2005 - 2025
RENCANA
PEMBANGUNAN
JANGKA
PANJANG
DAERAH
(RPJPD)
TAHUN
2005
2025
KABUPATEN
MAMUJU
LAMPIRAN TABEL MATRIKS VISI, MISI, SASARAN POKOK, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA, DAN ARAH
KEBIJAKAN
Penyusunan
dokumen
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
Tahun
2005-2025
ini
dimaksudkan
untuk
menyediakan
sebuah
dokumen
perencanaan
pembangunan
daerah
yang
bersifat
komprehensif
dan
holistic.
Dokumen
ini
nantinya
akan
digunakan
sebagai
acuan
dalam
penyusunan
dokumen
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Daerah
(RPJMD)
Kabupaten
Mamuju
untuk
setiap
jangka
waktu
lima
tahunan.
Secara
konseptual,
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
memuat
Visi,
Miijakan
si
dan
Arah
KebPembangunan
Jangka
Panjang
Daerah.
Dengan
demikian,
dokumen
RPJPD
ini
hanya
memuat
dimensi
rencana
yang
bersifat
mendasar
(strategik)
dan
tidak
memuat
dimensi
rencana
yang
bersifat
operasional.
Seluruh
rumusan
substansi
dan
muatan
RPJPD
tersebut
harus
mengacu
pada
dokumen
RPJPD
Provinsi
Sulawesi
Barat
dan
RPJP
Nasional.
Ini
penting
untuk
memastikan
dan
menjamin
terciptanya
integrasi,
sinkronisasi,
dan
sinergitas
antar
tingkatan
pemerintahan
(nasional,
provinsi,
dan
kaupaten/kota)
dan
antar
fungsi
pemerintahan.
Secara
teknis,
metode
penyusunan
dan
struktur
dokumen
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
Tahun
2005-2025
sepenuhnya
mengacu
pada
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
54
Tahun
2010
tentang
Pelaksanaan
Peraturan
Pemerintah
Nomor
8
Tahun
2008
Tentang
Tahapan,
Tatacara
Penyusunan,
Pengendalian,
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan
Daerah.
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
Tahun
2005-2025
disusun
dengan
maksud
untuk
memberikan
arah
pembangunan
daerah
Kabupaten
Mamuju
untuk
jangka
waktu
20
tahun
ke
depan
dan
sekaligus
menjadi
panduan
bagi
seluruh
komponen
daerah
(pemerintah,
dunia
usaha,
dan
masyarakat)
di
dalam
mewujudkan
cita-cita
dan
tujuan
daerah
sesuai
dengan
visi,
misi
dan
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
daerah
yang
disepakati
bersama.
Sedangkan RPJPD Kabupaten Mamuju Tahun 2005-2025 disusun dengan tujuan untuk:
Landasan
hukum
yang
digunakan
dalam
penyusunan
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
Tahun
20052025,
adalah:
Secara
vertikal,
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
disusun
dengan
memperhatikan
RPJP
Nasional
dan
RPJPD
Provinsi
Sulawesi
Barat.
Sedangkan
secara
horizontal,
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
disusun
dengan
memperhatikan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
Kabupaten
Mamuju.
Gambar
1.
Skema
hubungan
antara
RPJPD
Kab.
Mamuju
dengan
dokumen
perencanaan
lainnya.
Bab
I.
Pendahuluan,
memuat
latar
belakang,
maksud
dan
tujuan,
landasan
hukum,
hubungan
rpjp
dengan
dokumen
perencanaan
lainnya,
dan
sistimatika
penulisan.
Bab
II.
Gambaran
Umum
Kondisi
Daerah,
memuat
aspek
geografis
dan
demografis,
aspek
kesejahteraan
masyarakat,
aspek
pelayanan
umum,
dan
aspek
daya
saing
daerah
Bab
III.
Isu-isu
Strategis,
memuat
permasalahan
pembangunan
daerah
dan
isu
strategis
daerah.
Bab
IV.
Visi
dan
Misi
Pembangunan
Kabupaten
Mamuju,
memuat
Visi
dan
Misi
Pembangunan
Daerah
untuk
jangka
waktu
20
tahun.
Bab
V.
Arah
Kebijakan
Pembangunan
Jangka
Panjang
Daerah,
memuat
sasaran
pokok
dan
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
daerah,
serta
tahapan
dan
prioritas.
Bab
VI.
Kaidah
Pelaksanaan,
memuat
prinsip
kaidah
pelaksanaan
dan
mekanisme
pengendalian
dan
evaluasi.
Kabupaten
Mamuju
secara
geografis
terletak
pada
Bagian
Barat
Pulau
Sulawesi
dan
berposisi
pada
bentangan
Selat
Makassar,
yakni
10
38
110
20
54
552
Lintang
Selatan,
110
54
47
130
5
35
Bujur
Timur,
Jakarta
(00
0
0,
Jakarta
=
1600
48
28
Bujur
Timur
GMT).
Luas
wilayah
Kabupaten
Mamuju
adalah
801.406
ha.
Secara
administrasi
pemerintahan,
terdiri
atas
16
Kecamatan,
142
Desa,
11
Kelurahan,
dan
dua
Unit
Pemukiman
Transmigrasi
(UPT).
Diantara
16
kecamatan
yang
ada
di
Kabupaten
Mamuju,
15
kecamatan
berada
di
wilayah
daratan
dan
satu
kecamatan
di
wilayah
kepulauan.
a. Luas Wilayah
Mengenai
luas
wilayah
per
kecamatan,
jumlah
desa
dan
kelurahan
serta
UPT
pada
masing-
masing
kecamatan
dapat
dilihat
pada
tabel
2.1.
berikut
ini
:
Tabel
2.1.
Luas
wilayah
dan
jumlah
desa/kelurahan/UPT
pada
masing-masing
kecamatan
di
Kabupaten
Mamuju,
2014
No
Kecamatan
Luas
(Km2)
Persentase
Desa/Kel./UPT
1
Tapalang
283,31
5,59
9
2
Tapalang
Barat
131,72
2,60
7
3
Mamuju
206,64
4,08
8
4
Simboro
111,94
2,21
8
5
Balabalakang
21,86
0,43
2
6
Kalukku
470,26
9,29
13
7
Papalang
197,60
3,90
9
8
Sampaga
119,40
2,36
7
9
Tommo
827,35
16.34
14
10
Kalumpang
1.731,99
34,20
13
11
Bonehau
962,12
19,00
9
Jumlah
5.056,19
100,00
99
Sumber:
BPS,
Mamuju
dalam
Angka,
2015
b. Topografi
Keadaan
topografi
Kabupaten
Mamuju
pada
umumnya
adalah
daerah
dengan
curah
hujan
tinggi
dan
daerah
yang
tidak
curam
dengan
kisaran
kemiringan
antara
15
persen
-
45
persen.
Kondisi
ini
mempengaruhi
topografi
wilayah
sehingga
bervariasi
mulai
dari
daerah
datar,
landai
dan
daerah
agak
curam.
Hal
ini
juga
mempengaruhi
tingkat
kepekaan
tanah
terhadap
erosi,
yakni
daerah
yang
cukup
stabil,
daerah
yang
terancam,
dan
daerah
yang
rentan
erosi.
Jika
dicermati
konfigurasi
wilayah
Kabupaten
Mamuju
menurut
kemiringan
lereng,
maka
bagian
wilayah
yang
relatif
datar
berada
di
sebelah
Barat
yang
berbatasan
dengan
Selat
Makassar.
Sebaliknya,
semakin
ke
Timur
secara
gradual
menunjukkan
tingkat
kemiringan
yang
semakin
tinggi
dengan
kondisi
lahan
yang
bergelombang
dan
berbukit.
Ditinjau
dari
aspek
ketinggian
wilayah,
Kabupaten
Mamuju
dapat
dibedakan
menjadi
6
(enam)
zona,
yaitu
zona
dengan
ketinggian
antara
0
25
m,
zona
antara
25
m
100
m,
zona
dengan
ketinggian
antara
100
m
500
m,
zona
dengan
ketinggian
500
m
1.000
m,
zona
dengan
ketinggian
antara
1.000
m
1.500
m,
dan
zona
dengan
ketinggian
di
atas
1.500
m.
Secara
umum,
berdasarkan
zona
ketinggian
di
atas,
tampak
bahwa
wilayah
Selatan
sebagian
besar
mempunyai
ketinggian
di
bawah
100
m,
sedangkan
semakin
ke
Utara
ketinggiannya
semakin
meningkat
rata-rata
di
atas
500
m.
Secara
proporsional,
ketinggian
wilayah
tersebut
dapat
digambarkan
sebagai
berikut:
Berdasarkan
data
geologi
Kabupaten
Mamuju,
jenis
tanah
di
daerah
ini
dapat
digolongkan
ke
dalam
5
(lima)
jenis,
yakni
tanah
Alluvial,
Regosol,
Rensial,
Andosol,
dan
Mediteran.
Kandungan
dari
masing-masing
jenis
tanah
tersebut
dapat
dilihat
pada
tabel
2.2.
1.
Aluvial
Bahan
induk
endapan
liat
dan
pasir
endapan
(lanau)
dan
endapan
marin
dengan
bentuk
wilayah
pada
umumnya
datar
termasuk
kelas
satu
(tidak
peka
erosi).
2.
Regosol
Bahan
induk
endapan
pasir
tufa
volkan
masam
sampai
intermediat
dan
tufa
volkan
alkali,
bentuk
wilayah
berombak,
bergelombang
sampai
berbukit
termasuk
kelas
lima
(sangat
peka
erosi).
3.
Rensial
Bentuk
wilayah
berbukit
dengan
bahan
induk
tuff
dan
kapur
karang
bertuffa
termasuk
kelas
lima
(sangat
peka
erosi).
4.
Andosol
Bentuk
wilayah
bergunung
dan
bahan
induk
tufa
vulkan
masam
dan
alkali
termasuk
kelas
empat
(peka
erosi).
Sedangkan
untuk
kandungan
geologi
di
Kabupaten
Mamuju,
secara
garis
besar
dibagi
menjadi
dua,
yakni
kelompok
bahan
galian
konstruksi
dan
kelompok
galian
industri.
Berdasarkan
data
Departemen
Pertambangan
dan
Energi,
diketahui
bahwa
untuk
kelompok
bahan
galian
konstruksi
di
Kabupaten
Mamuju,
meliputi:
a. Batu
Sabak,
tersebar
di
daerah
Tobinta,
Salubejau
dan
Salubarana
Kecamatan
Karossa
dengan
cadangan
volume
sekitar
22.050.000
meter
kubik.
b. Sekis,
tersebar
di
daerah
Tabolang,
Kalando
dan
Batusitanduk
Kecamatan
Budong-
Budong
dengan
cadangan
volume
sekitar
2.200.000
meter
kubik.
c. Batu
Gamping,
terdapat
di
daerah
Salupangkang
Kecamatan
Topoyo
dengan
cadangan
volume
sekitar
5.625.000
meter
kubik.
d. Tuff,
tersebar
di
daerah
Boang,
Sumare,
Tinaungan
Kecamatan
Simkep
dan
di
Nipa-
nipa,
Pansiangan
Kecamatan
Tapalang
Barat
dengan
cadangan
volume
sekitar
15.581.250
meter
kubik.
e. Lempung,
tersebar
di
daerah
Karossa,
Benggaulu,
Durikumba,
Lara,
Salubarana
dan
Tomemba
Kecamatan
Karossa
dengan
cadangan
volume
sekitar
1.297.575.000
meter
kubik.
Secara
klimatologis,
Kabupaten
Mamuju
tidak
memiliki
perbedaan
dengan
daerah
lain
di
Indonesia
yaitu
hanya
dikenal
dua
musim,
yaitu
musim
kemarau
dan
musim
hujan.
Pada
bulan
Juni
sampai
dengan
September
arus
angin
bertiup
dari
Australia
dan
tidak
banyak
mengandung
uap
air,
sehingga
mengakibatkan
musim
kemarau.
Sebaliknya,
pada
bulan
Desember
sampai
dengan
Maret
arus
angin
yang
banyak
mengandung
uap
air
berhembus
dari
Asia
dan
Samudera
Pasifik
sehingga
terjadi
musim
hujan.
Keadaan
alam
Kabupaten
Mamuju
secara
garis
besar
beriklim
tropis.
Suhu
udara
berkisar
antara
27
31
derajat
Celcius
atau
rata-rata
29
derajat
Celcius.
Kelembaban
udara
rata-
rata
antara
70
persen
-
80
persen,
kecepatan
angin
10,8
km/jam
dan
tekanan
udara
berkisar
1.010,7
Milibar
serta
penyinaran
matahari
mencapai
75,8
persen.
Menurut
klasifikasi
Schmitt
dan
Ferguson
type
iklim
di
Kabupaten
Mamuju
bervariasi
B,
C,
D
dan
E.
Rata-rata
curah
hujan
di
Kabupaten
Mamuju
pada
tahun
2014
adalah
1.585,5
mm
per
bulan
dan
rata-rata
hari
hujan
sebanyak
9
hari
per
bulan.
Total
curah
hujan
sepanjang
tahun
2014
adalah
19.026
mm.
Intensitas
curah
hujan
tertinggi
terjadi
pada
bulan
Desember
dan
Mei,
sedangkan
terendah
terjadi
pada
bulan
September.
Sebelum
Kabupaten
Mamuju
dimekarkan
pada
tahun
2013,
jumlah
penduduk
Kabupaten
Mamuju
sebesar
273.076
jiwa
pada
tahun
2005,
dan
kemudian
meningkat
menjadi
358.527
jiwa
pada
tahun
2012,
atau
bertumbuh
rata-rata
3,97
persen
per
tahun.
Setelah
pemekaran,
jumlah
penduduk
Kabupaten
Mamuju
menjadi
252,295
jiwa
pada
tahun
2013
dan
meningkat
menjadi
258.984
jiwa
pada
tahun
2014,
atau
bertumbuh
sebesar
2,65
persen.
Tingginya
laju
pertumbuhan
penduduk
tersebut
tidak
terlepas
dari
posisi
Kabupaten
Mamuju
sebagai
daerah
tujuan
migrasi
karena
memiliki
daya
tarik,
yaitu
sebagai
pusat
pemerintahan,
pusat
perdagangan
dan
jasa,
dan
sebagainya.
Gambar 2.1. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Mamuju, 2005 2014 (dalam jiwa)
400,000
349,571
358,527
336,973
350,000
315,053
296,828
305,473
300,000
273,076
284,026
252,295
258,984
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Kabupaten
Mamuju
juga
dikenal
sebagai
Indonesia
Mini,
karena
penduduk
Kabupaten
Mamuju
terdiri
atas
berbagai
etnis
besar
di
Indonesia,
yaitu
Jawa,
Sunda,
Bali,
Sasak
(Nusa
Tenggara
Barat),
Nusa
Tenggara
Timur,
dan
dari
etnis
Sulawesi,
yaitu
Mandar,
Bugis,
Makassar
dan
Toraja.
Hal
ini
bisa
dipahami
karena
Kabupaten
Mamuju
merupakan
daerah
tujuan
migrasi,
baik
migrasi
atas
alasan
pekerjaan,
bisnis,
maupun
migrasi
khusus
(transmigrasi).
Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB)
Kabupaten
Mamuju,
baik
Atas
Dasar
Harga
Berlaku
(ADHB)
maupun
Atas
Dasar
Harga
Konstan
(ADHK)
dari
tahun
ke
tahun
terus
mengalami
peningkatan.
Pada
tahun
2014,
PDRB
ADHB
dan
PDRB
ADHK
masing
masing
telah
mencapai
Rp
7,29
trilyun
dan
Rp
6.02
trilyun.
Selama
periode
2005-2014,
PDRB
ADHB
dan
PDRB
ADHK
bertumbuh
rata-rata
20,64
persen
dan
9,11
persen
per
tahun.
Tabel
2.
5.
Perbandingan
PDRB
Kabupaten
Mamuju
dan
PDRB
Sulawesi
Barat
atas
Dasar
Harga
Berlaku,
2005
-
2014
(dalam
Rp
Milyar)
Proporsi
Mamuju
Tahun
Sulawesi
Barat
Mamuju
Terhadap
Sulbar
2005
4,422.95
1,383.12
31.27
2006
5,124.81
1,612.12
31.46
2007
6,192.79
1,952.21
31.52
2008
7,778.00
2,478.85
31.87
2009
9,403.38
2,867.56
30.49
2010
17,183.80
4,164.03
24.23
2011
20,189.30
4,942.42
24.48
2012
22,626.20
5,607.58
24.78
2013
25,249.50
6,321.79
25.04
2014
29,391.50
7,294.40
24.82
Sumber:
BPS,
PDRB
Kabupaten
Mamuju
dan
PDRB
Provinsi
Sulawesi
Barat,
berbagai
seri.
Struktur
ekonomi
Kabupaten
Mamuju
masih
didominasi
oleh
sektor
pertanian.
Dalam
lima
tahun
terakhir,
kontribusi
sektor
pertanian
terhadap
PDRB
rata-rata
36,29
persen
dengan
kecenderungan
yang
menurun.
Sektor
ekonomi
lainnya
yang
menyumbang
cukup
signifikan
terhadap
pembentukan
PDRB
Kabupaten
Mamuju
adalah
sektor
administrasi
pemerintahan,
pertanahan
dan
jaminan
sosial
wajib
(rata-rata
11,26%),
sektor
perdagangan
besar
dan
eceran,
reparasi
mobil
dan
sepeda
motor
(rata-rata
10,68%),
dan
sektor
konstruksi
(rata-rata
10,13%)
selama
periode
2010-2014.
Transformasi
ekonomi
dari
sektor
primer
ke
sektor
sekunder
tampaknya
berjalan
lambat
di
Kabupaten
Mamuju.
6
7.43
6.94
6.42
Mamuju
5.92
6.03
4
Sulawesi
Barat
2
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber:
BPS,
PDRB
Kabupaten
Mamuju
dan
PDRB
Provinsi
Sulawesi
Barat,
berbagai
seri.
Catatan:
Tahun
2010
ke
atas,
menggunakan
tahun
dasar
2010.
Pertumbuhan
ekonomi
yang
tinggi
dalam
lima
tahun
terakhir,
sebagian
besar
digerakkan
oleh
sektor
penyediaan
akomodasi
dan
makan
minum,
sektor
informasi
dan
komunikasi,
Tabel
2.7.
Pertumbuhan
sektoral
PDRB
Kabupaten
Mamuju
dengan
tahun
dasar
2010,
2010
2014
(dalam
%)
Secara
makro,
pendapatan
per
kapita
merupakan
indikator
yang
lazim
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
kesejahteraan
masyarakat.
Selama
periode
2005-2014,
pendapatan
per
kapita
Kabupaten
Mamuju
terus
menunjukkan
peningkatan
yang
konsisten,
dimana
pendapatan
per
kapita
meningkat
hampir
enam
kali
lipat,
yaitu
dari
Rp
5,06
juta
pada
Gambar
2.3.
Pendapatan
per
kapita
Kabupaten
Mamuju
dan
Provinsi
Sulawesi
Barat,
2005-2014
(dalam
Rp
Juta)
28.17
30
25.06
22.75
25
20.60
18.00
20
23.36
20.46
15
18.58
16.98
Mamuju
8.17
9.06
14.83
10
6.59
Sulawesi
Barat
5.06
5.67
8.98
5
7.53
6.09
4.56
5.16
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar
2.4.
Tingkat
Pengangguran
Terbuka
(TPT)
di
Kabupaten
Mamuju
dan
Provinsi
Sulawesi
Barat,
2005-2014
(dalam
%)
18
15.89
16
14
13.59
12
10
9.72
Mamuju
8
6.45
5.45
4.57
4.51
Sulawesi
Barat
6
3.25
2.82
4
2.14
2.33
2.08
5.40
2
3.32
3.36
2.63
0
1.55
1.02
1.22
1.03
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS , Mamuju dalam Angka dan Sulawesi Barat dalam Angka, berbagai seri.
Gambar
2.5.
Persentase
Penduduk
Berumur
15
Tahun
Keatas
yang
Bekerja
Menurut
Lapangan
Usaha
di
Kabupaten
Mamuju,
2014
(dalam
%)
12.02 Pertanian
Lainnya
Berdasarkan
data
tahun
2014,
angkatan
kerja
(berumur
di
atas
15
tahun)
di
Kabupaten
Mamuju
pada
umumnya
terserap
pada
lapangan
pekerjaan
di
sektor
pertanian,
sektor
jasa
kemasyarakatan,
dan
sektor
perdagangan,
rumah
makan,
dan
hotel.
Hampir
setengah
(48,03%)
dari
seluruh
tenaga
kerja
yang
bekerja
di
Kabupaten
Mamuju,
terserap
di
sektor
pertanian,
kemudian
21,36
persen
terserap
di
sektor
jasa
kemasyarakatan,
12,94
persen
di
Perhitungan
inflasi
di
Kabupaten
Mamuju
dimulai
pada
tahun
2008,
sejak
Kabupaten
Mamuju
ditetapkan
sebagai
salah
satu
daerah
sample
perhitungan
inflasi
oleh
BPS.
Selama
periode
2008-2014,
laju
inflasi
tahunan
di
Kabupaten
Mamuju
relatif
berfluktuasi
di
rentang
yang
cukup
besar,
yaitu
antara
1,78
s/d
11,66
persen.
Secara
rata-rata,
tingkat
inflasi
di
Kabupaten
Mamuju
sebesar
5,79
persen
per
tahun
(y.o.y).
Laju
inflasi
tertinggi
terjadi
pada
tahun
2008
yang
mencapai
angka
dua
digit,
sebagai
imbas
dari
krisis
ekonomi.
Pada
tahun
berikutnya,
laju
inflasi
menurun
tajam
ke
angka
1,78
persen,
yang
merupakan
angka
terendah
selama
periode
2008-2014.
Setelah
itu,
laju
inflasi
cenderung
bergerak
naik
hingga
mencapai
7,88
persen
pada
tahun
2014.
Penyesuaian
harga
BBM
jenis
premium
dan
solar
mengikuti
harga
keekonomiannya
serta
efek
lanjutannya
pada
kenaikan
harga
komoditas
lainnya
menjadi
faktor
utama
penyebab
tingginya
inflasi
di
Kabupaten
Mamuju.
14
11.66
12
10
7.88
8
5.91
5.12
4.91
6
3.28
4
1.78
2
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Selama
periode
2005-2013,
IPM
Kabupaten
Mamuju
meningkat
secara
konsisten.
Pada
tahun
2005,
IPM
mencatat
angka
67,32,
dan
kemudian
meningkat
menjadi
71,38
pada
tahun
2013.
Berdasarkan
kriteria
UNDP,
nilai
IPM
Kabupaten
Mamuju
termasuk
kategori
menengah
karena
berada
diantara
51
s/d
79.
Secara
relatif,
capaian
ini
hanya
menempatkan
Kabupaten
Mamuju
pada
peringkat
keempat
dari
enam
kabupaten
di
wilayah
Provinsi
Sulawesi
Barat.
Kabupaten
Mamuju
hanya
berada
di
atas
Kabupaten
Polewali
Mandar
dan
Kabupaten
Mamuju
Utara.
74.00
71.38
70.76
72.00
Metode
Lama
69.32
69.78
70.00
68.50
68.89
67.32
67.60
Metode
Baru
68.00
66.00
64.17
64.71
63.24
64.00
61.65
62.28
62.00
60.00
58.00
56.00
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber:
BPS,
IPM
Kabupaten
Mamuju,
berbagai
seri.
Catatan:
Sejak
tahun
2015,
BPS
menggunakan
metode
baru
dalam
perhitungan
IPM
dengan
menghitung
mundur
sampai
tahun
2010.
Pada
tahun
2014,
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
melakukan
perubahan
metode
dalam
perhitungan
IPM.
Metode
baru
dimaksud
telah
mengubah
dua
indikator
utama,
yaitu
angka
melek
huruf
diubah
menjadi
angka
harapan
lama
sekolah
dan
Produk
Domestik
Bruto
(PDB)
per
kapita
diganti
dengan
Produk
Nasional
Bruto
(PNB)
per
kapita.
Angka
melek
huruf
dianggap
sudah
tidak
relevan
dalam
mengukur
pendidikan
secara
utuh
karena
tidak
dapat
menggambarkan
kualitas
pendidikan.
Selain
itu,
karena
angka
melek
huruf
disebagian
besar
daerah
sudah
tinggi,
sehingga
tidak
dapat
membedakan
tingkat
pendidikan
antar
daerah
dengan
baik.
Sedangkan
PDB
per
kapita
dianggap
tidak
dapat
Dengan
menggunakan
metode
perhitungan
IPM
yang
baru,
Kabupaten
Mamuju
berada
pada
peringkat
pertama
dengan
nilai
64,71
dan
Kabupaten
Polewali
Mandar
pada
peringkat
terakhir
dengan
nilai
60,09.
.Padahal
sebelumnya
dengan
menggunakan
metode
lama,
Kabupaten
Mamuju
selalu
berada
pada
peringkat
keempat,
setelah
Kabupaten
Majene,
Kabupaten
Mamasa,
dan
Kabupaten
Mamuju
Tengah.
Gambar
2.8.
Perbandingan
Indeks
Pembangunan
Manusia
antar
kabupaten
di
Provinsi
Sulawesi
Barat,
2014
66
64.71
65
64.04
63.74
64
62.85
63
62
61.48
61
60.09
60
59
58
57
Mamuju
Majene
Polewali
Mamuju
Mamasa
Mamuju
Mandar
Utara
Tengah
2.2.6. Kemiskinan
Gambar
2.9.
Persentase
penduduk
miskin
di
Kabupaten
Mamuju
dan
Provinsi
Sulawesi
Barat,
2005-2014
(dalam
%)
25.00
20.74
19.03
Mamuju
20.00
16.73
15.96
15.29
Sulawesi
Barat
13.58
13.89
13.24
15.00
11.96
12.30
12.27
11.07
8.11
8.13
8.17
7.59
10.00
7.12
6.81
6.77
5.00
0.00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber:
BPS
,
Mamuju
dalam
Angka
,
Sulawesi
Barat
dalam
Angka,
dan
Indikator
Kesejahteraan
Rakyat,
berbagai
seri.
2.3.1. Pendidikan
Angka
Partisipasi
Murni
(APM)
dan
Angka
Partisipasi
Kasar
(APK)
merupakan
indikator
penting
untuk
menilai
keberhasilan
di
bidang
pendidikan.
Indikator
ini
dapat
menjelaskan
mengenai
tingkat
aksessibilitas
penduduk
usia
sekolah
terhadap
layanan
pendidikan.
Secara
umum,
kedua
indikator
utama
ini
menunjukkan
kecenderungan
meningkat
di
Tabel
2.8.
APK
dan
APM
menurut
jenjang
pendidikan
di
Kabupaten
Mamuju,
2005
2014
(dalam
%)
APM
APK
Tahun
SD/MI
SMP/MTS
SMA/Ma
SD/MI
SMP/MTS
SMA/Ma
2005
2006
2007
92.95
57.45
39.98
118.64
73.15
56.99
2008
93.23
62.24
49.50
118.96
79.25
70.58
2009
93.23
62.24
49.50
119.33
85.34
84.17
2010
94.40
69.61
52.46
91.30
83.20
61.92
2011
97.39
75.84
64.25
124.05
98.11
91.99
2012
91.07
58.46
37.14
102.84
77.63
57.61
2013
94.64
61.87
54.40
113.08
73.89
76.01
2014
95.79
66.57
58.10
110.95
81.34
83.38
Sumber:
BPS,
Sulawesi
Barat
dalam
Angka,
berbagai
seri.
Gambar
2.10.
Rata-rata
Lama
Sekolah
(RLS)
di
Kabupaten
Mamuju
dan
Provinsi
Sulawesi
Barat,
2005-2014
(dalam
tahun)
7.20
7.05
6.99
7.00
6.87
6.88
6.76
6.80
6.63
6.65
6.91
6.51
6.79
6.80
6.60
6.72
6.70
Mamuju
6.30
6.30
6.59
6.40
Sulawesi
Barat
6.49
6.20
6.30
6.30
6.32
6.00
5.80
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS, IPM Kabupaten Mamuju dan IPM Provinsi Sulawesi Barat, berbagai seri.
Peningkatan
APK
dan
APM
di
Kabupaten
Mamuju
juga
diikuti
oleh
perbaikan
angka
rata-
rata
lama
sekolah
(RLS).
Pada
tahun
2005,
RLS
di
Kabupaten
Mamuju
hanya
sepanjang
6,30
tahun,
dan
kemudian
meningkat
menjadi
6,91
tahun
pada
tahun
2014.
Angka
ini
menunjukkan
bahwa
secara
rata-rata,
penduduk
Kabupaten
Mamuju
hanya
mampu
menyelesaikan
pendidikan
hingga
kelas
1
SMP
dan
berhenti
sekolah
pada
saat
menjelang
naik
ke
kelas
2
SMP.
Meskipun
capaian
ini
terbilang
rendah,
namun
masih
berada
di
atas
angka
rata-rata
Provinsi
Sulawesi
Barat
yang
hanya
mencapai
6,88
tahun
pada
tahun
2014.
Indikator
pendidikan
lainnya,
yaitu
Angka
Melek
Huruf
(AMH)
juga
menunjukkan
kemajuan
yang
positif.
Peningkatan
AMH
yang
sangat
signifikan
terjadi
dalam
dua
tahun
terakhir.
AMH
pada
tahun
2014
sudah
mencapai
92,59
persen,
berada
di
atas
AMH
Provinsi
Sulawesi
Barat
(92,27%).
Dengan
kata
lain,
penduduk
yang
berumur
15
ke
atas
yang
masih
butuh
huruf
di
Kabupaten
Mamuju
sisa
7,41
persen.
Angka
ini
juga
bisa
bermakna
bahwa
setiap
1.000
orang
penduduk
Kabupaten
Mamuju
yang
berumur
15
tahun
ke
atas,
74
orang
diantaranya
masih
buta
huruf.
Gambar
2.11.
Angka
Melek
Huruf
di
Kabupaten
Mamuju
dan
Provinsi
Sulawesi
Barat,
2005-2014
(dalam
%)
94.00 92.59
92.00
89.97
89.08
89.08
89.18
89.18
89.25
92.27
90.00
88.40
88.77
88.77
88.00
88.48
88.48
88.48
88.79
Mamuju
86.00
87.31
87.59
84.00
85.90
86.40
Sulawesi
Barat
82.00
83.40
80.00
78.00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2.3.2. Kesehatan
Gambar
2.12.
Angka
Harapan
Hidup
di
Kabupaten
Mamuju
dan
Provinsi
Sulawesi
Barat,
2005-2014
(dalam
tahun(
68.00
68.26
69.00
67.50
67.76
68.00
66.90
67.00
66.10
66.28
66.37
67.60
65.70
65.90
67.40
66.00
67.00
67.20
66.40
65.00
Mamuju
64.00
63.00
64.04
Sulawesi
Barat
63.32
62.00
63.04
62.50
62.78
61.00
60.00
59.00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Indikator
kesehatan
lainnya
yang
menunjukkan
kinerja
sektor
kesehatan
adalah
angka
kematian
bayi
(AKB),
angka
kematian
ibu
(AKI),
angka
kematian
balita
(AKABA),
dan
angka
balita
gizi
buruk.
Selama
rentang
waktu
2005-2014,
jumlah
kasus
AKB,
AKI,
dan
AKABA
berfluktuasi
dengan
kecenderungan
yang
menurun.
Namun
penurunan
paling
tajam
terjadi
pada
kasus
AKI
dan
AKABA,
yaitu
dari
masing-masing
17
kasus
dan
26
kasus
pada
tahun
2005
menjadi
tujuh
kasus
dan
dua
kasus
pada
tahun
2014.
Sedangkan
jumlah
kasus
AKB
menurun
dari
81
kasus
menjadi
46
kasus
pada
periode
yang
sama,
meskipun
pernah
mencapai
130
kasus
pada
tahun
2012
yang
merupakan
angka
tertinggi
selama
periode
2005-2014.
Tetap
penting
untuk
dicatat
bahwa
seluruh
data
tersebut
merupakan
data
facility
based
dan
bukan
data
community
based.
Artinya,
data
tersebut
merupakan
hasil
laporan
dari
fasilitas
kesehatan,
bukan
data
riil
yang
sebenarnya
terjadi.
Gambaran
yang
cukup
kontras
ditunjukkan
oleh
kasus
gizi
buruk,
dimana
jumlahnya
terus
meningkat
selama
periode
2005-2014.
Pada
tahun
2007,
jumlah
kasus
gizi
buruk
hanya
14
kasus
dan
meningkat
sekitar
tujuh
kali
lipat
menjadi
102
kasus
pada
tahun
2014.
Penyebab
utama
meningkatnya
kasus
gizi
buruk
di
Kabupaten
Mamuju,
antara
lain:
rendahnya
asupan
makanan
bayi
dan
balita,
kurangnya
pengetahuan
tentang
gizi,
kesalahan
pola
asuh
orang
tua,
dan
adanya
penyakit
infeksi
pada
anak
bayi
dan
balita.
Secara
umum,
membaiknya
kualitas
dan
derajat
kesehatan
di
Kabupaten
Mamuju
tidak
terlepas
dari
meningkatnya
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pelayanan
kesehatan
masyarakat.
Hingga
tahun
2014,
Kabupaten
Mamuju
telah
memiliki
tiga
unit
Rumah
Sakit
Umum,
90
unit
Tempat
Praktek
Bidan,
22
unit
Puskesmas,
tiga
Puskesmas
Pembantu,
388
Posyandu,
dan
133
Poskesdes.
Sedangkan
jumlah
tenaga
medis
dan
non-medis,
terdiri
atas
19
orang
dokter
umum,
66
orang
bidan,
128
orang
perawat,
empat
orang
farmasi,
11
orang
ahli
gizi,
enam
orang
ahli
sanitasi,
dan
dua
orang
tenaga
kesehatan
masyarakat.
2.4.1. Infrastruktur
Pada
tahun
2014,
dari
total
panjang
jalan
kabupaten
797,91
Km,
sekitar
76,00
persen
berupa
permukaan
aspal,
hanya
sekitar
1,00
persen
berupa
permukaan
kerikil,
dan
23,00
persen
berupa
permukaan
lainnya
(tidak
dirinci).
Gambaran
ini
sangat
kontras
jika
dibandingkan
dengan
tahun
2005,
dimana
hanya
15,97
persen
dari
total
panjang
jalan
yang
berpermukaan
aspal,
50,15
persen
berpermukaan
kerikil,
dan
33,89
persen
berpermukaan
tanah.
Fakta
ini
menunjukkan
adanya
kemajuan
yang
sangat
signifikan
dalam
pembangunan
infrastruktur
jalan,
terutama
keberhasilan
mengkonversi
permukaan
kerikil
menjadi
permukaan
aspal.
Gambar
2.13.
Proporsi
panjang
jalan
kabupaten
menurut
jenis
permukaan
di
Kabupaten
Mamuju,
2005-2014
(dalam
%)
2014
2013
2012
2011
Aspal
2010
Kerikil
2009
Tanah
2008
Lainnya
2007
2006
2005
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Jika
diamati
total
panjang
jalan
berdasarkan
kondisi
jalan,
tampak
bahwa
proporsi
panjang
jalan
kabupaten
dalam
kondisi
baik
juga
terus
meningkat
dari
tahun
ke
tahun.
Pada
tahun
2014,
proporsi
panjang
jalan
kabupaten
dalam
kondisi
baik
hanya
15,77
persen.
Angka
tersebut
melonjak
tajam
menjadi
56,26
persen
pada
tahun
2014.
Pada
saat
yang
sama,
kondisi
jalan
dalam
keadaan
rusak
berat
juga
mengalami
penurunan
yang
cukup
tajam,
yaitu
dari
32,29
persen
pada
tahun
2005
menjadi
12,14
persen
pada
tahun
2014.
Gambaran
ini
menunjukkan
bahwa
pemerintah
Kabupaten
Mamuju
telah
berhasil
mengkonversi
kondisi
jalan
yang
rusak
menjadi
kondisi
baik.
2014
2013
2012
Baik
2011
Sedang
2010
Rusak
2009
Rusak
Berat
2008
2007
2006
2005
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tabel
2.10.
Jumlah
rumahtangga
menurut
sumber
penerangan
utama
di
Kabupaten
Mamuju,
2005-2014
(dalam
%)
Listrik
Petromaks Pelita/Sent Rasio
Tahun
Listrik
PLN
Lainnya
Jumlah
Non-PLN
/Aladin
er/Obor
Elektrifikasi
2005
2006
2007
17,508
19,367
1,242
26,968
707
65,792
56.05
2008
26,197
21,298
298
19,794
200
67,787
70.07
2009
35,186
17,879
103
18,275
514
71,957
73.75
2010
28,131
17,674
544
29,850
378
76,577
59.82
2011
31,023
23,654
147
21,532
780
77,136
70.88
2012
39,753
21,851
287
18,689
127
80,707
76.33
2013
46,672
16,653
555
17,692
539
82,111
77.12
2014
49,243
16,489
0
16,908
596
83,236
78.97
Sumber:
BPS,
Sulawesi
Barat
Dalam
Angka,
berbagai
seri
Infrastruktur
dasar
yang
terkait
langsung
dengan
masyarakat
luas,
yaitu
ketersediaan
energi
listrik,
juga
menunjukkan
gambaran
yang
relatif
baik.
Rasio
elektrifikasi,
yaitu
persentase
rumah
tangga
yang
menikmati
listrik,
baik
PLN
maupun
Non-PLN
meningkat
dari
56,05
persen
pada
tahun
2007
menjadi
78,97
persen
pada
tahun
2014.
Itu
berarti,
saat
ini
di
Kabupaten
Mamuju,
setiap
100
rumah
tangga,
hanya
21
rumah
tangga
yang
belum
menikmati
listrik.
Akses
penduduk
terhadap
listrik
PLN
cenderung
meningkat,
dan
sebaliknya
akses
terhadap
listrik
Non-PLN
cenderung
menurun.
Ini
sekaligus
menunjukkan
peningkatan
kemampuan
PLN
untuk
menyediakan
energi
lsitrik
bagi
masyarakat.
Tabel
2.11.
Persentase
rumahtangga
menurut
sumber
air
minum
di
Kabupaten
Mamuju,
2005-
2014
(dalam
%)
Air
Bersih
dan
Layak
Air
Tidak
Bersih
Air
Sumur/
Sumur
Mata
Tahun
kemas- mata
air
Sub- tak
air
tak
Lain- Sub- Total
Leding
Pompa
an/isi
terlin- Total
terlin- terlin- nya
Total
ulang
dung
dung
dung
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
13.94
6.94
2.77
36.32
59.97
22.57
10.94
6.52
40.03
100.00
2012
14.71
6.54
4.56
33.35
59.16
18.61
15.39
6.84
40.84
100.00
2013
6.03
5.24
5.97
45.31
62.55
18.02
11.49
7.93
37.45
100.00
2014
23.12
3.87
5.69
32.95
65.63
13.92
10.60
9.85
34.37
100.00
Sumber:
BPS,
Indikator
Kesejahteraan
Rakyat,
berbagai
seri
Kualitas
sumberdaya
manusia
di
suatu
daerah
bisa
diamati,
salah
satunya
dari
tingkat
pendidikan
penduduknya,
terutama
mereka
yang
berumur
15
tahun
ke
atas.
Gambaran
ini
juga
sekaligus
dapat
merefleksikan
kualitas
tenaga
kerja.
Sampai
dengan
tahun
2014,
dari
seluruh
penduduk
Kabupaten
Mamuju
yang
berumur
15
tahun
ke
atas,
sekitar
sepertiga
diantaranya
tidak/belum
pernah
sekolah.
Secara
absolut,
jumlah
mencapai
61.548
orang
dari
total
penduduk
yang
berumur
15
tahun
keatas
sebesar
188.780.
Jika
angka
tersebut
digabungkan
dengan
angka
penduduk
yang
hanya
bisa
menamatkan
pendidikan
sampai
jenjang
SD/Sederajat,
maka
diperoleh
angka
sekitar
61
persen.
Fakta
ini
mengindikasikan
rendahnya
kualitas
sumberdaya
manusia
atau
tenaga
kerja
di
Kabupaten
Mamuju.
Sebagian
besar
mereka
yang
tidak
terdidik
ini
bekerja
di
sektor
pertanian
dan
sektor
informal
dengan
tingkat
produktivitas
yang
rendah.
D1/Universitas
Dalam
lima
tahun
terakhir,
jumlah
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat
(kamtibmas)
dan
kasus
kriminalitas
cenderung
meningkat.
Bahkan
kasus
kriminalitas
berlangsung
dengan
intensitas
yang
cukup
tinggi,
yaitu
rata-rata
462
kasus
per
tahun.
Jenis
kriminalitas
yang
banyak
terjadi,
antara
lain,
kasus
pencurian,
penipuan,
perkelahian,
pemukulan,
dsb.
Namun
untuk
kasus
demonstrasi,
justru
menunjukkan
tren
menurun,
yaitu
dari
45
kasus
pada
tahun
2010
menjadi
hanya
25
kasus
lima
tahun
kemudian.
Tabel
2.12.
Kondisi
keamanan
dan
ketertiban
di
Kabupaten
Mamuju,
2005-2014
(dalam
jumlah
kasus)
Gangguan
Tahun
Demonstrasi
Kriminalitas
Konflik
SARA
Kantibmas
2005
2006
2007
2008
2009
2010
45
5
410
0
2011
42
6
308
0
2012
55
16
464
0
2013
53
10
536
0
2014
25
9
594
0
Sumber:
Badan
Kesbangpol
Kabupaten
Mamuju,
2015
Meskipun
Kabupaten
Mamuju
merupakan
daerah
yang
terbuka
dan
dihuni
oleh
penduduk
dengan
beragam
suku,
agama,
dan
ras,
namun
tidak
pernah
terjadi
konflik
yang
dipicu
Masalah
lainnya
yang
juga
tampak
menonjol
terkait
dengan
layanan
pendidikan,
antara
lain,
terbatasnya
sarana
dan
prasarana
pendidikan,
belum
memadainya
kuantitas
dan
kualitas
SDM
tenaga
pendidik
dan
kependidikan,
belum
meratanya
dan
proporsionalnya
penempatan
tenaga
pendidik
dan
kependidikan,
dan
belum
optimalnya
penyelenggaraan
pendidikan
anak
usia
dini
(PAUD).
Masalah
lainnya
yang
juga
tampak
menonjol
terkait
dengan
layanan
kesehatan,
antara
lain,
belum
meratanya
pelayanan
kesehatan,
masih
rendahnya
kesadaran
perilaku
hidup
sehat
di
kalangan
masyarakat,
belum
memadainya
kuantitas
dan
kualitas
paramedis,
belum
meratanya
penempatan
tenaga
medis
dan
paramedis,
masih
kurangnya
pembinaan
keluarga
sejahtera,
masih
rendahnya
sarana
dan
prasarana
kesehatan,
dan
masih
terbatasnya
jangkauan
pelayanan
kesehatan
hingga
ke
pelosok
desa
dan
wilayah
terpencil.
Salah
satu
tantangan
yang
dihadapi
Kabupaten
Mamuju
adalah
menurunkan
angka
kemiskinan.
Secara
absolut,
pada
tahun
2014,
jumlah
penduduk
miskin
sekitar
25.000
orang
atau
6,67
persen
dari
total
penduduk.
Meskipun
persentase
penduduk
miskin
di
Kabupaten
Mamuju
relatif
rendah
dan
mengalami
penurunan
yang
cukup
signifikan
dalam
10
tahun
terakhir,
namun
masih
perlu
diturunkan
ke
level
yang
lebih
rendah.
Bagaimanapun,
penurunan
jumlah
penduduk
miskin
selalu
berkorelasi
dengan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat,
perbaikan
kualitas
hidup,
dan
peningkatan
pembangunan
manusia.
Masalah
pengangguran
masih
menjadi
salah
satu
masalah
penting
yang
perlu
diatasi
di
Kabupaten
Mamuju.
Meskipun
tingkat
penganguran
terbuka
menunjukkan
penurunan
secara
sistematis
dan
capaian
pada
tahun
2014
merupakan
angka
terendah
dalam
satu
dekade
terakhir,
namun
masalah
pengangguran
tetap
penting
mendapat
perhatian.
Data
BPS
memperlihatkan
bahwa
jumlah
pengangguran
di
Kabupaten
Mamuju
pada
tahun
2014
mencapai
1.942
orang.
Jika
mereka
tidak
segera
memperoleh
pekerjaan,
maka
hal
ini
dikhawatirkan
akan
menimbulkan
berbagai
masalah
sosial,
seperti
kemiskinan,
Secara
umum,
kualitas
pembangunan
manusia
di
Kabupaten
Mamuju
relatif
rendah.
Ini
setidaknya
ditunjukkan
oleh
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
yang
hanya
menunjukkan
angka
sebesar
64,71
pada
tahun
2014
(dengan
menggunakan
metode
perhitungan
IPM
yang
baru).
Angka
ini
berada
di
bawah
angka
IPM
Nasional.
Secara
absolut,
IPM
Kabupaten
Mamuju
terus
bergerak
naik,
dan
mengalami
perubahan
posisi
relatif
dalam
10
tahun
terakhir,
yaitu
dari
posisi
keempat
pada
tahun
2006
bergeser
ke
posisi
ketiga
pada
tahun
2013,
setelah
Kabupaten
Majene
dan
Kabupaten
Mamasa.
Namun
perubahan
metode
perhitungan
IPM
yang
dilakukan
oleh
BPS
pada
tahun
2014,
telah
menjadikan
Kabupaten
Mamuju
berada
pada
posisi
pertama
dari
enam
kabupaten
di
Provinsi
Sulawesi
Barat.
Meski
demikian,
ketiga
indeks
komposit
IPM,
yaitu
pendidikan,
kesehatan,
dan
daya
beli,
masih
perlu
terus
diupayakan
peningkatannya
secara
signifikan
dari
tahun
ke
tahun.
Perekonomian
Kabupaten
Mamuju
masih
bertumpu
pada
pertanian
dengan
basis
PDRB
yang
relatif
kecil
dan
perubahan
struktur
ekonomi
yang
berjalan
lambat.
Permasalahan
yang
tampak
menonjol
terkait
dengan
perekonomian
daerah,
antara
lain,
belum
optimalnya
pemanfaatan
lahan
pertanian
yang
berdampak
pada
rendahnya
produksi
pertanian,
tingginya
alih
fungsi
lahan
dan
belum
optimalnya
pengelolaan
dan
pemanfaatan
lahan
kritis,
terbatasnya
infrastruktur
pendukung
berupa
jaringan
irigasi
dan
jalan
produksi,
adanya
serangan
hama
penyakit
tanaman
yang
berdampak
pada
menurunnya
produktifitas
pertanian,
belum
berkembangnya
usaha
mikro,
kecil,
dan
menengah
(UMKM)
yang
berdampak
pada
rendahnya
kontribusi
industri
pengolahan
terhadap
PDRB,
masih
rendahnya
akses
pelaku
ekonomi
terhadap
sumberdaya
keuangan,
masih
rendahnya
daya
saing
komoditas
hasil
pertanian
dan
industri
pengolahan,
serta
masih
terbatasnya
penguasaan,
pengembangan,
dan
pemanfaatan
teknologi
produksi.
Isu
strategis
adalah
kondisi
atau
hal
yang
harus
diperhatikan
atau
dikedepankan
dalam
perencanaan
pembangunan
daerah
karena
dampaknya
yang
signifikan
bagi
daerah
dengan
karakteristik
bersifat
penting,
mendasar,
mendesak,
berjangka
panjang,
dan
menentukan
tujuan
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
di
masa
yang
akan
datang.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
yang
mendalam,
diidentifikasi
sejumlah
isu
strategis
yang
relevan
Isu
lingkungan
hidup
akan
terus
mewarnai
pelaksanaan
pembangunan
di
masa
depan.
Pertumbuhan
ekonomi
harus
diimbangi
dengan
upaya
menjaga
kelestarian
lingkungan
hidup.
Dalam
konteks
perdagangan
global,
produk-produk
yang
tidak
pro-lingkungan
semakin
diproteksi.
Isu
lingkungan
hidup
sangat
relevan
dengan
Kabupaten
Mamuju
mengingat
kegiatan
ekonomi
masyarakat
sebagian
besar
berkaitan
dengan
pemanfaatan
sumber
daya
alam.
Perekonomian
Kabupaten
Mamuju
yang
masih
bertumpu
pada
sektor
pertanian,
perkebunan,
pertambangan,
dan
kelautan-perikanan,
sangat
terkait
dengan
masalah
lingkungan.
Ketika
kualitas
lingkungan
mengalami
penurunan,
maka
kegiatan
ekonomi
yang
berkaitan
dengan
sumber
daya
alam
juga
dipastikan
akan
mengalami
penurunan.
Isu
lingkungan
hidup
juga
menjadi
sangat
penting
karena
terkait
dengan
ekologi,
seperti
ketersediaan
air,
kelestarian
keanekaragaman
hayati,
dan
perubahan
iklim.
Daya
dukung
lingkungan
yang
mengalami
penurunan
berpotensi
menurunkan
sumber
mata
air,
menurunkan
keseimbangan
ekosistem
dan
kualitas
udara.
Oleh
karena
itu,
salah
satu
tantangan
terbesar
Kabupaten
Mamuju
di
masa
depan
adalah
bagaimana
menjaga
kelestarian
lingkungan
hidupnya
agar
potensi
sumberdaya
alam
dapat
dijaga
kelestariannya
untuk
kemudian
dimanfaatkan
oleh
generasi
berikutnya.
Perubahan
iklim
dan
pemanasan
global
akan
berdampak
luas
terhadap
kegiatan
budidaya
pertanian,
aktifitas
penangkapan
dan
budidaya
perikanan,
dsb.
Sedangkan
secara
lingkungan,
fonemena
alam
ini
berpotensi
menyebabkan
terjadinya
kekeringan,
banjir,
tanah
longsor,
dsb.
Isu
ini
harus
mampu
diantisipasi
dan
disikapi
secara
serius
oleh
para
pemangku
kepentingan,
termasuk
pemerintah
daerah
Kabupaten
Mamuju,
agar
tidak
memberi
dampak
buruk
bagi
keberlangsungan
kehidupan
penduduk.
Sejak
beberapa
tahun
lalu,
Kabupaten
Mamuju
telah
ditetapkan
sebagai
salah
satu
Kawasan
Strategis
Nasional
(KSN)
di
Indonesia.
Di
satu
sisi,
penetapan
ini
akan
memberikan
manfaat
positif
terutama
dari
sisi
ekonomi.
Namun
di
sisi
lain,
penetapan
ini
juga
membawa
konsekuensi
berupa
perlunya
mendesain
pembangunan
yang
lebih
sinergis
antar
sektor
dan
antar
wilayah,
melakukan
penataan
pola
dan
struktur
ruang
yang
sesuai
dengan
daya
dukung
lahan,
mengembangkan
sistem
moda
transportasi
terpadu,
dan
membangun
berbagai
infrastruktur
dasar.
Oleh
pemerintah
pusat,
Pulau
Sulawesi
telah
ditetapkan
sebagai
salah
satu
koridor
ekonomi
Nasional,
yaitu
Koridor
IV.
Secara
geografis,
Kabupaten
Mamuju
berada
di
tengah-tengah
Pulau
Sulawesi
dan
juga
berada
di
jalur
utama
Trans-Sulawesi.
Kabupaten
Mamuju
telah
menjadi
daerah
perlintasan
antar
kabupaten
di
wilayah
Provinsi
Sulawesi
Barat
dan
antar
provinsi
di
wilayah
Pulau
Sulawesi.
Posisi
strategis
ini
dapat
memberikan
banyak
manfaat
bagi
pengembangan
Kabupaten
Mamuju,
terutama
terkait
dengan
pergerakan
arus
barang
dan
orang
secara
regional.
Namun
jika
tidak
dikelola
dengan
baik,
sangat
berpotensi
menimbulkan
permasalahan
transportasi
di
masa
mendatang
bagi
Kabupaten
Mamuju.
Idealnya,
ibu
kota
provinsi
seharusnya
merupakan
daerah
yang
berciri
perkotaan.
Namun
hingga
saat
ini,
ibu
kota
Provinsi
Sulawesi
Barat
masih
berciri
perdesaan.
Oleh
karena
itu,
wacana
tentang
pembentukan
Kota
Mamuju,
sebagai
hasil
pemekaran
dari
Kabupaten
Mamuju,
terus
bergulir.
Jika
sekiranya
pembentukan
Kota
Mamuju
benar-benar
terealisasi,
maka
ibu
kota
Kabupaten
Mamuju
saat
ini
akan
menjadi
Kota
Mamuju,
Sedangkan
ibu
kota
Kabupaten
Mamuju
nantinya
akan
dipindahkan
ke
Kalukku.
Pemekaran
ini
akan
memberikan
implikasi
yang
luas
terhadap
penyelenggaraan
pemerintahan
dan
pelaksanaan
pembangunan
di
Kabupaten
Mamuju.
Saat
ini
dan
di
masa
depan,
tuntutan
atas
penyelenggaraan
pemerintahan
yang
lebih
akuntabel,
transparan,
dan
partisipatif
akan
semakin
intens
disuarakan
oleh
kelompok
masyarakat
sipil.
Bersamaan
dengan
itu,
para
penyelenggara
pemerintahan
juga
dituntut
untuk
lebih
responsif,
pro-aktif,
adil,
peduli,
dan
bertindak
lebih
efisien
dan
efektif.
Konsekuensinya,
pemerintah
daerah,
tak
terkecuali
pemerintah
Kabupaten
Mamuju,
harus
segera
mendesain
penyelenggaraan
pemerintahannya
agar
bersesuaian
dengan
tuntutan-
tuntutan
tersebut.
Dalam
kerangka
ini,
penguatan
kelembagaan
pemerintah
dan
peningkatan
kapasitas
SDM
aparat
Kabupaten
Mamuju,
menjadi
sebuah
keniscayaan.
Mekanisme
pengendalian
dan
pengawasan
harus
terus
dikembangkan
dalam
kerangka
mewujudkan
check
and
balance
guna
menekan
praktek-praktek
KKN.
Begitu
pula
mekanisme
koordinasi
antar
instansi
pemerintahan,
baik
secara
vertikal
maupun
horizontal,
perlu
ditata
dan
lebih
diintensifkan
guna
mengefektifkan
pelaksanaan
fungsi
pemerintahan
dan
pembangunan.
Visi
adalah
rumusan
umum
mengenai
keadaan
yang
diinginkan
pada
akhir
periode
perencanaan
pembangunan
jangka
panjang
20
(dua
puluh)
tahun.
Visi
seyogyanya
harus
mampu
menunjukkan
gambaran
masa
depan
yang
ideal
bagi
daerah
dan
masyarakat.
Rumusan
Visi
sepatutnya
mencerminkan
realitas
yang
tumbuh
dan
berkembang
di
masyarakat,
sekaligus
dapat
mengakomodir
cita-cita
ke
depan.
Selain
itu,
rumusan
visi
juga
harus
mempertimbangkan
aspek
dinamika
lingkungan
strategis
daerah
yang
terus
mengalami
perubahan.
Berdasarkan
kondisi
dan
capaian
pembangunan
Kabupaten
Mamuju
saat
ini,
mengamati
permasalahan
dan
isu
strategis
daerah,
memperkirakan
tantangan
dan
peluang
yang
bakal
dihadapi
dalam
20
tahun
mendatang,
memperhitungkan
modal
dasar
yang
dimiliki,
serta
mengacu
pada
Visi
Pembangunan
Nasional
dan
Visi
Pembangunan
Propinsi
Sulawesi
Barat
Tahun
2005-2015,
maka
dirumuskan
Visi
Pembangunan
Kabupaten
Mamuju
untuk
jangka
waktu
20
tahun
ke
depan.
Dari
segi
dinamika
eksternal,
Kabupaten
Mamuju
dihadapkan
pada
berbagai
tantangan,
terutama
yang
terkait
dengan
isu
perdagangan
bebas,
regionalisasi
ekonomi,
kelestarian
lingkungan,
demokratisasi,
tata
kelola
pemerintahan,
desentralisasi
dan
otonomi
daerah,
dsb.
Pada
saat
yang
bersamaan,
tuntutan
untuk
mewujudkan
masyarakat
yang
lebih
sejahtera,
kualitas
hidup
yang
lebih
baik,
pembangunan
yang
lebih
merata,
dan
pelayanan
publik
yang
lebih
berkualitas,
juga
terus
meningkat
dari
waktu
ke
waktu.
2. Masyarakat
yang
mandiri,
dapat
diartikan
sebagai
masyarakat
yang
memiliki
kemauan
dan
tekad
yang
kuat
untuk
mewujudkan
kehidupan
yang
sejajar
dan
sederajat
dengan
daerah
lain,
dengan
bertumpu
pada
kemampuan
dan
kekuatan
sendiri.
Visi
di
atas
kemudian
diungkapkan
dengan
jargon
Gerbang
Maju
(Gerakan
Membangun
Mamuju
Menuju
Masyarakat
Maju
dan
Mandiri).
Gerakan
ini
menekankan
pada
mobilitas
Misi
adalah
rumusan
umum
mengenai
upaya-upaya
yang
akan
dilaksanakan
untuk
mewujudkan
visi.
Misi
juga
dapat
dipandang
sebagai
pilihan
jalan
bagi
pemerintahan
daerah
dalam
menyediakan
dan
menyelenggarakan
layanan
bagi
masyarakat.
Rumusan
misi
yang
baik
dapat
membantu
menggambarkan
secara
lebih
jelas
visi
yang
ingin
dicapai
dan
menguraikan
upaya-upaya
apa
yang
harus
dilakukan.
Dalam
suatu
dokumen
perencanaan,
rumusan
misi
menjadi
penting
untuk
memberikan
kerangka
bagi
tujuan
dan
sasaran
serta
arah
kebijakan
yang
ingin
dicapai
dan
menentukan
jalan
yang
akan
ditempuh
untuk
mencapai
visi.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Strategi
ini
dimaksudkan
agar
pembangunan
yang
dilaksanakan
dalam
berbagai
bidang
dapat
dirasakan
hasilnya
oleh
semua
lapisan
masyarakat
tanpa
kecuali
dan
juga
dapat
menjangkau
seluruh
wilayah
dalam
Kabupaten
Mamuju,
termasuk
wilayah
terpencil
dan
kepulauan.
Dengan
demikian,
pemerataan
dimaksud
memiliki
dimensi
ganda,
yaitu
pemerataan
pendapatan
dan
pemerataan
wilayah.
Strategi
ini
dimaksudkan
agar
seluruh
elemen
masyarakat
Kabupaten
Mamuju
dapat
mengambil
peran
secara
proporsional
dalam
proses
pembangunan,
mulai
dari
tahapan
perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian,
dan
pengawasan
pembangunan
daerah.
Tanpa
keterlibatan
dan
partisipasi
masyarakat,
sulit
berharap
pembangunan
di
Kabupaten
Mamuju
akan
berhasil
sebagaimana
yang
diharapkan.
Strategi
ini
bertumpu
di
atas
kesadaran
bahwa
pemerintah
Kabupaten
Mamuju
memiliki
keterbatasan
sumberdaya,
dan
karena
itu,
perlu
membangun
kemitraan
dan
kolaborasi
dengan
berbagai
pihak,
khususnya
dengan
pihak
swasta
dan
lembaga
non-pemerintah.
Kemitraan
dan
kolaborasi
diperlukan
terutama
dalam
hal
penyediaan
layanan
publik,
pembangunan
sarana
dan
prasarana
sosial
ekonomi,
pemberdayaan
masyarakat,
dan
penyediaan
sumber-sumber
pembiayaan
pembangunan
daerah.
Strategi
ini
dibangun
di
atas
sebuah
premis
dasar
bahwa
keberhasilan
penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan,
dan
pembinaan
kemasyarakatan
sangat
bergantung
pada
situasi
keamanan
dan
ketertiban
yang
kondusif.
Mewujudkan
ketertiban
dan
keamanan
harus
menjadi
tanggung
jawab
semua
pihak.
Dengan
kata
lain,
kondusifnya
Meningkatnya
taraf
hidup
masyarakat
diukur
dengan
indikator
pendapatan
(PDRB)
per
kapita.
Ditargetkan
hingga
tahun
2025,
pendapatan
(PDRB)
per
kapita
Kabupaten
Mamuju
meningkat
dikisaran
10
persen
per
tahun,
sehingga
pada
tahun
2025
PDRB
per
kapita
telah
mencapai
Rp
80
juta.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
peningkatan
produktivitas
sektor
pertanian,
pengembangan
industri
pengolahan
untuk
memperbesar
nilai
tambah,
pengembangan
sentra-sentra
produksi
komoditas
unggulan,
peningkatan
intensitas
perdagangan
dengan
daerah
lain,
pengintensifan
penggunaan
teknologi
tepat
guna,
dsb.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
peningkatan
akses
penduduk
terhadap
layanan
pendidikan
pada
semua
jenjang
pendidikan,
peningkatan
akses
penduduk
terhadap
layanan
kesehatan,
dan
peningkatan
aktifitas
ekonomi
masyarakat
di
semua
wilayah.
Menurunnya
angka
kemiskinan
diukur
dengan
indikator
jumlah
penduduk
miskin
dan
persentase
penduduk
miskin.
Ditargetkan
pada
tahun
2025,
jumlah
penduduk
miskin
di
Kabupaten
Mamuju
sekitar
13.000
orang,
sedangkan
persentase
penduduk
diharapkan
berada
pada
level
4,0
persen.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
upaya
perbaikan
infrastruktur
dasar
perdesaan,
peningkatan
akses
penduduk
miskin
terhadap
layanan
dasar,
peningkatan
akses
penduduk
miskin
terhadap
sumberdaya
keuangan,
pengembangan
program
padat
karya
terutama
di
wilayah
Rancangan Akhir RPJPD Kabupaten Mamuju, 2005-2025 46
perdesaan,
peningkatan
koordinasi
dan
sinergitas
program
antar
SKPD
untuk
penanggulangan
kemiskinan,
pelibatan
berbagai
stakeholder
dalam
upaya
pengentasan
kemiskinan,
dan
pengembangan
sistem
basis
data
penduduk
miskin.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
upaya
perluasan
dan
pemerataan
layanan
pendidikan
di
semua
wilayah,
pembangunan
dan
perbaikan
sarana
dan
prasarana
pendidikan
secara
merata,
peningkatan
kualitas
proses
belajar-mengajar
di
semua
jenjang
pendidikan,
penyediaan
bantuan
pendidikan
kepada
keluarga
yang
tidak
mampu,
pengintensifan
gerakan
pemberantasan
buta
huruf,
dsb.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
upaya
peningkatan
perluasan
dan
pemerataan
layanan
kesehatan
di
semua
wilayah,
pembangunan
dan
perbaikan
sarana
dan
prasarana
kesehatan,
pelaksanaan
gerakan
pola
hidup
sehat,
pemberian
kemudahan
untuk
mengakses
layanan
kesehatan,
penyediaan
bantuan
kesehatan
bagi
penduduk
tidak
mampu,
dsb.
Terkait
dengan
Misi
Membangun
Ekonomi
yang
Maju,
maka
selanjutnya
ditetapkan
sasaran
utama,
indikator
kinerja
utama,
target
kinerja,
dan
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
daerah,
sebagai
berikut:
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
desa,
pengembangan
Koperasi
dan
UMKM,
pengembangan
pasar-pasar
tradisional,
pengembangan
sentra-sentra
produk/
komoditas
unggulan,
penyediaan
sistem
informasi
potensi
daerah,
penciptaan
iklim
investasi
yang
lebih
kondusif,
pemberian
kemudahan
untuk
melakukan
kegiatan
usaha,
pengembangan
kemitraan
usaha
antar
pelaku
ekonomi,
dsb.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
peningkatan
kualitas
angkatan
kerja,
pengembangan
proyek-proyek
padat
karya
terutama
di
wilayah
perdesaan,
pengembangan
sistem
informasi
ketenagakerjaan,
perluasan
informasi
mengenai
pasar
kerja,
pengembangan
kegiatan
ekonomi
di
sektor
informal,
pengembangan
Balai
Latihan
Kerja
(BLK),
dsb.
Stabilnya
perekonomian
daerah
diukur
dengan
indikator
tingkat
inflasi.
Ditargetkan
pada
tahun
2025,
tingkat
inflasi
di
Kabupaten
Mamuju
berada
dikisaran
41
persen
per
tahun.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
pemantauan
pergerakan
harga
bahan
makanan
secara
rutin,
pengkoordinasian
dengan
para
produsen
dan
distributor
besar
untuk
memastikan
jaminan
pasokan,
pemantauan
arus
barang
yang
keluar
-
masuk
Kabupaten
Mamuju,
pengintensifan
peran
dan
fungsi
Tim
Pengendalian
Inflasi
Daerah
(TPID),
dsb.
Terkait
dengan
Misi
Mengembangkan
Pemerintahan
Bersih
dan
Baik,
maka
selanjutnya
ditetapkan
sasaran
utama,
indikator
kinerja
utama,
target
kinerja,
dan
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
daerah,
sebagai
berikut:
Terwujudnya
tata
kelola
pemerintahan
yang
bersih,
baik
dan
peduli
diukur
dengan
indikator
jumlah
kasus
korupsi.
Ditargetkan
pada
tahun
2025,
Kabupaten
Mamuju
merupakan
daerah
yang
bebas
korupsi.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
penguatan
sistem
pengendalian
internal
pemerintahan
daerah,
pengembangan
sistem
tata
kelola
pemerintahan
yang
akuntabel,
pengembangan
sistem
pengelolaan
keuangan
daerah
yang
transparan,
pelaksanaan
pembangunan
daerah
yang
partisipatif,
penataan
pola
relasi
yang
efektif
antara
eksekutif
dengan
legislatif,
peningkatan
kapasitas
SDM
aparatur
pada
semua
level
pemerintahan
(kabupaten,
kecamatan,
dan
kelurahan/desa),
dsb.
Membaiknya
kualitas
pelayanan
publik
diukur
dengan
indikator
indeks
kepuasaan
publik.
Ditargetkan
pada
tahun
2025,
indeks
kepuasan
publik
di
Kabupaten
Mamuju
berada
dikisaran
80
persen.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
peningkatan
kapasitas
sumberdaya
aparatur,
penguatan
kelembagaan
pemerintahan
kecamatan
dan
desa/kelurahan,
pengembangan
sistem
pelayanan
satu
atap
yang
lebih
transparan
dan
akuntabel,
penerapan
kebijakan
publik
yang
lebih
adil
dan
merata,
pengembangan
sistem
monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
pelayanan
publik,
peningkatan
koordinasi
antar
unit
kerja
(SKPD)
dalam
memberikan
pelayanan
publik,
dsb.
5.1.4.
Misi
4:
Mendorong
Penataan
Wilayah
yang
Nyaman,
Asri
dan
Berwawasan
Lingkungan.
Terkait
dengan
Misi
Mendorong
Penataan
Wilayah
yang
Nyaman,
Asri
dan
Berwawasan
Lingkungan,
maka
selanjutnya
ditetapkan
sasaran
utama,
indikator
kinerja
utama,
target
kinerja,
dan
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
daerah,
sebagai
berikut:
Membaiknya
sarana
dan
prasarana
wilayah
diukur
dengan
indikator
proporsi
panjang
jalan
dalam
kondisi
baik,
proporsi
rumah
tangga
yang
memiliki
akses
terhadap
air
bersih
yang
layak,
dan
proporsi
rumah
tangga
yang
memiliki
akses
terhadap
listrik.
Ditargetkan
pada
tahun
2025,
proporsi
panjang
jalan
dalam
kondisi
baik
mencapai
70
persen,
proporsi
rumah
tangga
yang
memiliki
akses
terhadap
air
bersih
yang
layak
mencapai
75
persen,
dan
proporsi
rumah
tangga
yang
memiliki
akses
terhadap
listrik
mencapai
85
persen.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
peningkatan
jalan
kabupaten
terutama
yang
menghubungkan
pusat-pusat
produksi
dengan
wilayah
perkotaan,
pengembangan
sarana
dan
prasarana
transportasi
kabupaten,
kecamatan
dan
kelurahan/desa,
peningkatan
kapasitas
air
PDAM,
pengembangan
sumber-sumber
air
bersih
terutama
di
wilayah
perdesaan
dan
wilayah
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
pengembangan
daerah
tertinggal
dan
daerah
transmigrasi,
peningkatan
jaringan
transportasi
antara
wilayah
perkotaan
dengan
wilayah
perdesaan,
pengembangan
industri
rumah
tangga
dan
industri
kecil
di
wilayah
perdesaan,
pengembangan
keterkaitan
antara
hasil
pertanian
dengan
produk
industri
pengolahan,
pemetaan
ruang
berdasarkan
potensi
sumberdaya
alam
dan
daya
dukung
lahan,
dsb.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
penataan
dan
pengembangan
taman
kota,
pengendalian
konversi
lahan
pertanian
menjadi
kawasan
pemukiman,
pengawasan
dan
pengendalian
terhadap
kawasan
hutan,
dan
pengawasan
dan
pengendalian
terhadap
aktifitas
pertambangan.
Untuk
mencapai
sasaran
utama
tersebut,
maka
kebijakan
pembangunan
daerah
akan
diarahkan
pada
penegakan
hukum
yang
berkeadilan,
peningkatan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat,
perwujudan
kepastian
hukum,
penciptaan
iklim
demokrasi
yang
sehat,
pengembangan
pendidikan
politik
dan
demokrasi,
pengembangan
pembinaan
keagamaan
dan
budaya
lokal.
Sasaran
pokok
yang
ingin
dicapai
pada
tahapan
ini
adalah
terciptanya
dan
terjaganya
stabilitas
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat.
Terkait
dengan
pemerintahan,
birokrasi
yang
semakin
tertata,
kelembagaan
pemerintah
yang
semakin
kuat,
kapasitas
SDM
aparatur
yang
semakin
meingkat,
merupakan
sasaran
pokok
lainnya
yang
dicapai.
Pada
tahapan
ini,
konsentrasi
utama
pembangunan
daerah
diarahkan
pada
upaya
mengatasi
ketertinggalan,
mengentaskan
kemiskinan,
dan
meningkatkan
kualitas
pembangunan
manusia.
Pada
akhir
tahapan
ini,
persentase
penduduk
miskin
ditargetkan
berada
dikisaran
delapan
persen
dan
Indeks
Pembangunan
Manusia
ditargetkan
sebesar
69
poin.
Oleh
karena
itu,
pada
tahapan
ini
kebijakan
pembangunan
lebih
diarahkan
pada
pembangunan
infrastruktur
dasar,
peningkatan
pendapatan
masyarakat,
pembangunan
Sasaran
besar
yang
ingin
dicapai
di
akhit
tahapan
ini
adalah
keluarnya
Kabupaten
Mamuju
dari
status
sebagai
daerah
tertinggal.
Untuk
mencapai
sasaran
besar
ini,
pada
tahun
2015,
pendapatan
per
kapita
ditargetkan
sebesar
Rp
30
juta,
tingkat
kemiskinan
sebesar
6,5
persen,
tingkat
pengangguran
terbuka
sebesar
2,0
persen,
IPM
sebesar
72
poin,
dan
tersedianya
berbagai
infarstruktur
wilayah
seperti
Bandar
udara,
pelabuhan
laut,
dsb.
Arah
kebijakan
pembangunan
daerah
pada
tahapan
ini
bertumpu
pada
peningkatan
dan
perluasan
layanan
pendidikan
dan
kesehatan,
pengembangan
ekonomi
local
terutama
pengembangan
UMKM,
lembaga
ekonomi
desa,
dan
pasar
rakyat
(tradisional),
peningkatan
daya
saing
ekonomi
melalui
pembangunan
pertanian,
infrastruktur
dan
industri
pengolahan,
perwujudan
pemerintahan
yang
baik
dan
bersih,
dan
penciptaan
kondisi
keamanan
dan
ketertiban
yang
kondusif
terkait
dengan
posisi
Kabupaten
Mamuju
sebagai
ibukota
provinsi.
Tahapan
pembangunan
lima
tahun
ketiga
bertumpu
pada
kemajuan
dan
kesejahteraan
sebagai
penanda
keberlanjutan
dari
tahapan
pembangunan
sebelumnya.
Pasca
keluarnya
Kabupaten
Mamuju
dari
status
sebagai
daerah
tertinggal
yang
ditargetkan
pada
akhir
tahapan
pembangunan
lima
tahun
kedua,
maka
prioritas
pembangunan
daerah
selanjutnya
adalah
melakukan
akselerasi
pembangunan
guna
mewujudkan
kemajuan
daerah
dan
kesejahteraan
masyarakat.
Tahapan
ini
disebut
Tahap
Percepatan.
Sasaran
pokok
yang
ingin
dicapai
pada
tahapan
ini
meningkatnya
perekonomian
daerah
dan
membaiknya
taraf
hidup
masyarakat.
Pada
periode
ini,
pertumbuhan
ekonomi
ditargetkan
berada
dikisaran
8,5
9,0
persen
per
tahun.
Dengan
pertumbuhan
ekonomi
sebesar
itu,
pendapatan
per
kapita
ditargetkan
mencapai
Rp
50
juta
pada
akhir
tahapan
ini.
Sedangkan
tingkat
kemiskinan
ditargetkan
berada
di
bawah
5,0
persen
pada
tahun
2020.
Begitu
pula
IPM
ditargetkan
sebesar
70
poin
pada
tahun
2020
(dengan
menggunakan
metode
perhitungan
yang
baru).
Untuk
mencapai
sasaran
pokok
tersebut,
kebijakan
pembangunan
daerah
lebih
diarahkan
pada
upaya
memantapkan
kembali
posisi
Kabupaten
Mamuju
sebagai
pusat
perdagangan,
agro-industri
dan
agribisnis.
Selain
itu,
prioritas
kebijakan
lainnya,
antara
lain,
pembangunan
infrastruktur
dasar,
pembangunan
sektor
pertanian,
peningkatan
pelayanan
publik,
perbaikan
layanan
pendidikan
dan
kesehatan,
pembangunan
sarana
dan
prasarana
wilayah,
pengembangan
UMKM,
pengembangan
kawasan
perdagangan,
dan
peningkatan
tata-kelola
pemerintahan.
Tahapan
pembangunan
lima
tahun
ketiga
bertumpu
pada
kemandirian
sebagai
penanda
keberhasilan
pembangunan
daerah.
Proses
pembangunan
yang
berlangsung
dalam
jangka
panjang
diharapkan
dapat
bermuara
pada
kemandirian
daerah,
yang
dicirikan
dengan
meningkatnya
daya
saing
daerah
dan
menurunnya
ketergantungan
terhadap
daerah
lain.
Tahapan
ini
disebut
Tahap
Kemandirian.
Untuk
mencapai
seluruh
target
yang
telah
ditetapkan,
pemerintah
Kabupaten
Mamuju
akan
mengarahkan
kebijakan
pembangunannya
pada
perluasan
jangkauan
infrastruktur
dasar,
pengembangan
pusat-pusat
aktifitas
ekonomi,
peningkatan
kualitas
pendidikan
dan
kesehatan,
peningkatan
dan
perluasan
jangkauan
berbagai
layanan
publik,
perbaikan
tata-
kelola
pemerintahan,
pelibatan
masyarakat
dalam
upaya
menjaga
keamanan
dan
ketertiban,
dsb.
BAB
VI
KAIDAH
PELAKSANAAN
6.1.
Prinsip
Kaidah
Pelaksanaan
1. Lembaga
eksekutif
dan
lembaga
legislatif
dengan
didukung
oleh
Instansi
Vertikal,
dunia
usaha,
dan
LSM-masyarakat
yang
berada
di
wilayah
Kabupaten
Mamuju,
berkewajiban
untuk
melaksanakan
arah
kebijakan
pembangunan
daerah
Kabupatem
Mamuju
tahun
2005-2025.
4. Bupati
dan
Wakil
Bupati
Kabupaten
Mamuju
terpilih
dalam
menjalankan
tugas
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
berkewajiban
menyusun
RPJMD
dengan
berpedoman
pada
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
Tahun
2005-2025.
5. Seluruh
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
(SKPD)
Kabupaten
Mamuju
dan
masyarakat
termasuk
dunia
usaha
berkewajiban
untuk
melaksanakan
arah
kebijakan
yang
termaktub
dalam
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
dengan
sebaik-baiknya.
3. Hasil
pemantauan
dan
evaluasi
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
digunakan
untuk
memastikan
bahwa
visi,
misi,
sasaran
pokok
dan
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
Kabupaten
Mamuju,
telah
dilaksanakan
melalui
RPJMD
Kabupaten
Mamuju.
4. Dalam
hal
evaluasi
dari
hasil
pemantauan
dan
supervisi
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
ditemukan
adanya
ketidaksesuaian/penyimpangan,
Kepala
Bappeda
Mamuju
melakukan
tindakan
perbaikan/penyempurnaan.
1. Evaluasi
terhadap
hasil
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
mencakup
sasaran
pokok
arah
kebijakan
dan
pentahapan
untuk
mencapai
misi
dan
mewujudkan
visi
pembangunan
jangka
panjang
daerah.
3. Evaluasi
dilaksanakan
paling
sedikit
1
(satu)
kali
dalam
5
(lima)
tahun
dengan
menggunakan
evaluasi
hasil
RPJMD
Kabupaten
Mamuju.
a.
Realisasi
antara
sasaran
pokok
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
dengan
capaian
sasaran
RPJMD
Kabupaten
Mamuju.
b.
Realisasi
antara
capaian
sasaran
pokok
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
dengan
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
nasional.
5. Evaluasi
dilakukan
untuk
memastikan
bahwa
visi,
misi
dan
sasaran
pokok
arah
kebijakan
pembangunan
jangka
panjang
Kabupaten
Mamuju
dapat
dicapai,
untuk
mewujudkan
visi
pembangunan
jangka
panjang
nasional.
7. Hasil
evaluasi
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
digunakan
sebagai
bahan
bagi
penyusunan
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
untuk
periode
berikutnya.
8. Kepala
Bappeda
Kabupaten
Mamuju
melaporkan
hasil
evaluasi
atas
pelaksanaan
RPJPD
Kabupaten
Mamuju
tahun
2005-2025
kepada
Bupati
Mamuju.
VISI PEJELASAN VISI MISI SASARAN POKOK INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA 2025 ARAH KEBIJAKAN
Terwujudnya Masyarakat Masyarakat yang maju, dapat Meningkatkan kesejahteraan Meningkatnya taraf hidup Pendapatan (PDRB) per kapita Rp 80 Juta Peningkatan produktivitas sektor
Mamuju yang Maju dan Mandiri dimaknakan sebagai masyarakat masyarakat. masyarakat pertanian, pengembangan industri
yang mampu mengoptimalkan pengolahan untuk memperbesar nilai
seluruh potensi yang dimilikinya tambah, pengembangan sentra-sentra
untuk melakukan perubahan produksi komoditas unggulan,
guna mewujudkan kesejahteraan, peningkatan intensitas perdagangan
baik dari segi ekonomi, sosial, dengan daerah lain, pengintensifan
dan lingkungan maupun spritual. penggunaan teknologi tepat guna, dsb
Membaiknya kualitas Indeks Pembangunan Manusia 75 poin Peningkatan akses penduduk terhadap
pembangunan manusia (IPM) layanan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan, peningkatan akses penduduk
terhadap layanan kesehatan, dan
peningkatan aktifitas ekonomi
masyarakat di semua wilayah.
Masyarakat yang mandiri, dapat Menurunnya angka kemiskinan Jumlah penduduk miskin 13.000 Orang Perbaikan infrastruktur dasar perdesaan,
diartikan sebagai masyarakat peningkatan akses penduduk miskin
Persentase penduduk miskin 4 Persen
yang memiliki kemauan dan terhadap layanan dasar, peningkatan
tekad yang kuat untuk akses penduduk miskin terhadap
mewujudkan kehidupan yang sumberdaya keuangan, pengembangan
sejajar dan sederajat dengan program padat karya terutama di wilayah
daerah lain, dengan bertumpu perdesaan, peningkatan koordinasi dan
pada kemampuan dan kekuatan sinergitas program antar SKPD untuk
sendiri. penanggulangan kemiskinan, pelibatan
berbagai stakeholder dalam upaya
pengentasan kemiskinan, dan
pengembangan sistem basis data
penduduk miskin.
Meningkatnya akses penduduk Rata-rata lama sekolah 9 Tahun Perluasan dan pemerataan layanan
terhadap pendidikan pendidikan di semua wilayah,
Angka melek huruf 96 Persen
pembangunan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan secara merata,
Angka partisipasi murni SD/MI 98 Persen
peningkatan kualitas proses belajar-
Angka partisipasi murni
mengajar di semua jenjang pendidikan,
SMP/MTs 05 Persen
penyediaan bantuan pendidikan kepada
Angka partisipasi murni 85 Persen keluarga yang tidak mampu,
SMA/SMK/MA pengintensifan gerakan pemberantasan
buta huruf, dsb.
Meningkatnya akses penduduk Angka harapan hidup 70 Tahun Peningkatan perluasan dan pemerataan
terhadap kesehatan layanan kesehatan di semua wilayah,
Angka kematian ibu 4 kasus
pembangunan dan perbaikan sarana dan
prasarana kesehatan, pelaksanaan
gerakan pola hidup sehat, pemberian
kemudahan untuk mengakses layanan
kesehatan, penyediaan bantuan
kesehatan bagi penduduk tidak mampu,
dsb.
Meningkatnya akses penduduk Peningkatan perluasan dan pemerataan
terhadap kesehatan layanan kesehatan di semua wilayah,
pembangunan dan perbaikan sarana dan
Angka kematian bayi 23 kasus
prasarana kesehatan, pelaksanaan
Jumlah kasus balita gizi buruk 51 kasus gerakan pola hidup sehat, pemberian
kemudahan untuk mengakses layanan
kesehatan, penyediaan bantuan
kesehatan bagi penduduk tidak mampu,
dsb.
Membangun ekonomi yang maju. Meningkatnya aktivitas ekonomi Pertumbuhan ekonomi 91 Persen Pemberdayaan ekonomi masyarakat
secara berkelanjutan desa, pengembangan Koperasi dan
PDRB-ADHB Rp 34 Trilyun
UMKM, pengembangan pasar-pasar
tradisional, pengembangan sentra-sentra
produk/ komoditas unggulan, penyediaan
sistem informasi potensi daerah,
penciptaan iklim investasi yang lebih
kondusif, pemberian kemudahan untuk
melakukan kegiatan usaha,
pengembangan kemitraan usaha antar
pelaku ekonomi, dsb
Meningkatnya ketersediaan Tingkat pengangguran terbuka 1 Persen Peningkatan kualitas angkatan kerja,
lapangan kerja pengembangan proyek-proyek padat
karya terutama di wilayah perdesaan,
pengembangan sistem informasi
ketenagakerjaan, perluasan informasi
mengenai pasar kerja, pengembangan
kegiatan ekonomi di sektor informal,
pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK),
dsb.
Stabilnya perekonomian daerah Tingkat inflasi 4 1 Persen Pemantauan pergerakan harga bahan
makanan secara rutin, pengkoordinasian
dengan para produsen dan distributor
besar untuk memastikan jaminan
pasokan, pemantauan arus barang yang
keluar - masuk Kabupaten Mamuju,
pengintensifan peran dan fungsi Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dsb.
Mewujudkan pemerintahan yang Terwujudnya tata kelola Jumlah kasus korupsi 0 Kasus Penguatan sistem pengendalian internal
bersih dan baik pemerintahan yang bersih, baik pemerintahan daerah, pengembangan
dan peduli sistem tata kelola pemerintahan yang
akuntabel, pengembangan sistem
pengelolaan keuangan daerah yang
transparan, pelaksanaan pembangunan
daerah yang partisipatif, penataan pola
relasi yang efektif antara eksekutif
dengan legislatif, peningkatan kapasitas
SDM aparatur pada semua level
pemerintahan (kabupaten, kecamatan,
dan kelurahan/desa), dsb.
Membaiknya kualitas pelayanan Indeks kepuasan publik 80 Persen Peningkatan kapasitas sumberdaya
publik aparatur, penguatan kelembagaan
pemerintahan kecamatan dan
desa/kelurahan, pengembangan sistem
pelayanan satu atap yang lebih
transparan dan akuntabel, penerapan
kebijakan publik yang lebih adil dan
merata, pengembangan sistem
monitoring dan evaluasi kegiatan
pelayanan publik, peningkatan koordinasi
antar unit kerja (SKPD) dalam
memberikan pelayanan publik, dsb.
Mewujudkan wilayah yang Membaiknya sarana dan Proporsi panjang jalan dalam 70 Persen Peningkatan jalan kabupaten terutama
nyaman, asri dan berwawasan prasarana wilayah kondisi baik yang menghubungkan pusat-pusat
lingkungan. Proprorsi RT yang memiliki akses produksi dengan wilayah perkotaan,
terhadap air bersih 75 Persen pengembangan sarana dan prasarana
Proprorsi RT yang memiliki akses 85 Persen transportasi kabupaten, kecamatan dan
terhadap air listrik kelurahan/desa, peningkatan kapasitas
air PDAM, pengembangan sumber-
sumber air bersih terutama di wilayah
perdesaan dan wilayah terpencil,
peningkatan jangkauan jaringan lsitrik
PLN, pengembangan pembangkit listrik
non-PLN.
nyaman, asri dan berwawasan
lingkungan.
Berkurangnya ketimpangan antar Indeks Gini 0,40 poin Pengembangan daerah tertinggal dan
kelompok masyarakat daerah transmigrasi, peningkatan
jaringan transportasi antara wilayah
perkotaan dengan wilayah perdesaan,
pengembangan industri rumah tangga
dan industri kecil di wilayah perdesaan,
pengembangan keterkaitan antara hasil
pertanian dengan produk industri
pengolahan, pemetaan ruang
berdasarkan potensi sumberdaya alam
dan daya dukung lahan, dsb.
Membaiknya kualitas lingkungan Indeks kualitas lingkungan hidup 75 poin Penataan dan pengembangan taman
hidup Ruang terbuka hijau 30 persen kota, pengendalian konversi lahan
pertanian menjadi kawasan pemukiman,
pengawasan dan pengendalian terhadap
kawasan hutan, dan pengawasan dan
pengendalian terhadap aktifitas
pertambangan.
Menjamin stabilitas daerah. Terwujudnya ketertiban dan Angka kriminalitas 250 kasus Penegakan hukum yang berkeadilan,
keamanan masyarakat Jumlah demonstrasi peningkatan keamanan dan ketertiban
13 kasus
masyarakat, perwujudan kepastian
Jumlah kasus yang dipicu oleh isu 0 kasus
hukum, penciptaan iklim demokrasi yang
SARA
sehat, pengembangan pendidikan politik
dan demokrasi, pengembangan
pembinaan keagamaan dan budaya lokal.
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
JL. SOEKARNO HATTA NO. 17
TELP. (0426) 212322 MAMUJU 9511