Ekonomi Politik Pembangunan
Ekonomi Politik Pembangunan
ILMU PEMERINTAHAN
Essay Ilmiah
Mengapa Korea Selatan bisa menjadi Negara maju , padahal dahulu pada tahun 1960an
tidak lebih baik dari Indonesia ?
Essay ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ‘’EKONOMI POLITIK
PEMBANGUNAN’’ yang dimana jurnal ini akan membahas mengapa Korea Selatan lebih maju
dari pada Indonesia
Ditulis oleh :
Dosen Pengampu :
“Jika semuanya sempurna, Anda tidak akan pernah belajar dan Anda tidak akan pernah tumbuh.”
– Beyoncé
PENDAHULUAN
Korea Selatan dan Indonesia sama-sama terkena krisis ekonomi 1997, tetapi akhir krisis yang
dialami kedua negara ini berbeda. Korea Selatan menyelesaikan krisis jauh lebih cepat dari
Indonesia, sehingga banyak yang bertanya-tanya kebijakan apakah yang dicanangkan pemerintah
di Korea Selatan dan Indonesia yang membuat akhir penyelesaian krisisnya menjadi berbeda.
Lalu berbicara mengenai kebersihan lingkungan , Salah satu permasalahan yang dihadapi
pengelola perkotaan di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah pengelolaan sampah. Seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, taraf kehidupan penduduk juga meningkat.
Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan dengan peningkatan kegiatan produksi dan konsumsi.
Peningkatan kegiatan produksi dan konsumsi akan berdampak pada peningkatan jumlah, jenis,
dan keberagaman karakteristik timbunan sampah. Di Indonesia, permasalahan sampah sudah
sangat mengkhawatirkan. Sebuah penelitian yang diterbitkan di www.sciencemag.org pada
Februari tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara peringkat kedua
penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
Menurut riset Greeneration, organisasi non-pemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu
sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastic per tahun (Buletin
Cipta Karya, Februari 2016). Korea Selatan adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur
yang tergolong sukses dalam melakukan pengelolaan sampah bahkan mentransformasinya
menjadi sumber daya yang menyerap ribuan tenaga kerja. Negeri Ginseng itu terus
mengembangkan riset dalam rangka pengembangan industri hijau untuk penyelenggaraan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pada sekitar tahun 1977, Korea Selatan masih
menghadapi banyak kendala dalam pengelolaan lingkungan seperti yang dihadapi Indonesia saat
ini. TPA yang digunakan masih beroperasi secara open dumping dan mengakibatkan pencemaran
ke sungaisungai di sekitarnya serta mendapatkan protes keras dari masyarakat. TPA Nanji yang
beroperasi secara open dumping akhirnya ditutup pada tahun 1983 dan dimanfaatkan sebagai
taman, serta dikonversi menjadi Tempat Penampungan Sementara Terpadu (TPST) berbasis
institusi.
Berbicara tentang Korea Selatan, Korea Selatan adalah sebuah negara yang berada di
kawasan Asia Timur, meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Secara ekonomi, Korea
Selatan kini digolongkan menjadi negara dengan penghasilan menengah ke atas. Jika ditinjau
dari latar belakang historis, Korea Selatan pernah mengalami fase keterpurukan dalam segi
perkonomian. Pasca Perang Saudara antara Korea Selatan dengan Korea Utara, Korea Selatan
mengalami krisis ekonomi nasional. Korea Utara bahkan jauh mengungguli Korea Selatan baik
dari segi perekonomian, militer, maupun pemerintahan. Keadaan ekonomi Korea Selatan sangat
jatuh karena sebagian besar pemasukan mereka dikeluarkan lagi untuk kebutuhan perang. Selain
itu, kebanyakan pabrik dan pusat industri pokok berlokasi di Korea Utara. Kemunduran Jepang
dari Korea pun menyebabkan lenyapnya sebagian besar modal dan tenaga ahli dari
perekonomian Korea. Pada masa pemerintahan kolonial Jepang, 94% modal dan 80% tenaga
kerja dikuasai oleh Jepang (Yang&Mas’oed, 2007, hlm. 134).
PEMBAHASAN
Sistem pendidikan di Indonesia itu sangat tidak teratur serta terlalu bergantung pada acuan
nilai dibandingkan dengan ilmu yang harusnya dipahami oleh siswa. Sedangkan sistem
pendidikan di Korea Selatan itu sangat ketat yang dimana siswa itu saling belajar dan mengikuti
hampir semua les. Perbandingan sitem pendidikannya sendiri yaitu proses pengajaran serta
materi yang dipelajari. Sebagaimana menurut Suriasumantri (2003:4) ia mengungkapkan bahwa
“Pengetahuan adalah segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu objek tertentu termasuk
didalamnya ilmu yang akan memperkaya khasanah mentalnya baik secara langsung ataupun
tidak langsung.” Oleh karena itu, sistem pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibanding
Negara Korea Selatan karena Indonesia lebih mementingkan nilai dibandingkan ilmu maupun
pengetahuan serta siswanya yang minim untuk mengikuti les belajar. Didalam penelitian (Jurnal:
Sistem Pendidikan Negara Indonesia yang Tertinggal dari Negara Korea Selatan dan
Perbandingan Sitem Pendidikannya Mae Afriliani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Cibiru) Sistem pendidikan di Indonesia
itu kurang optimal, sistem pembelajarannya juga lebih menuntut kurikulum dibandingkan
kemampuan siswanya, dan juga kurangnya pendidikan sikap. Sedangkan sistem pendidikan di
Korea Selatan itu lebih cenderung ke pelajaran musik maupun sains dan seluruh siswa dituntut
dapat mengikuti pembelajaran, serta tingkat disiplin yang tinggi dalam hal tes ujian yang sangat
ketat. Perbandingan sistem pendidikannya yaitu dari sistem ujian dan pembelajaran yang efektif.
Sesuai menurut George A. Beaucham (1976) ia mengungkapkan bahwa “Kurikulum diartikan
sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan
sehari-hari” (Jurnal: Sistem Pendidikan Negara Indonesia yang Tertinggal dari Negara
Korea Selatan dan Perbandingan Sitem Pendidikannya Mae Afriliani Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah
Cibiru). Oleh karena itu, peserta didik di Indonesia itu kurang dalam kecakapan maupun
kemampuannya, sistem pendidikannya juga kurang optimal dikarenakan terlalu menuntut pada
kurikulum dibanding kemampuan siswa serat minim pendidikan sikap, berbeda dengan Korea
Selatan yang lebih cenderung ke pelajaran musik ataupun sains dan siswanya juga dituntut untuk
mengikuti pembelajaran. Sistem pendidikan di Indonesia itu jauh dari kemerdekaan. Sedangkan
sistem pendidikan di Korea Selatan itu sangat disiplin dengan tuntutan kognitif yang sangat
tinggi. Perbandingan sistem pendidikannya yaitu cara guru yang benar-benar keras dalam
mengajar. Sebagaimana menurut Hasibuan (2008:193) ia mengungkapkan bahwa “Kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan sesorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang
berlaku”. Oleh karena itu, peran orang tua dan pendidik itu sangat penting untuk semangat
belajar anak. Seorang pendidik juga harus bisa menerapkan cara belajar yang lebih disiplin lagi
dan juga tegas dalam menghadapi siswanya. Pendidikan Indonesia ini dibandingkan dengan
pendidikan di Korea Selatan memang memiliki banyak perbedaan sehingga pendidikan
Indonesia ini bisa tertinggal. Sistem pendidikan di Indonesia ini masih memiliki banyak
kekurangan. Sedangkan sistem pendidikan di Korea Selatan itu sudah bagus, peserta didiknya
juga memiliki semangat belajar yang tinggi dan didukung dengan fasilitas pendidikan yang
memadai dari pemerintah Negara Korea Selatan. Perbandingan pendidikannya itu ada beberapa
segi yaitu dari sistem pendidikan, kurikulum, dan fasilitas yang ada di Negara Korea Selatan itu
menunjang pendidikan itu sangat memadai serta siswa disana itu dituntut untuk memiliki
semangat yang tinggi untuk pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa menjadi hal
utama untuk membangkitkan semangat belajar untuk siswa dengan memenuhi fasilitas yang
dibutuhkan oleh tiap sekolahnya agar siswa semangat belajar dan memiliki kemampuan serta
kurikulum yang berbeda. Sistem pendidikan di Indonesia yaitu siswa diwajibkan belajar 6-7 jam
perhari dan tidak diwajibkan untuk mengikuti les, kurangnya kreativitas guru dalam mengajar
membuat pelajaran yang sulit untuk dimengerti dan banyaknya pelajaran yang harus dipelajari
membuat siswa jadi malas untuk belajar. Sedangkan sistem pendidikan di Korea Selatan itu
siswanya diwajibkaan untuk belajar 16 jam perharinya dengan les yang wajib diikuti oleh semua
siswa, memiliki internet yang cepat sehingga memudahkan siswa mendapatkan pelajaran secara
online, serta siswa hanya mempunyai 5 mata pelajaran wajib. Perbandingan sistem pendidikan
yang terjadi antara Negara Indonesia dengan Negara Korea Selatan yaitu 1) waktu belajar; 2)
pelajaran yang diwajibkan; 3) fasilitas yang mendukung; dan 4) peran orang tua.
Lalu berbicara aspek kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah antara Negara
Indonesia dan Korea Selatan. Timbulan sampah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Di kota metro dan kota besar, timbulan sampah diperkirakan <500orang/ha, timbulan
sampah yang dihasilkan rata-rata sebanyak 100-300 ton/hari (Direktorat Pengembangan PLP,
2016). Timbulan sampah yang terus meningkat ini tidak diimbangi dengan peningkatan
infrastruktur pengelolaan sampah dan upaya-upaya pengurangan sampah di sumber (penerapan
konsep 3R: reduce, reuse, recycle). Kualitas pelayanan masih terbatas (menyangkut masalah
biaya, SDM, sarana dan prasarana, serta peran serta masyarakat). Dari segi kelembagaan, peran
operator dan regulator belum jelas. TPA sebagai tempat pemrosesan akhir sampah sering
mendapatkan protes dan penolakan dari masyarakat. Akibatnya terjadi penurunan kualitas
lingkungan terutama di daerah perkotaan. TPA masih merupakan pilihan utama dalam
pengelolaan sampah di Indonesia. Sebagian besar sampah langsung diangkut dan dibuang ke
TPA sampah tanpa pengolahan pendahuluan. Baru sekitar 10% sampah yang dimanfaatkan
(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016). Sampai saat ini paradigma
pengelolaan sampah yang digunakan adalah kumpul–angkut dan buang. Sedangkan andalan
utama sebuah kota dalam menyelesaikan permasalahan sampah adalah landflling di TPA.
Pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA tersebut,
sehingga muncul kasus-kasus kegagalan TPA. Pengelola kota tampaknya beranggapan bahwa
TPA yang dipunyainya dapat menyelesaikan semua persoalan sampah, tanpa harus memberikan
perhatian yang proporsional terhadap sarana tersebut. TPA bisa menjadi bom waktu bagi
pengelola kota. Lalu , Pada sekitar tahun 1977, pengelolaan sampah di Korea Selatan masih
belum dikelola dengan baik. Pencemaran sampah dan limbah, baik limbah domestik maupun
limbah industri banyak mencemari air tanah dan Sungai Han, yaitu sungai yang membelah Kota
Seoul. Saat itu pengolahan sampah di Korea Selatan dipusatkan di TPA Nanji. TPA Nanji masih
dioperasikan dengan sistem open dumping, yaitu pembuangan terbuka tanpa ada proses
pengolahan apapun. Beroperasinya TPA Nanji ini banyak menimbulkan permasalahan baik
secara teknis, lingkungan maupun sosial. Secara teknis, kendala yang dihadapi adalah kurangnya
pengalaman dan keterbatasan sumber daya manusia dalam menangani limbah, belum
dikuasainya teknik-teknik waste to energy. Banyak terjadi pencemaran lingkungan dan wabah
penyakit di masyarakat akibat dari lindi, serangga, bau, dan gas metan. Akibatnya, banyak terjadi
protes keras dan demonstasi dari warga di sekitar lokasi TPA. Menurut Sudokwon Landfll Site
Management Corp. (2015), sejak TPA Nanji beroperasi sampai dengan tahun 1993, sekitar 9,2
juta ton sampah ditimbun di TPA Nanji. TPA Nanji akhirnya ditutup pada tahun 1993, dan
dikonversi menjadi TPST berbasis institusi. Lahan bekas TPA dimanfaatkan sebagai taman.
Selanjutnya sampah-sampah tersebut masuk ke Mapo Resources Recycle. TPST Mapo
Resources Recycle dilengkapi dengan incinerator berkapasitas 750 ton/hari, yang mampu
menghasilkan listrik sebesar 5MW. Sistem ini dimanfaatkan oleh warga di sekitar Mapo
Resources Recycle sebagai sumber energi listrik. Pada tahun 2000, Kementerian Lingkungan
Hidup Korea Selatan membentuk Sudokwon landfll Site Management Corporation (SLC),
sebuah badan usaha milik negara yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Metropolitan
Seoul dalam merencanakan dan membangun, mengoperasikan, memelihara dan merawat
infrastruktur pengolahan sampah, khususnya di TPA dan pendukungnya. Kontrak dengan SLC
dilakukan untuk jangka waktu selama 46 tahun (2000-2046). Sudokwon landfll adalah TPA
sanitary landfll terbesar di dunia dan tergolong world-class sanitary landfll. TPA ini
menggunakan lahan hasil reklamasi seluas 1.600 hektar dan mulai beroperasi sejak tahun 1992.
Kapasitas TPA sebesar 22.800 (x10.000 ton) dan melayani 22 juta penduduk di Metropolitan
Seoul, Incheon, dan Provinsi Gyeonggi. TPA yang pada tahap awal banyak mendapatkan
penolakan dari warga sekitar ini pada akhirnya berkembang dan mendapatkan pengakuan dari
dunia. Bahkan TPA ini menjadi percontohan ecofriendly sanitary landfll dan telah dikunjungi
oleh ratusan ribu warga, termasuk warga asing. Situs TPA yang terbesar di dunia ini kemudian
berkembang menjadi atraksi alam terbaik. Limbah berubah menjadi sumber daya, bekas TPA
terlahir kembali menjadi sebuah taman impian yang dikenal sebagai dreampark. Taman yang
merupakan bekas landfll tahap pertama ini juga telah dimanfaatkan untuk tempat bermain golf,
pacuan kuda, dan lomba renang pada Asian Games 2014.
Bisa ditarik kesimpulan, keadaan Korea Selatan dengan Indonesia pada masa awal
kemerdekaan sama saja, karena bias dibilang Negara tersebut masih Negara yang berkembang.
Namun perbedaanya adalah sistem bekerja Korea Selatan lebih cepat dan terarah ketimbang
Indonesia. Yang bisa saya tarik ialah terdapat 3 kunci untuk Negara menjadi maju, yaitu
pendidikan, pembangunan ekonomi serta kebersihan lingkungannya. Yang dimana Negara korea
selatan untuk pendidikannya pun sudah lebih maju ketimbang Indonesia. Perbandingan
pendidikannya itu ada beberapa segi yaitu dari sistem pendidikan, kurikulum, dan fasilitas yang
ada di Negara Korea Selatan itu menunjang pendidikan itu sangat memadai serta siswa disana itu
dituntut untuk memiliki semangat yang tinggi untuk pendidikan. Pasca kemerdekaan Indonesia
dan Korea Selatan memiliki kondisi perekonomian yang hampir sama, terutama dikisaran tahun
1950-1960an. Pendapatan per kapita kedua negara ini pun mirip, Indonesia dengan angka US$
100 dan Korea Selatan dengan angka US$79. Dilihat dari sisi ini, Indonesia ternyata lebih unggul
dari Korea Selatan pada saat itu. Tapi, keunggulan Indonesia itu tidak bertahan lama,karena
harus menghadapi krisis dalam negeri berupa hiperinflasi dan defisit anggaran negara. Mengenai
kebersihan lingkungan, Korea Selatan yang awalnya diragukan dalam pengelolaan TPA, kini
mereka bisa membangung TPA dengan kualitas yang baik dan bahkan akan dicontoh oleh
beberapa Negara-Negara lainnya.
REFRENSI