PREDATORY PRICING
DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA
Yoyo Arifardhani
Dosen Kenotariatan Universitas Pancasila
Abstract;
"The main purpose of predatory pricing is to eliminate competitors from the market
and to prevent potential competitors from entering the same market. The practice of
predatory pricing is using the principle of Rule of reasons, in which must be
proven the consequences of this practice resulting in unfair competition that
prejudice the other competitors. in the practice, KPPU commission has not given a
verdict in the case of predatory pricing, so there is no precedent regarding
predatory pricing law enforcement in Indonesia."
adanya kerugian yang diderita pelaku jual rugi. Para pelaku usaha yang
usaha lain. Berdasarkan pembuktian melakukan predatory pricing
itu barulah dapat dinyatakan bahwa memiliki kemampuan modal yang
pelaku usaha (terlapor) mempunyai cukup untuk menjual rugi produk
indikasi telah melakukan perbuatan atau jasanya dalam jangka waktu
predatory pricing dan perbuatan tertentu. Setelah para pesaing
tersebut menimbulkan terjadinya tersingkirkan dan terjadi monopoli
praktek monopoli atau persaingan atas barang dan produk di pasar
usaha tidak sehat. barulah mereka menaikan harga jual
Pasal 20 diterapkan terhadap sesuai dengan keinginan mereka.
kondisi di mana “penetapan harga KPPU sebagai lembaga negara
yang sangat rendah” tidak dilakukan pengawas persaingan usaha pernah
berdasarkan perjanjian, melainkan melakukan pengawasan dan
dilakukan secara otonom atau monitoring atas industri tepung
inisiatif sendiri oleh satu pelaku terigu dan industri transportasi online
usaha. Penetapan harga yang sangat karena adanya indikasi salah satu
rendah/jual rugi dilarang menurut pelaku usaha besar dibidang ini
Pasal 20 hanya dalam hal apabila diduga melakukan predatory pricing
pelaku usaha bermaksud untuk untuk menyingkirkan para
menyingkirkan pelaku usaha lainnya. pesaingnya. Walaupun sampai saat
Sedangkan pada Pasal 7 dapat ini belum pernah ada perkara tentang
diterapkan untuk penetapan harga predatory pricing di putus oleh
dibawah pasar dilakukan berdasarkan Majelis KPPU.
suatu perjanjian, yang berarti Sebagai contoh, salah satu
dilakukan antara setidaknya dua operator transportasi ojek online
pelaku usaha pesaing dengan maksud dituduh sengaja menetapkan tarif
secara bersama - sama melakukan harga yang lebih rendah dari ojek
jual rugi untuk menghilangkan pangkalan/ojek konvensional. Salah
pelaku usaha lain atau memboikot satu ojek online menerapkan biaya
agar pelaku usaha lain tidak dapat 10 ribu untuk perjalanan maksimal
masuk ke pasar tersebut. Pasal 7 ini 25 kilometer. Alasan dari operator
menggunakan pembuktian Per se mengenakan tarif murah itu
illegal, yang maksudnya KPPU tidak dilakukan selama masa promosi.
harus membuktikan terlebih dahulu Penting juga diperhatikan apakah
adanya pelanggaran dan akibat biaya rendah itu hanya dilakukan
kerugian yang dialami dari predatory sebagai sarana promosi atau tetap
pricing yang dilakukan oleh pelaku digunakan setelah masa promosi
usaha (terlapor) tapi berdasarkan selesai. Demikian juga untuk
adanya perjanjian yang dilarang operator transportasi mobil online
tersebut maka Majelis KPPU dapat sering memberikan potongan harga
langsung menghukum terlapor. kepada para pelanggannya sehingga
Dalam praktiknya saat ini tarifnya lebih murah dari taksi
hanya para pelaku usaha yang kuat konvensional akibatnya banyak
dan mempunyai skala bisnis usaha pengguna taksi konvensional beralih
besar, modal kuat serta mempunyai menggunakan transportasi mobil
posisi dominan dalam pasar yang oline.
mempunyai kemampuan untuk Sebuah inovasi bisnis dan
melakukan predatory pricing atau penggunaan teknologi harus
McGee adalah salah satu penganut karena menerapkan taktik jual rugi,
aliran Chicago terkemuka yang dan kemudian melanjutkan
menyatakan bahwa predatory pricing beroperasi ketika si predator
adalah irasional. Menurutnya jika menaikkan harganya kembali yang
sebuah perusahaan dapat tidak dapat dihindarinya untuk
disingkirkan dari pasar, baik oleh menutupi kerugiannya selama
perang harga atau dengan menjalankan strategi predator.
pengambilalihan, maka perusahaan 3. Pemikiran Ekonomi moderen
yang menang akan jauh lebih buruk Karena kemajuan dalam teori
terlibat dalam perang harga8. Salah organisasi industri dan pendekatan
satu argumen paling penting dalam game theory dalam kasus
mendukung penalaran tersebut antimonopoli serta perilaku
adalah bahwa suatu perang harga organisasi dalam 10-20 tahun
oleh perusahaan dengan kekuatan terakhir, pemikiran ekonomi
monopoli akan menghasilkan moderen menyatakan bahwa
kerugian langsung bagi semua predatory pricing mungkin
peserta di pasar. “The war will go on merupakan suatu strategi yang dapat
until average variable costs are not memaksimalisasi keuntungan bagi
covered and are not expected to be perusahaan dominan dan dapat
covered; and the competitors drop merugikan konsumen, setidaknya
out”9 dikarenakan dalam suatu situasi10:
Strategi yang lebih baik dan 1. Pasar modal yang tidak sempurna
rasional bagi predator adalah dengan (imperfect capital markets)
membeli pesaingnya secara langsung 2. Informasi yang tidak simetris
dengan membayar harga sampai nilai (asymmetric information)
diskon dari keuntungan monopoli 1. Imperfect capital markets
yang diharapkan setelah akuisisi. Dengan mendasarkan pada
Selanjutnya, dengan asumsi adanya asumsi yang lebih realistis bahwa
informasi yang sempurna (perfect pasar modal tidak sempurna, strategi
information), baik perusahaan predator mungkin akan masuk akal
agresor dominan dan para pesaing karena adanya asimetri antar pelaku
baik pada saat ini dan masa depan usaha dalam hal akses terhadap
akan mengetahui bahwa tingkat dana.11 Hal ini terjadi karena
harga yang ditetapkan oleh pemangsa perusahaan-perusahaan kecil akan
tidak dapat permanen. sulit dalam mencari akses pendanaan
Oleh karena itu yang terbaik untuk menutupi kerugian jangka
bagi pesaing adalah menutup pendek ketika mereka mencoba
operasinya sementara dan untuk bertahan dalam situasi perang
membiarkan pemangsa harga dengan menyesuaikan harga
mengambilalih pasar termasuk semua penjualan produknya dengan
kerugian yang akan dideritanya perusahaan-perusahaan besar yang
Standard Oil (NJ) Case, Journal of Law, Decision: a Case of Predatory Pricing?’,
h.139-140. Journal of Industry Economics, 41
9 Ibid. September, h. 193
Pricing and Related Practices under section di pasar atau ketika melakukan
2 of Sherman Act”, 88 Harvard Law Review, penjualan di satu pasar di bawah
h. 701