Anda di halaman 1dari 7

1

Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik


UNISTEK, 2019, Vol. 6, No.1

Studi Kelayakan Bisnis Bengkel Bubut Cipta Teknik Mandiri


(Studi Kasus di Perumnas Tangerang Banten)

Khamaludin1), Sutresna Juhara2), Sodikin3)

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Syekh Yusuf, Jl. Mulana Yusuf No.10
Tangerang Banten 15118, Indonesia
1)
khamaludin@unis.ac,id
2)
sjuhara@unis.ac.id
3)
sodikpeong@gmail.com

Abstrak. Seiring berkembang pesatnya dunia industri otomotif namun tanpa diimbangi pendapatan
konsumen yang sesuai menuntut pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan
kreativitas dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi di segala bidang untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Dengan menganalisis aspek pasar menggunakan metode SWOT, studi kelayakan dari
aspek finansial diharapkan mampu memberikan gambaran kelayakan pengembangan bisnis produksi
dan jasa Bengkel Bubut Cipta Teknik Mandiri. Bisnis dengan jenis usaha membuat dan memasarkan
aksesoris motor ini layak untuk dijalankan dengan pertimbangan studi kelayakan pasar dan analisis
aspek finansial berupa Payback Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Break Even Point (BEP)

Kata kunci: analisis ekonomi, bengkel, studi kelayakan, SWOT.

Abstract. Along with the rapid development of the automotive industry but without matching the
income of consumers, it requires small and medium enterprises (UMKM) to increase creativity in
increasing effectiveness and efficiency in all fields to meet consumer needs. By analyzing aspects of
the market using the SWOT method, a feasibility study of financial aspects is expected to be able to
provide an overview of the feasibility of developing the production business and services of Cipta
Teknik Mandiri Lathe Workshop. Businesses with this type of business making and marketing
motorcycle accessories are feasible to run with consideration of market feasibility studies and
financial aspects analysis in the form of Payback Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), and Break Even Point (BEP )

Keywords: economic analysis, workshop, feasibility studies, SWOT.

I. Pendahuluan dijual ke seluruh indonesia. Pada tahun 2018,


Pesatnya perkembangan industri dan rata-rata penjualan per-bulan sebanyak 200 unit
produk-produk otomotif dewasa ini menjadi dengan harga rata-rata Rp 150.000,00/unit.
sebuah peluang tersendiri bagi beberapa Permintaan akan produk ini cenderung naik dari
kalangan untuk mendapatkan keuntungan awal dioperasikannya.
terutama bagi pelaku usaha kecil menengah ke Aksesoris yang diproduksi adalah produk
bawah (UMKM) yaitu dengan menciptakan dari salah satu merk sepeda motor di Indonesia.
produk aksesoris otomotif terutama aksesoris Contoh produk seperti pada Gambar 1. Di
sepeda motor. Di kawasan industri Tangerang pasaran untuk aksesoris ini dibandrol dengan
khususnya daerah perumnas Karawaci harga Rp 350.000,00 namun Bengkel Cipta
merupakan sebuah area atau lahan yang Teknik Mandiri mampu memproduksi dan
potensial sebagai tempat usaha di antaranya menjual produk tersebut jauh di bawah harga
Bengkel Bubut Cipta Teknik Mandiri. Bengkel pasar. Tidak mengherankan bila permintaan
ini mampu memproduksi dan melayani jasa terus melonjak terutama saat libur panjang dan
pengerjaan mesin-mesin industri. hari raya.
Bengkel Bubut Cipta Teknik Mandiri Mesin dan alat produksi yang dimiliki
merupakan usaha bengkel bubut yang dapat bengkel ini adalah mesin bubut mini, mesin las,
memproduksi aksesoris sepeda motor yang
2
Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik
UNISTEK, 2019, Vol. 6, No.1

mesin gerinda, dan mesin drill serta alat manusia yang sampai sekarang belum
pendukung lainya seperti mata bor. sepenuhnya terpenuhi atau kemungkinan sudah
Dalam menjalankan sebuah usaha (bisnis), terpenuhi namun kurang memuaskan. b)
keberhasilannya ditentukan oleh bagaimana Pendekatan penawaran berawal dari kemampuan
pelakunya mengelola usaha tersebut. dalam membuat suatu produk/barang,
Pengelolaan ini meliputi aspek pemasaran, memberikan pelayanan jasa atau gabungan dari
operasi, keuangan, hukum, sumber daya keduanya. c) Membatasi Jangkauan Pasar,
manusia dan organisasional maupun lingkungan mengukur secara rasional seberapa luas
(Kasmir, 2012). jangkauan usaha Anda dan tentukan siapa target
pasar Anda.
Penelitian tentang kelayakan usaha telah
banyak dilakukan. Penelitian pertama dilakukan
oleh Latuny (2010) yang meneliti tentang
bagaimana kelayakan industri kerajinan kerang
mutiara dari sisi aspek finansial. Penelitian
kedua oleh Nugroho, Bakar, & Fitria (2014)
Gambar 1. Contoh Produk Bengkel yang meneliti tentang bagaimana kelayakan
pembukaan pencucian kendaraan bermotor
Menurut Ibrahim dalam Gumelar dilihat dari sisi aspek pasar, aspek teknis, aspek
(2011), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan keuangan dan aspek manajemen. Penelitian
untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat ketiga dilakukan oleh Ferdiansa, Bakar, & Fitria
diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan (2013) yang meneliti tentang bagaimana
usaha atau proyek. Sedangkan menurut kelayakan usaha pembuatan seragam sekolah di
Kadariah, Kahlien dan Clive (1999), proyek Desa Panyirapan Soreang Kabupaten Bandung
sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
menggunakan sumber-sumber untuk legal dan lingkungan, aspek manajemen sumber
mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu daya manusia dan aspek finansial. Penelitian ini
aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan mencoba menilai aspek kelayakan bisnis dari
harapan untuk mendapatkan hasil (return) di aspek pasar (analisis SWOT) dan aspek finansial
waktu yang akan datang dan dapat (NPV, IRR, PBP, dan BEP).
direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai
satu unit. Tujuan dilakukannya analisis bisnis II. Bahan dan Metode
(Gray dan Larson, 2007) adalah (1) Untuk Penelitian ini merupakan penelitian
mengetahui tingkat keuntungan yang dapat yang bersifat deskriptif kuantitatif. Jenis data
dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; yang digunakan adalah data primer. Lokasi
(2) Menghindari pemborosan sumber-sumber penelitian adalah Perumnas Tangerang, Banten.
daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan Pada tahap identifikasi masalah
yang tidak menguntungkan; (3) Mengadakan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan
penilaian terhadap peluang investasi yang ada pemilik usaha Bengkel Bubut Cipta Teknik
sehingga dapat memilih alternatif kegiatan yang Mandiri. Dengan permasalahan yang ada
paling menguntungkan; (4) Menentukan dilakukan studi literatur dan studi keadaan
prioritas investasi. aktual dilapangan dari berbagai aspek pasar dan
Rangkuti dalam Syarif (2011) aspek finansial. Tahap pengumpulan data
menjelaskan kemampuan analisis pemasaran dilakukan terhadap masing-masing aspek
sangat penting untuk keberhasilan perusahaan. diantaranya aspek pasar: analisis SWOT; aspek
Jika suatu perusahaan dapat menjual lebih finansial: analisis metode Net Present Value
banyak produk yang sama, dengan kualitas yang (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback
sama, dengan harga yang lebih mahal, atau Period (PBP) dan Break Even Point (BEP).
dapat mengembangkan produk baru yang lebih Aspek Pasar
berhasil, perusahaan tersebut relatif telah Analisis SWOT adalah alat yang
berhasil menggunakan kemampuan analisis digunakan untuk membantu pengambilan
pemasarannya. keputusan kelayakan usaha berdasarkan
Kotler dalam Syarif (2011) Potensi strengths, weaknesses, opportunities dan threats
pasar dapat dianalisis melalui: a) Pendekatan (Amalia, Hidayat, & Budiatmo, 2012). Analisis
permintaan menekankan tentang kebutuhan SWOT berbentuk matriks yang menjelaskan
3
Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik
UNISTEK, 2019, Vol. 6, No.1

faktor internal yang menjadi kekuatan dan NPV = 0, maka investasi berada pada posisi titik
kelemahan perusahaan dan faktor eksternal yang impas (Break Even Point).
berupa peluang dan ancaman yang dihadapi C0 : Initial investment (investasi awal)
perusahaan (Siregar, 2015). C1 : Arus kas investasi pada tahun pertama
Menurut Rangkuti (2004) faktor internal Cn : Arus kas investasi pada tahun ke-n
yang menjadi kekuatan dan kelemahan i : Discount factor (tingkat suku bunga)
perusahaan adalah yang berhubungan dengan Internal Rate of Return (IRR)
aspek sumber daya manusia, keuangan, Tingkat Pengembalian Internal (Internal
produksi, perencanaan dan pemasaran. Faktor Rate of Return) menurut Ross, et.al, (2008),
eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dasar pemikiran dari metode IRR adalah
perusahaan adalah yang berhubungan dengan memberikan satu angka yang menyimpulkan
pemasok, pesaing dan pelanggan. manfaat dari suatu proyek. Angka yang
Aspek Finansial dihasilkan tidak bergantung pada tingkat suku
Aspek Finansial dilihat dari bunga yang merujuk pada pasar modal.
profitabilitas dan kemampuan menyediakan Secara umum, peraturan investasi
keuangan dengan segala konsekuensinya menyebutkan menerima proyek apabila IRR
(Sabana, 2015). Dalam penelitian ini berfokus lebih besar dari tingkat diskon dan menolak
pada analisis investasi seperti Payback Period proyek apabila IRR lebih kecil dari tingkat
(PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate diskon. Karena dengan IRR yang lebih besar
of Return (IRR) dan Break Even Point (BEP). dari tingkat diskon berarti proyek akan
Analisis investasi merupakan analisis memberikan NPV positif. Dengan melakukan
modal yang harus dikeluarkan dengan estimasi perhitungan IRR maka dapat dilakukan
pendapatan yang akan diterima. pemeringkatan atas beberapa pilihan proyek
Payback Period (PBP) yang dapat memberikan nilai IRR terbesar.
Payback Period adalah jangka waktu Dengan kata lain, Internal Rate of Return (IRR)
tertentu yang menunjukkan terjadinya arus adalah tingkat bunga yang menggambarkan nilai
penerimaan (cash flow) secara kumulatif sama bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah
dengan jumlah investasi dalam bentuk present semua investasi usaha.
value. Secara singkat rumus untuk menghitung
Payback Period (PBP) adalah sebagai berikut: 𝑁𝑃𝑉1
IRR = 𝑖1 + [𝑁𝑃𝑉 ] (𝑖2 − 𝑖1 )
1 − 𝑁𝑃𝑉2
Investasi (4)
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = x 12 bulan
Kas Bersih
(1) NPV : Net Present Value
i1 : Tingkat discount rate pertama
Net Present Value (NPV) i2 : Tingkat discount rate kedua
Net Present Value (NPV) adalah hasil
selisih penerimaan dengan pengeluaran yang IRR > i, maka layak secara finansial.
sudah dilakukan (Nufaili & Utomo, 2014). IRR < i, maka investasi tidak layak secara
Panjaitan, Limbong, & Suryani (2012) finansial.
mengatakan NPV adalah nilai uang sekarang IRR = I, maka investasi berada pada posisi titik
yang berasal dari sejumlah uang di masa yang impas (Break Even Point).
akan datang dan dikonversikan ke sekarang Break Even Point (BEP)
dengan memakai tingkat bunga terpilih. Dalam Analisis Break Even Point
(BEP), faktor-faktor biaya dibedakan menjadi:
NPV = PVBenefit – PVCost (2) - Variabel Cost, adalah biaya yang akan ikut
berubah secara porsional dengan perubahan
𝐶1 𝐶2 𝐶𝑛
NPV = −𝐶0 + + +⋯+ volume penjualan atau produksi.
(1+𝑖) (1+𝑖)2 (1+𝑖)𝑛
- Fixed Cost, adalah biaya yang tidak akan ikut
(3)
berubah dengan perubahan volume penjualan
atau produksi.
NPV > 0, maka investasi layak secara finansial.
Adapun rumus BEP dalam unit adalah sebagai
NPV < 0, maka investasi tidak layak secara
berikut:
finansial.
4
Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik
UNISTEK, 2019, Vol. 6, No.1

FC (perkiraan) Bengkel Bubut Cipta Teknik


BEP = P − VC Mandiri yang diperoleh dari hasil wawancara.
(5)
Tabel 1. Modal Awal Bengkel Bubut
Sedangkan BEP dalam rupiah adalah sebagai
Mesin Ket Perkiraan
berikut: Mesin dan alat 1 unit 15.000.000
Sewa tempat /tahun 6.000.000
FC
BEP = VC Baiya operasional awal 500.000
1−
S Total 21.500.000
(6) Tabel 2. Biaya Operasional Bulanan
Biaya Operasional Ket Perkiraan
FC : Fixed Cost (biaya tetap) Gaji karyawan 2 orang 6.000.000
P : Price (harga per-unit) Listrik dan air 300.000
VC : Variable Cost (biaya variabel) Total 6.300.000
S : Sales (total penjualan)
Tabel 3. Pengeluaran Bulanan
III. Hasil dan Pembahasan Mesin Ket Perkiraan
Aspek Pasar Material (bahan) 1.000.000
Pasar yang potensial akan mendukung Overhead produksi 200.000
keberlangsungan usaha dalam memasarkan Total 1.200.000
produk bisnis. Tentunya tidak tetap
memperhatikan kualitas dan pelayanan yang Tabel 4. Pendapatan Bulanan
baik. Mesin Ket Perkiraan
Penjualan produk 200 unit 30.000.000
Analisis yang dibutuhkan sebelum aksesoris
bisnis dibangun antara lain dengan metode
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Total 30.000.000
Threats). Adapun analisis SWOT untuk Bengkel
Bubut Cipta Teknik Mandiri sebagai berikut:
Payback Period (PBP)
Analisis kekuatan (strengths): Payback Period ditentukan secara
a. Bengkel Bubut Cipta Teknik Mandiri bulanan sehingga data terlebih dahulu dijadikan
memiliki karyawan yang berpengalaman data bulanan. Berikut adalah rincian pemasukan
kerja di dunia bengkel. dan pengeluaran bulanan.
b. Produk yang dihasilkan memiliki tingkat
presisi yang tinggi. Tabel 5. Tabel Keuntungan Kotor Bulanan
c. Harga produk jauh lebih murah dari produk Keterangan Perkiraan
asli. Pendapatan Kotor:
Analisis kelemahan (weaknesses): Penjualan produk aksesoris 30.000.000
a. Proses pengerjaan produk dominan Pengeluaran:
dikerjakan secara manual. Sewa tempat (500.000)
b. Pemasaran produk masih perlu ditingkatkan. Gaji karyawan (6.300.000)
Analisis peluang (opportunities) Mesin dan alat (625.000)
a. Tingkat pembelian sepeda motor cenderung Operasional awal (42.000)
Listrik dan air (300.000)
mengalami peningkatan.
Material (bahan) (1.000.000)
b. Dukungan pemerintah dalam pengembangan Overhead produksi (200.000)
UMKM. Total pengeluaran (8.967.000)
Analisis ancaman (threats) Pendapatan bersih 21.033.000
a. Pesaing memiliki kapasitas produksi jauh
lebih besar. Investasi
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = x 12 bulan
b. Pesaing menggunakan mesin-mesin modern Kas Bersih
dan canggih.
Aspek Finansial 21.500.000
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = x 12 bulan
Analisis aspek finansial merujuk pada 21.033.000
tingkat kelayakan usaha yang dilihat dari aspek
keuangan. Berikut adalah data-data finansial = 12,3 bulan
5
Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik
UNISTEK, 2019, Vol. 6, No.1

Berdasarkan nilai payback period = 12,3 bulan Nilai IRR tersebut dapat dimaknai bahwa
(masih pada kisaran 9 bulan – 24 bulan) maka dengan arus kas yang diterima selama tiga
dapat disimpulkan bahwa investasi ini layak tahun, investasi tersebut memberikan tingkat
untuk diterima. return sebesar 36,49%. Dengan nilai return
Net Present Value (NPV) berlaku di pasar (discount factor) sebesar 6%
Dalam penelitian ini membutuhkan maka dapat dikatakan bahwa investasi ini
investasi awal Rp 21.500.000,00 dengan rincian memberikan keuntungan lebih besar disbanding
seperti pada Tabel 1 dan jangka waktu investasi investasi lain yang tersedia, sehingga dapat
dihitung berdasarkan rata-rata umur berdirinya disimpulkan bahwa investasi ini layak diterima.
bengkel yaitu berkisar tiga tahun hingga lima
tahun. Dengan menggunakan subyektifitas
peneliti memilih umur investasi 3 tahun dengan Break Even Point (BEP)
tingkat suku bunga rata-rata 7%. Adapun rumus BEP dalam unit adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Arus Kas Penyesuaian
Periode Arus Kas 6.300.000
BEP = 150.000 − 10.000
x 100%
1 21.033.000
2 22.505.310
3 24.080.682 BEP = 45 unit

21.033.000 22.505.310 Sedangkan BEP dalam rupiah adalah sebagai


NPV = −21.500.000 + + berikut:
(1 + 0,07)1 (1 + 0,07)2
24.080.682
+ FC
(1 + 0.07)3 BEP = VC
1−
S
NPV = -21.500.000 + 58.971.027 = 37.471.027
Berdasarkan pada arus kas yang ada maka NPV 6.300.000
BEP = 10.000
> 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa Bengkel 1−
150.000
Bubut Cipta Teknik Mandiri layak untuk
dikembangkan. BEP = Rp 6.752.412,00
Internal Rate of Return (IRR)
Perhitungan IRR dengan cara interpolasi, yaitu Titik impas (Break Even Point) Bengkel Bubut
dengan mencari dua nilai NPV dengan Cipta Teknik Mandiri akan tercapai minimal
mensimulasikan nilai discount rate yang menjual 45 unit aksesoris motor dengan nilai
menghasilkan nilai NPV negatif dan positif. pendapatan sebesar Rp 6.752.412,00.

Tabel 7. Interpolasi NPV IV. Kesimpulan


Periode Arus Kas i1 = 0,36 i2 = 0,37 Berdasarkan pada data dan paparan di atas maka
NPV1 NPV2 Bengkel Bubut Cipta Teknik Mandiri yang
1 21.033.000 15.465.441 15.352.555 berada di Perumnas Karawaci Tangerang layak
2 22.505.310 12.167.663 11.990.681 untuk dikembangkan berdasarkan aspek pasar
3 24.080.682 9.573.088 9.364.985 dengan analisis metode SWOT dan aspek
NPV 255.892 -263.154
finansial berdasarkan metode Payback Period
(PBP), Net Present Value (NPV) dan Internal
𝑁𝑃𝑉1 Rate Return (IRR) dan Break Even Point (BEP).
IRR = 𝑖1 + [ ] (𝑖2 − 𝑖1 )
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 Daftar Pustaka
Aditya, A. S, et al. (2014). Analisis Kelayakan
255.892
Usaha Lemari/Rak Simple and Easy
= 0,36 + (0,37 Delivery di Kecamatan Cikarang. Reka
255.892 − (−263.154)
− 0,36) Integra, 2(1)
Afiyah, A, et al. (2015). Analisis Studi
= 0,3649 atau 36,49% Kelayakan Usaha Pendirian Home
Industry (Studi Kasus: Home Industry
Cokelat “Cozy” kademangan Blitar).
6
Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik
UNISTEK, 2019, Vol. 6, No.1

Jurnal administrasi Bisnis (JAB), Tunggal, Depok Sleman, Yogyakarta).


23(1) JKB, 19(X), 1-11,
Amalia, A., Hidayat, W., & Budiatmo, A. Ross, S. A., et al. (2008) Modern Financial
(2012). Analisis Strategi Management, Eight Edition, New York:
Pengembangan Usaha Pada UKM Batik Mc.Graw-Hill,
Semarangan di Kota Semarang. Jurnal Sabana, C. (2015). Kajian Pengembangan
Ilmu Administrassi Bisnis, 1(1), 1–12. Produks Makanan Olahan Mangrove.
Boone, Kurtz, L.E., David, L. (2008). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 14(1), 40–
Pengantar Bisnis Kontemporer. Jakarta: 46.
Salemba Empat. Satriadi, A., et al. (2014). Perancangan Sistem
Franchise Distro Sandwich Berdasarkan
Dwiputra, Gerry, & Anugrah. (2017). Analisis Analisis Kelayakan Bisnis. Reka
Kelayakan Pengembangan Usaha Rumah Integra, 2(4), 271-282
Makan Krebo Jantan. Jurnal Sistem dan Siantar, H. P. (2014). Business Plan Bisnis Keju
Manajemen Industri, 1(2), 85-90. Cattle Cheese di Surabaya. Calyptra,
Ferdiansa, F., Bakar, A., & Fitria, L. (2013). 3(1), 1-20
Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Siregar, G. (2015). Analisis Kelayakan dan
Seragam Sekolah di Desa Panyirapan Strategi Pengembangan Usaha Ternak
Soreang Kabupaten Bandung. Reka Sapi Potong. Jurnal Ilmu Pertanian
Integra, 1(2), 32–43. “AGRIUM,” 17(3), 192–201.
Fuad, M. H., Nurlela,C., Sugiarto, & Paulus, Soekartawi. (2006). Ilmu Usaha Tani. Jakarta:
Y.E.F. (2006). Pengantar Bisnis, UI Press
Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Gramedia Subagyo, A. (2008). Studi Kelayakan Bisnis,
Pustaka Utama, Cetakan kedua. Jakarta: PT. Elex Media
Galuh, G (2011) Analisis Kelayakan Bisnis Komputindo Kelompok Gramedia.
Kedai Kopi Mobil di wilayah kota Bogor, Yunita, I. (2017). Analisis Kelayakan Usaha
Bogor : Institut Pertanian Bogor. Dodol Pulut di Desa Paloh Kecamatan
Heizer, J & Render, B. (2009). Operation Peusangan Kabupaten Bireuen. Jurnal S
Management.8th edition, Pearson Pertanian, 10(1), 826-836
Pretince-Hall.
Jeff, M. (2007). Pengantar Bisnis, Edisi
Keempat. Jakarta.: Salemba Empat,
Kasmir, J. (2012). Studi Kelayakan Bisnis. Edisi
Revisi. Jakarta: Kencana
Keown, J. Arthur, Sc, Martin, dan Petty.
(2011). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan: Prinsip dan Penerapan,
Edisi Kesepuluh. Jakarta: Indeks,
Latuny, W. (2010). Analisis Kelayakan Aspek
Finansial Industri Kerajinan Kerang
Mutiara (Studi Kasus Pada UD. Mutiara
Indah). Jurnal Arika, 4(1), 1105–1978.
Purnamasari, Dewi. Hendrawan, & Bambang.
(2013). Analisis Kelayakan Bisnis
Usaha Roti Ceriwis sebagai Oleh-Oleh
Khas Kota Batam. Jurnal Akuntansi,
Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 3(1),
83-87
Rangkuti, F. (2004). Manajemen Persediaan
Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Rinofah, R., & Kurniawan, S(2016). Analisis
Kelayakan Usaha Warung Burjo (Studi
Kasus: Dusun Karang Gayam, catur
7
Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknik
UNISTEK, 2019, Vol. 6, No.1

Anda mungkin juga menyukai