Anda di halaman 1dari 112

Kata Pengantar

Rencana strategis Direktorat Jenderal PPI tahun 2015-2019 merupakan panduan


pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal PPI sekaligus baseline anggaran
Ditjen PPI untuk 5 (lima) tahun ke depan yang disusun berdasarkan Nawacita,
Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP) Tahun 2005-2025, Peraturan presiden Nomor 2 tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019 dan hasil evaluasi terhadap Rencana Strategis Ditjen PPI tahun 2010-
2014 serta analisa terhadap isu strategis yang terjadi di bidang pos, bidang
telekomunikasi serta bidang penyiaran baik global maupun nasional.

Pembangunan bidang komunikasi dan informatika 5 (lima) tahun ke depan


diprioritaskan pada upaya mendukung pencapaian kedaulatan pangan, kecukupan
energi, pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan, pembangunan infrastruktur,
percepatan pembangunan daerah perbatasan, peningkatan sektor pariwisata dan
industri, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia dan kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam mewujudkan prioritas tersebut Ditjen PPI
akan menyusun program berdasarkan koridor tugas dan fungsi yang antara lain
melaksanakan pengaturan, penyediaan infrastruktur, pengawasan dan pengendalian
industri bidang pos, bidang telekomunikasi dan bidang penyiaran yang akan
dijabarkan dalam rencana strategis Ditjen PPI tahun 2015-2019.

Mengingat pentingnya hal tersebut, maka semua satuan kerja di lingkungan


Ditjen PPI, pimpinan dan staf harus melaksanakan program yang telah ditetapkan
tersebut secara “PROAKTIF” (profesional, akuntabel, integritas dan inovatif) serta
senantiasa berorientasi kepada peningkatan kinerja (performance improvement).
Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaannya maka Renstra Ditjen PPI tahun 2015-
2019 akan dilakukan evaluasi setiap tahunnya dengan memperhatikan kebutuhan
dan perubahanlingkungan strategis dengan mengacu kepada RPJMN tahun 2015-
2019 dan Renstra Kementerian Kominfo Tahun 2015-2019.

Jakarta,  Juli 2017


Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Pos dan Informatika

Prof. Dr. Ahmad M. Ramli., SH., MH., FCBArb



Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Penyelenggaran Pos
dan Informatika 2015-2019
(Renstra Ditjen PPI 2015-
2019) merupakan turunan dari
Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika No. 21 Tahun
2016 tentang Perubahan


PM. 22 No. Tahun

Prof. Dr. Ahmad M. Ramli., SH., MH., FCBArb


Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika
Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Kata
Daftar
Pengantar
Isi

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel viii

Bab 1.1 Kondisi Umum 2


1 1.2 Capaian Program DJPPI 2010-2014 7
1.2.1 Bidang Pos 7
1.2.2 Bidang Telekomunikasi 7
Pendahuluan 1.2.3 Bidang Penyiaran 8
1.3 Kerangka Berpikir 8
1.4 Potensi Pemasalahan dan Tantangan Kedepan 10
1.4.1 Potensi dan Permasalahan 10
1.4.2 Potensi dan Permasalahan Bidang Telekomunikasi 12
1.4.3 Potensi dan Permasalahan Bidang Pos 14
1.4.4 Potensi dan Permasalahan Bidang Penyiaran 15
1.5 Revisi Rencana Strategis Ditjen PPI 16
1.5.1 Dasar Pertimbangan 16
1.5.2 Perubahan Rencana Stategis Kementerian Kominfo 17
1.5.3 Hal-hal yang menjadi Revisi Rencana Stategis Ditjen PPI 19

Bab 2.1 Rumusan Visi 24


2 2.2
2.3
Rumusan Misi
Tujuan
25
25
2.4 Sasaran 26
Visi, Misi, 2.4.1 Sasaran Strategis Kementerian Kominfo 26
dan Sasaran 2.4.2 Sasaran Program Ditjen PPI 27
Program 2.5 Indikator Kinerja 28
2.5.1 Indikator Kinerja Strategis Kementerian Kominfo 28
2.5.2 Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal PPI 29

iv Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 34 Bab


3.1.1 NAWACITA 35 3
3.1.2 RPJMN 2015-2019 42
3.1.3 Rencana Pita Lebar Indonesia 43
3.1.4 Program Prioritas Pengembangan Telekomunikasi dan Arah
Informatika 44 Kebijakan
3.1.5 Forum dan Kesepakatan Multilateral 46 dan Strategi
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika 48
3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal PPI 54
3.3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Pos 54
3.3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Telekomunikasi 57
3.3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Penyiaran 59
3.3.4 Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos, Telekomunikasi, dan
Penyiaran 73
3.3.5 Strategi dan Implementasi Pembangunan Infrastruktur dan
Aksesibilitas 76
3.3.6 Strategi Pengawasan dan Pengendalian 77
3.3.7 Dukungan Manajemen 77

4.1 Target Kinerja 84 Bab


4.1.1 Target Berdasarkan Sasaran Program dan Indikator Kinerja
Program 85
4
4.2 Pembagian Peta Peran Masing-masing Direktorat pada Ditjen PPI 86
4.4 Pengawasan dan Pengendalian 95 Target
4.5 Kerangka Pendanaan 96 Kinerja dan
Kerangka
Pendanaan

Bab
5
Penutup

Kementerian Komunikasi dan Informatika v


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Daftar Gambar

Bab Gambar 1 1 Ilustrasi Konvergensi TIK 6


1 Gambar 1.2 Kerangka berpikir Penyusunan Rencana Strategis
DJPPI 2015-2019 9
Gambar 1.3 Kerangka Penyusunan Revisi Renstra Ditjen PPI 17
Pendahuluan Gambar 1.4 Perubahan Sasaran Strategis Renstra Kominfo 2015-2019 17
Gambar 1.5 Pemetaan Sasaran Strategis Kominfo menjadi Sasaran
Program Ditjen PPI 19

Bab Gambar 2.1 Fokus Kementerian Komunikasi dan Informatika 27


2 Gambar 2.2 Pemetaan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo dengan
Indikator Sasaran Program Ditjen PPI 30

Visi, Misi,
dan Sasaran
Program

vi Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Gambar 3.1
10 Program Prioritas Nasional di kembangkan Bapennas 45 Bab
Gambar 3.2
Lima Kegiatan Prioritas Pengembangan TIK Nasional 45 3
Gambar 3.3
Kebijakan Strategis Jangka menengah Sektor Pos 55
Gambar 3.4
Driver Tree Program Efisiensi Industri Telekomunikasi 58
Gambar 3.5
Driver Tree Program Efisiensi Industri Penyiaran 60 Arah
Gambar 3.6
Tahapan Implementasi Digitalisasi Sistem Penyiaran Indonesia 62 Kebijakan
Gambar 3.7
Handicap kebijakan Penyiaran di Indonesia 63 dan Strategi
Gambar 3.8
Lima Aspek Utama Digitalisasi Penyiaran Televisi 68
Gambar 3.9
Pihak-Pihak yang Berperan dalam Migrasi TV Analog
ke Digital 69
Gambar 3.10 Driver Tree Program Implementasi TV Analog ke Digital
(Analog Switch Off) 71–72
Gambar 3.11 Driver Driver Tree Program Layanan Perizinan Pos,
Telekomunikasi dan Penyiaran Online 80

Kementerian Komunikasi dan Informatika vii


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Daftar Tabel

Bab Tabel 1.1 Capaian Target Bidang Pos tahun 2009-2014 7


1 Tabel 1.2 Capaian Target Bidang Telekomunikasi tahun 2009-2014 7
Tabel 1.3 Capaian Target Bidang Penyiaran tahun 2009-2014 8
Tabel 1.4 Potensi dan Permasalahan Sektor Telekomunikasi 13
Pendahuluan Tabel 1.5 Potensi dan Permasalahan Sektor POS 14
Tabel 1.6 Potensi dan Permasalahan Sektor Penyiaran 15
Tabel 1.7 Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo 18
Tabel 1.8 Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kominfo 19

Bab Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis Kementerian
2 Kominfo 28
Tabel 2.2 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Direktorat
Jenderal PPI 29
Visi, Misi,
dan Sasaran
Program

viii Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Tabel 3.1 Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos 73 Bab


Tabel 3.2 Kebijakan dan Regulasi Bidang Telekomunikasi 74 3
Tabel 3.3 Kebijakan dan Regulasi Bidang Penyiaran 75

Arah
Kebijakan
dan Strategi

Tabel 4.1 Target Berdasarkan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Bab
Program 85 4
Tabel 4.2 Peta Peran Masing-masing Direktorat Pada Lingkungan Ditjen PPI 87

Target
Kinerja dan
Kerangka
Pendanaan

Kementerian Komunikasi dan Informatika ix


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

x Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika


(Ditjen PPI) memiliki tugas dan fungsi dalam
menentukan kebijakan dalam penyelenggaraan pos,
telekomunikasi dan penyiaran dengan tujuan untuk
menjaga industri pos, telekomunikasi dan penyiaran
agar tetap sehat dan efisien, pemerataan akses
informasi dengan ketersediaan infrastruktur, mewujudkan
implementasi migrasi dari TV analog ke digital, serta
melaksanakan prinsip-prinsip good governance.

BAB
1

Pendahuluan

Kementerian Komunikasi dan Informatika 1


1.1 Kondisi Umum

Era globalisasi dewasa yang menuntut pemerataan penyebaran informasi dan


komunikasi menjadikan peran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai
penyalur informasi dan komunikasi menjadi sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan
informasi dan komunikasi menjadi kebutuhan primer masyarakat, terlebih bagi
masyarakat yang mengandalkan informasi dan komunikasi sebagai pendongkrak
produktivitasnya. Kebutuhan akan informasi dan komunikasi harus dijamin oleh
pemerintah bagi setiap warganya, karena konektivitas nasional diyakini dapat
meningkatkan produktivitas masyarakat yang akan berdampak kepada pertumbuhan
ekonomi nasional dan peningkatan daya saing bangsa.

Daya saing (competitiveness) adalah serangkaian perangkat, kebijakan, dan faktor


yang menentukan level produktivitas suatu negara. Daya saing ditentukan oleh
insitusi, infrastruktur, makroekonomi, pendidikan dasar dan kesehatan, pendidikan
tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja,
pembangunan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kompleksitas
bisnis, dan inovasi.

2 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Sudah tidak dapat diragukan lagi bagaimana TIK sangat berperan penting dalam
kemajuan dan perekonomian suatu negara. berdasarkan hasil studi mengenai
“Dampak sosial ekonomi dari internet terhadap negara-negara berkembang”
diperkirakan peningkatan penetrasi internet pita lebar sebesar 10% di negara
berkembang, akan berdampak pada kenaikan PDB negara sebesar 1,38%
(Sumber: The World Bank, 2010). Namun tentunya bukan hanya infrastruktur
internet pita lebar yang menjadi fokus dari pengembangan Teknologi informasi dan
komunikasi, namun juga infrastruktur lainnya yang disediakan melalui beberapa
platform infrastruktur telekomunikasi seperti layanan seluler, layanan fixed serta
infrastruktur lainnya seperti penyediaan layanan penyiaran dan layanan pos yang
berbasiskan TIK.

a. Telekomunikasi

Infrastruktur telekomunikasi sebagai infrastruktur utama penyedia layanan komunikasi


dan informasi tumbuh dengan cukup pesat di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia
distimulus oleh semakin tingginya permintaan terhadap layanan telekomunikasi
oleh masyarakat. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi sebagai pemicu
dari munculnya penyedia-penyedia konten yang disediakan melalui jaringan
telekomunikasi yang dibangun oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi,
sehingga menambah kompleksitas jenis penyediaan dalam industri telekomunikasi
di Indonesia. Jaringan dan layanan telekomunikasi di Indonesia masih berpusat
pada daerah-daerah yang “menguntungkan”, daerah dimana penyelenggara
telekomunikasi menganggap investasi jaringannya akan kembali dalam waktu yang
wajar. Hal tersebut mengakibatkan ketimpangan akses dan digital di Indonesia
masih menjadi permasalahan dalam upaya menciptakan konektivitas nasional yang
terintegrasi.

Berdasarkan GSMA (Global System for Mobile Communication Association) Report


tahun 2014 diperoleh gambaran industri telekomunikasi di Indonesia bahwa dari
jumlah sim card (Kartu Perdana) aktif sebanyak 315 juta kartu hanya digunakan
oleh 103,7 juta penduduk, artinya rata-rata 1 penduduk di Indonesia memiliki
kurang lebih 3 nomor pelanggan. Oleh karena itu, penetrasi layanan seluler di
Indonesia baru menyentuh angka 41% dari 251,3 juta penduduk Indonesia pada
tahun 2014.

b. Penyiaran

Pada tahun 2006, Kesepakatan Jenewa yang dilaksanakan oleh International


Telecommunication Union (ITU) disetujui oleh mayoritas negara di dunia.
Kesepakatan tersebut berisi komitmen untuk bermigrasi dari sistem siaran TV
analog ke digital. Amerika Serikat memulainya sejak tahun 2009, Jepang sejak
tahun 2011, Korea Selatan dan Cina serta Inggris sejak 2012, Brunei Darussalam
sejak tahun tahun 2014, adapun Malaysia Singapura, Thailand, dan Filipina dimulai
serentak tahun 2015. Indonesia menargetkan secara bertahap mulai tahun 2015
hingga tahun akhir tahun 2018 seluruh TV analog akan diganti menjadi TV digital
(Digital Switch-over).

Kementerian Komunikasi dan Informatika 3


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Pemerintah telah memutuskan bahwa Indonesia juga sedang merencanakan


perpindahan menuju era penyiaran digital dengan pemilihan standar teknologi
siaran Digital Video Broadcasting – Second Generation Terrestrial (DVB-T2).
Kebijakan tersebut diambil dengan tujuan sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas penerimaan program siaran televisi,
2. Penciptaan program siaran televisi yang lebih bervariasi dan bermanfaat
kepada masyarakat,
3. Penciptaan jaringan distribusi baru,
4. Penciptaan peluang bagi inovasi dan layanan nirkabel, dan
5. Peningkatan efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk penyeleng­
garaan penyiaran.

Digitalisasi ini bukan hanya memaksa adaptasi pada level mikro (teknologi dan
bisnis) tetapi juga mendesak level makro (industri dan regulasi) untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian akibat perubahan teknologi. Pada tingkatan mikro, input
teknologi membawa perubahan pada prasyarat teknologi, ketersediaan set top box
dalam digitalisasi, serta proses penguasaan teknologi tersebut.

Perubahan tersebut mereproduksi dan memberi dampak pada lingkungan dan


tren bisnis baik dari aspek proses maupun produk. Perubahan pada tren bisnis
mengarahkan dampak lanjutan pada level makro yakni transformasi tren industri.
Dalam hal digitalisasi misalnya, bukan hanya industri pertelevisian dan siaran/
broadcasting yang akan mengalami perubahan revolusioner, tetapi juga industri
konten, komunikasi, informasi, serta industri-industri lain akan mengadopsi
perubahan tren bisnis tersebut. Ketika industri berubah maka seluruh sendi-sendi dan
kaidah-kaidah dalam industri tersebut juga akan berubah, seperti sistem kompetisi,
sistem inovasi, strategi bisnis dan pemasaran, yang antara lain ditandai dengan
terjadinya pailit, merger, akuisisi, bahkan kebangkrutan antara pelaku bisnis dalam
industri. Ketika industri mengalami pergeseran terutama karena adanya inisiatif-
inisiatif baru, pemerintah perlu menetapkan regulasi agar tercipta persaingan bisnis
yang sehat, normatif, dan kompetitif serta tidak saling memangsa. Pemerintah juga
perlu memberikan ruang advokasi pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
sebagai penyanggah utama ekonomi Indonesia terutama di saat krisis.

c. Pos

Indonesia sebagai negara dengan geografis yang sangat luas membutuhkan sektor
logistik sebagai penggerak distribusi barang hingga dapat terdistribusi dengan
merata. Guna meningkatkan peran sektor logistik di Indonesia, diperlukan perkuatan
internal bidang Pos sebagai salah satu entitas yang bertanggung jawab dalam
sektor logistik nasional. Perkuatan sektor Pos nasional dapat ditempuh melalui
pengembangan teknologi untuk penyediaan layanan Pos Nasional. Peningkatan
teknologi dalam penyediaan layanan pos membantu dalam mengefisienkan proses
penyediaan layanan, sehingga dapat meningkatkan daya saing penyelenggara
layanan pos nasional. Seperti halnya penyelenggara layanan pos asing yang
memiliki sistim IT yang baik, sehingga mampu mengintegrasikan kegiatan logistik
mereka dengan baik.

4 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Selain itu, pentingnya integrasi antar penyelenggara pos sangat diperlukan guna
memperluas wilayah operasi layanan. Integrasi antar penyelenggara layanan pos
lokal dan integrasi antar penyelenggara layanan pos lokal dengan asing perlu
dijalin dengan baik. Dengan integrasi yang baik, penyelenggara layanan pos
dapat memperluas area layanan walaupun tidak memiliki cukup banyak modal
untuk melakukan pembangunan titik layanan pos di banyak wilayah layanan.
Untuk itu, diperlukan regulasi yang dapat meningkatkan integrasi/kerjasama antar
penyelenggara layanan pos untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan
jangkauan layanan pos.

Fenomena yang terjadi pada era TIK sekarang adalah konvergensi yang dapat
disimpulkan dari berbagai sumber sebagai penyatuan atau integrasi berbagai
layanan informasi dan komunikasi dari industri Telekomunikasi, Penyiaran, Internet
dan Pos yang dapat diakses melalui suatu saluran komunikasi melalui suatu
perangkat komunikasi.
- Industri telekomunikasi yang memiliki layanan dasar suara sudah mulai
digantikan dengan layanan pesan singkat dan layanan suara interaktif melalui
berbagai konten Skype, Line call, Whatsapp Call, dan sebagainya.
- Industri penyiaran yang memiliki layanan dasar penyiaran melalui media
televisi mulai digantikan dengan layanan OTT penyiaran yang dapat diakses
pada telepon pintar maupun tablet
- Industri Pos memiliki layanan dasar seperti layanan komunikasi tertulis/surat
elektronik, layanan paket, layanan logistic, layanan transaksi keuangan dan
keagenan pos. untuk komunikasi tertulis dan layanan transaksi keuangan dan
keagenan pos yang semula secara konvensional sekarang sudah berbasis
IT. Sedangkan untuk layanan logistic dimana didalam penyelenggaraan
pos bersifat integrated, pada saat ini perannya telah bergeser dengan
menggunakan aplikasi berbasis teknologi informasi (e-commnerce).

Kementerian Komunikasi dan Informatika 5


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Telepon, suara, Telepon, suara,


SMS, Fax, MMS SMS, Fax, MMS
TELEKOMUNIKASI
Mobile Broadcast
(T-DMB) Konvergensi telekomunikasi dan broadcast

Mobile TV
Siaran radio, siaran TV,
FTA
TV berbayar
PENYIARAN
Mobile Internet Konvergensi telekomunikasi dan broadcast
Internet Broadcasting
Video conference, instant
Webrowsing, email, messeging, mobile Webrowsing, email,
internet banking IP TV, Youtube, banking, e-commerce internet banking
INTERNET Netflix

Konvergensi penyiaran
dan internet
Mobile internet, TV streaming, VoIP, Conference Video,
Layanan logistik IP platform Video on Demand, rich communication
berbasis IT, email

Surat, barang, Surat, barang,


logistik, filateli logistik, filateli
POS

Gambar 1. 1  Ilustrasi Konvergensi TIK

Gambar diatas mengilustrasikan konvergensi yang terjadi pada industri TIK di


Indonesia. Baik industri Telekomunikasi, Penyiaran, dan Pos akan menyatu dengan
pemicu utama adanya internet broadband hingga menciptakan layanan-layanan
yang terintegrasi atau konvergen dengan berbagai layanan konten-konten yang
bermunculan. Namun fenomena konvergensi juga masih akan menyisakan layanan-
layanan yang masih melekat dengan industri Telekomunikasi, Penyiaran, dan Pos
tanpa adanya pengaruh dari internet.

Tren ke depan tersebut memerlukan suatu rencana kebijakan dan regulasi industri
di Indonesia, supaya pencapaian TIK sesuai dengan maksud dan tujuan TIK
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan Industri TIK dapat berkembang
walaupun dalam kondisi konvergensi.

6 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

1.2 Capaian Program DJPPI 2010-2014

Rencana strategis merupakan suatu naskah rencana yang berkesinambungan


untuk membangun industri TIK di Indonesia secara terus-menerus. Keberhasilan
dari sebuah rencana strategis dinyatakan dalam evaluasi pencapaian yang diukur
setiap tahunnya pada sektor industri Telekomunikasi, Pos dan Penyiaran di
Indonesia, posisi evaluasi sekarang adalah pada pencapaian Rencana Strategis
Direktorat Jenderal PPI tahun 2010-2014 yang telah terlalui. Evaluasi Renstra
tersebut menjadi tolok ukur dari efektivitas program kerja Direktorat pada periode
tersebut, dan akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan Renstra DJPPI 2015-
2019.

1.2.1 Bidang Pos


Tabel 1. 1  Capaian Target Bidang Pos tahun 2009-2014

2011 2012 2013 2014 % Realisasi


Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 2014

Penyelesaian peraturan pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 38 tahun 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 35% 35%
2009 tentang Pos

Jumlah KPC LPU yang mendapatkan 2.278 2.278 2.298 2.298 2.357 2.357 2.325 2.325
100%
dana PSO Pos KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU KPC LPU

1.2.2 Bidang Telekomunikasi


Tabel 1. 2  Capaian Target Bidang Telekomunikasi tahun 2009-2014

2011 2012 2013 2014 % Realisasi


Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 2014

Persentase Terpenuhinya Regulasi


100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dan Kebijakan di Era Konvergenasi

Jumlah Desa Dering yang Beroperasi 33.184 30.413 33.184 31.392 33.184 32.918 33.184 33,185
100%
SSL SSL SSL SSL SSL SSL SSL SSL

Jumlah PLIK (Pusat Layanan


Internet Kecamatan) yang 5.748 PLIK 5.748 PLIK 5.748 PLIK 5.956 PLIK 5.748 PLIK 5.956 PLIK -
beroperasi*

Jumlah Base Transmission


Station (BTS) telekomunikasi dan
- - 286 BTS 18 BTS 286 BTS 287 BTS 286 BTS 287 BTS 100%
informatika di daerah perbatasan
dan pulau terluar (Telinfo-Tuntas)

Ibukota prov yang terhubung


10 Prov 29 Prov 17 Prov 29 Prov 34 Prov 30 Prov 33 Prov 33
dengan jaringan backbone serat 100%
(30%) (88%) (50%) (88%) (100%) (88%) (100%) provinisi
optik nasional

Kementerian Komunikasi dan Informatika 7


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

2011 2012 2013 2014 % Realisasi


Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 2014

Jumlah Ibukota Provinsi yang


memiliki Nusantara Internet 8 lokasi 4 lokasi 16 lokasi 8 lokasi 25 lokasi 9 lokasi 33 lokasi 19 lokasi 58%
Exchange (NIX)

Prosentase pencapaian target


PNBP Kementerian Komunikasi dan 100% 105% 100% 104% 100% 111% 100% 107,93% 107,93%
Informatika

1.2.3 Bidang Penyiaran


Tabel 1. 3  Capaian Target Bidang Penyiaran tahun 2009-2014

2011 2012 2013 2014 % Realisasi


Indikator Kinerja
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 2014

Jumlah dokumen Grand Design dan 1 dok 1 dok 1 PM 1 1 draft 1 draft - - 0%


Road Map Penyiaran Grand Dokumen PP Grand PP Grand
Design RPM Design Design
dan Road Grand dan Road dan Road
Map Design Map Map
Penyiaran dan Road Penyiaran Penyiaran
Map
Penyiaran

Jumlah Desa Informasi yang


76 desa 80 desa 200 desa 80 desa 350 desa 80 desa 500 desa 80 desa 16%
dilengkapi Radio Komunitas*

Prosentase Jangkauan jaringan TVRI 65% 66,65% 70% 66,65% 78% 66,65% 88% 76,56% 87%
dan RRI pada populasi penduduk (TVRI), (TVRI), (TVRI), (TVRI), (TVRI), (TVRI), (TVRI), (TVRI) (TVRI)
86% (RRI) 52,88% 87% (RRI) 57,96% 88% (RRI) 57,96% 90% (RRI) 60,19% 66,87%
(RRI) (RRI) (RRI) (RRI) (RRI)

% Penetrasi Siaran TV Dgital


15% 12,37% 20% 16,8% 30% 25,36% 35% 56,56% 61%
Terhadap Populasi

1.3 Kerangka Berpikir


Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan
Informatika tahun 2015-2019 disusun dengan berpedoman pada Undang-Undang
Pos, Undang-Undang Telekomunikas, Undang-Undang Penyiaran, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, agenda
(NAWACITA) Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla, Forum
pada anggota organisasi di dunia pada Bidang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran,
Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika (2015-2019).

8 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Rencana Strategis Ditjen PPI yang merupakan kumpulan dari program kerja
strategis sektor Penyelenggaraan Pos dan Informatika harus sejalan dengan
target, program dan perjanjian internasional sektor Kementerian Komunikasi dan
Informatika yang telah disusun atau disepakati sebelumnya. Hal tersebut menjadi
faktor penentu terarahnya dan tercapainya target sektor Penyelenggaraan Pos dan
Informatika yang sesuai dengan tujuan bangsa dan memberikan kontribusi dalam
pengembangan pembangunan bangsa Indonesia.

UUD 1945

UU POS UU TELEKOMUNIKASI UU PENYIARAN RPJPN

RPI NAWACITA RPJMN

Renstra
Kementerian Komunikasi
dan Informatika

Renstra Direktorat
Perjanjian Multilateral Jenderal Penyelenggaraan Perjanjian Bilateral
Pos dan Informatika

Gambar 1. 2  Kerangka berpikir Penyusunan Rencana Strategis DJPPI 2015-2019

Dalam Nawa cita dijelaskan bahwa pembangunan infrastruktur agenda Nawa Cita
yang akan disasar adalah bagaimana program infrastruktur yang dilakukan dapat :
(1) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia,
(2) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing dipasar internasional, dan
(3) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.

Secara khusus, dalam hal pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan


Komunikasi (TIK), Presiden RI terpilih, Ir. Joko Widodo sangat percaya bahwa TIK
akan dapat memperbaiki sistem birokrasi dan pelayanan rakyat. TIK juga diyakini
dapat mendorong peningkatan pembangunan perekonomian bangsa yang telah
didukung oleh beberapa penelitian lembaga internasional bahwa TIK berkontribusi
langsung terhadap Produk Domestik Bruto suatu negara.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 9


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Untuk itu, program pembangunan bidang TIK diusulkan sebagai kelanjutan dan
“re-focusing” dan RJPMN 2014-2019 yang juga sebagian tertuang dalam MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) bidang
Telematika, yang secara khusus didisain target dan milestone-nya dalam dokumen
Indonesia Broadband Plan.

Terdapat 5 program bidang TIK yang akan menjadi fokus dalam periode 2015-
2019 ini, yaitu:
1. Penyediaan bandwidth untuk rakyat sebesar 1 Gb per bulan per kapita dengan
sebaran bandwidth di 100% kabupaten/kota;
2. Satelit multi fungsi untuk kepentingan pemerintah, baik untuk komunikasi,
pengawasan daerah perbatasan, penanganan bencana alam, pemetaan dan
Hankamnas;
3. Layanan e-government terintegrasi untuk 100% kabupaten/kota dengan Index
e-government mencapai 3,4 (skala 4,0);
4. Berdirinya pusat industri kreatif nasional berbasis TIK, dan
5. Penunjukan Menkominfo sebagai Nasional CIO (Chief Information Officer)

Untuk mendukung visi dan misi, strategi dan program pemerintah di bidang TIK,
maka seluruh komponen pemangku kepentingan harus bekerja sama membangun
kembali dan merevitalisasi beberapa aspek, meliputi: (1) regulasi yang efektif, (2)
model kompetisi sehat dan khas Indonesia, (3) kelembagaan efektif, (4) TIK untuk
ekonomi digital, (5) pengembangan infrastruktur TIK, (6) pengaturan sumber daya
frekuensi, dan (7) pengembangan SDM TIK yang berdaya saing tinggi.

Disamping itu Renstra Ditjen PPI juga merupakan pedoman dalam penyusunan
program dan anggaran di lingkungan Ditjen PPI dalam koridor tahun 2015-2019,
dimana ruang lingkup kerja dari Ditjen PPI meliputi dimensi yaitu antara lain :
1. Mempunyai tugas sebagai regulator (Komersial Enterprise Action);
2. Mempunyai tugas untuk mendorong terwujudnya pemerataan infrastruktur
telekomunikasi, pos dan penyiaran khususnya didaerah non komersial;
3. Mempunyai peran pengawasan dan pengendalian industri pos, telekomunikasi
dan penyiaran.

1.4 Potensi Pemasalahan dan


Tantangan Kedepan
1.4.1 Potensi dan Permasalahan

Perkembangan teknologi di sektor TIK telah mendorong berkembangnya berbagai


macam layanan baru yang mendorong pertumbuhan industri dan perubahan
perilaku masyarakat. Dengan berkembangnya layanan broadband diharapkan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan
kerja baru bagi masyarakat. Dalam implementasinya di Indonesia, perkembangan

10 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

teknologi dan layanan di sektor TIK tidak serta merta dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kecenderungan penyelenggara
TIK lebih memilih melakukan pembangunan infrastruktur dan pemberian layanan
TIK pada daerah-daerah yang ekonomi masyarakatnya sudah maju sehingga lebih
profitable secara bisnis. Dampak dari adanya kecenderungnya penyelenggara
tersebut menjadikan permasalahan dan tantangan bagi pemerintah antara lain
menyangkut :

a. Masih tingginya kesenjangan digital di wilayah Indonesia

Kesenjangan digital (digital divide) selalu dikaitkan dengan perbedaan antara


akses dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang
disebabkan karena ketimpangan dan perbedaan akibat ketidakseimbangan
pertumbuhan TIK. Tinginya kesenjangan digital di wilayah Indonesia sangat
terlihat dari adanya kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan baik
menyangkut pembangunan infrastruktur, akses layanan dan pemanfaatan
layanan TIK sendiri. Hal ini tentunya menjadi tantangan baik bagi Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam menciptakan aksesibilitas dan
keterjangkauan layanan bagi masyarakat termasuk merubah cara pandang
masyarakat mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,
sehingga pemerintah perlu meyakinkan dan melatih masyarakat bahwa
penggunaan TIK mampu meningkatkan produktivitas, lapangan kerja, dan
ketersediaan informasi yang cepat serta mudah digunakan di berbagai aspek
bidang kehidupan.

b. Masih banyaknya daerah yang belum mendapat akses layanan TIK

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait Statistik Telekomunikasi


Indonesia 2015 dijelaskan bahwa dari 82.191 desa di seluruh Indonesia masih
terdapat sebanyak 7.717 (9.4%) desa yang belum terlayani layanan TIK (tanpa
sinyal).

Sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan


Perbatasan, pada tahun 2015—2019 terdapat 187 lokasi prioritas di 39 kab/
kota wilayah perbatasan yang akan dilakukan percepatan penyediaan sarana
dan prasarana telekomunikasi. Permasalahan yang perlu segera di atasi
antara lain yaitu: masih rendahnya akses masyarakat perbatasan terhadap
informasi (media audio visual dan cetak); masih rendahnya akses masyarakat
perbatasan terhadap jaringan telekomunikasi karena kurangnya sarana dan
prasarana telekomunikasi; masih sulit dan mahalnya biaya komunikasi karena
minimnya jumlah BTS yang dibangun (minim infrastruktur jalan, dan energi
listrik); dan sinyal telekomunikasi dari negara tetangga lebih kuat dari sinyal
telekomunikasi NKRI

c. Tingginya Tingkat Persaingan di Industri Telekomunikasi

Dengan ditetapkannya UU 36 tahun 1999 dan aturan dibawahnya telah men­


dorong bermunculannya pemain baru dalam industri telekomunikasi. Namun
karena hampir sebagian besar penyelenggara telekomunikasi cenderung
memilih melaksanakan usahanya di daerah perkotaan, hal ini mengakibatkan

Kementerian Komunikasi dan Informatika 11


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

terjadinya persaingan industri yang sangat ketat. Disisi lain karena besarnya
biaya investasi pembangunan infrastrutkur di daerah perdesaan, penyelengara
cenderung enggan membangun di daerah perdesaan, sehingga penyelenggara
di daerah perdesaan cenderung hanya didominasi oleh satu atau dua
penyelenggara saja.

Tingginya tingkat persaingan industri di daerah perkotaan telah medorong


terjadinya perang tarif layanan antar penyelenggara sehingga berdampak pada
penurunan kualitas layanan dan juga penurunan Return on Investment (ROI)
yang mengakibatkan menurunnya kemampuan investasi untuk membangun
jaringan baru.

d. Belum Efisiennya Infrastruktur TIK Nasional

Adanya kecenderungan penyelenggara telekomunikasi hanya focus mem­


bangun infrastruktur di daerah perkotaan yang profitable telah meng­akibatkan
terjadinya tumpang tindih infarstruktur di daerah perkotaan. Tentunya ini
meng­akibatkan tidak efsiensinya pengunaan infrastruktur secara nasional
karena kecenderung penyelenggara membangun sendiri-sendiri dengan
kapasitas yang berlebih sehingga terjadi idle capacity. Sementara itu karena
besarnya biaya pembangunan infrastruktur di daerah perdesaan, banyak
penyelenggara enggan membangun infrastruktur didaerah perdesaan tersebut
sehingga dapat menghambat target penetrasi akses layanan broadband ke
seluruh wilayah di Indonesia.

Oleh karena itu, untuk mendorong pemerataan akses layanan di seluruh


wilayah Indonesia dan dalam rangka menciptakan efisiensi pembangunan
infrastruktur secara nasional, Pemerintah akan mendorong penyelenggara
untuk melakukan infrastruktur sharing di wilayah-wilayah pedesaan agar biaya
pembangunan infarstruktur yang di keluarkan oleh penyelenggara menjadi
lebih murah dan masyarakat perdesaan dapat menikmati layanan TIK dengan
baik.

1.4.2 Potensi dan Permasalahan Bidang Telekomunikasi

Sebelum era Undang-Undang nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi


disahkan, pembangunan sektor telekomunikasi di Indonesia sepenuhnya dilaku­
kan oleh pemerintah melalui PT. Telkom sebagai satu satunya penyelenggara
telekomunikasi pada waktu itu. Setelah Pemerintah melihat banyak kekurangan
pada Undang-Undang 3 tahun 1989, maka pemerintah menetapkan Undang-
undang telekomunikasi yang baru yakni Undang-Undang 36 tahun 1999 tentang
Telekomunikasi yang semangatnya adalah mendorong sepenuhnya pembangunan
infrastruktur telekomunikasi di Indonesia kepada pihak swasta. Harapannya adalah
agar pemerataan infrastruktur dan layanan telekomunikasi di Indonesia menjadi
cepat berkembang. Namun, penyelenggara telekomunikasi yang berorientasi pada
bisnis, tentunya akan melakukan investasi pembangunan jaringan telekomunikasi
hanya di wilayah yang menurut mereka cukup menguntungkan. Sehingga semangat
awal pemerintah melalui perubahan Undang-undang tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Permasalahan tersebut perlu diselesaikan dalam program-program yang

12 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

berkesinambungan ke depan dan dituangkan melalui Rencana Strategis Ditjen


PPI ini.

Namun, Indonesia sebagai negara besar dengan wilayah geografis yang luas juga
memiliki banyak potensi sektor telekomunikasi yang apabila dimaksimalkan dengan
baik akan menjadi keunggulan bersaing (competitive adventages) bagi Indonesia.
Sektor telekomunikasi apabila dikembangkan dengan baik akan menjadi faktor
pendorong pertumbuhan perekonomian nasional, seperti halnya negara-negara
maju yang pada umumnya memiliki sektor telekomunikasi yang baik. Berdasarkan
hasil penelitian Bank Dunia, bahwa setiap peningkatan penetrasi broadband
sebesar 10% maka akan berpengaruh kepada peningkatan GDP sebesar 1,38%.

Secara lebih detail, berikut gambaran potensi dan permasalahan sektor teleko­
munikasi di Indonesia.

Tabel 1. 4  Potensi dan Permasalahan Sektor Telekomunikasi

POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI

No POTENSI No PERMASALAHAN

1 Populasi masyarakat Indonesia yang cukup besar merupakan salah satu 1 Pembangunan infrastruktur dan layanan telekomunikasi masih belum merata
faktor yang mendorong perkembangan sektor telekomunikasi nasional dan terkonsentrasi pada wilayah profitable. Sebagian daerah perbatasan dan
lokasi tertentu belum terjangkau layanan dan infrastruktur telekomunikasi.

2 Terjadi defisit terhadap penggunaan kapasitas/bandwidth secara 2 Pemanfaatan jaringan telekomunikasi eksisting yang masih belum efektif
nasional disebabkan permintaan akan layanan telekomunikasi di dan efisien, dimana banyak penyelenggara yang melakukan pembangunan
Indonesia terus meningkat, mulai demand dari pengguna perorangan, infrastruktur telekomunikasi yang sama pada lokasi yang sama, padahal
sampai demand pelanggan M2M (Machine to Machine) jaringan tersebut masih belum terutilisasi dan ketatnya persaingan dalam
industri telekomunikasi.

3 PNBP sektor telekomunikasi terus meningkat setiap tahunnya. 3 Kenaikan target PNBP sektor telekomunikasi seringkali dilakukan dengan
kurang memperhitungkan kondisi ekonomi dan perkembangan industri

4 65% penduduk Indonesia pada tahun 2015 merupakan penduduk 4 Kendala dalam penggelaran Broadband di Indonesia:
yang produktif (165 juta dari 250 juta penduduk), dan penetrasi a. Koordinasi dengan Pemda mengenai pemanfaatan infrastruktur broad­
telekomunikasi sudah mencapai lebih dari 100%. band (duct, menara) yang terkadang masih menimbulkan konflik
Sehingga potensi masyarakat produktif akan semakin optimal apabila b. Fokus pengembangan penyelenggara untuk jaringan broadband masih
didukung dengan fasilitas broadband, untuk menciptakan ekonomi di daerah “menguntungkan” secara finansial
broadband

5 Permintaan akses konten telekomunikasi semakin meningkat, dan 5 Konten lokal belum terlalu berkembang, dan mayoritas konten dikuasai oleh
penggunanya mulai merata ke seluruh lapisan masyarakat dan seluruh konten asing
umur

6 Pertumbuhan pelanggan yang tinggi baik pengguna orang maupun 6 Pertumbuhan yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan perangkat yang
mesin/perangkat tinggi akan tetapi masih rendahnya Tingkat Kandungan Dalam Negeri yang
menyebabkan Defisit Neraca Perdangan mencapai Rp. 67 T tahun 2014
(sumber: BPS) dan Hilangnya potensi penciptaan lapangan kerja. Selain
itu memicu peredaran kartu perdana yang dimanfaatkan untuk SPAM
dan FRAUD yang digunakan untuk tindakan kejahatan dan refiling trafik
terminasi internasional dengan kerugian mencapai Rp. 1.2T.

7 Permintaan layanan konvergensi seperti e-commerce, e-payment, 7 Kendala yang sering dihadapi adalah permasalahan keamanan dalam akses
e-banking meningkat pesat sebagai sarana transaksi keuangan digital konten pembayaran maupun akses lain, terkait dengan keamanan terhadap
data pribadi, transaksi dan informasi yang terlibat dalam proses transaksi
digital

8 Semakin berkembangnya industri kreatif digital yang akan mendorong 8 Industri kreatif digital tidak dikelola dan dimonetisasi dengan baik oleh
pengembangan konten lokal. Pemerintah, padahal memiliki potensi yang sangat besar

Kementerian Komunikasi dan Informatika 13


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI

No POTENSI No PERMASALAHAN

10 Banyaknya pemain di sektor Telekomunikasi sehingga memberikan 10 Industri telekomunikasi di Indonesia sudah jenuh karena tingkat persaingan
pilihan layanan kepada masyarakat lebih banyak yang tinggi dan tidak sehat. Selain itu menyebabkan kualitas layanan yang
diterima masyarakat semakin menurun, sedangkan harga layanan broadband
masih relatif mahal dibandingkan dengan negara maju lainnya (diatas 5%
dari UMR).

11 Kebutuhan Masyarakat dalam layanan panggilan darurat dan 11 Belum terintegrasinya nomor panggilan untuk menghadapi keadaan darurat
kebencanaan sehingga menyebabkan kebingungan dan ketidaktahuan masyarakat akan
nomor panggilan darurat yang harus dihubungi

12 Tingginya transaksi elektronik dan pengguna internet di Indonesia serta 12 Hampir semua sektor strategis dan retail menggunakan jaringan
semakin banyaknya TIK yang digunakan oleh pemerintahan telekomunikasi publik. Lebih dari 1 juta serangan per hari masuk ke Indonesia
yang mengancam keamanan internet dimana situs go.id menjadi peringkat
utama target serangan. Indonesia belum mampu melakukan langkah strategis
untuk mengantisipasi khususnya untuk melakukan pengamanan di sektor
strategis dan melakukan upaya pencegahan dan mitigasinya.

1.4.3 Potensi dan Permasalahan Bidang Pos

Industri Pos pada umumnya adalah industri padat karya dan kegiatan usahanya
mencakup 4mpat aktivitas inti, yaitu collecting, processing, transporting, dan
delivery. Proses alur kerja pos mulai dari colleting, processing, dan transporting
sampai dengan delivery tersebut kedepannya akan terhubung secara virtual melalui
jaringan track dan trace serta dapat diakses langsung oleh masyarakat pemakai
jasa pos melalui jaringan internet.

Pada perkembangannnya industri Pos Indonesia terus melakukan inovasi dan


diversifikasi produk. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tuntutan
masyarakat yang besar.

Namun hal diatas tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi pada kondisi industri
pos di Indonesia saat ini. Tantangan itu antara lain dalam sektor Pos nasional
adalah pengembangan teknologi untuk menunjang penyediaan layanan Pos, serta
peningkatan kerjasama untuk mengintegrasikan jaringan antar penyedia layanan
pos secara nasional. Peningkatan aplikasi berbasis teknologi informasi dalam hal
penyediaan layanan pos sangat membantu dalam rangka mengefisienkan proses
penyediaan layanan.

Tabel 1. 5  Potensi dan Permasalahan Sektor POS

POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI

No POTENSI No PERMASALAHAN

1 Hampir semua ibu kota kecamatan dalam kota telah terjangkau 1 Dana bantuan operasional layanan pos universal tersebut belum mampu
layanan pos universal mencukupi beban operasional layanan pos universal (LPU).

2 Meningkatnya kebutuhan pembangunan sarana tugu berkode pos di 2 Jumlah tugu berkode pos yang dibangun didaerah perbatasan dan pulau
wilayah/daerah perbatasan dan pulau terdepan sebagai tanda kedaulan terluar belum memadai sesuai dengan batas-batas kedaulatan wilayah NKRI.
wilayah NKRI

3 Beberapa Penyelengara Pos Nasional telah menggunakan sistem 3 Masih belum terdapatnya standar bidang pos termasuk standarisasi
layanan berbasis on-line pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas
dalam proses bisnis pos

14 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI

No POTENSI No PERMASALAHAN

4 diperlukannya regulasi yang kondusif dibidang perposan untuk 4 Belum terpenuhnya regulasi yang mampu sebagai penjabaran dari
pengembangan industri perposan. perkembangan industri pos yang memenuhi tantangan dan dinamika yang
berkembanng saat ini dan kedepan.

5 Besarnya dana masyarakat yang beredar di luar jangkauan lembaga 5 Belum dimanfaatkan secara optimal sarana dan prasarana Pos untuk
keuangan masyarakat (laku pandai/financial inclution/layanan keuangan tanpa kantor)

6 Pemanfaatan prangko yang digunakan sebagai alat edukasi masyarakat, 6 • Masyarakat belum teredukasi terkait pemahaman yang lebih luas
penyebarluasan informasi, bukti pelunasan biaya kiriman pos dan mengenai peran dan manfaat prangko
sebagai benda filateli • Pemerintah belum maksimal dalam pengelolaan dan pelestarian
prangko yang saat ini tergerus oleh teknologi informasi

1.4.4 Potensi dan Permasalahan Bidang Penyiaran

Perkembangan teknologi dalam industri penyiaran saat ini sedang beralih dari
era analog menuju ke era digital dimana Sistem penyiaran televisi digital memiliki
beberapa manfaat diantaranya adalah peningkatan kualitas layanan siaran.

Tahapan Implementasi migrasi dari teknologi analog ke teknologi digital antara


lain mengaktifkan program siaran digital, menjalani masa simulcast (siaran analog
dan digital beroperasi secara bersama-sama), dan implementasi analog switch-
off (ASO). Migrasi penyiaran TV dari analog menuju digital merupakan suatu
keniscayaan. Namun perjalan nya tidaklah mudah karena beberapa hal seperti
diantaranya dengan adanya keputusan Mahkamah Agung telah memutuskan
pembatalan Peraturan Menteri Kominfo No. 22/PER/M.KOMINFO/11/2011,
Kementrian Kominfo tetap melanjutkan program TV Digital, karena pada dasarkan
Kominfo tetap menghormati putusan MA.

Selanjutnya potensi dan permasalahan dalam sektor penyiaran dapat dilihat sebagi
berikut

Tabel 1. 6  Potensi dan Permasalahan Sektor Penyiaran

POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI

No POTENSI No PERMASALAHAN

1 Perkembangan layanan penyiaran yang sudah masuk ke era OTT 1 Belum adanya pengaturan OTT menyebabkan OTT lebih sebagai ancaman
Penyiaran membuat pilihan masyarakat akan program siaran semakin terhadap penyelenggara siaran eksisting (LPS, LPB, LPK, LPP)
luas

2 Ekosistem penyiaran digital memberikan banyak benefit berupa saluran 2 • Tertundanya proses migrasi TV analog ke Digital (ASO/Analog Switch-
yang lebih luas, dan juga kualitas saluran yang lebih bagus daripada off)
analog • Kurangnya pembinaan bagi lembaga penyiaran sebagai media pelestari
kearifan lokal

3 Potensi meningkatnya minat masyarakat akan penyelenggaraan Televisi 3 Perlu ada penyesuaian terhadap rencana UU yang mengakomodasi
Berbayar Konvergensi ke depan, terkait dengan LPB akan diatur dalam UU Penyiaran
atau UU Telekomunikasi

4 Penyiaran akan berkembang ke arah konvergensi dengan jenis layanan 4 UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan teknis lainnya
yang semakin beragam perlu disesuaikan kembali mengikuti perkembangan teknologi digital
dan broadband serta prinsip prinsip diversity of content dan diversity of
ownership.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 15


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI

No POTENSI No PERMASALAHAN

5 Besarnya permintaan untuk pengajuan Lembaga Penyiaran 5 Belum adanya database perizinan penyiaran yang terintegrasi dengan
database pengelolaan spektrum fekuensi

6 Indonesia masih memiliki wilayah yang luas yang belum diakses oleh 6 Hanya penyelenggara TVRI dan RRI yang memiliki komitmen pembangunan
layanan penyiaran hingga ke daerah, sedangkan Lembaga penyiaran lain hanya sebatas daerah
“menguntungkan”

7 Besarnya penyelenggara penyiaran di Indonesia baik nasional maupun 7 Persaingan usaha industri penyiaran masih belum memiliki arah pengaturan
lokal yang jelas, masih banyak daerah yang over supply, padahal demand tidak
ada

1.5 Revisi Rencana Strategis Ditjen PPI

1.5.1 Dasar Pertimbangan

Seiring dengan perkembangan teknologi dan industri yang ada, maka dalam
implementasinya telah terjadi banyak perubahan baik dalam implementasi teknologi
jaringan, perubahan layanan dengan berkembangnya layanan Over The Top (OTT),
perubahan arah regulasi konvergensi, adanya pengembangan kelembagaan Badan
Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BPPPTI).
Disamping itu Pemerintah dalam hal ini Kemkominfo akan melakukan percepatan
pemerataan informasi dan lebih fokus untuk mendukung kebijakan nasional dalam
hal konektivitas nasional maka berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo No. 21
Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kominfo No. 22 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kominfo Tahun 2015-2019 telah melakukan
revisi rencana strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika terutama terkait
sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis Kementerian Kominfo.

Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika


(Ditjen PPI) dianggap perlu melakukan penyesuaian terhadap Renstra Ditjen PPI
tahun 2015-2019 dengan berpedoman dan fokus untuk mendukung Renstra
Kementrian Kominfo yang baru.

Secara umum, dasar pertimbangan perlunya revisi Rencana strategis Ditjen PPI
dapat dijabarkan sebagai berikut :

16 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Target dan Kebijakan Pemerintah Isu-isu Strategis Perubahan

• RPJPN 2005 – 2025 • Isu Industri


• RPJMN 2015 – 2019 • Isu Teknologi
• RPI • Isu Kebijakan dan Regulasi
• Nawa Cita • Isu Kelembagaan
• Isu Capaian dan masalah Renstra
eksisting

RENSTRA KOMINFO R E V I S I RENSTRA KOMINFO


2015 – 2019 2015 – 2019

Identifikasi Masalah

• Perubahan Renstra Kominfo


• Alasan Perubahan Renstra Kominfo REVISI RENSTRA DITJEN PPI
• Fokus Prioritas Revisi Renstra 2015 – 2019
Kominfo
• Target, sasaran dan outcome Revisi • Bidang Telekomunikasi
Renstra Kominfo • Bidang Penyiaran
RENSTRA DITJEN PPI • Bidang Pos
2015 – 2019 • Bidang Kelembagaan dan SDM

Gambar 1. 3  Kerangka Penyusunan Revisi Renstra Ditjen PPI

1.5.2 Perubahan Rencana Stategis Kementerian Kominfo

Perubahan rencana strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)


terjadi pada penentuan sasaran strategis dan indikator kinerja sasaran strategis
yang mana pada Renstra Kominfo sebelumnya terdapat 4 (empat) sasaran strategis
(SS) dirubah menjadi 3 (tiga) sasaran strategis (SS) seperti dijelaskan sebagai
berikut :

R E V I S I RENSTRA KOMINFO E K S I S T I N G R E V I S I RENSTRA KOMINFO

Program Utama 1. Pengembangan Broadband dan Efesiensi Industri 1. Pengembangan Broadband dan Efesiensi Industri
Kominfo 2. Pengembangan Content 2. Pengembangan Content
3. Digitalisasi 3. Digitalisasi Industri
4. Government Public Relation (GPR) 4. Government Public Relation (GPR)

1 1
Terwujudnya ketersediaan dan me­ningkat­nya kualitas Tersedianya infrastruktur TIK serta pengembangan
layanan komunikasi dan informasi untuk mendukung fokus ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh
pembangunan pemerintah sebagai wujud kehadiran negara wilayah Indonesia
dalam me­nyata­kan kedaulatan dan pemerataan pembangunan
2
2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik
Tersedianya akses pita lebar nasional, internet, dan penyiaran terkait ke­bijak­an dan program prioritas pemerintah
digital yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan per­ yang baik, cepat, tepat, dan obyektif kepada seluruh
Sasaran Strategis tumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan hankam lapisan masyarakat Indonesia
Kominfo
3 3
Terselenggaranya tatakelola komunikasi dan informasi yang Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi
efesien, berdaya asing dan aman dan Informatika yang bersih, efesien, dan efektif
4
Terciptanya budaya pelayanan, revolusi mental, reformasi
birokrasi dan tata kelola KemKominfo yang berintegrasi, bersih,
efektif dan efesien

Gambar 1. 4  Perubahan Sasaran Strategis Renstra Kominfo 2015-2019

Kementerian Komunikasi dan Informatika 17


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Perubahan Sasaran Strategis Kominfo juga mengakibatkan terjadinya perubahan


pada Indikator Kerja Utama (IKU) termasuk perubahan pada target pencapaian
kinerja untuk tahun 2015-2019 yang secara umum dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 1. 7  Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo

Sasaran Strategis/ Indikator Kinerja Utama 2015 2016 2017 2018 2019

SS.1. Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia

IKSS.1.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring 78 82 86 90 93
(Jumlah Kab/kota: 514)

IKSS.1.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani Akses broadband 4G LTE 20 40 60 80 100


(Jumlah Kab/kota: 514)

IKSS.1.3 Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri memperoleh akses - - 2.6 6.3 10
telekomunikasi
(Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri : 19.000 Desa)

IKSS.1.4 Persentase (%) kecamatan di kawasan perbatasan terlayani jasa akses 30 50 60 80 100
telekomunikasi
(Jumlah lokpri kawasan Perbatasan : 187 kecamatan)

IKSS.1.5 Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita 9.9 8.6 7.3 6.6 4.5

IKSS.1.6 Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switch Off (ASO) 35 50 70 80 100

IKSS.1.7 Persentase (%) nelayan dan petani go digital 0.7 1.4 2.1 2.8 3
(Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta)

IKSS.1.8 Persentase (%) UMKM go digital 9 11 13 16 20


(Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta)

IKSS.1.9 Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri - - 2.6 6.3 10
tersedia layanan digital
(Jumlah desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri: 19.000 Desa)

SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh
lapisan masyarakat Indonesia

IKSS.2.1 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik 30 40 50 60 70
(Survei Responden/Publik)

SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif

IKSS.3.1 Opini Laporan Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP

IKSS.3.1 Indeks Reformasi Birokrasi B A A A A

IKSS.3.1 Nilai Akuntabilitas Kinerja B A A A A

Sumber : Peraturan Menteri No. 21 tahun 2016 tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015-2019

18 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Adapun indikator kinerja utama Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah


sebagai berikut :

Tabel 1. 8  Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kominfo

Sasaran Strategis/ Indikator Kinerja Utama 2015 2016 2017 2018 2019

SS.1. Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia

IKU.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring 78 82 86 90 93
(Jumlah Kab/kota: 514)

IKU.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani Akses broadband 4G LTE 20 40 60 80 100


(Jumlah Kab/kota: 514)

SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh
lapisan masyarakat Indonesia

IKU.3 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik 30 40 50 60 70
(Survei Responden/Publik)

SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif

IKU.4 Indeks Reformasi Birokrasi B A A A A

Sumber : Peraturan Menteri No. 21 tahun 2016 tentang Perubahan Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2015-2019

1.5.3 Penyesuaian Rencana Stategis Ditjen PPI

Dengan memperhatikan adanya perubahan rencana strategis Kementerian Kominfo


tersebut, maka akan berdampak terhadap rencana strategis Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI) yang juga mengalami perubahan
mulai dari penjabaran sasaran program dan indikator kinerja sasaran program
untuk dapat disesuaikan dengan target sebagaimana ditetapkan pada rencana
strategis Kementerian Kominfo.

Berikut kami jabarkan keterkaitan antara sasaran strategis Kominfo yang akan
menjadi sasaran program Ditjen PPI sebagaimana berikut :

SASARAN STRATEGIS KOMINFO

SS. 1 SS. 2 SS. 3


Tersedianya Infrastruktur TIK serta Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan Terwujudnya tatakelola Kementerian
pengembangan ekosistem TIK yang merata dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat, dan Komunikasi dan Informatika yang
dan efesien di seluruh wilayah Indonesia obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia bersih, efesien, dan efektif

SP. 1 SP. 2 SP. 3 SP. 4


Terwujudnya industri pos, telekomunikasi Terwujudnya pemerataan infrastruktur, Terwujudnya ASO Terlaksananya tata kelola
dan penyiaran yang tertib administrasi, ekosistem, dan layanan pos, telekomunikasi (Analog Switch Off) Ditjen PPI yang bersih,
sehat, adil, dan berkelanjutan dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia Bidang Penyiaran efektif dan efesien

SASARAN PROGRAM DJPPI

Gambar 1. 5  Pemetaan Sasaran Strategis Kominfo menjadi Sasaran Program Ditjen PPI

Kementerian Komunikasi dan Informatika 19


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Pada tabel diatas dijelaskan bahwa untuk mendukung dari sasaran strategis 1
(satu) kementerian kominfo maka diharapkan Ditjen PPI dapat melaksanakan
kondisi industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat,
adil dan berkelanjutan (sasaran program 1). Hal ini sejalan dengan tugas dan
fungsi yang diamanatkan kepada Ditjen PPI untuk menjaga iklim usaha pada
bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran menjadi sehat dan berkelanjutan melalui
regulasi dan kebijakan. Disamping itu dalam rangka menghilangkan kesenjangan
informasi diseluruh wilayah Indonesia maka diperlukan adanya infrastruktur pada
bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran dan juga diharapkan pemanfaatan dari
infrastruktur tersebut dapat meningkatkan taraf hidup dan menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia (Sasaran Program 2). Untuk sasaran program 3 yaitu
terwujudnya Analog switched Off (ASO) pada bidang penyiaran, hal ini diharapkan
apabila terwujud implementasi migrasi dari TV analog ke digital maka ada sumber
daya frekuensi yang dapat dimanfaatkan untuk terciptanya penggunaan frekuensi
yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan penyiaran.

Terhadap sasaran program ke 4, menggambarkan bahwa Ditjen PPI adalah


Organisasi unit kerja eselon I yang wajib menjaga dan mematuhi aturan perundang-
undangan dalam rangka penggunaan anggaran negara dalam pelaksanaan kinerja
dengan memperhatikan azas-azas good goverment dan wajib dilakukan pelaporan
secara transparan serta akuntabel.

20 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

22 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Sesuai dengan amanat Presiden RI yang dituangkan


dalam Rencana Pembangunan jangka Menengah
Tahun 2015 – 2019 (RPJMN), Agenda Pembangunan
(Nawacita) dan Rencana Pitalebar Indonesia (RPI)
bahwa Ditjen PPI memiliki peran penting dalam
mewujudkan visi dan misi Kementerian Kominfo dengan
fokus pada penyelenggaran pos dan informatika yang
meliputi bidang Pos, Telekomunikasi dan Informatika.

BAB
2
Visi, Misi, dan
Sasaran Strategis

Kementerian Komunikasi dan Informatika 23


2.1 Rumusan Visi

Rencana strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun


2015—2019, disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015. RPJMN Tahun 2015— 2019,
disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda Pembangunan (Nawacita)
Presiden dan wakil presiden periode 2015-2019. Visi Kementerian Komunikasi dan
Informatika untuk tahun 2015—2019, mengacu kepada visi pembangunan nasional
tahun 2015—2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong“.

Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah visi institusi yang digunakan
sebagai arahan kepada semua jajaran Kementerian Komunikasi dan Informatika
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Rumusan itu disusun untuk mendukung
tercapainya visi Pembangunan Nasional Tahun 2005—2025. Untuk itu, seluruh
sektor pembangunan dalam pemerintahan dan seluruh potensi bangsa wajib
mewujudkan visi tersebut. Khusus Kementerian Komunikasi dan Informatika
diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui upaya mewujudkan masyarakat
yang berpengetahuan, mandiri, dan berdaya saing tinggi melalui pemanfaatan
TIK. Institusi yang memiliki kewajiban dan kewenangan serta tanggung jawab

24 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
mewujudkan masyarakat informasi yang berpengetahuan, inovatif, komunikatif,
mandiri, sejahtera, berdaya saing global berkarakter Indonesia tidak hanya
Kementerian Komunikasi dan Informasi, tetapi juga pihak lain, baik lembaga
pemerintah maupun non-pemerintah.

Dalam konteks tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informasi memiliki fungsi


sebagai perumus kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, kebijakan teknis,
serta pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan informatika.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka Visi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan


Pos dan Informatika (Ditjen PPI) sebagai jajaran Ditjen yang berada dibawah
Kementerian Kominfo juga mengacu pada Visi Kementerian Kominfo tersebut
terutama dalam hal penyelenggaraan pos dan informatika.

2.2 Rumusan Misi


Dalam upaya untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka misi Ditjen PPI adalah
melaksakan 7 misi pembangunan nasional melalui Penyelenggaraan Pos dan
Informatika dalam rangka :

1. mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
2. mewujudkan masyarakat maju berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan
negara hukum; 

3. mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim; 

4. mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera; 

5. mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 

6. mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional; serta 

7. mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 


2.3 Tujuan

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI) berusaha


mewujudkan tujuan dari Kementerian Kominfo dengan fokus pada penyelenggaraan
pos dan informatika yang memiliki fungsi penyusunan regulasi, pengembangan
dan pembinaan industri, pengawasan dan pengendalian dalam bidang pos,
telekomunikasi dan penyiaran. Oleh karena itu Tujuan dari Ditjen PPI lain adalah:

Kementerian Komunikasi dan Informatika 25


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

a. Menciptakan kondisi lingkungan yang dapat mendorong pertumbuhan industri


b. Menciptakan persaingan industri yang sehat dan fair
c. Meningkatkan efisiensi industri komunikasi dan informatika; 

d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi; 

e. Menciptakan sumber daya TIK yang unggul, produktif dan berdaya saing; 

f. Meningkatkan partisipasi publik terhadap pengambilan kebijakan publik; dan
g. Menyediakan dukungan TIK dalam rangka pencapaian fokus pembangunan
pemerintah Indonesia. 


2.4 Sasaran

2.4.1 Sasaran Strategis Kementerian Kominfo

Sasaran strategis pembangunan komunikasi dan informatika tahun 2015—2019


disusun berdasarkan 4 Fokus program utama Kementerian Kominfo yaitu:
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai 
pendukung dari fokus
pembangunan pemerintah di bidang pangan, maritim, energi, pariwisata,
industri, infrastruktur, sumber daya manusia dan wilayah perbatasan 

2. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai leading sektor di bidang
Telekomunikasi, Internet dan Penyiaran 

3. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai regulator 
yang mengatur
kebijakan di bidang Telekomunikasi, internet 
dan penyiaran 

4. Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai bagian 
dari sistem birokrasi
pemerintah yang harus dibenahi dalam rangka memberikan pelayanan publik
yang prima. 


Program Utama Kemenkominfo berdasarkan nawacita dan agenda pembangunan


nasional yang memberikan manfaat signifikan bagi rakyat dan negara.

26 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Pariwisata
dan Industri

Kemaritiman Infrasturktur

Sumber Daya
Energi
Manusia

A
Fokus Pembangunan
Kedaulatan Pangan Pemerintah Indonesia Perbatasan

• Cyber security
• Broadband/4G & Governance • Government
• Digitalisasi
B • Efesiensi • E-Government Public Relation
Industri • E-Commerce

C1 Program Legislasi Nasional (RUU)


Sumber: DPR RI

C2 Program Internal Kominfo terkait Reformasi Birokrasi dan Revolusi Mental

Gambar 2.1  Fokus Kementerian Komunikasi dan Informatika

Berdasarkan 4 fokus program utama tersebut di atas, maka sasaran strategis


Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2015—2019 dirumuskan sebagai
berikut:
a. SS.1 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang
merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
b. SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan
program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada
seluruh lapisan masyarakat Indonesia
c. SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang
bersih, efisien dan efektif

2.4.2 Sasaran Program Ditjen PPI

Dengan mengacu pada sasaran strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika


diatas dan sesuai tugas pokok dan fungsinya, maka sasaran program Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika dirumuskan sebagai berikut:
a. SP.1   Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib
administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan
b. SP.2 Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan pos,
telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia
c. SP.3   Terwujudnya ASO (Analog Switch Off) bidang Penyiaran
d. SP.4   Terlaksanannya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, efektif dan efisien.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 27


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

2.5 Indikator Kinerja

2.5.1 Indikator Kinerja Strategis Kementerian Kominfo

Berdasarkan Sasaran strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat


dijabarkan indicator kinerja untuk masing-masing sasaran sebagai berikut :

Tabel 2.1  Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Strategis Kementerian Kominfo

SS.1. Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia

IKS.1.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring
(Jumlah Kab/kota: 514)

IKS.1.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani Akses broadband 4G LTE


(Jumlah Kab/kota: 514)

IKS.1.3 Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi
(Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri : 19.000 Desa)

IKS.1.4 Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi


(Jumlah kawasan perbatasan: 147 Lokasi)

IKS.1.5 Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita

IKS.1.6 Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switch Off (ASO)

IKS.1.7 Persentase (%) nelayan dan petani go digital


(Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta)

IKS.1.8 Persentase (%) UMKM go digital


(Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta)

IKS.1.9 Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital
(Jumlah desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri: 19.000 Desa)

SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh
lapisan masyarakat Indonesia

IKS.2.1 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik
(Survei Responden/Publik)

SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih

IKS.3.1 Opini laporan keuangan

IKS.3.2 Indeks Reformasi Birokrasi

IKS.3.3 Nilai akuntabilitas kinerja

28 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

2.5.2 Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal PPI

Berdasarkan Sasaran program DIrektorat Jenderal PPI dapat dijabarkan indikator


kinerja untuk masing-masing sasaran sebagai berikut :

Tabel 2.2  Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal PPI

SP.1 Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan

IKP. 1.1 Jumlah kebijakan/regulasi yang mengikuti perkembangan dan mampu mendukung efisiensi penyelenggaraan bidang pos, telekomunikasi
dan penyiaran

IKP. 1.2 Persentase keterjangkauan tarif layanan penyelenggaraan bidang telekomunikasi dibanding dengan GDP

IKP. 1.3 Presentase pencapaian PNBP bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran

IKP. 1.4 Persentase tingkat kepatuhan Penyelenggara Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran terhadap peraturan perundang –undangan

SP. 2 Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia

IKP. 2.1 Persentase peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah perkotaan

IKP. 2.2 Persentase peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah pedesaan

IKP. 2.3 Persentase peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah perkotaan

IKP. 2.4 Persentase peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah pedesaan

IKP. 2.5 Jumlah lokasi tersedianya infrastruktur penyiaran di wilayah Lokpri dan 3 T

IKP. 2.6 Jumlah KPCLPU yang beroperasi di seluruh wilayah Indonesia

IKP. 2.7 Prosentase tersedianya infrastruktur untuk keperluan khusus

IKP. 2.8 Jumlah tersediannya Sarana/Tugu Berkode Pos

IKP. 2.9 Jumlah komunitas broadband yang memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi/ broadband

IKP. 2.10 Jumlah penerbitan perangko dan pembinaan filatelis

SP. 3 Terwujudnya Implementasi migrasi TV Analog ke Digital/ Analog Switch Off (ASO)

IKP. 3.1 Jumlah regulasi/kebijakan yang mengatur penyelenggaraan penyiaran digital

IKP. 3.2 Persentase penyediaan infrastruktur pemancar LPP TVRI dan RRI yang memiliki pemancar digital

IKP. 3.3 Jumlah lokasi yang dilaksanakan sosialisasi penyelenggaraan penyiaran digital

SP. 4 Terlaksanannya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, efektif dan effisien

IKP. 4.1 Nilai akuntabilitas kinerja A

IKP. 4.2 Persentase pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai dengan roadmap RB

IKP. 4.3 Persentase laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintah

IKP. 4.4 Persentase meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Ditjen PPI

IKP. 4.5 Presentase Penyelesaian Proses Perizinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran yang tepat waktu, akuntabel dan transparan

Secara umum pemetaan keterhubungan antara Renstra Kementerian Kominfo


dikaitkan dengan Program Kerja dalam Renstra Ditjen PPI dapat digambarkan
sebagai berikut

Kementerian Komunikasi dan Informatika 29


BAGAN PEMETAAN SASARAN PROGRAM DITJEN PPI TERHADAP SASARAN STRATEGIS KOMINFO

Tujuan: Menjadikan bidang komunikasi dan informatika sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan sektor TIK nasional beserta ekosistemnya yang tangguh, efisien dan berdaya saing internasional

30
sehingga tercipta peningkatan kesempatan kerja, penurunan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan antar-wilayah dengan tetap menjaga martabat, keamanan nasional, kedaulatan dan kemandirian bangsa

SASARAN STRATEGIS KOMINFO

Sasaran Strategis 2: Sasaran Strategis 3:


Sasaran Strategis 1:
Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan
Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia
pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia Informatika yang bersih, efisien dan efektif
Bab 1

IKS. 1 : Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring (Jumlah Kab/ kota: 514) IKS. 1 : Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik IKS. 1 : Opini laporan keuangan
IKS. 2: Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik palapa ring (Jumlah Kab/ kota: 514) (Survei Responden/Publik) IKS. 2: Indeks Reformasi Birokrasi
Pendahuluan

IKS. 3: Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di IKS. 3: Tingkat akuntabilitas kinerja
wilayah tertinggal termasuk lokpri : 19.000 Desa)
IKS. 4: Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan: 147 Lokasi)
IKS. 5: Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita
IKS. 6: Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/Analog Switch Off (ASO)
IKS. 7: Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per tahun 2013: 28,7 Juta
IKS.8: Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per tahun 2012: 56 juta)
IKS. 9: Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital (Jumlah
desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri: 19.000 Desa)
Bab 2

SASARAN PROGRAM DITJEN PPI SASARAN PROGRAM DITJEN PPI

Rencana Strategis dan Program Kerja


Sasaran Program 1: Sasaran Program 2: Sasaran Program 3: Sasaran Program 4:
Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan Terwujudnya Implementasi TV Analog ke Digital/Analog Terlaksanannya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, efektif
yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia. Switch Off dan efisien

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019


IKP. 1.1 : Jumlah tersediannya kebijakan/regulasi IKP. 2.1 : Prosentase peningkatan penetrasi fixed broadband IKP. 3.1 : Jumlah regulasi/kebijakan yang mengatur IKP. 4.1 : Nilai akuntabilitas kinerja A
yang mengikuti perkembangan dan mampu di wilayah perkotaan penyelenggaraan penyiaran digital IKP. 4.2 : Prosentase pelaksanaan reformasi birokrasi
mendukung effisiensi penyelenggaraan bidang IKP. 2.2 : Prosentase peningkatan penetrasi fixed broadband IKP. 3.2 : Prosentase penyediaan infrastruktur pemancar sesuai dengan roadmap RB
Visi, Misi, dan Sasaran Strategis

pos, telekomunikasi dan penyiaran di wilayah pedesaan LPP TVRI dan RRI yang memiliki pemancar IKP.4.3 : Prosentase laporan keuangan yang sesuai
IKP. 1.2 : Prosentase keterjangkauan tarif layanan IKP. 2.3 : Prosentase peningkatan penetrasi mobile broadband digital dengan standar akuntansi pemerintah
penyelenggaraan bidang telekomunikasi yang di wilayah perkotaan IKP.3.3 : Jumlah lokasi yang dilaksanakan sosialisasi IKP. 4.4 : Prosentase meningkatkannya kepuasan
terjangkau dibanding dengan GDP IKP. 2.4: Prosentase peningkatan penetrasi mobile broadband penyelenggaraan penyiaran digital masyarakat terhadap pelayanan publik
IKP. 1.3 : Prosentase tercapainnya PNBP bidang pos, di wilayah pedesaan IKP. 4.5 : Prosentase Penyelesaian Proses Perizinan Pos,
telekomunikasi dan penyiaran : IKP.2.5 : Prosentase lokasi tersediannya infrastruktur Telekomunikasi dan Penyiaran yang tepat
IKP. 1.4 : Prosentase tingkat kepatuhan Penyelenggara penyiaran di wilayah Lokpri dan 3 T waktu, akuntabel dan transparan
Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran terhadap IKP.2.6 : Jumlah KPCLPU yang beroperasi di seluruh wilayah
peraturan perundang-undangan Indonesia
Bab 3

IKP. 2.7 : Presentase tersediannya infrastruktur keperluan


khusus
IKP. 2.8 : Jumlah tersediannya Sarana/Tugu Berkode Pos
IKP. 2.9 : Jumlah komunitas broadband yang memanfaatkan
infrastruktur telekomunikasi/ broadband
IKP 2.10 : Jumlah penerbitan prangko dan pembinaan filatelis
Arah Kebijakan dan Strategi

Gambar 2.2  Pemetaan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kominfo dengan Indikator Sasaran Program Ditjen PPI
Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

32 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum


dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 salah satunya adalah melakukan
pembangunan infrastruktur komunikasi dan informatika di Indonesia yang memadai
dan tersedianya layanan komunikasi dan informatika di semua daerah, tidak terkecuali
di pedesaan, perbatasan negara, pulau terluar, hingga wilayah non-komersial lainnya.

BAB
3
Arah Kebijakan
dan Strategi

Kementerian Komunikasi dan Informatika 33


3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu yang tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka
salah satunya melakukan pembangunan infrastruktur komunikasi dan informatika
di Indonesia yang memadai dan tersedianya layanan Komunikasi dan Informatika
di semua daerah, tidak terkecuali di perdesaan, perbatasan negara, pulau
terluar, hingga wilayah non-komersial lainnya. Untuk mencapai sasaran tersebut,
negara harus mengoptimalkan pengelolaan spektrum frekuensi radio dan orbit
satelit dengan efisien dalam pemakaian sumberdaya dan efektif dalam aplikasi
penggunaannya serta pengaturan yang efektif dalam penyelenggaraan pos dan
informatika sehingga dapat mewujudkan penggunaan TIK untuk menambah
kesejahteraan masyarakat.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang


berdaulat, mandiri, dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut Nawacita yang kemudian
diterjemahkan ke dalam agenda pembangunan RPJMN Tahun 2015—2019, yaitu:

34 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
1. menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 

2. membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 

3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan; 

4. menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 

5. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 

6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; 

7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis
ekonomi domestik; 

8. melakukan revolusi karakter bangsa; 

9. memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. 


3.1.1 NAWACITA

Dari sembilan agenda prioritas pemerintah tersebut, sesuai dengan tugas dan
fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika memfokuskan kepada tiga agenda
prioritas. Ketiga agenda tersebut adalah Nawacita-2, Nawacita-3 dan Nawacita-6.

Dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis
dan terpercaya, dalam RPJMN Tahun 2015— 2019 disusun ke dalam 5 sub agenda
prioritas, yaitu sebagai berikut :
1. melanjutkan konsolidasi demokrasi untuk memulihkan kepercayaan publik; 

2. meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan
pembangunan;
3. membangun transparasi dan akuntabilitas kinerja pemerintahan; 

4. menyempurnakan dan meningkatkan kualitas reformasi birokrasi nasional
(RBN); dan
5. meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik
aesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Kementerian Komunikasi dan
Informatika memfokuskan kepada sub agenda prioritas 3), 4) dan 5). 
 


1. NAWACITA 2

Agenda yang disampaikan pada NAWACITA 2 adalah membuat pemerintah


tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya. Sasaran yang ingin diwujudkan
adalah meningkatnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang ditandai dengan
terwujudnya sistem pelaporan dan kinerja instansi pemerintah, meningkatnya
akses publik terhadap informasi kinerja instansi pemerintah; makin efektifnya
penerapan e-pemerintahan untuk mendukung manajemen birokrasi secara
modern; dan meningkatnya implementasi pemerintahan terbuka pada seluruh
instansi pemerintah.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 35


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Arah Kebijakan dan Strategi yang ditempuh antara lain:


1. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja instansi
pemerintah secara terintegrasi, kredibel, dan dapat diakses publik yang
akan ditempuh melalui strategi antara lain:
a. penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional;
dan
b. pemantapan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) pada seluruh instansi 
pusat dan daerah. 

2. Penerapan e-government untuk mendukung bisnis proses 
pemerintahan
dan pembangunan yang sederhana, efisien dan transparan, dan
terintegrasi yang dilaksanakan melalui strategi, antara lain :
a. penguatan kebijakan e-government yang mengatur kelembagaan
e-government,
b. penguatan sistem dan infrastruktur e-government yang terintegrasi;
c. penyempurnaan/penguatan sistem pengadaan secara elektronik
serta pengembangan sistem katalog elektronik; dan
d. penguatan sistem kearsipan berbasis TIK. 

3. Penerapan open e-government merupakan upaya untuk mendukung
ter­wujud­nya penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipasif
dan akuntabel dalam penyusunan kebijakan publik, serta pengawasan
terhadap penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Strategi pelaksana­
annya ditempuh antara lain :
a. Pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
pada setiap publik negara;
b. peningkatan kesadaran masyarakat tentang keterbukaan informasi
publik; publikasi semua proses perencanaan,
c. penganggaran dan pelaksanaan anggaran kedalam website masing-
masing K/L/D;
d. penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan publik;
e. pengembangan sistem publikasi informasi proaktif dan interaktif
yang dapat diakses publik;
f. diterbitkannya Standard Operating Procedure (SOP) layanan publik;
g. pengelolaan Sistem dan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional; dan
h. penguatan lembaga pengarsipan karya-karya fotografi Indonesia. 


1) Sub Agenda 3 Nawacita-2

Agenda yang ingin dilaksanakan oleh pemerintah dalam Sub Agenda


3 Nawacita-2 adalah membangun Transparasi dan Akuntabilitas Kinerja
Pemerintahan.

Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya kualitas birokrasi


dan tata kelola pemerintahan yang baik dalam mendukung peningkatan
daya saing dan kinerja pembangunan nasional di berbagai bidang,
yang ditandai dengan: terwujudnya kelembagaan birokrasi yang efektif
dan efisien; meningkatkan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi;

36 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

diimplementasikannya UU Aparatur Sipil Negara secara konsisten pada


seluruh instansi pemerintah; dan meningkatnya kualitas pelayanan publik.

Arah Kebijakan dan Strategi yang ditempuh antara lain :


1. Restrukturisasi kelembagaan birokrasi pemerintah agar efektif,
efisien dan sinergis, yang ditempuh melalui strategi:
a. penyempurnaan desain kelembagaan pemerintah (Kementerian,
LPNK dan LNS);
b. penataan kelembagaan internal pemerintah pusat dan daerah
yang mencakup evaluasi/audit organisasi, penataan tugas,
fungsi dan kewenangan,
c. penyederhanaan struktur secara vertikal dan/atau horizontal;
dan
d. penguatan sinergitas antar lembaga baik di pusat maupun di
daerah.
2. Penguatan kapasitas pengelolaan reformasi birokrasi 
nasional yang
ditempuh dengan strategi antara lain:
a. penguatan kelembagaan dan tata kelola pengelolaan reformasi
birokrasi nasional;
b. penataan regulasi dan kebijakan di bidang aparatur negara;
c. perluasan dan fasilitasi pelaksanaan RB pada instansi
pemerintah daerah; dan
d. penyempurnaan sistem evaluasi pelaksanaan RBN.
3. Penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang transparan,
kompetitif, dan berbasis merit yang dilaksanakan melalui strategi
antara lain:
a. penetapan formasi dan pengadaan CPNS dilakukan dengan
sangat selektif sesuai prioritas kebutuhan pembangunan dan
instansi;
b. penerapan sistem rekrutmen dan seleksi pegawai yang
transparan, kompetitif, berbasis teknologi informasi dan
komunikasi (TIK);
c. penguatan sistem dan kualitas penyelenggaraan diklat;
d. penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif,
dan berbasis kompetensi didukung oleh makin efektifnya
pengawasan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN);
e. penerapan sistem manajemen kinerja pegawai; dan penguatan
sistem informasi kepegawaian nasional. 

4. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditempuh melalui
strategi, antara lain:
a. memastikan implementasi UU 25/2009 tentang Pelayanan
Publik secara konsisten;
b. mendorong inovasi pelayanan publik; serta
c. peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 37


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

2) Sub Agenda 4 Nawacita-2

Agenda yang ingin dilaksanakan oleh pemerintah dalam Sub Agenda 4


Nawacita-2 adalah Penyempurnaan dan Peningkatan Kualitas Reformasi
Birokrasi Nasional (RBN) sehingga pemerintah fokus kepada penguatan
kapasitas dan efektivitas pengawasan pelayanan publik.

Sasaran yang ingin diwujudkan untuk meningkatkan partisipasi publik


dalam proses pengambilan kebijakan publik adalah meningkatnya
keterbukaan informasi publik dan komunikasi publik, meningkatnya
akses masyarakat terhadap informasi publik, dan meningkatnya open
government pada seluruh instansi pemerintah.

Untuk mencapai sasaran tersebut arah kebijakan dan strategi yang


akan ditempuh adalah membangun Keterbukaan Informasi Publik dan
Komunikasi Publik, yang akan ditempuh dengan strategi:
a. Pengembangan kebijakan bidang komunikasi dan 
informasi
termasuk keterbukaan informasi publik, 
pengelolaan dan
penyebaran informasi publik; 

b. Fasilitasi untuk mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah,
wajib membuat laporan kinerja, serta membuka akses informasi
publik sesuai dengan UU No. 
14 tahun 2008 dalam rangka
mewujudkan penyelenggaraan Negara yang transparan, efektif,
efisien, dan akuntabel, serta dapat dipertanggungjawabkan;

c. Fasilitasi dorongan bagi pembentukan dan penguatan peran PPID
dalam mengelola dan memberikan pelayanan informasi secara
berkualitas;
d. Fasilitasi untuk mendorong pemerintah daerah untuk 
meningkatkan
partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan publik, program
kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta
alasan pengambilan keputusan; 

e. Penyediaan konten informasi publik berkualitas untuk meningkatkan
kecerdasan dan pengembangan kerpriadian bangsa dan lingkungan
sosialnya terutama di daerah terdepan, terluar, tertinggal, dan rawan
konflik; 

f. Penguatan media center, media komunitas, media publik lainnya,
kelompok informasi masyarakat (KIM), dan M- Pustika sebagai
media penyebaran informasi publik yang efektif; 

g. Kampanye publik terkait revolusi mental; 

h. Penguatan SDM bidang komunikasi dan informasi; 

i. Penguatan Government Publik Relation (GPR) untuk membangun
komunikasi interaktif antara pemerintah dan masyarakat;

3) Sub Agenda 5 Nawacita-2

Dalam Sub agenda 5 NAWACITA-2, pemerintah ingin meningkatkan


partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik yang
dilaksanakan melalui:

38 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

1. Penguatan Komisi Informasi Pusat (KIP); 
Dewan Pers; dan Komisi


Penyiaran Indonesia (KPI). 

2. Mendorong masyarakat untuk dapat mengakses informasi publik
dan memanfaatkannya, yang akan ditempuh dengan strategi:
a. Penguatan kemitraan dengan pemerintah daerah, 
organisasi
masyarakat sipil, swasta, dan media untuk mengedukasi
masyarakat mengenai pentingnya informasi publik dan
berpartisipasi dalam proses penyusunan dan pengawasan
kebijakan; 

b. Penguatan literasi media dalam peningkatan kesadaran,
kemampuan, dan kapasitas masyarakat untuk memilih dan
memanfaatkan media sesuai dengan kebutuhannya;dan
c. Diseminasi informasi publik terkait dengan prioritas program
pembangunan nasional melalui berbagai media.

Sasaran yang ingin diwujudkan untuk meningkatkan partisipasi publik


dalam proses pengambilan kebijakan publik adalah meningkatnya
keterbukaan informasi publik dan komunikasi publik; meningkatnya akses
masyarakat terhadap informasi publik; dan meningkatnya implementasi
open government pada seluruh instansi pemerintah.

Pengembangan kawasan perbatasan negara yang selama ini dianggap


sebagai pinggiran negara, diarahkan menjadi halaman depan negara
yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan
kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach),
dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity
approach), yang difokuskan pada 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) dan 187 Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) di 41 Kabupaten/
Kota dan 13 Provinsi.

Arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan 2015—2019 adalah


mempercepat pembangunan kawasan perbatasan diberbagai bidang,
terutama peningkatan bidang ekonomi, sosial dan keamanan, serta
menempatkan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang aktivitas
ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga secara terintegrasi
dan berwawasan lingkungan.

2. NAWACITA 3

Agenda NAWACITA-3 yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah membangun


Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam
Kerangka Negara Kesatuan. Untuk mempercepat pengembangan kawasan
perbatasan tersebut ditempuh strategi pembangunan antara lain :
1. Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara
berdasarkan karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan
peluang pasar negara tetangga dengan didukung pembangunan
infrastrktur transportasi, energi, sumber daya air dan telekomunikasi-
informasi. 


Kementerian Komunikasi dan Informatika 39


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

2. Membangun kedaulatan energi di perbatasan Kalimantan dan kedaulatan


telekomunikasi dan informasi di seluruh wilayah perbatasan negara 


3. NAWACITA 6

NAWACITA 6 merupakan program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas


rakyat dan daya saing di pasar internasional.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar


internasional, di RPJMN Tahun 2015—2019 disusun ke dalam 11 sub agenda
prioritas, yaitu sebagai berikut :
1. membangun konektivitas nasional untuk mencapai 
keseimbangan
pembangunan; 

2. membangun transportasi umum masal perkotaan; 

3. membangun perumahan dan kawasan pemukiman; 

4. peningkatan efektivitas, dan efisiensi dalam pembiayaan 
infrastruktur; 

5. penguatan investasi; 

6. mendorong BUMN menjadi agen pembangunan; 

7. peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi; 

8. akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional; 

9. pengembangan kapasitas perdagangan nasional; 

10. peningkatan daya saing tenaga kerja; dan 

11. peningkatan kualitas data dan informasi statistik dalam 
sensus ekonomi
tahun 2016. 


Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Kementerian Komunikasi dan


Informatika memfokuskan kepada sub agenda prioritas 1).

Beberapa sasaran yang ingin diwujudkan untuk membangun konektivitas


nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan adalah sebagai
berikut:

1. tersedianya layanan komunikasi dan informatika di perdesaan, per­
batasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya melalui,
jangkauan layanan akses telekomunikasi universal dan internet mencapai
100 persen di wilayah USO;
2. tersedianya layanan pitalebar dengan tujuan:
a. terhubungnya jaringan tulang punggung serat optik 
nasional di
seluruh pulau besar dan kabupaten/kota; 

b. tingkat penetrasi fixed pitalebar di perkotaan 71 persen rumah
tangga dan 30 persen populasi, di perdesaan 49 
persen rumah
tangga dan 6 persen populasi; dan 

c. tingkat penetrasi mobile pitalebar (1 Mbps) di perkotaan 
100 persen
dan di perdesaan 52 persen. 

3. pengoptimalisasian pengelolaan spektrum frekuensi radio 
dan orbit
satelit melalui:
a. migrasi sistem penyiaran televisi dari analog ke digital 
selesai
(analog switch off);
b. tersedianya alokasi spektrum frekuensi yang 
mendukung layanan
pitalebar. 


40 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

4. tercapainya tingkat literasi TIK nasional sebesar 75 persen; 
 



5. tersedianya layanan e-Government dan dikelolanya data 
sebagai asset
strategis nasional melalui:
a. indeks e-Government nasional mencapai 3,4 (skala 4,0); 
 

b. jumlah pegawai pemerintah yang paham TIK menjadi 
100 persen.

Dengan arah kebijakan dan strategi sebagai berikut:


1. Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal (Universal Service
Obligation/USO) menjadi pitalebar-ready dengan cara reformulasi
kebijakan penggunaan dana USO yang lebih berorientasi kepada
ekosistem pitalebar (tidak hanya untuk penyediaan infrastruktur dan
daerah perdesaan) dan 
memperkuat kelembagaan pengelola Dana
USO; 

2. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio 
dan orbit satelit
sebagai sumber daya terbatas melalui:
a. Penataan ulang alokasi spektrum frekuensi (spektrum 
refarming)
dengan prinsip netralitas teknologi; 

b. Optimalisasi frekuensi dan jaringan infrastruktur wireless pada
instansi Pemerintah dengan implementasi 
konsep Government
Radio Network (GRN); 

c. Konsolidasi infrastruktur dan spektrum bagi penyelenggara jaringan
bergerak seluler, FWA, dan BWA maupun lembaga penyiaran
dengan memperhatikan 
kebijakan dan regulasi kompetisi yang
berkeadilan; 

d. Memastikan migrasi TV analog ke digital sesuai jadwal 
yang
ditetapkan;
e. Mempercepat ketersediaan spektrum di sub-1 GHz 
termasuk
alokasi frekuensi digital dividend yang memadai untuk mempercepat
distribusi pitalebar;
f. Mendorong penggunaan spektrum frekuensi secara dinamis dan
fleksibel: spektrum sharing, spektrum consolidation, mobile virtual
network operator (MVNO); 

g. Melakukan optimalisasi dan konsolidasi sumber daya satelit nasional
termasuk frekuensi maupun slot orbit, mendorong kerjasama dengan
industry satelit global, dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan efisiensi spektrum; dan 

h. Mengkaji pembangunan satelit pitalebar nasional
3. Mempercepat implementasi e-Government dengan mengutamakan
prinsip keamanan, interoperabilitas dan cost effective melalui:
a. Menetapkan Masterplan e-Government Nasional sebagai rujukan
bagi pengembangan e-Government di seluruh instansi pemerintah;

b. Melakukan moratorium pembangunan fasilitas pusat data dan pusat
pemulihan data oleh instansi pemerintah untuk kemudian bermigrasi
ke pusat data bersama dengan memperhatikan solusi sistem yang
efisien dan ramah lingkungan, antara lain komputasi awan (cloud
computing); 


Kementerian Komunikasi dan Informatika 41


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

c. Membangun infrastruktur bersama yaitu jaringan komunikasi


pemerintah yang aman (secured government network) serta fasilitas
pusat data dan pusat pemulihan data yang terkonsolidasi. 

d. Mendorong pengembangan industri TIK dalam negeri melalui
harmonisasi kebijakan, regulasi, dan program pemerintah, serta
implementasi kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN),
insentif bagi peningkatan kualitas SDM TIK nasional, dan insentif
bagi manufaktur lokal. 


3.1.2 RPJMN 2015-2019

Pembangunan komunikasi dan informatika di Indonesia harus menjadi gabungan


antara pengembangan infrastruktur yang memadai dan tersedianya layanan
Komunikasi dan Informatika di semua daerah, tidak terkecuali di perdesaan,
perbatasan negara, pulau terluar, hingga wilayah non-komersial lainnya. Untuk
mencapai sasaran tersebut, negara harus mengoptimalkan pengelolaan spektrum
frekuensi radio dan orbit satelit dengan efisien dalam pemakaian sumberdaya dan
efektif dalam aplikasi penggunaannya. Informasi yang dikelola dengan baik dan
melibatkan sumber daya pitalebar (bandwidth) akan menghasilkan pengetahuan
yang sangat khas bagi suatu negara sesuai dengan alam dan budayanya sehingga
menjadi kekayaan yang sangat berharga. Pengetahuan itu dapat menjadi landasan
dan berkontribusi bagi pembangunan berbagai sektor, seperti industri, pariwisata,
maritim, energi, pertanian, dan pendidikan. Dengan arah kebijakan yang tepat,
bidang komunikasi dan informatika akan berperan dalam mentransformasi
masyarakat menuju masyarakat yang berdikari dan berdaya saing tinggi.

Sasaran lain dalam pembangunan Komunikasi dan Informatika adalah menyediakan


layanan e-government yang memadai disertai pengelolaan pusat data nasional
sebagai kekayaan strategis bangsa. Dengan pelayanan berbasis elektronik, citra
birokrasi yang bersih, profesional, dan siap melayani akan lebih mudah tercapai.
Masyarakat juga dapat terlayani dengan lebih cepat, hemat waktu dan biaya, serta
terukur dalam banyak hal, seperti pembiayaan hingga pelayanan tunggal satu
pintu. Itulah yang menjadi salah satu hal penting dari sembilan agenda prioritas
atau Nawacita pemerintah.

Untuk mewujudkan sasaran tersebut, dibutuhkan kinerja yang baik tidak hanya
dari sisi aparat pemerintah, tetapi juga masyarakat, minimal dengan tingkat literasi
TIK nasional 75%. Dengan tingkat literasi itu, pemanfaatan TIK untuk hal positif
dan bermanfaat akan menunjang kreativitas dan daya saing bangsa di tingkat
internasional. Dengan meningkatnya masyarakat yang melek TIK, akses masyarakat
terhadap informasi publik akan meningkat.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang


berdaulat, mandiri, dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut Nawacita yang kemudian
diterjemahkan ke dalam agenda pembangunan RPJMN Tahun 2015—2019, yaitu:
1. menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;

42 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

2. membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan


yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;
3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan;
4. menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis
ekonomi domestik;
8. melakukan revolusi karakter bangsa;
9. memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Dari sembilan agenda prioritas pemerintah tersebut, sesuai dengan tugas dan
fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika memfokuskan kepada tiga agenda
prioritas. Ketiga agenda tersebut adalah Nawacita-2, Nawacita-3 dan Nawacita-6.

3.1.3 Rencana Pita Lebar Indonesia

Pemerintah telah menyelesaikan penyusunan rencana pembangunan pitalebar


nasional yang dituangkan dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 dan
ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014. Pitalebar dalam
Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 didefinisikan sebagai akses internet
dengan jaminan konektivitas selalu tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan
informasinya serta memiliki kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal
2 Mbps untuk akses tetap (fixed) dan 1 Mbps untuk akses bergerak (mobile).
Walaupun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan pitalebar
tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi dan
kualitas penggunaannya dalam mendukung pertumbuhan pembangunan nasional
dan daya saing Indonesia di tingkat global, serta peningkatan kualitas hidup
masyarakat Indonesia. Dalam lima tahun ke depan (2019), pembangunan pitalebar
nasional direncanakan dapat memberikan akses tetap di wilayah perkotaan ke
71% rumah tangga (20 Mbps) dan 30% populasi, serta akses bergerak ke seluruh
populasi (1 Mbps). Adapun di wilayah perdesaan, prasarana pitalebar akses tetap
diharapkan dapat menjangkau 49% rumah tangga (10 Mbps) dan 6% populasi,
serta akses bergerak ke 52% populasi (1 Mbps).

Untuk meningkatkan adopsi layanan pitalebar oleh masyarakat luas, harga layanan
pitalebar ditargetkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata pendapatan bulanan
pada akhir tahun 2019. Penguatan industri teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dalam negeri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar terjaring (captive
market) yang meliputi 4,5 juta orang Pegawai Negeri Sipil, 50 juta siswa, 3 juta
pendidik, dan 60 juta rumah tangga pengguna internet.

Dalam rangka mengubah potensi pitalebar menjadi manfaat nyata, pembangunan


pitalebar perlu dipercepat. Untuk itu, pemerintah akan melakukan intervensi dalam
bentuk regulasi dan/atau pendanaan yang bersifat stimulan dan katalisator tanpa
mengambil alih atau berkompetisi dengan penyelenggara.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 43


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Sebagai langkah awal, Program Unggulan yang mendorong pembangunan


pitalebar nasional telah ditetapkan. Program Unggulan tersebut dibagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu (1) Konektivitas Ekonomi, yang terdiri atas Proyek Ring Palapa,
Pipa Bersama, dan Proyek Percontohan Konektivitas Nirkabel untuk Pitalebar
Perdesaan; (2) Konektivitas Pemerintah dalam bentuk Jaringan dan Pusat Data
Pemerintah Terpadu; dan (3) Pendorong (enabling) yang terdiri atas Reformasi Dana
Kewajiban Pelayanan Universal (Universal Service Obligation) serta Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan Industri TIK Nasional.

Selain itu, lima sektor prioritas pembangunan pitalebar juga telah ditetapkan,
yaitu e-Pemerintahan, e-Kesehatan, e-Pendidikan, e-Logistik, dan e-Pengadaan.
Kebutuhan pendanaan pembangunan pitalebar tahun 2014-2019 untuk pelaksanaan
enam Program Unggulan dan lima sektor prioritas diperkirakan mencapai Rp 278
triliun atau sekitar 0,46% dari PDB. Adapun kontribusi APBN diperkirakan mencapai
10% dari total kebutuhan pendanaan. Kontribusi APBN akan dikonfirmasi dalam
proses penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2015-2019.

3.1.4 Program Prioritas Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika

Focus pembangunan dan prioritas nasional adalah menjaga pertumbuhan


ekonomi dan mendorongnya akan lebih mengakselerasi kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu, Bappenas mendorong agar setiap K/L agar memprioritaskan belanja
pemerintah untuk pencapaian sasaran prioritas nasional sebagaimana dimaksud,
yang dilakukan dengan pendekatan Money Follow Program yang bersifat holistik,
tematik, integrative, dan spasial.

Kata kunci di atas, bahwa setiap program yang disusun oleh setiap K/L harus
dengan pendekatan Money Follow Program yang bersifat holistik, tematik,
integrative, dan spasial. Maka Bappenas menyusun 10 Prioritas Nasional sebagai
acuan setiap K/L untuk menysusun program – programnya. Berikut 10 Prioritas
Nasional yang disusun oleh Bappenas.

44 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

PENDIDIKAN K E S E H ATA N PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN PENGEMBANGAN DUNIA USAHA DAN PARIWISATA

• Pendidikan Vokasi • Peningkatan Kesehatan • Penyediaan Perumahan Layak • Pengembangan 3 Kawasan Pariwisata (dari 10)
• Peningkatan kualitas Ibu dan Anak • Air Bersih dan Sanitasi • Pengembangan 5 Kawasan Ekonomi Khusus
guru • Pencegahan dan (KEK) (dari 10)
Penanggulangan • Pengembangan 3 Kawasan Industri (KI) (dari 14)
Penyakit • Perbaikan Iklim Investasi dan Penciptaan
• Preventif dan Promotif Lapangan Kerja
(Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat)

KETAHANAN ENERGI KETAHANAN PANGAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN INFRASTRUKTUR, KONEKTIVITAS, DAN KEMARITIMAN

• EBT dan Konservasi • Peningkatan Produksi • Jaminan dan Bantuan Sosial • Pengembangan Sarana dan Prasarana
Energi pangan Tepat Sasaran Transportasi (darat, laut, udara, dan inter-moda)
• Pemenuhan • Pembangunan • Pemenuhan Kebutuhan Dasar • Pengembangan Telekomunikasi dan Informatika
Kebutuhan Energi sarana dan prasarana • Peningkatan Daya Saing UMKM
pertanian (termasuk dan Koperasi
irigasi)

PEMBANGUNAN WILAYAH POLITIK, HUKUM, DAN PERTAHANAN KEAMANAN

• Pembangunan Wilayah Perbatasan dan • Penguatan Pertahanan PN yang terkait


Daerah Tertinggal • Stabilitas Politik dan Keamanan dengan Kominfo
• Pembangunan Perdesaan • Kepastian Hukum
• Reforma Agraria • Reformasi Birokrasi
• Pencegahan dan Penanggulangan
Bencana (a.l Kebakaran Hutan)
• Percepatan Pembangunan Papua

Gambar 3.1  Program Prioritas Nasional di kembangkan Bapennas

Sektor telekomunikasi termasuk kepada salah satu dari 10 prioritas nasional,


yaitu infrastruktur, konektivitas, dan kemaritiman. Dari prioritas nasional sector
telekomunikasi tersebut, kemudian diterjemahkan kedalam 5 kegiatan prioritas
dalam pengembangan telekomunikasi dan informatika.

1
Akses Internet dan Komunikasi Untuk
Daerah non Komersil

2
Pemerataan Penyiaran Publik Hingga
Daerah Perbatasan dan Terpencil

3
Optimalisasi Penggunaan TIK
pada Instansi Pemerintah

4
2
Dukungan TIK pada sektor Prioritas
(E-Commerce, E-Health, dll)

5
Pembangunan Jaringan Pita Lebar

Gambar 3.2  Lima Kegiatan Prioritas Pengembangan TIK Nasional

Kementerian Komunikasi dan Informatika 45


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Kelima program di atas merupakan acuan bagi setiap sakter dalam lingkungan
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun program – programnya
guna mendukung semangat yang dituangkan oleh Bappenas, yaitu menjaga
pertumbuhan ekonomi dan mendorongnya agar lebih meningkat guna mendorong
kesejahteraan masyarakat.

3.1.5 Forum dan Kesepakatan Multilateral

a. ITU

Tujuan awal didirikannya ITU adalah untuk memfasilitasi dan membuat regulasi
mengenai interkoneksi dan interoperabilitas jaringan telegraf. Pada saat ini
telah berkembang mengurusi mengenai seluruh bidang TIK, baik mengatur
mengenai spektrum frekuensi radio, orbit satelit, dan alokasinya, penyiaran
digital, tata kelola internet, teknologi mobile, hingga standardisasi televisi 3D
yang harus ditaati oleh semua negara anggotanya.

Keikutsertaan atau partisipasi aktif Delegasi Indonesia pada forum-forum yang


diselenggarakan oleh ITU adalah melalui penyampaian dokumen atau paper
contribution yang menguraikan mengenai posisi Indonesia atas sejumlah isu
yang dibahas dalam sidang. Pada tahun 2014, program dan kegiatan ITU yang
diikuti oleh Kementerian Kominfo diantaranya WSIS+10 Multi Stakeholder
Platform, ITU Council Working Group on WSIS, ITU Council 2014, WSIS+10
High Level Event, dll.

Banyak manfaat konkrit yang secara umum diperoleh Indonesia selama menjadi
negara anggota ITU salah satunya di dalam pembangunan dan per­kem­
bangan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) baik secara global maupun
nasional, hal ini tercermin dengan diperolehnya asistensi expert dari ITU
dalam proses penyusunan roadmap Indonesia Broadband Plan dan Indonesia
diberikan prioritas untuk fellowship (beasiswa/sponsorship) pada berbagai
training/workshop yang diselenggarakan oleh ITU. Selain itu Indonesia juga
memperoleh informasi dan kemudahan dalam mengkoordinasikan alokasi
spectrum frekuensi dan orbit satelit antar negara, memperoleh kajian yang
bermanfaat bagi masukan pembangunan sector dan regulasi telekomunikasi
di Indonesia, penawaran untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek ITU serta
penawaran asistensi expert ITU.

Lebih lanjut diharapkan adanya Continued support dari Kemlu dan Kementerian
Keuangan bagi proses penyelesaian Host Country Agreement ITU Area
Office Jakarta antara Pemerintah Indonesia dengan ITU supaya dapat segera
diselesaikan.

b. UPU

Universal Postal Union (UPU) merupakan forum utama bagi bertemunya para
negara anggota dan para penyelenggara layanan pos (Postal Designated
Operator) seluruh dunia guna merumuskan dan mentapkan peraturan pos
inter­nasional yang mencakup administrasi pos, operasional/tata laksana pos
internasional, serta produk dan jasa layanan pos. UPU juga menyediakan
asistensi teknis kepada negara anggotanya dalam mengembangkan sector pos.

46 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Indonesia telah menjadi anggota UPU sejak 1 Mei 1877 dan mendapatkan
banyak manfaat konkrit sebagai anggota UPU baik dari sisi pemerintah
(Kementrian Kominfo) maupun bagi PT Pos Indonesia (Persero). Dengan
bergabung sebagai anggota UPU dan mengikatkan diri pada suatu perjanjian
multilateral, maka wilayah NKRI menjadi bagian dari “Satu Wilayah Pos Tunggal
Dunia/Single Postal Territory” yang memungkinkan Pemerintah Indonesia
dapat menjamin hak masyarakatnya untuk berkomunikasi dengan penduduk
dunia melalui layanan pos yang aman, akurat dan harga yang terjangkau.

Bagi PT Pos Indonesia selaku operator Pos yang ditunjuk oleh pemerintah
Indonesia untuk mengimplementasikan ketentuan dalam akta-akta/regulasi
perposan dunia di Indonesia banyak juga mendapatkan manfaat, antara lain
kesempatan untuk berkontribusi pada pengembangan e-services dengan
menjadi Chairman Interconnectivity Group pada E-Services Committee di badan
tetap UPU – Postal Operation Council, kesempatan untuk mengembangkan
kualitas layanan pos melalui pemanfaatan Quality of Service Fund, dll.

Rencana pemanfaatan keanggotaan Indonesia dalam UPU yaitu Indonesia


akan mencalonkan kembali sebagai anggota POC (Postal Operation Council)
dan CA (Council of Administration) pada kongres UPU tahun 2016 mendatang
di Instanbul, Turki.

c. WSIS

World Summit on the Information Society (WSIS) Forum 2015 telah


diselenggarakan pada tanggal 25-29 Mei 2015 di Jenewa, Swiss. Pertemuan
tersebut mengusung tema “Innovating Together: Enabling ICTs for Sustainable
Development”. Forum ini juga menjadi wadah koordinasi bagi implementasi
kegiatan, saling tukar informasi dan pengalaman terbaik bagi seluruh
stakeholders WSIS. Pembahasan substansi dalam forum ini ditujukan untuk
mengembangkan kerja sama global dalam mewujudkan pemanfaatan
ekosistem Information Communication and Technology (ICT).

Pertemuan WSIS Forum 2015 terdiri dari sesi High Level Statement dan
High Panel Discussions yang menjadi sarana bagi para pemangku kebijakan
tingkat tinggi untuk menyampaikan pandangan terkait capaian, tantangan,
dan rekomendasi dalam kemajuan implementasi WSIS Action Lines serta
langkah-langkah dalam integrasi kebijakan ICT dengan Post Development
Agenda 2015. Selain itu, terdapat pula sesi panel dan diskusi interaktif
yang ditujukan bagi seluruh multistakeholders WSIS dalam bentuk Country
Workshops, Thematic Workshops, Interactive Sessions, serta WSIS Action
Lines Facilitation Meeting.

Secara umum, kesimpulan hasil WSIS Forum 2015 terpolaritas antara negara
maju dan negara berkembang. Negara maju lebih menaruh perhatian besar
pada isu-isu kebebasan berekspresi dan privasi dalam internet, sedangkan
negara berkembang banyak menyuarakan kebutuhan akan transfer teknologi,
ketersediaan akses informasi yang lebih terjangkau, serta peningkatan peran
negara dalam menyeimbangkan keterbukaan informasi dengan dimensi etis
dalam pemanfaatan internet oleh masyarakat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 47


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian


Komunikasi dan Informatika
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika didasarkan
pada program utama Kementerian Komunikasi dan Informatika diarahkan pada 4
aspek, yaitu :
a. Program Kominfo yang mendukung fokus pembangunan pemerintah Indonesia
b. Program Kominfo sebagai leading sector
c. Program legislasi di bidang Komunikasi dan Informatika tahun 2015-2019
d. Program internal terkait reformasi birokrasi dan revolusi mental

Secara umum program utama Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut


dijabarkan dibawah ini :

Pariwisata
dan Industri

Kemaritiman Infrasturktur

Sumber Daya
Energi
Manusia

A
Fokus Pembangunan
Kedaulatan Pangan Pemerintah Indonesia Perbatasan

• Cyber security
• Broadband/4G & Governance • Government
• Digitalisasi
B • Efesiensi • E-Government Public Relation
Industri • E-Commerce

C1 Program Legislasi Nasional (RUU)


Sumber: DPR RI

C2 Program Internal Kominfo terkait Reformasi Birokrasi dan Revolusi Mental

Sumber : Rencana Strategis Kemkominfo, 2015-2019

A. Program Kominfo yang mendukung Focus Pembangunan Pemerintah


Indonesia

1. Mewujudkan Konektivitas Pitalebar Nasional

Strategi Kementrian komunikasi dan Informatika dalam Mewujudkan Konektivitas


Pitalebar nasional adalah:

48 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Terkait Universal Service Obligation (USO)


a. Redesain USO
i. Menyusun bisnis model redesain
ii. Menetapkan PM tentang redesain USO
b. Penyelenggaraan 3 pilot sistem desa pitalebar terpadu di desa nelayan,
desa pertanian, dan desa pedalaman sesuai 50 lokasi prioritas BNPP
c. Penyelenggaraan sistem desa pitalebar terpadu (desa nelayan, desa
pertanian, dan desa pedalaman) di 50 lokasi prioritas BNPP
d. Membangun 575 BTS di daerah tertinggal, terluar dan terpencil
e. Menyediakan akses internet di 4000 lokasi (sesuai prioritas, seperti 100%
sekolah SD-SMA termasuk madrasah)
f. Revitalisasi dan optimalisasi National Internet Exchange (NIX)

Non-Universal Service Obligation (Non-USO)


a. Design TIK environment sebagai acuan di area fokus pembangunan
b. Koordinasi lokasi prioritas dengan K/L terkait dengan penyelenggara
telekomunikasi
c. Membuat kebijakan yang memberikan insentif kepada operator untuk
memusatkan pengembangannya ke lokpri sektor unggulan sesuai model
d. Memfasilitasi dan memonitor implementasi
e. Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA) ke
1000 desa
f. Pembentukan 1500 agen perubahan Internet Cerdas, Kreatif, dan
Produktif (i-CAKAP) di daerah perbatasan, tertinggal, dan terluar.

2. Mewujudkan Pemerintah Sebagai Government Public Relation (GPR)

Government Public Relations (GPR) merupakan program prioritas untuk


memastikan masyarakat mengetahui apa yang dilakukan pemerintah dan
berpartisipasi dalam pembangunan. Implementasi GPR dilaksanakan sesuai
dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Komunikasi Publik.

Strategi Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam mewujudkan kebijakan


pemerintah sebagai GPR adalah:
a. Pemerintah sebagai penentu agenda (agenda setting) isu-isu di
masyarakat untuk membangun kepercayaan publik terhadap pemerintah
sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya
b. Membentuk lembaga jejaring komunikasi
c. Menyusun dan memantau implementasi regulasi tentang GPR oleh K/L/D
d. Menyediakan dan menyebarkan konten informasi publik ke seluruh
Indonesia

3. Mendukung Revolusi Mental

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam medukung revolusi


mental adalah:

Kementerian Komunikasi dan Informatika 49


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

a. Menyusun strategi komunikasi dalam rangka efektifitas diseminasi


informasi tentang revolusi mental
b. Diseminasi informasi ke seluruh pelosok Indonesia terkait revolusi mental

B. Program Kominfo sebagai Leading Sector

Program Kominfo sebagai leading sector diarahkan pada pengembangan


infrstrutkur akses pita lebar (broadband) dengan teknologi 4G, penciptaan industri
yang efisien, pengembangan cyber security, digitalisasi industri dan government
public relation (GPR).

1. Pengembangan Infrastruktur Akses Pitalebar termasuk Layanan 4G

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendukung pengem­


bangan infrastruktur pitalebar termasuk layanan 4G adalah:
a. Menata Sumber Daya spektrum frekuensi radio
b. Menjaga keberlangsungan orbit satelit Indonesia, agar tetap menjadi
milik dan kendali Indonesia
c. Menggelar jaringan tulang punggung serat optik nasional (Palapa Ring)
untuk menghubungkan 497 kab/kota di Indonesia

2. Efisiensi industri telekomunikasi

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong efisiensi


industri telekomunikasi adalah:
a. Mendorong operator telekomunikasi untuk berkonsolidasi dalam rangka
efisiensi industri telekomunikasi
b. Membangun infrastruktur pasif bersama (Passive infrastructure sharing)
dalam rangka meringankan biaya investasi pembangunan infrastruktur
telekomunikasi
c. E-Licensing Spektrum Radio (Machine to machine)

3. Mendorong Peningkatan Jumlah Kandungan Dalam Negeri pada Alat dan


Perangkat Telekomunikasi

Kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong


peningkatan jumlah kandungan dalam negeri pada alat dan perangkat
telekomunkasi merupakan bentuk keberpihakan pemerintah terhadap industri
telekomunikasi. Strateginya adalah dengan memantau dan mengawasi
implementasi regulasi tentang TKDN alat dan perangkat telekomunikasi.
Tujuannya adalah untuk mengurangi impor alat dan perangkat telekomunikasi
yang menjadi salah satu pemicu defisit neraca perdagangan.

4. Mengintegrasikan Nomor Panggilan

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengintegrasikan


nomor panggilan untuk menghadapi keadaan darurat nasional adalah dengan
menyediakan nomor panggilan tunggal darurat (single emergency number)

50 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

5. Penataan Registrasi Prabayar


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mencegah penyalah­
gunaan sarana telekomunikasi dan peredaran kartu prabayar yang tidak
terkendali yang mengakibatkan maraknya SMS spam, penipuan, penawaran
yang tidak dikehendaki dan SARA serta tidak dapat dilakukannya traceability
jika terjadi pelanggaran, maka perlu dilakukan revisi/perkuatan regulasi
tentang registrasi pelanggan dan tata niaga distribusi kartu prabayar. Untuk
memastikan pelaksanaanya diperlukan langkah-langkah guna menunjang
implementasi regulasi berupa:
a. Dibuat sarana yang menampung aduan langsung dari masyarakat yang
bekerjasama dengan operator;
b. Dilakukan perjanjian kerjasama dengan Ditjen Dukcapil Kemendagri
dalam rangka pemanfaatan data kependudukan dalam pelaksanaan
registrasi kartu prabayar;
c. Pelaksanaan uji petik lapangan secara acak secara berkala untuk
memastikan regulasi dipatuhi oleh penyelenggara dan menjatuhkan
sanksi adminitratif jika terjadi pelanggaran

6. Mengurangi Peredaran Perangkat Telepon Seluler Ilegal


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informastika dalam mengurangi per­
edaran perangkat telepon seluler ilegal yang berpotensi merugikan negara
dalam hal kontribusi pajak, adalah dengan :
a. Merumuskan strategi/kebijakan penataan registrasi IMEI untuk perangkat
telepon seluler;
b. Mendukung K/L terkait dalam dalam rangka pengendalian masuknya
perangkat telepon seluler ilegal ke dalam negeri;
c. Memastikan penyelenggara meregistrasi seluruh IMEI perangkat pe­
langgannya. Melakukan monitoring pelaksanaan registrasi IMEI perangkat
telekomunikasi pelanggan

7. Meningkatkan Keamanan Informasi dan Optimalisasi tata Kelola Internet


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam meningkatkan ke­
amanan informasi dan optimalisasi tata kelola internet, adalah dengan:
a. Menyiapkan rujukan standardisasi security untuk sektor strategis
b. Menerapkan Sertifikasi sistem elektronik strategis
c. Pembentukan Panel untuk penanganan situs bermuatan negatif
d. Pemberian tanda daftar sistem penyelenggaraan elektronik
e. Penyusunan dan pengesahan PM Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
(PSrE) dan PM Lembaga Sertifikasi Keandalan (LSK)

8. Mendorong Pertumbuhan e-Commerce


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong per­tum­
buhan e-commerce nasional, adalah dengan:
a. Merumuskan Roadmap e-Commerce Nasional untuk 5-19 tahun ke depan
b. Melakukan pengumpulan data proliferasi e-commerce
c. Mendorong pengembangan dan peningkatan jumlah start up company

Kementerian Komunikasi dan Informatika 51


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

9. Menerapkan DNS dalam Rangka Mengurangi Konten Ilegal


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menerapkan DNS
dalam rangka mengurangi konten ilegal, berbahaya, dan malware, adalah
dengan:
a. Menetapkan PM tentang DNS Nasional (Tersedianya DNS Nasional)
b. Diharapkan 4 penyelenggara jaringan telekomunikasi sudah menerapkan
DNS Nasional pada Q4 2015
c. Implementasi DNS Nasional secara menyeluruh

10. Mengintegrasikan Layanan e-Government

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengintegrasikan


layanan e-government nasional, adalah dengan:
a. Menyusun masterplan dan memastikan penetapan perpres e-government
sebagai dasar penerapan layanan e-government
b. Mendorong tercapainya index PeGI Nasional 3,4
c. Integrasi database dan layanan e-government di instansi pemerintah

11. Mempercepat Proses Migrasi TV Analog ke Digital


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mempercepat proses
migrasi TV analog ke digital (digitalisasi), adalah dengan:
a. Menyusun kebijakan/regulasi percepatan migrasi TV analog ke digital
b. Memastikan migrasi TV analog ke digital selesai sesuai jadwal switch off
(2018)
c. Mendorong percepatan revisi UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
yang merupakan inisiatif DPR
d. Menciptakan ekosistem penyelenggaraan penyiaran digital melalui
landscape industri penyiaran yang baru yang mengadopsi semangat
konvergensi

C1. Program Legislasi Nasional

1. Memastikan Terselesaikannya Revisi UU ITE


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun revisi UU
No. 11 tahun 2008 tentang ITE, adalah dengan:
a. Konsolidasi naskah akademik tentang UU ITE dengan seluruh stakeholder
b. Menyampaikan naskah akademik dan RUU perubahan kepada DPR
melalui Presiden

2. Penyusunan Revisi UU Penyiaran Bersama DPR


Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun Revisi UU
No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, adalah dengan:
a. Menyusun naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah dengan
melibatkan partisipasi publik dan seluruh stakeholder sebagai bahan
pembahasan dengan DPR
b. Menyusun rancangan perundang-undangan sebagai pelaksana turunan
undang-undang

52 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

3. Penyusunan RUU RTRI Bersama DPR

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun RUU


tentang Radio Televisi Republik Indonesia (RTRI), adalah dengan menyusun
naskah akademik dan daftar inventarisasi masalah dengan melibatkan
partisipasi publik dan seluruh stakeholder sebagai bahan pembahasan
dengan DPR.

4. Memastikan Terselesaikannya RUU Bidang Komunikasi dan Informatika

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun beberapa


RUU bidang komunikasi dan informatika, adalah dengan menyusun naskah
akademik sebagai bahan pembahasan dengan DPR terkait:
a. Perlindungan data pribadi
b. Migrasi Televisi Terestrial dari Analog ke Digital
c. Konvergensi Telematika (Revisi UU Telekomunikasi)
d. Pos

C2. Program Internal terkait Reformasi Birokrasi dan Revolusi Mental

1. Merubah paradigma birokrasi dari perizinan menjadi pelayanan, dengan


melakukan program change management

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam merubah paradigma


pelayanan dengan melakukan program change management, adalah dengan:
a. Launching budaya organisasi reformasi birokrasi dan pelayanan
kemkominfo
b. Menetapkan PM tentang pelayanan publik di lingkungan Kementerian
Komunikasi dan Informatika, untuk mendorong ASN Kementerian
Komunikasi dan Informatika agar berorientasi pelayanan
c. Menerapkan implementasi Reformasi Birokrasi secara menyeluruh di
Kementerian Komunikasi dan Informatika
d. Menyusun sistem dan mekanisme di lingkungan Kementerian Komunikasi
dan Informatika
e. Mempercepat proses perizinan di lingkungan Kementerian Komunikasi
dan Informatika
f. Memastikan indeks PeGI Kementerian Komunikasi dan Informatika sesuai
dengan target rata-rata nasional

2. Melakukan Kajian Terkait Kesiapan Masyarakat dalam Penerapan Pitalebar

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam melakukan kajian


kesiapan masyarakat untuk penerapan pitalebar, adalah dengan:
a. Menyusun desain riset, studi literatur, dan pemetaan terhadap stakeholder
b. Analisa dan penyusunan rekomendasi hasil riset terkait kesiapan tenaga
kerja dalam menghadapi pitalebar

Kementerian Komunikasi dan Informatika 53


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

3. Menerapkan metode Risk Based Internal Audit Program

Strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menerapkan metode


Risk Based Internal Audit Program, adalah dengan:
a. Pengawalan terhadap proses pengadaan
b. Review atau evaluasi atas pengelolaan PNBP dan anggaran
c. Audit kinerja atas program utama Kementerian Komunikasi dan Informatika
d. Audit atas pengelolaan BMN (termasuk hibah)
e. Pendampingan atas penyusunan Laporan Keuangan
f. Tindak lanjut hasil pemeriksaan eksternal

3.3 Arah Kebijakan dan Strategi


Direktorat Jenderal PPI
3.3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Pos

Arah Kebijakan Sektor Pos

Integrasi ekonomi di kawasan ASEAN mulai diberlakukan pada tahun 2015.


Untuk menyambut hal tersebut, semua sektor pendukung integrasi ekonomi di
kawasan ASEAN harus dibenahi, salah satunya sektor logistik. Indonesia sebagai
negara yang memiliki geografis yang besar, sektor logistik memiliki potensi untuk
berkembang dengan pesat kedepannya. Industri pengiriman di Indonesia harus
berkembangan seiring dengan adanya Integrasi Ekonomi di kawasan ASEAN yang
merupakan suatu potensi besar bagi penyelenggara pos lokal. Apabila potensi
tersebut tidak ditangkap, maka akan direbut perusahaan asing.

Tantangan lainnya dalam sektor Pos nasional adalah pengembangan teknologi


untuk menunjang penyediaan layanan Pos, serta peningkatan integrasi antar
penyedia layanan pos nasional. Peningkatan teknologi dalam penyediaan layanan
pos membantu dalam mengefisienkan proses penyediaan layanan, sehingga dapat
meningkatkan daya saing penyelenggara layanan pos nasional. Seperti halnya
penyelenggara layanan pos asing yang memiliki sistim IT yang baik, sehingga
mampu mengintegrasikan kegiatan logistik mereka dengan baik.

Selain itu, pentingnya integrasi antar penyelenggara pos sangat diperlukan guna
mempurluas wilayah operasi layanan. Integrasi antar penyelenggara layanan pos
lokal dan integrasi antar penyelenggara layanan pos lokal dengan asing perlu
dijalin dengan baik. Dengan integrasi yang baik, penyelenggara layanan pos
dapat memperluas area layanan walaupun tidak memiliki cukup banyak modal
untuk melakukan pembangunan titik layanan pos di banyak wilayah layanan.
Untuk itu, diperlukan regulasi yang dapat meningkatkan integrasi/kerjasama antar
penyelenggara layanan pos untuk meningkatkan daya saing dan meningkatkan
jangkauan layanan pos.

54 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Penyelenggaraan pos apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan di bidang


Informatika (telekomunikasi dan penyiaran) memang bukan termasuk bisnis yang
interaktif. Perkembangan informatika melalui kecanggihan teknologi dan penetrasi
layanan ke masyarakat lambat laun memakan porsi bisnis pos, masyarakat yang
dahulunya berkomunikasi melalui surat fisik mulai beralih dengan menggunakan
sarana elektronik baik melalui telekomunikasi maupun penyiaran (televisi dan
radio).

Untuk itu, eksistensi layanan Pos yang merupakan tanggung jawab pemerintah
perlu mendapatkan perhatian serius. Salah satu layanan yang dapat disediakan
oleh PT. Pos adalah layanan laku pandai (financial inclution). Tingginya angka
unbankeble people (masyarakat yang tidak memiliki tabungan di Bank) merupakan
potensi yang cukup baik untuk dilayani oleh PT.Pos.

PT. Pos dengan luas cakupannya yang hampir menjangkau seluruh wilayah
Indonesia, merupakan alternatif solusi yang cukup menjanjikan untuk memberikan
akses layanan keuangan bagi masyarakat, utamanya masyarakat menengah ke
bawah yang belum memiliki akun bank. Akses ke lembaga keuangan dapat mem­
bantu masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah
untuk menabung atau mandapatkan pinjaman mikro dengan bunga yang relatif
rendah, mengingat biaya administrasi Bank yang cukup tinggi bagi masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah.

Untuk menjaga eksistensi layanan Pos, maka RPJMN mentargetkan pembangunan


sektor pos yang berkelanjutan. Berikut sasaran program yang ingin dicapai dalam
sektor Pos antara lain:
a. Tersedianya Tools regulator guna mendorong industri Pos yang berdaya saing
dan ramah lingkungan.
b. Tersedianya infrastruktur dan layanan pos yang merata dan terjangkau baik
komersial maupun universal.
c. Tersedianya infrastruktur dan layanan pos yang merata dan terjangkau baik
komersial maupun universal.

Berdasarkan poin sasaran program di atas, maka arah kebijakan yang akan
ditempuh sektor Pos dalam 5 tahun ke depan antara lain dapat dijabarkan oleh
gambar di bawah ini.

Penyehatan Industri Pos


Regulasi pos termasuk DNI PNBP Sektor Pos Kewajiban Layanan Pos Universal
terutama BUMN

Infrastruktur Tugu Pos Kode Administrasi Wilayah Perizinan layanan Pos Standarisasi jasa pos

Pengembangan prangko dan Layanan keuangan tanpa kantor


Tarif dan Interkoneksi Hubungan internasional
pembinaan Filateli atau laku pandai

Gambar 3.3  Kebijakan Strategis Jangka menengah Sektor Pos

Kementerian Komunikasi dan Informatika 55


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Strategi Sektor Pos

1. Pemerataan layanan Pos Nasioal


a. Membangun titik layanan Pos (sarana dan prasarana) di desa lintas batas
negara melalui dana APBN.
b. Mengembangkan titik layanan Pos di wilayah non komersial dengan pola
kemitraan saling menguntungkan.
c. Mempersiapkan pengaturan/regulasi berkaitan dengan formulasi
kontribusi penyelenggara Pos untuk penyelenggaraan LPU.

2. Peningkatan kerjasama penyelenggaraan Pos nasional


a. Mengembangkan kerjasama atau kemitraan antar penyelenggara pos
untuk LPU.
b. Mendukung pelaksanaan kerjasama atau kemitraan antar penyelenggara
Pos untuk LPK.
c. Merealisasikan kerjasama antar penyelenggara Pos dalam sistem
distribusi untuk mendukung sistem logistik nasional.
d. Memantapkan kerjasama teknis listas sektoral dalam perhubungan
nasional khususnya sub sistem distribusi (wajib angkut pos)
e. Memantapkan kerjasama teknis lintas sektoral untuk mendukung sistem
logistik nasional.
f. Mempersiapkan/membuat pengaturan tentang kerjasama lintas sektoral
dalam rangka mendukung sistem pembayaran nasional.

3. Pengaturan persaingan usaha dan kompetisi penyelenggaraan pos nasional


a. Mempersiapkan dan membuat pengaturan tentang kompetisi dan
persaingan usaha yang sehat.
b. Memberikan pengaturan dalam metode perhitungan tarif berbasis biaya.
4. Peningkatan daya saing pos nasional
a. Melaksanakan standarisasi tentang pemanfaatan teknologi untuk proses
bisnis Pos.
b. Memberikan pengaturan/regulasi tentang sertifikasi SDM layanan Pos
dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal.
c. Mempersiapkan pemanfaatan properti penyelenggara Pos untuk men­
dukung sub sistem pergudangan dalam sistem logistik nasional.
d. Mempersipkan infrastruktur penyelenggara Pos dalam sistem pembayaran
terpadu bagi berbagai kepentingan.
e. Meningkatkan posisi tawar penyelenggara Pos nasional melalui kerjasama
penyelenggara Pos domestik dengan penyelenggara Pos asing.
f. Membangun citra positif antar penyelenggara Pos dalam negeri dalam
menghadapi pasar global.
g. Mempersiapkan sistem perizinan on-line yang lebih efisien dan transparan.

56 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

3.3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Telekomunikasi

Efisiensi Industri Telekomunikasi

Arah dan kebijakan sektor telekomunikasi secara umum diarahkan pada adanya
efisiensi industri dan transformasi industri menuju industri yang ideal sehingga
penyelenggaraan industri telekomunikasi di Indonesia menjadi sehat dan terus
berkembang.

Perkembangan sektor telekomunikasi di Indonesia dewasa ini berkembang


cukup pesat, ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna layanan
telekomunikasi yang telah melebihi populasi penduduk Indonesia. Hal tersebut
disebabkan oleh lahirnya era persaingan industri telekomunikasi dari yang awalnya
monopoli dan duopoli yang ditandai dengan adanya Undang-Undang nomor 36
tahun 1999 menggantikan Undang-Undang nomor 3 tahun 1989. Era Kompetisi
pada sektor telekomunikasi ditandai dengan banyaknya jumlah penyelenggara
telekomunikasi yang bersaing dalam menyediakan layanan telekomunikasi bagi
masyarakat.

Kondisi industri telekomunikasi saat ini yang sudah full kompetisi ternyata
dinilai kurang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan negara melalui sektor
telekomunikasi. indikatornya adalah industri telekomunikasi belum dapat men­
ciptakan pemerataan infrastruktur dan layanan telekomunikasi hingga ke seluruh
pelosok negeri. Hingga saat ini masih sangat banyak wilayah Indonesia yang
belum terjangkau oleh layanan telekomunikasi. selain memang karena rendahnya
komitmen penyelenggara telekomunikasi untuk membangun infrastruktur jaringan
dan layanan telekomunikasi, peran negara juga masih kurang optimal dalam
pemerataan jaringan dan layanan telekomunikasi.

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi sebagaimana diamanatkan oleh UU


36 tahun 1999 dilakukan oleh swasta dengan tujuan meningkatkan penetrasi
infrastruktur dan layanan telekomunikasi. Namun pada kenyataannya Pembangunan
infrastruktur telekomunikasi oleh swasta ternyata menimbulkan permasalahan
baru. Swasta yang profit-oriented tentunya melakukan pembangunan infrastruktur
dengan perhitungan bisnis yang cukup detail, sehingga banyak daerah yang
tidak profitable minim infrastruktur telekomunikasi atau bahkan tidak terdapat
infrastruktur dan layanan telekomunikasi. Akibatnya, terjadi ketimpangan digital
(Digital Devide) di Indonesia, karena layanan telekomunikasi haya dapat dinikmati
oleh masyarakat di daerah urban yang profitable, sedangkan di daerah rural yang
dianggap kurang profitable akan minim sekali infrastruktur telekomunikasi.

Infrastruktur telekomunikasi yang merupakan infrastruktur dasar dalam pengem­


bangan infrastruktur broadband di Indonesia perlu menjadi konsen pemerintah ke
depan. Pengembangan infrastruktur dan layanan broadband yang diikuti dengan
adopsi dan utilisasi oleh masyarakat akan memberikan keuntungan yang besar,
baik bagi masyarakat secara personal, maupun dampak besar bagi perekonomian
negara secara makro.

Dari penjelasan diatas maka didapatkan isu-isu yang strategis yang akan dihadapi
adalah sebagai berikut :

Kementerian Komunikasi dan Informatika 57


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

1. Terjadi inefisiensi dalam pembangunan dan pemerataan infrastruktur tele­


komunikasi;
2. Terjadi inefisiensi dikarenakan belum adanya koopetisi diantara operator
dalam rangka efisiensi biaya penyelenggaraan;
3. Efektifitas penyelenggaraan telekomunikasi belum dicapai dengan baik;
4. Integrase layanan telekomunikasi dengan layanan digital sebagai bagian
monetasi jaringan belum optimal;
5. Penggunaan telekomunikasi untuk layanan kebencanaan dan layanan kepeme­
rintahan harus didukung infrastruktur dan standardisasi penyediaannya

Berdasarkan hal tersebut dalam rangka mewujudkan efisiensi industri bidang


telekomunikasi yang diharapkan terciptanya penyelenggaraan industri tele­
komunikasi yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan maka program
strategis Ditjen PPI akan di arahkan ke kebijakan dan regulasi untuk mendukung
efisiensi bidang telekomunikasi. Adapun dapat digambarkan dengan skema
dibawah ini :

OUTCOME DRIVER 1 DRIVER 2 DRIVER 3

A.1.1.1

Terdapat komitmen dari operator seluler untuk memberikan


layanan jaringan pada daerah Non USO
Gambar 3.4 yang belum terdapat layanan seluler
A.1.1
Driver Tree Program
A.1.1.2
Efisiensi Industri Regulasi/Kebijakan dan
Telekomunikasi Penyediaan Infrastruktur Terdapat regulasi yang mendorong peningkatan
Untuk Percepatan efisiensi industri telekomunikasi
Pembangunan Infrastruktur
TIK berbasis pita lebar A.1.1.3
A.1 penyediaan infrastruktur
Tersedianya Infrastruktur
A.1.2.1
TIK berbasis pita lebar
secara efisien dan efektif Simplifikasi dan penataan industri jasa
di seluruh wilayah
Indonesia. A.1.2.2

Terdapat regulasi tarif, interkoneksi, dan teknis yang


A mendukung iklim usaha yang sehat
A.1.2 A.1.2.3
Industri
Telekomunikasi Terdapat regulasi/
Tersedianya regulasi kebijakan pemantauan dan
yang Efisien kebijakan yang mendorong
penindakan penyelenggaraan Telekomunikasi
pertumbuhan industri
A.1.2.4

Tersedianya layanan digital oleh penyelenggara telekomunikasi


A.2

Tersedianya kebijakan/ A.1.2.5


regulasi penyediaan A.2.1 Tersedianya regulasi/kebijakan standar layanan
layanan telekomunikasi
berbasis pita lebar Layanan telekomunikasi A.2.1.1
kebencanaan dan layanan untuk kebencanaan dan
kepemerintahan layanan kepemerintahan Pembentukan sistem informasi kebencanaan

58 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

3.3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Penyiaran

Efisiensi Industri Penyiaran

Arah dan kebijakan sektor penyiaran secara umum diarahkan pada adanya efisiensi
industri dan transformasi industri menuju industri yang ideal melalui migrasi
penyelenggaraan penyiaran analog menjadi penyiaran digital dan kebijakan digital
dividen.

Dalam UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran disebutkan bahwa sistem penyiaran
nasional dibentuk untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat
Indonesia dan terlaksananya otonomi daerah, yang menjamin terciptanya tatanan
informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang guna mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lembaga penyiaran merupakan media
komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial,
budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggungjawab dalam
menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol
dan perekat sosial.

Pertumbuhan industri penyiaran secara tren menunjukan grafik yang naik terutama
pada penyiaran radio. Namun ada data lain yang menunjukan industri radio kurang
bergairah. Ada dua indikator yang menunjukan perkembangan bisnis industri radio
di negeri kita kurang menggairahkan.

Indikator pertama; dari pasar pengiklan yaitu dimana % RadEx (belanja iklan radio)
terhadap AdEx (belanja iklan secara keseluruhan) yang cenderung turun terus
terutama satu dekade terakhir. National radio expenditure Indonesia dari angka
3,5 % turun terus sampai menembus level di bawah 2%. Bahkan jumlahnya dalam
rupiah sempat menurun. Sedangkan sebagai perbandingan di negara-negara
tetangga dan di beberapa negara maju masih bisa di atas 5%.

Indikator kedua; dari pasar pendengar, % Radio Reach (prosentase perbandingan


jumlah pendengar radio terhadap jumlah populasi penduduk) yang juga cenderung
menurun 10 tahun terakhir. Rata-rata % radio reach 50-60%. Dari angka tersebut
dapat diketahui bahwa saat ini dari 10 orang, hanya 5 hingga 6 orang yang masih
mau mendengarkan radio.

Dari indikator tersebut maka dibutuhkan adanya kondisi dimana didapatkan


jumlah penyelenggara penyiaran yang ideal dan optimal. Dibutuhkan pemetaan
terhadap market dan ketersediaan sumber daya frekuensi agar didapatkan
penyelenggaraan industri penyiaran yang efisien. Disamping itu diperlukan juga
adanya pola kerjasama khususnya apabila implementasi dari migrasi TV analog
ke digital telah dilaksanakan maka akan tercipta struktur industri yang baru yaitu
adanya penyelenggara Multiplexer dan penyelenggara konten siaran. Berdasarkan
hal tersebut dalam rangka menjalanakan funsi regulator DItjen PPI telah membuat
strategi untuk dapat men- drive dan mengarahkan program kerja ke arah kebijakan
terwujudnya efisiensi industri telekomunikasi, adapun dapat dijelaskan pada
diagram dibawah ini :

Kementerian Komunikasi dan Informatika 59


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

OUTCOME DRIVER 1 DRIVER 2 DRIVER 3

A.1.1.1
Gambar 3.5 A.1.1 Adanya evaluasi terhadap kebutuhan pemain
Driver Tree Program di industri penyiaran
Efisiensi Industri Terdapat angka Pemain di
Penyiaran Industri Penyiaran yang A.1.1.2
optimal/sesuai dengan pasar
Alokasi kebutuhan pemain di industri penyiaran
di tiap wilayah layanan
A.1.2
A.1.2.1
Terdapat kepemilikan
usaha yang anti-monopoli Adanya kebijakan yang mendukung keberagaman
di Industri Penyiaran kepemilikan lembaga penyiaran
A A.1
A.1.3
Efisiensi Persaingan A.1.3.1
industri Terdapat pemain di Industri
Industri Tata kelola Pengaturan penyelenggaraan penyiaran
yang sehat Penyiaran yang tertib
Penyiaran
A.1.4
A.1.4.1
Kerjasama pemanfaatan
infrastruktur Penggunaan jaringan existing oleh penyelenggara TV lainnya

Implementasi Migrasi TV Analog Ke Digital (ASO)

Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962 yang
ditandai dengan mulai beroperasinya Televisi Republik Indonesia (TVRI) dengan
siaran pertamanya adalah peringatan ulang tahun ke 17 proklamasi kemerdekaan
bangsa Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI
adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games ke
4 di Jakarta. Siaran TVRI sehubungan dengan Asian Games dikoordinir oleh
Organizing Comitte Asian Games IV yang dibentuk khusus untuk event olahraga,
di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12
November 1962 TVRI mengudara secara reguler setiap hari. Pada 1 Maret 1963
TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi
berbadan hukum yayasan melalui keputusan presiden RI nomer 215 tahun 1963.
Namun pada tahun 1981 dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi
menayangkan iklan. → mapping bisnis media yang dijalani operator

Mulai tahun 1988 TVRI mulai mendapat teman dalam penyiaran di Indonesia.
Pemerintah telah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia, yaitu
RCTI (1988), SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995), MetroTV
(2000), Trans7 (2001), TransTV (2001), TVOne (2002) dan GlobalTV (2002).

Siaran televisi digital di Indonesia sudah tidak dapat terelakkan lagi keberadaannya.
Sistem penyiaran digital merupakan perkembangan yang sangat pesat di dunia
penyiaran dimana terdapat peningkatan kapasitas layanan melalui efisiensi
pemanfaatan spektrum frekuensi radio. Sistem penyiaran televisi digital bukan
hanya mampu menyalurkan data gambar dan suara tetapi juga memiliki
kemampuan multifungsi dan multimedia seperti layanan interaktif dan bahkan
informasi peringatan dini bencana.

60 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Mulai awal tahun 2012, Indonesia melalui Peraturan Menteri Kominfo No. 05
tahun 2012, mengadopsi standar penyiaran televisi digital terestrial Digital
Video Broadcasting - Terrestrial second generation (DVB-T2) yang merupakan
pengembangan dari standar digital DVB-T yang sebelumnya ditetapkan pada
tahun 2007. Dalam hal ini, pemerintah berusaha untuk beradaptasi dengan
perkembangan teknologi yang begitu pesat dan menganggapnya sebagai suatu
peluang bagi pengembangan industri penyiaran nasional ke depan. Sebelum
menetapkan standar digital tersebut, pemerintah terlebih dahulu melakukan kajian
dan konsultasi publik dengan melibatkan para stakeholders terkait.

Penyiaran televisi digital terrestrial adalah penyiaran yang menggunakan frekuensi


radio VHF / UHF seperti halnya penyiaran analog, akan tetapi dengan format
konten yang digital. Dalam penyiaran televisi analog, semakin jauh dari stasiun
pemancar televisi signal akan makin melemah dan penerimaan gambar menjadi
buruk dan berbayang. Lain halnya dengan penyiaran televisi digital yang terus
menyampaikan gambar dan suara dengan jernih sampai pada titik dimana signal
tidak dapat diterima lagi. Singkat kata, penyiaran TV digital hanya mengenal dua
status: Terima (1) atau Tidak (0). Artinya, apabila perangkat penerima siaran digital
dapat menangkap sinyal, maka program siaran akan diterima. Sebaliknya, jika
sinyal tidak diterima maka gambar-suara tidak muncul.

Dengan siaran digital, kualitas gambar dan suara yang diterima pemirsa jauh lebih
baik dibandingkan siaran analog, dimana tidak ada lagi gambar yang berbayang
atau segala bentuk noise (bintik-bintik semut) pada monitor TV. Pada era
penyiaran digital, penonton TV tidak hanya menonton program siaran tetapi juga
bisa mendapat fasilitas tambahan seperti EPG (Electronic Program Guide) untuk
mengetahui acara-acara yang telah dan akan ditayangkan kemudian. Dengan
siaran digital, terdapat kemampuan penyediaan layanan interaktif dimana pemirsa
dapat secara langsung memberikan rating terhadap suara program siaran.

Salah satu visi Indonesia pada tahun 2045 adalah Indonesia yang maju dan
modern, dimana Indonesia menginginkan meraih urutan 8 besar dunia. Salah satu
aspek yang perlu dibenahi dalam mencapai Indonesia yang maju dan modern
adalah aspek penyiaran. Berdasarkan kesepakatan International Telecommunication
Union (ITU) melalui Geneva 2006 Frequency Plan Agreement, disepakati bahwa
tanggal 17 Juli 2015 merupakan batas waktu bagi Negara di seluruh dunia untuk
melakukan migrasi dari penyiaran analog menuju penyiaran digital.

Kesepakatan migrasi ini direspon positif oleh pemerintah melalui Kementrian


Komunikasi dan Informatika dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 22
tahun 2011. PM tersebut pada intinya memuat pembagian jenis penyelenggaraan
penyiaran menjadi 2, yaitu penyelenggara multiplexing dan penyelenggara konten
siaran, selanjutnya membagi wilayah Indonesia dalam zona-zona siaran dan
menyerahkan pengisian zona tersebut kepada swasta dengan jaminan pemerintah,
dan yang terakhir semua penyelenggara swasta yang memiliki izin penyelenggara
siara analog, secara otomatis memperoleh izin siara digital, walaupun tidak semua
penyelenggara swasta dapat menjadi penyelenggara multipleksing. Namun, pada
tanggal 26 September 2013 melalui keputusan Mahkamah Agung Nomor 38P/
HUM/2012, PM 22 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital

Kementerian Komunikasi dan Informatika 61


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) dibatalkan oleh Mahkamah
Agung. Banyak hal yang menjadi dasar dan pertimbangan Mahkamah Agung
membatalkan Peraturan Menteri tersebut, salah satunya karena PM nomor 22 tahun
2011 ini dianggap bertentangan dengan UU 32 tahun 2002 tentang penyiaran.
PM tersebut dianggap tidak memiliki dasar yuridis dan sandaran Undang-undang
yang berlaku.

Keputusan tersebut jelas membuat rencana analog switch-off pada sektor


penyiaran yang direncanakan pada Juli 2015 akan menjadi terganggu, selain
itu, sudah terdapat pemenang tender di beberapa zona yang sudah terlanjut
membangun infrastruktur multiplexer untuk menyediakan layanan siaran digital.
Potensi keterlambatan implementasi analog switch-off menimbulkan beberapa
kerugian bila dilihat dari beberapa perspektif, berikut potensi yang hilang akibat
potensi keterlambatan analog switch-off dari beberapa perspektif:
1. Perspektif Konsumen: Kualitas gambar dan suara lebih baik (jernih, tajam,
dan tidak ”bersemut”), pilihan program siaran lebih banyak (1 kanal bisa 12
program), layanan interaktif seperti (Electronic Program Guide/EPG, cuaca,
arus lalin, bahkan berbelanja), High Definition Television (HDTV), Early Warning
System (EWS);
2. Perspektif Lembaga Penyiaran: Efisiensi infrastruktur dan biaya operasional,
Potensi pendapatan sewa mux dari penyelenggara jasa siaran menjadi hilang
karena penyelenggara mux sudah membangun infrastruktur multiplexer
namun tidak mendapatkan pendapatan sewa dari penyelenggara jasa siaran.
3. Perspektif Industri Kreatif: Menumbuhkan industri konten kreatif dan inovatif.
4. Perspektif Industri Perangkat: Peluang industri manufaktur nasional untuk
memproduksi Set Up Box lokal.
5. Perspektif Pemerintah: Efisiensi penggunaan spektrum frekuensi radio (digital
devidend).

Potensi keterlambatan implementasi ASO tersebut bertentangan dengan rencana


yang disusun dan diharapkan dapat terealisasi terkait implementasi Digital Switch-
over di Indonesia. Berikut gambaran kondisi yang diharapkan pemerintah terkait
migrasi ke siaran TV Digital.

TAHAP I 2008-2013 TAHAP II 2008-2013 TAHAP III 2008-2013

• Uji coba lapangan maks. 1 tahun • Penghentian (cut off) • Penghentaian TV Analog secara
(2009) operasional TV analog di kota- total di seluruh Indonesia
• Perizinan baru untuk TV digital kota besar (Daerah Menuju (fully digital)
(2010) Ekonomi Maju/DEM)
• Moratorium izin baru TV baru • Percepatan izin baru TV digital
analog (2009–2010) di Daerah Ekonomi Kurang Maju
• Awal baru simulcast (DEKM)
(2010–2017) • Periode simulcast lanjutan
• Dukungan Industri dalam negeri (2010–2017) untuk DEKM
untuk Set Top Box (STB)

Gambar 3.6  Tahapan Implementasi Digitalisasi Sistem Penyiaran Indonesia

62 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Berdasarkan roadmap pada gambar di atas, jelas bahwa analog switch-off yang
diharapkan pemerintah sesuai dengan ketentuan batas waktu analog switch-off
oleh ITU yaitu pada tahun 2018.

Selain permasalahan digitalisasi penyiaran sebagaimana di jelaskan di atas.


terdapat beberapa isu lain pada industri penyiaran, baik isu dari sisi regulator,
maupun isu dari penyelenggara penyiaran itu sendiri. Seperti diketahui sebelumnya,
salah satu fokus Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam sektor penyiaran
dalam mendukung target pembangunan Indonesia adalah digitalisasi sistem
penyiaran nasional. Untuk menyiapkan digitalisasi agar dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka terdapat beberapa
ekosistem yang perlu dibentuk untuk mendukung digitalisasi tersebut.

Hal pertama yang akan menjadi fokus dalam menyiapkan agar target digitalisasi
sektor penyiaran dapat berjalan dengan baik adalah melakukan penataan industri
sektor penyiaran di Indonesia. Penataan industri penyiaran dilakukan dengan
menyusun landscape industri penyiaran berikut pengaturannya terkait merger &
akuisisi, pengaturan persaingan usaha, dan pengaturan lainnya. Secara umum,
berikut handicap kebijakan sektor penyiaran yang akan menjadi fokus dari regulator.

Handicap Regulasi Penyiaran

KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN


PASAR INFRASTRUKTUR & SD KONTEN PERIJINAN

Ekosistem industri dan pasar


• Roadmap dan • Penyederhanaan &
• Perkembangan teknologi dan industri struktur industri update layer lisensi
• Pemain lokal tidak berkembang • Merger dan akuisisi konvergensi
Pemanfaatan Frekuensi • Peluang usaha dan • Single frequency • Skema besar &
moratorium network update proses
• Optimalisasi penggunaan frekuensi • Persaingan usaha • Digital divident perijinan
• Indonesia Broadband Plan
• Penataan ulang • Review EUCS
Lisensi frekuensi • Migrasi Lisensi
• Refarming • Mekanisme
• Lisensi konvergensi
perijinan
• Mekanisme EUCS
• Monitoring &
Database Perizinan evaluasi
• Database belum sinkron dengan SIM-F • Sistem pelaporan
• Go online • Revitalisasi TVRI • Pengmbangan
• Penetapan tarif dan RRI database dan
Tarif sewa Mux • Kebijakan sikronisasi database
komitmen cakupan perijinan secara
• Kebutuhan tarif sewa Mux
• Belum optimalnya PNBP dari penyiaran layanan kepada keseluruhan
penyelenggara
Pemerataan cakupan layanan • Keamanan
Infrastruktur • Review biaya IPP
• Fokus pemerataan hanya di kota Nielsen & Perpanjangan
• Hanya TVRI dan RRI yang tumbuh di daerah penyiaran
• Manage service • Biaya administrasi
Digitalisasi Penyiaran • Multiplexing digital • Kewajiban PNBP
• Set Top Box • Pembinaan konten spektrum
• Penyelenggaraan era konvergensi digital
• TKDN lokal
• Perencanaan implementasi penyiaran digital
• Etika konten
Konten Penyiaran • OTT broadcasting

Gambar 3.7  Handicap kebijakan Penyiaran di Indonesia

Kementerian Komunikasi dan Informatika 63


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Gambar diatas menunjukkan adanya handicap pada regulasi saat ini yang
memerlukan rancangan kebijakan ke depan yang diterjemahkan dalam kebutuhan
regulasi penyiaran ke depan. Terdapat 8 handicap regulasi pada penyiaran yang
penyelesaiannya dapat diterjemahkan dalam kebutuhan adanya 4 kebijakan dasar
dalam sektor penyiaran yakni kebijakan pasar, kebijakan infrastruktur dan sumber
daya, kebijakan konten, dan juga kebijakan perizinan.

4 (empat) kebijakan tersebut diterjemahkan dalam pengaturan industri dalam


bentuk regulasi industri penyiaran guna melakukan perbaikan atas handicap yang
terjadi yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Handicap ekosistem industri dan pasar

Ekosistem industri dan pasar penyiaran berkembang ke arah digital yang akan
menciptakan suatu struktur industri yang baru yang melibatkan adanya pemain
baru seperti pemain mux dan juga penyedia konten yang semakin besar yang
diwarnai juga oleh pemain OTT penyiaran. Permasalahan yang juga terjadi
di industri penyiaran adalah pada dasarnya izin yang dikeluarkan ada setiap
daerah hingga kini dinilai belum optimal karena perizinan sangat mudah
diberikan dan berakibat pada rendahnya skala ekonomi industri penyiaran
pada banyak daerah, karena besarnya jumlah penyelenggara siaran lokal
dibandingkan dengan rendahnya skala ekonomi penyiaran di daerah tersebut
(pendapatan dari iklan) sehingga banyak penyelenggara siaran yang tidak
memperoleh profit dan benefit atas izinnya dan pada akhirnya dibeli oleh
pemain nasional yang kuat.

Handicap tersebut perlu diselesaikan dengan kebijakan pasar yakni:


a. Roadmap industri dan struktur penyiaran digital
b. Merger dan akuisisi
c. Peluang usaha dan moratorium
d. Persaingan usaha

2. Handicap pemanfaatan spektrum frekuensi

Spektrum frekuensi merupakan resource yang sangat dominan dalam


teknologi nirkabel baik telekomunikasi maupun penyiaran, permasalahan yang
terjadi pada industri penyiaran yang menyelenggarakan layanan nirkabel pada
spektrum frekuensi 700 Mhz memiliki keterkaitan dengan rencana digitalisasi
teknologi yang dapat menghemat penggunaan spektrum frekuensi dimana
kanal penyiaran 8 MHz apabila dipergunakan untuk teknologi analog hanya
dapat dipergunakan untuk 1 penyelenggara siaran saja, namun apabila
digunakan teknologi digital dapat membawa hingga 8 konten siaran.

Digitalisasi pada spektrum frekuensi 700 MHz juga bermanfaat untuk roadmap
pita lebar Indonesia yang juga semakin memerlukan spektrum frekuensi
yang lebih lebar, dan dinilai spektrum frekuensi 700 MHz sangat potensial
untuk penyelenggaraan pita lebar nirkabel dengan teknologi LTE (Long Term
Evolution).

64 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Handicap spektrum frekuensi akan diselesaikan dengan kebijakan sumber


daya sebagai berikut:
a. Single Frequency Network dan atau Multi Frequency Network
b. Penataan ulang spektrum frekuensi
c. Digital divident
d. Frequency refarming

3. Handicap perizinan dan database perizinan

Pada era digital, perubahan teknologi akan merubah struktur industri digital
yakni dengan adanya pemain tambahan yang menyelenggarakan mux. Era
konvergensi juga akan membawa penyelenggara LPB yang tadinya murni
penyelenggara penyiaran namun bersifat penyelenggara telekomunikasi
konvergensi yang menyediakan konten penyiaran karena LPB menggunakan
infrastruktur telekomunikasi.

Begitu juga dengan database perizinan penyiaran yang masih belum optimal
dalam mengelola data-data izin penyiaran, yang ke depan harus disinkronkan
dengan database spektrum frekuensi dan juga perizinan yang online sehingga
memudahkan dalam proses perizinan, memberikan transparansi dan juga
pelayanan publik yang lebih optimal.

Handicap pada perizinan dan database perizinan diatasi dengan kebijakan


perizinan dengan berbagai regulasi sebagai berikut:
a. Penyederhanaan & update layer lisensi konvergensi
b. Skema besar & update proses perijinan
c. Review EUCS
d. Migrasi Lisensi
e. Mekanisme Perijinan
f. Monitoring & Evaluasi
g. Sistem pelaporan
h. Pengembangan database dan sinkronisasi database perijinan secara
keseluruhan

4. Handicap tarif

Handicap tarif meliputi adanya kebutuhan untuk penetapan tarif mux yang
optimal bagi industri penyiaran, dimana tarif yang berlaku merupakan tarif
yang memberikan benefit bagi seluruh pihak yakni penyelenggara multipleks
dan juga lembaga penyiaran yang menyewa mux.

Handicap lainnya adalah belum optimalnya PNBP dari sektor penyiaran yang
menggunakan spektrum frekuensi yang sangat terbatas dan juga PNBP dari
perizinan penyiaran, contohnya biaya izin yang sama antar pemain lokal
dan pemain nasional, biaya spektrum frekuensi yang masih sangat rendah
apabila dibandingkan dengan nilai spektrum apabila diterapkan pada industri
telekomunikasi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 65


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Handicap tarif akan dimerupakan permasalahan yang akan muncul ke depan


yang akan diselesaikan dengan kebijakan dan regulasi sebagai berikut:
a. Review Biaya IPP & Perpanjangan
b. Biaya Administrasi
c. Kewajiban PNBP Spektrum
d. Penetapan tarif sewa Mux

5. Handicap pemerataan cakupan layanan dan digitalisasi penyiaran

Permasalahan utama penyelenggaraan penyiaran di Indonesia adalah terkait


belum meratanya cakupan layanan penyiaran di Indonesia yang harus
dipecahkan secara bersama oleh pemerintah bersama dengan partisipasi dari
seluruh penyelenggara penyiaran di Indonesia.

Sedangkan permasalahan terkait digitalisasi penyiaran adalah adanya


hambatan yang terjadi pada rencana digitalisasi penyiaran yakni masalah
penyelenggaraan penyiaran pada era digital dan rencana implementasi
penyiaran digital yang masih memerlukan sinkronisasi antara pemerintah
dengan industri penyiaran yakni Lembaga Penyiaran dan juga terhadap
penyedia konten penyiaran ke depan.

Handicap pemerataan cakupan layanan dan digitalisasi penyiaran tersebut


akan diselesaikan dengan rencana kebijakan dan regulasi sebagai berikut:
a. Revitalisasi TVRI dan RRI
b. Kebijakan Komitmen cakupan layanan kepada penyelenggara
c. Keamanan infrastruktur penyiaran
d. Multiplexing digital
e. Set Top Box
f. TKDN

6. Handicap konten penyiaran

Konten penyiaran merupakan hal yang sangat krusial bagi industri penyiaran
karena konten merupakan informasi yang disampaikan kepada masyarakat
dan wajib memenuhi kriteria konten yang sehat, begitu juga dengan kekuatan
dari penyedia konten lokal yang membawa kearifan lokal dan budaya lokal
harus mampu bersaing dengan konten-konten dari luar negeri.

Handicap konten penyiaran akan diatasi dengan kebijakan dan regulasi


sebagai berikut:
a. Pembinaan konten lokal
b. Etika konten
c. OTT broadcasting

Saat ini, sebagai regulator, Kementrian Komunikasi dan Informasi Teknologi


(“Kemkominfo”) membentuk tim yang terdiri dari dua direktorat PPI dan
SDPPI, untuk memimpin pelaksanaan, memantau dan melaporkan kemajuan
dalam pelaksanaan progam ini. Para pihak yang telah ditunjuk ini diharapkan
mampu bekerja sama untuk menjamin keberhasilan program ini. Dilihat dari

66 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

kebutuhan yang ada, maka migrasi ini merupakan keadaan yang mendesak
dimana diperlukan kerjasama yang terintegrasi serta langkah-langkah pasti
untuk melakukan percepatan implementasi digitalisasi penyiaran televisi.

Untuk merealisasikan Migrasi TV Analog ke Digital pada tahun 2019 dan


menghasilkan digital dividend, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
pemerintah (dengan dukungan para pihak yang berkepentingan) akan
berfokus ke beberapa aspek utama yaitu:

1. Landasan hukum

Mempersiapkan serta melaksanakan undang-undang penyiaran yang


saat ini masi dalam proses revisi. .

2. Infrastruktur dan pengelolaan frekuensi

Optimalisasi infrastruktur TV digital dilakukan baik untuk perangkat


pemancar dan perangkat penerima siaran TV digital dengan tujuan
mempercepat proses migrasi analog ke digital. Persiapan perangkat
pemancar ini berfokus kepada 3 hal utama yaitu pengalokasian frekuensi
yang efisien, pembangunan infrastruktur mux, dan perangkat penyiaran.
Sedangkan, persiapan perangkat penerima bertujuan untuk memastikan
agar seluruh masyarakat dapat memiliki perangkat untuk menonton TV
Digital, mengingat Indonesia masih didominasi oleh penggunaan TV
analog.

3. Penyelenggaraan industri penyiaran

Dalam pengimplementasian program digitalisasi, diperlukan adanya


penyusunan konsep model bisnis penyiaran yang jelas, yang
masing-masing memiliki tanggung jawab tersendiri, baik sebagai
penyedia infrastruktur dan/atau lembaga penyiaran dan/atau operator
infrastruktur. Oleh karena itu Kemkominfo akan mengambil langkah
untuk mempersiapkan model bisnis yang optimal. Tanpa terbatas oleh
model bisnis yang ditentukan, pihak yang berperan sebagai operator
infrastruktur akan bekerja sama dengan Kemkominfo untuk melakukan
perencanaan konten TV Digital.

4. Sosialisasi

Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat untuk


menyambut era TV Digital, pemerintah telah melakukan sosialisasi
melalui Billboard TV Digital di beberapa kota besar, seperti Jakarta,
Bandung dan Surabaya. Sosialisasi juga dilakukan melalui media sosial
twitter dengan mem-follow @TVDigital_IDN juga Fan Page Facebook
TV digital.Kominfo. Namun program sosialisasi ini belum bekerja secara
efektif yang dibuktikan dengan rendahnya kesadaran masayarakat akan
program digitalisasi ini. Oleh karena itu, Kemkominfo harus mengambil
langkah untuk menerapkan program sosialisasi dengan cakupan yang
lebih luas hingga skala nasional mengingat penonton TV di Indonesia
tidak hanya terbatas pada kota besar saja.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 67


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

5. Realisasi Digital Dividend

Di akhir program, ketika Migrasi TV Analog ke Digital telah diimplemen­


tasikan secara menyeluruh, maka Kemkominfo akan mengambil langkah
selanjutnya untuk mengalokasikan frekuensi yang dibebaskan untuk
kepentingan lain seperti telekomunikasi 4G dan Tanggap Darurat (Public
Protection and Disaster Relief (PPDR)).

Landasan Hukum

Infrastruktur
dan Pengelolaan
Frekuensi
5
ASPEK
UTAMA
Penyelenggaraan
Industri
Penyiaran

DIGITALISASI
PENYIARAN
TELEVISI

Sosialisasi Realisasi
Digital
Dividend

Gambar 3.8  Lima Aspek Utama Digitalisasi Penyiaran Televisi

Tujuan ASO

Menghasilkan Digital Dividend dari efisiensi sprektrum frekuensi radio yang


dihasilkan oleh migrasi dari TV Analog ke TV Digital yang dapat digunakan untuk
menghasilkan telekomunikasi 4G, memperluas jangkauan frekuensi ke daerah rural
dan merealisasikan Tanggap Darurat (Public Protection and Disaster Relief (PPDR))

Sasaran ASO
1. Terdapat landasan hukum yang memadai
2. Tersedianya infrastruktur untuk proses digitalisasi penyiaran televisi.
3. Memastikan kesiapan lembaga penyiaran dan operator mux terkait konten
dan penyiaran digital.
4. Penerimaan masyarakat akan implementasi digitalisasi penyiaran televisi
5. Terealisasinya digital dividend.Menyiapkan infrastruktur TV Digital

Manfaat ASO

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta


membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan.

68 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Penerima Manfaat ASO

Secara garis besar, penerima manfaat bagi pelaksanaan program Migrasi TV


Analog ke Digital yaitu:
1. Pemerintah.
2. Lembaga Penyiaran.
3. Produsen serta distributor Televisi dan Penyiaran
4. Masyarakat

Pihak Terkait Manfaat ASO

Secara lebih detail, terdapat juga lembaga-lembaga lain yang terkena dampak dan
berperan dalam proses pelaksanaan Migrasi TV Analog ke Digital seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini.

Other intersted parties

Pay-TV Content
Operators Providers
Key Suppliers

Reviewer Manufactures

Key Stakeholders
Advertisers Spectrum
Government
Owner Users

Site Digital Eqipment


Owners Regulator(s) Migration Broadcaster(s) Vendors

International Public/
and Regional Retailer/ Consumer Goods Standard
Organisations Network
Instaler Operators Bodies

Mobile
Network Operators

Gambar 3.9  Pihak-Pihak yang Berperan dalam Migrasi TV Analog ke Digital

Dalam rangka meningkatkan upaya penyelarasan program kerja dengan visi dan
misi Kemkominfo, maka dibutuhkan pendekatan yang berbasis kebutuhan untuk
memastikan manfaat yang dicapai selara dengan proyek-proyek yang disusun.
Berdasarkan hasil diskusi dengan Direktorat SDPPI dan PPI maka telah disusun
suatu pohon kebutuhan (driver-tree) untuk memetakan daftar proyek dan aktivitas.
Selaras dengan manfaat yang ingin dicapai, telah diidentifikasi hal-hal yang perlu
dilakukan. Berikut adalah driver-tree yang dimaksud :

Kementerian Komunikasi dan Informatika 69


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

OUTCOME DRIVER 1 DRIVER 2 DRIVER 3

A1.1

Optimalisasi dan sinkronisasi sistem


A1 jaringan nasional (SFN/MFN)

Penataan frekuensi
TV digital A1.2

Penataan frekuensi untuk penyedia


layanan TV digital nasional

A2.1

Perencanaan dan pembangunan


infrastruktur penyiaran digital,
termasuk penunjukan operator

A2
A A2.2
Optimalisasi
Digital Dividend dan Tersedianya infrastruktur dan pengadaan Standardisasi dan evaluasi perangkat
Realisasi Mobile Broadband dan pengelolaan frekuensi TV Digital perangkat siaran penyiaran TV Digital
TV Digital
A2.3

Pengadaan perangkat penerima siaran


TV Digital nasional bagi masyarakat
kurang mampu

A3.1

Penghentian siaran TV Analog


A3 secara bertahap
Percepatan konversi
digital
A3.2

Pembuatan Task Force ASO

B1
B B1.1
Tersedianya akses
Tersedianya informasi informasi yang Sosialisasi strategis ASO dalam
yang jelas bagi masyarakat merata bagi skala nasional
masyarakat

Gambar 3.10 Driver Tree Program Implementasi TV Analog ke Digital (Analog Switch Off) (1/2)

70 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

OUTCOME DRIVER 1 DRIVER 2 DRIVER 3

C1.1

Penentuan model bisnis penyiaran


C1
C (Roadmap Industri Penyiaran TV)
Persiapan Lembaga
Tersedianya model bisnis
Penyiaran dan
industri penyiaran yang jelas C1.1
operator mux
Migrasi konten ke TV Digital secara
bertahap dalam skala nasional

D1 D1.1
D
Optimalisasi Alokasi Digital Dividend
Digital Dividend dan
Realisasi digital dividend realisasi digital untuk operator telekomunikasi mobile
Realisasi Mobile Broadband
dividend broadband dan Tanggap Darurat

E1
E E1.1
Tersedianya
Tersedianya landasan hukum landasan hukum Revisi UU Penyiaran
sebagai basis
penyelenggaraan

Gambar 3.10 Driver Tree Program Implementasi TV Analog ke Digital (Analog Switch Off) (2/2)

Kementerian Komunikasi dan Informatika 71


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

3.3.4 Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran

Setelah dijelaskan arah kebijakan dan strategi yang ingin dicapai oleh Direktorat
Jenderal PPI seperti yang telah dijelaskan di atas, maka langkah selanjutnya
adalah menyusun instrumen regulasi yang dibutuhkan oleh Ditjen PPI untuk
mendukung Ditjen PPI dalam mencapai arah kebijakan dan strategi sebagaimana
disebutkan di atas. Kerangka regulasi masing-masing sektor ini diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan sektor-sektor tersebut dalam upayanya meningkatkan
pemanfaatan TIK oleh masyarakat guna meningkatkan perekonomian negara serta
meningkatkan daya saing bangsa.

Bidang Pos

Fokus sektor Pos Nasional dalam 5 tahun ke depan adalah revitalisasi PT. Pos
sebagai BUMN sektor logistik, penyehatan persaingan usaha dan kompetisi
penyelenggaraan layanan Pos, peningkatan kualitas Pos nasional, dan kerjasama
penyelenggaraan Nasional.

Tabel 3.1  Kebijakan dan Regulasi Bidang Pos

No Regulasi yang Dibutuhkan Tujuan Regulasi

1 Regulasi persaiangan usaha/ Regulasi pengaturan/regulasi tentang pencegahan terjadinya persaingan


kompetisi usaha tidak sehat dan pemberian sanksi terhadap pihak yang melakkukan
pelanggaran

2 Regulasi standarisasi teknis pos Regulasi ini dibuat akan dijadikan sebagai rujukan standar bidang pos
termasuk standarisasi pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi
dan produktifitas dalam proses bisnis pos

3 Regulasi kerja sama pos domestik Membuat pengaturan/panduan tentang kerjasama antar penyelenggara
pos dalam sistem distribusi untuk mendukung sistem logistik nasional yang
dijalankan guna menghadapi pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN
dibidang logistik pos.

4 Regulasi pemanfaatan properti Regulasi bertujuan untuk memberi aturan mengenai pemilikan properti
penyelenggara pos penyelenggara pos dalam rangka mendukung sistem logistik nasional dan
mendukung silognas dalam mengahadapi pelaksanaan MEA.

5 Regulasi penyehatan pos nasional Regulasi bertujuan rangka penyiapan menghadapi keterbukaan pasar yang
pendanaannya dialokasikan dari APBN

6 Regulasi keterhubungan/ kemitraan Regulasi bertujuan untuk memberi arahan mengenai mekanisme bentuk
antar penyelenggara pos LPU keterhubungan/ kemitraan antar penyelenggara LPU beserta mekanisme
jika terjadi perselisihan/ dispute antar penyelenggara.

7 Regulasi Interkoneksi antar Regulasi bertujuan untuk mendorong adanya efisiensi dalam industri pos
penyelenggara Pos dengan melakukan sharing pemanfaatan infrastrutkur yang dimiliki oleh
masing-masing penyelenggara pos

Bidang Telekomunikasi

Fokus pemerintah pada sektor telekomunikasi di masa transisi menuju industri


ideal adalah terkait penyederhanaan jumlah penyelenggara telekomunikasi melalui
konsolidasi dan reposisi, serta permasalahan efisiensi industri terkait pemanfaatan
jaringan telekomunikasi dan pengembangan coverage layanan broadband
nasional. Untuk menciptakan terwujudnya hal tersebut diatas, maka diperlukan ber­
bagai regulasi yang mendukung dalam sektor telekomunikasi antara lain adalah:

72 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Tabel 3.2  Kebijakan dan Regulasi Bidang Telekomunikasi

No Regulasi yang Dibutuhkan Tujuan Regulasi

1 Regulasi Persaingan Usaha Tujuan dari regulasi ini adalah agar penyelenggara telekomunikasi dapat
bersaing secara sehat dalam menyediakan layanan telekomunikasi. Secara
detail regulasi ini perlu mengatur terkait penetapan pasar yang bersangkutan,
penetapan penyelenggara dominan dan non dominan pada masing-masing
jenis pasar yang bersangkutan. Dengan begitu pemerintah dapat menetapkan
regulasi yang berbeda pada masing-masing jenis pasar guna meningkatkan
efektivitas penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia.

2 Reguasi Penyelenggaraan Jaringan Regulasi ini dibutuhkan agar pasar pada layer jaringan didorong untuk men­
Telekomunikasi jadi monopoli alamiah dengan menggunakan beberapa kebijakan, seperti
komitmen minimum dan modal minimum. Dengan begitu, penyelenggaraan
pada layer jaringan (baik fasilitas jaringan maupun layanan jaringan) akan
lebih sedikit dan mendorong efisiensi industri. Selain itu dalam rangka men­
dorong perluasan wilayah layanan perlu dibuat kebijakan pembangunan dan
penyediaan jaringan yang dapat tersebar merata di seluruh pelosok Indonesia

3 Regulasi Penyelenggaraan Jasa Regulasi penyelenggaraan jasa telekomunikasi dibutuhkan agar penyelenggara
Telekomunikasi jasa telekomunikasi dalam menyediakan layanannya didorong untuk me­
manfaatkan jaringan milik penyelenggara jaringan dengan beberapa skema
yang ditawarkan oleh regulator. Pada layer jasa, maka akan didorong untuk
kompetisi penuh, sehingga pemerintah akan fokus pada perlindungan
pengguna layanan.

4 Regulasi Penggunaan Infrastruktur Regulasi penggunaan infrastruktur secara bersama dan keterbukaan akses
secara Bersama dan keterbukaan dibutuhkan oleh penyelenggara pada masa transisi agar mendorong efisiensi
akses dalam Penyelenggaraan dalam penggunaan sumber daya telekomunikasi.
Telekomunikasi

5 Regulasi Kartu Perdana, Voucher, Regulasi ini bertujuan agar penyelenggara telekomunikasi menjual kartu
Merek Produk, dan Paket Layanan perdana berdasarkan biaya produksi dan dengan memperharikan nilai
deposit didalamnya. Hal lainnya adalah agar pengguna dapat dengan mudah
melakukan migrasi dari satu paket layanan ke paket layanan lainnya, dari
satu merek produk ke merek produk lainnya, dan dari kartu pra-bayar ke
kartu pasca bayar. Hal tersebut diharapkan akan mengurangi tingkat churn
pengguna layanan serta dalam rangka melakukan efisiensi penomoran

6 Regulasi MVNO Regulasi MVNO bertujuan untuk memberikan pilihan layanan kepada
pengguna melalui layanan telekomunikasi yang ditawarkan oleh MVNO
dengan menggunakan jaringan milik penyelenggara seluler. Regulasi MVNO
ini juga bertujuan untuk memfasilitasi penyelenggara jaringan telekomunikasi
yang ingin melakukan reposisi menjadi penyelenggara jasa telekomunikasi.

7 Regulasi Interkoneksi Regulasi ini bertujuan untuk mengakomodir beberapa perubahan mendasar
yang berpengaruh terhadap perhitungan biaya interkoneksi, sehingga lebih
menggambarkan biaya aktual penyediaan layanan interkoneksi oleh masing-
masing penyelenggara. Serta bertujuan untuk meningkatkan akurasi hasil
perhitungan biaya interkoneksi.
Selain itu dengan berkembangnya teknologi jaringan berbasis IP, maka perlu
dipersiapkan kebijakan dan regulasi terkait interkoneksi IP

8 Regulasi Tarif Semangatnya adalah menciptakan kebijakan tarif broadband yang affordable
dan rasional bagi pelanggan serta mencegah terjadinya predatory pricing yang
dapat memicu persaingan usaha tidak sehat yang mengakibatkan sebagian
besar penyelenggara telekomunikasi mengalami kerugian dan merugikan
perkembangan industri kedepan.
Kebijakan tarif tersebut antara lain menyangkut kebijakan tarif retail layanan
voice pada jaringan Fixed dan selular, kebijakan tarif layanan data dan
broadband, serta kebijakan tarif sewa jaringan

Kementerian Komunikasi dan Informatika 73


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

No Regulasi yang Dibutuhkan Tujuan Regulasi


9 Regulasi Penomoran Mendorong terciptakan efisiensi penggunaan serta alokasi penomoran yang
dapat mendorong terjadinya efisiensi industri termasuk kebijakan penomoran
dengan berkembangnnya teknologi IP

10 Regulasi Market Review dan Regulasi ini sebagai dasar dalam melakukan analisis industri dan mengetahui
Analysis bagaimana kinerja industri secara menyeluruh. Dengan mengetahui kinerja
industri secara menyeluruh maka akan lebih mudah bagi Pemerintah dalam
membuat kebijakan dalam pengembangan industri

11 Regulasi Percepatan Pengembangan Regulasi ini nantinya akan berbentuk Inpres, yang tujuannya secara langsung
Infrastruktur Pita Lebar mengintruksikan kepada stakeholder industri telekomunikasi (pemerintah dan
penyelenggara telekomunikasi) untuk melakukan koordinasi dalam upaya
percepatan pengembangan infrastruktur dan aplikasi broadband nasional.

12 Regulasi Pengembangan Ekosistem Rendahnya penetrasi dan utilisasi layanan pita lebar tidak hanya disebabkan
Pita Lebar oleh terbatasnya jaringan pita lebar yang tersedia tetapi juga karena belum
terbentuknya ekosistem pita lebar yang dapat mendorong berkembangnya
layanan pita lebar. Perlu kebijakan dan regulasi pengembangan ekosistem
pita lebar yang dapat mendorong dan mempercepat peningkatan penetrasi
dan utilisasi pita lebar di seluruh Indonesia.

Bidang Penyiaran

Dalam mendukung program kerja Ditjen PPI di bidang Penyiaran diperlukan


berbagai regulasi yang mendukung dalam sektor pernyiaran terutama terkait
kebijakan dan regulasi untuk menciptakan efisiensi industri penyiaran, migrasi
penyelenggaran penyiaran analog menjadi penyelenggaraan penyiaran digital serta
kebijakan digital dividen antara lain:

Tabel 3.3  Kebijakan dan Regulasi Bidang Penyiaran

No Regulasi yang DIbutuhkan Tujuan Regulasi

1 Regulasi pengaturan kualitas Regulasi ini mengatur bagaimana penyelenggara mux siaran memberi kualitas
layanan siaran TV dan radio digital siaran yang baik sesuai dengan standar yang disyaratkan

2 Regulasi Lembaga siaran Komunitas Regulasi yang mengatur lebaga siaran komunitas tentang cara perizinan, tata
cara siaran dan pendanaan

3 Regulasi TKDN perangkat TV Digital Regulasi ini dibutuhkan agar perangkat TV digital, baik perangkat Televisi, Set
up Box, dan perangkat pendukung lainnya mengandung TKDN. Hal tersebut
dibutuhkan guna mendorong industri perangkat TV digital dalam negeri
juga berkembang seiring dengan rencana analog switch-off yang sudah di
depan mata.

4 Regulasi penyehatan RRI dan TVRI Regulasi ini bertujuan agar TVRI dan RRI dapat eksis serta memilki konten
yang menarik bagi masyarakat Indonesia

5 Regulasi peluang usaha dan Regulasi ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi KPI dan KPID dalam
moratorium memberikan izin penyiaran kepada pemohon izin, terkait dengan aturan
untuk menentukan kebijakan peluang usaha dan moratorium baik lokal
maupun nasional

6 Regulasi persaingan usaha Regulasi ini bertujuan untuk menjaga iklim kompetisi pada penyelenggaraan
penyiaran di Indonesia. Mengatur mengenai perangkat bagi regulator untuk
mengawasi kompetisi dan tindakan apabila terjadi praktek anti kompetisi.

7 Regulasi Penyelenggaran Regulasi ini bertujuan untuk meregulasi penyelenggara multipleks terkait
Multipleksing dengan tarif, komitmen penyelenggaraan, kerjasama, kewajiban layanan,
dan lain sebagainya

74 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

No Regulasi yang DIbutuhkan Tujuan Regulasi


8 Regulasi penyelenggaraan TV digital Regulasi ini bertujuan untuk menyusun kerangka regulasi yang diperlukan
dalam penyelenggaraan TV digital di Indonesia baik yang menyangkut perizinan,
alokasi frekuensi, IPP, model bisnis, sharing channel dan lainnya.

9 Regulasi konten dan OTT Penyiaran Regulasi ini bertujuan untuk meregulasi konten penyiaran baik lokal, nasional,
konten luar negeri dan juga konten yang berupa OTT penyiaran

10 Regulasi komitmen penyelenggara Regulasi komitmen penyelenggara penyiaran ditujukan untuk meningkatkan
jangkauan layanan maupun jaringan penyiaran, serta kualitas layanan penyiaran
kepada masyarakat

11 Regulasi Set Top Box Regulasi set top box bertujuan untuk dapat mengatur pengembangan teknologi
set top box dan juga terkait dengan faktor keamanan serta standarisasi set
top box

3.3.5 Strategi dan Implementasi Pembangunan Infrastruktur dan Aksesibilitas

Pembangunan infrastruktur guna meningkatkan aksesibilitas layanan pos dan


informatika di Indonesia saat ini merupakan prioritas pemerintah melalui Kementrian
Komunikasi dan Informatika. Pembangunan dilakukan baik di wilayah perkotaan,
perdesaan, maupun wilayah terpencil, terluar, dan terdepan guna menjamin seluruh
masyarakat mendapatkan akses layanan pos dan informatika. Semakin tinggi
penetrasi infrastruktur layanan pos dan informatika diyakini akan meningkatkan
daya saing bangsa apabila layanan tersebut dapat dimanfaatkan secara produktif
oleh masyarakat.

Pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas terbagi menjadi 2 fokus utama, yaitu:


1. pembangunan infrastruktur di wilayah perdesaan dan wilayah terpencil, terluar,
terdepan;
2. pembangunan infrastruktur yang sifatnya kebutuhan masyarakat baik di
perkotaan maupun perdesaan.

Pembangunan pada wilayah perdesaan dan wilayah terpencil, terluar, terdepan


yang tertinggal bidang telekomunikasi dilakukan melalui Universal Service
Obligation (USO). Seperti diketahui pelaksanaan USO dinilai banyak pihak masih
kurang efektif, sehingga membutuhkan suatu reformasi pelaksanaan USO. Kajian
mengenai skema non-cash USO oleh penyelenggara telekomunikasi akan dikaji
lebih lanjut, apabila hal tersebut dinilai dapat lebih efektif dalam menyelesaikan
permasalahan digital devide di Indonesia.

Selanjutnya terkait pelaksanaan Public Servive Obligation (PSO) yang dilakukan


untuk menyediakan jasa pos sesuai yang dilakukan untuk kantor pos cabang
layanan pos universal (KPC-LPU). Kedepan, guna meningkatkan akses layanan
keuangan di seluruh wilayah Indonesia, terutama untuk masyarakat berpenghasilan
mengenah ke bawah, maka layanan keuangan oleh PT. Pos harus dikembangkan.
Hal tersebut sangat penting guna memudahkan masyarakat meningkatkan produk­
tivitas melalui penyediaan layanan keuangan yang terjangkau oleh masyarakat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 75


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Kedua, terkait pembangunan infrastruktur yang sifatnya merupakan kebutuhan


masyarakat, seperti halnya layanan Emergency Call dan Public Protection Disaster
Relief (PPDR). Kedua sistem tersebut diyakini merupakan kebutuhan mendesak
masyarakat saat ini yang diyakini akan meminimalisir jatuhnya korban jiwa akibat
tindak kriminal ataupun bencana alam. Dibutuhkan sinergitas antar seluruh
stakeholder guna membangun sistem ini, baik pemerintah, regulator, maupun
penyelenggara pos dan informatika.

3.3.6 Strategi Pengawasan dan Pengendalian

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan salah satu fungsi dari Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang meliputi kegiatan pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian serta penegakan hukum.

Dalam pelaksanannnya, kegiatan pengawasan meliputi kegiatan monitoring dan


evaluasi terhadap seluruh penyelenggaraan pos dan informatika agar pe­nyel­eng­
garaannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Fungsi monitoring dan evaluasi penyelenggara pos dan informatika meliputi


kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pemenuhan seluruh kewajiban penye­
lenggara sebagaimana tertuang dalam peraturan perundangundangan dan
komitmen yang tertuang dalam izin penyelenggaraan. Seluruh kewajiban dan
komitmen penyelenggara pos dan informatika wajib dilaporkan secara berkala
dalam bentuk laporan penyelenggaraan untuk dilakukan verifikasi dan pengecekan
guna penilaian capaian komitmen dan kewajiban. Hasil dari monitoring dan
evaluasi digunakan sebagai rekomendasi pembaharauan izin maupun penetapan
sanksi admistratif sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang bertujuan untuk memberikan bim­


bingan dan pembinaan terhadap seluruh penyelenggara pos dan informatika,
yang kegiatannnya meliputi: pemberian sosialisasi, asistensi dan bimbingan teknis
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pos dan informatika. Tujuannya adalah untuk
menjaga agar iklim industri pos dan informatika dapat tumbuh dan berkembang
serta dapat berdaya saing baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.

Fungsi pengendalian juga dilaksanakan melalui penegakan hukum (low inforce­


ment) terhadap seluruh pelanggaran penyelenggaraan pos dan informatika. Tujuan
penegakan hukum ini adalah untuk memberikan kepastian hukum, mengurangi
potensi kerugian negara, melindungi industri, melindungi konsumen dan menjamin
tertib penyelenggaraan pos dan informatika.

3.3.7 Dukungan Manajemen

Dukungan manajemen sangat diperlukan dalam memastikan bahwa setiap tugas


dan fungsi yang menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Pos dan Informatika dapat terlaksana dengan baik. Pemanfaatan ICT dalam
operasional Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika merupakan
suatu bentuk dukungan manajemen yang efektif dan efisien membantu Dirjen PPI
dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Seperti halnya, pemanfaatan ICT dalam
mengurus perizinan penyelenggaraan pos dan informatika.

76 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Dukungan manajemen yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan melakukan
reformasi birokrasi yang menyeluruh terhadap semua struktur organisasi dan
kelembagaan Dirjen PPI.

REFORMASI BIROKRASI

Undang-undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional 2005-2025 mengamanatkan bahwa pembangunan aparatur
Negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk mendukung keberhasilan
pembangunan bidang lainnya. Sebagai wujud komitmen nasional untuk melakukan
reformasi birokrasi, pemerintah telah menetapkan reformasi birokrasi dan tata
kelola pemerintahan menjadi prioritas utama dalam Perpres Nomor 5 tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

Makna reformasi birokrasi adalah: Perubahan besar dalam paradigma dan tata
kelola pemerintahan Indonesia;Pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan abad ke-21; Berkaitan dengan ribuan proses tumpang tindih
antar fungsi-fungsi pemerintahan, melibatkan jutaan pegawai, dan memerlukan
anggaran yang tidak sedikit; Upaya menata ulang proses birokrasi dari tingkat
tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah
bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar kebiasaan/ rutinitas
yang ada, dan dengan upaya luar biasa; Upaya merivisi dan membangun berbagai
regulasi,memodernkan berbagai kebijakan dan praktek manajemen pemerintah
pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan
paradigma dan peran baru.

Atas dasar makna, tersebut, pelaksanaan reformasi birokrasi diharapkan dapat


mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan
publik oleh pejabat di instansi yang bersangkutan; Menjadikan Negara yang
memiliki birokrasi yang bersih, mampu, dan melayani; Meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat; meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan
kebijakan/program instansi; Meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam
pelaksanaan semua segi tugas organisasi; menjadikan birokrasi Indonesia
Antisipasi, proaktif, dan efektif dalam menghadapi globalisasi dan dinamika
perubahan lingkungan strategis.

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintahan di Indonesia pada dasarnya dimulai


sejak akhir tahun 2006 yang dilakukan melalui project di Kementerian Keuangan,
Mahkamah Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Sejak itu, dikembangkan
konsep dan kebijakan Reformasi Birokrasi yang komprehensif yang ditetapkan
dengan Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Tahun 2010 – 2025 kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkan Peraturan
Menteri PAN dan RB No. 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
2010-2014 yang saat ini telah diperbaharui menjadi Peraturan Menteri PAN dan RB
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 - 2019.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 77


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Sasaran Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 – 2019 tidak banyak meng­
alami perubahan dari tahun 2010 – 2014 yang difokuskan kepada birokrasi
yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien dan memiliki pelayanan publik
berkualitas, hal ini telah disesuaikan dengan visi – misi Nawacita Presiden RI.
Penilaian capaian reformasi birokrasi masih berdasarkan pada 9 (sembilan)
area implementasi kebijakan RB nasional, yaitu : Mental Aparatur Manajemen
Perubahan, pengawasan, akuntabilitas, kelembagaan, tatalaksana, SDM ASN,
Peraturan Perundang – undangan dan Pelayanan Publik serta monitoring dan
evaluasi. Dasar hukum dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi telah
ditetapkan beberapa PM PAN dan RB dari No. 7 sampai dengan No. 15 yang
meliputi pedoman tentang Pengajuan dokumen usulan sampai dengan mekanisme
persetujuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tunjangan kinerja.

PERIZINAN ONLINE

Salah satu tugas dan fungsi Ditjen PPI adalah layanan public perizinan bidang
pos, telekomunikasi dan penyiaran. Sesuai dengan agenda Nawacita ke -2
bahwa dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis dan terpercaya serta agenda Nawacita ke-4 memperkuat reformasi
system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya,
maka perlu diwujudkan dengan layanan public yang baik. Layanan public perizinan
ini merupakan enabler dalam mendorong pertumbuhan serta perkembangan
industri pos, telekomunikasi dan penyiaran serta bertujuan untuk mendorong
dunia usaha sebagai pelaku utama dalam pembangunan pos sertapitalebar
untuk masuk kedalam kondisi yang lebih kompetitif dengan memangkas birokrasi
dan jumlah hari yang dioerlukan dalam penerbitan izin, mendorong operator
untuk membangun jaringan pos dan pitalebar secara lebih merata, memastikan
perlindungan keamanan kepada penyelenggara, serta menoingkatkan kualitas
dan keamanan informasi kepada pengguna layanan secara berkesinambungan.
Layanan perizinan juga sebagai upaya dalam rangka meningkatkan akuntabilitas
dapat diterapkan dengan memberikan layanan yang mudah, cepat, dan transparan
sehingga pemohon izin mengetahui informasi tentang status dari permohonan
izinnya

Kualitas pelayanan publik menjadi salah satu indikator kinerja birokrasi dan
keberhasilan pelaksanaan pemerintah, karena salah satu tugas utama pemerintahan
saat ini adalah memperbaiki kualitas pelayanan publik. Dengan demikian setiap
departemen diharapkan dapat membuat berbagai kreativitas dan inovasi dalam
pelayanan publik.

Hal ini menjadikan kinerja pelayanan publik menjadi salah satu dimensi yang
strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan reformasi tata pemerintahan.

Dari sisi reformasi tata pemerintahan, Ditjen PPI melihat bahwa kinerja pelayanan
publik dapat menjadi indicator penting untuk menilai apakah tata pemerintahan
yang baik memiliki tanda-tanda untuk terwujud di Indonesia.

78 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Karena itu Ditjen PPI juga berupaya memberikan kontribusi untuk mempercepat
terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan mendorong proses kebijakan
menjadi lebih partisipatif, responsif dan akuntabel.

Dalam konteks sebagaimana tersebut diatas, maka perlu suatu upaya bagi
perbaikan pelayanan publik di lingkungan Ditjen PPI yang menjadi tolok ukur
pelaksanaan maupun inovasi terhadap pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat, terutama menyangkut pelayanan perizinan.

Untuk maksud tersebut, Ditjen PPI dalam menghadapi tuntutan masyarakat akan
pengelolaan perizinan yang handal dan prima sehingga mampu menangani
keperluan perizinan saat ini dan kebutuhan mendatang, akan melakukan kegiatan
Pembangunan Sistem Perizinan Online. Berikut adalah gambaran mengenai
strategi program kerja pada Ditjen PPI :

OUTCOME DRIVER 1 DRIVER 2 DRIVER 3

A1.1 A1.1.1
A1
Pembangunan dan pengembangan Pembangunan dan pengembangan
Meningkatkan kualitas pelayanan sarana dan prasarana perizinan pos, sistem online pos, telekomunikasi
A masyarakat telekomunikasi dan penyiaran dan penyiaran
Terwujudnya layanan prima
perizinan pos, telekomunikasi
dan penyiaran B1.1.1
A2
A2.1 Penyediaan layanan perizinan
Meningkatkan Indeks Kepuasan Kemkominfo
Masyarakat terhadap Layanan Memenuhi 14 unusur penilaian
Publik Ditjen PPI Indeks Kepuasan Masyarakat B1.1.2

Penyediaan call center

Gambar 3.11 Driver Driver Tree Program Layanan Perizinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran Online

AKUNTABILITAS KINERJA DAN ANGGARAN

Dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) maka Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang
merupakan satuan kerja pada Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia yang wajib untuk melaporkan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Pos dan Informatika setiap tahunnya.

Laporan Kinerja Ditjen PPI menyajikan berbagai keberhasilan/capaian strategis dan


beberapa hal yang perlu perbaikan. Berbagai capaian strategis tercermin dalam
capaian indikator kinerja maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2015-2019, Rencana Kerja Pemerintah,
Kontrak Kinerja (Penetapan Kinerja), serta Rencana Strategis (Renstra) DItjen PPI
tahun 2015-2019.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 79


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

80 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Ditjen PPI memiliki 4 (empat) sasaran program dalam rangka


mendukung sasaran strategis Kementerian Kominfo yaitu
(1) terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran
yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan, (2)
terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan
bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah
Indonesia, (3) terwujudnya implementasi migrasi TV Analog
ke Digital/Analog Switch Off (ASO), dan (4) terlaksananya
tata kelola Ditjen PPI yang bersih, transparan dan akuntabel.

BAB
4
Target Kinerja dan
Kerangka Pendanaan

Kementerian Komunikasi dan Informatika 81


4.1 Target Kinerja

Berdasarkan agenda prioritas pemerintahan, yaitu Nawacita dan RPJMN, dan


disusun sasaran prioritas yang berhubungan dengan rencana aksi yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian
Komunikasi dan Informatika.

Berdasarkan agenda prioritas pemerintahan, yaitu Nawacita dan RPJMN,


10 Program Nasional yang disusun oleh Bappenas serta rencana strategis
Kementerian Kominfo, terdapat tiga butir pokok yang berhubungan dengan
rencana aksi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan
Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika. Target-target kinerja ini
merupakan target penyelenggaraan layanan TIK yang dikelompokkan menjadi 3
sektor yang merupakan TUPOKSI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan
Informatika.

82 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
4.1.1 Target Berdasarkan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program

Tabel 4.1  Target Berdasarkan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program

Sasaran Kinerja Program/ Indikator Kinerja Program 2017 2018 2019

SP.1 Terwujudnya industri Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil, dan berkelanjutan

IKSP. 1.1 Jumlah tersedianya kebijakan/regulasi yang mengikuti perkembangan dan mampu mendukung efisiensi
penyelenggaraan bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran
4 3 3
a. Bidang pos :
13 10 3
b. Bidang Telekomunikasi :
7 7 3
c. Bidang Penyiaran :

IKSP. 1.2 Prosentase keterjangkauan tarif layanan penyelenggaraan bidang telekomunikasi yang terjangkau dibanding
100% 100% 100%
dengan GDP

IKSP. 1.3 Persentase tercapainya PNBP bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran 100% 100% 100%

IKSP. 1.4 Persentase tingkat kepatuhan penyelenggara pos, telekomunikasi dan penyiaran terhadap peraturan
100% 100% 100%
perundang-undangan

SP.2 Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia

IKSP. 2.1 Persentase peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah perkotaan 69% 80% 100%

IKSP. 2.2 Persentase peningkatan penetrasi fixed broadband di wilayah perdesaan 30% 50% 80%

IKSP. 2.3 Persentase peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah perkotaan 100% 100% 100%

IKSP. 2.4 Persentase peningkatan penetrasi mobile broadband di wilayah perdesaan 50% 80% 100%

IKSP. 2.5 Jumlah lokasi tersedianya infrastruktur penyiaran di wilayah Lokpri dan 3T 2 10 10

IKSP. 2.6 Jumlah KPCLPU yang beroperasi di seluruh wilayah Indonesia 2340 2345 2350

IKSP. 2.7 Prosentase tersedianya infrastruktur keperluan khusus 60% 80% 100%

IKSP. 2.8 Jumlah tersedianya sarana/tugu berkode pos      

IKSP. 2.9 Jumlah komunitas broadband yang memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi/broadband 2 4 5

IKSP. 2.10 Jumlah penerbitan perangko dan pembinaan filatelis 15 15 15

SP.3 Terwujudnya Implementasi migrasi TV Analog ke Digital/Analog Switced Off (ASO)

IKSP. 3.1 Jumlah regulasi/kebijakan yang mengatur penyelenggaraan penyiaran digital 1 4 7

IKSP. 3.2 Persentase penyediaan infrastruktur pemancar LPP TVRI dan RRI yang memiliki pemancar digital 100% 100% 100%

IKSP. 3.3 Jumlah Lokasi yang dilaksanakan sosialisasi penyelenggaraan penyiaran digital 4 7 9

SP.4 Terlaksananya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, transparan dan akuntabel

IKSP. 4.1 Nilai akuntabilitas kinerja A A A A

IKSP. 4.2 Persentase pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai dengan roadmap RB 100% 100% 100%

IKSP. 4.3 Persentase laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntasi pemerintah 100% 100% 100%

IKSP. 4.4 Persentase meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik Ditjen PPI 100% 100% 100%

IKSP. 4.5 Persentase penyelesaian proses perizinan pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tepat waktu,akuntabel dan
100% 100% 100%
transparan

Kementerian Komunikasi dan Informatika 83


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

4.2 Pembagian Peta Peran Masing-masing


Direktorat pada Ditjen PPI
Untuk dapat mempercepat pencapaian target kinerja seperti yang telah disampaikan
pada sub bab 4.1 di atas, maka dibuat suatu pembagian peta peran yang berupa
tugas dari tiap Direktorat yaitu Direktorat Telekomunikasi, Direktorat Pos, Direktorat
Penyiaran ,Direktorat Pita lebar dan Direktorat Pengendalian.

Dengan Pembagian peta peran ini diharapkan dapat turut mendukung terlaksananya
dan tercapai output dari tiap indikator kegiatan program. Secara umum pembagian
peta peran setiap Direktorat pada Ditjen PPI dapat dijabarkan sebagai berikut :

84 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Tabel 4.2  Peta Peran Masing-masing Direktorat Pada Lingkungan Ditjen PPI
Bab 4

SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI

SP1. : Terwujudnya industri pos, telekomunikasi dan penyiaran yang tertib administrasi, sehat, adil dan berkelanjutan

IKP 1.1

Jumlah regulasi • Regulasi bidang Pos, • penyusunan RUU atau • Penyusunan RUU • Penyusunan RUU Pos • Penyusunan Regulasi Mekanisme pengawasan
yang mengikuti Telekomunikasi dan UU Perubahan Penyiaran • Penyusunan Regulasi dan Kebijakan dan pengendalian bidang
perkembangan Penyiaran • penyusunan RPP • Penyusunan Blueprint Tarif layanan Pos Pengembangan pos, telekomunikasi dan
dan mampu Penyelenggaraan Industri dan • Penyusunan aturan infrastrutkur dan penyiaran yang efektif
mendukung effisiensi Telekomunikasi landscape industri Teknis lainnya ekosistem broadband dan efisien
penyelenggaraan bidang • Menyelesaikan • Kajian persiapan ASO dan infrastruktur
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

pos, telekomunikasi dan Penyusunan aturan • Penyusunan aturan telekomunikasi khusus


penyiaran Teknis lainnya Teknis lainnya

IKP 1.2

Persentase • Tarif fixed broadband • Pengaturan Tarif Formulasi tarif sewa • Evaluasi efektivitas • Pengumpulan data Pengendalian
Keterjangauan tarif < 5% dari GDP Pungut (retail) mux yang mendukung implementasi tarif pemetaan broadband tarif layanan dari
layanan penyelenggaraan • Tarif Mobile • Pengaturan tarif rencana ASO LPU di seluruh kantor dan indicator makro Telekomunikasi,
bidang telekomunikasi Broadband < 5% dari interkoneksi pos di Indonesia • Evaluasi implementasi penyiaran dan pos
dibanding dengan GDP GDP • Pengaturan Tarif • Pemetaan Besaran broadband
• Tarif sewa mux yang Layanan Data tariff LPK yang
terjangkau bagi • Pengaturan Tarif sewa diberlakukan
penyelenggara TV jaringan penyelenggara Pos
Digital sebagai implementasi
• Tarif layanan Pos PM 01 tahun 2012
yang terjangkau bagi tentang Formula Tarif
masyarakat LPK

IKP 1.3

Persentase Pencapaian 100% tercapainya • Penyusunan kebijakan • Melakukan validasi Evaluasi Besaran SOP penetapan dan
PNBP bidang pos, target PNBP bidang BHP Penomoran data based Perijinan Kontribusi LPU penagihan BHP
Bab 5

Kementerian Komunikasi dan Informatika


Penutup

telekomunikasi dan Pos, Telekomunikasi dan • Kajian Pembentukan bidang Penyiaran Telekomunikasi dan
penyiaran Penyiaran Lembaga Pengelolaan menggunakan SIMP3 kontribusi LPU POS
Penomoran IP • Evaluasi besaran Tarif
IPP
• Penyusunan
Broadcasting Fund
sebagai Kontribusi
PNBP

85
SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI
IKP 1.4

86
Persentase 100% Penyelenggara • Perkuatan skema • Perkuatan skema • Perkuatan skema • Evaluasi Sanksi denda
tingkat kepatuhan bidang pos, sanksi dalam denda sanksi dalam sanksi denda dalam • Pengujian QoS
Penyelenggara Pos, telekomunikasi, dan perundang-undangan perundang – perundang – • Penilaian TKDN bidang
Telekomunikasi, dan penyiaran patuh • Penyempurnaan undangan undangan Telekomunikasi
Penyiaran terhadap terhadap terhadap tatacara Perizinan • Penyempurnaan • Penyempurnaan • Evaluasi Pelaporan
peraturan perundang peraturan perundang – • Evaluasi Penyampaian tatacara tatacara perizinan LKO
-undangan undangan yang berlaku RFR dan DPI dari perizinan melalui • Evaluasi Penyampaian
para penyelenggara Pengembangan SIMP3 dokumen LPU
Bab 1

Jaringan penyiaran
Telekomunikasi
Pendahuluan

SP.2 Terwujudnya pemerataan infrastruktur, ekosistem dan layanan pos, telekomunikasi dan penyiaran di seluruh wilayah Indonesia

IKSP 2.1

Persentase percepatan • Jumlah homepass di • Regulasi • Evaluasi pencapaian • Penyediaan


peningkatan penetrasi wilayah perkotaan Restrutkurisasi RPI database jumlah
fixed broadband di perizinan • Pemetaan pencapaian penyelenggara,
wilayah perkotaan penyelenggaraan infrastruktur pita jumlah pelanggan
jaringan Tetap lebar perkotaan dan dan kapaistas per
Bab 2

• Regulasi Komitmen perdesaan wilayah kecamatan


pembangunan • Pemetaan ekosistem • Pengendalian

Rencana Strategis dan Program Kerja


(Modern pita lebar perkotaan pencapaian komitmen
Lisencing) untuk pembangunan
penyelenggaraan penyelenggara
jaringan tetap

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019


IKSP 2.2
Visi, Misi, dan Sasaran Strategis

Persentase percepatan • Jumlah homepass di • Regulasi • Evaluasi pencapaian • Penyediaan


peningkatan penetrasi wilayah pedesaan Restrutkurisasi RPI database jumlah
fixed broadband di perizinan • Pemetaan pencapaian penyelenggara,
wilayah pedesaan penyelenggaraan infrastruktur pita jumlah pelanggan
jaringan Tetap lebar perkotaan dan dan kapaistas per
• Regulasi Komitmen perdesaan wilayah kecamatan
pembangunan • Pemetaan ekosistem • Pengendalian
Bab 3

(Modern pita lebar perkotaan pencapaian komitmen


Lisencing) untuk dan perdesaan pembangunan
penyelenggaraan penyelenggara
jaringan tetap
Arah Kebijakan dan Strategi
SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI
Bab 4

IKSP 2.3

Persentase percepatan • Jumlah BTS di wilayah • Regulasi Komitmen • Evaluasi pencapaian • Penyediaan
peningkatan penetrasi perkotaan pembangunan RPI database jumlah
mobile broadband di (Modern • Pemetaan pencapaian penyelenggara,
wilayah perkotaan Lisencing) untuk infrastruktur pita jumlah pelanggan
penyelenggaraan lebar perkotaan dan dan kapaistas per
jaringan selular perdesaan wilayah kecamatan
• Pemetaan ekosistem • Pengendalian
pita lebar perkotaan pencapaian komitmen
dan perdesaan pembangunan
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

• Diseminasi penyelenggara
kebencanaan
• Emergency call

IKSP 2.4

Persentase peningkatan • Jumlah BTS di wilayah • Regulasi Komitmen • Evaluasi pencapaian • Penyediaan
penetrasi mobile perdesaan pembangunan RPI database jumlah
broadband di wilayah (Modern • Pemetaan pencapaian penyelenggara,
pedesaan Lisencing) untuk infrastruktur pita jumlah pelanggan
penyelenggaraan lebar perkotaan dan dan kapaistas per
jaringan selular perdesaan wilayah kecamatan
• Pemetaan ekosistem • Pengendalian
pita lebar perkotaan pencapaian komitmen
dan perdesaan pembangunan
• Diseminasi penyelenggara
kebencanaan
• Emergency call

IKSP 2.5

Jumlah lokasi • Jumlah pemancar • Kebijakan


Bab 5

tersedianya infrastruktur siaran di wilayah Pembangunan

Kementerian Komunikasi dan Informatika


Penutup

penyiaran di wilayah lokpri dan 3T dan Penyediaan


Lokpri dan 3 T Infrastrutkur dan
Modern Licensing

87
SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI
IKSP 2.6

88
Jumlah KPC LPU yang • Optimalisasi Jumlah • Verifikasi lapangan
beroperasi di seluruh KPCLPU yang dibiayai dan dokumen
wilayah Indonesia bantuan operasional bantuan operasional
PSO layanan pos universal
• Pengendalian
dan pengawasan
pemanfaatan dana
PSO untuk KPCLPU
Bab 1

• Pemetaan
pembangunan
Pendahuluan

KPCLPU

IKSP 2.7

Persentase penyediaan • Infrastruktur untuk • Penyediaan • Penyediaan • Penyediaan


infrastruktur keperluan keperluan khusus infrastruktur infrastruktur infrastruktur
khusus keperluan khusus keperluan khusus keperluan khusus pos
telekomunikasi penyiaran

IKSP 2.8
Bab 2

Jumlah Sarana/Tugu • Jumlah saran /tugu • Pembangunan saran/

Rencana Strategis dan Program Kerja


Berkode Pos berkode pos tugu
• Pengendalian dan
pengawasan sarana/
tugu berkode pos

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019


IKSP 2.9
Visi, Misi, dan Sasaran Strategis

Jumlah komunitas • Jumlah komunitas/ • Pembentukan


broadband yg sentra/ kawasan/ ekosistem dan
memanfaatkan sektor broadband di pendampingan
infrastruktur berbagai bidang broadband sector
telekomunikasi/ pemerintah,
broadband komunitas dan sentra
industri
• Pengembangan SDM
Bab 3

• Peningkatan utilisasi
pemanfaatan
broadband
Arah Kebijakan dan Strategi
SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI
Bab 4

IKSP 2.10

Jumlah penerbitan • Jumlah penerbitan • Jumlah penerbitan


prangko dan pembinaan prangko dan perangko
filatelis pembinaan filatelis • Pembinaan filatelis
dan sosialisasi

SP.3 Terwujudnya ASO (Analog Switch Off) Bidang Penyiaran

IKSP 3.1

Jumlah regulasi/ • RUU Penyiaran • Harmonisasi Regulasi • Penyelesaian RUU • Uji Coba
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

kebijakan penyelenggara telekomunikasi Penyiaran Penyelenggaraan TV


penyiaran digital dengan Regulasi • Kajian teknis Digital
penyiaran digital persiapan ASO
(alokasi kanal, skema
MUX, SFN/MFN,
Digital deviden)
• Regulasi tarif sewa
mux
• Regulasi Reposisi TV
analog menuju TV
Digital

IKSP 3.2

Persentase penyediaan • Jumlah pemancar LPP • Mendorong skema


infrastruktur pemancar TVRI dan RRI pembangunan
LPP TVRI dan RRI yang pemancar digital
memiliki pemancar di seluruh wilayah
digital (ready to digital) Indonesia untuk
mendukung ASO

IKSP 3.3
Bab 5

Kementerian Komunikasi dan Informatika


Penutup

Jumlah Lokasi yang • 100% Program • Melakukan sosialisasi


dilaksanakan sosialisasi sosialisasi TV Digital di minimal ibu kota
penyelenggaraan di Ibu Kota Provinsi provinsi
penyiaran digital

89
SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI
SP 4 Terlaksananya tata kelola Ditjen PPI yang bersih, transparan dan akuntabel

90
IKSP 4.1

Nilai akuntabilitas • Nilai akuntabilitas • Mengidentifikasi


kinerja A kinerja A kinerja yang sesuai
dengan peran dan
fungsi Ditjen PPI
• Menetapkan indikator
keberhasilan kinerja
Bab 1

yang dapat diukur


dan relevan dengan
Pendahuluan

kinerja yang ingin


dicapai
• Merencanakan
program kerja beserta
targetnya yang selaras
dengan dokumen
perencanaan nasional
• Menyelaraskan
program kerja yang
Bab 2

akan dilaksanakan
dengan kinerja yang

Rencana Strategis dan Program Kerja


ingin dicapai
• Menyelaraskan alokasi
anggaran dengan
program kerja yang
akan dilaksanakan

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019


• Melakukan evaluasi
Visi, Misi, dan Sasaran Strategis

kinerja terhadap
pelaksanaan program
kerja
• Penyediaan laporan
capaian kinerja
yang selaras dengan
rencana kerja dan
pelaksanaannya
Bab 3
Arah Kebijakan dan Strategi
SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI
Bab 4

IKSP 4.2

Persentase pelaksanaan • 100% terwujudnya • Peningkatan


reformasi birokrasi sesuai reformasi birokrasi kompetensi pegawai
dengan roadmap RB sesuai dengan Ditjen PPI
roadmap RB • Terciptanya proses
perizinan pos,
telekomunikasi dan
penyiaran secara
online dan transparan

IKSP 4.3
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

Persentase laporan • 100% tersediannya • Tersediannya Laporan


keuangan yang sesuai laporan keuangan keuangan Ditjen PPI
dengan standar akuntasi yang sesuai dengan yang sesuai dengan
pemerintah standar akuntasi standar akuntasi
pemerintah pemerintah

IKSP 4.4

Persentase meningkatnya • 100% meningkatnya • Melakukan survey


kepuasan masyarakat kepuasan masyarakat terhadap kepuasan
terhadap pelayanan terhadap pelayanan masyarakat akan
publik Ditjen PPI publik Ditjen PPI pelayanan publik
Ditjen PPI
• Terciptanya nilai
indeks kepuasan
masyarakat (IKM)
katagori baik
Bab 5

Kementerian Komunikasi dan Informatika


Penutup

91
SP / IKP Output Direktorat Telekomunikasi Direktorat Penyiaran Direktorat Pos Direktorat Pita Lebar Direktorat Pengendalian Sekretariat Ditjen PPI
IKSP 4.5

92
Persentase penyelesaian • 100% • Tersedianya layanan
proses perizinan pos, terselesaikannya call center dan
telekomunikasi dan proses perizinan pos, pelayanan terpadu
penyiaran yang tepat telekomunikasi dan satu pintu
waktu,akuntabel dan penyiaran yang tepat • Terciptanya proses
transparan waktu,akuntabel dan perizinan pos,
transparan telekomunikasi dan
penyiaran secara
Bab 1

online
• Terlayaninya pemohon
Pendahuluan

izin penyelenggara
pos, telekomunikasi,
penyiaran dengan
effisien, cepat dan
transparan
Bab 2

Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Visi, Misi, dan Sasaran Strategis
Bab 3
Arah Kebijakan dan Strategi
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

4.3 Pengawasan dan Pengendalian

Pemantauan tidak terlepas dari fungsi manajemen secara umum dalam


pembangunan program komunikasi dan informatika. Pemantauan ditujukan untuk
mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pelaksanaan pembangunan serta
mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah yang muncul secara cepat sehingga
dapat dilakukan tindakan sedini mungkin. Pengendalian dilakukan untuk menjamin
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan tindakan lanjutan dari pemantauan dan pengendalian merupakan
kegiatan dan pengawasan agar rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan
tanpa penyimpangan agar tepat waktu, dan tepat rencana. Pada konteks ini,
Kementerian Komunikasi dan Informatika melengkapi aktivitas pemantauan melalui
kegiatan pengawasan program (Wasgram) secara terpadu oleh inspektorat
jenderal. Kegiatan pengawasan itu dilaksanakan untuk memastikan tersusunnya
program kerja yang realistis sesuai tupoksi satuan kerja masing-masing di
Kementerian Komunikasi dan Informatika sehingga memberikan landasan yang
kuat kepada Kementerian untuk melaksanakan program pembangunan di bidang
komunikasi dan informatika secara efektif dan berkelanjutan.

Kegiatan pemantauan dan pengendalian dilakukan dengan sistematis, meliputi:


1. Pemantauan dan pengendalian evaluasi dilakukan dengan tujuan mengetahui
dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan, kendala yang ditemukan
dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk
memperbaiki rencana pembangunan pada masa akan datang. Evaluasi
dilakukan pada:
a. tahap perencanaan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan
dengan tujuan memilih skala prioritas dari berbagai alternatif dan
kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya;
b. tahap pelaksanaan;
c. tahap pascapelaksanaan untu mengetahui apakah ketika pelaksanaan
rencana selesai keluaran program mampu mengatasi masalah
pembangunan.
2. Pemantauan dan pengendalian laporan. Laporan merupakan salah satu
kegiatan sangat penting dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Informasi
harus cepat, tepat dan akurat sampai kepada pemangku kepentingan untuk
menjadi bahan dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi
yang ada dan dalam penentuan kebijakan yang relevan. Laporan biasanya
dilakukan berkala setiap bulanan, triwulanan dan tahunan.

Laporan kepada masyarakat diberikan secara aktif maupun pasif. Laporan


diberikan secara aktif berarti setiap unit organisasi menyebarluaskan informasi
kepada masyarakat luas melalui media cetak/elektronik. Laporan diberikan
secara pasif dimaksudkan agar setiap organisasi perlu mengembangkan
media penyebarluasan informasi melalui situs sehingga dapat diakses
masyarakat luas.

Kementerian Komunikasi dan Informatika 93


Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

Selain aspek pengawasan, evaluasi dan penyusunan laporan, yang tak kalah
penting adalah bagaimana Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan
program kegiatan pembangunan secara efektif berarti ’hasil pembangunan mencapai
sasaran yang telah ditetapkan’ dan secara akuntabel merujuk pada upaya untuk
mencapai sasaran tersebut dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan,
khususnya pada pengelolaan anggaran pemerintah untuk bidang komunikasi
dan informatika. Kementerian Komunikasi dan Informatika berkomitmen untuk
memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dari BPK-RI.

4.4 Kerangka Pendanaan

Pengalokasian dana menggunakan prinsip Money follow program, dimana


nantinya semua alokasi anggaran yang di berikan setiap tahunnya harus dapat
menggambarkan output dan outcome yang terukur dan mempunyai akuntabilitas.
Sumber anggaran saat ini adalah berasal dari persetujuan penggunaan kembali
sebagian PNBP (BHP Telekomunikasi, IPP Penyiaran, IPP Pos BHP USO), Rupiah
Murni dan PHLN, yang akan di tetapkan dalam pagu anggaran dalam APBN setiap
tahunnya.

94 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 1 Bab 2 Bab 3
Pendahuluan Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategi

96 Rencana Strategis dan Program Kerja


Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015 - 2019
Bab 4 Bab 5
Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan Penutup

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Tahun 2015-2019 merupakan
dokumen yang berisi rencana serta strategi dalam pencapaian kinerja yang akan dilaksanakan selama
5 (lima) tahun ke depan. Disamping merencanakan program 5 tahun kedepan, dokumen renstra ini juga
akan menyempurnakan kegiatan-kegiatan yang masih belum dapat dilaksanakan secara maksimal pada
periode tahun 2010-2014.

Rencana strategis 2015-2019 dilaksanakan dengan mengacu pada capaian strategis 2010--2014
menyelaraskan visi dan misi Jalan Perubahan yang diusung pemerintahan saat ini melalui program
prioritas Nawacita serta mengantisipasi kondisi dinamis lingkungan global. Rencana kegiatan Kementerian
Komunikasi dan Informatika yang terdapat di rencana strategis 2015-2019 dan anggaran yang dibutuhkan
telah berhasil disusun dengan dilengkapi tahapan pelaksanaan agar dapat di petakan setiap hambatan
dalam pelaksanaan pencapaian target kinerja.

Target pencapaian Rencana Strategis 2015-2019 ini menantang dan mengharuskan semua elemen bekerja
keras dan bersinergi agar semua target tersebut tercapai. Agar kegiatan selalu berada pada jalur yang
benar, pelaksanaan rencana strategis perlu dimonitor dan dievaluasi secara periodik. Untuk itu, dilakukan
rapat kerja evaluasi pencapaian target triwulan, semesteran, dan tahunan serta dilaporkan melalui laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP).

BAB
5

Penutup

Kementerian Komunikasi dan Informatika 97

Anda mungkin juga menyukai