Anda di halaman 1dari 7

Format Laporan 1

Nama : Maliatin Ayu Lestari


NIM : 2001019002 Kelas 6E
Kasus 3

KLIEN 1

Nama Konseli/Usia : SA/21 Tahun


Pekerjaan/Institusi : Mahasiswa
Hari/Tanggal : Sabtu/10 April 2021
Bidang Masalah : Bidang Pribadi
Pendekatan/Teknik : Psikoanalisis (Sigmund Freud)
Rasional Emotif Behavior Terapi (REBT)

Masalah: Lemahnya pengendalian diri yang berakibat pada perilaku menyimpang prostitusi

Gambaran masalah:
SA merupakan mahasiswa di salah satu kampus swasta di kendari, ia merupakan
anak ke dua dari empat bersaudara yang harus tinggal seorang diri disebuah kamar
kontrakan/kos-kosan dan jauh dari orang tua karena harus berkuliah. Ia tidak mampu
mengendalikan diri terhadap pengaruh teman-teman dan lingkungan barunya yang
mengakibatkan ia terjerumus dalam pergaulan bebas hingga melakukan kegiatan
prostitusi. Pola asuh orang tua adalah pola asuh demokratis orang tua sangat
memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor
kepentingan dan kebutuhan realistis. Orang tua tidak semata-mata menuruti
keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak mengenai kebutuhan yang
penting bagi kehidupannya. Berada jauh dari orang tua membuat ia bebas melakukan
apa saja karena orang tua hanya bisa mengontrol SA hanya melalui telefon atau
Whats Up. Setiap malam bukanya sibuk menyelesaikan tugas-tugas ia justru sibuk
bermain sosial media (tantan, me chatt dll) untuk mencari kawan pria dan mengajak
untuk keluar atau jalan di tempat-tempat hiburan malam seperti tempat karaoke,
nongkrong dan club malam, ia juga tidak segan memintai sejumlah uang pada teman
pria yang baru ia kenal, menjadi pribadi yang matrealistis untuk memenuhi gaya
hidup. Akibat dari kegiatan tersebut yang tidak mampu ia kontrol ia mengalami
hambatan dan ketertinggalan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya dan sering mangkir
atau tidak hadir dalam proses perkuliahan yang disebabkan banyak melakukan
kegiatan di malam hari hingga larut malam sehingga tidak mampu untuk bangun di
pagi hari untuk bersiap-siap mengikuti perkuliahan.
bersenang-senang, hiburan dan sebagainya.

Hubungan awal :
Konseli merupakan mahasiswa di salah satu kampus kesehatan swasta di kendari
Sulawesi tenggara, ia merupakan penghuni kontrakan di kontrakan yang pernah
saya huni sewaktu saya masih bekerja sebagi kasir. setelah penelitian dilakukan
maka saya melanjutkan pada proses konseling.

SA memiliki kepribadian yang ramah mudah bergaul dan akrab dengan orang yang
baru, ia juga memiliki hati yang lembut dari cara berbicara suaranya sangat pelan
dan sopan, suka diajak bekerjasama, menolong orang lain yang sedang mengalami
kesusahan misalnya saja tidak sungkan memberikan pinjaman uang terhadap orang
lain royal suka mentraktir makan teman-temanya ataupun nonton bersama di mall.

Pengkajian Keadaan Awal


1. Dikaji Faktor penyebab perilaku menyimpang prostitusi
Terungkap bahwa Bebas dari orangtua, Adanya pengaruh dari pertemanan yang
buruk, Adanya pengalaman masa lalu yang buruk, Adanya perasaan nyaman
melakukan hubungan seksual, adanya ketertarikan yang tidak dapat dikontrol
oleh MA (Pemenuhan kebutuhan biologis Id, Ego dan Super Ego), dan Sifat
materialistik.
2. Dikaji Gambaran perilaku menyimpang prostitusi
Terungkap bahwa SA pernah menjalin hubungan berpacaran dengan melakukan
hubungan diluar batas dengan mantan pacarnya. ia berprilaku yang sudah
melanggar aturan agama karena melakukan hubungan sampai kepada layaknya
suami istri. Ia menjajakan diri selain karena kesenangan memperoleh uang
dengan cara yang instan ia juga beranggapan bahwa kehormatanya tidak ada lagi
sehingga ia berpikir tidak masalah lagi menjajakan dirinya.
3. Dikaji akibat berpacaran:
Terungkap bahwa Perilaku menyimpang tersebut membuat ia tidak mampu
menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya dan sering mangkir karena tidak mampu
bangun di pagi hari karena kegiatan menyimpang tersebut banyak ia lakukan di
malam hari hingga larut malam, ia tidak mampu mengatur waktu dan mengabaikan
hal-hal yang seharusnya menjadi prioritasnya sebagai anak yang harus amanah
terhadap orang tua dan sebagai mahasiswa yang harus kuliah dan menyelesaikan
tugas-tugas.
4. Dikaji cara mengatasi akibat perilaku menyimpang prostitusi:
Upaya SA untuk mengatasi akibat yakni adanya suatu kesadaran bagi SA bahwa
perilakunya tersebuat membuat ia jauh dari harapan orang tuanya, menyadari bahwa
kuliahnya menjadi tidak focus dan kacau akibat perilakunya yang tidak dapat
mengontrol dirinya yang cenderung menghindari masalah dan mencari kesenangan
sendiri tanpa memperhatikan perkuliahanya yang menjadi amanah dari orang tuanya
dan perilaku yang buruk tersebut dilarang dalam agama islam. SA menghapus semua
sosial media pencari jodoh seperti (Tantan, Me Chatt dll) dan juga berkonsultasi
dengan teman yang ia percaya mau membimbing dan memberikan arahan yang baik
bagi dirinya.
PENETAPAN APA YANG KAN DIUBAH
1. Id : Keinginan konseli, dorongan untuk mendapatkan kesenangan, hasrat
melakukan seks sebagai pemenuhan kebutuhan (seks) dengan sesama
jenis.
a. Perbuatan/Prilakunya. Keinginan melakukan hubungan seks menyimpang.
b. Fungsi kognitif, membayangkan atau mengingat hal-hal yang memuaskan
yang pernah dialami dan diperoleh. Dalam hal ini SA akan berhayal terhadap
hal-hal yang nikmat atau menyenangkan bagi diri (seks menyimpang)
c. Ekspresi dari afek atau emosi, SA jika memperhatikan emosi/dorongan akan
terjadi pengurangan terhadap dorongan-dorongan atau keinginan untuk
melakukan.
2. Ego : Dengan perilaku seks dan pola pikir yang salah, SA mampu mengontrol
dan memiliki kesadaran terhadap perilaku yang dilakukan secara rasional,
dasar dan mampu membedakan antara perilaku irasional dan rasional.
a. Menahan dan menyalurkan dorongan ke hal-hal positif
b. Mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada kesadaran,
c. Mengarahkan suatu perbuatan SA agar mencapai tujuan (Hidup normal
yang efektif)
d. Berfikir logis
e. Menggunakan pengalaman emosi-emosi, hasrat, kecewa dan lain
sebagainya sebagai tanda adanya suatu yang salah yang dilakukan SA, yang
tidak benar dan agar dapat memusatkan perilaku SA tidak ia lakukan
Kembali.
3. Super Ego :SA harus menyadari betul apa yang dilakukan tersebut adalah hal
yang sangat tidak rasional, SA mampu mengontrol diri apa yang harus
dilakukan mengarah kepada perilaku positif, memikirkan apa yang terjadi
kedepan.
Tujuan Perubahan:
a. Agar konseli dapat menyadari perilaku pengendalian diri yang buruk
b. Membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan
menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari.
c. Adanya dorongan-dorongan sadar secara intelektual
d. Kejadian masa lalu menjadikan peristiwa positif yang dapat diambil hikmahnya
e. Memberikan kepercayaan kepada konseli bahwa ia mampu mengatasi situasi
yang ia tidak dapat atasi secara pribadi.
RENCANA USAHA MENCAPAI TUJUAN:
Tehnik Konseling Psikoanalisis :
1. Saya menciptakan hubungan baik dengan konseli agar konseli terbuka dan
percaya kepada saya (asas kerahasian)
2. Saya menggali secara mendalam tentang SA (berpacaran, pertemanan, kegiatan
dan rutinitasnya termasuk kegiatan penjajakan diri atau prostitusi)
3. Adanya proses konseling (mencapai kesadaran diri, ketulusan hati dan pribadi
yang efektif)
Tambahan tehnik konseling Rasional Emotif Behavior Terapi (REBT).
Model ABC :
A (Aktiviting) : Aktivitas Konseli dalam perilaku yang ditimbulkan konseli
B (Belief) : Kepercayaan terhadap peristiwa SA menjajakan diri dengan
alasan kehormatan yang sudah terlanjur hilang sebagai wanita rasional-
irasional
C (Counsequences) : akibat yang ditimbulkan dari perilaku Seks bebas dan
perilaku pengendalian diri yang buruk SA

PELAKSANAAN USAHA:
Adapun pelaksanaan usaha yang dilakukan sebagai berikut.
a. Saya memandang konseli saya bahwa makhluk yang memiliki kebutuhan
dan keinginan dasar sehingga berprilaku sesuai dengan masalah.
b. Menelaah kehidupan dan perilaku konseli berdasarkan apa yang telah
diungkapkan oleh konseli, baik dari sisi pribadi konseli, masa lalu yang
dialami sebagai sebab-akibat
c. Membantu konseli untuk merestrukturisasi atau membenahi kognisinya
dengan menggunakan pendekatan konseling Cognitive Behavior Therapy
(CBT).Pendekatan CBT digunakan untuk membantu konseli dalam
mengarahkan dirinya (kognisinya) kepada modifikasi fungsi berpikir yang
tepat, merasa dan bertindak serta memutuskan kembali jalan apa yang akan
konseli ambil dalam melanjutkan kehidupannya. Sedangkan dari sisi
behavioralnya diarahkan untuk membangun hubungan yang baik antara
situasi permasalahan konseli dengan mereaksi pada permasalahannya.
d. Pendekatan CBT dilakukan untuk membantu konseli dalam memikirkan
dan mempertimbangkan baik buruknya perilaku konseli dan apa
dampaknya bagi kehidupannya dan keluarganya.
e. Konseli juga diarahkan untuk membuat perencanaan akan tindakan
selanjutnya yang akan diambil setelah peristiwa yang dialaminya
f. Mengarahkan konseli untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT
dengan konsep bertaubat. Serta melibatkan segala pengambilan keputusan
dalam kehidupan konseli dengan baik itu dalam konsep berpikir atau
bertindak berdasarkan nilai-nilai agama dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
g. Takut pada Allah SWT
h. Menyadari perilaku menjajakan diri ketika diketahui keluarga
dan masyarakat
i. Mengkomunikasikan dengan baik terkait perilaku yang dialami dengan
perilaku pengendalian diri yang buruk, seks bebas yang menyimpang
secara terbuka, mengungkapkan harapan, maksud, dan tugas pokok dan
fungsi sebagai mahluk ciptaan Allah SWT
j. Memikirkan akibat jika tidak meninggalkan kebiasaan negatif dan pola pikir
negatif.
PENILAIAN:
1. Laiseg (Penilaian Segera)
a. Understanding (Pemahaman)
Dalam menilai pemahaman, konselor bertanya secara langsung kepada konseli
yaitu “setelah kita melakukan proses konseling, pengetahuan atau hal-hal apa
yang sudah SA peroleh ?” Konseli kemudian menjawab bahwa hal baru yang ia
dapatkan adalah menyadari pola pikir dan perilaku yang saya lakukan selama ini.
b. Comfort (Perasaan)
Penilaian yang berkenaan dengan perasaan konseli setelah melaksanakan
konseling dilakukan dengan menanyakan kepada konseli “Bagaimana perasaan
SA setelah kita membahas permasalahan dan upaya pengentasannya ?”. Konseli
kemudian menjawab bahwa ia merasa lega karena telah mengungkapkan apa
yang telah membebani pikiran dan perasaannya dan tahu langkah apa selanjutnya
yang akan ia lakukan berkenanaan dengan permasalahannya (perilaku seks).
c. Action (Pelaksanaan)
Dalam hal ini konselor memberikan penilaian berkaitan dengan langkah- langkah
yang akan konseli lakukan sehubungan dengan upaya pengentasan masalahnya.
Setelah konseli menjawab pertanyaan konselor, konselor kemudian menanyakan
komitmen konseli dalam melakukan langkah-langkah upaya pengentasan
tersebut. Konseli kemudian berkomitmen bahwa ia akan menjalani dengan serius
dan bertanggungjawab dalam melaksanakan langkah-langkah dari upaya
pengentasan masalah dalam berprilaku serta pola pikir negatifnya tersebut.

2. Laijapen (Penilaian Jangka Pendek): dilaksanakan dalam jangka waktu


terdekat setelah layanan diselenggarakan.

3. Laijapang (Penilaian Jangka Panjang): dilaksanakan dalam satuan waktu


tertentu setelah layanan diselenggarakan.

Anda mungkin juga menyukai