PENDAHULUAN
Monoetilen glikol (MEG) atau sering juga disebut etilen glikol (EG) merupakan
salah satu bahan kimia yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Secara komersial,
etilen glikol di Indonesia digunakan sebagai bahan baku industri polyester sebesar
97,34%, sedangkan sisanya sebesar 2,66 % digunakan sebagai bahan baku tambahan
pada pembuatan cat, cairan rem, solven, alkyn resin, tinta cetak, tinta ballpoint, foam
peningkatan juga. Menurut data dari Deperindag RI yang diolah oleh BPS, pada tahun
1996 impor EG tercatat sebesar 226.000 ton, pada tahun 2000 impor EG mencapai
351.000 ton dan pada tahun 2006 impor EG mencapai 396.000 ton. Ini menunjukkan
Sampai saat ini, kapasitas produksi EG di dalam negeri hanya sebesar 220.000
ton per tahun. Padahal permintaan pasar lokal baik oleh industri polyester maupun oleh
industri kimia lain berbahan baku EG mencapai 700.000 ton per tahun, akibatnya
kebutuhan EG tidak bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri. Untuk memenuhi
kekurangan tersebut, hingga kini Indonesia masih terus mengimpor EG dengan volume
1
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan Etilen Glikol (EG) adalah Etilen
Oksida (EO) dan air. EO dapat diperoleh dengan impor dari luar negeri, sedangkan air
Dilatarbelakangi oleh beberapa hal diatas, maka perlu didirikan pabrik Etilen
Glikol di Indonesia.
mencapai 445.303 ton/tahun. Direncanakan pabrik ini akan memenuhi sekitar 70% dari
pabrik. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan Etilen Glikol (EG) adalah Etilen
Oksida (EO) dan air. EO diperoleh dengan membeli dari Mitsubishi Petrochemicals
Kapasitas total ketiga pabrik tersebut dapat mencapai 50.000 ton/bulan, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan bahan baku EO sebesar 30.000 ton/bulan. Sedangkan air
proses diperoleh dari air sungai yang sebelumnya telah diproses di unit utilitas agar
spesifikasinya sesuai.
prarancangan pabrik etilen glikol yang akan didirikan pada tahun 2011 nanti sebesar
300.000 ton/tahun
Lokasi pabrik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pendirian
sebuah industri. Beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar penentuan letak pabrik
antara lain adalah letak pabrik dengan sumber bahan baku maupun bahan penunjang,
transportasi, tenaga kerja, letak pabrik dengan pasar, kondisi sosial politik dan
3
Tabel 1.2 Alternatif Lokasi Pabrik
Dengan melihat table diatas maka pabrik etilen glikol direncanakan akan
(KIEC), Jalan Raya Anyer, Cilegon, Banten. Pemilihan ini dimaksudkan untuk
pertimbangan :
Faktor ini mempengaruhi secara langsung tujuan utama pabrik yang meliputi
4
1. Penyediaan Bahan Baku
pabrik sehingga penyediaan bahan baku sangat diprioritaskan. Bahan baku etilen
oksida direncanakan diperoleh dengan impor dari Jepang dan Arab Saudi,
sedangkan air proses diperoleh dari air bawah tanah yang sebelumnya telah
Kawasan Industri Cilegon yang dekat dengan pelabuhan Merak maka diharapkan
penyediaan bahan baku dapat tercukupi dengan lancar, karena bahan baku harus
2. Letak Pasar
Lokasi pabrik perlu dibangun dekat dengan pasar agar produk dapat cepat
Banten dan Jawa Barat, sedangkan sebagian kecil lainnya di DKI Jakarta dan
Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat di tabel 1.3, 1.4, dan tabel 1.5.
pabrik polyester staple fiber (PSF), polyester filament yarn (PFY), dan polyester
terephtalat resin (PET) untuk membuat plastik, terutama botol dan film. EG juga
digunakan sebagai bahan baku nylon filament yarn (NFY), nilon tirecord (NTC),
cooling agent dan anti freezer. Sementara produk samping Dietilen Glikol (DEG)
industri solvent. Sedangkan produk samping Trietilen Glikol (TEG) dipakai untuk
5
Tabel 1.3. Produsen Industri NFY di Indonesia tahun 2005
Industri Lokasi Propinsi
PT. Filamendo Tangerang Banten
PT. Shinta Nylon Utaman Bekasi Jawa Barat
PT. Indachi Purwakarta Jawa Barat
Dengan melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar industri
yang memanfaatkan EG sebagai bahan baku berada di Propinsi Banten dan Jawa
Barat.
3. Sarana Transportasi
pintu gerbang pulau Jawa dari Sumatera. Kawasan Industri KIEC ini juga telah
memiliki fasilitas jalan kelas satu, dengan demikian transportasi darat dari sumber
6
bahan baku, dan pasar tidak lagi menjadi masalah. Untuk sarana transportasi laut,
KIEC memiliki pelabuhan yang memadai. Posisi kawasan industri yang strategis
juga akan memudahkan transportasi laut, baik untuk kebutuhan pengiriman antar
4. Tenaga kerja
tingkat sarjana dapat diperoleh dengan mudah karena berada di dekat kota besar
dan dekat dengan pusat pendidikan. Dengan pembangunan pabrik ini diharapkan
pengangguran di Indonesia.
5. Utilitas
transmisi dari PLN unit Suralaya sebesar 3000 MW dan dengan cadangan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimiliki oleh Grup Krakatau Steel,
sedangkan air dapat diperoleh dari sumber air bawah tanah yang diolah sendiri oleh
pabrik.
Faktor sekunder adalah faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi tujuan
utama usaha pabrik didirikan di suatu tempat. Faktor ini antara lain :
Sejak awal areal ini memang direncanakan sebagai kawasan industri, sehingga
7
tanah di sekitarnya cukup stabil. Dengan didukung iklim yang stabil sepanjang
maka masih memungkinkan untuk memperluas areal pabrik dimasa yang akan
3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah, khususnya perhatian pemerintah daerah Banten
terhadap industri cukup baik. Hal ini ditandai dengan kebijaksanaan pengembangan
perumahan, rumah sakit, sarana olah raga dan rekreasi, sarana kesehatan, dan
Selain itu jaringan telepon, drainase dan keamanan juga telah disediakan oleh pihak
pengelola KIEC.
Pembuatan Etilen Glikol (EG) secara komersial sampai akhir tahun 1981 hanya
ada dua proses. Proses tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Wurtz. Proses pertama
adalah hidrasi dari Etilen Oksida (EO) yang digunakan dari tahun 1968 sampai tahun
1981. Proses ini merupakan dasar dari semua proses pembuatan EG. Proses kedua
8
berdasarkan reaksi formaldehid karbon monoksida yang digunakan oleh du Pont dari
menghasilkan asam glikolat dengan yield teoritis 90-95 %. Asam glikolat ini
Hidroksil alkyl glikolat fase uap dihidrogenasi pada suhu 200 oC dan tekanan 30
atm dengan menggunakan katalis kromat akan menghasilkan EG dan alkohol. Bila
menggunakan proses hidrasi pada fasa cair maka tekanan operasi lebih tinggi, yaitu
sekitar 400 atm dengan katalisator magnesium-coper. Yield overall reaksi adalah
75 %.
CH3OH CH2O + H2
Kerugian :
Pada pembuatan Etilen Glikol (EG) dengan proses ini, EO dihidrasi dengan
air dalam reaktor pada suhu 190-200 oC dan tekanan 14-22 atm. Variabel yang
paling penting adalah perbandingan air dan EO. Pada proses ini terbentuk produk
samping Dietilen Glikol (DEG) dan Trietilen Glikol (TEG) yang dapat dikurangi
hasilnya dengan penambahan air berlebih. Proses ini dapat menggunakan katalis
maupun tidak.
memungkinkan untuk diproses pada suhu dan tekanan lebih rendah dari reaksi
tanpa katalis, tetapi larutan menjadi sangat korosif dan membutuhkan alat untuk
pemurnian produk dari asam. Sehingga dari tahun 1968 sudah tidak dipakai lagi
untuk produksi secara umum. Reaksi hidrasi tanpa katalis lebih dipercaya oleh
pabrik.
Reaksi yang terjadi pada pembuatan EG dengan proses hidrasi fase cair dari
EO adalah :
CH2OCH2 (l) + H2O(l) HOCH2CH2OH(l)
Etilen Glikol (EG)
Kerugian :
10
Keuntungan :
yaitu 99,8 %
pemisahan produk akan lebih mudah dan alat-alat yang digunakan lebih
tekanan) lebih rendah daripada tanpa katalis. (Mc. Ketta, 1984, Vol.20th,
p.238)
Kerugian :
Sebagai alternatif dari hidrasi secara langsung Etilen Oksida (EO), Etilen Glikol
C=O
H2C-O
H2C-O
11
Pada tahap pertama proses ini, EO direaksikan dengan CO2 yang akan
membentuk etilen karbonat. EO ini dihidrasi dalam fase cair. EG yang terlarut
Pada dasarnya proses hidrasi melalui etilen karbonat ini terbentuk produk
samping glikol berat, yaitu Dietilen Glikol (DEG) dan Trietilen Glikol (TEG)
dalam jumlah kecil sehingga air yang berlebih diperlukan lebih sedikit. Hal ini
Kerugian :
Keuntungan :
Kebutuhan air lebih sedikit, sehingga kebutuhan energi pemurniannya lebih sedikit
Glikol (EG). Proses ini belum dipakai secara komersial sampai sekarang. Proses
pembuatan Etilen Glikol (EG) ini dengan cara mereaksikan etilen dengan garam
talium TlCl3 di dalam air dan asam klorida atau bromide. Hasilnya berupa
yang ditambah dengan tembaga (II) klor (CuCl2) yang akan menghasilkan TICI3.
12
Setelah proses hidrolisa dari klorohidrin menjadi EG dan proses pemurnian EG,
Proses asektosilasi adalah proses pembuatan Etilen Glikol (EG) dari etilen
dalam larutan asam asetat dengan menggunakan katalis tellurium dan senyawa
bromida. Reaksi ini terbagi menjadi 2 tahap yaitu pembentukan diasetat kemudian
pembentukan monoasetat.
Reaksi I :
Te
C2H4 + ½ O2 + 2CH3COOH HBr H3CCOOCH2CH2OOCCH3 + H2O
Asam asetat Diasetat
Pada proses oksidasi ini reaksi terjadi pada suhu 90-200 oC dan tekanan 20-30
atm. Di dalam campuran akan terbentuk monoasetet karena adanya proses hidrolisa
dari diasetat.
Reaksi II :
H3CCOOCH2CH2OOCCH3+H2O H3CCOOCH2CH2OH+CH3COOH
Diasetat Monoasetat
Cairan ini kemudian diambil dan diproses untuk memperoleh monoasetat dan
glikol, dan mengirim cairan tersebut untuk dioksidasi kembali. Pada tahap
13
C2H4 + ½ O2 + H2O HOCH2CH2OH
Etilen Etilen Glikol
Proses hidrasi ester yang diikuti dengan distilasi azeotrop dan proses
Proses ini berbahan baku gas sintesis CO dan formaldehid. Tahun 1976 Union
Carbide mengumumkan produksi Etilen Glikol (EG) dari gas sintesis yang mulai
solvennya, beroperasi pada suhu 190-230 oC dan tekanan tinggi 3400 atm.
Kerugian :
14
15
1.4.2. Kegunaan Produk
1. Produk utama
Etilen Glikol (EG) digunakan sebagai bahan baku polyester, yaitu polyester
staple fiber (PSF), polyester filament yarn (PFY) dan polyester terephtalat resin
(PET) untuk pembuatan plastik, terutama botol dan film. EG juga digunakan
sebagai bahan baku nylon filament yarn (NFY), nilon tirecord (NTC), cooling
agent dan anti freezer. EG yang mempunyai kandungan besi dan klorida bebas
tinggi digunakan sebagai kapasitor karena mempunyai tekanan uap rendah, tidak
korosif terhadap aluminium dan bersifat elektrik. (Mc. Ketta, 1984, Vol.20th, p.249)
2. Produk samping
unsaturated polyester resin (UPR), minyak rem, industri solven, dan sebagai
a. Sifat Fisis
Fase : cair
Warna : jernih
16
Rumus molekul : CH2OCH2
kkal/gmol
b. Sifat Kimia
Beberapa reaksi kimia dari Etilen Oksida (EO) bila dilarutkan dalam
Dengan air
Reaksi EO dengan air akan menghasilkan Etilen Glikol (EG)
Dengan alkohol
Reaksi EO dengan alkohol akan menghasilkan monoeter etilen glikol
Dengan ammonia
2. Air
a. Sifat Fisis
Fase : cair
17
Warna : jernih
Titik beku : 0 oC
pH : 7-7,5
b. Sifat Kimia
dalam industri
a. Sifat Fisis
Fase : cair
Warna : jernih
Rumus molekul :
HOCH2CH2OH
18
Viskositas pada 10 oC : 19,83 cp
b. Sifat Kimia
Reaksi dengan senyawa ester menghasilkan mono- atau di- eter karena
di-, tri-, tetra-, dan penta- EG. Esterfikasi EG eter dengan asam anhidrat
a. Sifat Fisis
Fase : cair
Warna : jernih
Rumus molekul :
HO(CH2CH2O)2H
19
Titik beku : -6,5 oC
Viskositas pada 10 oC : 36 cp
b. Sifat Kimia
a. Sifat Fisis
Fase : cair
Warna : jernih
Rumus molekul :
HO(CH2CH2O)3H
Viskositas pada 10 oC : 49 cp
b. Sifat Kimia
proses hidrasi dari Etilen Oksida. Hidrasi merupakan penambahan satu atau
lebih molekul air ke dalam suatu molekul atau ion, sedang kebalikannya adalah
proses dehidrasi yaitu pengurangan atau pengambilan satu atau lebih molekul air
21
Etilen Oksida Dietilen Glikol Trietilen Glikol (TEG)
dijalankan dengan atau tanpa katalis, konversinya tinggi yaitu 99,8 %, selain itu
yield nya juga tinggi yaitu 99,5 % . Apabila dengan katalis, suhu dan tekanan
operasi tidak terlalu tinggi, namun akan menyulitkan proses pemurnian dan
sehingga biaya operasi maupun investasi mahal. Jika tidak mengunakan katalis
maka proses pemurnian dan pemisahan produk akan lebih mudah dan alat-alat
yang digunakan lebih murah dalam hal biaya operasi dan investasinya
22