com
40 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol18.Iss1.323
1 Program Studi Keperawatan, Departemen Kesehatan, Politeknik Negeri Nusa Utara, Indonesia
Penulis 2020. Artikel ini didistribusikan di bawah ketentuan Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas
dalam medium, asalkan Anda memberikan kredit yang sesuai kepada penulis asli dan sumbernya, memberikan
tautan ke lisensi Creative Commons, dan menunjukkan jika ada perubahan. Pengabaian Dedikasi Domain publik
Creative Commons (http://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) berlaku untuk data yang tersedia dalam
artikel ini, kecuali dinyatakan lain.
Mahihody, AJ, & Hinonaung, JSH (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anak Kurang Berat Badan
Balita di Kabupaten Sangihe. JURNAL INFO KESEHATAN, 18 (1), 40-49.
https://doi.org/10.31965/infokes.Vol18.Iss1.323
| 41
1. PERKENALAN
Kekurangan gizi pada anak balita (0-59 bulan) masih menjadi masalah yang
sangat memprihatinkan. Kekurangan gizi membuat anak di bawah lima tahun rentan
terhadap penyakit dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Salah satu indikasi
balita menderita gizi kurang pada balita adalah di bawah garis merah pada grafik
berat badan (underweight). World Health Organization (WHO) pada tahun 2017
menunjukkan bahwa sekitar 45% kematian balita terkait dengan gizi kurang, dan
sebagian besar masalah tersebut terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah.SIAPA, 2017). Status gizi balita berdasarkan indeks berat badan
menurut umur terdapat 3,8% balita berstatus gizi buruk dan 14,0% balita berstatus
gizi kurang.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Dilaporkan bahwa
pada tahun 2016 persentase balita gizi buruk di Sulawesi Utara hanya 7,2%
sedangkan pada tahun 2017 persentasenya mencapai 12,0% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa persentase balita gizi buruk di
Sulawesi Utara meningkat sebesar 4,8% pada tahun 2017. Status gizi balita
berdasarkan indeks berat badan menurut umur di Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara
tahun 2017 menunjukkan bahwa persentase balita gizi buruk masih cukup tinggi yaitu
sebesar 13,1% sedangkan persentase balita dengan status gizi buruk sebanyak 2,6%.
Dilaporkan terdapat 121 kasus balita dengan berat badan kurang di Kabupaten
Sangihe, Sulawesi Utara, dan tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Lapango
yang berjumlah 31 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe, 2017).
Anak di bawah lima tahun yang berada di bawah garis merah pada grafik berat badan
(underweight) adalah anak di bawah lima tahun yang beratnya tidak bertambah dua kali (T2) setelah
ditimbang. Status tumbuh kembang anak balita tidak tumbuh apabila grafik berat badan mendatar atau
menurun memotong garis pertumbuhan di bawahnya atau pertambahan berat badan kurang dari
pertambahan berat badan minimal (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Anak di bawah
lima tahun yang berada di bawah garis merah pada grafik berat badan adalah tanda bahaya yang akan
memastikan dan menentukan perawatan lebih lanjut untuk anak di bawah lima tahun.
Di Indonesia, faktor yang berhubungan dengan kejadian underweight pada balita
antara lain perilaku ibu dalam pemberian makanan pada bayi, keterlambatan inisiasi
menyusu dini, jenis makanan pendamping ASI, dan penyakit infeksi. Perilaku ibu yang
buruk mengenai pemberian makanan pada anak balita berhubungan dengan kejadian
underweight pada balita.Sari, 2010). Inisiasi menyusu yang terlambat dan makanan
pendamping ASI merupakan faktor yang berhubungan dengan berat badan kurang pada
balita.Nordang dkk., (2015) menyatakan bahwa penyakit diare, demam, dan kekurangan
makanan mempengaruhi kejadian gizi kurang pada balita. Novitasari dkk.,
(2016) menambahkan bahwa status sosial ekonomi merupakan faktor yang berhubungan
dengan berat badan kurang pada anak balita. Beberapa faktor yang perlu diketahui mengenai
hubungan dengan berat badan kurang pada balita di Kabupaten Sangihe adalah pengetahuan,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan penyakit menular.
Pengetahuan masyarakat tentang gizi di Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara masih
kurang. Mayoritas dapat melihat ini dari ibu yang memberikan makanan dewasa kepada anak-
anak mereka di bawah lima tahun daripada memberi mereka makanan yang luar biasa di
bawah lima tahun. Selain itu, masih ada bayi yang sudah diberi makan, meski usianya masih di
bawah enam bulan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe, 2018). Namun laporan pengetahuan
ibu tentang berat badan kurang pada balita belum pernah dilaporkan di Kabupaten Sangihe.
Persentase ibu yang memiliki anak balita dari sekolah menengah atas adalah
42 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol18.Iss1.323
Berdasarkan jenis kegiatan di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2018, terdapat 25.216 jiwa (15
tahun ke atas) ibu rumah tangga di Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara (Badan Pusat Statistik
Sulawesi Utara, 2018). Nigat et al. (2018)disebutkan bahwa pekerjaan ibu merupakan faktor yang
erat kaitannya dengan kasus underweight pada anak balita. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
karakteristik Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara masih berorientasi pada sektor primer yaitu dengan
memanfaatkan sumber daya alam secara langsung. Minimnya kesempatan kerja merupakan faktor
yang erat kaitannya dengan kasus underweight pada anak di bawah lima tahun. Mayoritas
pendapatan masyarakat Kabupaten Sangihe bergantung pada hasil pertanian dan perikanan.
Sekitar 60% tenaga kerja Kabupaten Sangihe bekerja sebagai petani dan nelayan (Badan Pusat
Statistik Sulawesi Utara, 2018). Chowdhury dkk. (2018)mengatakan bahwa pendapatan merupakan
faktor risiko yang sangat terkait dengan kekurangan berat badan pada anak di bawah lima tahun.
Keluarga dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan lebih baik dalam menyediakan makanan
yang baik untuk keluarga.
Menurut Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara (2018), jumlah kasus tertinggi di
Kabupaten Sangihe adalah penyakit menular seperti diare (1.435 kasus) (Badan Pusat
Statistik Sulawesi Utara, 2018). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi, termasuk virus,
bakteri, dan parasit, dapat mengganggu metabolisme dan mengganggu fungsi
kekebalan tubuh. Hal ini juga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Anak
balita yang menderita penyakit menular memiliki risiko 5,688 kali menjadi kurus
dibandingkan dengan anak balita yang tidak menderita penyakit menular.Novitasari
dkk., 2016). Lebih-lebih lagi,Sinha dkk. (2018)menyatakan bahwa penyakit infeksi
seperti ISPA merupakan faktor risiko berat badan kurang pada anak di bawah lima
tahun.
Berdasarkan Pillitteri (2010) perawat berperan dalam menjaga status gizi optimal
untuk anak balita, mengoreksi kekurangan gizi pada anak balita, membantu ibu untuk
mengikuti rencana asuhan terkait pemenuhan gizi untuk anak balita, dan memberikan
pendidikan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan gizi untuk anak. di bawah lima tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi
kejadian gizi kurang pada balita di Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara. Penelitian ini
penting dilakukan karena gizi buruk pada balita dapat menyebabkan kematian. Kasus gizi
kurang pada balita di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara masih cukup tinggi dan
memerlukan penanganan yang berbahaya dari berbagai pihak. Penelitian tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian underweight pada balita, seperti
pengetahuan, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan penyakit menular, belum
pernah dilakukan di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan kurang pada balita di
Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara.
Mahihody, AJ, & Hinonaung, JSH (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anak Kurang Berat Badan
Balita di Kabupaten Sangihe. JURNAL INFO KESEHATAN, 18 (1), 40-49.
https://doi.org/10.31965/infokes.Vol18.Iss1.323
| 43
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
penelitian survei analitik. Desain penelitian menggunakan survei cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lapango pada bulan Juni 2019.
Metode pengambilan sampel melalui stratified random sampling, dengan kriteria
inklusi yaitu: (1) ibu yang memiliki balita usia 0-59 tahun, (2) ibu yang bisa membaca
dan menulis, (3) ibu yang dapat berkomunikasi dengan baik, dan (4) ibu yang bersedia
menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah: (1) balita yang memiliki penyakit kronis
seperti gizi buruk, HIV AIDS, dan (2) Ibu yang tidak tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Lapango kurang dari satu bulan. Besar sampel total diperoleh dengan rumus 2, yaitu
sebagai berikut: n = (Ẑ 2 1-α/2P (1-P) N)/(d^2 (N-1) + 2 1-α/2P (1-P)) dengan n = ukuran
sampel,Lemeshow et al., 1990). Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 150
responden untuk mengantisipasi kekurangan sampel sehingga menambah 10% dari
total sampel. Dengan demikian, jumlah sampel adalah 165 responden. Instrumen
dalam penelitian ini berupa angket. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 13 item
pertanyaan. Kuesioner pengetahuan disusun dalam bentuk pernyataan dengan
pilihan jawaban 'benar atau salah'. Sedangkan untuk pernyataan setuju, pilihan
jawaban “benar” diberi nilai 1, dan pilihan jawaban “salah” diberi nilai 0. Selanjutnya,
pernyataan tidak disukai yang pilihan jawaban “salah”nya adalah diberi nilai 0, dan
pilihan jawaban “benar”, diberi nilai 1. Penilaian pengetahuan dikatakan baik jika
responden memenuhi skor 10, sedangkan pengetahuan tidak baik jika memenuhi
skor < 10. Kuesioner tingkat pendidikan terdiri dari 2 yaitu rendah dan tinggi. Tingkat
pendidikannya rendah jika tidak sekolah, SD, atau SMP. Jenjang pendidikan tinggi jika
pendidikan terakhir tamat SMA atau perguruan tinggi. Kuesioner pekerjaan terdiri
dari dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Bekerja jika pekerjaannya sebagai Pegawai
Negeri Sipil atau Tentara Nasional Indonesia atau Polisi atau swasta atau pengusaha.
Tidak bekerja yaitu aktivitas ibu sebagai ibu rumah tangga. Kuesioner pendapatan
terdiri dari 2 yaitu <Upah Minimum Kabupaten dan Upah Minimum Kabupaten.
<Upah Minimum Kabupaten adalah pendapatan <Rp. 2.200.000/bulan dan Upah
Minimum Kabupaten, jika penghasilan Rp. 2.200.000/bulan. Kuesioner berat badan
kurang pada anak balita terdiri dari 2 yaitu ya dan tidak. Jawab ya, jika anak balita
mengalami berat badan kurang dan menjawab tidak jika anak balita tidak mengalami
berat badan kurang. Anak balita kurus adalah anak balita yang terdaftar pada grafik
pertumbuhan atau terdaftar di Puskesmas pada waktu tertentu.
Analisis data berupa analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat
bertujuan untuk melihat sebaran data pada semua variabel. Analisis bivariat bertujuan
untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji
chi-square dengan tingkat signifikansi p<0,05. Analisis multivariat bertujuan untuk melihat
variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel yang dianalisis
dalam analisis multivariat yaitu variabel dengan nilai p < 0,25 dalam analisis bivariat.
Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik dengan metode backward
stepwise dengan taraf signifikansi = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Data dianalisis
menggunakan SPSS versi 17.0. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari komisi etik yang diperoleh dari universitas terkait No. 027/KEPK/V/2019.
Pengambilan data juga dilakukan setelah mendapat izin dari responden dengan
menandatangani lembar informed consent. Seperti dalam penelitian ini, peneliti hanya
mencantumkan inisial responden untuk menjaga kerahasiaan responden.
44 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol18.Iss1.323
n % n % n %
Tingkat pendidikan
Rendah 26 32.1 55 67.9 81 100 0,021*
Tinggi 14 16.7 70 83.3 84 100
Pekerjaan
Tidak bekerja 10 10.4 86 89.6 96 100 <0,001*
Kerja 30 43.5 39 56,5 69 100
Penghasilan
4. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan
mempengaruhi kasus balita berat badan kurang adalah pengetahuan dan pekerjaan.
Pengetahuan yang benar sangat dibutuhkan oleh ibu balita dalam menentukan gizi
yang optimal bagi balita. Selanjutnya walaupun ibu tidak bekerja atau memiliki
banyak waktu dalam mengasuh anak balitanya, tanpa ditunjang dengan tingkat
pendidikan yang tinggi, mereka akan kesulitan menerima informasi kesehatan
terutama mengenai gizi sehingga kebutuhan gizi terpenuhi. anak di bawah lima
tahun tidak terpenuhi dengan baik. Tenaga kesehatan, termasuk perawat, perlu
meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan tentang gizi balita bagi ibu balita.
Dengan demikian, pengetahuan ibu balita tentang gizi yang baik untuk balita dapat
meningkat. Selain itu, peran ibu balita dalam membantu kepala keluarga dalam
mencari penghasilan tambahan sehingga gizi keluarga khususnya balita dapat
terpenuhi. Peneliti yang tertarik dengan penelitian ini dapat meneliti lebih lanjut
pengaruh jumlah anak dan pengetahuan tentang pola makan terhadap kejadian
underweight pada balita.
REFERENSI
Acquah, E., Darteh, EK, Amu, H., & Adjei, DK (2019). Prediktor kekurangan berat badan
pada anak di bawah lima tahun di Ghana. Jurnal medis Ghana, 53(1), 71-78. DOI:
10.4314/gmj.v53i1.11
Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara. (2018).Sulawesi Utara Tahun 2018 Angka.
Manado: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara.
Chowdhury, TR, Chakrabarty, S., Rakib, M., Saltmarsh, S., & Davis, KA (2018).
Faktor risiko sosial-ekonomi untuk anak usia dini kekurangan berat badan di
Bangladesh. Globalisasi dan kesehatan, 14 (1),14-54. DOI: https://doi.org/10.1186/
s12992-018- 0372-7
Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe. (2017).Laporan Kasus Balita Intinya
merah. Sangihe: Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe. (2018).Profil Kesehatan Kabupaten Kepulauan
Tahun Sangihe 2017. Sangihe: Dinas Kesehatan Kabupaten Sangihe.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi
2017. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat dan Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Penggunaan Kartu Sehat Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat.
Kleinman R. (2009). Buku Panduan Nutrisi Anak (6thed.). Barat Laut: Amerika
Akademi Pediatri.
Kusumaningtyas, DE, Soesanto, S., & Deliana, SM (2017). Memberi Pola
Makanan Terhadap Status Gizi 12-24 Bulan Pada Ibu Bekerja. Jurnal Perspektif
Kesehatan Masyarakat, 2(2). 155-167.
Lemeshow, S., Hosmer, D., Klar, J., & Lwanga, S. (1990). Kecukupan Ukuran Sampel dalam
Studi Kesehatan. New York: John Wiley & Sons.
48 | https://doi.org/10.31965/infokes.Vol18.Iss1.323