Anda di halaman 1dari 20

SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA KOREA SELATAN

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Syahbuddin, M.A

Disusun Oleh :

DESI SAPUTRI

NPM : 20003922

PROGRAM STUDI PENDIDIKANAGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

HUBBULWATHAN

DURI

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini dengan semaksi-
mal saya.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya terbuka untuk
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga saya bisa
melakukan perbaikan makalah ini menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata saya meminta semoga makalah ini dapat memberi pemahaman yang lebih
mendalam dan memberi wawasan pengetahuan yang luas.

07 Oktoberl 2022

Penulis
Daftar Isi

Kata pengantar.................................................................................................. i

Daftar isi........................................................................................................... ii

BABI    : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B.  Rumusan .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................... 2

BAB II  : PEMBAHASAN

A. Pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan............................. 3


1. Tujuan Pendidikan............................................................. 3
2. Jenjang Pendidikan............................................................ 4
3. Manajemen Pendidikan..................................................... 9

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 13
B. Saran......................................................................................... 13

Daftarpustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting saat ini. Banyak Negara
yang berlomba-lomba untuk meningkatkan pendidikan di Negara mereka, baik di Negara
berkembang maupun di Negara maju. Mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu
pendidikan di negaranya karena dengan pendidikan yang baik dan bermutu maka, Negara
tersebut nantinya dapat memiliki sumber daya manusia yang cerdas dan unggul sehingga
dapat memajukan Negara mereka.
Dengan pentingnya pendidikan, banyak Negara yang telah memiliki sistem pen-
didikan yang sangat baik di dunia, diantaranya, Finlandia, Korea Selatan, Singapore,
Amerika dan lain sebagainya. Namun, walaupun sistem pendidikan di Negara-negara
tersebut terkenal sangat baik didunia, sistem pendidikan mereka berbeda-beda penerapan-
nya. Seperti halnya Finlandia dimana proses pembelajaran mereka hanya berlangsung
dalam kurun waktu sebentar, berbeda dengan Indonesia dimana siswa dari padi sampai
dengan siang bahkan sore di sekolah untuk belajar, dan berbeda lagi dengan Korea Sela-
tan dimana anak-anak harus menghabiskan waktu mereka untuk belajar di sekolah
maupun di tempat bimbingan belajar.
Melihat kondisi pendidikan di Indonesia yang semakin terpuruk, sebagai calon
pendidik kita harus turut berpartisipasi dalam perbaikan sistem pendidikan. Salah satunya
dengan membandingkan sistem pendidikan yang berjalan di Negara lain. Perbandingan
pendidikan memiliki manfaat nyata, terutama sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan melihat dan mengkaji keunggu-
lan-keunggulam sistem pendidikan di Negara lain, kita bisa belajar berbagai hal dari Ne-
gara tersebut dan memanfaatkannya demi kemajuan pendidikan di Negara lain.
Pendidikan di Indonesia mewajibkan anak-anak Indonesia mendapatkan pen-
didikan selama 9 tahun, yaitu minimum sampai dengan jenjang sekolah menengah per-
tama atau SMP. Hal ini dilakukan untuk memberdayakan sumber daya manusia di In-
donesia dan juga membantu mengentaskan masyarakat Indonesia dari kebodohan dan
kemisikinan. Karena hal ini, pendidikan di Indonesia juga menjadi pilar utama dalam
membangun Negara, sehingga nantinya Indonesia juga tidak kalah saing dengan Negara-
negara lainnya.
Sedangkan bagi Negara Korea Selatan, belajar merupakan nomor satu bagi
mereka dan menghafal rumus adalah salah satu trait penting di sini menuju sukses ujian
nasional (Seu-nung). Para siswa di Korea Selatan tidak hanya menghafal rumus-rumus
sederhana saja, namun juga menghafal rumus-rumus penurunan, dan kebiasaan ini
berlangsung sampai universitas juga.
Selain itu, di Korea Selatan anak-anaknya tidak cukup belajar di sekolah saja
melainkan di bimbingan belajar atau bimbel juga. Jika ada murid Korea dan tidak
mengikuti bimbel maka itu merupakan hal yang aneh. Bagi siswa-siwi Korea, mengikuti
bimbel (Hagwon) sepulang sekolah, itu adalah harus.
Berawal dari permasalahan tersebut, maka saya akan mencoba menguraikan per-
bandingan sistem pendidikan di Korea Selatan dan Indonesia. saya tertarik ingin mengu-
raikan sistem pendidikan di Korea Selatan, karena saya melihat bahwa Korea Selatan
memiliki kemajuan yang sangat pesat terutama dalam penguasaan teknologi. Hal itu tentu
dilatar belakangi oleh pendidikan yang maju.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
2. Bagaimanakah jenjang pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
3. Bagaimanakah sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
C.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan.
2. Mengetahui jenjang pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan.
3.  Mengetahui sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan.
D.    Manfaat
Dalam analisis ini ada manfaat yang didapat, yaitu mengetahui perbandingan pen-
didikan yang ada di Indonesia dan juga di Korea Selatan. Selain itu, kebaikan sistem pen-
didikan yang ada di Korea Selatan dapat dianut atau dipakai oleh Indonesia untuk mema-
jukan pendidikan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan


Jika dilihat berdasarkan struktur geografi negara Indonesia yang berbentuk kepu-
lauan berbeda dengan Korea Selatan. Selain itu secara jumlah penduduk, Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dari Korea Selatan. Hasil tes PISA (matem-
atika, membaca, dan sains) pun peringkat Indonesia berbanding terbalik dengan Korea
Selatan. Akan tetapi Indonesia mendapat peringkat yang tinggi sebagai siswa paling ba-
hagia yang tentu saja berbanding terbalik dengan Korea. Agaknya pendidikan Indonesia
memiliki perbedaan dari Korea, karena siswa Korea dituntut untuk belajar sepanjang
waktu. Berikut perbandingan sistem pendidikan yang ada di Indonesia dengan Korea Se-
latan.

1. Tujuan Pendidikan
a. Indonesia
Pendidikan adalah salah satu amanat yang tertuang dalam pembukaan Un-
dang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah men-
gusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang. Selain itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tun-
tutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana terarah dan berkesinambungan. Menu-
rut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 pendidikan Indonesia bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

b. Korea Selatan
Pada tahun 1948, di Korea Selatan muncul undang-undang pendidikan
yang merupakan salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea yang
berisi salah satunya tujuan pendidikan Korea Selatan. Tujuan pendidikan Korea
Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan
penghargaan terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap
warga Negara, mengemban cita-cita persaudaraan yang universal, mengem-
bangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara yang
demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat patri-
otisme. 

2. Jenjang Pendidikan
a. Indonesia
Pendidikan di Indonesia memiliki 3 jalur pendidikan yang dapat diseleng-
garakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan melalui jarak jauh. Ketiga
jalur pendidikan tersebut, yaitu jalur formal, nonformal dan informal. Pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non-
formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan ke-
cakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri
atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal
ini berbentuk kegiatan belajar mandiri. Pendidikan informal diakui setara dengan
pendidikan formal dan nonformal jika peserta didik dinyatakan lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan.

Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003, jenjang pendidikan adalah tahapan


pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tu-
juan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan
di Indonesia dapat dilakukan baik secara formal, nonformal maupun informal.
Adapun jenjang pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan anak usia dini


Pendidikan anak usia dini dilakukan sebelum peserta didik memasuki pen-
didikan dasar. Pendidikan ini dapat dilakukan baik pada jalur formal, nonfor-
mal maupun informal. Pada jalur formal berbentuk TK (Taman Kanak-kanak)
ataupun RA (Raudhatul Athfal). Untuk dapat menempuh pendidikan di PAUD
jalur formal, siswa harus berusia minimal 4 tahun. Pada jalur nonformal
berbentuk KB (Kelompok Bermain), TPA (Taman Penitipan Anak), dll. Pen-
didikan jalur KB diperuntukkan untuk anak usia minimal 2 tahun, sedangkan
TPA diperuntukkan untuk anak usia minimal 0 tahun. Sedangkan pada jalur in-
formal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
2) Pendidikan dasar
Pendidikan dasar jalur formal adalah SD atau MI, dan SMP atau MTs.
Berdasarkan peraturan bersama antara Mendikbud dan Menag RI Nomor 7
Tahun 2014, syarat calon peserta didik baru untuk masuk SD atau sederajad
adalah sebagai berikut:
a. Telah berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun wajib di-
terima,
b. Telah berusia berusia 6 (enam) tahun dapat diterima,
c. Telah berusia berusia 5 (lima) tahun sampai dengan kurang dari 6 (enam)
tahun, dapat dipertimbangkan atas rekomendasi tertulis dari psikolog pro-
fesional,
d. berusia kurang dari 5 (lima) tahun tidak dapat diterima,
e. Sedangkan untuk siswa SDLB dapat diterima walau usianya lebih dari 12
tahun. Pendidikan dasar sendiri dapat ditempuh dalam waktu 6 tahun,
f. Lain halnya dengan calon peserta didik SD atau sederajad, untuk calon pe-
serta didik SMP atau sederajad tidak dibatasi oleh usia minimal. Akan
tetapi dengan memenuhi syarat seperti berikut:
 Telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SD/MI/SDLB/Paket A/Pen-
didikan Pesantren Salafiyah Ula/sederajat,
 Memiliki SKHU SD/SDLB/MI/Program Paket A/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Ula/sederajat,
 Berusia paling tinggi 18 (delapan belas) tahun pada awal tahun pela-
jaran baru.

3) Pendidikan menengah
Pendidikan menengah pada jalur formal adalah SMA, MA, SMK, MAK,
dan SMALB. Syarat calon peserta didik untuk dapat mengikuti seleksi masuk
SMA atau sederajad adalah sebagai berikut:
a. Telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SMP/SMPLB/MTs/Paket
B/Pendidikan Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat,
b. Memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat,
c. Berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru.

Sedangkan untuk dapat masuk ke sekolah kejuruan, calon peserta didik


harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Telah lulus SMP/MTs/SMPLB/sederajat dan memiliki ijazah,


b. Memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat,
c. Berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru,
d. Memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan spesifik bidang studi
keahlian/program studi keahlian/kompetensi keahlian di SMK/ MAK yang
dituju.
4) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan pendidikan formal setelah pendidikan
menengah yang dapat berupa program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma (2-4
tahun), sarjana (4 tahun atau lebih), magister, spesialis, dan doktor (2 tahun
atau lebih), yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi da-
pat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universi-
tas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan
program akademik, profesi, dan vokasi.

b. Korea Selatan
Jenjang pendidikan di Korea Selatan tidak jauh berbeda dengan Indonesia.
Struktur jenjang pendidikan di Korea Selatan sebagai berikut:
1) Taman Kanak-kanak (TK)
Di Korea, taman kanak-kanak bukan program formal, namun merupakan lem-
baga swasta yang mengajarkan para murid bahasa Korea dan bahasa Inggris.
2) Sekolah Dasar (Chodeunghakgyo)
Pendidikan sekolah dasar selama 6 tahun, dengan grade 1-6 dengan rentan
usia 7-13 tahun. Selama di SD, para murid kelas 1 dan 2 akan belajar menge-
nai bahasa Korea, Matematika, Sains, Ilmu Sosial, Seni dan Bahasa Inggris.
Sedangkan untuk kelas 3 hingga 6, ditambahkan PE, pendidikan moral, seni
praktis dan musik.
3) Sekolah Menengah Pertama (Junghakgyo)
Pendidikan sekolah menengah tingkat pertama ini ditempuh selama 3
tahun, dengan kelas 7-9 dan rentan usia masuk sekitar 12 atau 13, dan lulus
sekitar usia 15 atau 16. Pada tingkat ini, tidak jauh berbeda dengan Indonesia,
dimana masa-masa SMP merupakan peralihan anak-anak menuju dewasa, se-
hingga pada level ini siswa harus lebih disiplin dan menaati peraturan seko-
lah. Kebanyakan dari siswa SMP di Korea Selatan mendapatkan 6 mata pela-
jaran dalam sehari dan biasanya seusai sekolah mereka melanjutkan dengan
les tambahan.
Mata pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah tingkat pertama ini
adalah matematika, bahasa Inggris, bahasa Korea, studi sosial, dan ilmu
pengetahuan alam merupakan pelajaran inti, sedangkan musik, seni, PE, se-
jarah, etika, ekonomi rumah tangga, teknologi, dan Hanja merupakan pela-
jaran tambahan. Semua mata pelajaran tersebut berlangsung selama 45 menit.
Selain itu, sebelum kelas dimulai siswa akan mendapatkan kelas tambahan se-
lama 30 menit untuk belajar mandiri, menonton Sistem Siaran Pendidikan
(EBS) atau untuk kegiatan pribadi dan administrasi sekolah.
Dalam tahap ini, nilai ujian sekolah menengah menjadi sangat penting
bagi siswa untuk masuk ke tingkat selanjutnya, yaitu sekolah menengah atas
atau kejuruan. Bagi siswa yang nilainya mencukupi mereka dapat melan-
jutkan ke sekolah menengah atas, namun bagi siswa yang nilainya kurang,
mereka akan masuk ke sekolah menengah kejuruan.
4) Sekolah Tinggi / Sekolah Menengah Atas (Godeunghakyo)
Sekolah tinggi ini ditempuh selama 3 tahun, dengan grade 10-12 dengan
rentan usia 15 atau 16 saat masuk dan lulus sekitar usia 17-19 tahun. Di tahap
ini ada dua jalur, yaitu khusus sesuai dengan minat dan jalur minat. Jalur
khusus misalkan, khusus sains, bahasa asing atau seni dimana para siswa da-
pat mengikuti ujian masuk yang sangat kompetitif, contohnya seperti pada
drama korea Dream High.
Selain itu ada dua pilihan, yang pertama adalah sekolah umum dan yang
kedua ada kejuruan dimana mereka dapat masuk baik melalui tes ataupun
tanpa tes. Sekolah umum hampir sama seperti SMA di Indonesia, dimana
para murid belajar mata pelajaran inti dan beberapa tambahan dimana
nantinya mereka bisa melanjutkan ke universitas. Sedangkan kejuruan
meliputi pertanian, perdagangan, perikanan dan teknik. Sekolah kejuruan ini
memfokuskan para siswanya untuk bekerja setelah mereka lulus nantinya. Se-
lain itu ada juga sekolah komprehensif yang merupakan gabungan dari seko-
lah umum dan kejuruan yang merupakan bekal bagi para siswa untuk
meneruskan ke akademik (junior college) atau universitas (senior college).
Pada umumnya, siswa kelas 10 akan mengikuti kurikulum umum nasional,
kemudian di kelas 11 dan 12 mereka akan mempelajari pelajaran yang sesuai
dengan jurusan yang mereka ambil.
5) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi di Korea Selatan berada pada kelas 13-16 untuk
tingkatan universitas (S1) atau akademik (junior college) dan kemudian dilan-
jutkan dengan program pasca sarjana (S2/S3). Adapun beberapa perguruan
tinggi yang terkemuka di Korea Selatan antara lain Universitas Korea (Korea
University), Universitas Nasional Seoul (Seoul National University), Univer-
sitas Ewha (Ewha Women's University), dan Universitas Yonsei (Yonsei Uni-
versity).
Sedangkan untuk tahun pelajaran di bagi menjadi dua semester:

- Semester I : awal Maret - pertengahan Juli


- Liburan musim panas : pertengahan Juli - akhir Agustus
- Semester II : akhir Agustus - pertengahan Februari
- Liburan musim dingin : akhir Desember - awal Februari
- Ujian semester II dan kelulusan : awal Februari – pertengahan
Februari (satu minggu)
- Liburan pendek : pertengahan Februari – awal Maret.

Di Korea Selatan, memiliki perhitungan tahun untuk kelahiran, jadi sejak


bayi lahir akan dihitung satu tahun. Sehingga untuk usia 6 tahun menurut
orang Indonesia maka di Korea Selatan berumur 7 tahun. Kemudian, saat
anak ingin menempuh pendidikan pra-sekolah, para pengajar akan mem-
berikan konsultasi langsung kepada orang tua yang kemudian nantinya anak
tersebut baru diterima sekolah. Anak yang berusia 6 tahun terhitung 1 Januari
diperbolehkan masuk ke sekolah dasar.
Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan usia, bukan penge-
tahuan, nilai atau tes. Selain faktor usia, bulan lahir juga menentukan kelas
anak tersebut. Misalkan, Junpyo lahir pada 14 Januari 1994, dan Jihoo lahir
pada 12 April 1994. Mereka berdua memang seumuran, namun mereka tidak
pada satu kelas yang sama. Junpyo harus masuk sekolah terlebih dahulu dari
pada Jihoo karena bulan lahirnya lebih awal. Karena di Korea Selatan, semes-
ter pertama dimulai awal Maret sampai dengan pertengahan Juli, maka Jihoo
yang lahir dibulan April tidak dapat sekelas dengan Junpyo yang lahir di bu-
lan Januari, melainkan Jihoo menjadi adik kelas Junpyo.

Detail Waktu Belajar Siwa-siswi di Korea Selatan

Detail dari waktunya adalah:
 Anak berumur 13 dan 14 tahun, sekolah dari jam 7 pagi - 5 sore, dan
mulai bimbel setelah pulang sekolah yaitu pada pukul 5.30 sore,
mengambil dua kelas 60 menit dan satu 70 menit dan pulang ke rumah
jam 9:30 malam. Sesampai di rumah, mereka masih harus
mengerjakan PR dari sekolah dan dari bimbel.
 Anak usia 15 tahun sekolah dari jam 7 pagi - 7 malam, dan mulai
bimbel setelah pulang sekolah yaitu pukul 7.60 sore mengambil satu
kelas 60 menit dan dua 70 menit, selesai pada pukul 10:55 malam dan
mengerjakan semua PR yang diberikan guru.'
 16 tahun usia, 17 tahun usia, 18 tahun usia, sekarang di SMA sekolah
dari  pukul 7 pagi - 10 malam, mulai bimbel pukul 10:45 malam,
memiliki dua kelas 70 menit dan berakhir pada 12:20 am (tengah
malam), kemudian memiliki pekerjaan rumah lebih yang dapat
dilakukan.
 Dan ada kelas Sabtu, dan ini dilakukan walaupun beberapa sekolah
memberlakukan setengah hari masuk untuk siswa dan sekarang
banyak sekolah yang libur di hari Sabtu. Namun, jika ada yang dapat
dibilang “gila belajar” makan Ia akan masuk di hari Minggu ke
sekolah atau bimbel untuk belajar.

3.  Manajemen Pendidikan
a. Indonesia
1)  Kurikulum
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada per-
gantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini
belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan se-
jarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami pe-
rubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan kurikulum 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaanya pada penekanan.
2) Anggaran Pendidikan
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk memenuhi hak warga negara,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan ke-
mudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi se-
tiap warga negara tanpa diskriminasi.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun. Untuk mengejar ketertinggalan dunia pen-
didikan baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan
dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan se-
lain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pen-
didikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008,
pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20
persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada
fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan
alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pen-
didik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk membi-
ayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi alokasi yang
melalui belanja pemerintah pusat dan melalui transfer ke daerah. Sementara
untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah adalah
DBH Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU Pendidikan, Dana Tambahan DAU,
dan Dana Otonomi Khusus Pendidikan
3)  Guru/Personalia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 tahun 2022 Tentang Pe-
rubahan PP Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pen-
didikan menyatakan bahwa Standar kompetensi lulusan pada Satuan Pen-
didikan Jenjang Pendidikan dasar difokuskan pada:
a) Persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mu-
lia;
b) Penanaman karakter yang sesuai pancasila dan,
c) Penumbuhan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik untuk
mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Dalam menjalankan tugas, badan bersifat mandiri dan profesional. Dalam


membantu pelaksanaan tugas, badan dapat memiliki perwakilan di tingkat
provinsi. Ketentuan lebih lanjut mengenai badan diatur dengan Peraturan
Menteri. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi melaksanakan tugas-
nya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Korea Selatan
Sistem pendidikan di Korea Selatan merupakan gabungan antara sentralis-
tik dan desentralisasi sifat kesentralistiknya terbatas pada penyusunan panduan
dan pedoman pendidikan, sedangkan secara oprasional secara penuh diserahkan
kepada komite/dewan sekolah secara mandiri untuk mengkaji proses pendidikan
secara keseluruhan.
Menteri pendidikan Korea Selatan mendapatkan kekuasaan dan kewenan-
gan penuh dalam pendidikan. Dewan pendidikan (board of education) terdapat di
setiap daerah, dan di setiap provini dan daerah khusus (Seoul dan Busan), dewan
pendidikan terdiri dari 7 orang yang dipilih oleh daerah otonom, lima orang dip-
ilih dan dua orang lainnya merupakan jabatan yang dipegang oleh walikota daerah
khusus atau gubernur provinsi. Dewan pendidikan ini pun juga diketahui oleh wa-
likota atau gubernur.
1.  Kurikulum
Pada tahun 1970an di Korea Selatan dilakukan reformasi pendidikan den-
gan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi. Adapun yang dikerjakan oleh guru di Korea Selatan, meliputi em-
pat langkah, yaitu:
 Perencanaan pengajaran
 Diagnosis murid
 Membimbing siswa belajar dengan berbagai program
 Tes dan menilai hasil belajar

Di sekolah menengah tidak diadakan saringan masuk sekolah karena


adanya kebijakan walikota daerah khusus atau gubernur provinsi ke sekolah
menengah di daerahnya.

Kurikulum di Korea Selatan dikeluarkan oleh KICE (Korea Institute of


Curriculum dan Evaluation) dengan kurikulum standar meliputi bahasa Ko-
rea, kesenian, kode etik, ilmu pengetahuan sosial, matematika, ilmu penge-
tahuan alam, pendidikan kesehatan dan jasmani, music, bahasa asing (Ing-
gris).

2. Anggaran pendidikan
Anggaran pendidikan Korea Selatan, berasal dari anggaran Negara dengan
persentase 18,9%. Pada tahun 1995, ada kebijakan untuk wajib belajar 9
tahun sehingga porsi anggarannya pun lebih tinggi untuk pendidikan. Adapun
sumber biaya pendidikan, bersumber dari GNP untuk pendidikan, pajak pen-
didikan, keuangan pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi pendidikan
kejuruan.
Untuk keluarga yang berpenghasilan rendah seperti petani dan nelayan, bi-
asanya anak yang usianya 5 tahun akan mendapatkan bantuan pendidikan dari
pemerintah.

3. Guru/Personalia
Di Korea terdapat 2 jenis pendidikan guru, yaitu tingkat akademik (kelas
13-14) untuk guru SD dan pendidikan guru empat tahun untuk guru sekolah
menengah. Untuk pendidikan guru negri biaya ditanggung oleh pemerintah.
Kemudian, guru nantinya akan mendapatkan sertifikat dari pemerintah,
yaitu sertifikat guru pra sekolah, guru SD dan sekolah menengah. Sertifikat
ini diberikan kepada guru dengan kategori guru magang, guru biasa yang
telah menyelesaikan on job training dan ijin untuk guru magang diberikan
kepada mereka yang telah lulus ujian kualifikasi selama empat tahun dalam
bidang engineering, perikanan, perdagangan dan pertanian.
Untuk menjadi seorang dosen di junior college harus bergelar master (S2)
dengan pengalaman 2 tahun dan untuk menjadi dosen senior college harus
bergelar doctor (S3).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pen-
didikan di Indonesia dan Korea Selatan hampir sama yaitu menciptakan warga
Negara yang mandiri, kreatif dan dapat mengembangkan potensi diri mereka,
serta menjunjung tinggi kehidupan berbangsa dan bernegara, hanya saja ada
perbedaan pada jenjang pendidikan di kedua Negara. Di Korea Selatan pada jen-
jang pendidikan menengah ada sekolah yang khusus dipersiapkan untuk para
siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, sedangkan di Indone-
sia masih belum begitu jelas.
Sistem manajemen pendidikan di Korea Selatan bersifat gabungan antara
sentralistik dan desentralisasi. Sifat kesentralistikan terbatas pada penyusunan
panduan dan pedoman pendidikan, sedangkan oprasionalnya secara penuh diser-
ahkan kepada komite/dewan sekolah. Sedangkan di Indonesia sebagian besar
bersifat sentralistik tanpa sepenuhnya memberikan kewenangan kepada daerah
untuk mengembangkan proses pendidikan.
Kurikulum yang berada di Korea Selatan telah mengalami reformasi den-
gan menekankan pada bidang teknik dan pemanfaatan teknologi, sedangkan di In-
donesia saat ini kembali menggunakan KTSP yang lebih memberikan kewenan-
gan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri dengan tetap memper-
hatikan rambu-rambu dari pemerintah.
Di Indonesia terdapat LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) yang
mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pen-
didikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di provinsi
berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Di Korea pengelolaan pen-
didikan dipegang oleh pemerintah, dengan kekuasaan dan kewenangan
dilimpahkan kepada menteri pendidikan, sedangkan kebijakan menteri dilak-
sanakan hingga di daerah otonom.

B. Saran
Dalam pembahasan Perbandingan Pendidikan Negara Islam di ini,
pemakalah bertujuan agar kita para pembaca mengetahui serta tidak mengklaim
milik orang lain.
Saya minta maaf kepada semua pihak apabila dalam penyusunan makalah
ini masih ada kata atau apa saja yang menyinggung perasaan pembaca. Saya
selaku penyusun akan menerima kritikan dan saran dari pembaca dengan lapang
dada dengan tujuan agar makalah ini bisa lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Agustiar Syah Nur. 2001.  Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Cet. 1.


Bandung: Lubuk Agung.
Libchen. (2013, July 22). Mengenal Lebih Dalam Tentang Negeri Gingseng-Sistem
Pendidikan Korea Selatan Part.1. 
Liebchen. (2013, July 23). Mengenal Lebih Dalam Tentang Negeri Gingseng-Sistem
Pendidikn Korea Selatan part 2.
Rochmah, A. (2015, March 10). Sistem Pendidikan di Korea Selatan.
Tono, K. (2015, July 20). Makalah Sistem Pendidikan di Korea Selatan.

Anda mungkin juga menyukai