MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN Pengendalian Vektor
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN Pengendalian Vektor
PENGENDALIAN VEKTOR
DISUSUN OLEH.
KELOMPOK IV
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum WR. WB
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya
kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengendalian
Vektor”. Shalawat beserta salam kami sanjungkan atas kepangkuan Nabi besar kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah
yaitu agama yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta
ini. Kami selaku pembuat makalah ini tentunya berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk
semuanya.
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Anwar Arbi S.SI, M.Pd sebagai
dosen mata kuliah kesehatan lingkungan yang telah membimbing dan memberikan ilmunya
kepada kami sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini juga kami buat tidak lain adalah untuk memberikan ringkasan tentang bagaimana
cara mengendalikan vektor? Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini dapat membantu
menaikkan pengetahuan kita menjadi luas lagi. Kami yang mempunyai status sebagai pelajar
pastinya menyadari bahwa dalam makalah kami ini masih terdapat banyak kekurangan atau
kesilapan dalam penulisan atau penyusunan makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum WR. WB
Banda Aceh,
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.3 TUJUAN..........................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
3
2.2.9 Pengaruh Beberapa Faktor Fisik.......................................................................................5
2.5.1 Cuaca...................................................................................................................................7
2.5.2 Vektor..................................................................................................................................7
2.5.3 Reservoir.............................................................................................................................7
2.5.4 Geografis.............................................................................................................................7
4
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
3.1 SIMPULAN...................................................................................................................17
3.2 SARAN..........................................................................................................................17
Daftar Pustaka....................................................................................................................18
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat sehingga keberadaannya
tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah.
2. Menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat
dicegah.
6
3. Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga pengganggu.
Adapun tujuan pengendalian vektor ini juga untuk mengurangi habitat perkembangan
vektor, menurunkan kepadatan vektor, menghambat proses penularan penyakit, mengurangi
kontak manusia dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dikendalikan
secara lebih rasional, efektif dan efisien.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
2.2 BIOMEDIK VEKTOR
2.2.1 Siklus Hidup Nyamuk
Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan selalu ada variasi. Di daerah yang
sama maupun berbeda. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dikenal
Distibusi ini bila dikombinasikam dengan data umum populasi vektor akan menerangkan
musim penularan yang tepat. Pada umumnya tiap spesies yang berperan sebagai vektor,
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditularkan
serangga. penyebaran nyamuk berlangsung dengan dua cara yaitu cara aktif dan cara pasif.
Perilaku beristirahat yang sebenarnya dan beristirahat yang sementara. Meskipun pada
umumnnya nyamuk memilih tempat yang teduh dan lembab dan aman dalam beristirahat.
9
2.2.8 Perilaku Berkembang Biak
berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Oleh karena itu perilaku
berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survei yang intensif untuk
inventariasi tempat perindukan, yang sangat membantu dalam program pengendalian vektor.
a. Temperature
b. Kelembapan
c. Curah hujan
d. Sinar
Penting untuk mengetahui produksi dan cara pengendalian larva yang tepat. Hal ini
melibatkan studi tentang mikrohabitat. Untuk nyamuk Aedes aegypti yang membiak terutama
pada habitat yang buatan manusia. Contohnya kontainer berisi air atau yang akan diisi air
pada musim penghujan telah banyak mengurangi nyamuk dewasa. Namun vektor lain
misalnya anopheles farauti di irian jaya, dapat membiak pada berbagai mikrohabitat yang
Menurut Hess & Hayes (1970) pengetahuan tentang pola kontak antara suatu vektor dan
binatang vertebrata dari mana vektor mengambil darah sebagaian makanannya adalah penting
tentang kontak antara pejamu dan vektor pada suatu tempat dan waktu dapat bermanfaat
10
Salah satu ekspek penting dari kebiasaan makan vektor ialah kerusakan pejamu yakni
kecenderungan mencari darah mansa kepada suatu veterbrata tertentu maupun terdapat
pejamu auternatif.
Sesudah melakukan kegiatan mencari darah mansa dari lain lain nyamuk misalnya,
memerlukan tempat istirahat. Pengetahuan tentang tempat istirahat juga yang penting untuk
menentukan ditempat mana sebaiknya digunakan suatu insektisida yang mempunyai efek
Penyebaran vektor dari tempat pembiakannya adalah penting dari segi penyebaran
penyakit yang ditularkan vektor. Penyebaran dilakukan dengan terbang, lari atau secara pasif
Waktu mencari makan mempunyai pola harian yang dipengaruhi oleh tenggelam dan
terbitnya matahari, demikian juga waktu istirahat.
11
2.5.1 Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit
infeksi. Agen penyakit tertentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu juga karena
2.5.2 Vektor
Organisme yang dapat mengeluarkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain
atau kemanusia disebut sebagai vektor atropoda merupakan, vektor penting didalam
penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk mengisap darah dari reservoir
yang terinfeksi. Agen penyakit ini kemudian ditularkan pada reservoir yang lain atau pada
manusia.
2.5.3 Reservoir
Hewan hewan yang menyimpan kuman patogen sementara hewan itu sendiri tidak
terkenak penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthopodborne disease adalah hewan
2.5.4 Geografis
Di daerah tertentu, Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang
memiliki bentuk penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tugau
kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan
1. Inokulasi (Inoculation)
2. Infestasi (infestation)
12
3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinc incubation period
diantaranya filariasis, malaria, dan dengue haemorhaagic fever. Virus paling penting adalah
virus yang menyebabkan yellow fever, dengue haemorhagic fever, ensefalitis, colorado
tickfever, dan sandfly fever. Arthropodborne virus berkembang didaerah tropis dan meluas
kedaerah subtropis.
1. Nyamuk
a. Malaria
b. Filariasis
Nyamuk culex adalah vektor dari penyakir filariasis wuchereria bancrofti dan
brugia malayi. Jumlah spesies anopheles, aedes, culex, dan mansonia cukup
banyak, tetapi kebanyakan dari spesies ini tidak penting sebagai vektor alami.
c. Demam Kuning
Demam kuning (yellow fiver) merupakan penyakit virus dengan angka kematian
tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya di afrika barat ke daerah tropis dan
13
Penyakit endemis yang disebabkan oleh virus didaerah tropis dan subtropis
dimana terkadang menjadi endemik.
e. Ensegalitis Virus
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk spesies culex dan aades terkadang oleh
nyamuk anopheles dan mansonia.
2. LALAT
a. Head Lice, Body Lice, dan Crab Lice (Tuma Kepala, Tuma Badan dan Tuma
Kemaluan)
Tuma badan (body lice) merupakan vektor tifus epidemik dan epidemik relapsing
fever di Eropa dan Amerika Latin. Tuma tipe ini akan terinfeksi Rickettsia prowazeki,
jika menghisap darah penderita yang mengandung organisme ini. Rickettsia tersebut
kemudian berkembang biak dalam epitel lambung tengah tuma dan dikeluarkan
bersama tinja. Tuma tetap infeksi selama hidupnya. Infeksi pada manusia biasanya
terjadi karena adanya kontaminasi tinja atau badan tuma yang terkoyak pada luka
gigitan, kulit yang lecet, atau lapisan mukosa.
14
b. Fleas (Pinjal)
Pinjal (flea) hanya penting dalam dunia kedokteran jika berhubungan dengan
penularan penyakit sampar dan tifus endemis. Pinjal dapat juga bertindak sebagai
hospes perantara parasit. Pinjal juga dapat bertindak sebagai vektor mekanis
berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus, khususnya karena
kontaminasi dengan tinjanya.
c. Penyakit Sampar
Penyakit sampar di tularkan oleh pinjal tikus dari spesies xenopsylla cheopis
merupakan vektor yang paling penting, Pinjal ini mudah melarutkan penyakit dan
tetap infektif untuk waktu yang lama dan tersebar luas. Spesies lain penting hanya
untuk suatu daerah tertentu di berbagai bagian dunia.
d. Tifus Endemis
Penyebab tifus endemis (murine typhus) adalah Rickettsia prowuzeki var typhi.
Organisme ini di tularkan dari tikus ke tikus lain dan daritikus ke manusia oleh
pinjal spesies xenopsylla cheopis dan Nosopsyllus fasciatus. Satu kali menghisap
darah penderita penyakit ini dapat menyebabkan pinjal infeksi selama hidupnya.
5. TICKS (SENGKENIT)
Sengkenit telah di kenal sebagai vektor penyakit sejak tahun 1893, ketika Smith dan
Kilbourne menemukan spesies Boophilus annulatus sebagai vektor penular demam Texas
pada lembu. Sengkenit dapat juga menjadi vektor berbagai macam penyakit pada
manusia, misalnya saja penyakit Rickettsia, penyakit virus, dan penyakit bakteri, serta
penyakit spirokaeta.
6. TUNGAU (MITES)
Tungau dalah vektor untuk penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang di sebabkan
oleh Rickettsia tsutsugamushi. Gigitan tungau pada manusia menyebabkan luka
bernanahmyang di sertai dengan demam remiten, limfadenitis, splenomegali, dan suatu
eritema yang merah sekali. Tungau yang menjadi vektor utama penyakit ini adalah
Trombicula akamushi dan T deliensis.
7. Cyclops
Cyclops merupakan hospes perantara dari Dracunculus mendinensis, cacing cestoda
Diplyllobothrium latum, dan cacing nematoda Gnathostoma spinigerum.
d. PENYAKIT RICKETTSIA
15
Contoh-contoh penyakit Rickettsia, antara lain:
F Russian typhus
Q fever
e. PENYAKIT VIRUS
Contoh-contoh penyakit virus, antara lain:
Colorado tick fever
Demam berdarah (hemorrhagic fevers)
Louping ill
Kyasanur forest disease
Virus powasson
Russian spring dan summer encephalitis
Relapsing fever
Tularemia
Termasuk faktor ekologi yang bukan merupakan buatan manusia. Pengendalian ini
melibatkan faktor ekologi secara alami tanpa adanya rekayasa manusia tetapi cukup efektif
dalam mengurangi populasi vektor.
Faktor ekologi yang sangat penting bagi perkembangan vektor (serangga) yaitu:
Topografi
Yaitu gunung, lautan, danau dan sungai yang luas merupakan rintangan bagi
penyebaran serangga.
Ketinggian
Dimana ketidakmampuan mempertahankan hidup beberapa spesies serangga di
daerah yang terletak di ketinggian tertentu dan permukaan laut.
Iklim
a. Perubahan musim yang dapat menimbulkan gangguan spesies beberapa
serangga.
16
b. Iklim yang panas, udara kering, dan tanah tandus yang tidak memungkinkan
perkembangbiakan sebagian besar serangga, iklim yang panas atau dingin
yang untuk beberapa serangga tertentu tidak sesuai dengan kelestarian
hidupnya.
c. Angin besar dan curah hujan yang tinggi yang dapat mengurangi jumlah
populasi serangga di suatu daerah.
Musuh alam/predator alami
Adanya hewan-hewan predator alami seperti burung, katak, cicak, dan binatang
lain yang merupakan pemangsa serangga.
Penyakit serangga
17
- Membersihkan tanaman air di danau (ganggang, lumut) yang dapat
menyulitkan perkembangan: An. Sundaicus).
- Mengatur kadar garam di lagoon yangdapat menekan populasi An.
Subpictus dan An. Sundaicus.
- Melestarikan kehidupan tanaman bakau yang membatasi tempat
perindukan An. Sundaicus.
- Membuang/mencabut tumbuhan air di kolam/rawa yang dapat
menekan populasi Mansonia sp.
- Melancarkan air dalam got yang tersumbat agar tidak menjadi tempat
perindukan Culex.
Upaya pengendalian vektor dengan pengubahan lingkungan salah satunya upaya dalam
pengendalian penyakit menular yaitu adalah dengan pengendalian vektor (serangga penular
penyakit) untuk memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam
pengendalian vektor adalah mengetahui bionomik vektor, yaitu tempat perkembangbiakan,
tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan manusia. Upaya pengendalian vektor dengan
menggunakan bahan kimia ternyata tidak cukup aman, karena walaupun dapat menurunkan
populasi vektor dengan segera, penggunaan bahan kimia yang berlebihan juga mempunyai
dampak yang merugikan terhadap lingkungan, yaitu menurunnya kualitas lingkungan. Selain
menggunakan bahan kimia, pengendalian vektor juga bisa dilakukan dengan pengubahan
lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Pengubahan
lingkungan fisik dilakukan agar vektor tidak dapat berkembang biak, istirahat, ataupun
menggigit. Misalnya dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) untuk pengendalian vektor
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terkenal dengan sebutan 3M yaitu:
1. Menguras Tempat Penampungan Air (TPA),
2. Menutup TPA dan,
3. Menimbun barang-barang yang dapat menampung air hujan yang bisa menjadi
tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti.
Contoh lain yaitu dengan membersihkan saluran air menggenang yang dapat menjadi tempat
berkembangbiak nyamuk penular penyakit kaki gajah (filariasis). Pengubahan lingkungan
sosial, ekonomi, dan budaya yaitu dengan mengubah perilaku masyarakat agar tidak terjadi
kontak antara manusia dan vektor, misalkan dengan memasang kawat kasa pada ventilasi
rumah agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah, atau memakai kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk. Selama ini sebenarnya sebagian masyarakat sudah mengetahui cara
pengendalian vektor penyakit dengan pengubahan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
18
lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Namun demikian perlu kiranya peningkatan upaya-
upaya tersebut agar pengendalian vektor sebagai salah satu cara pengendalian penyakit
menular dapat berhasil dengan baik. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dari berbagai
sektor terkait agar peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian vektor ini dapat berjalan
dengan baik, sehingga mengurangi resiko terjadinya penularan penyakit di masyarakat.
Kebaikan cara ini ialah: Dapat dilakukan segera, meliputi daerah luas menekan
populasi dalam waktu singkat.
Keburukan:
- hanya bersifat sementara,
- dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pemukiman,
- resistensi serangga dan
- kematian beberapa pemangsa.
Contoh:
Contoh:
Menggunakan baju pelindung, kawat kasa atau pakai kelambu untuk
menghindari tubuh manusia kontak dengan vektor.
Penggunaan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan, dan alat listrik untuk
pengadaan angin, penyinaran cahaya, yang dapat membunuh atau mengganggu
kehidupan nya. Suhu 60C dan suhu beku akan membunuh serangga dan suhu dingin
dapat menganggu/menghentikan aktivitas serangga.
19
Contoh:
- Memasang hembusan angin di pintu masuk di hotel-hotel, restoran, pasar
swalayan.
- Memasang lampu kuning untuk menghalau nyamuk.
20
Tujuan: Mengganti populasi serangga yang berbahaya dengan populasi baru yang
tidak merugikan. Beberapa cara ialah mengubah kemampuan reproduksi dengan
jalan memandulkan serangga jantan, dapat dilakukan dengan :
- Bahan kimia: preparat TEPA.
- Radiasi Cobalt 60, antimitotik, antimetabolit dan bazarone (ekstrak
tanaman Aerus calamus) untuk membuat serangga mandul maka ini
dilepas bebas di tempat populasi yang berbahaya tadi.
Zat kimia akan merusak DN kromosom sperma tanpa menganggu
pendewasaan = Steril male technic release.
- Radiasi mengubah susunan kromosom = Chromosome translocation
- Mengawinkan antar strain nyamuk bisa menyebabkan sitoplasma telur
tidak dapat ditembus oleh sperma untuk tidak terjadi pembuahan =
Cytoplasmic incompatibility.
- Mengawinkan antar spesies terdekat untuk menghasilkan jantan yang
steril = Hybrid sterility.
Bahan yang digunakan dalam upaya pengendalian vektor berupa insektisida, baik
sasaran terhadap nyamuk vektor dewasa maupun terhadap larva/jentik nyamuk,
sebagai berikut:
1. Insektisida yang digunakan untuk penyemprotan residual dalam program
pengendalian malaria adalah Bendiocarb 80 %, Lamdacyhalothrine 10 %,
Etofenprox 20 %, Bifenthrine 10 %, Alfacypermethrine 5 % dan Deltamethrin 5
%.
2. Insektisida yang dicelupkan pada kelambu dan kelambu berinsektisida (LLINs =
Long Lasting Insecticidal dan Permethrine) dalam program pengendalian
malaria adalah Deltamethrine dan Permethrine.
3. Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan larva/jentik nyamuk vektor
malaria adalah Pyriproxyfen, S-Metoprene, Bacillus thuringiensis sub sp
israelensis
4. Insektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor Demam Berdarah
Dengue adalah Malathion, Metil pyrimifos, Cypermetrin, Alfacypermetrin.
Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan larva/jentik nyamuk vektor
Demam Berdarah Dengue adalah Temephos, Pyriproxyfen, Bacillus
thuringiensis sub sp israelensis.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Vektor adalah arthropoda atau binatang tidak bertulang belakang (invertebrata) lain yang
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia, dengan jalan memindahkan bibit penyakit yang
dibawanya pada manusia melalui gigitan pada kulit atau selaput lendir, atau meninggalkan
bibit penyakit yang dibawanya pada bahan makanan atau bahan bahan lainnya, sehingga
mendatangkan penyakit bagi manusia yang memakan atau mempergunakan bahan bahan
tersebut (Myrnawati, 2004). Pengendalian adalah semua usaha yang dilakukan untuk
menurunkan atau menekan populasi atau densitas vektor dengan maksud mencegah penyakit
yang ditularkan vektor atau gangguan gangguan yang di akibatkan oleh vektor.
Ada 7 pengendalian vektor di antaranya adalah.
1. Pengendalian vektor alami (natural control)
2. Pengendalian vektor secara buatan
3. Pengendalian vektor secara kimiawi
4. Pengendalian mekanik
5. Pengendalian fisik
6. Pengendalian biologis
7. Pengendalian genetika
3.2 SARAN
Untuk mewujudkan kualitas dan kuantitas lingkungan yang bersih dan sehat serta untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan
umum dari tujuan nasional,sangat diperlukan pengetahuan yang cukup serta mendalam
pengetahuan tentang vector penyakit dan pengendalian vector penyakit,sehingga kita dapat
meminimalisir dan memutus rantai penyebaran penyakit.Himbauan juga untuk kita semua
agar lebih menjaga lingkungan dengan baik karena bagaimanapun bencana yang terjadi tidak
terlepas dari kita sebagai manusia yang menempati lingkungan ini.
22
Daftar Pustaka
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M..Kes. Februari 2017 “ Buku Kesehatan Lingkungan”
Edisi Keempat.
23