E-mail: muhammad23ib@yahoo.co.id
Abstract
Political policy of decentralization in Indonesia was originally formulated as an
antidote to the central government to defuse separatist unrest rife in the local level.
However, in the progress of decentralization would lead to fresh turmoil with
vertical conflict at the local level. An article called decentralization and conflict of
authority as it did between the provincial government of southeast Sulawesi and
municipal government of Kendari is just a testament to how decentralization is the
antidote that does not give any effect to the local government, let alone bring
prosperity to the region. As a result, decentralization is just a conflict of authority
between governments in the region and measures the goodwill neglect of regional
autonomy implementation by the ruling elites in the region.
Key words: decentralization, conflict of authirity, local elit
Hakekat
Periodisasi Rejim politik UU otonomi
Otonomi
UU No 1
Perjuangan(1945-1949) Demokrasi Tahun1945 UU Otomi luas
No 22 tahun 1948
Pasca
UU No 1 tahun
kemerdekaan(1950- Demokrasi Otonomi luas
1957
1959)
Pilpres No 6 tahun
Demokrasi
Otoritarium 1959 UU No 18 Otonomi terbatas
terpimpin(1959-1965)
tahun 1965
Orde baru(1965-1998) Otoritarium UU No5 tahun Sentralisasi
1974
UU No 22 tahun
1999
pascaorde baru(1998-
Demokrasi UU No 25 tahun Otonomi luas
sekarang)
1999 dan revisi UU
32 tahun 2004
Sumber: diolah dari Sri Djoharwinarlien dalam tulisan yang berjudul “Otonomi
peluang atau beban daerah”.
Investasi PT.
Sumber
No. AGG di Kota
Konflik
Kendari
PT. Arta Graha
tidak mau
Pembangunan
mengurus izin
1. Hotel Kendari
IMB kepada
Beach
Pemkot
Kendari
Tidak ada
realisasi
Perbaikan alun-
2. kegiatan yang
alun(taman Kota)
dilakukan oleh
PT. AGG
Dianggap
mengganggu
Pembangunan lalu lintas
3. Pelabuhan Semen pelayaran
Curah masuk dan
keluar di Kota
Kendari
Sumber: diolah dari beragam sumber.
1
Angka Rp. 800 juta muncul dalam
perdebatan Kadis Kimpraswil Kota Kendari
dengan Pemprov. Sulawesi Tenggara
Gubernur Pemkot
Patrcon Izin
client usaha
Investor AGG
Pada gilirannya, orang kuat inilah yang dijadikan sebagai instrumen untuk
lebih menentukan berlakunya mencapai tujuan. Dan instrumen
kekuasaan politik atas kebijakan- tersebut harus digunakan secara
kebijakan pembangunan di daerah. bijaksana oleh kepala derah tanpa harus
Munculnya local strong man meninggalkan konflik antara
sebagai implikasi langsung dari system pemerintah, baik pemerintah pusat
penyelenggaraan pemerintahan daerah, dengan provinsi, maupun provinsi
baik melalui pelaksanaan demokrasi dengan kabupaten/kota. Terjadinya
prosedural dalam pemilihan kepala tumpang tindih kewenangan berarti
daerah maupun dalam kebijakan akan mengaburkan sistem otonomi
desentralisasi. Landasan normatif derah.
penyelenggaraan pemerintah daerah Liberalisasi politik dan demokrasi
yang terus berubah ikut memberi warna ditingkat nasional di era reformasi saat
tersendiri terhadap pola kegiatan, pola ini berpengaruh terhadap dinamika
kekuasaan dan pola perilaku politik kedaerahan. Beberadaan
pemimimpin kepala daerah. undang-undang no. 22 tentang otonomi
Pengaturan dalam semua undang- daerah, dapat menyababkan konflik
undang tentang pamerintahan daerah yang terjadi ditingkatan daerah.
membuat peranan kepala daerah sangat Keberadaan sejajar antara kabupaten
strategis, karena kepala daerah dengan pihak provinsi ternyata
merupakan komponen signifikan bagi membuat pihak kabupaten/kota berani
keberhasilan pembangunan nasional, untuk melakukan resistensi baik secara
sebab pemerintahan daerah merupakan tertutup maupun secara terbuka. Tidak
sub-sistem dari pemerintahan nasional jarang juga kepentingan-kepentingan
atau negara (Kaloh, 2003). Kalau lebih banyak berbicara pada saat
mengatakan bahwa dalam konteks otonomi daerah yang akan menyulut
otonomi daerah, seorang kepala daerah kepada sebuah konflik kewenangan.
baik Gubernur, Walikota, Bupati, dan Sebenarnya, rancangan peraturan
seterusnya dalam implementasi pola pemerintah dibidang penanaman modal
kepemimpinan seharusnya tidak telah menyebutkan bahwa kewenangan
berorientasi pada tuntutan untuk pemerintah pusat adalah memberikan
memperoleh kewenangan yang sebesar- persetujuan prinsip penanaman modal
besarnya, tanpa memperhatikan makna asing dan penanaman modal dalam
dari otonomi daerah itu sendiri yang negeri, sementara kewenangan
lahir dari suatu kebutuhan akan pemerintah provinsi adalah
efisiensi dari efektivitas manajemen memberikan persetujuan terhadap
penyelengaraan pemerintahan. penanaman modal dalam negeri.
Seharusnya otonomi daerah harus Konflik yang sedang terjadi di Kendari
diterjemahkan kepala daerah sebagai memperkuat argumentasi dimana,
upaya bagaimana mengatur munculnya arogansi Ali Mazi sebagai
kewenangan pemerintahan sehingga Gubernur yang memberikan ijin
serasi dan fokus pada tuntutan terhadap investor Tommy Winata
kebutuhan masyarakat (Kaloh, 2003: tanpa memperhitungkan peranan pihak
16). pemerintah kota. Jika dilihat dari segi
James W. Fasler (1965), teritorial ada, konflik yang terjadi di
mengatakan bahwa, otonomi daerah kota Kendari, maka segala investasi
bukanlah sebuah tujuan, akan tetapi yang telah dijalankan oleh Tommy
bagaimana otonomi daerah dapat
Daftar Pustaka
Buku
Cornelis Lay (2003). “Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah” Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Dean G. Pruitt & Jefrey Z. Rubin (2004). Teori Konflik Sosial, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Gregorius Sahdan (2003). Transisi Demokrasi Indonesia, Yogyakarta; Pustaka
Pelajar.
J. Kaloh (2003). “Kepala Daerah” Pola Kegiatan, kekuasaan, dan perilaku Kepala
Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, Jakarta; PT Gramedia
John T Sidel (2005). “Bosisme dan Demokrasi Filipina, Thailand, dan Indonesia”
dalam John Harris dkk, Politisasi Demokrasi Politik lokal Baru, Jakarta;
Demos
Kajian Komprehensif untuk mendukung Sultra Raya 2020 “pendekatan gerakan
kebudayaan dan peradaban”, Visi Misi Calon Gubernur Sultra Ali Mazi,
edisi 2002 kerjasama badan Riset Daerah dengan Universitas Haluoleo
2003.
M. Zaki Mubarak dkk, (2006). Blue Print Otonomi Daerah Indonesia, Jakarta;
Yayasan Harkat Anak Bangsa (The Habibe Center), Europian Union (UE),
dan Kemitraan.
Jurnal
Agus Pramusinto, CSIS edisi November 2005 . “Paradoks-paradoks pelaksanaan
otonomi daerah, beberapa catatan dari lapangan.
Indra J Piliang, Jurnal CSIS edisi November 2006. Desain Baru Sistem Politik
Indonesia, Jakarta; CSIS.
Nanang Indra Kurniawan, Flamma 2005. “Berebut Otonomi Daerah”, Yogyakarta;
IRE Press.
Ucu Martanto, Mandatory Edisi 3 tahun 2007 . “Kemiskinan Indonesia: Potret
Buram Desentralisasi”, Politik Kesejahteraan di Tanah Republik.
J.W Fasler, Jurnal Politik vol. 27 No. 4/1965. “Approach to the Understanding of
decentralization”.
Skripsi
Ilmiah A. Rahayu, Kuasa Uang atas Pemilu (studi kasus pada mobilisasi Pilkadal
Kabupaten Sleman). Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan UGM Yogyakarta tahun
2006, tidak diterbitkan.