184C6B47-3CD3-48B9-B898-1C6EC4F6BFB1
184C6B47-3CD3-48B9-B898-1C6EC4F6BFB1
Isu diskriminasi gender adalah isu atau permasalahan yang terjadi karena
kebijakan, program, ataupun kegiatan dan juga sikap yang dibuat secara maupun tanpa
ataupun sikap ataupun tindakan yang menempatkan orang lain/pihak lain dalam posisi
lebih rendah atau pada posisi yang kurang penting. Isu sub ordinasi dalam hubungan kekuasaan antara
dua pihak. Hubungan kekuasan ini dapat terjadi dalam hubungan
keluarga seperti orang tua-anak, demikian juga antara suami dan istri Dalam kaitan
dengan gender, maka pada umumnya perempuanlah yang ditempatkan pada posisi lebih
rendah dibandingkan kaum laki-laki, demikian juga yang terjadi di masyarakat. Pada
masyarakat Jawa perempuan dipandang sebagai ”konco wingking” yang berarti berada
di belakang. Hubungan yang bersifat sub ordinasi, khususnya terhadap perempuan tidak
lain, seperti isu ketimpangan maupun ketidak adilan gender. Ketimpangan gender dapat
dilihat jelas secara kuantitatif (dalam bentuk angka), misalnya jumlah perempuan yang
laki. Jumlah perempuan yang berhasil duduk di Dewan Perwakilan Rakyat ataupun
Akan tetapi sebaliknya, angka partisipasi perempuan dalam program KB jauh lebih
lain, seperti isu ketimpangan maupun ketidak-adilan gender. Ketimpangan gender dapat
dilihat jelas secara kuantitatif (dalam bentuk angka), misalnya jumlah perempuan yang
laki. Jumlah perempuan yang berhasil duduk di Dewan Perwakilan Rakyat ataupun
Akan tetapi sebaliknya, angka partisipasi perempuan dalam program KB jauh lebih tinggi dibandingkan
laki-laki.
Isu marjinalisasi atau terpinggirkan bagi seorang perempuan dapat terjadi dalam
berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang politik misalnya kesempatan perempuan untuk
pekerjaan yang sama selalu lebih sedikit dibandingkan pekerja laki-laki. Dalam bidang
penting), karena nilai budaya masih memandang perempuan akan meninggalkan rumah
ditempatkan pada posisi garis utama. Oleh karena itu dalam upaya memperjuangkan
Pencitraan/pelabelan itu ada dua jenisnya, yaitu pertama pelabelan yang positip,
kedua ada pula pelabelan yang negatif. Penciteraan ini dapat diberikan kepada
misalnya istilah “Wanita Tuna Susila” (WTS = pelacur). Mengapa dalam pekerjaan ini
hanya perempuan yang diberi label “tuna susila”, bukankah laki-laki yang berkencan
dengan wanita tuna susila itu juga laki-laki yang tuna susila? Kata-kata makian seperti
“cerewet seperti perempuan” juga patut dipertanyakan karena tidak kurang ada laki-laki
umum (seperti di angkutan kota, di jalan raya,dsb), di sekolah (seperti kekerasan dalam
(seperti ayah memukul anak, suami menganiaya istri, majikan mengancam pembantu,
dsb). Kekerasan dapat terjadi karena tidak berimbangnya kekuasaan dan kekuatan
antara dua pihak. Umumnya yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan lebih tinggi/
rendah/lemah.
Dalam kajian gender istilah ini juga sering digunakan untuk menggambarkan
penggunaan tenaga kerja secara berlebihan tanpa diimbangi pemberian upah yang layak.
sampai larut malam dan dibayar murah karena ia itu perempuan. Hal inilah yang
menyebabkan perempuan mendapat beban kerja ganda akan tetapi beban kerja yang
berat.
3. Penutup
Materi kuliah dalam pertemuan keempat ini akan dipaparkan kembali dalam
perkuliahan ini akan diberikan latihan yang harus dikerjakan oleh mahasiswa.
Rangkuman
Pada perkuliahan keempat telah dibahas tentang beberapa isu gender pada
umumnya, yaitu isu isu diskriminasi gender, isu sub-ordinasi gender, isu ketidak
setaraan gender, isu ketidakadilan gender, isu marjinalisasi gender, isu penciteraan/
pelabelan negatip dan isu kekerasan gender. Pembahasan terhadap berbagai isu gender
berbagai isu gender dalam berbagai bidang hukum yang akan dipaparkan dalam
perkuliahan berikutnya.
Latihan
Jelaskanlah minimal 5 isu gender pada umumnya dari beberapa isu gender yang
mahasiswa. Untuk pendalaman lebih lanjut, bacalah beberapa bahan bacaan yang
dijadikan referensi di bawah ini dan beri tambahan informasi yang anda peroleh dari
Bahan Bacaan
Astiti, Tjok Istri Putra, 2001, “Isu Gender dalam Bidang Hukum”, makalah
Astiti, Tjok Istri Putra, “Gender dalam Hukum dan Perundang-undangan” Bahan ajar
Astiti, Tjok Istri Putra, 2009, ”Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Hukum Adat
Bali”, dalam buku Gender dalam Perspektif Budaya Bali, PSW Unud.
Mansoer Fakih, 1997, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Telaah Kritis Hukum Adat Sebagai Hukum Yang Hidup Dalam Masyarakat, PT
Alumni, Bandung.
Tangga (KDRT).