Anda di halaman 1dari 72

PEMERINTAH

2005 - 2025









RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
TAHUN 2005 2025

KABUPATEN MAMUJU

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 i


DAFTAR ISTILAH



AHH : Angka Harapan Hidup
AKABA : Angka Kematian Balita
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
AMH : Angka Melek Huruf
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APM : Angka Partisipasi Murni
APK : Angka Partisipasi Kasar
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPS : Badan Pusat Statistik
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
KUR : Kredit Usaha Rakyat
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PDRB ADHB : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB ADHk : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
PERDA : Peraturan Daerah
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PNS : Pegawai Negeri Sipil
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
RAPBD : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
Renja SKPD : Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
Renstra SKPD : Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA : Rencana Kerja dan Anggaran
RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RLS : Rata-rata Lama Sekolah
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
SARA : Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan
SD/MI : Sekolah Dasar?Madrasah Ibtidayah
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMA/SMK/MA : Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
SMP/Mts : Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
SPM : Standar Pelayanan Minimal
TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UPT : Unit Pemukiman Transmigrasi


Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 ii
DAFTAR ISI



Halaman Sampul i
Daftar Isi ii
Daftar Istilah iii
Bab I Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 2
1.3. Dasar Hukum 3
1.4. Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 5
1.5. Sistematika Penulisan 6

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 7
2.1. Aspek Geografis dan Demografis 7
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 14
2.3. Aspek Pelayanan Umum 23
2.4. Aspek Daya Saing Daerah 27

Bab III Analisis Isu-Isu Strategis 32
3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah 32
3.2. Isu-Isu Strategis 35

Bab IV Visi dan Misi Daerah 40
4.1. Visi Pembangunan Jangka Panjang 40
4.2. Misi Pembangunan Jangka Panjang 42
4.3. Strategi Pembangunan Jangka Panjang 42

Bab V Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah 45
5.1. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah 45
5.2. Tahapan dan Prioritas 52

Bab VI Kaidah Pelaksanaan 56
6.1. Prinsip Kaidah Pelaksanaan 56
6.2. Mekanisme Pengendalian dan Evaluasi 57

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 iii


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Luas wilayah dan jumlah desa/kelurahan/UPT pada masing-masing


kecamatan di Kabupaten Mamuju, 2014 8
Tabel 2.2. Jenis dan kandungan tanah di Kabupaten Mamuju 10
Tabel 2.3. Rata - rata curah hujan per tahun di Kabupaten Mamuju, 2014 12
Tabel 2.4. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kabupaten
Mamuju, 2014 14
Tabel 2.5. Perbandingan PDRB Kabupaten Mamuju dan PDRB Sulawesi Barat atas
Dasar Harga Berlaku, 2005 2014 15
Tabel 2.6. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Atas
Dasar Harga Konstan 2010, 2010- 2014 16
Tabel 2.7. Pertumbuhan sektoral PDRB Kabupaten Mamuju dengan tahun dasar
2010, 2010 2014 17
Tabel 2.8. APK dan APM menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Mamuju,
2005 2014 23
Tabel 2.9. AKB, AKI, AKABA, dan gizi buruk di Kabupaten Mamuju, 2005 2014 26
Tabel 2.10. Jumlah rumah tangga menurut sumber penerangan utama di Kabupaten
Mamuju, 2005 - 2014 28
Tabel 2.11. Persentase rumahtangga menurut sumber air minum di Kabupaten
Mamuju, 2005 - 2014 29
Tabel 2.12. Kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Mamuju, 2005- 2014 31

LAMPIRAN TABEL MATRIKS VISI, MISI, SASARAN POKOK, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA, DAN ARAH
KEBIJAKAN

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 iv


DAFTAR GAMBAR



Gambar 1.1. Skema hubungan antara RPJPD Kab. Mamuju dengan dokumen
perencanaan lainnya 5
Gambar 2.1. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Mamuju, 2005 2014 13
Gambar 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2014 16
Gambar 2.3. Pendapatan per kapita Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi
Barat, 2005-2014 18
Gambar 2.4. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju,
2005-2014 19
Gambar 2.5. Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia antar kabupaten
di Provinsi Sulawesi Barat, 2014 20
Gambar 2.6. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Mamuju dan Provinsi
Sulawesi Barat, 2005-2014 21
Gambar 2.7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Mamuju dan
Provinsi Sulawesi Barat, 2005-2014 22
Gambar 2.8. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Mamuju, 2014 22
Gambar 2.9. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kabupaten Mamuju dan Provinsi
Sulawesi Barat, 2005-2014 23
Gambar 2.10. Angka Melek Huruf di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi
Barat, 2005-2014 24
Gambar 2.11. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi
Barat, 2005-2014 25
Gambar 2.12. Proporsi panjang jalan kabupaten menurut jenis permukaan di
Kabupaten Mamuju, 2005-2014 27
Gambar 2.13. Proporsi panjang jalan kabupaten menurut kondisi jalan di
Kabupaten Mamuju, 2005-2014 28
Gambar 2.14. Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut status pendidikan
di Kabupaten Mamuju, 2014 30

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 v




BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional menegaskan perlunya daerah merumuskan arah pembangunannya dalam
perspektif jangka panjang yang dituangkan ke dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan dimensi waktu 20 tahun. Sesuai dengan arahan
Undang- undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional, periodisasi RPJPD Kabupaten Mamuju harus mengikuti periodisasi RPJP
Nasional, yaitu 20052025.

Penyusunan dokumen RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2025 ini dimaksudkan untuk
menyediakan sebuah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang bersifat
komprehensif dan holistic. Dokumen ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Mamuju untuk setiap jangka waktu lima tahunan.

Secara konseptual, RPJPD Kabupaten Mamuju memuat Visi, Miijakan si dan Arah
KebPembangunan Jangka Panjang Daerah. Dengan demikian, dokumen RPJPD ini hanya
memuat dimensi rencana yang bersifat mendasar (strategik) dan tidak memuat dimensi
rencana yang bersifat operasional. Seluruh rumusan substansi dan muatan RPJPD tersebut
harus mengacu pada dokumen RPJPD Provinsi Sulawesi Barat dan RPJP Nasional. Ini
penting untuk memastikan dan menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergitas
antar tingkatan pemerintahan (nasional, provinsi, dan kaupaten/kota) dan antar fungsi
pemerintahan.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 1


Dari sisi proses, dokumen RPJPD Kabupaten Mamuju disusun dengan menggunakan empat
pendekatan, yaitu pendekatan teknokratis, politis, partisipatif, bottom-up dan top down.
Seluruh pendekatan ini digunakan untuk memastikan agar proses penyusunan dokumen
RPJPD benar-benar sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan, peraturan perundangan
yang berlaku, aspirasi publik, dan konsisten dengan berbagai dokumen perencanaan
pembangunan lainnya. Untuk menjamin legalitas dan untuk mengikat semua pemangku
kepentingan (stakeholder), maka dokumen RPJPD Kabupaten Mamuju ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.

Secara teknis, metode penyusunan dan struktur dokumen RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun
2005-2025 sepenuhnya mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.

1.2. Maksud dan Tujuan

RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2025 disusun dengan maksud untuk memberikan
arah pembangunan daerah Kabupaten Mamuju untuk jangka waktu 20 tahun ke depan dan
sekaligus menjadi panduan bagi seluruh komponen daerah (pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan
arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah yang disepakati bersama.

Sedangkan RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2025 disusun dengan tujuan untuk:

1. Menyediakan pedoman bagi penyusunan berbagai dokumen perencanaan


pembangunan daerah, baik jangka menengah maupun jangka pendek.
2. Memastikan terjadinya sinkronisasi dokumen perencanaan pembangunan antar
tingkatan pemerintahan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota);
3. Menjamin penggunaan sumberdaya secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan daerah di masa depan.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 2


1.3. Landasan Hukum

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun
20052025, adalah:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara


RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355).
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4389).
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400).
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4022).
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437).
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438).
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 3


11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005 tentang Perubahan Nama Kabupaten
Polewali Mamasa Menjadi Kabupaten Polewali Mandar (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 160);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tatacara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209);
19. Peraturan Daerah Sulawesi Barat Nomor 5 Tahun 2010, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2005-
2025 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2010 Nomor 05).

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 4


1.4. Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Secara vertikal, RPJPD Kabupaten Mamuju disusun dengan memperhatikan RPJP Nasional
dan RPJPD Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan secara horizontal, RPJPD Kabupaten Mamuju
disusun dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mamuju.

RPJPD Kabupaten Mamuju selanjutnya dijabarkan ke dalam dokumen RPJMD yang


berdimensi jangka menengah (5 tahun), dan selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) yang berdimensi jangka pendek (1 tahun). RPJMD selanjutnya
menjadi pedoman Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana
Strategis (Renstra) SKPD. Sedangkan RKPD selanjutnya menjadi pedoman SKPD dalam
menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD.
Dengan mengacu pada RKPD dan RKA SKPD selanjutnya disusun Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) setiap tahun.

Gambar 1.
Skema hubungan antara RPJPD Kab. Mamuju dengan dokumen perencanaan lainnya.

Sumber: Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 5


Keterkaitan dokumen perencanaan pembangunan mengikuti dua prinsip dasar, yaitu: (1)
dokumen perencanaan bersifat hirarkis, artinya dokumen yang jangka waktunya lebih
panjang menjadi rujukan bagi dokumen yang jangka waktunya lebih pendek; dan (2)
dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah pada level yang lebih tinggi menjadi rujukan
bagi dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah pada level yang lebih rendah.

1.5. Sistematika Penulisan

RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai


berikut :

Bab I. Pendahuluan, memuat latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum,
hubungan rpjp dengan dokumen perencanaan lainnya, dan sistimatika penulisan.

Bab II. Gambaran Umum Kondisi Daerah, memuat aspek geografis dan demografis, aspek
kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah

Bab III. Isu-isu Strategis, memuat permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis
daerah.

Bab IV. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Mamuju, memuat Visi dan Misi
Pembangunan Daerah untuk jangka waktu 20 tahun.

Bab V. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah, memuat sasaran pokok dan
arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah, serta tahapan dan prioritas.

Bab VI. Kaidah Pelaksanaan, memuat prinsip kaidah pelaksanaan dan mekanisme
pengendalian dan evaluasi.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 6




BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


2.1. Aspek Geografis dan Demografis

2.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Mamuju secara geografis terletak pada Bagian Barat Pulau Sulawesi dan
berposisi pada bentangan Selat Makassar, yakni 10 38 110 20 54 552 Lintang Selatan,
110 54 47 130 5 35 Bujur Timur, Jakarta (00 0 0, Jakarta = 1600 48 28 Bujur Timur
GMT).

Kabupaten Mamuju memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara;


Sebelah Timur dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan;
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Majene, Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten
Mamasa;
Sebelah Barat dengan Selat Makassar.

Luas wilayah Kabupaten Mamuju adalah 801.406 ha. Secara administrasi pemerintahan,
terdiri atas 16 Kecamatan, 142 Desa, 11 Kelurahan, dan dua Unit Pemukiman Transmigrasi
(UPT). Diantara 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Mamuju, 15 kecamatan berada di
wilayah daratan dan satu kecamatan di wilayah kepulauan.

Ibukota Kabupaten Mamuju terletak di Kecamatan Mamuju. Berdasarkan orbitasi,


Kecamatan yang letaknya terjauh dari ibukota kabupaten adalah Ibukota Kecamatan
Karossa (Karossa) yaitu sejauh 171 km, dan ibukota kecamatan yang terdekat dari ibukota
kabupaten adalah Kecamatan Simboro yang berjarak 6 km dari Mamuju.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 7


Kabupaten Mamuju juga memiliki wilayah kepulauan yakni Kecamatan Kepulauan Bala-
balakang, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Simboro dan Kepulauan. Pulau-
pulau yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Bala-balakang adalah Pulau
Salissingang, Samataha, Popoongang, Saboyang, Malamber, Sumanga, Sabakatang, Ambo,
Seloang, Lamudaan, Tapilagan dan Pulau Lumu, yang letaknya di Selat Makassar dan
berbatasan dengan Pulau Kalimantan.

a. Luas Wilayah

Mengenai luas wilayah per kecamatan, jumlah desa dan kelurahan serta UPT pada masing-
masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini :

Tabel 2.1. Luas wilayah dan jumlah desa/kelurahan/UPT pada masing-masing kecamatan di
Kabupaten Mamuju, 2014
No Kecamatan Luas (Km2) Persentase Desa/Kel./UPT
1 Tapalang 283,31 5,59 9
2 Tapalang Barat 131,72 2,60 7
3 Mamuju 206,64 4,08 8
4 Simboro 111,94 2,21 8
5 Balabalakang 21,86 0,43 2
6 Kalukku 470,26 9,29 13
7 Papalang 197,60 3,90 9
8 Sampaga 119,40 2,36 7
9 Tommo 827,35 16.34 14
10 Kalumpang 1.731,99 34,20 13
11 Bonehau 962,12 19,00 9
Jumlah 5.056,19 100,00 99
Sumber: BPS, Mamuju dalam Angka, 2015

b. Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Mamuju pada umumnya adalah daerah dengan curah hujan
tinggi dan daerah yang tidak curam dengan kisaran kemiringan antara 15 persen - 45
persen. Kondisi ini mempengaruhi topografi wilayah sehingga bervariasi mulai dari daerah
datar, landai dan daerah agak curam. Hal ini juga mempengaruhi tingkat kepekaan tanah
terhadap erosi, yakni daerah yang cukup stabil, daerah yang terancam, dan daerah yang
rentan erosi.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 8


Bagian wilayah dengan kemiringan lereng antara 0 2 persen, luas terbesar terdapat di
wilayah Kecamatan Budong-Budong, yakni 30.048 ha atau 26,55 persen. Sedangkan untuk
kemiringan lereng antara 2 - 15 persen terdapat di Kecamatan Kalumpang seluas 25.066
ha atau 30,52 persen dan bagian wilayah dengan kemiringan antara 15 - 25 persen luas
terbesar juga berada di Kecamatan Kalumpang yakni 105.735 ha atau 47,01 persen. Untuk
kemiringan di atas 40 persen juga terdapat di Kecamatan Kalumpang yakni seluas 77.890
ha.

Jika dicermati konfigurasi wilayah Kabupaten Mamuju menurut kemiringan lereng, maka
bagian wilayah yang relatif datar berada di sebelah Barat yang berbatasan dengan Selat
Makassar. Sebaliknya, semakin ke Timur secara gradual menunjukkan tingkat kemiringan
yang semakin tinggi dengan kondisi lahan yang bergelombang dan berbukit.

Ditinjau dari aspek ketinggian wilayah, Kabupaten Mamuju dapat dibedakan menjadi 6
(enam) zona, yaitu zona dengan ketinggian antara 0 25 m, zona antara 25 m 100 m,
zona dengan ketinggian antara 100 m 500 m, zona dengan ketinggian 500 m 1.000 m,
zona dengan ketinggian antara 1.000 m 1.500 m, dan zona dengan ketinggian di atas
1.500 m.

Secara umum, berdasarkan zona ketinggian di atas, tampak bahwa wilayah Selatan
sebagian besar mempunyai ketinggian di bawah 100 m, sedangkan semakin ke Utara
ketinggiannya semakin meningkat rata-rata di atas 500 m. Secara proporsional, ketinggian
wilayah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Zona ketinggian 0 25 M dengan luas 35.875 ha atau 4,43 persen.


b. Zona ketinggian 25 m 100 m dengan luas 130.186 ha atau 16,06 persen.
c. Zona ketinggian 100 m 500 m dengan luas 206.106 ha atau 25,46 persen.
d. Zona dengan ketinggian 500 m 1.000 m dengan luas 159.769 ha atau 19,71 persen.
e. Zona dengan ketinggian 1.000 m 1.500 m dengan luas 128.669 ha atau 16,06
persen.
f. Zona dengan ketinggian di atas 1.500 m dengan luas 148.714 ha atau 16,06 persen.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 9


c. Tanah dan Kandungan Geologi

Berdasarkan data geologi Kabupaten Mamuju, jenis tanah di daerah ini dapat digolongkan
ke dalam 5 (lima) jenis, yakni tanah Alluvial, Regosol, Rensial, Andosol, dan Mediteran.
Kandungan dari masing-masing jenis tanah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jenis dan kandungan tanah di Kabupaten Mamuju

No. Jenis Tanah Keterangan

1. Aluvial Bahan induk endapan liat dan pasir endapan (lanau) dan endapan
marin dengan bentuk wilayah pada umumnya datar termasuk kelas
satu (tidak peka erosi).

2. Regosol Bahan induk endapan pasir tufa volkan masam sampai intermediat dan
tufa volkan alkali, bentuk wilayah berombak, bergelombang sampai
berbukit termasuk kelas lima (sangat peka erosi).

3. Rensial Bentuk wilayah berbukit dengan bahan induk tuff dan kapur karang
bertuffa termasuk kelas lima (sangat peka erosi).

4. Andosol Bentuk wilayah bergunung dan bahan induk tufa vulkan masam dan
alkali termasuk kelas empat (peka erosi).

5. Mediteran Bentuk wilayah berombak sampai bergelombang dengan bahan induk


tufa vulkan masam sampai intermediat, servih bertufa, kompleks serpi
bertufa, kompleks servih batuan pasir dan tufa batuan pletonik, basah
termasuk kelas tiga (agak pekah erosi).
Sumber: Dinas Pertambangan Kabupaten Mamuju

Sedangkan untuk kandungan geologi di Kabupaten Mamuju, secara garis besar dibagi
menjadi dua, yakni kelompok bahan galian konstruksi dan kelompok galian industri.
Berdasarkan data Departemen Pertambangan dan Energi, diketahui bahwa untuk
kelompok bahan galian konstruksi di Kabupaten Mamuju, meliputi:

a. Granodiorit, tersebar di daerah Salubiro dan Bulukaling Kecamatan Karossa dengan


perkiraan cadangan volume sebesar 58.443.750 meter kubik.
b. Granit, tersebar di daerah Takandeang dan Pasada Kecamatan Tapalang serta di
daerah Kamande, Lebeng, Sulumayang Kecamatan Kalukku dan di Tamasapi,
Takaurangang Kecamatan Mamuju serta di Kecamatan Simkep dengan perkiraan
volume sekitar 59.218.780 meter kubik.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 10


c. Batu Gamping, tersebar di daerah Sulunggadua, Marabau, Kalukambeo, Botteng
Kecamatan Mamuju, di Pakarawang Kecamatan Kalumpang, dan di Takandeang,
Tajimane Kecamatan Tapalang dengan perkiraan volume sekitar 342.635.800 meter
kubik.
d. Batu Pasir, tersebar di daerah Kombiling, Kalukumbeo, Salupangkang dan Topoyo
Kecamatan Topoyo, di Barakang Pangale, Bajo Kecamatan Pangale, di Salumabongi,
Ranga-Ranga dan Balakalumpang Kecamatan Kalukku dengan volume sekitar
630.887.500 meter kubik.
e. Konglomerat, tersebar di daerah Passapa, Tangkau, Topoyo Baru di Kecamatan
Budong-Budong, di daerah Lebeng, Gentungan Kecamatan Kalukku dan Rangas,
Tumuki Kecamatan Mamuju serta Tapana, Tamao dan Pempioang Kecamatan
Tapalang dengan volume sekitar 134.475.000 meter kubik.
f. Breksi Vulkanik, tersebar di daerah Belang-belang, Guliling, Rantedango, Sinyonyoi
Kecamatan Kalukku, dan Bone-Bone, Sodo, Bayor-Bayor Kecamatan Mamuju dengan
volume sekitar 154.462.500 meter kubik.

Sementara untuk kelompok bahan galian industri, meliputi:

a. Batu Sabak, tersebar di daerah Tobinta, Salubejau dan Salubarana Kecamatan Karossa
dengan cadangan volume sekitar 22.050.000 meter kubik.
b. Sekis, tersebar di daerah Tabolang, Kalando dan Batusitanduk Kecamatan Budong-
Budong dengan cadangan volume sekitar 2.200.000 meter kubik.
c. Batu Gamping, terdapat di daerah Salupangkang Kecamatan Topoyo dengan
cadangan volume sekitar 5.625.000 meter kubik.
d. Tuff, tersebar di daerah Boang, Sumare, Tinaungan Kecamatan Simkep dan di Nipa-
nipa, Pansiangan Kecamatan Tapalang Barat dengan cadangan volume sekitar
15.581.250 meter kubik.
e. Lempung, tersebar di daerah Karossa, Benggaulu, Durikumba, Lara, Salubarana dan
Tomemba Kecamatan Karossa dengan cadangan volume sekitar 1.297.575.000 meter
kubik.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 11


d. Hidrologi dan Klimatologi

Secara klimatologis, Kabupaten Mamuju tidak memiliki perbedaan dengan daerah lain di
Indonesia yaitu hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada
bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari Australia dan tidak banyak
mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya, pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus
dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan.

Keadaan alam Kabupaten Mamuju secara garis besar beriklim tropis. Suhu udara berkisar
antara 27 31 derajat Celcius atau rata-rata 29 derajat Celcius. Kelembaban udara rata-
rata antara 70 persen - 80 persen, kecepatan angin 10,8 km/jam dan tekanan udara
berkisar 1.010,7 Milibar serta penyinaran matahari mencapai 75,8 persen. Menurut
klasifikasi Schmitt dan Ferguson type iklim di Kabupaten Mamuju bervariasi B, C, D dan E.

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Mamuju pada tahun 2014 adalah 1.585,5 mm per
bulan dan rata-rata hari hujan sebanyak 9 hari per bulan. Total curah hujan sepanjang
tahun 2014 adalah 19.026 mm. Intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember dan Mei, sedangkan terendah terjadi pada bulan September.

Tabel 2. 3. Rata-rata curah hujan per tahun di Kabupaten Mamuju, 2014

No Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan


1 Januari 1.693 11
2 Pebruari 793 6
3 Maret 1.689 8
4 April 1.835 11
5 Mei 2.853 17
6 Juni 1.173 9
7 Juli 1.128 7
8 Agustus 1.654 9
9 September 250 5
10 Oktober 638 5
11 Nopember 1.937 11
12 Desember 3.383 16
Rata-rata 1.585,5 9
Sumber: BPS, Mamuju Dalam Angka, 2015

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 12


2.1.2. Kondisi Demografis

Sebelum Kabupaten Mamuju dimekarkan pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten
Mamuju sebesar 273.076 jiwa pada tahun 2005, dan kemudian meningkat menjadi
358.527 jiwa pada tahun 2012, atau bertumbuh rata-rata 3,97 persen per tahun. Setelah
pemekaran, jumlah penduduk Kabupaten Mamuju menjadi 252,295 jiwa pada tahun 2013
dan meningkat menjadi 258.984 jiwa pada tahun 2014, atau bertumbuh sebesar 2,65
persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk tersebut tidak terlepas dari posisi
Kabupaten Mamuju sebagai daerah tujuan migrasi karena memiliki daya tarik, yaitu
sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, dan sebagainya.

Gambar 2.1. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Mamuju, 2005 2014 (dalam jiwa)

400,000
349,571 358,527
336,973
350,000 315,053
296,828 305,473
300,000 273,076 284,026
252,295 258,984
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, Mamuju Dalam Angka, 2012


Catatan: Pada tahun 2013, Kabupaten Mamuju dimekarkan menjadi Kabupaten Mamuju dan
Kabupaten Mamuju Tengah.

Sebagian besar penduduk Kabupaten Mamuju bermukim di dua kecamatan yaitu


Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku. Sekitar 45 persen dari seluruh penduduk
Kabupaten Mamuju, bermukim di dua kecamatan ini. Rasio jenis kelamin/sex ratio
penduduk adalah 1,04, artinya untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat antara
104 penduduk laki-laki. Ini artinya, komposisi penduduk Kabupaten Mamuju berdasarkan
jenis kelamin, lebih didominasi penduduk laki-laki ketimbang penduduk perempuan.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 13


Tabel 2. 4. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kabupaten Mamuju, 2014
(dalam jiwa)

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio


1 Tapalang 9.854 9.716 19.570 1,01
2 Tapalang Barat 4.933 4.909 9.842 1,00
3 Mamuju 32.282 31.509 63.791 1,02
4 Simboro 13.473 13.081 26.554 1,03
5 Balabalakang 1.370 1.197 2.567 1,14
6 Kalukku 28.143 27.216 55.359 1,03
7 Papalang 11.787 11.405 23.192 1,03
8 Sampaga 7.684 7.505 15.199 1,03
9 Tommo 11.597 10.358 21.955 1,12
10 Kalumpang 6.018 5.564 11.582 1,08
11 Bonehau 4.944 4.429 9.373 1,12
Jumlah 132.095 126.889 258.984 1,04
Sumber: BPS, Mamuju Dalam Angka, 2015.

Kabupaten Mamuju juga dikenal sebagai Indonesia Mini, karena penduduk Kabupaten
Mamuju terdiri atas berbagai etnis besar di Indonesia, yaitu Jawa, Sunda, Bali, Sasak (Nusa
Tenggara Barat), Nusa Tenggara Timur, dan dari etnis Sulawesi, yaitu Mandar, Bugis,
Makassar dan Toraja. Hal ini bisa dipahami karena Kabupaten Mamuju merupakan daerah
tujuan migrasi, baik migrasi atas alasan pekerjaan, bisnis, maupun migrasi khusus
(transmigrasi).

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Mamuju, baik Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, PDRB ADHB dan PDRB ADHK masing masing
telah mencapai Rp 7,29 trilyun dan Rp 6.02 trilyun. Selama periode 2005-2014, PDRB
ADHB dan PDRB ADHK bertumbuh rata-rata 20,64 persen dan 9,11 persen per tahun.

Meski demikian, kontribusi Kabupaten Mamuju terhadap pembentukan PDRB Sulawesi


Barat cenderung menurun selama periode 2005-2014. Pada tahun 2005, Kabupaten
Mamuju menyumbang hampir sepertiga terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Barat,

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 14


kemudian menurun menjadi seperempat pada tahun 2014. Ini menunjukkan bahwa PDRB
Provinsi Sulawesi Barat bergerak relatif lebih cepat ketimbang PDRB Kabupaten Mamuju.

Tabel 2. 5. Perbandingan PDRB Kabupaten Mamuju dan PDRB Sulawesi Barat atas Dasar Harga
Berlaku, 2005 - 2014 (dalam Rp Milyar)
Proporsi Mamuju
Tahun Sulawesi Barat Mamuju
Terhadap Sulbar
2005 4,422.95 1,383.12 31.27
2006 5,124.81 1,612.12 31.46
2007 6,192.79 1,952.21 31.52
2008 7,778.00 2,478.85 31.87
2009 9,403.38 2,867.56 30.49
2010 17,183.80 4,164.03 24.23
2011 20,189.30 4,942.42 24.48
2012 22,626.20 5,607.58 24.78
2013 25,249.50 6,321.79 25.04
2014 29,391.50 7,294.40 24.82
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Mamuju dan PDRB Provinsi Sulawesi Barat, berbagai seri.

Struktur ekonomi Kabupaten Mamuju masih didominasi oleh sektor pertanian. Dalam lima
tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB rata-rata 36,29 persen dengan
kecenderungan yang menurun. Sektor ekonomi lainnya yang menyumbang cukup
signifikan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Mamuju adalah sektor administrasi
pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial wajib (rata-rata 11,26%), sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (rata-rata 10,68%), dan
sektor konstruksi (rata-rata 10,13%) selama periode 2010-2014. Transformasi ekonomi
dari sektor primer ke sektor sekunder tampaknya berjalan lambat di Kabupaten Mamuju.

Selama periode 2005-2014, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju cenderung


fluktuatif dengan tren meningkat. Bahkan dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Mamuju cukup kuat, yang menempatkannya sebagai salah satu
daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi, baik secara regional maupun
Nasional. Dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju rata-rata
9,11 persen per tahun. Meski demikian, harus tetap diakui bahwa tingginya pertumbuhan
ekonomi tersebut karena berangkat dari basis PDRB yang relatif rendah. Secara umum,
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju juga berada di atas Provinsi Sulawesi Barat.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 15


Tabel 2.6. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju Atas Dasar Harga
Konstan 2010, 2010-2014 (dalam %)
No Kategori/Subkategori 2010 2011 2012 2013 2014*
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 36.67 36.80 35.88 36.00 36.09
2 Pertambangan dan Penggalian 3.28 3.24 3.16 3.08 3.15
3 Industri Pengolahan 3.77 3.75 3.56 3.37 3.42
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5 Limbah dan Daur Ulang 0.27 0.03 0.36 0.38 0.35
6 Konstruksi 11.28 10.10 9.73 9.58 9.94
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 Mobil dan Sepeda Motor 10.35 10.51 10.78 10.80 10.95
8 Transportasi dan Pergudangan 2.38 2.20 2.10 1.99 2.02
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 Minum 0.26 0.27 0.27 0.28 0.28
10 Informasi dan komunikasi 6.90 6.66 6.60 6.52 6.69
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2.50 2.70 3.00 2.98 2.82
12 Real Estate 2.81 2.68 2.48 2.35 2.27
13 Jasa Perusahaan 0.12 0.11 0.10 0.10 0.09
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan
14 dan Jaminan Sosial Wajib 9.38 10.82 11.78 12.26 12.06
15 Jasa Pendidikan 5.36 5.37 5.36 5.45 5.08
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.06 2.04 2.07 2.14 2.03
17 Jasa lainnya 2.54 2.37 2.71 2.67 2.71
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Mamuju, 2014

Gambar 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2014 (dalam %)


11.37
12 10.59
9.69 9.92
10 8.26
11.23
10.73 8.44
8.82
7.96
8 6.93 9.25
6.35 8.54 8.73

6 7.43
6.94
6.42 Mamuju
5.92 6.03
4
Sulawesi Barat
2

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Mamuju dan PDRB Provinsi Sulawesi Barat, berbagai seri.
Catatan: Tahun 2010 ke atas, menggunakan tahun dasar 2010.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam lima tahun terakhir, sebagian besar digerakkan
oleh sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi,

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 16


sektor pengadaan listrik dan gas, sektor administrasi pemerintahan, pertanahan, dan
jaminan social wajib, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang,
dan sector jasa pendidikan. Keenam sektor ini rata-rata bertumbuh di atas 10 persen per
tahun. Meski demikian, keempat sektor ini masih menunjukkan nilai tambah yang relatif
kecil. Sedangkan sektor yang berkontribusi besar terhadap pembentukan PDRB, seperti
sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor,
dan sektor konstruksi hanya bertumbuh dikisaran 7 9 persen per tahun.

Tabel 2.7. Pertumbuhan sektoral PDRB Kabupaten Mamuju dengan tahun dasar 2010, 2010
2014 (dalam %)

No Kategori/Subkategori 2010 2011 2012 2013* 2014**


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan - 10.86 6.54 6.61 7.37
2 Pertambangan dan Penggalian - 6.50 9.43 9.21 12.25
3 Industri Pengolahan - 12.48 6.95 6.24 8.57
4 Pengadaan Listrik dan Gas - 17.39 14.37 14.41 11.83
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5 Limbah dan Daur Ulang - 28.66 17.23 17.95 8.13
6 Konstruksi - 3.64 5.01 7.06 11.69
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 Mobil dan Sepeda Motor - 11.03 11.45 9.78 8.92
8 Transportasi dan Pergudangan - 7.92 6.91 4.58 9.35
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 Minum - 22.07 11.22 9.23 7.19
10 Informasi dan komunikasi - 10.17 11.70 11.73 12.14
11 Jasa Keuangan dan Asuransi - 21.45 17.15 7.21 4.07
12 Real Estate - 5.30 4.22 2.99 6.22
13 Jasa Perusahaan - 11.00 8.37 5.38 5.87
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan
14 dan Jaminan Sosial Wajib - 24.66 21.44 12.83 9.38
15 Jasa Pendidikan - 13.23 13.19 10.61 6.51
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - 7.89 9.81 10.29 7.24
17 Jasa lainnya - 9.25 18.38 9.74 14.83
PDRB 11.37 9.92 8.44 8.82
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Mamuju, 2014

2.2.2. Pendapatan per Kapita

Secara makro, pendapatan per kapita merupakan indikator yang lazim digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Selama periode 2005-2014, pendapatan per
kapita Kabupaten Mamuju terus menunjukkan peningkatan yang konsisten, dimana
pendapatan per kapita meningkat hampir enam kali lipat, yaitu dari Rp 5,06 juta pada

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 17


tahun 2005 menjadi Rp 28,17 juta pada tahun 2014. Capaian ini berada di atas angka
Provinsi Sulawesi Barat. Bahkan dalam lima tahun terakhir, pendapatan per kapita
Kabupaten Mamuju bergerak lebih cepat ketimbang Provinsi Sulawesi Barat.

Signifikannya peningkatan pendapatan per kapita Kabupaten Mamuju disebabkan oleh


peningkatan PDRB-ADHB yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan jumlah
penduduk. Selama periode 2005-2014, nilai PDRB-ADHB meningkat rata-rata 20,64 persen
per tahun, sedangkan jumlah penduduk bertumbuh dikisaran 3,9 persen per tahun.
Sekiranya laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Mamuju dapat ditekan ke level yang
lebih rendah, maka sesungguhnya Kabupaten Mamuju berpeluang untuk mencapai tingkat
pendapatan per kapita yang jauh lebih besar.

Gambar 2.3. Pendapatan per kapita Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi Barat, 2005-2014
(dalam Rp Juta)

28.17
30
25.06
22.75
25 20.60
18.00
20 23.36
20.46
15 18.58
16.98 Mamuju
8.17 9.06 14.83
10 6.59 Sulawesi Barat
5.06 5.67
8.98
5 7.53
6.09
4.56 5.16
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Mamuju, berbagai seri


Catatan: Tahun 2010 ke atas, menggunakan metode perhitungan PDRB yang baru.

2.2.3. Tingkat pengangguran

Penurunan angka pengangguran paling tajam di Kabupaten Mamuju berlangsung pada


periode 2005-2008. Pada periode tersebut, tingkat penganggurang terbuka (TPT) menurun
tajam dari 15,89 persen pada tahun 2005 menjadi 3,32 persen pada tahun 2008. Pada
tahun-tahun berikutnya, penurunan TPT terus berlanjut meski relatif lambat. Pada tahun
2014, TPT Kabupatan Mamuju hanya sebesar 1,03 persen. Angka ini jauh berada di bawah
angka TPT Provinsi Sulawesi Barat dan Nasional. Capaian dapat diintrepretasi bahwa setiap

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 18


100 orang angkatan kerja di Kabupaten Mamuju, hanya satu orang diantaranya yang
menganggur. Secara absolut, jumlah pengangguran di Kabupaten Mamuju sebanyak 1.942
orang.

Gambar 2.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi
Barat, 2005-2014 (dalam %)

18 15.89
16
14 13.59
12
10 9.72 Mamuju
8 6.45 5.45
4.57 4.51 Sulawesi Barat
6
3.25 2.82
4 2.14 2.33 2.08
5.40
2 3.32 3.36 2.63
0 1.55 1.02 1.22 1.03
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS , Mamuju dalam Angka dan Sulawesi Barat dalam Angka, berbagai seri.

Gambar 2.5. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Mamuju, 2014 (dalam %)

12.02 Pertanian

21.36 48.13 Industri Pengolahan

Perdagangan, Rumah Makan,


12.94 dan Hotel
5.28 Jasa Kemasyarakatan

Lainnya

Sumber: BPS , Mamuju dalam Angka, 2015

Berdasarkan data tahun 2014, angkatan kerja (berumur di atas 15 tahun) di Kabupaten
Mamuju pada umumnya terserap pada lapangan pekerjaan di sektor pertanian, sektor jasa
kemasyarakatan, dan sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel. Hampir setengah
(48,03%) dari seluruh tenaga kerja yang bekerja di Kabupaten Mamuju, terserap di sektor
pertanian, kemudian 21,36 persen terserap di sektor jasa kemasyarakatan, 12,94 persen di

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 19


sektor perdagangan, rumah makan dan hotel, dan sisanya bekerja di sektor industri
pengolahan (5,28%) dan sektor lainnya (12,02%).

2.2.4. Tingkat inflasi

Perhitungan inflasi di Kabupaten Mamuju dimulai pada tahun 2008, sejak Kabupaten
Mamuju ditetapkan sebagai salah satu daerah sample perhitungan inflasi oleh BPS. Selama
periode 2008-2014, laju inflasi tahunan di Kabupaten Mamuju relatif berfluktuasi di
rentang yang cukup besar, yaitu antara 1,78 s/d 11,66 persen. Secara rata-rata, tingkat
inflasi di Kabupaten Mamuju sebesar 5,79 persen per tahun (y.o.y). Laju inflasi tertinggi
terjadi pada tahun 2008 yang mencapai angka dua digit, sebagai imbas dari krisis ekonomi.
Pada tahun berikutnya, laju inflasi menurun tajam ke angka 1,78 persen, yang merupakan
angka terendah selama periode 2008-2014. Setelah itu, laju inflasi cenderung bergerak
naik hingga mencapai 7,88 persen pada tahun 2014. Penyesuaian harga BBM jenis
premium dan solar mengikuti harga keekonomiannya serta efek lanjutannya pada
kenaikan harga komoditas lainnya menjadi faktor utama penyebab tingginya inflasi di
Kabupaten Mamuju.

Gambar 2.6. Perkembangan Inflasi di Kabupaten Mamuju, 2008-2014

14
11.66
12

10
7.88
8
5.91
5.12 4.91
6
3.28
4
1.78
2

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS , Mamuju dalam Angka, berbagai seri

2.2.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu ukuran sederhana mengenai


dimensi pembangunan manusia. Gagasan utama dari penyusunan indikator ini adalah

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 20


untuk menggeser perhatian para pembuat kebijakan dari konsentrasi pada ekonomi
menuju konsentrasi pada kesejahteraan manusia. Konsep ini telah menempatkan manusia
sebagai pusat dan fokus perhatian utama seluruh gagasan tentang pembangunan.

Selama periode 2005-2013, IPM Kabupaten Mamuju meningkat secara konsisten. Pada
tahun 2005, IPM mencatat angka 67,32, dan kemudian meningkat menjadi 71,38 pada
tahun 2013. Berdasarkan kriteria UNDP, nilai IPM Kabupaten Mamuju termasuk kategori
menengah karena berada diantara 51 s/d 79. Secara relatif, capaian ini hanya
menempatkan Kabupaten Mamuju pada peringkat keempat dari enam kabupaten di
wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju hanya berada di atas Kabupaten
Polewali Mandar dan Kabupaten Mamuju Utara.

Gambar 2.7. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju, 2005-2014

74.00
71.38
70.76
72.00 Metode Lama
69.32 69.78
70.00 68.50 68.89
67.32 67.60
Metode Baru
68.00
66.00 64.17 64.71
63.24
64.00 61.65
62.28
62.00
60.00
58.00
56.00
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: BPS, IPM Kabupaten Mamuju, berbagai seri.
Catatan: Sejak tahun 2015, BPS menggunakan metode baru dalam perhitungan IPM dengan
menghitung mundur sampai tahun 2010.

Pada tahun 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan perubahan metode dalam
perhitungan IPM. Metode baru dimaksud telah mengubah dua indikator utama, yaitu
angka melek huruf diubah menjadi angka harapan lama sekolah dan Produk Domestik
Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Angka
melek huruf dianggap sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena
tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf
disebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antar daerah dengan baik. Sedangkan PDB per kapita dianggap tidak dapat

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 21


menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

Dengan menggunakan metode perhitungan IPM yang baru, Kabupaten Mamuju berada
pada peringkat pertama dengan nilai 64,71 dan Kabupaten Polewali Mandar pada
peringkat terakhir dengan nilai 60,09. .Padahal sebelumnya dengan menggunakan metode
lama, Kabupaten Mamuju selalu berada pada peringkat keempat, setelah Kabupaten
Majene, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Tengah.

Gambar 2.8. Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia antar kabupaten di Provinsi Sulawesi
Barat, 2014

66
64.71
65 64.04
63.74
64
62.85
63
62 61.48
61 60.09
60
59
58
57
Mamuju Majene Polewali Mamuju Mamasa Mamuju
Mandar Utara Tengah

Sumber: BPS, Statistik Daerah Kabupaten Mamuju, 2015.

2.2.6. Kemiskinan

Tren penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Mamuju cukup impresif. Penurunan


angka kemiskinan di Kabupaten Mamuju bukan hanya berlangsung relatif cepat, tetapi
juga berada jauh di bawah angka Provinsi Sulawesi Barat dan Nasional. Selama periode
2005-2014, persentase penduduk miskin di Kabupaten Mamuju menurun dari 15,96
persen pada tahun 2005 menjadi 6,77 persen pada tahun 2014. Angka yang disebut
terakhir jauh berada di bawah angka Provinsi Sulawesi Barat yang menunjukkan
persentase penduduk miskin sebesar 12,27 persen pada tahun 2014.

Fakta di atas menegaskan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten


Mamuju berlangsung cukup efektif. Meski harus tetap diakui bahwa keberhasilan tersebut
bukan hanya semata-mata hasil upaya pemerintah Kabupaten Mamuju, tetapi juga berkat
dukungan dari pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dan pemerintah pusat. Berbagai upaya

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 22


yang dianggap signifikan menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Mamuju, antara
lain, pemberian subsidi (seperti pangan, pupuk, benih, dan kredit program), bantuan sosial
(bansos), seperti Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), dan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini
dilaksanakan untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar yang tidak atau belum
mampu dipenuhi oleh mereka sendiri. Selain itu, juga telah dialokasikan dana dalam
bentuk Bantuan Langsung Masyarakat sebagai bagian dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, pemberian dana penjaminan
kredit/pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan koperasi melalui
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Gambar 2.9. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi Barat,
2005-2014 (dalam %)

25.00
20.74
19.03 Mamuju
20.00 16.73
15.96
15.29 Sulawesi Barat
13.58 13.89 13.24
15.00 11.96 12.30 12.27
11.07
8.11 8.13 8.17 7.59
10.00 7.12 6.81 6.77

5.00

0.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: BPS , Mamuju dalam Angka , Sulawesi Barat dalam Angka, dan Indikator Kesejahteraan
Rakyat, berbagai seri.

2..3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Pendidikan

Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan indikator
penting untuk menilai keberhasilan di bidang pendidikan. Indikator ini dapat menjelaskan
mengenai tingkat aksessibilitas penduduk usia sekolah terhadap layanan pendidikan.
Secara umum, kedua indikator utama ini menunjukkan kecenderungan meningkat di

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 23


Kabupaten Mamuju, yang menunjukkan terjadinya peningkatan akses penduduk terhadap
layanan pendidikan.

Tabel 2.8. APK dan APM menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Mamuju, 2005 2014 (dalam
%)
APM APK
Tahun
SD/MI SMP/MTS SMA/Ma SD/MI SMP/MTS SMA/Ma
2005
2006
2007 92.95 57.45 39.98 118.64 73.15 56.99
2008 93.23 62.24 49.50 118.96 79.25 70.58
2009 93.23 62.24 49.50 119.33 85.34 84.17
2010 94.40 69.61 52.46 91.30 83.20 61.92
2011 97.39 75.84 64.25 124.05 98.11 91.99
2012 91.07 58.46 37.14 102.84 77.63 57.61
2013 94.64 61.87 54.40 113.08 73.89 76.01
2014 95.79 66.57 58.10 110.95 81.34 83.38
Sumber: BPS, Sulawesi Barat dalam Angka, berbagai seri.

Gambar 2.10. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi Barat,
2005-2014 (dalam tahun)

7.20 7.05
6.99
7.00 6.87 6.88
6.76
6.80 6.63 6.65 6.91
6.51 6.79 6.80
6.60 6.72 6.70 Mamuju
6.30 6.30 6.59
6.40 Sulawesi Barat
6.49
6.20 6.30 6.30 6.32
6.00

5.80
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, IPM Kabupaten Mamuju dan IPM Provinsi Sulawesi Barat, berbagai seri.

Peningkatan APK dan APM di Kabupaten Mamuju juga diikuti oleh perbaikan angka rata-
rata lama sekolah (RLS). Pada tahun 2005, RLS di Kabupaten Mamuju hanya sepanjang
6,30 tahun, dan kemudian meningkat menjadi 6,91 tahun pada tahun 2014. Angka ini
menunjukkan bahwa secara rata-rata, penduduk Kabupaten Mamuju hanya mampu
menyelesaikan pendidikan hingga kelas 1 SMP dan berhenti sekolah pada saat menjelang
naik ke kelas 2 SMP. Meskipun capaian ini terbilang rendah, namun masih berada di atas
angka rata-rata Provinsi Sulawesi Barat yang hanya mencapai 6,88 tahun pada tahun 2014.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 24


Jika dilihat dari perspektif gender, laki-laki memiliki angka RLS yang relatif lebih panjang
ketimbang perempuan.

Indikator pendidikan lainnya, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) juga menunjukkan kemajuan
yang positif. Peningkatan AMH yang sangat signifikan terjadi dalam dua tahun terakhir.
AMH pada tahun 2014 sudah mencapai 92,59 persen, berada di atas AMH Provinsi
Sulawesi Barat (92,27%). Dengan kata lain, penduduk yang berumur 15 ke atas yang masih
butuh huruf di Kabupaten Mamuju sisa 7,41 persen. Angka ini juga bisa bermakna bahwa
setiap 1.000 orang penduduk Kabupaten Mamuju yang berumur 15 tahun ke atas, 74
orang diantaranya masih buta huruf.

Gambar 2.11. Angka Melek Huruf di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi Barat, 2005-2014
(dalam %)

94.00 92.59

92.00 89.97
89.08 89.08 89.18 89.18 89.25 92.27
90.00 88.40 88.77 88.77

88.00
88.48 88.48 88.48 88.79 Mamuju
86.00 87.31 87.59
84.00 85.90 86.40 Sulawesi Barat

82.00 83.40
80.00
78.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, Mamuju dalam Angka, berbagai seri

2.3.2. Kesehatan

Indikator penting untuk menilai keberhasilan program di bidang kesehatan adalah


meningkatnya angka harapan hidup (AHH). AHH dianggap sebagai akumulasi hasil dari
seluruh intervensi di bidang kesehatan. Di Kabupaten Mamuju, AHH meningkat dari 66,90
tahun pada tahun 2005 menjadi 68,26 tahun pada tahun 2009. Angka ini relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan AHH Provinsi Sulawesi Barat. Namun, seiring dengan perubahan
metode perhitungan IPM, AHH menjadi 65,70 tahun pada tahun 2010 dan kemudian
bergerak naik menjadi 66,37 tahun pada tahun 2014. Pada saat yang sama, AHH Provinsi
Sulawesi Barat baru mencapai 64,04 tahun, jauh di bawah capaian Kabupaten Mamuju.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 25


Membaiknya AHH secara implisit juga menunjukkan terjadinya perbaikan kualitas dan
derajat kesehatan masyarakat secara luas di Kabupaten Mamuju. AHH Kabupaten Mamuju
yang berada di atas AHH Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan bahwa secara relatif, upaya
penanganan kesehatan di Kabupaten Mamuju lebih baik dibandingkan dengan kabupaten
lainnya.

Gambar 2.12. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi Barat, 2005-2014
(dalam tahun(

68.00 68.26
69.00
67.50 67.76
68.00 66.90
67.00 66.10 66.28 66.37
67.60 65.70 65.90
67.40
66.00 67.00 67.20
66.40
65.00
Mamuju
64.00
63.00 64.04 Sulawesi Barat
63.32
62.00 63.04
62.50 62.78
61.00
60.00
59.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, Sulawesi Barat dalam Angka, berbagai seri

Indikator kesehatan lainnya yang menunjukkan kinerja sektor kesehatan adalah angka
kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), angka kematian balita (AKABA), dan angka
balita gizi buruk. Selama rentang waktu 2005-2014, jumlah kasus AKB, AKI, dan AKABA
berfluktuasi dengan kecenderungan yang menurun. Namun penurunan paling tajam
terjadi pada kasus AKI dan AKABA, yaitu dari masing-masing 17 kasus dan 26 kasus pada
tahun 2005 menjadi tujuh kasus dan dua kasus pada tahun 2014. Sedangkan jumlah kasus
AKB menurun dari 81 kasus menjadi 46 kasus pada periode yang sama, meskipun pernah
mencapai 130 kasus pada tahun 2012 yang merupakan angka tertinggi selama periode
2005-2014. Tetap penting untuk dicatat bahwa seluruh data tersebut merupakan data
facility based dan bukan data community based. Artinya, data tersebut merupakan hasil
laporan dari fasilitas kesehatan, bukan data riil yang sebenarnya terjadi.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 26


Tabek 2.9. AKB, AKI, AKABA, dan gizi buruk di Kabupaten Mamuju, 2005 2014 (dalam orang)
Angka Kematian Bayi Angka Kematian Angka Kematian Jumlah Kasus Gizi
Tahun
(AKB) Ibu (AKI) Balita (AKABA) Buruk
2005 81 17 26 -
2006 85 25 14 -
2007 78 21 11 14
2008 73 15 9 30
2009 74 18 11 18
2010 85 10 12 59
2011 87 13 5 47
2012 130 21 10 72
2013 79 13 7 54
2014 46 7 2 102
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, 2014

Gambaran yang cukup kontras ditunjukkan oleh kasus gizi buruk, dimana jumlahnya terus
meningkat selama periode 2005-2014. Pada tahun 2007, jumlah kasus gizi buruk hanya 14
kasus dan meningkat sekitar tujuh kali lipat menjadi 102 kasus pada tahun 2014. Penyebab
utama meningkatnya kasus gizi buruk di Kabupaten Mamuju, antara lain: rendahnya
asupan makanan bayi dan balita, kurangnya pengetahuan tentang gizi, kesalahan pola
asuh orang tua, dan adanya penyakit infeksi pada anak bayi dan balita.

Secara umum, membaiknya kualitas dan derajat kesehatan di Kabupaten Mamuju tidak
terlepas dari meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
masyarakat. Hingga tahun 2014, Kabupaten Mamuju telah memiliki tiga unit Rumah Sakit
Umum, 90 unit Tempat Praktek Bidan, 22 unit Puskesmas, tiga Puskesmas Pembantu, 388
Posyandu, dan 133 Poskesdes. Sedangkan jumlah tenaga medis dan non-medis, terdiri atas
19 orang dokter umum, 66 orang bidan, 128 orang perawat, empat orang farmasi, 11
orang ahli gizi, enam orang ahli sanitasi, dan dua orang tenaga kesehatan masyarakat.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.4.1. Infrastruktur

Selama periode 2005-2014, pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Mamuju


menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini bisa diamati dari dua indikator, yaitu:
proporsi panjang jalan kabupaten menurut jenis permukaan (dirinci menurut jalan aspal,

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 27


kerikil, tanah, dan lainnya) dan proporsi panjang jalan kabupaten menurut kondisi jalan
(dirinci menurut kondisi baik, sedang, rusak, dan rusak berat).

Pada tahun 2014, dari total panjang jalan kabupaten 797,91 Km, sekitar 76,00 persen
berupa permukaan aspal, hanya sekitar 1,00 persen berupa permukaan kerikil, dan 23,00
persen berupa permukaan lainnya (tidak dirinci). Gambaran ini sangat kontras jika
dibandingkan dengan tahun 2005, dimana hanya 15,97 persen dari total panjang jalan
yang berpermukaan aspal, 50,15 persen berpermukaan kerikil, dan 33,89 persen
berpermukaan tanah. Fakta ini menunjukkan adanya kemajuan yang sangat signifikan
dalam pembangunan infrastruktur jalan, terutama keberhasilan mengkonversi permukaan
kerikil menjadi permukaan aspal.

Gambar 2.13. Proporsi panjang jalan kabupaten menurut jenis permukaan di Kabupaten Mamuju,
2005-2014 (dalam %)

2014
2013
2012
2011 Aspal
2010 Kerikil
2009 Tanah
2008 Lainnya
2007
2006
2005
0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sumber: BPS, Mamuju dalam Angka, berbagai seri

Jika diamati total panjang jalan berdasarkan kondisi jalan, tampak bahwa proporsi panjang
jalan kabupaten dalam kondisi baik juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2014, proporsi panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik hanya 15,77 persen. Angka
tersebut melonjak tajam menjadi 56,26 persen pada tahun 2014. Pada saat yang sama,
kondisi jalan dalam keadaan rusak berat juga mengalami penurunan yang cukup tajam,
yaitu dari 32,29 persen pada tahun 2005 menjadi 12,14 persen pada tahun 2014.
Gambaran ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Mamuju telah berhasil
mengkonversi kondisi jalan yang rusak menjadi kondisi baik.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 28


Gambar 2.14. Proporsi panjang jalan kabupaten menurut kondisi jalan di Kabupaten Mamuju,
2005-2014 (dalam %)

2014
2013
2012 Baik
2011 Sedang
2010 Rusak
2009 Rusak Berat
2008
2007
2006
2005
0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sumber: BPS, Mamuju dalam Angka, berbagai seri

Tabel 2.10. Jumlah rumahtangga menurut sumber penerangan utama di Kabupaten Mamuju,
2005-2014 (dalam %)
Listrik Petromaks Pelita/Sent Rasio
Tahun Listrik PLN Lainnya Jumlah
Non-PLN /Aladin er/Obor Elektrifikasi
2005
2006
2007 17,508 19,367 1,242 26,968 707 65,792 56.05
2008 26,197 21,298 298 19,794 200 67,787 70.07
2009 35,186 17,879 103 18,275 514 71,957 73.75
2010 28,131 17,674 544 29,850 378 76,577 59.82
2011 31,023 23,654 147 21,532 780 77,136 70.88
2012 39,753 21,851 287 18,689 127 80,707 76.33
2013 46,672 16,653 555 17,692 539 82,111 77.12
2014 49,243 16,489 0 16,908 596 83,236 78.97
Sumber: BPS, Sulawesi Barat Dalam Angka, berbagai seri

Infrastruktur dasar yang terkait langsung dengan masyarakat luas, yaitu ketersediaan
energi listrik, juga menunjukkan gambaran yang relatif baik. Rasio elektrifikasi, yaitu
persentase rumah tangga yang menikmati listrik, baik PLN maupun Non-PLN meningkat
dari 56,05 persen pada tahun 2007 menjadi 78,97 persen pada tahun 2014. Itu berarti,
saat ini di Kabupaten Mamuju, setiap 100 rumah tangga, hanya 21 rumah tangga yang
belum menikmati listrik. Akses penduduk terhadap listrik PLN cenderung meningkat, dan
sebaliknya akses terhadap listrik Non-PLN cenderung menurun. Ini sekaligus menunjukkan
peningkatan kemampuan PLN untuk menyediakan energi lsitrik bagi masyarakat.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 29


Selain akses terhadap energi listrik, akses penduduk terhadap air bersih dan layak juga
menunjukkan peningkatan selama periode 2005-2014. Persentase rumah tangga dengan
sumber air minum bersih dan layak di Kabupaten Mamuju menunjukkan kecenderungan
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, proporsi rumah tangga yang memiliki
akses terhadap air bersih dan layak sebesar 65,63 persen, relatif lebih besar dibandingkan
dengan situasi lima tahun yang lalu, yang hanya mencatat angka sekitar 60 persen.

Tabel 2.11. Persentase rumahtangga menurut sumber air minum di Kabupaten Mamuju, 2005-
2014 (dalam %)
Air Bersih dan Layak Air Tidak Bersih
Air Sumur/ Sumur Mata
Tahun
kemas- mata air Sub- tak air tak Lain- Sub- Total
Leding Pompa
an/isi terlin- Total terlin- terlin- nya Total
ulang dung dung dung
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011 13.94 6.94 2.77 36.32 59.97 22.57 10.94 6.52 40.03 100.00
2012 14.71 6.54 4.56 33.35 59.16 18.61 15.39 6.84 40.84 100.00
2013 6.03 5.24 5.97 45.31 62.55 18.02 11.49 7.93 37.45 100.00
2014 23.12 3.87 5.69 32.95 65.63 13.92 10.60 9.85 34.37 100.00
Sumber: BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat, berbagai seri

2.4.2. Sumberdaya Manusia

Kualitas sumberdaya manusia di suatu daerah bisa diamati, salah satunya dari tingkat
pendidikan penduduknya, terutama mereka yang berumur 15 tahun ke atas. Gambaran ini
juga sekaligus dapat merefleksikan kualitas tenaga kerja. Sampai dengan tahun 2014, dari
seluruh penduduk Kabupaten Mamuju yang berumur 15 tahun ke atas, sekitar sepertiga
diantaranya tidak/belum pernah sekolah. Secara absolut, jumlah mencapai 61.548 orang
dari total penduduk yang berumur 15 tahun keatas sebesar 188.780.

Jika angka tersebut digabungkan dengan angka penduduk yang hanya bisa menamatkan
pendidikan sampai jenjang SD/Sederajat, maka diperoleh angka sekitar 61 persen. Fakta
ini mengindikasikan rendahnya kualitas sumberdaya manusia atau tenaga kerja di
Kabupaten Mamuju. Sebagian besar mereka yang tidak terdidik ini bekerja di sektor
pertanian dan sektor informal dengan tingkat produktivitas yang rendah.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 30


Gambar 2.15. Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut status pendidikan di Kabupaten
Mamuju, 2014 (dalam %)

8.22 Tidak/Belum Pernah Sekolah


16.11 32.56
SD/Sederajat
15.08
SLTP/Sederajat
28.03 SLTA/Sederajat

D1/Universitas

Sumber: BPS, Mamuju Dalam Angka, 2015

2.4.3. Keamanan dan Ketertiban

Dalam lima tahun terakhir, jumlah gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
(kamtibmas) dan kasus kriminalitas cenderung meningkat. Bahkan kasus kriminalitas
berlangsung dengan intensitas yang cukup tinggi, yaitu rata-rata 462 kasus per tahun. Jenis
kriminalitas yang banyak terjadi, antara lain, kasus pencurian, penipuan, perkelahian,
pemukulan, dsb. Namun untuk kasus demonstrasi, justru menunjukkan tren menurun,
yaitu dari 45 kasus pada tahun 2010 menjadi hanya 25 kasus lima tahun kemudian.

Tabel 2.12. Kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Mamuju, 2005-2014 (dalam jumlah
kasus)
Gangguan
Tahun Demonstrasi Kriminalitas Konflik SARA
Kantibmas
2005
2006
2007
2008
2009
2010 45 5 410 0
2011 42 6 308 0
2012 55 16 464 0
2013 53 10 536 0
2014 25 9 594 0
Sumber: Badan Kesbangpol Kabupaten Mamuju, 2015

Meskipun Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terbuka dan dihuni oleh penduduk
dengan beragam suku, agama, dan ras, namun tidak pernah terjadi konflik yang dipicu

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 31


oleh isu SARA. Ini membuktikan bahwa masyarakat Kabupaten Mamuju sangat
menghargai perbedaan dan bisa hidup berdampingan dengan penuh toleransi. Kondisi ini
merupakan modal dasar bagi keberlanjutan pembangunan daerah.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 32




BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS


3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan pembangunan daerah merupakan kesenjangan antara kinerja


pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin
dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan sedang dibuat. Potensi
permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum
didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi. Dalam perspektif jangka
panjang, permasalahan pembangunan Kabupaten Mamuju diidentifikasi sebagai berikut:

1. Masih rendahnya akses penduduk terhadap layanan pendidikan

Rendahnya akses penduduk Kabupaten Mamuju terhadap layanan pendidikan dapat


diamati dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada semua jenjang pendidikan. Dari data
yang tersedia, pada tahun 2014, APS umur 7-12 tahun sebesar 98,65 persen, umur 13-15
tahun sebesar 92,29 persen, umur 16-18 tahun sebesar 71,00 persen, dan umur 19-24
tahun sebesar 20,24. Fakta ini menegaskan bahwa semakin tinggi umur seseorang,
semakin rendah aksesnya terhadap layanan pendidikan. Setiap 10 orang yang berumur 16-
18 tahun, hanya tujuh orang yang masih duduk di bangku sekolah, dan setiap 10 orang
yang berumur 19-24 tahun, hanya dua orang yang masih bersekolah.

Masalah lainnya yang juga tampak menonjol terkait dengan layanan pendidikan, antara
lain, terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, belum memadainya kuantitas dan
kualitas SDM tenaga pendidik dan kependidikan, belum meratanya dan proporsionalnya
penempatan tenaga pendidik dan kependidikan, dan belum optimalnya penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini (PAUD).

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 32


2. Masih rendahnya akses penduduk terhadap layahan kesehatan

Rendahnya akses penduduk Kabupaten Mamuju terhadap layanan kesehatan dapat


diamati dari tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Gizi Buruk. Pada tahun 2014,
jumlah kasus gizi buruk mencapai 102 kasus dengan kecenderungan yang terus meningkat.
Sedangkan jumlah kasus AKB mencapai 46 kasus dengan tren yang menurun.

Masalah lainnya yang juga tampak menonjol terkait dengan layanan kesehatan, antara
lain, belum meratanya pelayanan kesehatan, masih rendahnya kesadaran perilaku hidup
sehat di kalangan masyarakat, belum memadainya kuantitas dan kualitas paramedis,
belum meratanya penempatan tenaga medis dan paramedis, masih kurangnya pembinaan
keluarga sejahtera, masih rendahnya sarana dan prasarana kesehatan, dan masih
terbatasnya jangkauan pelayanan kesehatan hingga ke pelosok desa dan wilayah terpencil.

3. Masih besarnya jumlah penduduk miskin

Salah satu tantangan yang dihadapi Kabupaten Mamuju adalah menurunkan angka
kemiskinan. Secara absolut, pada tahun 2014, jumlah penduduk miskin sekitar 25.000
orang atau 6,67 persen dari total penduduk. Meskipun persentase penduduk miskin di
Kabupaten Mamuju relatif rendah dan mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam
10 tahun terakhir, namun masih perlu diturunkan ke level yang lebih rendah.
Bagaimanapun, penurunan jumlah penduduk miskin selalu berkorelasi dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, perbaikan kualitas hidup, dan peningkatan
pembangunan manusia.

4. Masih tingginya angka pengangguran

Masalah pengangguran masih menjadi salah satu masalah penting yang perlu diatasi di
Kabupaten Mamuju. Meskipun tingkat penganguran terbuka menunjukkan penurunan
secara sistematis dan capaian pada tahun 2014 merupakan angka terendah dalam satu
dekade terakhir, namun masalah pengangguran tetap penting mendapat perhatian. Data
BPS memperlihatkan bahwa jumlah pengangguran di Kabupaten Mamuju pada tahun 2014
mencapai 1.942 orang. Jika mereka tidak segera memperoleh pekerjaan, maka hal ini
dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan,

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 33


kriminalitas, konflik sosial, dsb. Seperti halnya kemiskinan, pengangguran sekecil apapun
jumlahnya, tetap perlu mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah Kabupaten
Mamuju.

5. Masih rendahnya kualitas pembangunan manusia

Secara umum, kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Mamuju relatif rendah. Ini
setidaknya ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang hanya
menunjukkan angka sebesar 64,71 pada tahun 2014 (dengan menggunakan metode
perhitungan IPM yang baru). Angka ini berada di bawah angka IPM Nasional. Secara
absolut, IPM Kabupaten Mamuju terus bergerak naik, dan mengalami perubahan posisi
relatif dalam 10 tahun terakhir, yaitu dari posisi keempat pada tahun 2006 bergeser ke
posisi ketiga pada tahun 2013, setelah Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamasa.
Namun perubahan metode perhitungan IPM yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2014,
telah menjadikan Kabupaten Mamuju berada pada posisi pertama dari enam kabupaten di
Provinsi Sulawesi Barat. Meski demikian, ketiga indeks komposit IPM, yaitu pendidikan,
kesehatan, dan daya beli, masih perlu terus diupayakan peningkatannya secara signifikan
dari tahun ke tahun.

6. Belum berkembangnya perekonomian daerah

Perekonomian Kabupaten Mamuju masih bertumpu pada pertanian dengan basis PDRB
yang relatif kecil dan perubahan struktur ekonomi yang berjalan lambat. Permasalahan
yang tampak menonjol terkait dengan perekonomian daerah, antara lain, belum
optimalnya pemanfaatan lahan pertanian yang berdampak pada rendahnya produksi
pertanian, tingginya alih fungsi lahan dan belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan
lahan kritis, terbatasnya infrastruktur pendukung berupa jaringan irigasi dan jalan
produksi, adanya serangan hama penyakit tanaman yang berdampak pada menurunnya
produktifitas pertanian, belum berkembangnya usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) yang berdampak pada rendahnya kontribusi industri pengolahan terhadap PDRB,
masih rendahnya akses pelaku ekonomi terhadap sumberdaya keuangan, masih
rendahnya daya saing komoditas hasil pertanian dan industri pengolahan, serta masih
terbatasnya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan teknologi produksi.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 34


7. Belum memadainya ketersediaan infrastruktur dasar

Secara umum, ketersediaan infrastruktur dasar di Kabupaten Mamuju masih belum


memadai. Ketersediaan dan kondisi jalan dan jembatan yang menghubungkan antara
wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan tampak belum memadai. Proporsi panjang
jalan dalam kondisi rusak dan rusak berat masih mencapai seperempat dari total panjang
jalan kabupaten. Selain itu, akses penduduk/rumah tangga terhadap air bersih dan layak
juga masih rendah. Sampai dengan tahun 2014, proporsi rumah tangga yang memiliki
akses terhadap air bersih dan layak hanya sebesar 65,63 persen. Demikian pula akses
penduduk/rumah tangga terhadap listrik juga masih sangat terbatas. Berdasarkan data
BPS, proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan listrik, baru mencapai
78,97 persen pada tahun 2014.

8. Belum memadainya penyelenggaraan pemerintahan daerah

Permasalahan yang dihadapi terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah,


antara lain, belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat karena Standar Pelayanan
Minimum (SPM) belum sepenuhnya diterapkan, belum berkembangnya mekanisme
pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan daerah, belum
berkembangnya budaya kerja yang lebih berorientasi pada kinerja dalam lingkungan
birokrasi, belum maksimalnya koordinasi antar SKPD, masih perlunya peningkatan
kapasitas dan kapabilitas SDM aparatur, belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah,
masih rendahnya kemampuan pemerintah daerah untuk memobilisasi sumber-sumber
pendapatan daerah, dan belum adanya kesamaan persepsi antara eksekutif dan legislatif
terutama menyangkut pengelolaan keuangan daerah.

3.2. Isu-isu Strategis

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam
perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan
karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan
tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah di masa yang akan datang. Berdasarkan
hasil pengamatan yang mendalam, diidentifikasi sejumlah isu strategis yang relevan

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 35


dengan konteks pembangunan Kabupaten Mamuju dalam perspektif jangka panjang 20
tahun ke depan, sebagai berikut:

1. Isu kelestarian lingkungan hidup

Isu lingkungan hidup akan terus mewarnai pelaksanaan pembangunan di masa depan.
Pertumbuhan ekonomi harus diimbangi dengan upaya menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Dalam konteks perdagangan global, produk-produk yang tidak pro-lingkungan
semakin diproteksi. Isu lingkungan hidup sangat relevan dengan Kabupaten Mamuju
mengingat kegiatan ekonomi masyarakat sebagian besar berkaitan dengan pemanfaatan
sumber daya alam. Perekonomian Kabupaten Mamuju yang masih bertumpu pada sektor
pertanian, perkebunan, pertambangan, dan kelautan-perikanan, sangat terkait dengan
masalah lingkungan. Ketika kualitas lingkungan mengalami penurunan, maka kegiatan
ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam juga dipastikan akan mengalami
penurunan.

Isu lingkungan hidup juga menjadi sangat penting karena terkait dengan ekologi, seperti
ketersediaan air, kelestarian keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim. Daya dukung
lingkungan yang mengalami penurunan berpotensi menurunkan sumber mata air,
menurunkan keseimbangan ekosistem dan kualitas udara. Oleh karena itu, salah satu
tantangan terbesar Kabupaten Mamuju di masa depan adalah bagaimana menjaga
kelestarian lingkungan hidupnya agar potensi sumberdaya alam dapat dijaga
kelestariannya untuk kemudian dimanfaatkan oleh generasi berikutnya.

2. Isu perubahan iklim dan pemanasan global.

Perubahan iklim dan pemanasan global akan berdampak luas terhadap kegiatan budidaya
pertanian, aktifitas penangkapan dan budidaya perikanan, dsb. Sedangkan secara
lingkungan, fonemena alam ini berpotensi menyebabkan terjadinya kekeringan, banjir,
tanah longsor, dsb. Isu ini harus mampu diantisipasi dan disikapi secara serius oleh para
pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah Kabupaten Mamuju, agar tidak
memberi dampak buruk bagi keberlangsungan kehidupan penduduk.

3. Isu perdagangan bebas dan regionalisasi ekonomi

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 36


Saat ini, perdagangan bebas telah menjadi keniscayaan dalam tatanan perekonomian
global. Inti dari perdagangan bebas adalah barang dan jasa dibiarkan bergerak bebas lintas
negara tanpa hambatan. Prinsip dasarnya, bahwa perekonomian akan lebih optimal
mendorong kesejahteraan jika mekanisme pasar dibebaskan bekerja dan peranan negara
semakin dikurangi. Di satu sisi, kondisi ini memberi peluang bagi Kabupaten Mamuju untuk
lebih produktif menghasilkan barang dan jasa serta meningkatkan daya saing. Namun di
sisi lain, pemerintah daerah juga tetap dituntut untuk melindungi lapisan/golongan
masyarakat yang tidak punya akses dalam mekanisme pasar.

Terkait dengan regionalisasi ekonomi, negara-negara ASEAN telah bersepakat untuk


memberlakukan kawasan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Ini
menandai dimulainya era regionalisasi ekonomi di kawasan ASEAN, dimana tidak ada lagi
hambatan atas arus barang dan jasa, menusia dan kapital antara negara-negara anggota
ASEAN. Liberalisasi perdagangan ini akan berimbas pada meningkatnya intensitas
persaingan di pasar domestik akibat membanjirnya produk-produk dari negara-negara
ASEAN serta meningkatnya persaingan di pasar ekspor karena tidak adanya lagi restriksi
dalam perdagangan internasional lingkup ASEAN. Kabupaten Mamuju, tak terkecuali, akan
menerima dampak atas kondisi ini, dan karena itu, perlu mengantisipasinya dengan
meningkatkan kualitas produk, daya saing produk, produktivitas, dan kemampuan
berinovasi oleh para pelaku ekonomi lokal.

4. Isu keberlanjutan desentralisasi dan otonomi daerah

Dalam perspektif jangka panjang, berbagai peraturan perundangan dan kebijakan


pembangunan akan bernuansa keberlanjutan desentralisasi dan otonomi daerah. Arus
desentralisasi dan otonomi daerah tidak mungkin lagi bisa ditarik mundur dan akan
menjadi keniscayaan zaman. Keberlanjutan desentralisasi dan otonomi daerah akan
menjadi instrumental input bagi perkembangan Kabupaten Mamuju ke depan. Tantangan
berikutnya adalah menggeser unit otonomi tersebut pada tingkat yang lebih substansial,
yaitu otonomi masyarakat. Jika itu terjadi, maka akan memberikan implikasi yang luas bagi
praktek penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di masa yang akan datang.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 37


5. Isu posisi Mamuju sebagai pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat

Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi


Sulawesi Barat, yang merupakan pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan, telah
memberikan implikasi luas terhadap posisi Kabupaten Mamuju sebagai Ibukota Provinsi
Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju akan berkembang sebagai pusat pemerintahan dan
menjadi pusat kegiatan ekonomi pada skala provinsi. Secara alamiah, posisi strategis
semacam ini akan merangsang arus migrasi masuk, akan menyebabkan menyempitnya
ruang-ruang publik, memunculkan fenomena sosial baru seperti slum area, pusat hiburan,
dan kriminalitas, menyebabkan terjadinya kesemrawutan ruang wilayah, memicu
munculnya berbagai tuntutan baru terutama dalam hal pelayanan publik, dsb.

6. Isu Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sejak beberapa tahun lalu, Kabupaten Mamuju telah ditetapkan sebagai salah satu
Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Indonesia. Di satu sisi, penetapan ini akan
memberikan manfaat positif terutama dari sisi ekonomi. Namun di sisi lain, penetapan ini
juga membawa konsekuensi berupa perlunya mendesain pembangunan yang lebih sinergis
antar sektor dan antar wilayah, melakukan penataan pola dan struktur ruang yang sesuai
dengan daya dukung lahan, mengembangkan sistem moda transportasi terpadu, dan
membangun berbagai infrastruktur dasar.

6. Isu pembangunan regional Pulau Sulawesi

Oleh pemerintah pusat, Pulau Sulawesi telah ditetapkan sebagai salah satu koridor
ekonomi Nasional, yaitu Koridor IV. Secara geografis, Kabupaten Mamuju berada di
tengah-tengah Pulau Sulawesi dan juga berada di jalur utama Trans-Sulawesi. Kabupaten
Mamuju telah menjadi daerah perlintasan antar kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi
Barat dan antar provinsi di wilayah Pulau Sulawesi. Posisi strategis ini dapat memberikan
banyak manfaat bagi pengembangan Kabupaten Mamuju, terutama terkait dengan
pergerakan arus barang dan orang secara regional. Namun jika tidak dikelola dengan baik,
sangat berpotensi menimbulkan permasalahan transportasi di masa mendatang bagi
Kabupaten Mamuju.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 38


7. Isu pemekaran Kabupaten Mamuju

Idealnya, ibu kota provinsi seharusnya merupakan daerah yang berciri perkotaan. Namun
hingga saat ini, ibu kota Provinsi Sulawesi Barat masih berciri perdesaan. Oleh karena
itu, wacana tentang pembentukan Kota Mamuju, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten
Mamuju, terus bergulir. Jika sekiranya pembentukan Kota Mamuju benar-benar
terealisasi, maka ibu kota Kabupaten Mamuju saat ini akan menjadi Kota Mamuju,
Sedangkan ibu kota Kabupaten Mamuju nantinya akan dipindahkan ke Kalukku.
Pemekaran ini akan memberikan implikasi yang luas terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Mamuju.

8. Isu tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik

Saat ini dan di masa depan, tuntutan atas penyelenggaraan pemerintahan yang lebih
akuntabel, transparan, dan partisipatif akan semakin intens disuarakan oleh kelompok
masyarakat sipil. Bersamaan dengan itu, para penyelenggara pemerintahan juga dituntut
untuk lebih responsif, pro-aktif, adil, peduli, dan bertindak lebih efisien dan efektif.
Konsekuensinya, pemerintah daerah, tak terkecuali pemerintah Kabupaten Mamuju, harus
segera mendesain penyelenggaraan pemerintahannya agar bersesuaian dengan tuntutan-
tuntutan tersebut. Dalam kerangka ini, penguatan kelembagaan pemerintah dan
peningkatan kapasitas SDM aparat Kabupaten Mamuju, menjadi sebuah keniscayaan.
Mekanisme pengendalian dan pengawasan harus terus dikembangkan dalam kerangka
mewujudkan check and balance guna menekan praktek-praktek KKN. Begitu pula
mekanisme koordinasi antar instansi pemerintahan, baik secara vertikal maupun
horizontal, perlu ditata dan lebih diintensifkan guna mengefektifkan pelaksanaan fungsi
pemerintahan dan pembangunan.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 39




BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH


4.1. Visi Pembangunan Jangka Panjang

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan pembangunan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi seyogyanya harus
mampu menunjukkan gambaran masa depan yang ideal bagi daerah dan masyarakat.
Rumusan Visi sepatutnya mencerminkan realitas yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, sekaligus dapat mengakomodir cita-cita ke depan. Selain itu, rumusan visi
juga harus mempertimbangkan aspek dinamika lingkungan strategis daerah yang terus
mengalami perubahan.

Berdasarkan kondisi dan capaian pembangunan Kabupaten Mamuju saat ini, mengamati
permasalahan dan isu strategis daerah, memperkirakan tantangan dan peluang yang bakal
dihadapi dalam 20 tahun mendatang, memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, serta
mengacu pada Visi Pembangunan Nasional dan Visi Pembangunan Propinsi Sulawesi Barat
Tahun 2005-2015, maka dirumuskan Visi Pembangunan Kabupaten Mamuju untuk jangka
waktu 20 tahun ke depan.

Visi Pembangunan Nasional Indonesia Tahun 2005-2025 sebagaimana tertuang di dalam


Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional adalah: Indonesia yang Maju, Mandiri dan Adil. Sedangkan Visi Pembangunan
Daerah Propinsi Sulawesi Barat tahun 2005-2025 sebagaimana dinyatakan di dalam
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJPD Propinsi Sulawesi Barat adalah:
Terwujudnya Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Terlepasnya Predikat Daerah
Tertinggal menjadi Propinsi yang Malaqbi . Kedua visi ini menjadi acuan dalam
perumusan Visi Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Mamuju.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 40


Dari segi modal dasar, Kabupaten Mamuju merupakan wilayah yang dihuni oleh penduduk
dengan aneka latar belakang sosial, agama, budaya dan etnis. Meski demikian, mereka
hidup dengan damai, rukun, harmonis, dan penuh toleransi dengan intensitas konflik yang
sangat rendah. Daerah ini juga memiliki kekayaan sumberdaya alam yang belum dikelola
secara maksimal dan kualitas sumberdaya manusia yang belum berada pada level yang
diharapkan. Namun secara geografis, Kabupaten Mamuju berada pada posisi yang cukup
strategis, baik dilihat dalam konteks regional Sulawesi, maupun dalam konteks keterkaitan
dengan daerah lain di sepanjang Selat Makassar.

Dari segi dinamika eksternal, Kabupaten Mamuju dihadapkan pada berbagai tantangan,
terutama yang terkait dengan isu perdagangan bebas, regionalisasi ekonomi, kelestarian
lingkungan, demokratisasi, tata kelola pemerintahan, desentralisasi dan otonomi daerah,
dsb. Pada saat yang bersamaan, tuntutan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih
sejahtera, kualitas hidup yang lebih baik, pembangunan yang lebih merata, dan pelayanan
publik yang lebih berkualitas, juga terus meningkat dari waktu ke waktu.

Mempertimbangkan semua aspek di atas, Kabupaten Mamuju menetapkan visi


pembangunan jangka panjang sebagai berikut:

Terwujudnya Masyarakat Mamuju yang Maju dan Mandiri

Visi ini memiliki makna sebagai berikut:

1. Masyarakat yang maju, dapat dimaknakan sebagai masyarakat yang mampu


mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk melakukan perubahan guna
mewujudkan kesejahteraan, baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan maupun
spritual.

2. Masyarakat yang mandiri, dapat diartikan sebagai masyarakat yang memiliki kemauan
dan tekad yang kuat untuk mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
daerah lain, dengan bertumpu pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Visi di atas kemudian diungkapkan dengan jargon Gerbang Maju (Gerakan Membangun
Mamuju Menuju Masyarakat Maju dan Mandiri). Gerakan ini menekankan pada mobilitas

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 41


masyarakat yang tinggi secara bersama-sama memanfaatkan potensi yang ada untuk
membangun Kabupaten Mamuju.

4.2. Misi Pembangunan Jangka Panjang

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Misi juga dapat dipandang sebagai pilihan jalan bagi pemerintahan
daerah dalam menyediakan dan menyelenggarakan layanan bagi masyarakat. Rumusan
misi yang baik dapat membantu menggambarkan secara lebih jelas visi yang ingin dicapai
dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Dalam suatu dokumen
perencanaan, rumusan misi menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan
sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh
untuk mencapai visi.

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Mamuju, maka


dirumuskan Misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


2. Membangun ekonomi yang maju.
3. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik.
4. Mewujudkan wilayah yang nyaman, asri dan berwawasan lingkungan.
5. Menjamin stabilitas daerah.

4.3. Strategi Pembangunan Jangka Panjang

Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten


Mamuju, maka dirumuskan strategi pokok pembangunan daerah untuk jangka waktu 20
tahun ke depan, sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi

Strategi ini dimaksudkan agar perekonomian Kabupaten Mamuju terus mengalami


pertumbuhan secara berkelanjutan dengan bertumpu pada potensi sumberdaya lokal.
Strategi ini diharapkan dapat berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 42


yang ditandai dengan peningkatan pendapatan perkapita, penurunan angka kemiskinan,
penurunan ketimpangan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja, dsb.

2. Pemerataan Hasil Pembangunan

Strategi ini dimaksudkan agar pembangunan yang dilaksanakan dalam berbagai bidang
dapat dirasakan hasilnya oleh semua lapisan masyarakat tanpa kecuali dan juga dapat
menjangkau seluruh wilayah dalam Kabupaten Mamuju, termasuk wilayah terpencil dan
kepulauan. Dengan demikian, pemerataan dimaksud memiliki dimensi ganda, yaitu
pemerataan pendapatan dan pemerataan wilayah.

3. Penguatan Partisipasi Masyarakat

Strategi ini dimaksudkan agar seluruh elemen masyarakat Kabupaten Mamuju dapat
mengambil peran secara proporsional dalam proses pembangunan, mulai dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan daerah. Tanpa
keterlibatan dan partisipasi masyarakat, sulit berharap pembangunan di Kabupaten
Mamuju akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.

4. Pengembangan Kemitraan Multi-Pihak

Strategi ini bertumpu di atas kesadaran bahwa pemerintah Kabupaten Mamuju memiliki
keterbatasan sumberdaya, dan karena itu, perlu membangun kemitraan dan kolaborasi
dengan berbagai pihak, khususnya dengan pihak swasta dan lembaga non-pemerintah.
Kemitraan dan kolaborasi diperlukan terutama dalam hal penyediaan layanan publik,
pembangunan sarana dan prasarana sosial ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan
penyediaan sumber-sumber pembiayaan pembangunan daerah.

5. Menjaga Stabilitas Keamanan dan Ketertiban

Strategi ini dibangun di atas sebuah premis dasar bahwa keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan sangat
bergantung pada situasi keamanan dan ketertiban yang kondusif. Mewujudkan ketertiban
dan keamanan harus menjadi tanggung jawab semua pihak. Dengan kata lain, kondusifnya

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 43


keamanan dan ketertiban menjadi prasyarat utama bagi keberlangsungan pembangunan
dalam jangka panjang.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 44




BAB V
ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH


Arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah merupakan penjabaran lebih lanjut
dari Visi dan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Mamuju untuk jangka waktu 20 tahun
ke depan. Sebagai bagian dari arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah, maka
perlu dirumuskan sasaran-sasaran pokok yang bersifat terukur dengan penekanan pada
kinerja dampak (impact based), mengingat dokumen RPJPD berdimensi jangka panjang.
Selanjutnya setiap sasaran pokok tersebut dijabarkan dalam bentuk indikator dan target
kinerja yang terukur. Agar sasaran-sasaran pokok tersebut dapat dicapai, maka kemudian
dirumuskan berbagai kebijakan pembangunan daerah yang relevan.

Guna memberikan gambaran utuh mengenai proses dan tahapan pelaksanaan


pembangunan daerah Kabupaten Mamuju dalam jangka panjang 20 tahun ke depan, maka
perlu dilakukan pentahapan pembangunan daerah untuk masing-masing periode lima
tahunan. Pentahapan pembangunan daerah dimaksud memuat arah kebijakan
pembangunan daerah dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai untuk masing-masing
periode lima tahunan guna mencapai Visi dan melaksanakan Misi pembangunan jangka
panjang daerah.

5.1. Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

5.1.1. Misi 1: Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Terkait dengan Misi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, maka selanjutnya


ditetapkan sasaran utama, indikator kinerja utama, target kinerja, dan arah kebijakan
pembangunan jangka panjang daerah, sebagai berikut:

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 45


1. Meningkatnya taraf hidup masyarakat

Meningkatnya taraf hidup masyarakat diukur dengan indikator pendapatan (PDRB) per
kapita. Ditargetkan hingga tahun 2025, pendapatan (PDRB) per kapita Kabupaten Mamuju
meningkat dikisaran 10 persen per tahun, sehingga pada tahun 2025 PDRB per kapita telah
mencapai Rp 80 juta.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada peningkatan produktivitas sektor pertanian, pengembangan industri
pengolahan untuk memperbesar nilai tambah, pengembangan sentra-sentra produksi
komoditas unggulan, peningkatan intensitas perdagangan dengan daerah lain,
pengintensifan penggunaan teknologi tepat guna, dsb.

2. Membaiknya kualitas pembangunan manusia

Membaiknya kualitas pembangunan manusia diukur dengan indikator Indeks


Pembangunan Manusia (IPM). Ditargetkan hingga tahun 2025, IPM Kabupaten Mamuju
berada di atas 75 poin.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada peningkatan akses penduduk terhadap layanan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan, peningkatan akses penduduk terhadap layanan kesehatan, dan
peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat di semua wilayah.

3. Menurunnya angka kemiskinan

Menurunnya angka kemiskinan diukur dengan indikator jumlah penduduk miskin dan
persentase penduduk miskin. Ditargetkan pada tahun 2025, jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Mamuju sekitar 13.000 orang, sedangkan persentase penduduk diharapkan
berada pada level 4,0 persen.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada upaya perbaikan infrastruktur dasar perdesaan, peningkatan akses
penduduk miskin terhadap layanan dasar, peningkatan akses penduduk miskin terhadap
sumberdaya keuangan, pengembangan program padat karya terutama di wilayah
Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 46
perdesaan, peningkatan koordinasi dan sinergitas program antar SKPD untuk
penanggulangan kemiskinan, pelibatan berbagai stakeholder dalam upaya pengentasan
kemiskinan, dan pengembangan sistem basis data penduduk miskin.

4. Meningkatnya akses penduduk terhadap pendidikan

Meningkatnya akses penduduk terhadap pendidikan diukur dengan indikator rata-rata


lama sekolah, angka partisipasi sekolah, dan angka melek huruf. Ditargetkan pada tahun
2025, rata-rata lama sekolah berada di atas sembilan tahun, angka partisipasi sekolah
untuk SD/MI sebesar 98 persen, untuk SMP/MTs sebesar 95 persen, dan SMA/SMK/MA
sebesar 85 persen. Sedangkan angka melek huruf ditargetkan sebesar 96 persen pada
tahun 2025.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada upaya perluasan dan pemerataan layanan pendidikan di semua wilayah,
pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan secara merata,
peningkatan kualitas proses belajar-mengajar di semua jenjang pendidikan, penyediaan
bantuan pendidikan kepada keluarga yang tidak mampu, pengintensifan gerakan
pemberantasan buta huruf, dsb.

5. Meningkatnya akses penduduk terhadap kesehatan

Meningkatnya akses penduduk terhadap kesehatan diukur dengan indikator angka


harapan hidup, angka kematian ibu, dan angka kematian bayi. Ditargetkan pada tahun
2025, angka harapan hidup berada pada angka di atas 70 tahun. Sedangkan angka
kematian ibu, angka kematian bayi, dan jumlah kasus balita gizi buruk menurun
setengahnya dibandingkan tahun 2014.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada upaya peningkatan perluasan dan pemerataan layanan kesehatan di
semua wilayah, pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan,
pelaksanaan gerakan pola hidup sehat, pemberian kemudahan untuk mengakses layanan
kesehatan, penyediaan bantuan kesehatan bagi penduduk tidak mampu, dsb.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 47


5.1.2. Misi 2: Membangun Ekonomi yang Maju

Terkait dengan Misi Membangun Ekonomi yang Maju, maka selanjutnya ditetapkan
sasaran utama, indikator kinerja utama, target kinerja, dan arah kebijakan pembangunan
jangka panjang daerah, sebagai berikut:

1. Meningkatnya aktivitas ekonomi secara berkelanjutan

Meningkatnya aktivitas ekonomi secara berkelanjutan diukur dengan indikator laju


pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Ditargetkan pada
tahun 2025, pertumbuhan ekonomi akan berada dikisaran 91 persen per tahun.
Sedangkan PDRB-ADHB ditargetkan mencapai Rp 34 Trilyun.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, pengembangan Koperasi dan
UMKM, pengembangan pasar-pasar tradisional, pengembangan sentra-sentra produk/
komoditas unggulan, penyediaan sistem informasi potensi daerah, penciptaan iklim
investasi yang lebih kondusif, pemberian kemudahan untuk melakukan kegiatan usaha,
pengembangan kemitraan usaha antar pelaku ekonomi, dsb.

2. Meningkatnya ketersediaan lapangan kerja

Meningkatnya ketersediaan lapangan kerja diukur dengan indikator tingkat pengangguran


terbuka (TPT). Ditargetkan pada tahun 2025, TPT di Kabupaten Mamuju berada di angka
satu persen.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada peningkatan kualitas angkatan kerja, pengembangan proyek-proyek padat
karya terutama di wilayah perdesaan, pengembangan sistem informasi ketenagakerjaan,
perluasan informasi mengenai pasar kerja, pengembangan kegiatan ekonomi di sektor
informal, pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK), dsb.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 48


3. Stabilnya perekonomian daerah

Stabilnya perekonomian daerah diukur dengan indikator tingkat inflasi. Ditargetkan pada
tahun 2025, tingkat inflasi di Kabupaten Mamuju berada dikisaran 41 persen per tahun.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada pemantauan pergerakan harga bahan makanan secara rutin,
pengkoordinasian dengan para produsen dan distributor besar untuk memastikan
jaminan pasokan, pemantauan arus barang yang keluar - masuk Kabupaten Mamuju,
pengintensifan peran dan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dsb.

5.1.3. Misi 3: Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih dan Baik.

Terkait dengan Misi Mengembangkan Pemerintahan Bersih dan Baik, maka selanjutnya
ditetapkan sasaran utama, indikator kinerja utama, target kinerja, dan arah kebijakan
pembangunan jangka panjang daerah, sebagai berikut:

1. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang bersih, baik dan peduli

Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang bersih, baik dan peduli diukur dengan
indikator jumlah kasus korupsi. Ditargetkan pada tahun 2025, Kabupaten Mamuju
merupakan daerah yang bebas korupsi.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada penguatan sistem pengendalian internal pemerintahan daerah,
pengembangan sistem tata kelola pemerintahan yang akuntabel, pengembangan sistem
pengelolaan keuangan daerah yang transparan, pelaksanaan pembangunan daerah yang
partisipatif, penataan pola relasi yang efektif antara eksekutif dengan legislatif,
peningkatan kapasitas SDM aparatur pada semua level pemerintahan (kabupaten,
kecamatan, dan kelurahan/desa), dsb.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 49


2. Membaiknya kualitas pelayanan publik

Membaiknya kualitas pelayanan publik diukur dengan indikator indeks kepuasaan publik.
Ditargetkan pada tahun 2025, indeks kepuasan publik di Kabupaten Mamuju berada
dikisaran 80 persen.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur, penguatan kelembagaan
pemerintahan kecamatan dan desa/kelurahan, pengembangan sistem pelayanan satu atap
yang lebih transparan dan akuntabel, penerapan kebijakan publik yang lebih adil dan
merata, pengembangan sistem monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan publik,
peningkatan koordinasi antar unit kerja (SKPD) dalam memberikan pelayanan publik, dsb.

5.1.4. Misi 4: Mendorong Penataan Wilayah yang Nyaman, Asri dan Berwawasan
Lingkungan.

Terkait dengan Misi Mendorong Penataan Wilayah yang Nyaman, Asri dan Berwawasan
Lingkungan, maka selanjutnya ditetapkan sasaran utama, indikator kinerja utama, target
kinerja, dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah, sebagai berikut:

1. Membaiknya sarana dan prasarana wilayah

Membaiknya sarana dan prasarana wilayah diukur dengan indikator proporsi panjang jalan
dalam kondisi baik, proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih yang
layak, dan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap listrik. Ditargetkan pada
tahun 2025, proporsi panjang jalan dalam kondisi baik mencapai 70 persen, proporsi
rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih yang layak mencapai 75 persen, dan
proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap listrik mencapai 85 persen.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada peningkatan jalan kabupaten terutama yang menghubungkan pusat-pusat
produksi dengan wilayah perkotaan, pengembangan sarana dan prasarana transportasi
kabupaten, kecamatan dan kelurahan/desa, peningkatan kapasitas air PDAM,
pengembangan sumber-sumber air bersih terutama di wilayah perdesaan dan wilayah

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 50


terpencil, peningkatan jangkauan jaringan lsitrik PLN, pengembangan pembangkit listrik
non-PLN.

2. Berkurangnya ketimpangan antar kelompok masyarakat

Berkurangnya ketimpangan antar kelompok masyarakat diukur dengan indikator indeks


Gini atau Rasio Gini. Ditargetkan pada tahun 2025, Indeks Gini berada di bawah 0,40.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada pengembangan daerah tertinggal dan daerah transmigrasi, peningkatan
jaringan transportasi antara wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan, pengembangan
industri rumah tangga dan industri kecil di wilayah perdesaan, pengembangan keterkaitan
antara hasil pertanian dengan produk industri pengolahan, pemetaan ruang berdasarkan
potensi sumberdaya alam dan daya dukung lahan, dsb.

3. Membaiknya kualitas lingkungan hidup

Membaiknya kualitas lingkungan hidup diukur dengan indikator Indeks Kualitas


Lingkungan Hidup (KILH) dan proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan. Ditargetkan
pada tahun 2025, IKLH mencapai 75 poin dan proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
wilayah perkotaan berada di atas 30 persen.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada penataan dan pengembangan taman kota, pengendalian konversi lahan
pertanian menjadi kawasan pemukiman, pengawasan dan pengendalian terhadap
kawasan hutan, dan pengawasan dan pengendalian terhadap aktifitas pertambangan.

5.1.5. Misi 5: Menwujudkan Stabilitas Daerah.



Terkait dengan Misi Mewujudkan Stabilitas Daerah, maka selanjutnya ditetapkan sasaran
utama, indikator kinerja utama, target kinerja, dan arah kebijakan pembangunan jangka
panjang daerah, sebagai berikut:

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 51


1. Terwujudnya ketertiban dan keamanan masyarakat

Terwujudnya ketertiban dan keamanan masyarakat diukur dengan indikator angka


kriminalitas dan jumlah konflik yang dipicu oleh isu SARA. Ditargetkan pada tahun 2025,
angka kriminalitas berkurang setengah dibandingkan tahun 2014. Sedangkan jumlah
konflik yang dipicu oleh isu SARA tetap nihil.

Untuk mencapai sasaran utama tersebut, maka kebijakan pembangunan daerah akan
diarahkan pada penegakan hukum yang berkeadilan, peningkatan keamanan dan
ketertiban masyarakat, perwujudan kepastian hukum, penciptaan iklim demokrasi yang
sehat, pengembangan pendidikan politik dan demokrasi, pengembangan pembinaan
keagamaan dan budaya lokal.

5. 2. Tahapan dan Prioritas



5.2.1. Tahapan Pembangunan Lima Tahun Pertama (2005-2010)

Tahapan pembangunan lima tahun pertama diarahkan untuk meletakkan dasar,


melakukan konsolidasi, melakukan penataan pemerintahan dan pembangunan Kabupaten
Mamuju agar menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Tahapan ini disebut Tahap
Konsolidasi.

Sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahapan ini adalah terciptanya dan terjaganya
stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Terkait dengan pemerintahan, birokrasi
yang semakin tertata, kelembagaan pemerintah yang semakin kuat, kapasitas SDM
aparatur yang semakin meingkat, merupakan sasaran pokok lainnya yang dicapai.

Pada tahapan ini, konsentrasi utama pembangunan daerah diarahkan pada upaya
mengatasi ketertinggalan, mengentaskan kemiskinan, dan meningkatkan kualitas
pembangunan manusia. Pada akhir tahapan ini, persentase penduduk miskin ditargetkan
berada dikisaran delapan persen dan Indeks Pembangunan Manusia ditargetkan sebesar
69 poin.

Oleh karena itu, pada tahapan ini kebijakan pembangunan lebih diarahkan pada
pembangunan infrastruktur dasar, peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 52


sarana dan prasarana sosial ekonomi, dan peningkatan akses terhadap pendidikan dan
kesehatan. Bersamaa dengan itu, pembangunan sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, industri pengolahan, dan pariwisata juga menjadi prioritas untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mengkonsolidasikan kegiatan pembangunan dari perspektif spasial, pemerintah


Kabupaten Mamuju akan memberi perhatian serius terhadap penataan ruang, dalam
bentuk penerbitan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang disinkronkan
dengan RTRW Propinsi Sulawesi Barat, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Mamuju,
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan Master Plan Pembangunan Ruang
Publik lainnya.

5.2.2. Tahapan Pembangunan Lima Tahun Kedua (2010-2015)

Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya, tahapan


pembangunan lima tahun kedua diarahkan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan sarana dan
prasarana wilayah, dan mendorong aksesibilitas wilayah, agar Kabupaten Mamuju dapat
keluar dari status sebagai daerah tertinggal. Tahapan ini disebut Tahap Pemantapan.

Sasaran besar yang ingin dicapai di akhit tahapan ini adalah keluarnya Kabupaten Mamuju
dari status sebagai daerah tertinggal. Untuk mencapai sasaran besar ini, pada tahun 2015,
pendapatan per kapita ditargetkan sebesar Rp 30 juta, tingkat kemiskinan sebesar 6,5
persen, tingkat pengangguran terbuka sebesar 2,0 persen, IPM sebesar 72 poin, dan
tersedianya berbagai infarstruktur wilayah seperti Bandar udara, pelabuhan laut, dsb.

Arah kebijakan pembangunan daerah pada tahapan ini bertumpu pada peningkatan dan
perluasan layanan pendidikan dan kesehatan, pengembangan ekonomi local terutama
pengembangan UMKM, lembaga ekonomi desa, dan pasar rakyat (tradisional),
peningkatan daya saing ekonomi melalui pembangunan pertanian, infrastruktur dan
industri pengolahan, perwujudan pemerintahan yang baik dan bersih, dan penciptaan
kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif terkait dengan posisi Kabupaten Mamuju
sebagai ibukota provinsi.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 53


5.2.3. Tahapan Pembangunan Lima Tahun Ketiga (2015-2020)

Tahapan pembangunan lima tahun ketiga bertumpu pada kemajuan dan kesejahteraan
sebagai penanda keberlanjutan dari tahapan pembangunan sebelumnya. Pasca keluarnya
Kabupaten Mamuju dari status sebagai daerah tertinggal yang ditargetkan pada akhir
tahapan pembangunan lima tahun kedua, maka prioritas pembangunan daerah
selanjutnya adalah melakukan akselerasi pembangunan guna mewujudkan kemajuan
daerah dan kesejahteraan masyarakat. Tahapan ini disebut Tahap Percepatan.

Sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahapan ini meningkatnya perekonomian daerah
dan membaiknya taraf hidup masyarakat. Pada periode ini, pertumbuhan ekonomi
ditargetkan berada dikisaran 8,5 9,0 persen per tahun. Dengan pertumbuhan ekonomi
sebesar itu, pendapatan per kapita ditargetkan mencapai Rp 50 juta pada akhir tahapan
ini. Sedangkan tingkat kemiskinan ditargetkan berada di bawah 5,0 persen pada tahun
2020. Begitu pula IPM ditargetkan sebesar 70 poin pada tahun 2020 (dengan
menggunakan metode perhitungan yang baru).

Untuk mencapai sasaran pokok tersebut, kebijakan pembangunan daerah lebih diarahkan
pada upaya memantapkan kembali posisi Kabupaten Mamuju sebagai pusat perdagangan,
agro-industri dan agribisnis. Selain itu, prioritas kebijakan lainnya, antara lain,
pembangunan infrastruktur dasar, pembangunan sektor pertanian, peningkatan pelayanan
publik, perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan, pembangunan sarana dan prasarana
wilayah, pengembangan UMKM, pengembangan kawasan perdagangan, dan peningkatan
tata-kelola pemerintahan.

5.2.4. Tahapan Pembangunan Lima Tahun Keempat (2020-2025)

Tahapan pembangunan lima tahun ketiga bertumpu pada kemandirian sebagai penanda
keberhasilan pembangunan daerah. Proses pembangunan yang berlangsung dalam jangka
panjang diharapkan dapat bermuara pada kemandirian daerah, yang dicirikan dengan
meningkatnya daya saing daerah dan menurunnya ketergantungan terhadap daerah lain.
Tahapan ini disebut Tahap Kemandirian.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 54


Sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahapan ini adalah meningkatnya daya saing
daerah, yang ditandai dengan membaiknya kualitas sumberdaya manusia, membaiknya
infrastruktur jalan dan jembatan, meningkatnya arus penanaman modal, dan kondusifnya
situasi keamanaan dan ketertiban. IPM pada periode ini ditargetkan sudah berada pada
kelompok IPM tinggi (di atas 75 poin). Tingkat kemiskinan sudah berada pada angka yang
paling moderat (3% - 4%). Pertumbuhan ekonomi barada pada level yang sangat kuat (dua
digit). Pendapatan per kapita berada pada level Rp 80 juta. Konflik sosial yang dipicu oleh
isu SARA sama sekali tidak terjadi.

Untuk mencapai seluruh target yang telah ditetapkan, pemerintah Kabupaten Mamuju
akan mengarahkan kebijakan pembangunannya pada perluasan jangkauan infrastruktur
dasar, pengembangan pusat-pusat aktifitas ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan dan
kesehatan, peningkatan dan perluasan jangkauan berbagai layanan publik, perbaikan tata-
kelola pemerintahan, pelibatan masyarakat dalam upaya menjaga keamanan dan
ketertiban, dsb.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 55




BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN


6.1. Prinsip Kaidah Pelaksanaan

RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2025 merupakan pedoman pembangunan


Kabupaten Mamuju untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. RPJPD Kabupaten Mamuju
selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD untuk jangka waktu setiap lima
tahun ke depan dan dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya. Agar RPJPD
dapat diimpelemntasikan dengan baik, maka perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan
sebagai berikut:

1. Lembaga eksekutif dan lembaga legislatif dengan didukung oleh Instansi Vertikal, dunia
usaha, dan LSM-masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten Mamuju, berkewajiban
untuk melaksanakan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupatem Mamuju tahun
2005-2025.

2. Agar terjadi kesinambungan dalam penyusunan kebijakan pembangunan daerah, maka


calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju harus mempedomani RPJPD
Kabupaten Mamuju Tahun 2005 2025 dalam menyusun visi, misi dan program
prioritasnya.

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju melalui Bappeda, wajib menyebarluaskan


dokumen RPJPD Kabupaten Mamuju kepada seluruh pemangku kepentingan daerah,
terutama kepada calon Bupati dan Wakil Bupati melalui Komisi Pemilihan Umum dan
partai-partai politik di wilayah Kabupaten Mamuju sehingga sasaran pembangunan 20
(dua puluh) tahun dapat dicapai.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 56


4. Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju terpilih dalam menjalankan tugas
penyelenggaraan pemerintahan daerah berkewajiban menyusun RPJMD dengan
berpedoman pada RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2025.

5. Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Mamuju dan masyarakat
termasuk dunia usaha berkewajiban untuk melaksanakan arah kebijakan yang
termaktub dalam RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 dengan sebaik-baiknya.

6. Dalam rangka implementasi RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025, Badan


Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Mamuju berkewajiban
untuk melakukan penjabaran RPJPD Kabupaten Mamuju ke dalam RPJMD Kabupaten
Mamuju setiap lima (5) tahun sekali, dengan memperhatikan visi, misi dan program
prioritas Bupati dan Wakil Bupati terpilih.

6.2. Mekanisme Pengendalian dan Evaluasi

Mekanisme pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJPD Kabupaten Mamuju


tahun 2005-2025 meliputi:

1. Pengendalian terhadap pelaksanaan RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025


mencakup pelaksanaan sasaran pokok dan arah kebijakan untuk mencapai misi dan
mewujudkan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Mamuju.

2. Pengendalian dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJPD


Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025.

3. Hasil pemantauan dan evaluasi RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 digunakan
untuk memastikan bahwa visi, misi, sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan
jangka panjang Kabupaten Mamuju, telah dilaksanakan melalui RPJMD Kabupaten
Mamuju.

4. Dalam hal evaluasi dari hasil pemantauan dan supervisi RPJPD Kabupaten Mamuju
tahun 2005-2025 ditemukan adanya ketidaksesuaian/penyimpangan, Kepala Bappeda
Mamuju melakukan tindakan perbaikan/penyempurnaan.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 57


5. Kepala Bappeda Kabupaten Mamuju melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi


pelaksanaan RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 kepada Bupati Mamuju.

Sedangkan mekanisme evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan jangka panjang


Kabupaten Mamuju meliputi:

1. Evaluasi terhadap hasil RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 mencakup sasaran
pokok arah kebijakan dan pentahapan untuk mencapai misi dan mewujudkan visi
pembangunan jangka panjang daerah.

2. Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui instrument penilaian hasil pelaksanaan RPJPD


Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025.

3. Evaluasi dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dengan
menggunakan evaluasi hasil RPJMD Kabupaten Mamuju.

4. Melaksanakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui;

a. Realisasi antara sasaran pokok RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 dengan
capaian sasaran RPJMD Kabupaten Mamuju.

b. Realisasi antara capaian sasaran pokok RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025
dengan arah kebijakan pembangunan jangka panjang nasional.

5. Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa visi, misi dan sasaran pokok arah
kebijakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Mamuju dapat dicapai, untuk
mewujudkan visi pembangunan jangka panjang nasional.

6. Kepala Bappeda Kabupaten Mamuju melaksanakan evaluasi terhadap hasil RPJPD


Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025. Dalam hal evaluasi jika ditemukan adanya
ketidaksesuaian/penyimpangan, Kepala Bappeda Kabupaten Mamuju melakukan
tindakan perbaikan/penyempurnaan.

7. Hasil evaluasi RPJPD Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 digunakan sebagai bahan
bagi penyusunan RPJPD Kabupaten Mamuju untuk periode berikutnya.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 58


8. Kepala Bappeda Kabupaten Mamuju melaporkan hasil evaluasi atas pelaksanaan RPJPD
Kabupaten Mamuju tahun 2005-2025 kepada Bupati Mamuju.

9. Bupati Mamuju menyampaikan laporan kepada Gubernur Sulawesi Barat.

Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 59


LAMPIRAN
MATRIKS VISI, MISI, SASARAN POKOK, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA, DAN ARAH KEBIJAKAN

VISI PEJELASAN VISI MISI SASARAN POKOK INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA 2025 ARAH KEBIJAKAN
Terwujudnya Masyarakat Masyarakat yang maju, dapat Meningkatkan kesejahteraan Meningkatnya taraf hidup Pendapatan (PDRB) per kapita Rp 80 Juta Peningkatan produktivitas sektor
Mamuju yang Maju dan Mandiri dimaknakan sebagai masyarakat masyarakat. masyarakat pertanian, pengembangan industri
yang mampu mengoptimalkan pengolahan untuk memperbesar nilai
seluruh potensi yang dimilikinya tambah, pengembangan sentra-sentra
untuk melakukan perubahan produksi komoditas unggulan,
guna mewujudkan kesejahteraan, peningkatan intensitas perdagangan
baik dari segi ekonomi, sosial, dengan daerah lain, pengintensifan
dan lingkungan maupun spritual. penggunaan teknologi tepat guna, dsb
Membaiknya kualitas Indeks Pembangunan Manusia 75 poin Peningkatan akses penduduk terhadap
pembangunan manusia (IPM) layanan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan, peningkatan akses penduduk
terhadap layanan kesehatan, dan
peningkatan aktifitas ekonomi
masyarakat di semua wilayah.
Masyarakat yang mandiri, dapat Menurunnya angka kemiskinan Jumlah penduduk miskin 13.000 Orang Perbaikan infrastruktur dasar perdesaan,
diartikan sebagai masyarakat peningkatan akses penduduk miskin
Persentase penduduk miskin 4 Persen
yang memiliki kemauan dan terhadap layanan dasar, peningkatan
tekad yang kuat untuk akses penduduk miskin terhadap
mewujudkan kehidupan yang sumberdaya keuangan, pengembangan
sejajar dan sederajat dengan program padat karya terutama di wilayah
daerah lain, dengan bertumpu perdesaan, peningkatan koordinasi dan
pada kemampuan dan kekuatan sinergitas program antar SKPD untuk
sendiri. penanggulangan kemiskinan, pelibatan
berbagai stakeholder dalam upaya
pengentasan kemiskinan, dan
pengembangan sistem basis data
penduduk miskin.

Meningkatnya akses penduduk Rata-rata lama sekolah 9 Tahun Perluasan dan pemerataan layanan
terhadap pendidikan pendidikan di semua wilayah,
Angka melek huruf 96 Persen
pembangunan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan secara merata,
Angka partisipasi murni SD/MI 98 Persen
peningkatan kualitas proses belajar-
Angka partisipasi murni
mengajar di semua jenjang pendidikan,
SMP/MTs 05 Persen
penyediaan bantuan pendidikan kepada
Angka partisipasi murni 85 Persen keluarga yang tidak mampu,
SMA/SMK/MA pengintensifan gerakan pemberantasan
buta huruf, dsb.

Meningkatnya akses penduduk Angka harapan hidup 70 Tahun Peningkatan perluasan dan pemerataan
terhadap kesehatan layanan kesehatan di semua wilayah,
Angka kematian ibu 4 kasus
pembangunan dan perbaikan sarana dan
prasarana kesehatan, pelaksanaan
gerakan pola hidup sehat, pemberian
kemudahan untuk mengakses layanan
kesehatan, penyediaan bantuan
kesehatan bagi penduduk tidak mampu,
dsb.
Meningkatnya akses penduduk Peningkatan perluasan dan pemerataan
terhadap kesehatan layanan kesehatan di semua wilayah,
pembangunan dan perbaikan sarana dan
Angka kematian bayi 23 kasus
prasarana kesehatan, pelaksanaan
Jumlah kasus balita gizi buruk 51 kasus gerakan pola hidup sehat, pemberian
kemudahan untuk mengakses layanan
kesehatan, penyediaan bantuan
kesehatan bagi penduduk tidak mampu,
dsb.
Membangun ekonomi yang maju. Meningkatnya aktivitas ekonomi Pertumbuhan ekonomi 91 Persen Pemberdayaan ekonomi masyarakat
secara berkelanjutan desa, pengembangan Koperasi dan
PDRB-ADHB Rp 34 Trilyun
UMKM, pengembangan pasar-pasar
tradisional, pengembangan sentra-sentra
produk/ komoditas unggulan, penyediaan
sistem informasi potensi daerah,
penciptaan iklim investasi yang lebih
kondusif, pemberian kemudahan untuk
melakukan kegiatan usaha,
pengembangan kemitraan usaha antar
pelaku ekonomi, dsb
Meningkatnya ketersediaan Tingkat pengangguran terbuka 1 Persen Peningkatan kualitas angkatan kerja,
lapangan kerja pengembangan proyek-proyek padat
karya terutama di wilayah perdesaan,
pengembangan sistem informasi
ketenagakerjaan, perluasan informasi
mengenai pasar kerja, pengembangan
kegiatan ekonomi di sektor informal,
pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK),
dsb.

Stabilnya perekonomian daerah Tingkat inflasi 4 1 Persen Pemantauan pergerakan harga bahan
makanan secara rutin, pengkoordinasian
dengan para produsen dan distributor
besar untuk memastikan jaminan
pasokan, pemantauan arus barang yang
keluar - masuk Kabupaten Mamuju,
pengintensifan peran dan fungsi Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dsb.
Mewujudkan pemerintahan yang Terwujudnya tata kelola Jumlah kasus korupsi 0 Kasus Penguatan sistem pengendalian internal
bersih dan baik pemerintahan yang bersih, baik pemerintahan daerah, pengembangan
dan peduli sistem tata kelola pemerintahan yang
akuntabel, pengembangan sistem
pengelolaan keuangan daerah yang
transparan, pelaksanaan pembangunan
daerah yang partisipatif, penataan pola
relasi yang efektif antara eksekutif
dengan legislatif, peningkatan kapasitas
SDM aparatur pada semua level
pemerintahan (kabupaten, kecamatan,
dan kelurahan/desa), dsb.

Membaiknya kualitas pelayanan Indeks kepuasan publik 80 Persen Peningkatan kapasitas sumberdaya
publik aparatur, penguatan kelembagaan
pemerintahan kecamatan dan
desa/kelurahan, pengembangan sistem
pelayanan satu atap yang lebih
transparan dan akuntabel, penerapan
kebijakan publik yang lebih adil dan
merata, pengembangan sistem
monitoring dan evaluasi kegiatan
pelayanan publik, peningkatan koordinasi
antar unit kerja (SKPD) dalam
memberikan pelayanan publik, dsb.

Mewujudkan wilayah yang Membaiknya sarana dan Proporsi panjang jalan dalam 70 Persen Peningkatan jalan kabupaten terutama
nyaman, asri dan berwawasan prasarana wilayah kondisi baik yang menghubungkan pusat-pusat
lingkungan. Proprorsi RT yang memiliki akses produksi dengan wilayah perkotaan,
terhadap air bersih 75 Persen pengembangan sarana dan prasarana
Proprorsi RT yang memiliki akses 85 Persen transportasi kabupaten, kecamatan dan
terhadap air listrik kelurahan/desa, peningkatan kapasitas
air PDAM, pengembangan sumber-
sumber air bersih terutama di wilayah
perdesaan dan wilayah terpencil,
peningkatan jangkauan jaringan lsitrik
PLN, pengembangan pembangkit listrik
non-PLN.
nyaman, asri dan berwawasan
lingkungan.

Berkurangnya ketimpangan antar Indeks Gini 0,40 poin Pengembangan daerah tertinggal dan
kelompok masyarakat daerah transmigrasi, peningkatan
jaringan transportasi antara wilayah
perkotaan dengan wilayah perdesaan,
pengembangan industri rumah tangga
dan industri kecil di wilayah perdesaan,
pengembangan keterkaitan antara hasil
pertanian dengan produk industri
pengolahan, pemetaan ruang
berdasarkan potensi sumberdaya alam
dan daya dukung lahan, dsb.
Membaiknya kualitas lingkungan Indeks kualitas lingkungan hidup 75 poin Penataan dan pengembangan taman
hidup Ruang terbuka hijau 30 persen kota, pengendalian konversi lahan
pertanian menjadi kawasan pemukiman,
pengawasan dan pengendalian terhadap
kawasan hutan, dan pengawasan dan
pengendalian terhadap aktifitas
pertambangan.
Menjamin stabilitas daerah. Terwujudnya ketertiban dan Angka kriminalitas 250 kasus Penegakan hukum yang berkeadilan,
keamanan masyarakat Jumlah demonstrasi peningkatan keamanan dan ketertiban
13 kasus
masyarakat, perwujudan kepastian
Jumlah kasus yang dipicu oleh isu 0 kasus
hukum, penciptaan iklim demokrasi yang
SARA
sehat, pengembangan pendidikan politik
dan demokrasi, pengembangan
pembinaan keagamaan dan budaya lokal.
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
JL. SOEKARNO HATTA NO. 17
TELP. (0426) 212322 MAMUJU 9511

Anda mungkin juga menyukai