Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA DAN KOREA


SELATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Perbandingan Pendidikan

Disusun Oleh :

Siti Sundari

NIM.18422003

Dosen Pengampu :

Supriyanto Abdi, S.Ag, MCAA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2022

1
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4

C. Tujuan............................................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

A. Letak Negara Indonesia dan Korea Selatan...............................................................5

B. Tingkat Pendidikan Indonesia dan Korea Selatan....................................................5

C. Pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan..............................................................6

D. Sistem Organisasi Pengelolaan Pendidikan..............................................................15

E. Sistem Penilaian Pendidikan......................................................................................15

BAB III....................................................................................................................................17

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................17

A. Kesimpulan..................................................................................................................17

B. Saran.............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang mempunyai peran sangat penting saat ini. Banyak
Negara yang berkompetisi untuk meningkatkan sistem pendidikan di Negara nya, baik
di Negara berkembang maupun di Negara maju. Selain itu negara diduia berkompetisi
untuk meningkatkan mutu pendidikan di negara, karean dengan pendidikan yang baik
dan bermutu akan melahirkan sumber daya manusia unggul sehingga dapat
memajukan sebuah negara.
Melihat pendidikan memliki peran yang sangat penting, tidak sedikit negara
yang sudah mempunyai sistem pendidikan yang sangat baik di dunia, diantaranya,
Korea Selatan, Finlandia, Amerika, Singapore, dan lainnya.Tetatpi, walaupun sistem
pendidikan di negara tersebut terkenal sangat baik didunia, dalam penerapayan sistem
dan kebijakan pendidikannya berbeda-beda. Contohnya seperti di Korea Selatan,
disana anak-anak harus menghabiskan waktu untuk belajar baik di sekolah atau di
tempat bimbingan belajar. Berbeda dengan Finlandi proses pembelajaran mereka
dilaksanakan dalam waktu yang luamyan singkat, dan begitupun dengan Indonesia
dimana anak-anak belajar dari pagi sampai dengan siang bahkan sore di sekolah.
Pendidikan di Indonesia mewajibkan anak-anak dinegaranya untuk
mendapatkan pendidikan selama 9 tahun, yaitu minimum sampai dengan jenjang
sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini dilakukan untuk memberdayakan sumber
daya manusia di Indonesia dan juga membantu mengentaskan masyarakat Indonesia
dari kemiskinan dan kebodohan. Dari hal tersebut, pendidikan di Indonesia juga
menjadi pilar utama dalam membangun negara, sehingga Indonesia dapat bersaing
dengan negara lainnya.
Sedangkan di Korea Selatan, belajar adalah nomor dan menghafal rumus
merupakan salah satu syarat penting untuk menuju sukses ujian nasional disana (Seu-
nung). Selain itu, siswa di Korea Selatan bukan saja menghafal rumus-rumus
sederhan, namun juga menghafal rumus-rumus turunan, dan hal ini berlangsung
sampau pada tingkat universitas. Selain itu, di Korea Selatan siswa bukan hanya
belajar di sekolah saja melainkan di bimbingan belajar juga. Jika terdapat siswa Korea

3
Selaij kemudia ia tidak mengikuti bimbingan belajar merupakan suatu hal yang
dianggap aneh. Bagi anak-anak di Korea, mengikuti bimbel (Hagwon) sepulang
sekolah merupakan hal yang wajib.

B. Rumusan Masalah
Dalam analisis perbandingan sistem pendidikan Indonesia dan Korea Selatan
ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana letak geografis, jumlah penduduk di Indonesia dan Korea Selatan?
2. Bagaimana tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
3. Bagaimana jenjang pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
4. Bagaimana sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
5. Bagaimana kurikulum yang berjalan di Indonesia dan Korea Selatan?
6. Bagaimana sistem organisasi pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea
Selatan?
7. Bagaimana sistem penilaian pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui letak geografis, jumlah penduduk di Indonesia dan Korea Selatan?
2. Mengetahui tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
3. Mengetahui jenjang pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
4. Mengetahui sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
5. Mengetahui kurikulum yang berjalan di Indonesia dan Korea Selatan?
6. Mengetahui sistem organisasi pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea
Selatan?
7. Mengetahui sistem penilaian pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Letak Negara Indonesia dan Korea Selatan


Korea Selatan, memiliki luas wilayah daratan keseluruhan adalah 100.032 km²
dan luas perairan hanya 290 km² (Geografi Korea Selatan, 2013). Sedangkan secara
letak astronomis Korea Selatan 33˚06’40” LU sampai 43˚00’39” LU-124˚11’00” BT
sampai 131˚52’42” BT. Secara geografis, Korea Selatan berada di bagian timur laut
benua Asia dengan batas Negara di sebelah utara adalah RRC, Selatan adalah Laut
Cina Timur, Barat adalah Laut Kuning dan Timur adalah Laut Jepang (Yahoo).
Sedangkan Indonesia secara astronomis berada pada 6˚ LU- 11˚ LS dan 95˚ BT-141˚
BT. Secara geografis Indonesia terletak antara Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik. Indonesia juga terletak antara Benua Asia dan Benua Australia.
Secara luas wilayah, Indonesia lebih luas dari pada Korea Selatan, dan hal
tersebut berpengaruh terhadap jumlah penduduknya. Terlihat pada tabel 1 bahwa
jumah penduduk di Indonesia lebih banyak dari pada jumlah penduduk di Korea
Selatan. Di Indonesia jumlah penduduknya berada pada peringkat 4 dari 40 negara
mencapai 255.469.700 jiwa, sedangkan di Korea Selatan berada pada peringkat 27
dengan jumlah 51.462.616 jiwa.1

B. Tingkat Pendidikan Indonesia dan Korea Selatan


Negara Indonesia jauh lebih luas dan jumlah penduduknya pun 4 kali lipat lebih
banyak dibandingakn dengan negara Korea Selatan, namun tingkat pendidikan
Indonesia berada jauh dari Korea Selatan. Menurut data dari PISA (Program for
International Student Assessment), Indonesia menempati peringkat 64, sedangkan
Korea Selatan menempati peringkat ke 5.2
1
Ridlwan, M, Kebijakan Pendidikan Sekolah Dasar 3 Negara (Singapur, Jepang, Korea Selatan) Dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan Sekolah Dasar Indonesia. Pedagogi: Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan
Anak Usia Dini,No.2 Vol.7 (2012), Hal141-148.

2
Ibid, Hal.146-148

5
C. Pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan
Jika ditilik berdasar letas geografis, negara Indonesia adalah negara berbentuk
kepulauan dan amat berbeda dengan Korea Selatan. Selain itu melihat dari jumlah
penduduk, Indonesia memiliki jumlah penduduk 4 kali lipat lebih banyak dibanding
negara Korea Selatan. Berikut ini perbandingan sistem pendidikan di Indonesia dan
Korea Selatan.
1. Negara Indonesia
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu amanat yang tertuang dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang. Selain itu sistem pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana
terarah dan berkesinambungan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3
pendidikan Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

b. Jenjang Pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003, jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang
pendidikan di Indonesia dapat dilakukan baik secara formal, nonformal
maupun informal. Adapun jenjang pendidikan di Indonesia adalah sebagai
berikut:

6
1) Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini dilakukan sebelum peserta didik
memasuki pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat dilakukan baik pada
jalur formal, nonformal maupun informal. Pada jalur formal berbentuk
TK (Taman Kanak-kanak) ataupun RA (Raudhatul Athfal). Untuk dapat
menempuh pendidikan di PAUD jalur formal, siswa harus berusia
minimal 4 tahun. Pada jalur nonformal berbentuk KB (Kelompok
Bermain), TPA (Taman Penitipan Anak), dll. Pendidikan jalur KB
diperuntukkan untuk anak usia minimal 2 tahun, sedangkan TPA
diperuntukkan untuk anak usia minimal 0 tahun. Sedangkan pada jalur
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.

2) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar jalur formal adalah SD atau MI, dan SMP atau
MTs. Berdasarkan peraturan bersama antara Mendikbud dan Menag RI
Nomor 7 Tahun 2014, syarat calon peserta didik baru untuk masuk SD
atau sederajat adalah sebagai berikut:
a) telah berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun
wajib diterima
b) telah berusia berusia 6 (enam) tahun dapat diterima
c) telah berusia berusia 5 (lima) tahun sampai dengan kurang dari 6
(enam) tahun, dapat dipertimbangkan atas rekomendasi tertulis dari
psikolog profesional
d) berusia kurang dari 5 (lima) tahun tidak dapat diterima.
Sedangkan untuk siswa SDLB dapat diterima walau usianya lebih
dari 12 tahun. Pendidikan dasar sendiri dapat ditempuh dalam waktu
6 tahun.
e) untuk calon peserta didik SMP atau sederajad tidak dibatasi oleh
usia minimal. Akan tetapi dengan memenuhi syarat seperti berikut:
(1) telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SD/MI/SDLB/Paket
A/Pendidikan Pesantren Salafiyah Ula/sederajat
(2) memiliki SKHU SD/SDLB/MI/Program Paket A/Pendidikan
Pesantren Salafiyah Ula/sederajat

7
(3) berusia paling tinggi 18 (delapan belas) tahun pada awal tahun
pelajaran baru.

3) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah pada jalur formal adalah SMA, MA, SMK,
MAK, dan SMALB. Syarat calon peserta didik untuk dapat mengikuti
seleksi masuk SMA atau sederajad adalah sebagai berikut:
a. telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SMP/SMPLB/MTs/Paket
B/Pendidikan Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat.
b. memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat.
c. berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun
pelajaran baru.
d. Sedangkan untuk dapat masuk ke sekolah kejuruan, calon peserta
didik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) telah lulus SMP/MTs/SMPLB/sederajat dan memiliki ijazah.
2) memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan
Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat.
3) berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun
pelajaran baru.
4) memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan spesifik bidang studi
keahlian/program studi keahlian/kompetensi keahlian di SMK/
MAK yang dituju.

4) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan pendidikan formal setelah
pendidikan menengah yang dapat berupa program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor. Pendidikan tinggi merupakan
jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun atau lebih);
magister, spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk: Akademi,
Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas. Perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian

8
kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi, dan atau vokasi.
c. Manajemen Pendidikan
1) Kurikulum
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah
menerapkan enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968,
kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 2004,
KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan kurikulum yang
berlaku sekarang Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan
kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menggantikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaannya pada tahun
2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun
2013, Kurikulum 2013 diimplementasikan secara terbatas pada
sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah
Dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK,
sedangkan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di
Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan
SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis
adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek
pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam
Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang
dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dan
sebagainya sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan dengan materi pembelajaran
standar Internasional (seperti PISA dan TIMSS) sehingga pemerintah
berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan
pendidikan di luar negeri.
2) Anggaran Pendidikan

9
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk memenuhi hak
warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun. Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi
mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara
lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
3) Guru/Tenaga Pendidik
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibuktikan
dengan ijazah/sertifikat keahlian yang relevan, yang dikeluarkan oleh
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)/ Universitas yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Jenis pendidikan guru yang diselenggarakan oleh LPTK yang
terakreditasi dan ditetapkan pemerintah yaitu Pendidikan Profesi Guru
(PPG), dengan kualifikasi akademik:
(a) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau
S1 pendidikan dasar
(b) Pendidik pada jenjang pendidikan menengaj minimum D-IV
atau S1 pendidikan menengah

10
(c) Pendidik pada jenjang pendidikan tinggi minimum S1 untuk
program diploma, S2 untuk program sarjana dan S3 untuk
program magister dan doctor.3

2. Negara Korea Selatan


a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan Korea Selatan adalah untuk menanamkan pada
setiap orang rasa Identitas Nasional dan penghargaan terhadap kedaulatan
Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap warga Negara,
mengemban cita-cita persaudaraan yang universal, mengembangkan
kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara yang
demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan
sifat patriotisme.4
b. Jenjang Pendidikan di Korea Selatan
Menilik jenjang pendidikan di Korea Selatan tidak berbeda jauh
dengan jenjang pendidikan di Indoneisa. Adapun jenjang pendidikan di
Korea Selatan sebagai berikut :
1) Taman Kanak-kanak (TK)
Di Korea, taman kanak-kanak bukan program formal, namun
merupakan lembaga swasta yang mengajarkan para murid bahasa
Korea dan bahasa Inggris.
2) Sekolah Dasar (Chodeunghakgyo)

Pendidikan sekolah dasar selama 6 tahun, dengan grade 1-6


dengan rentan usia 7-13 tahun. Selama di SD, para murid kelas 1
dan 2 akan belajar mengenai bahasa Korea, Matematika, Sains,
Ilmu Sosial, Seni dan Bahasa Inggris. Sedangkan untuk kelas 3
hingga 6, ditambahkan PE, pendidikan moral, seni praktis dan
musik.
3) Sekolah Menengah Pertama (Junghakgyo)
3
Supardi.Arah pendidikan di Indonesia dalam tataran kebijakan dan implementasi. Formatif:Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, No.2 Vo;l.2 (2015). Hal.67-69
4
FauziahCivic education di Negara Korea Selatan dan Inggris. Foundsia, No.2 Vol.10 (2019).Hal. 43-
46

11
Pendidikan sekolah menengah tingkat pertama ini
ditempuh selama 3 tahun, dengan kelas 7-9 dan rentan usia masuk
sekitar 12 atau 13, dan lulus sekitar usia 15 atau 16. Pada tingkat
ini, tidak jauh berbeda dengan Indonesia, dimana masa-masa
SMP merupakan peralihan anak-anak menuju dewasa, sehiningg
pada level ini siswa harus lebih disiplin dan menaati peraturan
sekolah. Kebanyakan dari siswa SMP di Korea Selatan
mendapatkan 6 mata pelajaran dalam sehari dan biasanya seusai
sekolah mereka melanjutkan dengan les tambahan.
Mata pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah
tingkat pertama ini adalah matematika, bahasa Inggris, Korea,
studi sosial, dan ilmu pengetahuan alam merupakan pelajaran inti,
sedangkan musik, seni, PE, sejarah, etika, ekonomi rumah tangga,
teknologi, dan Hanja merupakan pelajaran tambahan. Semua mata
pelajaran tersebut berlangsung selama 45 menit. Selain itu,
sebelum kelas dimulai siswa akan mendapatkan kelas tambahan
selama 30 menit untuk belajar mandiri, menonton Sistem Siaran
Pendidikan (EBS) atau untuk kegiatan pribadi dan administrasi
sekolah.
Dalam tahap ini, nilai ujian sekolah menengah menjadi
sangat penting bagi siswa untuk masuk ke tingkat selanjutnya,
yaitu sekolah menengah atas atau kejuruan. Bagi siswa yang
nilainya mencukupi mereka dapat melanjutkan ke sekolah
menengah atas, namun bagi siswa yang nilainya kurang, mereka
akan masuk ke sekolah menengah kejuruan.
4) Sekolah Tinggi / Sekolah Menengah Atas (Godeunghakyo)
Sekolah tinggi ini ditempuh selama 3 tahun, dengan grade
10-12 dengan rentan usia 15 atau 16 saat masuk dan lulus sekitar
usia 17-19 tahun. Di tahap ini ada dua jalur, yaitu khusus sesuai
dengan minat dan jalur minat. Jalur khusus misalkan, khusus
sains, bahasa asing atau seni dimana para siswa dapat mengikuti
ujian masuk yang sangat kompetitif, contohnya seperti pada
drama korea Dream High.

12
Selain itu ada dua pilihan, yang pertama adalah sekolah
umum dan yang kedua ada kejuruan dimana mereka daat masuk
baik melalui tes ataupun tanpa tes. Sekolah umum hampir sama
seperti SMA di Indonesia, dimana para murid belajar mata
pelajaran inti dan beberapa tambahan dimana nantinya mereka
bisa melanjutkan ke universitas. Sedangkan kejuruan meliputi
pertanian, perdagangan, perikanan dan teknik. Sekolah kejuruan
ini memfokuskan para siswanya untuk bekerja setelah mereka
lulus nantinya. Selain itum ada juga sekolah komprehensif yang
merupakan gabungan dari sekolah umum dan kejuruan yang
merupakan ekal bagi para siswa untuk meneruskan ke akademik
(junior college) atau universitas (senior college).
5) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi di Korea Selatan berada pada kelas 13-
16 untuk tingkatan universitas (S1) atau akademik (junior college)
dan kemudian dilanjutkan dengan program pasca sarjana (S2/S3)
(Rochmah, A, 2015). Di Korea Selatan banyak perguruan tinggi
swasta maupun negri, sekitar 330 perguruan tinggi. Adapun
beberapa perguruan tinggi yang terkemuka di Korea Selatan
antara lain Universitas Korea (Korea University), Universitas
Nasional Seoul (Seoul National University), Universitas Ewha
(Ewha Women's University), dan Universitas Yonsei (Yonsei
University).5

c. Manajemen Pendidikan
Dalam artikel Perbandingan Kurikulum Indonesia, Malaysia dan
Korea Selatan dalam web lpmpbanten.net disebutkan sistem pendidikan
di Korea Selatan merupakan gabungan antara sentralistik dan
desentralisasi.sifat kesentralistiknya terbatas pada penyusunan panduan
dan pedoman pendidikan, sedangkan secara oprasional secara penuh
diserahkan kepada komite/dewan sekolah secara mandiri untuk mengkaji
proses pendidikan secara keseluruhan.

5
Ibid., Hal.47-52

13
Menteri pendidikan Korea Selatan mendapatan kekuasaan dan
kewenangan penuh dalam pendidikan. Dewan pendidikan (board of
education) terdapat di setiap daerah, dan di setiap provini dan dearh
khusus (Seoul dan Busan), dewan pendidikan terdiri dari 7 orang yang
dipilih oleh dearh otonom, lima orang dipilih dan dua orang lainnya
merupakan jabatan yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau
gubernur provinsi. Dewan pendidikan ini pun kuga diketahui oleh
walikota tau gubernur.
1) Kurikulum
Pada tahun 1970an di Korea Selatan dilakukan reformasi
pendidikan dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam
kelas dan pemanfaatan teknologi. Adapun yang dikerjakan oleh guru
di Korea Selatan, meliputi empat langkah, yaitu :
a) Perencanaan pengajaran
b) Diagnosis murid
c) Membimbing siswa belajar dengan berbagai program
d) Tes dan menilai hasil belajar

Di sekolah menengah tidak diadakan saringan masuk sekolah


karena adanya kebijakan walikota daerah khusus atau gubernur
provinsi ke sekolah menengah di daerahnya. Kurikulum di Korea
Selatan dikeluarkan oleh KICE (Korea Institute of Curriculum dan
Evaluation) dengan kurikulum standar meliputi: bahasa Korea,
kesenian, kode etik, ilmu pengetahuan sosial, matematika, ilmu
pengetahuan alam, pendidikan kesehatan dan jasmani, music, bahasa
asing (Inggris).
2) Anggaran Pendidikan
Anggaran pendidikan Korea Selatan, berasal dari anggaran
Negara dengan prosentase 18,9%. Pada tahun 1995, ada kebijakan
untuk wajib belajar 9 tahun sehingga porsi anggarannya pun lebih
tinggi untuk pendidikan. Adapun sumber biaya pendidikan,
bersumber dari: GNP untuk pendidikan, pajak pendidikan, keuangan
pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi pendidikan kejuruan.
Untuk keluarga yang berpenghasilan rendah seperti petani dan

14
nelayan, biasanya anak yang usianya 5 tahun akan mendapatkan
bantuan pendidikan dari pemerintah.
3) Guru/Tenaga Pendidik
Di Korea terdapat 2 jenis pendidikan guru, yaitu tingkat
akademik (kelas 13-14) untuk guru SD dan pendidikan guru empat
tahun untuk guru sekolah menengah. Untuk pendidikan guru negri
biaya ditanggung oleh pemerintah. Kemudian, guru nantinya akan
mendapatkan sertifikat dari pemerintah, yaitu sertifikat guru pra
sekolah, guru SD dan sekolah menengah. Sertifikat ini diberikan
kepada guru dengan kategori guru magang, guru biasa yang telah
menyelesaikan on job training dan ijin untuk guru magang diberikan
kepada mereka yang telah lulus ujian kualifikasi selama empat tahun
dalam bidang engineering, perikanan, perdagangan dan pertanian.
Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun mengajar. Hal ini
dilakukan agar setiap guru mendapat kesempatan yang adil untuk
mengajar di berbagai sekolah yang baik atau buruk. Untuk menjadi
seorang dosen di junior college harus bergelar master (S2) dengan
pengalaman 2 tahun dan untuk menjadi dosen senior college harus
bergelar doctor (S3).6

D. Sistem Organisasi Pengelolaan Pendidikan


Sistem organisasi pengelolaan pendidikan yang berada di Indonesia menurut
undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemeritah Nomor 25 tentang Kewenangan Pusat dan Daerah, pendidikan diserahkan
pengelolaannya kepada pemerintah daerah, sementara pemerintah pusat sebatas
menyusun acuan dan standar yang bersifat nasional. Begitu pula dengan Sistem
pengelolaan pendidikan di Korea Selatan dilaksanakan oleh pemerintah. Kekuasaan dan
kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan.Kebijakan menteri dilaksanakan
hingga di daerah otonom. Di daerah terdapat dewan pendidikan (board of education).
Pada setiap propinsi dan daerah khusus (Seoul dn Busam), masing-masing dewan
pendidikan terdiri dari tujuh orang anggota yang dipilih oleh daerah otonom, dari lima
orang dipilih dan dua orang lainnya merupakan jabatan ex officio; yang dipegang oleh

6
Muhtadi, AStudi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan. (Yogyakarta State
University,2008). Hal.37-41

15
walikota daerah khusus atau gubernur propinsi dan super intendent, Dewan pendidikan
diketuai oleh walikota atau gubernur.
E. Sistem Penilaian Pendidikan
Sistem penilaian pendidikan di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 disebutkan bahwa salah satu prinsip
penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini
berarti bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian
kompetensi peserta didik. Penetapan kriteria ketuntasan minimal belajar merupakan
tahapan awal pelaksanaan penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
Sedangkan, sistem penilaian pendidikan di Korea Selatan Korea Selatan semenjak
tahun 1969 telah menghapus ujian masuk sekolah menengah pertama, dengan langkah ini
99,2% siswa lulusan SD dapat melanjutkan pendidikan mereka ke SMP. Pada tahun 1973,
ujian masuk SMA juga dihapuskan, tetapi ujian masuk universitas tetap dilakukan. Di
tingkat sekolah menegah pertama, setiap semester akan diadakan 2 kali ujian evaluasi dan
hasilnya akan dikirim kerumah masing-masing, dan ketika menginjak kelas 3, nilai dan
kemampuan siswa akan dipertimbangan untuk melanjutkan ke SMA. Pada tahap ini wali
kelas akan memberi saran dan petunjuj untuk para siswa melanjutkan ke SMA.
Penilaian yang dilakukan oleh Korea Selatan dikenal dengan College Scholastic
Aptitude (CSAT) pada tingkat SMA yang berada di bawah naungan KICE. Tes yang
diberikan meliputi 5 mata pelajaran yaitu bahasa Korea, matematika, bahasa Inggris, ilmu
sosial/alam/kejuruan (sesuai jurusan) dan siswa dapat memilih salah satu bahasa asing
seperti karakter bahasa Cina klasik. Siswa dinyatakan lulus jika nilai mereka diantata 0-
200 dengan 100 sebagai nilai minimal mereka, sedangkan untuk mata pelajaran jurusan,
mereka harus mendapatkan nilai minimal 50. Sehingga total nilai yang mereka dapatkan
untuk lulus minimal 250. Penilaian dalam memasuki universitas ialah kombinasi dari
pencapaian selama masa SMA digabungkan dengan nilai ketika tes skolastik secara
nasional (Su-Neung). Rapor ketika SMA menyumbang 40% dalam penentuan kelulusan.7

BAB III
7
Wijaya, Studi Komparatif Pendidikan Di Kawasan Asia (RRC, Korea Selatan,
Jepang). (Educare,2007). Hal.56-62

16
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa luas wilayah
Indonesia lebih luas dari pada Korea Selatan. Jumlah penduduk di Indonesia jauh
lebih banyak dari pada Korea Selatan. Tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea
Selatan hampir sama yaitu menciptakan warga Negara yang mandiri, kreatif dan dapat
mengembangkan potensi diri mereka, serta menjunjung tinggi kehidupan berbangsa
dan bernegara, hanya saja ada perbedaan pada jenjang pendidikan di kedua Negara.
Di Korea Selatan pada jenjang pendidikan menengah ada sekolah yang khusus
dipersiapkan untuk para siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi,
sedangkan di Indonesia masih belum begitu jelas. Sistem manajemen pendidikan di
Korea Selatan bersifat gabungan antara sentralistik dan desentralisasi. Sifat
kesentralistikan terbatas pada penyusunan panduan dan pedoman pendidikan,
sedangkan oprasionalnya secara penuh diserahkan kepada komite/dewan sekolah.
Sedangkan di Indonesia sebagian besar bersifat sentralistik tanpa sepenuhnya
memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan proses pendidikan.

B. Saran
Dari analisis diatas, didapat beberapa saran bagi pendidikan di Indonesia, yaitu
Indonesia lebih baik melakukan investasi yang besar dibidang pendidikan dan
Indonesia juga harus memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana sekolah-
sekolah di Indonesia, sehingga sekolah yang berada di dearah pelosok pun
mendapatkan sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat membantu kelancaran
proses belajar mengajar. Indonesia juga harus mengembangkan aspek teknologi dalam
pendidikan, karena tidak dipungkiri, saat ini teknologi berkembang dengan pesat dan
saat ini penggunaan teknologi di Indonesia masih belum maksimal karena penyebaran
teknologi yang masih belum merata di daerah terpencil, koneksi internet yang tidak
stabil, dan masih banyak guru (SDM) yang masih belum terlatih dalam menggunakan
teknologi dalam proses belajar mengajar.

17
DAFTAR PUSTAKA

18
Amelia, D. P., & Dewi, D. A. (2021). Kolektivitas dalam Nomenklatur Pendidikan Moral di
Korea Selatan. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 1(8).
Fauziah, F. (2019). Civic education di Negara Korea Selatan dan Inggris. Foundsia, 10(2).
Hendra, Y. (2016). Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea
Selatan: Kajian 5 Aspek Pengelolaan Sampah. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah
Sosial, 7(1), 77-91.
Kurniawan, C. (2017). Wawasan Pendidikan: Studi Komparatif Sistem Pendidikan Di
Beberapa Negara Maju (Korea Selatan Dan Jepang).
Muhtadi, A. (2008). Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan.
Yogyakarta State University.
Wijaya, I. E. (2007). Studi Komparatif Pendidikan Di Kawasan Asia (RRC, Korea Selatan,
Jepang). Educare.
Yulanda, N. (2019). Perbandingan Kurikulum Social Studies di Korea Selatan dan Brunei
Darussalam. Research and Development Journal of Education, 5(2), 26-38.
Ridlwan, M., & Abidin, R. (2021). Kebijakan Pendidikan Sekolah Dasar 3 Negara (Singapur,
Jepang, Korea Selatan) Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Sekolah Dasar
Indonesia. Pedagogi: Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2),
141-148.
Megawanti, P. (2015). Meretas permasalahan pendidikan di Indonesia. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(3).
Baswedan, A. R. (2014, December). Gawat darurat pendidikan di Indonesia. In The
Emergency of Indonesian Education]. A paper delivered at the meeting between
Ministry and Head of Education Offices Indonesia-wide in Jakarta, on
December (Vol. 1).
Supardi, U. S. (2015). Arah pendidikan di Indonesia dalam tataran kebijakan dan
implementasi. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2).

19

Anda mungkin juga menyukai