan Akembali
dan ke paru-paru dan curah
menurunkan akhirnyajantung.
menyebabkan ke-
gagalan D tenosis aorta A menghasilkan kelebihan tekanan pada karena tekanan yang lebih
Peningkatan tekanan A ditransmisikan kembali ke paru-paru dan akhirnya
besar yang harus dihasilkan untuk memaksa darah melewati katup aorta stenosis; (E) regurgitasi aorta:
menyebabkan
sebagian kegagalan
dari olume stroke yangDdikeluarkan
stenosisselama
aorta:sistol
AS regurgitates
menghasilkan kelebihan
kembali ke selama di-
astole
tekananmenghasilkan
pada olume kelebihan
karena tekanan beban .
yang lebih besar yang harus dihasilkan untuk
169
1
memaksa darah melewati katup aorta stenosis; (E) regurgitasi aorta: sebagian dari
olume stroke yang dikeluarkan selama regurgitasi sistol kembali ke
selama diastol menghasilkan olume kelebihan beban .
C. Riwayat Stenosis Aorta:
C. Riwayat Stenosis Aorta:
Mnemonic: ASH
Mnemonic: ASH
Kelangsungan
Kelangsunganhidup
hidup rata-rata diper
rata-rata tahun daridari
tahun timbulnya
timbulnya gejala di AS
gejala di AS
1.1. Angina:
Angina:5 5tahun
tahun
2.2. Sinkop:
Sinkop:3 3tahun
tahun
.3. Gagal
Gagaljantung
jantung 22tahun
tahun dyspnea
dyspneasaat
saatakti
aktiitas,
itas,ortopnea
ortopnea
Tabel 24-3. Petunjuk katup lesi yang dominan berdasarkan gejala pertama (riwayat
pasien) dan pembesaran jantung (PE, EKG dan CXR)
D. D. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik:
Fisik:
170
Tabel 24-5. Penemuan pemeriksaan fisik pada regurgitasi aorta kronik
Tabel 24-5. Penemuan pemeriksaan
Regurgitasi fisik pada regurgitasi aorta kronik
aorta kronik
Pemeriksaan Regurgitasi
Ringan aorta kronik
Sedang Berat
Pemeriksaan
fisik Ringan Sedang E intak BeratL F
fisik
anda ital Normal dikit E intak L F
anda ital Normal dikit
tekanan denyut
tekanan denyut
Paru-paru Normal Normal Normal Ronki (+)
Paru-paru Normal Normal Normal Ronki (+)
Denyut karotid Normal ri ga upstroke upstroke
Denyut karotid Normal ri ga upstroke
olume olumeupstroke
olume
kolaps kolapsolume
kolaps kolaps
Prekordial Normal Pengangkatan a gkata L a gkata L
Prekordial Normal Pengangkatan
ringan a gkata L (+) thrill
(+) thrill a gkata L
ringan (+) thrill (+) thrill
Aukultasi Murmur Murmur Murmur derajat m rm r
Aukultasi Murmur
derajat 1-2 Murmur
derajat 2-3 >4Murmur derajat m rm
S1, austin flint r
derajat 1-2 derajat 2-3 >4 S1, austin
trumble, (+) S4 flint
trumble, (+) S4
1
1
171
Tabel 24-7. egurgitasi aorta berat membedakan A kronik s A akut
172
1 4
Empat pedoman yang diikuti untuk menilai pasien dengan kelainan katup
multiple:
Pedoman no 1: Menentukan lesi yang dominan.
a. esi yang paling parah biasanya lesi dominan.
Contoh 1. Pasien memiliki MS ringan, AS parah, MR ringan
Jawaban. AS adalah lesi dominan
b. esi yang menyebabkan pembesaran ruang paling sesuai
biasanya lesi dominan.
Contoh 2. Pasien memiliki AR moderat, MS moderat, dilatasi
parah, A sedikit melebar
Jawaban. AR adalah lesi dominan sejak dilatasi pada AR
dan dilatasi A pada MS. Oleh karena itu pengobatan
difokuskan untuk AR
Pedoman no. 2: esi sisi kiri lebih penting daripada lesi sisi kanan. Oleh karena
itu, sesuaikan pengobatan lebih untuk lesi sisi kiri.
1 173
F. Pendekatan Pengobatan Penyakit Jantung katup:
1. enetapkan keparahan lesi berdasarkan pemeriksaan fisik, dada -ray dan E G.
ihat abel 2 - untuk 2- dan dada bab -ray.
Gunakan 2-D Echo dengan doppler untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menilai
keparahan.
2. Untuk beberapa kelainan katup, menerapkan empat pedoman disebutkan untuk me-
nentukan lesi dominan (s).
3. Umum strategi pengobatan:
a. ebagai aturan, lesi ringan pertama kali ditangani secara medis. esi parah
diperlakukan terbaik pembedahan jika parameter hemodinamik masih baik.
b. Pengobatan terdiri dari:
rofilaksis endokarditis untuk D
Terapi untuk gagal jantung atau aritmia
Sasaran kontrol detak jantung untuk MS
c. Pembedahan terdiri dari:
al uloplasti balon untuk jika memungkinkan
Operasi jantung terbuka untuk rekonstruksi katup atau penggantian
(katup mekanik atau bioprostetik )
4. Untuk kasus perbatasan, menggunakan 4 algoritma disediakan untuk
pendekatan dan manajemen diagnostik langkah-demi-langkah. ihat algoritma
untuk penyakit katup jantung (MS, MR, AS, dan AR).
174
Algoritma 24-1. Manajemen mitral stenosis. MVA = Mitrai Valve Area,
TEE: Transeophageal Endocardiography
1
B. Pasien-pasien ini biasanya tanpa gejala sampai gejala yang ringan. Gejala pasien
dengan area katup mitral borderline harus dikategorikan di bawah MS sedang
sampai berat
C. Manajemen diarahkan untuk pencegahan demam rematik berulang dan endokarditis
infektif. Digitalis diindikasikan hanya untuk fibrilasi atrium A dan beta-blocker
digunakan untuk mengontrol kecepatan. ur eilans Echo penting.
D. System scoring echo wilkin digunakan sebagai parameter pengontrol. Skor tinggi
untuk katup yang kaku, penebalan sub al ular, kalsifikasi, dan selebaran menebal.
E. kerusakan dini NYHA pasien kelas ll harus ditunggu. Tidak ada bukti bahwa
pengobatan bedah meningkatkan prognosis pasien yang tidak atau hanya gangguan
fungsional ringan.
F. Menunggu waktu untuk resolusi trombus tidak memiliki batas hingga kerusakan
a al untuk A kelas ketika aktu inter ensi ideal. asien mana di thrombus
telah diselesaikan harus memiliki menjalani antikoagulasi untuk setidaknya 23
bulan sebelum PTMC.
G.
1. Kecuali dengan alasan kuat, ini umumnya tidak dilakukan untuk pasien
tanpa gejala.
2. Pasien dengan AF dan sejarah tromboemboli harus mengalami antikoagu-
lasi 2-3 bulan sebelum prosedur.
3. Indikasi commissurotomy mitral terbuka adalah sama tetapi pasien harus
die aluasi secara indi idual. Commissurotomy mitral terbuka merupakan
prosedur pembedahan sementara, PTMC merupakan prosedur perkutan.
4. Pembedahan selalu merupakan alternatif standar.
H. Pasien perempuan lebih dari 45 tahun dan pasien laki-laki lebih dari 40 tahun
harus menjalani angiografi koroner.
I. Kandidat terbaik untuk PTMC harus setidaknya di NYHA kelas II. Onset dari AF
dan riwayat tromboemboli adalah faktor penentu penting untuk prosedur ini.
177
Regurgitasi
mitral
kronik (A)
178
Algoritma 24-4. Penanganan regurgitasi mitral sedang hingga berat dengan fungsi LV yang
buruk. TET (Treadmill Exercise Test)
180
Algoritma 24-5. Penanganan stenosis aorta. AV: Aortic Valve
Algoritma 24-5. Penanganan stenosis aorta. AV: Aortic Valve
181
4
Catatan:
A. Algoritma ini mencakup diperoleh stenosis aorta (AS) tanpa regurgitasi aorta
signifikan dan tanpa cacat katup penting lainnya predominan A .
B. subset dari pasien diharapkan tanpa gejala. Gejala AS hanya terjadi ketika
pengurangan kritis dari katup aorta lubang telah dikembangkan. dalam kasus
yang jarang terjadi bahwa gejala-gejala pasien tidak kompatibel dengan gradien
tekanan doppler yang diturunkan, kateterisasi jantung harus dilakukan.
C. Pengukuran harus diulang setidaknya setiap 1-2 tahun pada pasien asimtomatik
karena obstruksi cenderung menjadi lebih parah dari waktu ke waktu.
Endokarditis infektif profilaksis dan pencegahan demam rematik berulang, jika
rematik, harus disertakan. Diuretik, beta-blocker, nitrat harus digunakan hanya
dengan ekstra hati-hati.
D. Apa saja gejala pertanda yang signifikan engurangan yang pada harapan
hidup. Klinis Penilaian harus dilakukan dengan hati-hati. Kehadiran gejala,
daripada fungsi dianggap penting untuk pengambilan keputusan karena
outlook setelah operasi menguntungkan terlepas dari tingkat pra operasi fungsi
. Kebanyakan pasien simtomatik akan memiliki menjalani operasi meskipun
disfungsi .
E. Balloon al uloplasty aorta merupakan pilihan untuk pasien berisiko tinggi
hanya sebagai jembatan untuk penggantian katup aorta A .
F. Kritis A harus dikonfirmasi oleh kateterisasi jantung pada pasien asimtomatik
sebelum mempertimbangkan operasi. engganti profilaksis dari katup kritis
sempit di pasien tanpa gejala tidak dianjurkan kecuali mereka menunjukkan
progresif disfungsi . Kateterisasi jantung direkomendasikan untuk pasien
wanita lebih dari 45 tahun dan pasien laki-laki berusia lebih dari 40 tahun.
G. Kriteria untuk penggantian katup aorta pada pasien asimtomatik tidak
ditetapkantapi gradien 80 mm Hg atau ukuran lubang <0,6 cm2 waran serius
pertimbangan untuk inter ensi.
182
Regurgitasi
aorta (A)
Echo/doppler
2-D
Penanganan
ungsi yang ungsi
medis (B)
baik ( C) yang buruk
Dipantau
Algoritma Algoritma
setiap 6-12
24-9 24-10
bulan ©
7
184
Algoritma 24-8. Penangananregurgitasi aorta sedang sampai berat
dengan fungsi ventrikel kiriyang buruk. TET: Treadmill Exercise Test
185
Catatan:
A. Algoritma ini meliputi rematik: regurgitasi aorta (AR) tanpa penting lainnya cacat
katup (AR dominan) dan terutama panduan untuk modus dan manajemen waktu.
B. rofilaksis dan pencegahan demam rematik berulang B. infektif endokarditis
penting. asodilator arteriol nifedipin dan kaptopril , digitalis dan diuretik untuk
gagal jantung direkomendasikan fungsi
C. fungsi yang se enang- enang diatur sesuai dengan parameter berikut berdasarkan
beberapa penelitian
fungsi baik yaitu
EDD . cm,
2 E D , cm,
(3} EF> 45-50%, dan
(4) FS> 25%.
Standar ini ditetapkan dengan banyak keterbatasan. EF tetap indeks fungsi
entrikel kiri tetapi spuriously dia etkan dalam kondisi kelebihan beban. olume
l ed ederhana dan dimensi dan ejeksi indeks fase terlalu dipengaruhi oleh beban
menjadi prediktor akurat of. fungsi. olume l es dan dimensi sebagian besar
preload tergantung dan mungkin prediktor yang baik dari fungsi pasca operasi.
tergantung dan mungkin prediktor yang baik dari fungsi pasca operasi.
D. Keputusan harus didasarkan bukan pada pengukuran yang abnormal tunggal
gangguan ungsi namun pada beberapa pengamatan kinerja depresi dan gangguan
toleransi latihan dilakukan pada inter al -6 bulan. ntuk batas atau tidak konsisten
data, dekat tindak lanjut dan operasi tidak langsung adalah direkomendasikan modus
manajemen
E. erkembangan disfungsi dengan tidak adanya gejala relati e jarang.
F. Gejala dengan fungsi yang normal relatif jarang terjadi tetapi pembedahan jelas
ditunjukkan.
G. Seorang pasien yang tidak dapat mencapai 50% dari kapasitas aerobik nya diprediksi
atau yang tidak bisa mencapai mets dapat diklasifikasikan sebagai memiliki
intoleransi latihan.
H. Pasien dapat menjalani ecliocardiography latihan atau studi radinnucleide tetapi
keputusan rm jelas dapat tiba di tentang pasien tanpa gejala yang menunjukkan
disfungsi hanya dengan olahraga. Beberapa penelitian merekomendasikan
operasi itu sangat melebar jika tidak hanya dekat tindak lanjut harus
186
dilakukan.meskipun disfungsi selama latihan pertanda gangguan fungsi
pada saat istirahat, itu adalah gangguan fungsi saat istirahat yang menjadi dasar
untuk pemilihan pasien untuk operasi. Disfungsi B.
I. Jika hadir selama tahun, operasi masih memiliki hasil yang baik. leh
karena itu, sebagian besar pasien dengan disfungsi durasi singkat 2-
bulan) harus menjalani operasi. Bedah dapat ditunda untuk waktu yang cukup
ini terutama untuk pasien tanpa gejala sementara disfungsi pasti sedang
didokumentasikan. Semua malt-pasien berusia lebih dari 40 tahun dan pasien
perempuan berusia lebih dari tahun harus memiliki angiografi koroner
sebelum operasi.
J. Penyebab lain mungkin kardiomiopati, penyakit arteri koroner, dll
G. Pertimbangan umum:
Terjadi pada 3-5 % dari populasi umum, biasanya perempuan.
inonim termasuk sindrom Barlo , katup mitral oppy atau sindrom klik murmur
Etiologi:
A. rimer
amilial sindrom
Terkait dengan sindrom Marfan, sindrom Ehlers Danlos-, atrium defek septum
B. ekunder
Terkait dengan Penyakit arteri koroner penyakit jantung rematik, kardiomiopati
. Diagnosis akurat oleh ekokardiografi
Patologi :
Proliferasi myxomatous katup mitral; puncak yang lembut, menebal berlebihan dan balon.
187
Patofisiologi:
irip dengan mitral regurgitasi dengan dilatasi A dan jika dengan yang signifikan .
Riwayat Klinis :
eriksa ri ayat keluarga
Spektrum yang luas dari gejala:
Dari tanpa gejala untuk pasien bergejala
Gejala meliputi:
• Dispenia
• Palpitasi
• Sinkop
• Nyeri dada atipikal
• Serangan panik
Pemeriksaan Fisik:
1 Sistolik klik diikuti oleh murmur nada tinggi di puncak
2 Mungkin berhubungan dengan “lucu” klakson atau whoops
emuan auskultasi Dinamis meniru ihat abel - 2
a. etiap manu er yang ukuran , kontraktilitas , atau afterload menyebab-
kan klik dan berbisik terjadi sebelumnya (lagi murmur).
b. etiap manu er yang ukuran , kontraktilitas , atau afterload menyebab-
kan klik dan berbisik terjadi kemudian (murmur lebih pendek).
Tes Diagnostik:
1. EKG:
erubahan gelombang - tidak spesifik pada lead inferior , A
ungkin sering menunjukkan
2. ontgen dada biasanya normal kecuali dengan regurgitasi mitral yang signifikan
Ekokardiografi dandoppler arna
a. edang untuk prolaps parah selebaran ke A saat sistol.
b. Mode M ~ ditemukannya 2 mm perpindahan posterior katup mitral selama sistol
disebut bentuk atau tempat tidur gantung bentuk .
c. Periksa penebalan leaflet > 5 mm pada diastol
d. eriksa regurgitasi mitral yang signifikan
188
4. Monitoring holter :
ada pasien dengan palpitasi atau sinkop, memeriksa episode supra entricular
takikardia dan entricular tachycardia.
Komplikasi:
. egurgitasi mitral sedang hingga berat dengan dilatasi A dan
2. Ruptur korda dengan MR berat
3. Endokarditis infektif
4. Emboli serebral
. akikardi supra entrikular
6. akikardi supra entrikulardan kematian jantung mendadak
Table 24-10. Tingkat risiko pada pasien dengan prolaps katup mitral
Parameter Pasien risiko rendah Pasien risiko tinggi
Riwayat Tidak ada gejala Gejala : sesak, palpitasi,
sinkop, (+) kejadian
emboli
Pemeriksaan jantung Tidak ada klik atau bising (+) klik dan bising
190
BAB 25
BAB 25
PENYAKIT KARDIOMIOPATI
BAB 25DAN MIOKARDIAL
PENYAKIT KARDIOMIOPATI DAN MIOKARDIAL
KARDIOMIOPATI DAN PENYAKIT MIOKARDIAL
Definisi istilah :
Definisi istilah:
Kardiomiopati : merupakan penyakit otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya.
Definisi istilah: merupakan penyakit otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya.
Kardiomiopati:
Kardiomiopati: merupakan penyakit
Table 25-1. Karakteristik otottipe
dari ketiga jantung yang tidak diketahui penyebabnya.
kardiomiopati
Tipe25-1. Karakteristik
Table Dindingdari Rongga
ketiga tipe Kontraktilitas
kardiomiopatiPenyesuaian Prognosis :
Tipe Dinding Rongga sistolik diastolik
Kontraktilitas Penyesuaian masa bertahan
Prognosis :
sistolik diastolik hidup10 tahunbertahan
masa
1. Kardiomiopati Tebal Besar ↓ Normal hingga 30-40%hidup10 tahun
dilatasi
1. Kardiomiopati Tebal Besar ↓ ↓
Normal hingga 30-40%
dilatasi ↓
2. Kardiomiopati Tipis Kecil ↑ ↓ 70%
hipertrofik ↓
2. Kardiomiopati Tipis Kecil ↑ 70%
hipertrofik
3. Kardiomiopati Normal Normal Normal ↓↓ 50% (tipe
restriktif hingga ↑ hingga ↓ idiopatik)
3. Kardiomiopati Normal Normal Normal ↓↓ 50% (tipe
restriktif hingga ↑ hingga ↓ idiopatik)
Kontraktilitas atau penyesuaian mungkin awalnya normal pada stadium penyakit ini
tapi kemudian dapat menjadi abnormal
Kontraktilitas atau penyesuaian mungkin awalnya normal pada stadium penyakit ini
tapi kemudian dapat menjadi abnormal
Pendekatan Umum
Pendekatan Umum pada
pdaPasien dengan
Pasien Kardiomiopati:
dengan Kardiomiopati :
(dilatasi, hipertrofi
Pendekatan
(dilated, Umumatau
hypertrophypadarestriktif)
Pasien
atau dengan Kardiomiopati:
restrictive)
Gagal jantung?
1. hipertrofi
(dilatasi,
1. Gagal jantung –– berhubungan
berhubungandengan
atau restriktif) dengankeadaan
kardiakcurah
outpun yangyang
jantung rendah (dilated
rendah
1. Gagal kardiomiopati)
(kardiomiopati atau obstruksi
jantung? dilatasi) atau pada
– berhubungan pengisian
obstruksi
dengan pada ( restrictive
pengisian
keadaan kardiomiopati)
(kardiomiopati
curah jantung yang rendah
Aritmia berhubungan dengan aritmia entricular atau supra entrikular
2. restriktif)
(kardiomiopati dilatasi) atau obstruksi pada pengisian (kardiomiopati
3. inkop berhubungan dengan hambatan pengeluaran hypertrophic
2.restriktif)
Aritmia? – berhubungan dengan aritmia entrikular atau supra entrikular
kardiomiopati) dan/atau aritmia dengan denyut yang rendah
2. Aritmia? – berhubungan dengan aritmia entrikular atau supra entrikular
215
191
215
3. Sinkop? – berhubungan dengan obstruksi aliran keluar kardiomiopati
hipertrofik) dan/atau aritmia dengan denyut yang rendah
l. A. Kardiomiopati Dilatasi:
Gambaran untuk Diagnosis:
anda dan gejala gagal jantung sistolik
Ekokardiografi menunjukkan dilatasi dengan hypokinesia dunia
Arteri koroner normal dengan angiografi
Adanya faktor predisposisi seperti alkoholisme, kekurangan gi i, dll 216
192
I. A. Kardiomiopati Dilatasi:
Gambaran untuk Diagnosis:
an a an g a a gagal jantung sistolik
a i gai n n an dilatasi dengan hipokinesia umum
rteri koroner normal setelah melakukan angiografi
an a a i ii ia h i malnutrisi, dll
Tabel 25-2. Klasifikasi Etiologi dari Kardiomiopati Dilatasi
I. Idiopatik ©
II. Inflamasi
A. Infeksi
1. irus ( irus Coxsackie B) ©
2. Bakteri
3. Mikobakterium
4. ainnya arasit, iketsia, Spirosetal, jamur
B. Tidak menular
1. Peripartal kardiomiopati ©,
2. Penyakit Autoimun
3. eaksi hipersensiti itas
4. Penolakan transplantasi
III. Agen beracun
A. Alkohol ©
B. Metamfetamin/Kokain ©
C. Agen kemoterapi (Doksorubisin) ©
D. Merokok
E. Senyawa Elemental
F. Katekolamin
. etabolik
A. Malnutrisi ©
B. Endokrinologik: Tirotoksikosis
C. Kelainan Elektrolit
. Famili Kardiomiopati
A. Neuromiopati
1. Distrofi otot progresif
2. Distrofi otot miotonik
3. Ataxia Friedrich
B. Kardiomiopati dilatasi herediter
Riwayat
Riwayat Klinik :
Klinis:
Sejarah paparan
Riwayat khusus untuk
dari paparan khususagen etiologi
pada terdaftar
daftar agen(e.g_ alkohol,metamphetamine)
etiologi (misalnya: alkohol,
Gejala sisi kiri gagal maka gagal jantung kanan
metamfetamin)
Nyeri dada mungkin ada tanpa adanya penyakit jantung iskemik
Gejala gagal jantung kiri gagal dan kanan
Pemeriksaan Fisik: 217
Mirip dengan gagal jantung kongestif
Jantung melebar, distensi ena leher dengan murmur fungsional karena itral
dilatasi tahunan
193
Tes Diagnostik:
1. EKG perubahan nonspesifik mungkin menunjukkan , kadang-kadang BBB.
2. Foto Rontgen dada: dilatasi multi ruang dengan gambaran kongestif.
3. Ekokardiografi dilatasi multi ruang, kelainan gerakan dinding biasanya
hipokinesia umum.
4. AngiografiKoroner arteri koroner normal.
5. ndikasi angiografi hanya untuk menyingkirkan penyakit arteri koroner.
Pengobatan:
1. Menghilangkan agen penyebab.
2. erapi kon ensional untuk gagal jantung sistolik A E-inhibitor, diuretik,
Beta-blokerdosis rendah, dan digitalis).
3. Pilihan Bedah:
a. Prosedur Batista
b. Teknik membantu perangkat
c. Transplantasi jantung
d. ainnya
I. B. Kardiomiopati hipertrofik:
1. Jenis obstruktif
inonim stenosis subaortik hipertrofik idiopatik
2. Jenis non obstruktif
194
Etiologi:
Genetik. Mewarisi melalui modus dominan autosomal transmisi, tapi sporadis kasus
juga terjadi.
Patofisiologi:
Obstruksi yang disebabkan oleh Asymmetric Septal Hypertrophy (ASH): The hip-
ertrofi septum encroaches upon.the entrikel kiri saluran keluar dan datang ke dekat
pendekatan dengan selebaran anterior katup mitral.
Riwayat Klinis :
- Dispnea
- Angina atipikal
- Sinkop yang disebabkan oleh aritmia
- Gagal jantung kongestif pada tahap selanjutnya
- i ayat keluarga positif kardiomiopatihipertrofikatau kematian mendadak
padausia muda
Pemeriksaan Fisik:
1. denyut dan hentakan apeks mungkin normal atau mungkin memiliki 2 puncak
(bisferiens pulsa)
2. Karakteristik sistolik ejeksi murmur di daerah sternum kiri
3. urmur meningkat dengan manu er yang menurunkan ukuran . emakin kecil
adalah, lebih dekat adalah septum hipertrofi ke katup mitral menyebabkan lebih
obstruksi dan murmur keras. ebaliknya, murmur menurun dengan manu er yang
meningkatkan ukuran . he alsa a manu er dan berdiri tiba-tiba baik mengurangi
ukuran dengan menurunkan preload, sehingga meningkatkan murmur.
195
3. urmur meningkat dengan manu er yang menurunkan ukuran . em
kecil , semakin dekat septum hipertrofi ke katup mitral menyebabkan ban
obstruksi dan murmur keras. Sebaliknya, murmur menurun dengan man
yang meningkatkan ukuran . anu er alsa a dan sudden stand
keduanya mengurangi ukuran dengan menurunkan preload, sehin
meningkatkan murmur.
A. Awal Sistol
B. Akhir Sistol
Tes Diagnostik:
1. EKG dan jarang ditemukangelombang eptal panjang.
2. Ekokardiografi enetapkan diagnosis dalam banyak kasus.
A dengan septum inter entrikular ke dinding rasio ketebalan
yang lebih besar dari 1,3:1 dengan tidak adanya penyebab lain untuk
hipertrofi misalnya hipertensi, penyakit arteri koroner .
Mungkin menunjukkan SAM dari katup mitral anterior oleh M-mode.Studi
ekokardiografiDoppler Doppler membedakan jenis obstruktif dan non-obstruktif.
Jenis obstruktif menunjukkan adanya bentukgalian aliran keluar entrikel kiri
oleh Doppler.
3. Monitor EKGAmbulatory Holter: Bermanfaat jika pada pasien suspek aritmia.
196
Pengobatan:
1. Medis :
a. Gunakan beta-blocker atau erapamil untuk gagal jantung diastolik.
b. indari obat-obatan untuk gagal jantung sistolik D s .
Digoxin, ACE-inhibitor aso-dilator , dan Diuretik kontraindikasi untuk
Jenis obstruktif kardiomiopati hipertrofik. bat ini baik peningkatan
kontraktilitas atau memperkecil ukuran sehingga memperparah
sumbatan di rongga .
c. pertimbangkan terapi antiaritmia untuk pasien berisiko tinggi.
Pertimbangkan Implan Cardioverter Defibrillator (ICD) dan/atau Amiodarine
untuk mereka yang berisiko tinggi untuk kematian jantung mendadak (yaitu
sejarah serangan jantung,takikardia entrikel, beberapa kematian mendadak
familial, sinkop berulang,dan masif .
2. Pilihan bedah untuk obstruktif Kardiomiopati:
a. Alat pacu jantung ruang ganda untuk memodifikasi kontraksi aktu atri-
um dan entrikel sedemikian rupa untuk mengurangi obstruksi aliran
keluar .
b. miomektomi
c. Penggantian katup mitral
I. C. Kardiomiopati Restriktif:
197
Gambaran untuk Diagnosis:
Gejala dan tanda-tanda gagal jantung dengan temuan dominan sering pada gagal
jantung sisi kanan
Diastolik: disfungsi sugestif dari berkurang pemenuhan entrikel
entrikel berukuran normal dengan dilatasi kedua atrium oleh ekokardiografi
Patofisiologi :
Patofisiologi:
Disfungsi
Disfungsidiastolik pada
diastolik gagal
pada jantung
gagal diastolik:
jantung diastolik:
Meningkatkan
Meningkatkankekakuan
kekakuanmiokardium
miokardium menyebabkan
menyebabkan ketidakpatuhan diastolik
ketidaksesuaian parahkedua
diastolik yang parah
entrikel. Dengan demikian, dan mengisi tekanan di atas normal menyebabkan
pada kedua entrikel. Dengan demikian, dan mengisi tekanan di atas normal
kongesti paru dan kegagalan sisi kanan.
menyebabkan kongesti paru dan gagal jantung sisi kanan.
Sebagai penyakit berlangsung, fungsi sistolik juga terganggu.
Selama penyakit berlangsung, fungsi sistolik juga terganggu.
Riwayat Klinik :
- Gejala gagal jantung kanan biasanya mendominasi, tetapi gejala gagal jantung
kiri juga sering muncul. 222
- Jarang, sinkop, sakit kepala ringan, dan palpitasi
Pemeriksaan Fisik:
Gagal jantung kanan mungkin didominasi dengan distensi ena leher,edema, dan asites
J dengan penurunan dalam yang khas
S4gallop biasa hadir
198
Tes Diagnostik:
1. EKG enunjukkan perubahan non-spesifik, tegangan mungkin rendah
karena proses infiltratif.
2. oto ontgen toraks Dapat menunjukkan dilatasi A dan A kongesti ena
paru,efusi pleura.
3. Ekokardiografi:
Dapat menunjukkan hipertrofi entrikel kiri dan hipertrofi tapi tanpa dilatasi
entrikal.
Kedua atrium sering melebar akibat kenaikan kekakuan pada entrikel.
anda-tanda Doppler disfungsi diastolik sugestif berkurang kepatuhan entrikel.
4. Kateterisasi jantung: sering tidak diperlukan.
5. Jantung biopsi: hasil rendah tetapi mungkin berguna dalam penyakit-penyakit
tertentu dengan pengobatan spesifik misalnya hemokromatosis, sarkoidosis .
Pengobatan:
1. Dalam kasus dengan etiologi yang dikenal (misalnya: hemokromatosis), terapi
langsung seperti peningkatan besi dapat mengakibatkan perbaikan.
2. Pada kasus dengan etiologi yang tidak diketahui, pengobatan simtomatik dengan
diuretik untuk mengurangigejala kongesti dapat diindikasikan.
3. ACE-inhibitor dan calcium channel blocker memiliki manfaat yang belum pasti.
4. Hati-hati dan mengobati komplikasi seperti aritmia dan tromboemboli.
Prognosis:
Prognosis buruk pada pasien dengan amiloidosis. Umumnya, menurun ke nol kelangsungan
hidup pada 4 tahun. Untuk idiopatik kardiomiopati restriktif, tahun kelangsungan hidup 10
adalah sekitar 50%.
II. MIOKARDITIS
Definisi ebuah proses in amasi yang melibatkan jantung, dijelaskan dengan
hampir setiap bakteri yang dikenal, irus, riketsia, mikotik, dan infeksi parasit.
199
Gambaran untuk Diagnosis:
nset baru gagal jantung kongestif dan ri ayat infeksi irus
eningkatan E dan D
Ekokardiografi menunjukkan dilatasi dengan hypokinesia dunia
enghilangkan penyebab lain dari disfungsi
Riwayat
RiwayatKlinis:
Klinis:
Onset
Onsetbaru
barugagal
gagaljantung
jantungkongestif
kongestif
Tidak
Tidakada
adariwayat
riwayatpenyakit
penyakitjantung
jantung
Gejala a al demam dan menggigil didahului irus penyakit
Gejala awal demam dan menggigil (didahului irus penyakit
Gejala mungkin memiliki nyeri dada dan gastrointestinal
Gejala mungkin memiliki nyeri dada dan gastrointestinal
Takikardi yang tidak dapat dijelaskan
Takikardi
Sinkop atauyang tidak dapat dijelaskan
presinkop
Sinkop atau presinkop
Pemeriksaan Fisik:
Takikardia, demam,
Pemeriksaan Fisik: hipotensi
anda-tanda gagal jantung kongestif sisi kiri atau bi entricular
Takikardi, demam, hipotensi
S3 gallop
Tanda-tanda gagal jantung kongestif sisi kiri atau bi entrikular
S3 gallop
Tes Diagnostik:
200 1. Uji darah: CK-MB meningkat pada l2% pasien; peningkatan enzim hati, ESR,
D dan jumlah leukosit
2. EKG:
Perubahan non-spesifik
Tes Diagnostik:
1. ji darah K- B meningkat pada l2 pasien peningkatan en im hati, E , D
dan jumlah leukosit
2. EKG:
erubahan nonspesifik
inus takikardiatau atrium fibrilasi
Perubahan gelombang ST-T termasuk pola pseudoinfarction
Keterlambatan konduksi intra entrikular atau BBB
Blok A atau kelainan repolarisasi
3. Foto Rontgen toraks: ringan sampai sedang kardiomegali dengan tahapan kongestif
ena
4. Ekokardiografi disfungsi global atau hipokinesia global
Pengobatan Myocarditis:
1. enanganan proses infeksi atau in amasi yang mendasar.
2. Pengobatan suportif dengan istirahat tidur, oksigen, dan anti-piretik.
3. Kontrol gagal jantung kongestif dengan diuretik dan ACE-inhibitor.Perhatian pada
penggunaan digitalis sebagai pasien rentan terhadap aritmia jantung.
4. enggunaan steroid masih kontro ersial terutama jika etiologi miokarditis
adalahmenular.
Prognosis:
Spektrum miokarditis lebar.mungkin berkisar dari ringan sampai penyakit yang berat.
201
BAB
BAB 26 26
26
PENYAKIT
PENYAKIT
PENYAKIT PERIKARDIUM
PERIKARDIUM
PERIKARDIUM
Klasifikasi Perikarditis
Klasifikasi Perikarditis
Perikarditis Akut
Perikarditis Akut
Perikarditis Konstriktif
Perikarditis Konstriktif Kronis termasuk
Kronis TB Perikarditis
termasuk TB Perikarditis
EfusiPerikardial
Efusi Perikardial
Tamponade Jantung
Tamponade Jantung
I. Periarditis
I. Periarditis
I. Periarditis
Tabel 26-1. Klasifikasi Klinis Perikarditis
Tabel 26-1. Klasifikasi Klinis Perikarditis
I. Perikarditis akut (<6 minggu)
I. Perikarditis akut (<6 minggu)
A. Fibrin
A. Fibrin
B. Efusif (atau berdarah)
B. Efusif (atau berdarah)
II. Perikarditis subakut (6 minggu sampai 6 bulan)
II. Perikarditis subakut (6 minggu sampai 6 bulan)
A. Konstriktif
A. Konstriktif
B. Efusif konstriktif
B.
III.Efusif konstriktif
Perikarditis kronis (>6 bulan)
III. Perikarditis kronis (>6 bulan)
A. Konstriktif
A. Konstriktif
B. Efusif
B. Efusif
C. Adhesif (non-konstriktif)
C. Adhesif (non-konstriktif)
I. A. Perikarditis
I. A. Perikarditis Akut Akut
Fitur
I. A.untuk Diagnosis:
Fitur untukAkut
Perikarditis Diagnosis:
Nyeri dada
Nyeri dadaCentral diperburuk
pusat diperburuk
Fitur untuk Diagnosis:
oleh batuk,
oleh batuk, inspirasi,inspirasi, atau berbaring
atau berbaring
MungkinMungkinmemiliki friction
memiliki friction rubrubperikardial pada auskultasi
perikardial pada auskultasi
Nyeri dada pusat diperburuk oleh batuk, inspirasi, atau berbaring
Karakteristik
KarakteristikEKG changesof
perubahan EKG dariperikarditis akut
perikarditis akut
Mungkin memiliki friction rub perikardial pada auskultasi
Karakteristik perubahan EKG dari perikarditis akut
227
202 227
Tabel 26-2. Klasifikasi Etiologi (untuk perikarditis akut dan perikarditis
konstriktif kronis)
A. Perikarditis Infektif
irus
Bakteri atau piogenik
Tuberkulosis
Mikotik
Infeksi lain (sifilis, parasit)
B. Perikarditis non-infektif
Infark miokard akut
Uremia
Neoplasia: primer dan metastasis
Miksedema
Kolesterol
Trauma
Aneurisma aorta (dengan kebocoran pada kantong perikardial)
Pasca irradiasi
Terkait dengan anemia kronis yang parah
Infeksi mononukleosis
Sarkoidosis
Idiopatik akut
C. Perikarditis, mungkin berhubungan dengan hipersensiti itas atau autoimunitas
Demam rematik
enyakit askular kolagen E, reumatoid artritis, skleroderma
Induksi obat (prokainamid, hidralazin)
Pasca infark miokard (sindroma Dressler)
Pasca perikardiotomi
203
22
Sejarah Klinis dan Pemeriksaan Fisik:
Sejarah Klinis dan Pemeriksaan Fisik:
1.1.Presentasi
Presentasiakut
akut(<6
(<6minggu
minggusejarah)
sejarah)
2.2.Demam
Demam (jika
(jikadengan
denganpenyebab
penyebabinfeksi)
infeksi)
3.3.Nyeri
Nyeri dada inspiratori yang diperburukdengan
dada inspiratoriyang diperburuk denganberbaring
berbaringdan
danmenghilang
menghilang dengan
dengan
duduk
duduk
4. Tanda klasik adalah friction rub perikardial, yang merupakan gatal, suara kasar
4. Tanda klasik adalah friction rub perikardial, yang merupakan gatal, suara kasar
terdengar di baik sistol dan diastol
terdengar dibaik sistol dan diastol
Tes
TesDiagnostik:
Diagnostik:
1.
1. EKG ihat
EKG ihat abel
abel 26-3
26- dan
dan26-4.
26- .
2.
2. 2-D Ekokardiografi:
2-D Ekokardiografi: Dapat
Dapatmenunjukkan
menunjukkanefusi
efusiperikardial.
perikardial.
204 22
Pengobatan :
. erapi spesifik diarahkan pada penyebab perikarditis
2 Aspirin sebagai terapi utama
3 Terapi steroid adalah opsional untuk kasus yang parah
Gambar 26-2. Perikarditis stadium III yang dikarakteristikan dengan segmen ST isoelektrik
dan inverse gelombang Tinvers
205
I. B PERlCARDITIS KONSTRIKTIF KRONIK:
Definisi ebuah penebalan difus perikardium sebagai reaksi terhadap peradangan
sebelumnya, yang menghasilkan distensibility berkurang dari ruang jantung
Etiologi:
Hampir semua kondisi yang menyebabkan perikarditis akut dapat menyebab-
kan perikarditis konstriktif kronis. ihat abel 26-2
Etiologi umum termasuk tuberkulosis dan perikarditis bakteri.
206
J dengan dalam yang menurun
Denyut Apeks tidak teraba
Ketukan perikardial mungkin ada
207
2 2
Table 26-5. Perbedaan Perikarditis Konstriktif dengan Kardiomiopati Restriktif
dan Tamponade Jantung
Indeks Perikarditis Kardiomiopati Tamponade Jantung
Konstriktif Restriktif
Durasi gejala Bulan sampai tahun Bulan sampai tahun Jam hingga hari
208
2
Tes Diagnostik:
1. EKG on-spesifik
2. Foto Rontgen Toraks: ukuran jantung normal
. Ekokardiografi tanda-tanda perikarditis konstriktif tidak langsung seperti
Penurunan inspirasi lebih dari 50% pada kecepatan aliran ke dalam katup mitral
erata dari dinding posterior selama diastolik
Aliran ena hepatik Doppler menunjukkan mendadak penurunan
4. CT scan atau MRI: penebalan perikardial atau pengapuran
5. Kateterisasi Jantung:
atatan hemodinamik menunjukkan pemerataan tekanan diastolik dan .
anda akar kuadrat terlihat dalam pencatatan tekanan dan
Terapi:
1. Bedah pengupasan perikardium
2. Pericardiectomy diindikasikan untuk mereka yang menebal perikardium dan harus
dilakukan sedini mungkin untuk menghindari perlengketan.
3. Steroid mungkin bermanfaat dalam kasus perikarditis TB berat.
Etiologi:
Semua penyebab perikarditis dapat menyebabkan efusi pericardium
209
Tabel 26-6. Etiologi dari Efusi Perikardial dan Tamponade Jantung
Tuberkulosis
Bakteri/piogenik
Penyakit ganas (metastasis)
Perikarditis idiopatik
Uremia
Sindroma Postperikardiostomi
Eritematosus lupus sistemik (efusi perikardial umum tetapi tidak
temponade)
Infark miokard akut atau kardiomiopati menerima antikoagulan
Prosedur dasar diagnostik dengan perforasi jantung
Radiasi
Miksedema
Diseksio aneurisma aorta
Patofisiologi :
Patofisiologi
Peradangan yang: disebabkan oleh perikarditis akut menghasilkan eksudasi cairan ke
Peradangan
dalam yang disebabkan oleh perikarditis akut menghasilkan eksudasi cairan ke
ruang perikardial.
dalam ruang perikardial.
Riwayat Klinis:
Mungkin
Riwayattanpa gejala.Jumlah sedang cairan dapat menyebabkan gejala.
Klinis:
Gejala dapat dihubungkan dengan etiologi spesifik.
Mungkin tanpa gejala. Jumlah cairan sedang dapat menyebabkan tidak ada gejala.
Gejala dapat Fisik:
Pemeriksaan dihubungkan dengan etiologi spesifik.
Bisa normal
Pemeriksaan
Denyut Fisik: tidak teraba
apeks mungkin
Bisa normal
Tes Diagnostik:
Denyut apeks mungkin tidak teraba
1. emeriksaan darah untuk menentukan etiologi B , A A, E persiapan, ,
T4, T3, ESR, tes PPD, Kreatinin.
Tes Diagnostik:
2. EKG on-spesifik.
1. Pemeriksaan darah untuk menentukan etiologi B , A A, E persiapan,
TSH, T4, T3, ESR, tes PPD, Kreatinin.
210
2
3. Foto Rontgen Dada:
Kardiomegali tanpa kongesti ena paru.
Catatan: Dibutuhkan 200 ml cairan perikardial sebelum sinar X menunjukkan
peningkatan ukuran jantung.
4. Echocardiogram: Diagnostic efusi.
Echo ruang bebas terlihat antara dua lapisan perikardium.
5. Pericardiocentesis: Pemeriksaan cairan perikardial menetapkan penyebab efusi.
Pilihan Pengobatan:
1. Sama seperti di perikarditis akut. Mengobati penyebab yang mendasari.
2. Perikardiosentesis: Aspirasi dari efusi untuk diagnostik dan/atau tujuan terapi.
3. Bedah: Tabung pericardiostomy dengan biopsi perikardial.
Etiologi:
ihat abel 26-6.
Riwayat Klinis:
Gejala dyspnea, kelelahan, dan ortopnea
211
Pemeriksaan diagnostik:
1. EKG: QRS kompleks tegangan rendah, alternans listrik (ukuran alternatif QRS yang
kompleks).
2. oto ontgen toraks kardiomegali tanpa kemacetan ena paru.
3. Ekokardiografi Diagnostik tamponade jantung.Kolaps diastolik dan adanya
efusi perikardium yang signifikan.
Pengobatan:
1. Perikardiosentesis darurat atau,
2. Bedah darurattabung perikardiostomi dengan penciptaan jendela perikardial
untukkasus efusi kronis (misalnya: kanker).
Catatan: Semua perikardium yang telah dilepaskan harus dikirim untuk histopatologi
untuk mencari kemungkinan etiologi.
212
BAB 27
BAB 27
PENYAKIT
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
JANTUNG KONGENITAL
Klasifikasi Klinis
Gambaran Diagnostik
Defek Septum Atrial
Defek Septum entrikel
Paten Duktus Arteriosus
213
Klasifikasi
Klasifikasi klinisklinik penyakit
penyakit jantung
jantung kongenital
kongenital
Asianotik
Sianotik
214
239
Gambaran Diagnosis:
Atrial Septal Defek:
Penyakit jantung bawaan yang paling umum pada orang dewasa
Tiga jenis:
Gambaran Diagnosis:
1. inus enosus
Atrial Septal Defek:
2. Ostium sekundum
Penyakit jantung bawaan yang paling umum pada orang dewasa
3. Ostium primum
Tiga jenis:
Murmur
1. inussistolik
enosusdan luas, tetap, membagi S2 tanpa sianosis
2. Ostium
RBBB sekundum
lengkap pada EKG
3. Ostium
Warna primum
Doppler dan kontras ekokardiografi menunjukkan shunting dalam atrium
Murmur sistolik dan luas, tetap, membagi S2 tanpa sianosis
Kateterisasi jantung dengan oksigen step-up dalam atrium kanan; kateter jantung
RBBB lengkap pada EKG
kanan dapatarna
Doppler lewat
danke dalamekokardiografi
kontras atrium kiri melintasi defek shunting antar atrium
menunjukkan
Kateterisasi jantung dengan oksigen step-up dalam atrium kanan; kateter
jantung kanan dapat lewat ke dalam atrium kiri melintasi defek
215 240
VENTRIKULAR SEPTAL DEFEK:
Empat Jenis entrikular Septal Defek:
1. Perimembran © (75%)
2. Suprakristal atau septum outlet
3. Defek kanal atrio- entrikular atau inlet septum
4. Muskular (septum rendah) atau trabekular (15%)
3. Defek kanal atrio- entrikular atau inlet septum
Riwayat murmur yang(septum
4. Muskular muncul rendah)
segera setelah lahir (15%)
atau trabekular
Murmur holosistolik
Riwayat padayang
murmur perbatasan
munculsternum kiri lahir
segera setelah
Murmur
embesaran holosistolik
entrikel kiri ataupada perbatasan
pembesaran bisternum kiri oleh EKG, foto toraks
entrikular
embesaran entrikel kiri atau pembesaran bi entrikular oleh EKG, foto toraks
dan ekokardiografi
danekokardiografi
Doppler dan ekokardiografi kontras menunjukkan shunting inter- entrikular
Doppler dan ekokardiografi kontras menunjukkan shunting inter- entrikular
Kateterisasi jantung dengan
Kateterisasi oksigenoksigen
jantung dengan step-upstep-up
disertai entrikel
disertai kanan
entrikel kateterisasi
kanan kateterisasi
jantung kanan
jantungdapat lewat
kanan dapatmasuk
le at ke dalam
masuk entrikel
ke dalam kiri melewati
entrikel kiri meledefek.
ati defek.
241
216
PATEN DUKTUS ARTERIOSUS:
Persisten abnormal dari pembuluh darah terbuka dalam duktus arteriosus setelah
lahir yang berakibat resirkulasi darah dari kiri ke kanan
Murmur seperti mesin yang terus-menerus yang terdengar paling keras di
kla ikula kiri
embesaran entrikel kiri dan atau atrium kiri pada EKG, foto ontgen dada dan
ekokardiografi.
Ekokardiografi Doppler dengan aliran arna menunjukkan elositas jet kontinyu
sepanjang arteri pulmonal utama.
KOARTAKSIO AORTA :
Dua jenis:
1. Pra-duktus (lebih sering pada bayi)
2. Pasca-duktus (lebih umum pada populasi yang lebih tua)
Peningkatan tekanan darah sistolik di ekstremitas atas (biasanya di lengan
kanan); tekanan darah sistolik normal pada ekstremitas bawah; dengan henti
denyut radial ke femoral
ontgen toraks menunjukkan hipertrofi entrikel kiri, menonjol, tanda,
dan takik tulang rusuk
isualisasi koarktasio dengan pencitraan
TETRALOGI of FALLOT :
Empat komponen:
1. Stenosis pulmonal
2. ipertrofi entrikular kanan pembesaran entrikel kanan
3. erriding aorta
4. entrikular septal defek
Defek lain dalam beberapa kasus: 5. Atrial septal defect (Pentalogi Fallot)
Riwayat intoleransi latihan dan jongkok selama masa kanak-kanak
ianosis sentral, impuls agak menonjol, murmur stenosis pulmonal dan 2
ipertrofi entrikel kanan ringan jarang.
Foto Rontgen dada menunjukkan bentuk klasik boot-shaped (coecar en sabot) pada
kasus yang berat pembesaran entrikel kiri dan dilatasi arteri pasca stenosis pada
kasus yang lebih ringan.
217
ekokardiografi menunkukkan , overriding aorta, D perimembranous
yang besar dan infundibulum atau stenosis katup pulmonal.
Sindrom Eisenmenger : suatu kondisi dimana terdapat tiga hubungan antara aliran
sistemik dan aliran pulmonal dan tahanan askular pulmonal sama atau bahkan lebih
besar dari tahanan askular sistemik.
Gambar 27-1. Patofisiologi ASD,VSD dan PDA. (A) ASD merusak sisi kanan jantung dan
menghasilkan peningkatan volum melalui defek dari LA ke RA. Ini menyebabkan dilatasi RV. (B)
VSD merusak sisi kiri jantung. Aliran darah dari LV ke RV melalui defek menghasilkan dilatasi
LV. (C) pada PDA, aliran darah dari tekanan tinggi aorta ke tekanan rendah arteri pulmonal.
218
Tabel 27-1. Atrial Septal Defect (Tipe Ostium secundum)
Tabel 27-1. Atrial Septal Defek (Tipe Ostium sekundum)
Parameter ASD
ASD kecil ASD sedang ASD besar
J Normal A gelombang , Gelombang A raksasa
atrium kiri pada J
Palpitasi Normal Dorongan yang berat yang terus-
singkat olume menerus (tekanan
o erload , A jelas o erload
Auskultasi o Kelas 2/6 bising S2 sempit inter al o Hilangnya murmur
midsistolik A2,P2) sistolik
o ebar, tetap memecah o Murmur PI
S2 (A2,P2) o Tunggal, S2 loud
S2 S2 S2
A2 P2 A2 P2 A2 P2
EKG - 2 dengan pola - 2 dengan pola - dengan
rSr, RBBB tidak rsR gelombang T dalam
lengkap in ersi
RAD
Foto Rontgen dada o Arteri pulmonal o Arteri pulmonal o Hipo askular ruang
hiper askular hiper askular paru-paru dengan
o PA dilatasi o A, , A perubahan kongesti
o aorta asendens kecil dilatasi ena
o Ukuran jantung yang
lebih besar
Ekokardiografi A RA A ↔ RA RA A
QP:QS < 1,5:1 QP:QS < 1,5:1 QP:QS < 1,5:1
Tekanan PA normal Tekanan PA Tekanan PA
Pengobatan Obat Indikasi pembedahan Pembedahan terlalu sulit
koreksi
J - Jugular venous pulse, - entrikel kiri, – Pulmonal insufisiensi, RAD: Right axis deviation
219
244
Tabel 27-2. entrikular eptal Defek
Tabel 27-2. entrikular eptal Defek
Parameter VSD
Kecil Restriktif sedang Non-restriktif besar Shunt terbalik
RA A
Riwayat dan o Murmur o Murmur keras o Murmur keras, o Sianosis dan
pemeriksaan asimptomatik dan bergetar bergetar dan gejala clubbing yang
fisik pada pada bayi o (±) CHF CHF progresif
saat lahir o Menutup o Sianosis setelah
spontan pada latihan atau
50% menangis
Denyut arteri Normal Cepat (sering Denyut berkurang Normal atau kecil
kontraksi
Prekordial Normal dinamik dan o dan dinamik o Denyut
mendorong o PA jelas jelas/nyata
o PA jelas
Auskultasi o Keras, o Murmur Sempit pada A2,P2 o Hilangnya
holosistolik, holosistolik terpecah murmur sistolik
puncak yang keras dengan shunt
murmur yg o pelebaran pada re ersal
tinggi, A2,P2 terpecah o S2 tunggal
maksimal pada o (+) PI
ICS 3 & 4
S2 S2 S2 S2
A2 P2 A2 P2 A2 P2 A2 P2
EKG Normal , AE, AD o Hipertrofi kedua AE, , AD
entrikel, kedua
atrium melebar
o Fenomena Katz
Wachtel
Foto Rontgen o Normal, o hiper askulari- o ebih banyak ena o Ruang paru-
meningkat sasi PA kongesti paru
dada
pada dan o Dilatasi A, o Semua ruang jantung hiper askulari-
askularisasi dilatasi sasi
pulmonal o Dilatasi ,
A, A dan
balik ke normal
Pengobatan Obat Pembedahan Pembedahan koreksi Pembedahan terlalu
koreksi sulit
eads - equidiphasic complexes
ICS- Intercostal space, PA- Pulmonary artery, PI – Pulmonary insufisiensi
220
245
Tabel 27-3. Patent Ductus Arteriosus.
Tabel 27-3. Paten Duktus Arteriosus
Parameter PDA
Ukuran kecil dan Ukuran sedang dan Ukuran besar dan Shunt terbalik
RA A
restriktif restriktif non restriktif
Riwayat saat o Asimpomatik o Simpomatik pada o Simptomatik o Simptomatik <12
lahir o memeriksa dekade ke-3 <12 bulan bulan
maternal o Kaki kelelahan, o Sianosis o Sianosis berbeda-
rubella latihan fisik berbeda-beda beda pada kaki
memicu dispnea pada kaki
Denyut Normal o Pukulan denyut Kembali normal Memiliki denyut
nadi arteri sistemik
nadi kecil
o Denyut nadi yang
melompat-lompat
Prekordial Normal Dorongan singkat o impuls o Hilangnya
teraba, PA dan getaran PDA
P2 o meningkat
o Getaran di o mpuls
daerah
pulmonal
Auskultasi embut, nada o Keras, ribut dan o P2 keras o Hilangnya
tinggi, bising murmur seperti o Penurunan murmur sistolik
puncak murmur mesin murmur o S2 tunggal
kontinyu pada o Penurunan sistolik, tidak o Adanya
akhir sistolik murmur distolik ada murmur insufiensi
diastolik pulmonal
EKG Normal o ola olume o , o RAE, RAD
overload o AE, AE o
o , AE, AD o ekuidifasik
QRS pada
-
Foto Normal o iper askularisasi o Dilatasi semua o Gambaran
PA ruang lapangan paru-
Rontgen
o Aorta yang o Mungkin paru hipo as-
dada menonjol memiliki kularisasi
o A, perubahan o ukuran PA
CHF o , A
o ormalisasi ,
A, dan aorta
221
246
BAB 28
BAB
BAB 28
SINKOP
28
SINKOP
SINKOP
Etiologi
Etiologi
Riwayat Klinis
Riwayat Klinis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Pendekatan
Pendekatan Diagnostik
Diagnostik
Sinkop: kehilangan kesadaran dan postur tubuh secara tiba-tiba, tidak terduga dan
Sinkop:
Sinkop: kehilangankesadaran
kehilangan kesadaran dan
dankeseimbangan tubuhtubuh
keseimbangan secara tiba-tiba, tidak terduga
secara tiba-tiba, danterduga dan
tidak
sementara dengan
sementara perbaikan
dengan pemulihanpenuh yang spontan
yang spontan
sementara dengan pemulihan yang spontan
Tabel 28-1. Etiologi sinkop
Tabel 28-1. Etiologi sinkop
I. Penyebab yang berasal dari jantung
I. Penyebab
A. Obstruksiyang
aliranberasal
keluar dari jantung
A. Obstruksi aliran
1. Stenosis aorta,keluar
kardiomiopati hipertrofi obstruktif
1. 2.Stenosis
Miksoma, aorta,
mitralkardiomiopati
stenosis hipertrofi obstruktif
2. Obstruksi
B. Miksoma, mitral
aliran keluarstenosis
B. Obstruksi aliran
1. Stenosis keluar
pulmonal
1. 2.Stenosis
Emboli paru, hipertensi pulmonal
pulmonal
2. 3.Emboli
Miksomaparu, hipertensi pulmonal
C.
3. Gagal pemompaan jantung
Miksoma
C. Gagal1. Infark miokard jantung
pemompaan
2. Penyakit arteri koroner
1. Infark miokard
3. Spasme koroner
2. Tamponade
D. Penyakit arteri
jantung,koroner
diseksi aorta
3. Spasme
E. Aritmia koroner
D. Tamponade jantung,
1. Bradikardi diseksi
(sick sinus aortablok jantung)
syndrome,
E. Aritmia
2. takikardi (takikardi supra entrikular, takikardi entrikular, atau induksi
1. Bradikardi (sick sinus syndrome, blok jantung)
pacu jantung)
2. 3.takikardi
Kombinasi (sindromasupra
(takikardi takikardi-bradikardi)
entrikular, takikardi entrikular, atau induksi
pacu jantung)
II. 3. Penyebab
Kombinasinon-jantung
(sindroma (ketidakseimbangan asomotor
takikardi-bradikardi)
A. aso agal
B. Situasional (kencing, batuk, menelan, atau defekasi)
II. Penyebab non-jantung (ketidakseimbangan asomotor
C. Ortostatik
A. D.aso agal postprandial
Hipotensi
B. E.
Situasional (kencing,
Hipersensitifitas batuk, menelan, atau defekasi)
sinus karotid
C. F.
Ortostatik
Penyakit kejiwaan
D. Hipotensi postprandial
E.
III. Hipersensitifitas sinusaliran
Penurunan fokal pada karotid
darah serebral
F. A. Serangan
Penyakit iskemik transien
kejiwaan
222
Tabel 28-2. Diagnosis Banding Sinkop berdasarkan Riwayat
Gejala yang ditemukan Kemungkinan penyebab
Sinkop dengan eksersi Stenosis aorta, hipertensi pulmonal, stenosis
mitral, kardiomiopati obstuktif hipertrofi,
penyakit arteri koroner
223 24
Tabel 28-3. Diagnosis Banding Sinkop berdasarkan Pemeriksaan Fisik
Temuan Kemungkinan penyebab
Pemeriksaan fisik negatif Neurokardiogenik
224
2
2
Head-up till
test
225
2
DAFTAR PUSTAKA
1. Cruickshanks JM, Prichard BNC. Beta-blockers in clinical practice. 2nd ed. Edinburgh:
hurchill i ingstone 99 .
2. iu J, ui , u B , et al. Beta- adrenergic polymorphisms in uence the
response to metoprolol monotrerapy in hypertensi e patients. lin pharmacol her.
2006;80:23-32.
3. Misono M, Maeda S, Motoyuki I, et al. Combination of polymorphisms in the beta-2
adrenergic receptor and nitric oxide synthase 3 genes increases the risk for hypertension.
J hypertens. 2009;27:1377-83.
4. ellstein A, alm D, Bels GG. Affinity and selecti ity of beta-adrenoceptor antagonist
in itro. J ardio asc harmacol. 9 6 6- .
5. mith , eitler . Beta-blocker selecti ity at cloned human beta- and beta-2
adrenergic receptors. ardio asc Drug her. 999 2 -6.
6. Brodde . he pharmacology of bisoprolol. e ontemp harmacorher.
1997;8:21-33.
7. aack , yroller , chnabel , et al. haracterisation of beta- selecti ity,
adrenoceptor-Gs-protein interaction and in erse ago-nism of nebi olol in human
myocardium. Br J Pharmacol. 2001;132:1817-26.
8. Bundkirchen A, Bri ius K, Bolck B, et al. Beta- adrenoceptor selecti ity of nebi olol
and bisoprolol. Eur J Pharmacol. 2003;460:119-26.
9. teinmann E, pfisterer , Burkart , et al. Acute hemodynamic effects of bisoprolol in
patients ith coronary artery disease. J cardio asc harmacol. 9 6 - .
10. Parrinello G, Paterna S, Torres D, et al. One-year renal and cardiac effects of
bisoprolol ersus losartan in recently diagnosed hypertensi e patients. lin Drug
n ers 2 9 29 9 -6 .
11. an de en , an leeu en J , mit AJ. he in uence of chronic treatment ith beta-
blockade on A E inhibition on the peripheral blood o in hypertensi e patients ith
and ithout concomitant intermittent claudication. asa. 99 2 -62.
12. Bailliart , Kedra A , Bonnin , et al. Effects of bisoprolol on local ascular resistance.
Eur Heart J. 1987;8:87-93.
13. Asmar RG, Kerihuel JC, Girerd XJ, Safar ME. Effect of bisoprolol in blood pressure
and arterial hemodynamic in systemic blood pressure. Am J cardiol. 1991;68:61-4.
14. Keim HJ, et al. Behandlung der leichten bis mittelschweren essentiallen hypertonic mit
bisoprolol. Therapiewoche. 1988;38:3507.
226
15. Dorro , Bethge . onnesmann . Effects of single oral doses of bisoprolol and
atenolol on air ays function in non-astmatic chronic obstruction ung disease and
angina pectoris. Eur J Clin pharmacol. 1986;31:143-7.
16. ac uin- a ier , oudot- hora al , lereci , et al. omparati e effects of
bisoprolol and acebutolol in smokers with airways obstruction. Br J Clin Pharmacol.
1988;26:279-84.
17. Henry PJ, Rigby PJ, Goldie RG. Distribution of beta-1 and beta-2 adrenoceptors in
mouse trachea and lung. Br J Pharmacol. 1990;99:136-44.
18. utiu G , actor . Al eolar epithelial beta-2 adrenoceptor. Am J respire ell ol
Biol. 2008;38:127-34.
19. Agostoni , ontini , attadori G, et. ung uction ith car edilol and bisoprolol
in chronic heart failure is beta selecti ity rele ant Eur J eart ail. 2 9 2 - .
20. ruickshank J , iggins J, ennart K, et al. he efficacy and tollerability of
antihypertensi e treatment based on atenolol in the pre ention of stroke and regression
of left entricular hypertrophy. J um hypertens. 9 -9 .
21. roog , e ine , testa A et al. the effects of antihypertensi e therapy on the
uality of life. Engl J ed. 9 6 6 -6
22. teiner , riedhoff Aj, ilson B , et al. Antihypertensi e therapy and uality of life.
N Engl J Med. 1986;314:1657-64.
23. ollifield J , oore . o beta-blockers lo er blood pressure. Drug her.
1983;13:91-9.
24. Prichard BN, Cruickshank JC, Graham BR. Beta-adrenergic blocking drugs in the
treatment of hypertension. Blood Press. 2001;10:366-86.
25. Seedat YK, Stewart-Wynne EG, Reddy J, Randeree M. Experiences with beta-blockers
in hypertension. S Afr Med J. 1973; 47:259-62.
26. heah J , hia B . ropranololin the treatment of Asians. J rop ed yg.
1974;77:150-4.
27. Tsukiyama H, Otsuka K, Higuma K. Effect of beta-blockers on central haemodynamics
in essential hypertension. Br J Clin Pharmacol. 1982;24:218-27.
28. Decalmer PB, Chatterjee SS, Cruickshank JM, et al. Beta- blockers and asthma. Br
Heart J. 1978;40:184-9.
29. Cruickshank JM. Are we misunderstanding beta-blocker? On central haemodynamics
in essential hypertension. Br J Clin Pharmacol. 1982;24:218-27.
30. Buhler , aragh J , Baer , et al. ronalol inhibition of renin secretion. Engl J
Med. 1972;287:1209-14
227
31. an in t eld AJ, chalekamp AD. Effect of beta-blockers on haemodynamics, plasma
renin acti ity and plasma norephinephrine in hypertensionb. J ardio asc harmacol.
1983;5:30-45.
32. ung J , u , han , et al. Effect of beta blokade car edilol and metoprolol
on acti ation of the renin-angiotensisn-aldosterone system and naturetic peptides in
chronic heart failure. Am J Cardiol. 2003;92:406-10
33. itenko A, cKen ie JK, itar D , et al. adolol antihypertensi e effect and
disposition in young and ederly adults with mild to moderate hypertension. Clin
Pharmacol Ther. 1989;46:56-62.
34. Marie PY, Mertes PM, Hassan-Sebbag N, et al. Exercise release of cardiac naturetic
peptides is markedly enhanced when patients with coronary heart disease are treated
chronically with beta-blockers. J Am Coll Cardiol. 2004;43:353-9
35. Agostoni P,Palermo P, Contini M. Respiratory effects of beta-blocker therapy in heart
failure. ardio asc Drugs her 2 9 ep Epub ahead of print.
36. ogari , oppi A. he clinical benefits of beta- selecti ity. e ontemp
Pharmacother. 1997;8:45-54.
37. rith G, einer . ong-tern effects of bisoprolol on blood pressure, serum lipids,
and D - cholesterol in patients ith essential hypertension. J ardio asc harmacol.
1986;8(11):134-8.
38. Janka , iegler AG, Disselhof G, ehnher . n uence of bisoprolol on blood
glucose, glucosaria and haemoglobin A-1 in non-insulin-dependent diabetes. J
ardio asc harmacol. 9 6 96-9.
39. eopold G, ngethum, abst J, et al. harmacodynamic profile of bisoprolol. Br J lin
Pharmacol. 1986;22:293-300.
40. un , ong , hang , ang . he effects of erapamil and bisoprolol on
reducing the sympathetic ner ous system s acti ity. ypertens es. 2 2 - .
41. Bolli , aller B, inder , et al. ardiac and ascular betaadrenoceptor-mediated
responses before and during treatment ith bisoprolol and atenolol. J cardio asc
pharmacol. 1986;8(11):S1-4.
42. uonsyrga , annila- andeberg , aa onen KJ, et al. aboratory tests as predictors
of the anti-hypertensi e effects of amlodipine, bisoprolol, hydrochlorthhia ide and
losartan in men (GENRES Study).J Hypertens. 2008;26:1250-6.
43. Bruck H, leineweber K, TemmeT, et al. the Arg389Gly beta-1 adrenoceptor
polymorphism and catecholamine-effects on plasma renin acti ity. J Am coll ardiol.
2005;46:2111-5.
228
44. Belenko , k ortso AA, aree ,et al. linical, haemodinamic and neurohumoral
effects of long-term therapy of patients with heart failure with the beta-blocker
bisoprolol. Kardiologia. 2003;43:10-21.
45. Kirsten , eff J, eint B, et al. in uence of different bisoprolol doses on
haemodynamics, plasma catecholamine, in hypertensi e patient. J cardio asc
Pharmacol. 1986;8(11):S113-21.
46. De Groote , Delour , amblin , et al. Effects of bisoprolol in patiens ith stable
congesti e heart failure. Ann ardiol Angeiol. 2 6 - .
47. u , ou , Deng B, et al. Beta- adrenergic receptor polymorphism and response
to bisoprolol in patients with chronic heart failure. Zhong Xin Xue Guan Bing Za Zin.
2006;34:776-80.
48. ryer E, aymond , antiago J , hak D. orepinephrine and epinephrine
release and adrenergic mediation of smoking-as-sociated hemodynamic and metabolic
e ents. Engl J ed. 9 6 29 - .
49. loyd- ostyn , ram . odification by proppranolol of cardio ascular effects of
induced hypoglycaemia. ancer 9 2 - .
50. arno J, uller K. ardio ascular effect of lo -dose epinephrine infusions
in relation to the e tent of preoperati e beta-blockade. Anaesthesiology.
1991;74:1035-43.
51. an in t eld AJ, chalekamp AD, Effects of ten different beta blockers on
hemodynamics, plasma rennin acti ity and plasma norepinephirine in hemodynamics,
plasma rennin acti ity and plasma norepinephrine in hypertension. J ardio ase
Pharmacol. 1983;S;S30-45.
52. ockcroft J , ho ienc yk J, Brett E, et al. ebi olol asodilatases human
forearm asculature e idence for -arginine -dependent mechanism. J harmacol
Exp Ther. 1995,274:1067-71.
53. illebrand , ang D, elgmann G, et al. ebi olol decreases endotheal cell stiffnes
ia the oestrogen receptor beta a nano imaging study. J ypertens. 2 9 2 -26.
54. mith , arren DJ. Effect of beta-blocking drugs on peripheral blood o in
intermittent claudication. J cardio asc harmacol. 9 2 2- .
55. iatt , radl D , erbe G , et al. electi e and non-selecti e beta-blockade of the
peripheral circulation. Clin Pharmacol Ther. 1984;35:12-8.
56. iatt , radl D , erbe G , et al. electi e and non-selecti e beta-blockade of the
peripheral circulation. Clin Pharmacol Ther. 1984;35:12-8.
229
57. epantalo . Beta-blockade and intermittent claudication. Acta ed cand.
1985;700(suppl):3-48.
58. ing , hen , hang , in . hort and long-term effects of antihypertensi e
drugs on arterial re ections, compliance and impedance. ypertension. 99 26 2 -
8.
59. De esaris , anieri G, ilitti , Andriani A. arge artery compliance in essential
hypertension. Effects of calcium antagonism and beta-blocking. Am J Hypertension.
Effects of calcium antagonism and impedance. Am J Hypertens. 1992;5:624-8.
60. Robb OJ, Perie JC. Webster J, Harry J.ICI 118,551 does not reduce blood pressure in
hyperstensi e patiens responsi e to atenolol and propranolol. Br J lin harmacol.
1985;19:541P-2P.
61. Cruickshank JM, Prichard BN. Beta-blockers in clicnical practice. 2nd ed. Edinburgh
hurchill i ingstone 99 .
62. eutel J , mith D , am , et al. Applicaton of ambulatory blood pressure
monitoring in differentiating bet een antihypertensi e agents.Am J ed.
1993;94:181-7.
63. Buhler . Age and cardio ascular response adaption. Determination of an
antihypertensi e treatment concept primary bases on beta-blockers and calcium entry
blockers. Hypertension. 1983;5:III94-100.
64. Buhler , aragh J , Baer , et al. ropranolol inhibition of rennin secretion. Engl
J Med. 1972;287:1209-14.
65. ilkins , Kendall J. Beta-Blockers and the elderly.J oll hysicians nd.
1984;18:42-5.
66. ichardson D , reund J, Gear A , et al. Effect of propranolol on ele ated arterial
blood pressure. Circulation. 1968;37:534-42.
67. Banks RA, Markandu ND, Roulston JE, MacGreggor GA. Differing effects of sodium
restriction, spironolactone, propranolol and captopril in black and white patients with
hypertension. 8th cientific eeting of the nternational ociety of ypertension,
Milan, May-June 1981, 35 (abstr).
68. oilter , anderson JE, e er , bel A. omparati e efficacy of first-linr drugs
in the treathment of hypertension in the Black African. 10th cientific eeting of the
International Society of Hypertension, Interlaken, June 1984 (abstr).
69. Da is E, ichards A , icholls G, et al. introduction of metoprolol increases
BNP in mild, stable heart failure. Circulation. 2006;113:977-85.
230
70. llson G, edberg K, leland JG, et al. rognostic importance of plasma -pro
BNP in chronic heart failure in petients treated with a beta-blocker (COMET trial). Eur
J Heart Fail. 2007;9:795-801.
71. Ablad B, Carlsson E, Johnsson G, Regardh CG. Metropolol. In Scrabine A (ed).
harmacology of antihypertensi e drugs. e ork a en ress, 9 .
72. Bri ius K, Bundkirchen A, Block B, et al. ebi olol, bucindolol, metoprolol and
car edilol are de oid of A acti ity in human myocardium. Br J harmacol.
2001;133:1330-8.
73. risant . ebi olol pharmacologic profile of an ultraselecti e, asodilatory beta -
blocker. J Clin Pharmacol. 2008;48:225-39.
74. Broeders A, Doe endans A, Bekkers B , et al. ebi olol a third generation beta-
blocker that augments ascular nitric o ide release. irculation. 2 26 - .
75. gnaro J. E perimental e idences of nitric o ide-dependent asodilatory acti ity of
nebi olol, a third generation beta-blocker. Blood ress. 2 2- 6.
76. Dessy C, Salies J, Ghisdal P, et al. Endothelial beta-3 adrenoceptors mediate nitric
o ide-dependent asorela ation of coronary micro essels in response to nebi olol.
Circulation. 2005; 112:1198-205.
77. o ec B, Erfanian , aurant K, et al. ebi olol, a asodilating selecti e beta-
blockker and beta-3 adrenergic agonist in the non-failing transplanted human heart. J
Am Coll Cardiol. 2009;53:1539-42.
78. rsino G, asi a , aschi E, et al. the beta- adrenoceptor as a theraupetic target
current perspecti e. harmacol es. 2 9 9 22 - .
79. lora J , Jones J , assan , light . Ambulatory blood pressure during once daily
randomised doble-blind administration of atenolol, metoprolol, pindolol and slow
release propanolol. Br Med J. 1982;285:1387-92.
80. oniotte , Balligaid J- . otential use of beta- antagonist in heart failure therapy.
ardio asc Drug e . 2 2 2 2 9-26
81. Flather MD, Shibata MC, Coats J, et al. Randomised trial to determine the effect of
nebi olol on mortality and cardio ascular hospital admissions in ederly patients ith
heart failure (SENIORS). Eur Heart J. 2005;26:215-25.
82. oberts D , sao , c oughlin GA, Breckeridge A. lacebo controlled comparison
of captopril , atenolol and pindolol in hypertension complicated by intermittent
claudication. ancet. 9 2 6 - .
83. ann , illar- raig , Balasubrananian , aftery EB. nce daily beta-blockade in
hypertension: an ambulatory assesment. Br J Clin Pharmacol. 1981;12:223-8.
231
84. Kaiser , eise , osek , et al. uence of nebi olol and enalapril on metabolic
parameters and arterial stiffness in hypertensi e type 2 diabetic pasiens. J ypertens
2006;24:1397-403.
85. ilco , e is , eart , et al. enal function, body uid olume, renin,
aldosterone and noradrenaline during treatment of hypertension with pindolol. J
arsio asc harmacol. 9 9 -6
86. olomon A, amsey E, eo , et al. Beta-blokade and intermittent cladication.
BMJ 1991;303:1100-4.
87. right J , Di ette DJ, Goodman , et al. enin, race and antihypertensi e efficacy
with atenolol and labetalol. J Hum Hypertens. 1991;5:193-8.
88. Krum , on ay E , Broadbear J , et al. ostural hypotension in elderly patients
gi en car edilol. B J. 99 9 -6.
89. c a ish D, ampoli- ichards D, orkin E . ar edilol. A re ie of its
pharmacology and therapeutic efficacy. Drugs. 99 2 2- .
90. Kock G, ronsson . Acute effect of combined alpha beta-adrenoceptor blockade in
ischemic heart disease complicated by hypertension. Am J Hypertens. 1991; 4:709-13.
91. Dupont AG. Effect of car edilol on renal function. Eur J lin harmacol. 99 suppl
2):S96-100.
92. eonette G, ampieri , uspidi , et al. esting and post e ercise haemodinamic
effect of car edilol. J ardio asc harmacol. 9 suppl 9 -6.
93. anagi , sutamoto , anaka , et al. Effect of car edilol on plasma adiponectine
concentration in patient with chronic heart failure. Circ J. 2009;73:1067-73.
94. igaki J, gihara , akamuru , et al. Effect of car edilol on plasma hormonal and
biochemical factor in Japanese patients with hypertension. Drugs. 1988;36(6):64-8.
95. Rosenberg J, Gustafsson F, Remme WJ, et al. Effect of beta-blockade and ACE-
inhibition on B-type naturetic peptides in stable patients with systolic heart failure.
ardio asc Drug her. 2 22 - .
96. truthers AD, hittesmith , eid J . etabolic and haemodinamic effect of increased
circulating adrenalin in man. Br Heart J. 1983;50:277-81.
97. osei EA, Bro n JJ, e er A , et al. reatment of phaeochromacytoma and clonidine
withdrawal hypertension with labetalol. Br J Clin Pharmacol. 1976;3(suppl):809-15.
98. Kahela , Antilla , ikkanen , und uist . Effect of food on the bioa ailability of
sotalol. Acta Pharmacol Toxicol. 1979;44:7.
232
99. elander A, tenbury , iedholm , et al. ood-induced reduction in bioa ailability
of atenolol. Eur J Clin Pharmacol. 1979;16;327-30.
100. eopold G, abst J, ngethum , Buhring K . Basic pharmokinetics of bisoprolol.
J Clin Pharmacol. 1986;26:616-21.
101. hiariello , olpe , engo , et al. Effect of furosemide on plasma concentration
and beta-blockade by propranolol. Clin Pharmacol Ther. 1979;26:433.
102. Schafer-Korting M, Kirch W, Axthelm T, et al. Atenolol interaction with aspirin,
allopurinol, and ampicillin. Clin Pharmacol Ther. 1983;33:283-8.
103. Kirch W, Kohler H, Spahn H, Mutschler E. Interaction of cimetidine with
metropolol , propranolol or atenolol. ancet 9 2 2 -2.
104. Hawksworth G, Betts T, Crowe A, et al. Diazepam/beta-blocker interactions. Br J
Clin Pharmacol. 1984;17(suppl):69S-76S.
105. Ba D, ennard , Al-Asady , et al. nhibition of drug metabolism by beta-
blockers. Drugs. 1983; 25:121-6.
106. ee D , haffer J. o incidence of shi ering ith chronic propranolol therapy.
ancet. 9 6 .
107. Foroutan SK, Rajabi M. Erectile dysfuction in men with angiographically
documented coronary artery disease. UlolJ. 2007;4;28-32.
108. Fraser HS, Carr Ac. Propranolol psychosis. Br J Psychiatr. 1976;129:508-9
109. c ary K . Erectile dysfunction. Engl J ed. 2 2 2- .
110. Cocco G. Erectile dysfunction after therapy with metoprolol: the Hawthorne
Effect. Cardiology. 2008;112:174-7.
111. Richards S. Cutaneous side effect of beta-adrenergic blockers. Aust J Dhermatol.
1985;26:25-8.
112. Gold MH, Holy AK, Roenigk HH. Beta-blocking drugs and psoriasis. J Am Acad
Dermatol. 1988;19:837-41.
113. Bodmer , Egger , ohenstein E, et al. ichernord eruption associated ith
nebi olol. Ann harmacother. 2 6 6 -9 .
233
Dr. dr. Starry H. Rampengan, SpJP(K), FIHA, FICA, FACC, FAHA,
FESC, MARS, lahir di Manado, pada tanggal 7 September 1973.
Tamat TK Puncak Jaya Sakti Manado tahun 1979, SD Kr. Tabitha I
Manado tahun 1985, SMP Fr. Don Bosco Manado tahun 1988. Setelah
menamatkan SMA di SMA Negeri I Manado tahun 1991, meneruskan
ke akultas Kedokteran ni ersitas am atulangi.
Gelar Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (2007) dan gelar
Konsultan nter ensi Jantung 2 9 diperoleh dari akultas Kedokteran ni ersitas
ndonesia. Gelar Doktor lmu Kedokteran diperoleh dari akultas Kedokteran ni ersitas
Indonesia pada tahun 2013. Tahun 2014 memperoleh gelar Magister Administrasi Rumah
akit dari akultas Kesehatan asyarakat ni ersitas am atulangi anado.
Menjadi anggota Fellow beberapa organisasi dalam dan luar negeri diantaranya Indonesian
Heart Association (IHA), International College of Angiology (ICA), American College
of Cardiology (ACC), American Heart Association (AHA) serta European Society of
Cardiology (ESC).
ernah menjadi enanggung Ja ab rina - Jantung B rof. Dr. . D. Kandou,
anado 2 -2 2 , akil Ketua okja nfeksi osokomial B rof. D . .
D. Kandou, Manado (2010-2012), Sekretaris Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran,
ni ersitas am atulagi, anado 2 -sekarang .
ingga saat ini masih aktif mengajar di akultas Kedokteran ni ersitas am atulangi
anado, menjadi ekretaris Bagian Kardiologi dan Kedokteran askular akultas
Kedokteran ni ersitas am atulangi anado, Dosen uar Biasa lmu enyakit Dalam
akultas Kedokteran ni ersitas am atulangi anado, Direktur Klinik Jantung dan
Pembuluh Darah JADE Manado, Ketua Asklin (Asosiasi Klinik) Wilayah Sulawesi Utara,
Tim Pelatih Skill Lab. akultas Kedokteran, ni ersitas am atulangi anado, im
penguji E asional akultas Kedokteran, ni ersitas am atulangi anado, Komite
edik, subkomite utu rofesi B rof. D . . D. Kandou anado, Komite
Medik, subkomite Mutu Profesi RS Siloam Manado, serta Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
Wilayah Sulawesi Utara.
234