Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN JUDUL

MAKALAH

MENGIDENTIFIKASI DASAR-DASAR ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN

AKSIOLOGI ILMU

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu :

Nuriyadin, M.Fil.l

Disusun Oleh :

Izdihar Khoirun Aisha (03020220044

Muhammad Aldiansyah (03020220055)

Viyuna Selena Putri (03040220107)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan penyusun kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmad Nya serta hidayah-Nya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul “MENGIDENTIFIKASI DASAR-DASAR ONTOLOGY,
EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI ILMU” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu yang dibimbing oleh Bapak Nuriyadin, M.Fil.I.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi agung sang
tauladan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, karena beliau dan orang-orang yang membantu
dakwahnya sehingga kita dapat menikmati dan merasakan nikmatnya iman dan islam.
Penyusun sadar, bahwa dalam penyusunan makalan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun begitu kami harapkan demi kesempurnaan dalam
penyusunan selanjutnya.

Sebagai penyusun, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang membantu terutama kepada orang tuayang sudah memberikan do’a dan restunya hingga
terselesaikannya makalah ini. Akhirnya, penyusun berharap makalah ini mampu bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Tuban, 4 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

A. Ontologi...........................................................................................................................2

a. Pengertian Ontoligi......................................................................................................2

b. Hubungan Ontologi dengan Filsafat Pendidikan.........................................................3

c. Konsep Ontologi dalam Pengetahuan.........................................................................3

d. Contoh Ontologi..........................................................................................................4

B. Epistemologi...................................................................................................................4

a. Pengertian Epistemologi..............................................................................................4

b. Perspektif Epistemologi...............................................................................................5

c. Epistemologi Islam......................................................................................................6

C. Aksiologi.........................................................................................................................9

a. Pengertian Aksiologi...................................................................................................9

b. Penilaian Dalam Aksiologi........................................................................................10

c. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu......................................................................11

BAB III.....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu tidak terlepas dari landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ontologi membahas apa yang ingin diketahui mengenai teori tentang “ada“ dengan
perkataan lain bagaimana hakikat obyek yang ditelaah sehinggamembuahkan
pengetahuan. Epistemologi membahas tentang bagaimana prosesmemperoleh
pengetahuan. Dan aksiologi membahas tentang nilai yang berkaitandengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh.
Dengan membahas ketiga unsurini manusia akan mengerti apa hakikat ilmu
itu. Tanpa hakikat ilmu yang sebenarnya,maka manusia tidak akan dapat menghargai
ilmu sebagaimana mestinya. Berdasarkan uraian teroretis di atas, maka penulis akan
membahas pengertianOntologi, Epistemologi dan Aksiologi serta segala
permasalahannya sebagai unsuryang sangat penting dalam filsafat ilmu yang
dipandang sebagai satu kesatuan yangtidak terpisahkan antara satu dengan yang
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ontologi?
2. Apa pengerian Epismologi?
3. Apa pengertian Aksiologi

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ontologi
2. Untuk mengetahui pengertian epistimologi
3. Untuk mengetahui aksiologi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ontologi
a. Pengertian Ontoligi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti
Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan
antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah
sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan
asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa
mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu
itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Ontologi seringkali diidentifikasikan dengan metafisika, yang juga disebut
dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama. Persoalan tentang ontologi menjadi
pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang membahas tentang realitas.
Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran.
Realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: apakah sesungguhnya
hakikat realitas yang ada ini?; apakah realitas yang tampak ini sesuatu realita materi
saja? Adakah sesuatu di balik realita itu? Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk
unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau pluralisme? Dalam pendidikan, kegiatan
membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang
kebenaran yang berpangkal atas realita merupakan stimulus menyelami kebenaran
tahap pertama1
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato,
dan Aristoteles.

1
Tri Suminar. “TINJAUAN FILSAFATI (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI MANAJEMEN
PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI SIBERNETIK”. Diakses pada 4 Juni 2021, 2021.
b. Hubungan Ontologi dengan Filsafat Pendidikan
Telah kita ketahui bersama bahwasanya ontologi ialah suatu kajian keilmuan
yang berpusat pada pembahasan tentang hakikat. Ketika ontologi dikaitkan dengan
filsafat pendidikan, maka akan munculah suatu hubungan mengenai ontologi filsafat
pendidikan.
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Disini bermakna
bahwa adanya pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan, maka dengan ini tujuan
menjadi hal penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa pendidikan dapat membawa anak menuju kepada kedewasaan,
dewasa baik dari segi jasmani maupun rohani. Dasar ontologi pendidikan adalah
objek materi pendidikan dimana sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan.
Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar
dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.
Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontologi pendidikan berarti pendidikan
dalam hubungannya dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia.2

c. Konsep Ontologi dalam Pengetahuan


1) Metode Empirik (empirisme)
Mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman indrawi. Sedangkan
akal pikiran, dipandang sebagai penampung segala apa yang dialami. Cara ini
mengandung beberapa unsur, subjek yang mengetahui dan objek yang
diketahui dan proses bagaiman subjek berhubungan dengan objek (Empirisme
John Locke).
2) Metode Rasional (rasonalism)
Pengetahuan bersumber dari akal pikiran, pengalaman yang dipandang
sebagai perangsang akal pikiran. Kebenaran bukan terletak pada diri sesuatu
melainkan pada idea. Akal pikiran secara deduktif bekerja untuk mendapatkan
pengetahuan yang pasti. Jadi akal pikiran berperan sebagai perantara dan
sekaligus sebagai suatu teknik deduktif (penalaran) dalam menentukan
kebenaran
3) Metode Fenomenologi (fenomenologisme)

2
Fatkhul Mubin. “FILSAFAT MODERN: ASPEK ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS”.
Diakses pada 4 Juni 2021, 2021.
Bahwa apa yang dapat diketahui tentang sesuatu hal itu hanya gejal-
gejala saja, bukan hanya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada hubungannya
yang niscaya (pasti) antara sebab dan akibat.
Dengan metode yang diketengahkan di dalam sifat pendidikan,
menjadikan manusia untuk bisa menilai sesuatu dalm kehidupan. Berbagai hal
yang bisa ditangkap akal, ataupun didapat melalui hal rasionalitas yang
diperoleh dari pengalaman dari sesuatu hal, hingga adanya gejala sebab akibat
yang ditimbulkan, merupakan satu kesatuan yang nyata untuk bisa menjadi
suatu kebenar yang lebih jelas perkembangannya. Agar tidak, terjebak sesuatu
ke dalam suatu konsep ego opportunis, setiap mahluk hidup diarahkan untuk
bisa memahami makna ontologism yang bisa menjadi suatu penyembang diri
antara dunia dan kehidupan dengan sang pencipta sebagai causa prima3

d. Contoh Ontologi
Contoh ontologi yang sudah umum diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari yaitu meja. Dalam ontologi meja yaitu menggunakan realitas tentang meja.
Realitasnya adalah terdapat gambara atau ide yang membuat kita mengenali
sebuah meja. Tidak peduli berapa banyak model meja yang ada, tidak peduli
berapapun ukurannya, warnanya, dan fisiknya yang berbeda, benda tersebut
tetaplah sebuah meja. Inilah yang menjadi realitas dari ide dan gambaran yang
ada4

B. Epistemologi
a. Pengertian Epistemologi
Epistemology berasal dari kata episteme yang memiliki arti pengetahuan dan
logi yang berasal dari kata logos yang memiliki arti ilmu. jadi Epistemologi
merupakan salah satu bagian filsafat yang membahas tentang ilmu pengetahuan
seperti bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, hakikat
pengetahuan, dan sumber pengetahuan. Tiga persoalan pokok ini merupakan
objek formal dari Epistemologi dan juga sekaligus merupakan objek formal dari
filsafat ilmu, sebagai perspetif dalam melihat objek materialnya, yaitu ilmu. dari

3
M. Umar Maya Putra, Ami Dilham. 1 April 2016. “ONTOLOGI DALAM ESENSI ILMU EKONOMI DAN
SUMBER PENGETAHUAN”. Diakses pada 4 Juni 2021, 2021.
4
Emzethco. “Contoh Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Dalam Kehidupan Sehari-hari”. Diakses pada 4
Juni 2021, 2021.
sinilah kemudian dikenal istilah hakikat ilmu atau struktur fundamental ilmu yang
mana persoalannya ada pada ketiga persoalan pokok tersebut.

Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam


ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan
ma’lum (objek). Maksudnya adalah bahwa Epistemologi ini adalah bagian dari
filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana
memperoleh pengetahuan menjadi penentu terpenting dalam menanyakan apa
yang dapat kita ketahui terlebih dahulu sebelum menjelaskannya. Pertanyakan
dulu secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu ada, kalau
terbukti ada, baru dijelaskan. Berpikir dulu, baru yakini atau tidak.

Dalam memperoleh ilmu pengetahuan, yang dapat diandalkan tidaklah


cukup dengan hanya berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara
empirik saja karena keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai
kebenaran ilmu pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu
pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau
kombinasi antara rasionalisme dengan empirisme sebagai satu kesatuan yang
saling melengkapi

b. Perspektif Epistemologi
Menurut Keith Lehrer, secara historis terdapat tiga perspektif dalam
Epistemologi yang berkembang di Barat, yaitu Dogmatic Epistemology, Critical
Epistemology, dan Scientific Epistemology5. Dalam perspektif Epistemologi
dogmatik, setelah realitas dasar diasumsikan ada, baru kemudian ditambahkan
Epistemologi untuk menjelaskan bagaimana kita mengetahui realitas tersebut.
Lain halnya dalam perspektif Epistemologi kritis yang membalik Epistemologi
dogmatik dengan menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum
menjelaskannya. Sedangkan Epistemologi saintifik perspektif Epistemologi
dogmatik dan kritis dianggap sama (equal). 6
1. Dogmatic Epistemology
Dogmatic Epistemology adalah pendekatan tradisional terhadap
Epistemologi. Dalam perspektif ini, aspek Ontologi diasumsikan terlebih

5
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2018), hlm 74
6
Filsafat Ilmu https://difarepositories.uin-suka.ac.id/2/2/FILMU%20DONE%20FIX.htm diakses pada tanggal
04 Juni 2021
dahulu kemudian ditambahkan Epistemologi. Maksudnya adalah setelah
realitas dasar diasumsikan ada, lalu tahap berikutnya ditambahkan
Epistemologi untuk menjelaskan bagaimana kita mengetahui realitas
tersebut. Salah satu Filsuf terkenal Yunani yakni Plato (428-348 SM)
adalah orang yang menggunakan pendekatan tradisional karena dalam
karyanya yang berjudul Theaetetus ia menganalisis sebuah pengetahuan
sebagai opini yang benar.
2. Critical Epistemology
Perspektif Critical Epistemologi ini merupakan Revolusi dari Epistemologi
Dogmatik yang diperkenalkan oleh Rene Descartes (1596-1650 M). ia
membalik Epistemologi dogmatic dengan menanyakan apa yang dapat kita
ketahui sebelum menjelaskannya. Epistemologi kritis ialah gejala
pengetahuan yang bersumber dari asumsi, prosedur dan kesimpulan
pemikiran akal sehat, kesimpulan pemikiran ilmiah sebagaimana yang kita
temukan pada kehidupan, lalu kita coba tanggapi secara kritis.7
3. Scientific Epistemologi
Epistemologi Ilmiah atau Scientific Epistemologi ini tidak peduli objek
apa yang dapat kita rasakan melalui semua panca indera akan tetapi yang
diperhatikan adalah penelitian terhadap objek secara sainstifik. Contohnya
adalah tanah, kita meneliti mengapa terdapat tanah yang berbeda-beda
warna di setiap tempat, bagaimana prosesnya, dan unsur-unsur apa saja
yang ada pada tanah.

c. Epistemologi Islam
Dinamika epistemologi dalam pemikiran keagamaan di dunia Islam telah
berlangsung  sejak  periode klasik (650-1250), periode pertengahan (1250-1800)
dan periode modern (1800-sekarang). Periode  perkembangan pemikiran modern
sebagai periode ketiga dipandang sebagai periode kebangkitan kembali umat
Islam setelah tenggelam selama abad pertengahan. Namun demikian, kehadiran
modernisme telah menyebabkan respons yang beragam dan memunculkan
ketegangan di kalangan umat islam. Dengan adanya modernisasi di segala bidang

7
Filsafat Ilmu Pengetahuan
https://www.kompasiana.com/ainulkholifah6461/5df64e6bd541df56db0065c2/filsafat-ilmu-pengetahuan-
epistemologi-pengertian-cara-kerja-macam-macam-perlunya-dipelajari-dan-perbedaannya-dengan-
kebijaksanaan#:~:text=%2D%20Epistemologi%20kritis%20ialah%20gejala%20pengetahuan,kita%20coba
%20tanggapi%20secara%20kritis. Diakses pada tanggal 4 Juni 2021
di beberapa Negara, seperti Mesir memasuki masa liberal (liberal age). Paham
liberalisme tumbuh mekar yang mengakibatkan munculnya sejumlah gagasan
tentang pemisahan antara agama, kebudayaan dan politik. Dengan berkembangnya
pemahaman liberatif di Mesir, lahirlah apa yang disebut an-nahdah (renaissance),
yang kemudian melahirkan beberapa trend pemikiran. 8
1. Epistemologi Bayani
Kata Bayani berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti penjelasan.
Para ahli Fiqih mengartikan bahwa bayan merupakan upaya menyingkap
makna dari suatu pembicaraan serta menjelaskan secara terperinci hal-hal
yang tersembunyi dari suatu pembicaraan kepada para mukallaf agar yang
semula pengetahuan itu meragukan menjadi pengetahuan yang jelas.
Dalam Epistemologi Islam, Bayani adalah metode pemikiran khas
Arab yang menekankan pada otoritas teks nash, secara langsung maupun tidak
langsung, dan disjustifikasi oleh akal kebahasaan yang dipelajari lewat
kesimpulan.9 Oleh karena itu, secara langsung Epistemologi Bayani adalah
memahami teks sebagai bahan acuan dalam memahami pengetahuan dan
langsung menginterpretasikannya tanpa perlu adanya pemikiran sedangkan
secara tidak langsung bayani berarti memahami teks sebagai pengetahuan
yang masih mentah sehingga perlu dilakukan sebuah penafsiran dan juga
penalaran.
Meskipun diberi kebebasan menalar dan juga menafsirkan berbagai
teks, metode pemikiran ini tidak berarti bahwa akal atau rasio memiliki
kebebasan dalam menetukan makna dan maksudnya, tetapi harus bersandar
pada teks sebagai patokan agar pemikirannya tidak terlalu menyimpang dan
dalam perspektif keagamaan, sasaran dari metode Bayani biasanya
menyangkut pada aspek Syariat.10
2. Epistemologi Burhani
Secara Harfiah Burhani memiliki arti mensucikan atau menjernikan. Menurut
Ushul Ulama al-Burhan adalah sesuatu yang memisahkan antara kebenaran
dari kebatilan dan membedakan yang benar dari yang salah dari adanya

8
Dasar-dasar Epistemologi Islam https://uinsgd.ac.id/dasar-dasar-epistemologi-islam/ diakses pada tanggal 4
Juni 2021
9
Mohammad Muslih, FILSAFAT ILMU, (Yogyakarta : Lesfi, 2016) hlm 200
10
Mutakallim, “Menelusuri Bangunan Epistemologi KeIslaman Klasik”, Volume I, Nomor 1, Januari - Juni
2020, hlm. 23.
sebuah penjelasan. Dalam perspektif logika Burhani adalah aktivitas berpikir
untuk menetapkan kebenaran suatu premis melalui metode penyimpulan
dengan menghubungkan premis dengan premis lainnya menggunakan
penalaran ataupun yang tellah terbukti kebenarannya.
Jika dibandingkan dengan Epistemologi Islam lainnya seperti
Epistemologi Bayani dan Irfani, Epistemologi Burhani lebih bersandar pada
kekuatan natural manusia yang berupa indera, pengalaman, dan akal di dalam
mencapai ilmu pengetahuan. dalam memandang segala aspek keilmuan,
pemikir Burhaniyun cenderung bertolak dari cara pikir berfilsafat dimana
hakikat dari sebenarnya adalah universal.11 Hal tersebut akan menempatkan
makna dari realitas pada posisi otoritatif, sedangkan bahasa yang memiliki
sifat particular hanya sebagai penegasan atau ekspresi.
3. Epistemologi Irfani
Irfani berasal dari kata Irfan yang memiliki dua makna arti, yaitu
sesuatu yang berurutan yang sambung satu sama lain dan bermakna diam dan
tenang. Secara terminologi, irfani adalah pengungkapan atas pengetahuan
yang diperoleh lewat penyinaran hakikat oleh Tuhan kepada hambanya setelah
melalui riyadhah. Bagi para pemikir Epistemologi Irfani ini, pengetahuan
tentang Tuhan (hakekat Tuhan) tidak diketahui melalui bukti-bukti empiris-
rasional, tetapi harus melalui pengalaman secara langsung (mubasyarah).
Untuk dapat berhubungan langsung dengan Tuhan, seseorang harus mampu
melepaskan diri dari segala ikatan dengan alam yang menghalanginya.
Menurut konsep irfani, Tuhan dipahami sebagai realitas yang berbeda
dengan alam, sedang akal, indera dan segala yang ada di dunia ini merupakan
bagian dari alam, sehingga tidak mungkin mengetahui Tuhan dengan sarana-
sarana tersebut.12 Satu-satunya sarana yang dapat digunakan untuk mengetahui
hakekat Tuhan adalah jiwa, sebab ia merupakan bagian dari Tuhan yang
terpancar dari alam keabadian dan terpasung ke alam dunia. Ia akan kembali
kepada-Nya, jika sudah bersih dan terbebas dari keterkungkungan alam dunia.
Dalam epistemology irfani ini, sumber pokoknya adalah experience
(pengalaman), kehadiran suatu objek dalam diri subjek, dan ekstensial.
Pengalaman hidup yang otentik, yang sesungguhnya, yang merupakan

11
Mohammad Muslih, FILSAFAT ILMU, (Yogyakarta : Lesfi, 2016) hlm 233
12
Ibid,. hlm 220
pelajaran tak ternilai harganya. Dalam penerimaan ilmu pengetahuan
dijelaskan pada waktu turunnya wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah
SAW, pertama melalui tulisan yang selanjutnya akan dibaca oleh manusia
sehingga menjadi tau dan yang kedua adalah pengajaran langsung tanpa
sebuah alat.

C. Aksiologi
a. Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal
dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos
yang berarti ilmu.Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.Jujun S.Suriasumantri
mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat
nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh
setiap insan.13

Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu


pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat
dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan
itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula.Karena akhir-
akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.

Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.Ilmu


tidak bebas nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan Berkenaan


dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat

13
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta
bekerjasama dengan YP Fakultas filsafat, 2000), hlm.
dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Nilai kegunaan ilmu, untuk
mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita
dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori

Filsafat digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Jika


seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau
sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori
filsafatnya.Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup.

Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima
kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan.Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.

3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah.Bila ada batui didepan
pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah.
Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat
diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang
sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana
maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang
detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam
kehidupan manusia.

b. Penilaian Dalam Aksiologi


Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan
estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis
masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat
manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah
menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis. Disitu
dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya. Etika
sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan
sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana
telah dijelaskan diatas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia.
Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau
perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan
dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggung jawabkan
apa yang ia lakukan.

c. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu


Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan
objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek
berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian.
Dengan demikian, nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau
tidak suka, senang atau tidak senang.14

14
https://randyzn0208.blogspot.com/2020/04/makalah-pengertian-ontologi.html?m=1 Di akses pada 5 Juni
2021
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ontologi membahas tentang apa yang diketahui oleh manusia. Karena tak
mungkin yang tiada memberikan efek pada pikiran manusia, maka pasti yang tercermin
dalam pikiran manusia adalah suatu realitas. Realitas (kenyataan) adalah segala sesuatu
yang ada. Pentingnya pembahasan ontologis berkaitan dengan pembuktian kebenaran
pikiran dari isi yang dikandung oleh pikiran. Apakah sebuah pengetahuan sesuai dengan
realitas atau tidak. Jika tidak, maka pengetahuan tersebut bernilai salah. Selain itu
ontologi juga digunakan untuk menetapkan batas-batas dari obyek pengetahuan atau ilmu
yang sedang dibahas. Jika obyeknya adalah materi, maka batasannya juga harus materi.
Jika obyeknya nonmateri, maka batasannya juga nonmateri.

Begitu juga dengan epistemologi, pentingnya pembahasan ini berkaitan dengan


apakah suatu ilmu apakah ia diperoleh dengan cara yang bisa didapatkan orang lain atau
tidak. Jika tidak dapat diketahui orang lain maka pengetahuannya tidak dapat dipelajari
oleh orang lain. Secara garis besar, dalam epistemologi cara mendapatkan pengetahuan
ada dua yaitu secara ilmiah dan secara tidak ilmiah. Pengetahuan secara ilmiah bukan
berarti lebih benar dari pengetahuan secara tidak ilmiah. Pembagian ini hanya didasarkan
pada dapat atau tidaknya semua orang memperoleh pengetahuan tersebut.

Sedangkan aksiologi membahas tentang nilai suatu pengetahuan. Nilai dari


sesuatu tergantung pada tujuannya. Maka pembahasan tentang nilai pengetahuan tidak
dapat dipisahkan dari tujuannya. Masing-masing manusia mempunyai tujuan sendiri.
Namun pasti ada kesamaan tujuan secara obyektif bagi semua manusia. Begitu juga
dengan pengetahuan. Semua pengetahuan memiliki tujuan obyektif.
DAFTAR PUSTAKA

Fatkhul Mubin. “FILSAFAT MODERN: ASPEK ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN


AKSIOLOGIS”. Diakses pada 4 Juni 2021, 2021.

M. Umar Maya Putra, Ami Dilham. 1 April 2016. “ONTOLOGI DALAM ESENSI ILMU
EKONOMI DAN SUMBER PENGETAHUAN”. Diakses pada 4 Juni 2021, 2021.

Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2018), hlm 74

Mohammad Muslih, FILSAFAT ILMU, (Yogyakarta : Lesfi, 2016) hlm 200

Mutakallim, “Menelusuri Bangunan Epistemologi KeIslaman Klasik”, Volume I, Nomor 1,


Januari - Juni 2020, hlm. 23.

Mohammad Muslih, FILSAFAT ILMU, (Yogyakarta : Lesfi, 2016) hlm 233

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Penerbit Liberty
Yogyakarta bekerjasama dengan YP Fakultas filsafat, 2000), hlm.

Pengertian aksiologi https://randyzn0208.blogspot.com/2020/04/makalah-pengertian-


ontologi.html?m=1 di akses pada 5 Juni 2021

Dasar-dasar Epistemologi Islam https://uinsgd.ac.id/dasar-dasar-epistemologi-islam/ diakses


pada tanggal 4 Juni 2021

Filsafat Ilmu Pengetahuan


https://www.kompasiana.com/ainulkholifah6461/5df64e6bd541df56db0065c2/filsafat
-ilmu-pengetahuan-epistemologi-pengertian-cara-kerja-macam-macam-perlunya-
dipelajari-dan-perbedaannya-dengan-kebijaksanaan#:~:text=%2D%20Epistemologi
%20kritis%20ialah%20gejala%20pengetahuan,kita%20coba%20tanggapi%20secara
%20kritis. Diakses pada tanggal 4 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai