Kritik Dan Saran Atas Issue Kesehatan Ibu Dan Ana1
Kritik Dan Saran Atas Issue Kesehatan Ibu Dan Ana1
23 Februari 2021
Pada Kamis (11/02), Posyandu Mawar di Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota
Bandung, kembali dibuka setelah hampir setahun tutup. Bulan Februari adalah jadwal pemberian
vitamin A untuk anak balita.
Posyandu dibuka sejak pukul 08:00 WIB di Balai Pertemuan RW dengan menerapkan protokol
kesehatan Covid-19. Selain diberi vitamin A, anak-anak balita juga ditimbang berat badannya
serta diukur tinggi badannya, lingkar kepala, dan lengan atasnya.
Para orang tua, mayoritas kaum ibu, tampak antusias membawa anak-anak mereka ke Posyandu.
Mereka dilayani oleh 12 kader PKK yang kompak memakai baju merah dan kerudung hijau.
Hampir tujuh juta anak terancam menderita stunting akibat pandemi Covid-19
Generasi tanpa asuhan ibu
Mungkinkah ibu hamil dan menyusui mendapatkan vaksin Covid-19?
Salah seorang ibu yang datang ke Posyandu adalah Rike Isnawati. Perempuan berusia 24 tahun
itu melahirkan dua anak kembar selama pandemi. Ia mengaku baru pertama kali ini datang ke
Posyandu.
Sewaktu hamil, ia mengecek kesehatan diri dan janinnya dengan datang ke dokter di rumah sakit
yang jaraknya lumayan jauh dan ongkosnya mahal. Akibatnya, ia hanya periksa ke dokter saat
waktu imunisasi.
Setelah melahirkan, kata Rike, pemantauan berat badan anak-anak balitanya ia lakukan sendiri.
"Paling di timbangan yang besar sama aku ditimbangnya. Nah nanti nggak bawa bayi, berapa
aku kiloannya. Nanti dikurangi," ujarnya.
Saat kegiatan Posyandu tidak berjalan, ibu muda itu mengaku sempat merasa khawatir bila
tumbuh-kembang anaknya tidak terpantau dengan baik.
"Kalau ada kekhawatiran, paling searching di Google. Tidak ada yang bisa ditanya, diajak
komunikasi," ungkapnya.
Di Desa Bentang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Posyandu buka setiap bulan selama
pandemi. Namun jumlah kunjungan berkurang drastis. Dari 50-60 orang tua yang biasa datang
untuk menimbang anaknya, paling banyak 10 orang tua yang datang. Alasannya, para orang tua
takut datang ke Posyandu.
"Itu karena adanya isu ketika ke Posyandu akan dilakukan tes rapid, tes swab…ini membuat ibu-
ibu tidak mau ke Posyandu. Mereka takut di-Covid-kan," kata dr. Radiah, kepala Puskesmas
Bontokassi yang menaungi pelayanan kesehatan di Desa Bentang.
Beberapa kader Posyandu, seperti Fitriani (24), rutin melakukan kunjungan ke rumah-rumah
untuk memantau tumbuh-kembang balita penderita stunting.
Dalam setiap kunjungan, ia menanyakan sejumlah pertanyaan seputar pemberian asupan
makanan dan perawatan balita kepada orang tua, dan menimbang berat badan serta mengukur
tinggi badan anak-anak.
Jumat lalu ia berkunjung ke rumah seorang ibu yang kedua anak balitanya menderita stunting.
Anak pertamanya adalah laki-laki berumur 5 tahun, dengan berat badan 12 kilogram dan tinggi
badan yang terbilang pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya. Sementara anak keduanya
perempuan berumur 1,5 tahun, dengan berat badan sembilan kilogram dan tinggi badan 71
sentimeter.
Sekilas keduanya terlihat normal. Namun menurut standar Kementerian Kesehatan, si anak laki-
laki dikategorikan berat badan sangat kurang (severely underweight), sementara si anak
perempuan sangat pendek (severely stunted).
Peran Posyandu
Menurut Profesor Endang Laksminingsih, pakar gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, posyandu berperan dalam identifikasi masalah gizi dan tindak lanjutnya.
Salah satu kegiatan terpenting di Posyandu adalah pemantauan berat badan anak setiap bulan.
Prof. Endang menjelaskan, salah satu indikasi stunting adalah berat badan anak tidak naik selama
dua bulan. Hal ini perlu dicari tahu penyebabnya - apakah karena sakit, kurang gizi, atau hal lain.
Jika Posyandu dilaksanakan setiap bulan, bisa segera dilakukan tindakan.
"[Terganggunya] Posyandu itu menyebabkan identifikasi masalah tidak optimal, maka
penanggulangan lebih lanjut terhadap pemantauan masalah gizi itu menjadi tidak optimal,"
ujarnya.
Selain menimbang berat badan anak, Posyandu memberikan layanan lain seperti imunisasi,
vitamin A, dan suplementasi Zinc untuk mencegah penyakit. Ibu hamil juga mendapat pelayanan
kesehatan, termasuk tablet tambah darah untuk mencegah anemia dan makanan tambahan.
Beberapa ibu dapat pergi ke rumah sakit atau klinik untuk mendapatkan layanan tersebut. Namun
banyak ibu yang tidak punya akses atau tidak mampu membayar untuk pergi ke klinik sangat
mengandalkan pelayanan gratis dari Posyandu. Dan kelompok inilah yang, menurut Prof.
Endang, paling berisiko.
"Justru mereka yang memerlukan, yang harus diidentifikasi itu adalah kelompok yang tidak
berkemampuan dan pengetahuannya tidak optimal. Justru di sini yang risiko stunting lebih
besar," ujarnya.
Ia menambahkan, Posyandu juga lebih dekat dengan komunitas. "Biasanya ibu-ibu Posyandu
mengabari, kalau sudah waktunya Posyandu mereka keliling. Jadi dicariin, mereka proaktif."
SUMBER GAMBAR,RIZA SALMAN
Keterangan gambar,
Kader Posyandu melakukan kunjungan rutin ke rumah warga untuk memeriksa kesehatan ibu
hamil dan janin, berhubung masih banyak warga yang takut mendatangi fasilitas kesehatan
karena khawatir terpapar Covid-19.
Bagaimanapun, Prof. Endang merasa akan sangat sulit mencapai target angka stunting 14%
dalam keadaan pandemi. Pasalnya, stunting bukan sesuatu yang gampang diturunkan karena
merupakan hasil kekurangan gizi dan infeksi yang kronis dan berulang. "Sehingga
menanggulanginya tidak bisa cepat," ujarnya.
Ia berharap semua pimpinan daerah segera gencar bertindak untuk mengatasi masalah stunting,
yang dampaknya dapat dirasakan dalam tiga generasi.
Itu karena ketika ibu hamil mengalami masalah, pembentukan janin termasuk organ reproduksi -
sel telur atau sperma - tidak optimal. Akibatnya, anak si janin juga berisiko mengalami stunting.
"Artinya kalau dia ada masalah sedikit saja, anak yang dulu orang tuanya kekurangan gizi, dia
akan lebih mudah terserang penyakit jantung, pendek, nggak pintar," Prof. Endang menjelaskan.
Jika ini dibiarkan, sambung Prof. Endang, akan terjadi efek spiral yang memperbesar
kesenjangan antara mereka yang kaya dan yang miskin.
--
Wartawan di Bandung, Yuli Saputra, dan wartawan di Makassar, Riza Salman, berkontribusi
dalam laporan ini.
SUMBER BERITA
BBC NEWS INDONESIA
LINK BERITA
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-56150281
KRITIK
Pemerintah dan tenaga kesehatan kurang memperhatikan kesehatan bayi dan
ibu dalam masa pandemi dikarenakan adanya covid-19 ini. Ada kalanya tenaga
kesehatan pun tidak mau melakukan penyuluhan posyandu walaupun sudah
diberlakukan jaga jarak saat berlangsungnya acara, mereka masih takut bila
terjangkit covid-19. Padahal tugas tenaga kesehatan itu memberikan penyuluhan
atau edukasi kepada ibu-ibu agar tetap tenang dan memberitahu masyarakat
pentingnya makanan yang bergizi untuk anak pada masa pandemi ini dikarenakan
bisa menyebabkan anak tekena stunting.. Jika tenaga kesehatan takut dengan
covid-19 bagaimana masyarakat bisa tenang untuk memeriksakan anaknya ke
posyandu.
SARAN