Anda di halaman 1dari 71

PETUNJUK TEKNIS KPI TAHUN 2021

DIREKTUR REKAYASA DAN INFRASTRUKTUR DARAT


SUBHOLDING COMMERCIAL & TRADING
Ver.0
TGL :
Didokumentasikan oleh :
Pemilik-KPI :

PMS Coord. Direktorat Rekayasa


dan Infrastruktur Darat
Diketahui oleh :

Direktur
Rekayasa dan Infrastruktur Darat

PMS Center
Subholding Commercial &
Trading
1
PMS Coordinator

KPI Hal.
FINANCIAL (F)
F1. Integrated Logistic Cost
F2. Realisasi Penyerapan Investasi (ABI)
F3. EBITDA C&T
F4. Economic Profit
F5. Net Income PPN

2
F1. Integrated Logistic Cost
Logistics cost adalah total realisasi biaya operasi logistic secara terintegrasi yang terdiri dari biaya distribusi (Subholding C&T) dan
Definisi biaya marine (Marine Subholding C&T) untuk mengukur besaran biaya yang diperlukan dalam mendistribusikan Minyak Mentah,
BBM, dan LPG.
Logistic Cost per Unit = Distribution Cost per Unit + Marine Cost per Unit

Realisasi seluruh biaya operasi (variable cost, fix cost, dan joint cost)
Distribution Cost =
Rumusan total Volume penjualan Subholding C&T

Realisasi seluruh biaya operasi marine (variable cost, fix cost, dan joint cost)
Marine Cost =
total volume cargo angkut
Satuan USD/KL
12,79
Target Distribution Cost: 11,78
Marine Cost: 1,01
Polaritas Semakin rendah semakin baik

Tujuan Mengetahui keberhasilan perusahaan dalam melakukan efisiensi biaya.

Frekuensi Monitoring Triwulanan (Quarterly)

Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat Rekayasa dan Infrastruktur Darat, Direktorat Keuangan C&T

Pemilik KPI (KPI Holder) Direktur Utama C&T, Direktorat Rekayasa dan Infrastruktur Darat C&T dan jajarannya

Data Data Cost dari Direktorat Keuangan C&T


Maksimum skor 110%
Cara perhitungan :
- Jika realisasi ≤ target, maka skor = 100% + (target – realisasi)/target x 100%, maksimal 110%
- Jika realisasi > target, maka skor = 100% - (realisasi-target)/target x 100%
Scoring Catatan:
• Perhitungan biaya diluar Supporting Cost (biaya fungsi support seperti SDM, Medical, etc.), pertimbangan karena tidak terkait langsung dengan perolehan
Revenue.
• Jika terjadi perubahan portofolio bisnis atau restrukturisasi yang berdampak pada perubahan distribution cost dan marine cost, maka rumusan atau target
dalam juknis ini dapat disesuaikan proporsional terhadap perubahan tersebut. 3
(Perubahan rumusan atau target tersebut harus disetujui direktorat SPPU Holding)
F2. Realisasi Investasi – Anggaran Belanja Investasi (ABI)
PMS Coordinator

Definisi Mengukur pencapaian investasi dari segi penyerapan anggaran realisasi ABI proyek investasi Business Development (BD) dan Non
Business Development (NBD) dalam hal penyerapan / realisasi biaya Investasi
Rumusan Pencapaian progress ABI berdasarkan penyelesaian fisik (Service Acceptance atau Good Receive)
x 100%
Target drawdown ABI

• Apabila terjadi perubahan ABI RKAP, maka sepanjang menambah/percepatan rencana kerja/target, maka dapat dilakukan revisi
dengan persetujuan mengacu kepada Pedoman RKAP dan STK Investasi
• Baseline perhitungan realisasi ABI adalah MySAP (Data Laporan Realisasi ABI SA/GR After Closing) dari Tim Budgeting - Dit.
Keuangan & Strategi Perusahaan
• Acuan target adalah sesuai dengan persetujuan ABI di RKAP yang terakhir disetujui

Satuan %
Target 85 – 100 (85 = Batas Bawah, 100 = Batas Atas)
Polaritas Semakin sesuai target rencana semakin baik
Tujuan Memastikan penyerapan anggaran investasi (ABI) optimal
Frekuensi Pelaporan Triwulanan
Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat SPPU (Holding)
Seluruh Direktorat (Holding), Fungsi Leher (Holding) dan seluruh Subholding terkait proyek sebagaimana Kebijakan KPI tahun
Pemilik KPI (KPI Holder)
berjalan

4
F2. Realisasi Investasi – Anggaran Belanja Investasi (ABI) – cont’d
PMS Coordinator

Sumber Data Realisasi Anggaran Biaya Investasi (ABI) after close/audited dari Tim Budgeting Dit. Keuangan
Keterangan Maksimum skor 110%.
Contoh perhitungan :
• Jika realisasi ABI Batas Bawah ≤ x ≤ Batas Atas, maka skor = 110%
• Jika realisasi ABI < Batas Bawah, maka skor = (realisasi / target) x 100%
• Jika realisasi ABI > Batas Atas, maka skor = 100% - (realisasi – batas atas)/batas atas x 100%

Catatan Khusus:
1. Dalam hal realisasi ABI > 100%, pimpinan tertinggi fungsi pelaksana investasi dapat mengirimkan memo resmi kepada Direktur
Teknis untuk dilakukan review terkait justifikasi kenaikan ABI di areanya
2. Jika didasarkan atas justifikasi dari Fungsi Pelaksana Investasi selaku PIC dapat diyakinkan bahwa realisasi ABI di suatu proyek
> 100% dikarenakan percepatan penyelesaian proyek (ditandai dengan percepatan progres fisik) setelah direview oleh Direktorat
Teknis, maka Direktorat Teknis mengirimkan memo kepada Direktorat PIMR untuk menyampaikan justfikasi tersebut.
3. Jika memo dari Direktorat Teknis atas justifikasi dari Fungsi Pelaksana Investasi selaku PIC dapat diyakinkan bahwa realisasi
ABI di suatu proyek > 100% dikarenakan percepatan penyelesaian proyek (ditandai dengan percepatan progres fisik) setelah
direview oleh Direktorat PIMR, maka realisasi KPI-nya dapat dicatat sebesar 100% (performance akan terhitung 110%)
4. Jika tidak bisa dijustifikasi / diyakinkan sebagaimana poin nomor 3 di atas, maka realisasi KPI tercatat sesuai riil penyerapan ABI
(performance akan terhitung sebagaimana rumus realisasi ABI > Batas Atas)

5
F3. EBITDA C&T
PMS Coordinator
Definisi Laba operasi ditambah biaya depresiasi, deplesi, amortisasi secara konsolidasi

Rumusan EBITDA = Laba operasi + depresiasi, deplesi, amortisasi

Satuan USD Juta

TW I TW II TW III TW IV
737,3 1.474,6 2.211,8 2.949,1*

Target * Target ini dapat disesuaikan jika:


• Terjadi perubahan kesepakatan Transfer Price antar Subholding di Pertamina Grup, atau
• Terjadi perubahan portofolio bisnis, atau
• Terjadi perubahan target RKAP 2021 yang disetujui RUPS
Perubahan target EBITDA C&T dihitung oleh Direktorat Keuangan Holding dan disetujui oleh direktorat SPPU Holding
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Mengetahui keberhasilan Perusahaan dalam mencapai laba operasi ditambah biaya depresiasi, deplesi, amortisasi
Frekuensi Monitoring Triwulanan (Quarterly)
Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat Keuangan
Pemilik KPI (KPI Holder) Seluruh Direktorat dan Fungsi Leher Subholding C&T dan Jajarannya

Sumber Data Laporan keuangan triwulanan.


Maksimum skor 110%

Scoring Cara Perhitungan:


Jika realisasi ≥ Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
Jika realisasi < Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

6
F4. Economic Profit
PMS Coordinator

Definisi Perbandingan antara pencapaian realisasi IRR proyek dengan IRR yang dijanjikan saat proses FID
Rata-rata tertimbang atas realisasi IRR proyek per subholding dengan basis besaran capex per proyek.

Catatan:
Proyek yang masuk di list adalah proyek yang sudah memasuki tahap eksekusi dan sudah mendapatkan Final Investment Decision.
Rumusan
Perhitungan realisasi IRR menggunakan angka realisasi biaya keluar dan pendapatan. Untuk biaya keluar dan pendapatan di tahun
berikutnya hingga proyek selesai, menggunakan basis pengusulan FID atau dengan proyeksi terbaru yang disampaikan oleh
masing-masing subholding
Target KPI Economic Profit adalah senilai 90% dari basis IRR Promised
Satuan %
Target (disesuaikan dengan lembar penetapan KPI yang disetujui)
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari kegiatan investasi
Frekuensi Monitoring Tahunan (Annually)
Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat SPPU
Pemilik KPI (KPI Holder) Direktorat SPPU dan seluruh CEO Subholding
Data Laporan monitoring post mortem investasi
Maksimum skor 110%

Scoring Cara perhitungan :


- Jika realisasi Economic Return ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
- Jika realisasi Economic Return < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

7
F4. Economic Profit – cont’d
PMS Coordinator

• KPI Economic Profit menghitung pencapaian realisasi IRR Proyek di Tahun 2021 dibandingkan dengan IRR saat FID (IRR Update vs IRR Target).
• Berikut adalah IRR Target dari masing – masing Subholding untuk perhitungan KPI Economic Profit 2021:
Capex
No Subholding Jumlah Project IRR Promised IRR Target KPI
(US$ Mn)
1 Upstream 31 6,553,703 24.65 22.19
2 R&P 5 33,917,292 13.39 12.05
3 C&T 6 641,322 15.25 13.73
4 Shipping 2 189,000 15.13 13.62
5 PNRE 4 3,427,458 11.40 10.26
6 Portfolio Co 3 283,065 19.46 17.52
Consolidated KPI Pertamina 51 45,011,840 14.95 13.46

List Project – Economic Profit 2021

IRR Update
No. SH Proyek IRR Capex
Prognosa
1 C&T PEMBANGUNAN DPPU KERTAJATI 27,33 31.342 21,70
2 C&T PEMBANGUNAN DPPU KULON PROGO (RELOKASI DPPU ADI SUCIPTO JOGJA) 25,99 30.421 20,40
3 C&T PENGGANTIAN / UPGRADING FASILITAS DPPU SOEKARNO HATTA 18,86 185.080 18,29
4 C&T REVITALISASI SARFAS TERMINAL LPG REFRIGERATED ARUN 13,53 74.700 11,00
5 C&T PEMBANGUNAN TERMINAL LPG REFRIGERATED JATIM 11,39 284.561 11,40
6 C&T PEMBANGUNAN LPG PRESS BELAWAN - MEDAN 11,14 35.217 10,80

8
F5. Net Income PT Pertamina Patra Niaga
PMS Coordinator

Laba bersih adalah kelebihan atau selisih dari seluruh pendapatan atas seluruh biaya-biaya operasional, non-operasional serta pajak yang
Definisi
dikeluarkan untuk suatu periode tertentu
Laba bersih (Net Income) = Total Pendapatan – (Harga Pokok Penjualan + Biaya Operasi & Non-Operasi lainnya + Beban Pajak pada suatu
Rumusan
periode tertentu)
Satuan Milyar USD (dalam satuan uang)

Target

*atau disesuaikan dengan target RKAP 2021 yang disetujui RUPS


Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Untuk mengetahui valuasi nilai perusahaan
Frekuensi Triwulanan (Quarterly)
Monitoring
Pengelola KPI (KPI Direktur Keuangan Subholding C&T
Owner)
Pemilik KPI (KPI Direktur Subholding C&T dan jajarannya yang terkait
Holder)
Sumber Data Laporan keuangan triwulanan
Maksimum skor 110%
Cara perhitungan:
Scoring
- Jika realisasi Net Income ≥ Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
- Jika realisasi Net Income < Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

9
PMS Coordinator

KPI Hal.

Customer Focus (C) C1. Customer Satisfaction Index


C2. Biofuel Sales

10
C1. Customer Satisfaction Index
PMS Coordinator

Definisi Usaha untuk mengukur seberapa puas pelanggan dengan setiap produk yang diproduksi oleh Pertamina.
Rumusan Mengacu pada perhitungan hasil Assessment yang dilakukan oleh lembaga survey independen
Satuan Skala Likert (1 s/d 5)
Target (disesuaikan dengan lembar penetapan KPI yang disetujui)
Polaritas Semakin besar semakin baik
Tujuan Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dan kualitas setiap produk Pertamina
Frekuensi Tahunan (Annually)
Monitoring
Pengelola KPI (KPI VP Customer Care & Loyalty
Owner)
Pemilik KPI (KPI Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat
Holder)
Sumber Data Data CSI diperoleh dari lembaga survey independen
Maksimum skor 110%

Scoring Cara perhitungan :


- Jika realisasi ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
- Jika realisasi < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

11
C2. Biofuel Sales
PMS Coordinator

Definisi Pengukuran tingkat penyerapan biofuel yang di-blending sesuai dengan mandat Pemerintah
Mengukur realisasi volume biofuel (i.e. FAME, ethanol, methanol) berdasarkan mandat blending dari Pemerintah untuk produk-produk yang
Rumusan
diwajibkan
Satuan %
Target 85 – 100 (85 = Batas Bawah, 100 = Batas Atas)
Polaritas Sesuai range agar mencapai max skor 110%
Tujuan Pemenuhan terhadap mandat Pemerintah untuk memproduksi bahan bakar yang ramah lingkungan (Green Fuel)
Frekuensi Triwulanan (Quarterly)
Monitoring
Pengelola KPI (KPI Dir RID Subholding C&T
Owner)
Pemilik KPI (KPI Dir RID Subholding C&T dan jajarannya (jika diperlukan)
Holder)
Sumber Data Laporan RKAP triwulanan kecuali TW4 merupakan laporan realisasi audited
Maksimum skor 110%

Contoh perhitungan :
• Jika realisasi Batas Bawah ≤ x ≤ Batas Atas, maka skor = 110%
Scoring
• Jika realisasi < Batas Bawah, maka skor = (realisasi / target) x 100%
• Jika realisasi > Batas Atas, maka skor = 100% - (realisasi – batas atas)/batas atas x 100%

Besaran volume target dapat berubah berdasarkan quota yang diberikan oleh Pemerintah

12
PMS Coordinator

KPI Hal.
Internal Process (P) P1. Rata-Rata Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
P2. Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM dan Infrastruktur Logistik dengan Pola
Kemitraan dan Mandiri
P3. Digitalisasi C&T

P4. HSSE Excellence (LTIR)

P5. Ketahanan Stock Operasi

P6. Integrated Port Time

P7. Losses Management

13
P1. Rata-Rata Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
PMS Coordinator

Pengukuran pencapaian rata-rata persentase realisasi penggunaan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di lingkungan
Definisi Pertamina Group (konsolidasi Holding dan Subholding)

Rata-rata realisasi penggunaan TKDN pada pengadaan barang/jasa atau gabungan barang dan jasa untuk kontrak selesai tahun
2021 yang diverifikasi oleh Independen Surveyor, dengan detail sbb:
1. Subholding Upstream: dengan pelaksana verifikasi mengacu kepada ketentuan yang berlaku dan ditetapkan oleh otoritas
Pemerintah terkait di sektor Hulu
Rumusan 2. Holding, Subholding Refining & Petrochemical , Subholding Commercial & Trading, Subholding Gas, Subholding Shipping dan
Subholding Power & NRE: dengan pelaksana verifikasi mengacu kepada Pedoman di Internal Pertamina terkait Pengelolaan
Penggunaan Produk Dalam Negeri No. A5-001/R00000/2020-S9 (dan aturan turunannya) dimana pengadaan investasi untuk
gabungan barang, jasa dan/atau barang dan jasa dengan nilai IDR 50 Milyar atau lebih, dan nilai TKDN yang dicapai 30% atau
lebih wajib menggunakan surveyor independen yang memiliki kualifikasi untuk melakukan verifikasi.
Satuan %
Target 30

Polaritas Semakin besar semakin baik

Tujuan Mengukur realisasi rata-rata penggunaan tingkat kandungan dalam negeri dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional

Frekuensi Monitoring Tahunan (Annually)


1. Direktorat Logistik & Infrastruktur, melalui fungsi Local Content Utilization sebagai fungsi yang bertugas dan bertanggung jawab
atas penetapan roadmap, perencanaan, pembinaan, pemberdayaan dan pengawasan dalam implementasi TKDN di Grup
Pengelola KPI (KPI Owner) Perusahaan; dan
2. Direktorat Penunjang Bisnis, melalui fungsi Procurement Excellent Center sebagai salah satu fungsi support pelaporan
Pencapaian TKDN khususnya dalam proses pemilihan barang dan jasa serta penerimaan barang di Grup Perusahaan

14
*43,2% Ref. Audit BPKP untuk RDMP Balikpapan dan Proyek Langit Biru Cilacap, 66,8% untuk Proyek Upstream
P1. Average Utilization of TKDN – Cont’d
PMS Coordinator

Pemilik KPI (KPI Holder) Seluruh Direktorat Holding dan Subholding


Data diperoleh dari laporan rata-rata realisasi penggunaan TKDN dalam pengadaan barang dan jasa pada Holding dan Subholding
Data Konsolidasi dan pengelolaan Laporan pencapaian dilaksanakan oleh Fungsi Local Content Management (Dit. Logistic &
Infrastructure – Holding) dan/atau fungsi Procurement Excellence Centre (Dit. Penunjang Bisnis – Holding)
Maksimum skor 110%

Scoring Cara perhitungan :


- Jika realisasi ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
- Jika realisasi < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

15
*43,2% Ref. Audit BPKP untuk RDMP Balikpapan dan Proyek Langit Biru Cilacap, 66,8% untuk Proyek Upstream
P2. Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM dan Infrastruktur
Logistik dengan Pola Kemitraan dan Mandiri PMS Coordinator

Upaya penyelesaian penambahan kapasitas penyimpanan BBM dan pengembangan infrastruktur logistik, terutama yang
Definisi
menggunakan skema kemitraan
a. Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM (bobot 80%)

Realisasi penambahan storage BBM (Ribu KL)


Target penambahan storage BBM (Ribu KL)
x 100%
Catatan:
• Target penambahan storage BBM tahun 2021 sebesar 329,7 ribu KL, dengan breakdown target kumulatif triwulanan sebagai
berikut:
TW I 2021 TW II 2021 TW III 2021 TW IV 2021

193,5 ribu KL 230,7 ribu KL 236,2 ribu KL 329,7 ribu KL

Rumusan b. Implementasi Project Pengembangan Infrastruktur dengan skema Kemitraan (bobot 20%)

Project Semester I Semester II


(Pulse Check only)
Pipanisasi BBM Cikampek – Plumpang ± 90 KM FID Signed Penyelesaian
Penunjukan Pemenang
Pipanisasi BBM Dumai – Siak ± 150 KM FID Signed Penyelesaian
Penunjukan Pemenang
Pipanisasi BBM Balikpapan – Samarinda 120 FID Signed Penyelesaian
KM Penunjukan Pemenang

16
P2. Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM dan Infrastruktur
Logistik dengan Pola Kemitraan dan Mandiri PMS Coordinator

b. Implementasi Project Pengembangan Infrastruktur dengan skema Kemitraan (bobot 20%) – cont’d

Aktivitas Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Bobot
Pipanisasi Balikpapan - Samarinda
TOR dari user 0.5% 0.5%
CAPEX 0.5% 0.5%
BED & FEED 0.25% 0.25% 0.25% 0.25% 0.25% 1%
Negosiasi Thruput Fee & durasi BOT 1% 1%
Proses Lelang 0.14% 0.14% 0.14% 0.14% 0.14% 0.14% 0.14% 1%
Contract Award 1% 1%
Pipanisasi Cikampek - Plumpang
TOR dari user 1% 1.0%
CAPEX 1% 1.0%
BED & FEED 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 2%
Rumusan Negosiasi Thruput Fee & durasi BOT 2% 2%
Proses Lelang 0.3% 0.3% 0.3% 0.3% 0.3% 0.3% 0.3% 2%
Contract Award 2% 2%
Pipanisasi Dumai - Siak
TOR dari user 0.50% 0.5%
CAPEX 0.50% 0.5%
BED & FEED 0.11% 0.11% 0.11% 0.11% 0.11% 0.11% 0.11% 0.11% 0.11% 1%
Negosiasi Thruput Fee & durasi BOT 1% 1%
Proses Lelang 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 1%
Contract Award 1% 1%
Target Seasonal (% Kumulatif) 8% 6% 4% 2%

17
P2. Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM dan Infrastruktur
Logistik dengan Pola Kemitraan dan Mandiri – Cont’d PMS Coordinator

Satuan %

Target 100

Polaritas Semakin tinggi semakin baik

Tujuan Untuk mengakselerasi dan mengoptimasi kehandalan dan pengembangan infrastruktur guna menjaga ketahanan energi nasional

Frekuensi Monitoring Triwulanan (Quarterly)

Pengelola KPI Subholding Commercial & Trading (C&T)

Pemilik KPI (KPI Holder) Direktur Logistik & Infrastruktur, Subholding Commercial & Trading (C&T)

Data Laporan progress proyek


Maksimum skor 110%

Cara Perhitungan:
Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM
a. Jika realisasi ≥ Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%; maksimal 110%
Scoring b. Jika realisasi < Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%
c. Jika realisasi sesuai Target tercapai lebih cepat dari tenggat waktu (31 Des 2021), skor KPI disesuaikan dengan tabel skoring
berikut
d. Poin a (spektrum pemenuhan volume capacity) dan c (spektrum ketepatan waktu) dipilih mana yang memberikan nilai kinerja
lebih baik

18
P2. Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM dan Infrastruktur
Logistik dengan Pola Kemitraan dan Mandiri – Cont’d PMS Coordinator

Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM (cont’d)


No Kondisi Pencapaian Perf. (%)

1 Jika penambahan kapasitas penyimpanan BBM tercapai pada tanggal 10 Des 2021 atau lebih awal (3 110
minggu lebih awal dari target)
2 Jika penambahan kapasitas penyimpanan BBM tercapai pada rentang 11-17 Desember 2021 108

3 Jika penambahan kapasitas penyimpanan BBM tercapai pada rentang 18-24 Desember 2021 105

Scoring 4 Jika penambahan kapasitas penyimpanan BBM tercapai pada rentang 25-30 Desember 2021 103

5 Jika penambahan kapasitas penyimpanan BBM tercapai di tanggal 31 Desember 2021 100

Implementasi Project Pengembangan Infrastruktur dengan skema Kemitraan


a. Jika realisasi ≥ Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%; maksimal 110%
b. Jika realisasi < Target, maka skor = (realisasi/target) x 100%
c. Jika terdapat kondisi FID proyek pengembangan infrastruktur tidak disetujui oleh Manjemen/Pemegang Saham, maka atas item
tersebut akan disubstitusi dengan proyek pengembangan infrastruktur skema kemitraan lainnya yang kurang lebih setara

19
P2. Penambahan Kapasitas Penyimpanan BBM dan Infrastruktur
Logistik dengan Pola Kemitraan dan Mandiri – Cont’d PMS Coordinator

List Penambahan Tangki TW-1 List Penambahan Tangki TW-2 List Penambahan Tangki TW-3

Proyek Kapasitas Proyek Kapasitas Proyek Kapasitas Proyek Kapasitas

TBBM Bula 3.000 KL TBBM Sorong 7.000 KL TBBM Tual 5000 KL TBBM Waingapu 2500 KL
TBBM Dobo 2.000 KL TBBM Poso 2.500 KL TBBM Samarinda 2000 KL & 3200 KL TBBM Kolaka 2500 KL

TBBM Namlea 3.000 KL TBBM Kendari 2.500 KL TBBM Ende & 2x500 KL TBBM Atapupu 500 KL
TBBM Waingapu
TBBM Ternate 6.000 KL TBBM Kendari 1.500 KL
TBBM Reo 2 x 500 KL SUBTOTAL : 5,5 Ribu KL
TBBM Wayame 10.000 KL TBBM Surabaya Group 5.000 KL
TBBM Bandaran 20.000 KL
TBBM Wayame 20.000 KL TBBM Atapupu 1.500 KL
TBBM Kolonodale 2.500 KL
TBBM Masohi 1.000 KL TBBM Surabaya Group 2x10.000 KL
TBBM Makassar 2.500 KL
TBBM Labuha 1.500 KL TBBM Ampenan 5.000 KL
SUBTOTAL : 37,2 Ribu KL
TBBM Merauke 5.000 KL TBBM Lomanis 40.000 KL
TBBM Kertapati 2.500 KL List Penambahan Tangki TW-4
TBBM Badas 2.500 KL
TBBM Sei Siak 5.000 KL Proyek Kapasitas Proyek Kapasitas
TBBM Pulau layang 2.000 KL
TBBM Bau-bau 40.000 KL TBBM Jayapura 2000 KL TBBM Priok 10.000 KL TBBM Tj.Gerem 5000 KL
TBBM Tobelo 2.000 KL TBBM Toli-toli 2.500 KL TBBM Tj.Gerem 15000 KL
TBBM Sanana 1.000 KL TBBM Kotabaru & 5000 KL & 2500 KL TBBM Ujung Berung 10000 KL
P. Pisau
SUBTOTAL : 193,5 Ribu KL TBBM Pare-pare 2500 KL
TBBM Atapupu 2 x 500 KL
TBBM Lomanis 40.000 KL
20
SUBTOTAL : 93,5 Ribu KL
P2. Digitalisasi C&T
PMS Coordinator

Definisi Digitalisasi Sarfas dan Proses Bisnis di C&T meliputi: Digitalisasi Fuel Terminal dan Modernisasi Scheduling
Digitalisasi Fuel Terminal (50%)
Integrasi Digitalisasi Fuel Terminal dan SPBU: Modernisasi Scheduling (50%)
Rumusan
Sesuai Milestone Project Terlampir
Satuan %

Target 100

Polaritas Semakin tinggi semakin baik

Tujuan Mendigitalisasi sarana dan fasilitas di SH C&T

Frekuensi Monitoring Triwulanan (Quarterly)

Pengelola KPI Dir RID Subholding C&T

Pemilik KPI (KPI Holder) Dir RID Subholding C&T dan jajarannya (jika diperlukan)

Sumber Data Progress Milestone dan evidence dari fungsi terkait

21
P2. Digitalisasi C&T – a. Roll Out Digitalisasi Fuel Terminal
PMS Coordinator

Plan/
No Milestone Bobot Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 May-21 Jun-21 Jul-21 Aug-21 Sep-21 Oct-21 Nov-21 Dec-21
Real
Persetujuan Skema
1 5% Plan 5%
Pelaksanaan Pekerjaan
2 FEED (Eng. Drawing, BQ, RKS) 10% Plan 3% 3% 4%
Proses Pengadaan (Open
3 15% Plan 3% 4% 4% 4%
Tender)
4 Produksi 20% Plan 5% 5% 10%
5 Delivery (100 unit ATG) 30% Plan 10% 20%
Pembuatan Dashboard
6 20% Plan 5% 10% 5%
Monitoring Operasi Terminal
MTD Plan 0% 5% 8% 3% 4% 3% 14% 4% 4% 5% 15% 35%
Total 100%
YTD Plan 0% 5% 13% 16% 20% 23% 37% 41% 45% 50% 65% 100%

Target final: dashboard monitoring operasi terminal Go Live pada 31 Desember 2021.
Setiap 1 minggu lebih cepat akan mendapatkan tambahan nilai performance 2,5%, maksimum 110%

22
P2. Digitalisasi C&T – b. Modernisasi Scheduling
Plan/
No Milestone Bobot Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 May-21 Jun-21 Jul-21 Aug-21 Sep-21 Oct-21 Nov-21 Dec-21
Real
Modernisasi Scheduling
1 Assessment Scheduling Feature 8% Plan 5% 3%
2 Design Business Process Model 20% Plan 10% 10%
3 Development Modernisasi Scheduling 33% Plan 3% 13% 13% 4%
4 Testing Modernisasi Scheduling 16% Plan 6% 10%
Implementasi dan Support Modernisasi
5 Scheduling di seluruh Fuel Terminal yang 23% Plan 16% 7%
menggunakan MS2 existing.
MTD Plan 0% 0% 0% 5% 13% 13% 13% 13% 10% 10% 16% 7%
Total 100%
YTD Plan 0% 0% 0% 5% 18% 31% 44% 57% 67% 77% 93% 100%

Target final Modernisasi Scheduling: Implementasi di Fuel Terminal yang menggunakan MS2 existing
pada 31 Desember 2021
Setiap 1 minggu lebih cepat akan mendapatkan tambahan nilai performance 2,5%, maksimum 10%

23
P4. HSSE Excellence – LTIR
PMS Coordinator

Definisi Lost Time Injury Rate (LTIR) mengukur banyaknya lost time injuries di tempat kerja pada tahun anggaran tertentu
Jumlah Kasus Fatality + Days Away From Work dan Lost Time Incident
Rumusan 𝑋 1,000,000
Jumlah Jam Kerja

Satuan Rate

Target 0,06

Polaritas Semakin kecil semakin baik

Tujuan Untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam pengelolaan keselamatan kerja di Wilayah Kerja PT Pertamina

Frekuensi Monitoring Triwulanan (Quarterly)


Pengelola KPI (KPI Owner) Fungsi HSSE
Pemilik KPI (KPI Holder) Seluruh Direktorat Holding dan Subholding
Data Data diperoleh dari konsolidasi HSSE Korporat
Maksimum skor 110%

Scoring Cara perhitungan :


• Jika realisasi LTIR ≤ Target, maka skor = 100% + (target – realisasi)/target x100%, maksimal 110%
• Jika realisasi LTIR > Target, maka skor = 100% - (realisasi – target)/target x 100%

24
P5. Ketahanan Stock Operasi
PMS Coordinator

Merupakan rata rata realisasi volume stock Gasoline (kecuali Pertamax Turbo), Solar, Avtur dan LPG nasional yang tercatat di RnP,
Definisi
CnT dan Shipping bulanan.
Rata-rata (perbandingan antara rata-rata realisasi ketahanan stok bulan masing-masing produk terhadap rencana target stok
ketahanan nasional masing-masing produk), batasan maksimum dan minimum mengacu kepada Berita Acara Usulan Range Target
Rumusan
Stok Nasional yang disekapati oleh Dit. Logistic & Infrastructure, Subhoding Commercial & Trading, Subholding Refinery &
Petrochemical dan Subholding Shipping (usulan dapat dievaluasi secara periodik).
Satuan %
Target 100%
Polaritas In Range
Tujuan Menjaga ketahanan supply product Gasoline, Solar, Avtur dan LPG nasional
Frekuensi Monitoring Triwulanan (Quarterly)
Pengelola KPI (KPI Owner) Supply Chain Planning - Direktorat Logistik & Infrastruktur
Pemilik KPI (KPI Holder) Direktur Logistik & Infrastruktur, SVP dan VP terkait, Direktur Teknis SH C&T,SH R&P dan SH Shipping Co
• Berita Acara Usulan Range Target Stok Nasional yang disekapati oleh Dit. Logistic & Infrastructure, Subhoding Commercial &
Data Trading, Subholding Refinery & Petrochemical dan Subholding Shipping
• Laporan Ketahanan Stock Fungsi SCP - LIO
1. Maksimum skor 110%
2. Cara perhitungan realisasi pemenuhan ketahanan stok :
• Batas bawah range produk ≤ realisasi ketahanan stok produk ≤ Batas atas range produk , maka realisasi: 110%
• Realisasi ketahanan stok produk < batas bawah range produk , maka realisasi = 100% x (realisasi/batas bawah range)
Scoring
• Realisasi ketahanan stok produk > batas atas range produk, maka realisasi = 100%
3. Apabila ada Kebijakan Manajemen yang Berdampak terhadap ketahanan stok operasional diluar range taget yang ditentukan
sebelumnya (seperti namun tidak terbatas pada Kebijakan Time to Buy, Kebijakan ekspor dan lainnya) maka perhitungan
realisasi KPI mengikuti arahan Manajemen.

25
P6. Integrated Port Time
PMS Coordinator

PENC PENC PENC PENC TARGET


PERSPEKTIF KPI SATUAN
2017 2018 2019 2020 2021
Integrated Port Time Jam - 51.63 48.46 37.75 40
Ukuran terintegrasi pengukuran waktu labuh kapal (ATA to ATD full away) untuk seluruh jenis kapal guna mengukur
Definisi
efisiensi waktu di pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat kargo sesuai standar waktu yang ditetapkan pelabuhan
Integrated Port time merupakan perhitungan waktu ATA s/d waktu ATD yang terdiri dari Marine Time 1 + Terminal Time + Marine Time 2.
Adapun detail perhitungannya adalah sebagai berikut:
Marine Time 1 = (Waktu ATA – Allfast)
+
Terminal Time = (Waktu Allfast – Hosedisconnect)
+
Marine Time 2 = (Waktu Hosedisconnect – ATD)

σ𝑛𝑡𝑖0 𝐼𝑃𝑇𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛 1 + 𝐼𝑃𝑇 𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛 2 + 𝐼𝑃𝑇𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛 𝑛


IPT Pertamina (jam) =
σ𝑛𝑡𝑖0 𝐶𝑎𝑙𝑙 𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛 1 + 𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛 2 + 𝑅𝑒𝑔𝑖𝑜𝑛 𝑛

Rumusan Realisasi IPT (jam)


IPT Pertamina (%) = x 100%
Target IPT (jam)
Keterangan:
1. ATA = Actual Time Arrival atau jam kedatangan kapal di Pelabuhan (outer/inner buoy/rede/titik yang disepakati sebagai area labuh)
2. ATD = Actual Time Departure atau jam keberangkatan kapal setelah kapal mulai full away (kondisi dimana pandu telah selesai memandu
kapal keluar dari area
3. Allfast = Semua tross kapal terikat / tertambat kencang di boulder, dan menandakan siap utk operasi kargo
4. Hosedisconnect = Waktu selang muatan/kargo hose sudah terkait/terlepas ke/dari manifold kapal

Kapal yang masuk ke dalam perhitungan IPT adalah kapal milik, kapal charter (T/C dan spot), kapal COA, kapal impor, kapal bunkering, kapal
industri (pihak ketiga). Secara garis besar bagian proses kegiatan kapal : ATA and waiting in the inner pool, steaming in, terminal time, steaming
out, ATD (full away).

26
P6. Integrated Port Time – Cont’d
PMS Coordinator

Satuan %
100, dengan basis target IPT (dalam satuan Jam) untuk masing-masing organisasi pemilik KPI sbb:
Holding / Nasional: 40 jam atau sesuai dengan target RKAP 2021 yang disetujui RUPS
Subholding C&T: 39.94 jam atau sesuai dengan target RKAP 2021 yang disetujui
Target
Subholding R&P: 85.07 jam atau sesuai dengan target RKAP 2021 yang disetujui
Subholding Shipping: 40 jam atau sesuai dengan target RKAP 2021 yang disetujui RUPS
Untuk jabatan terdampak lainnya sesuai daftar jabatan terlampir
Polaritas Semakin kecil/rendah semakin baik
• Mengukur efisiensi penggunaan waktu di pelabuhan dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat kargo kapal sesuai dengan standar waktu
Tujuan yang telah ditetapkan per pelabuhan
• Meningkatkan efisiensi transport cost dalam kegiatan distribusi kargo via kapal
Frekuensi Monitoring Triwulanan (Quarterly)
Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat Logistik & Infrastruktur – SVP Logistics Integration & Optimization
SVP Logistics Integration & Optimization, SVP Infrastructure Integration & Optimization, VP terkait, Direktur Teknis
Pemilik KPI (KPI Holder)
Subholding terkait
Data Aplikasi IPMAN di bawah pengelolaan Direktorat Logistik & Infrastruktur
Maksimum skor 110%

Cara perhitungan sesuai tabel berikut:


𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐼𝑃𝑇
X=
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐼𝑃𝑇
x 100% Performance (%)
Scoring X ≤ 95% 110%
100% ≥ X > 95%, per kelipatan 0,25% penurunannya 100% + 0,5% dan kelipatannya
dari 100%

X > 100%, per kelipatan 0,25% kenaikannya 100% - 0,25% dan kelipatannya

27
27
P7. Losses Management
PMS Coordinator
Definisi Mengukur kinerja Supply Loss, Working Loss, dan Transport Loss/Land Supply
Supply Loss (Bobot 35%)
Rumusan Working Loss (Bobot 35%)
Transport Loss/Land Supply (Bobot 30%)
Satuan Score

Target 100

Polaritas Semakin besar semakin baik

Tujuan Menjaga Operasi Ekselen dalam proses serah terima migas di lingkungan Pertamina

Frekuensi Monitoring Triwulan (Data Tersedia Bulanan)


Pengelola KPI (KPI Owner) Fungsi Integrated Loss Control – Direktorat Logistik & Infrastruktur
Untuk level Direksi, SVP, VP di Holding pengenaan kategori KPI adalah Supply Loss dan/atau Working Loss Korporat / Holding :
1. Direktur Logistik & Infrastruktur
2. SVP Logistic Integration & Optimization – Dit. L&I
3. VP Integrated Loss Control – Dit. L&I

Untuk level CEO, Direksi di Subholding pengenaan kategori KPI adalah Supply Loss dan/atau Working Loss Subholding :
1. CEO Subholding R&P
Pemegang KPI (KPI Holder)
2. Direktur Operasi
3. Direktur Optimasi Feedstock & Produk

Untuk level GM, pengenaan kategori KPI adalah Supply Loss dan/atau Working Loss per Unit Bisnis Operasi :
1. Seluruh Executive General Manager Regional – Subholding C&T
2. Seluruh General Manager Refinery Unit – Subholding R&P
Sumber Data MySAP/ Fungsi MAIC Keuangan
28
P7.a. Working Loss – Performance Basis
PMS Coordinator

Definisi Mengukur kinerja pengelolaan (penyerahan, penimbunan dan penerimaan) Produk BBM, dan LPG dalam suatu Terminal dalam suatu periode secara kumulatif yang
tercermin dalam bentuk selisih/diskrepansi
Rumusan
Commercial&Trading: Sumberdata dari MySAP:laporan MaterialBalance

Sumberdata dari Material Balance


Dimana
• Perhitungandan pelaporan persediaan, penerimaan danpenyerahanprodukdibuat dalam satuanBarrel60 oF mengacukepadatable ASTMD1250
• KonversisatuanmengacupadaSKDirutNo.Kpts074/C0000/96-B1
Satuan %
Target TargetNasional0,07diselaraskandengan NR011/J00600/2019-S0tanggal 11 Septermber2019,atausesuaiarahan lebih lanjut
Khusus untuk target Region dan Terminal dihitung dengan memperhitungkan realisasi tahun sebelumnya

Masing – masing target working loss di konversi ke 100% dengan perhitungan performance KPI mengacu pada tabel target clustering
Polaritas Semakinbesar semakinbaik

Tujuan Menentukan seberapa efisien PT. Pertamina (Persero) dalam mengelola Produk BBM & LPG di suatu Terminal dalam satu periode yang tercatat dalam sistem ERPyang akan
berdampak langsungkepadalaporankeuangan
Frekuensi Monitoring Triwulanan
Pengelola KPI (KPI Owner) Fungsi Integrated Losses Control
Pemilik KPI (KPI Holder) 1. VP Supply & Distribution Planning
2. VP Terminal Operation

Catatan:
Mengacu Pedoman Penanganan Dan Pengawasan Susut Minyak Mentah & Produk No. A-001/H00000/2017-S9

29
P7.a. Working Loss – Performance Basis
PMS Coordinator

Sumber Data Data diambil dari SAP oleh fungsi SPC yang kemudian diolah menjadi Laporan oleh fungsi Management Accounting
Scoring Maksimum skor 110%

Target Clustering dan perhitungan performance KPI untuk Working Loss mengacu pada tabel sebagai berikut :

Target KPI Perhitungan Bobot KPI Working Loss (Terminal & MOR)

0.02 -Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 7,5% dari 100%
CLUSTER I -Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 7,5% dari 100%
0.04 (maksimal 110%)

0.06 -Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 5% dari 100%
CLUSTER II -Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 5% dari 100%
0.07 (maksimal 110%)

0.10 -Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 2,5% dari 100%
CLUSTER III -Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 2,5% dari 100%
0.20 (maksimal 110%)

Target untuk tiap Manager Region S&D dan Lokasi dibedakan sesuai dengan kondisi operasi sesuai tabel terlampir

30
P7.a. Working Losses – Cont’d
PMS Coordinator

SETTING KPI SETTING KPI SETTING KPI


Region Terminal WORKING LOSS Region Terminal WORKING LOSS Periode Region Terminal WORKING LOSS
TH.2021 TH.2021 TH.2021
MOR I Fuel Terminal Medan Group 0.02 MOR II Fuel Terminal Jambi 0.07 2020 MOR III Integrated Terminal Jakarta 0.04
MOR I Integrated Terminal Tg. Uban 0.20 MOR II Fuel Terminal Pulau Baai 0.07 2020 MOR III Integrated Terminal Balongan 0.10
MOR I Fuel Terminal P. Sambu 0.07 MOR II Fuel Terminal Baturaja 0.07 2020 MOR III Fuel Terminal Tg. Gerem 0.07
MOR I Integrated Terminal Teluk Kabung 0.07 MOR II Fuel Terminal Lahat 0.06 2020 MOR III Fuel Terminal Cikampek 0.04
MOR I Fuel Terminal Siak 0.07 MOR II Fuel Terminal Lubuk Linggau 0.07 2020 MOR III Fuel Terminal Padalarang 0.02
MOR I Integrated Terminal Dumai 0.02 MOR II Integrated Terminal Palembang 0.06 2020 MOR III Fuel Terminal Tasikmalaya 0.02
MOR I Fuel Terminal Kisaran 0.02 MOR II Integrated Terminal Panjang 0.06 2020 MOR III Fuel Terminal Ujung Berung 0.02
MOR I Fuel Terminal P. Siantar 0.02 MOR II Fuel Terminal Pangkal Balam 0.07 2020 MOR III LPG Terminal Tanjung Sekong 0.06
MOR I Fuel Terminal Sibolga 0.02 S&D II 0.06 S&D III 0.06
MOR I Fuel Terminal Lhok Seumawe 0.02
MOR I Fuel Terminal Krueng Raya 0.02
MOR I Fuel Terminal Meulaboh 0.02
MOR I Fuel Terminal Natuna Group 0.02
MOR I Fuel Terminal G. Sitoli 0.07
MOR I Fuel Terminal Tembilahan 0.07
MOR I Fuel Terminal Kijang 0.02
MOR I Fuel Terminal Sabang 0.07
MOR I Fuel Terminal Simeulue 0.02
MOR I LPG Terminal Pangkalan Susu 0.02
S&D I 0.07

32
P7.a. Working Losses – Cont’d
PMS Coordinator

SETTING KPI SETTING KPI SETTING KPI


Periode Region Terminal WORKING LOSS Periode Region Terminal WORKING LOSS Region Terminal WORKING LOSS
TH.2021 TH.2021 TH.2021
2020 MOR IV Integrated Terminal Semarang 0.04 2020 MOR V Integrated Terminal Surabaya 0.04 MOR VI Integrated Terminal Balikpapan 0.07
2020 MOR IV Integrated Terminal Cilacap 0.04 2020 MOR V Fuel Terminal Tuban 0.10 MOR VI Fuel Terminal Samarinda 0.07
2020 MOR IV Fuel Terminal Lomanis 0.20 2020 MOR V Fuel Terminal Madiun 0.07 MOR VI Integrated Terminal Banjarmasin 0.06
2020 MOR IV Fuel Terminal Boyolali 0.02 2020 MOR V Fuel Terminal Malang 0.06 MOR VI Fuel Terminal Pulang Pisau 0.07
2020 MOR IV Fuel Terminal Maos 0.02 2020 MOR V Integrated Terminal Tg. Wangi 0.06 MOR VI Fuel Terminal Pangkalan Bun 0.06
2020 MOR IV Fuel Terminal Rewulu 0.02 2020 MOR V Fuel Terminal Camplong 0.07 MOR VI Integrated Terminal Pontianak 0.07
2020 MOR IV Fuel Terminal Tegal 0.04 2020 MOR V Integrated Terminal Ampenan 0.06 MOR VI Fuel Terminal Sampit 0.07
S&D IV 0.07 2020 MOR V Fuel Terminal Badas 0.07 MOR VI Fuel Terminal Sintang 0.07
2020 MOR V Integrated Terminal Manggis 0.06 MOR VI Fuel Terminal Tarakan 0.06
2020 MOR V Fuel Terminal Benoa/Sanggaran 0.06 MOR VI Fuel Terminal Kotabaru 0.07
2020 MOR V Fuel Terminal Bima 0.06 S&D VI 0.07
2020 MOR V Fuel Terminal Atapupu 0.06
2020 MOR V Fuel Terminal Ende 0.07
2020 MOR V Fuel Terminal Kalabahi 0.07
2020 MOR V Fuel Terminal Maumere 0.07
2020 MOR V Fuel Terminal Reo 0.07
2020 MOR V Fuel Terminal Kupang 0.07
2020 MOR V Fuel Terminal Waingapu 0.07
S&D V 0.07

33
P7.a. Working Losses – Cont’d
PMS Coordinator

SETTING KPI SETTING KPI


Region Terminal WORKING LOSS Region Terminal WORKING LOSS
TH.2021 TH.2021
MOR VII Integrated Terminal Makassar 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Jayapura 0.07
MOR VII Fuel Terminal Baubau 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Sorong 0.06
MOR VII Fuel Terminal Pare-Pare 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Biak 0.06
MOR VII Fuel Terminal Kendari 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Kaimana 0.07
MOR VII Fuel Terminal Palopo 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Manokwari 0.06
MOR VII Fuel Terminal Kolaka 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Nabire 0.06
MOR VII Fuel Terminal Raha 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Serui 0.07
MOR VII Fuel Terminal Luwuk 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Fak-Fak 0.07
MOR VII Fuel Terminal Banggai 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Merauke 0.06
MOR VII Integrated Terminal Bitung 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Wayame 0.07
MOR VII Fuel Terminal Gorontalo 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Ternate 0.07
MOR VII Integrated Terminal Donggala / Palu 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Tobelo 0.07
MOR VII Fuel Terminal Poso 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Tual 0.06
MOR VII Fuel Terminal Tahuna 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Dobo 0.07
MOR VII Fuel Terminal Toli-Toli 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Bula 0.07
S&D VII 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Labuha 0.07
MOR VIII Fuel Terminal Namlea 0.07
MOR VIII Fuel Terminal Saumlaki 0.07
MOR VIII Fuel Terminal Sanana 0.07
MOR VIII Fuel Terminal Masohi 0.07
S&D VIII 0.07

34
P7.b. Supply Loss (R4) – Performance Basis
PMS Coordinator

Definisi Mengukur kinerja pengelolaan proses serah terima BBM & LPG pada moda kapal yang meliputi kegiatan pemuatan / pembongkaran, transportasi /
distribusi, dalam bentuk selisih/diskrepansi
Rumusan a. Perhitungan R-4 untuk single port

b. Perhitungan R-4 untuk multiport.


Port Pertama Port Selanjutnya

c. Perhitungan dan pelaporan supply loss dibuat dalam satuan Barrel 60oF mengacukepadatable ASTM D1250
d. KonversisaatuandiacupadaSK DirutNo. Kpts074/C0000/96-B1
e. Supply Loss dilengkapiinformasidari Supply Loss Kapal

Satuan %
Target Untuk Nasional 0.13 sesuai NR-011/J00600/2019-S0 tanggal 11 Sept 2019
Khusus untuk target Region dan Terminal dihitung dengan memperhitungkan realisasi tahun sebelumnya

Masing – masing target supply loss di konversi ke 100% dengan perhitungan performance KPI mengacu pada tabel target clustering
Polaritas Semakin besar semakin baik
Tujuan Menentukan seberapa efisien PT. Pertamina (Persero) dalam mendistribusikan Produk BBM & LPG secara kumulatif Via moda Kapal yang terjadi dalam
transaksi serah terima STO, procurement dan sales di dalam sistem ERP yang akan berdampak langsung kepada laporan keuangan
Frekuensi Monitoring Triwulanan
Pengelola KPI (KPI Owner) Fungsi Integrated Losses Control

35
P7.b. Supply Loss (R4) – Cont’d
PMS Coordinator

Pengelola KPI (KPI Owner) 1. VP Supply & Distribution Planning


2. VP Terminal Operation

Catatan:
Mengacu Pedoman Penanganan Dan Pengawasan Susut Minyak Mentah & Produk No. A-001/H00000/2017-S9
Sumber Data Data diambil dari SAP oleh fungsi SPC yang kemudian diolah menjadi Laporan oleh fungsi Management Accounting
Scoring Maksimum skor 110%

Target Clustering dan perhitungan performance KPI untuk Supply Loss mengacu pada tabel sebagai berikut :
Target KPI Perhitungan Bobot KPI R4 (Terminal & MOR)
0.04
-Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 10% dari 100%
CLUSTER I
-Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 10% dari 100% (maksimal 110%)
0.05

0.06
-Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 8% dari 100%
CLUSTER II
-Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 8% dari 100% (maksimal 110%)
0.07

0.08
-Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 6% dari 100%
CLUSTER III
-Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 6% dari 100% (maksimal 110%)
0.09

0.10
-Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 4% dari 100%
CLUSTER IV
-Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 4% dari 100% (maksimal 110%)
0.11

0.12
-Setiap Kenaikan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI dikurangi 2% dari 100%
CLUSTER V
-Setiap penurunan Losses 0,01% dari target, maka Bobot KPI ditambah 2% dari 100% (maksimal 110%)
0.13

Target untuk tiap Manager Region S&D dan Lokasi dibedakan sesuai dengan kondisi operasi sesuai tabel terlampir

36
P7.b. Supply Losses (R4) – Cont’d
Perhitungan Target Supply Loss Region dan Terminal PMS Coordinator

SETTING KPI SETTING KPI SETTING KPI


Region Terminal SUPPLY LOSS Region Terminal SUPPLY LOSS Region Terminal SUPPLY LOSS
TH.2021 TH.2021 TH.2021
MOR I Fuel Terminal Medan Group 0.13 MOR II Fuel Terminal Jambi 0.12 MOR III Integrated Terminal Jakarta 0.07
MOR I Integrated Terminal Tg. Uban 0.13 MOR II Fuel Terminal Pulau Baai 0.08 MOR III Integrated Terminal Balongan 0.10
MOR I Fuel Terminal P. Sambu 0.04 MOR II Fuel Terminal Baturaja - MOR III Fuel Terminal Tg. Gerem 0.13
MOR I Integrated Terminal Teluk Kabung 0.06 MOR II Fuel Terminal Lahat - MOR III Fuel Terminal Cikampek -
MOR I Fuel Terminal Siak 0.13 MOR II Fuel Terminal Lubuk Linggau - MOR III Fuel Terminal Padalarang -
MOR I Integrated Terminal Dumai 0.06 MOR II Integrated Terminal Palembang 0.13 MOR III Fuel Terminal Tasikmalaya -
MOR I Fuel Terminal Kisaran - MOR II Integrated Terminal Panjang 0.11 MOR III Fuel Terminal Ujung Berung -
MOR I Fuel Terminal P. Siantar - MOR II Fuel Terminal Pangkal Balam 0.13 MOR III LPG Terminal Tanjung Sekong 0.07
MOR I Fuel Terminal Sibolga 0.04 S&D II 0.12 S&D III 0.10
MOR I Fuel Terminal Lhok Seumawe 0.04
MOR I Fuel Terminal Krueng Raya 0.06
MOR I Fuel Terminal Meulaboh 0.06
MOR I Fuel Terminal Natuna Group 0.04
MOR I Fuel Terminal G. Sitoli 0.08
MOR I Fuel Terminal Tembilahan 0.13
MOR I Fuel Terminal Kijang 0.13
MOR I Fuel Terminal Sabang 0.04
MOR I Fuel Terminal Simeulue 0.08
MOR I LPG Terminal Pangkalan Susu 0.08
S&D I 0.11

38
P7.b. Supply Losses (R4) – Cont’d
Perhitungan Target Supply Loss Region dan Terminal PMS Coordinator

SETTING KPI SETTING KPI SETTING KPI


Region Terminal SUPPLY LOSS Region Terminal SUPPLY LOSS Region Terminal SUPPLY LOSS
TH.2021 TH.2021 TH.2021
MOR IV Integrated Terminal Semarang 0.07 MOR V Integrated Terminal Surabaya 0.07 MOR VI Integrated Terminal Balikpapan 0.13
MOR IV Integrated Terminal Cilacap 0.06 MOR V Fuel Terminal Tuban 0.13 MOR VI Fuel Terminal Samarinda 0.13
MOR IV Fuel Terminal Lomanis 0.07 MOR V Fuel Terminal Madiun - MOR VI Integrated Terminal Banjarmasin 0.13
MOR IV Fuel Terminal Boyolali - MOR V Fuel Terminal Malang - MOR VI Fuel Terminal Pulang Pisau 0.13
MOR IV Fuel Terminal Maos - MOR V Integrated Terminal Tg. Wangi 0.07 MOR VI Fuel Terminal Pangkalan Bun 0.04
MOR IV Fuel Terminal Rewulu - MOR V Fuel Terminal Camplong 0.09 MOR VI Integrated Terminal Pontianak 0.11
MOR IV Fuel Terminal Tegal - MOR V Integrated Terminal Ampenan 0.08 MOR VI Fuel Terminal Sampit 0.13
S&D IV 0.07 MOR V Fuel Terminal Badas 0.12 MOR VI Fuel Terminal Sintang 0.13
MOR V Integrated Terminal Manggis 0.06 MOR VI Fuel Terminal Tarakan 0.13
MOR V Fuel Terminal Benoa/Sanggaran 0.13 MOR VI Fuel Terminal Kotabaru 0.13
MOR V Fuel Terminal Bima 0.11 S&D VI 0.13
MOR V Fuel Terminal Atapupu 0.13
MOR V Fuel Terminal Ende 0.13
MOR V Fuel Terminal Kalabahi 0.13
MOR V Fuel Terminal Maumere 0.13
MOR V Fuel Terminal Reo 0.13
MOR V Fuel Terminal Kupang 0.12
MOR V Fuel Terminal Waingapu 0.13
S&D V 0.09

39
P7.b. Supply Losses (R4) – Cont’d
Perhitungan Target Supply Loss Region dan Terminal PMS Coordinator

SETTING KPI SETTING KPI


Region Terminal SUPPLY LOSS Region Terminal SUPPLY LOSS
TH.2021 TH.2021
MOR VII Integrated Terminal Makassar 0.07 MOR VIII Fuel Terminal Jayapura 0.05
MOR VII Fuel Terminal Baubau 0.13 MOR VIII Fuel Terminal Sorong 0.04
MOR VII Fuel Terminal Pare-Pare 0.08 MOR VIII Fuel Terminal Biak 0.04
MOR VII Fuel Terminal Kendari 0.04 MOR VIII Fuel Terminal Kaimana 0.13
MOR VII Fuel Terminal Palopo 0.04 MOR VIII Fuel Terminal Manokwari 0.05
MOR VII Fuel Terminal Kolaka 0.05 MOR VIII Fuel Terminal Nabire 0.04
MOR VII Fuel Terminal Raha 0.04 MOR VIII Fuel Terminal Serui 0.07
MOR VII Fuel Terminal Luwuk 0.13 MOR VIII Fuel Terminal Fak-Fak 0.13
MOR VII Fuel Terminal Banggai 0.13 MOR VIII Fuel Terminal Merauke 0.13
MOR VII Integrated Terminal Bitung 0.13 MOR VIII Fuel Terminal Wayame 0.13
MOR VII Fuel Terminal Gorontalo 0.13 MOR VIII Fuel Terminal Ternate 0.13
MOR VII Integrated Terminal Donggala / Palu 0.13 MOR VIII Fuel Terminal Tobelo 0.13
MOR VII Fuel Terminal Poso 0.11 MOR VIII Fuel Terminal Tual 0.13
MOR VII Fuel Terminal Tahuna 0.13 MOR VIII Fuel Terminal Dobo 0.13
MOR VII Fuel Terminal Toli-Toli 0.06 MOR VIII Fuel Terminal Bula 0.13
S&D VII 0.11 MOR VIII Fuel Terminal Labuha 0.13
MOR VIII Fuel Terminal Namlea 0.10
MOR VIII Fuel Terminal Saumlaki 0.13
MOR VIII Fuel Terminal Sanana 0.09
MOR VIII Fuel Terminal Masohi 0.13
S&D VIII 0.13

40
P7.c. Transport Losses (Land Supply)
PMS Coordinator
Definisi • KPI yang mengukur Presentasi akumulasi volume yang losses dibandingkan dengan volume pengiriman di bulan yang sama
berdasarkan data yang didapat dari ODI (Online Delivery Info)
• Losses : Selisih kurang antara volume LO mobil tanki dibandingkan dengan perhitungan BBM berdasarkan selisih antar Ijk Bout
mobil tanki (T2) dengan hasil Sounding. Kemudian petugas memasukan data yang telah diakui oleh AMT 1 dan selanjutnya
diinput lalu terkalkulasi di Sistem ODI transport Loss
Rumusan  Vol LO : Volume LO MT
 Losses : T2 – Hasil Sounding
 Volume Losses : Selisih Level (mm) x Kepekaan

 R2 (%) = Vol Losses x 100 %


Vol LO
Satuan %

Target 0,15
Polaritas Semakin rendah semakin baik
Tujuan Untuk mengetahui dan mengukur seberapa baik PT Pertamina (Persero ) dan Anak Perusahaan dalam mengelola losses pengiriman
Mobil Tangki
Frekuensi  Pelaporan dan monitoring: Bulanan
Pelaporan  Realisasi KPI: Triwulanan
PIC 1. Fleet Management
2. Quality & Quantity
Pemilik KPI Level jabatan VP, Manager Kantor Pusat
Sumber Data  Sistem ODI (On Line Delivery Info) dan dokumen pendukung (Surat LO & Berita Acara Losses)
Keterangan Maksimum skor 110%
Cara perhitungan :
- Jika realisasi ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
- Jika realisasi < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

41
PMS Coordinator

KPI Hal.

Learning & Growth (L) L1. Realisasi Investasi (Progress Fisik)


L2. New Custody Transfer
L3. Enhancement Reliability, Optimization & Commercialization Infrastructure Logistic
L4. Percepatan Project Kemitraan Infrastruktur Hilir
L5. Pengembangan Masterplan Infrastruktur Energi
L6. Learning Hours

42
L1. Realisasi Investasi – Progress Fisik
PMS Coordinator

Definisi Mengukur pencapaian realisasi Progress Fisik (overall progress) untuk kategori Business Development (BD) yang direncanakan

Rumusan • Total (weighted berdasarkan phasing out ABI Tahun Berjalan) realisasi progress fisik setiap proyek dibandingkan dengan rencana
progress fisik setiap proyek kategori BD
• Formula perhitungan kinerja:

σ Real Des Tahun berjalan x Weighted Phasing−out ABI Tahun Berjalan − σ Real Y−1 x Weighted Phasing−out ABI Tahun Berjalan
Rumus = σ Plan Des Tahun berjalan x Weighted Phasing−out ABI Tahun Berjalan − σ Real Y−1 x Weighted Phasing−out ABI Tahun Berjalan

Dimana: Y-1 = tahun sebelumnya


• Apabila terjadi perubahan rencana kerja pada RKAP Tahun Berjalan, maka sepanjang menambah/percepatan rencana
kerja/target, maka dapat dilakukan revisi dengan persetujuan mengacu kepada Pedoman RKAP dan STK Investasi
• Baseline perhitungan realisasi progres fisik adalah data proyek yang sudah dilaporkan/di update melalui Sistem Informasi
Investasi Pertamina (SIIP)
• Acuan target adalah sesuai dengan persetujuan RKAP terakhir yang disetujui
Satuan %
Target 90
Bobot Disesuaikan dengan Kebijakan KPI di tahun berjalan
Polaritas Semakin sesuai target rencana semakin baik
Tujuan Memastikan rencana progress fisik proyek dalam setiap proyek berjalan sesuai dengan rencana.
Frekuensi Pelaporan Triwulanan
Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat Logistik & Infrastruktur (Holding)
Seluruh Direktorat (Holding), Fungsi Leher (Holding) dan seluruh Subholding terkait proyek sebagaimana Kebijakan KPI tahun
Pemilik KPI (KPI Holder)
berjalan

43
L1. Realisasi Investasi – Progress Fisik – cont’d
PMS Coordinator

Sumber Data Laporan Realisasi Investasi Tahap Pelaksanaan


Keterangan Maksimum skor 110%.
Contoh perhitungan :
• Jika realisasi Progress Fisik ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
• Jika realisasi Progress Fisik < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

Catatan Khusus:
• Realisasi KPI pada level jabatan L0D (Direksi) dan Kepala Fungsi Leher terbatas menggunakan realisasi Progress Fisik (overall
progress) untuk kategori Business Development (BD) yang direncanakan
• Realisasi KPI pada jabatan pemilik KPI level SVP/Setara dan VP/GM/Setara dapat ditambahkan dengan realisasi Progress Fisik
untuk kategori Non-Business Development (NBD) jika ada, sebagaimana yang dikelola pada masing-masing divisi/fungsinya di
tahun berjalan. Perhitungan realisasi dilakukan secara proporsional terhadap pencapaian masing-masing kategori BD dan NBD

44
L2. New Custody Transfer
PMS Coordinator
Definisi KPI yang mengukur penyelesaian implementasi verifikasi sarfas penerimaan BBM, pengawalan pengiriman BBM dan verifikasi pembongkaran
BBM beserta kajian teknisnya di SPBU Percontohan untuk mengkaji penggunaan ATG tangki pendam sebagai custody transfer
Rumusan • Formula Perhitungan Sub KPI Verifikasi dan Evaluasi New Custody Transfer di SPBU Percontohan (50%):

Formula = Total SPBU Percontohan yang telah dilakukan verifikasi dan evaluasi New Custody Transfer X 100%
Total target jumlah SPBU Percontohan yang harus dilakukan verifikasi dan evaluasi

• Formula Perhitungan Sub KPI Kajian Teknis New Custody Transfer di SPBU Percontohan (50%):

Formula = Total SPBU Percontohan yang telah dilakukan kajian teknis New Custody Transfer X 100%
Total target jumlah SPBU Percontohan yang harus dilakukan kajian teknis
 Target jumlah SPBU Percontohan New Custody Transfer di tahun 2021 adalah 16 SPBU terpilih
 Verifikasi dan Evaluasi New Custody Transfer berupa verifikasi sarfas penerimaan BBM, pengawalan pengiriman BBM dan verifikasi
pembongkaran BBM menggunakan ATG tangki pendam di SPBU Percontohan selama 30 hari berturut-turut.
 Kajian Teknis New Custody Transfer berupa hasil studi literature dan empiris yang disusun setelah verifikasi dan evaluasi SPBU Percontohan.
Satuan %
Target 100%
Bobot Semakin tinggi semakin baik
Polaritas Menentukan seberapa baik PT Pertamina (Persero ) dan Anak Perusahaan dalam upaya verifikasi dan evaluasi beserta mengkaji dari sisi
teknis pada SPBU Percontohan untuk penggunaan ATG tangki pendam sebagai custody transfer
Tujuan  Pelaporan dan monitoring: Mingguan
 Realisasi KPI: Triwulanan

Frekuensi Pelaporan 1. Fungsi Supply & Distribution Planning 3. Fungsi Fuel Sales
2. Fungsi Terminal Operation
Pengelola KPI (KPI VP Terminal Operation, VP S&DP, Manager Quality & Quantity Compliance
Owner)
Sumber Data  Proses pengambilan data KPI dilakukan setelah proses verifikasi, evaluasi dan kajian teknis selesai di akhir tahun
Scoring Dengan target penyelesaian di bulan Okt 2021 (bulan ke-10), maka pembobotan skor juga mempertimbangkan kecepatan pemenuhan program
Jika realisasi selesai pada bulan ke-n maka skor : 100% + ((10-n) x 5%)
45
L3. Enhancement Reliability, Optimization & Commercialization
Infrastructure Logistic PMS Coordinator

Definisi Peningkatan kehandalan dengan melakukan revitalisasi dan melakukan optimalisasi infrastruktur eksisting Pertamina melalui sinergi
dan utilisasi untuk memberikan nilai tambah untuk Perusahaan.
Rumusan Formula Perhitungan Kerja :
σ Real Workplan x Weighted Project
Rumus = σ Plan Workplan x Weighted Project

Target/Deliverable
No Proyek Weighted TW I TW II TW III TW IV
1 Revitalisasi Sarana Tambat 20% 33 lokasi
(100%)
2 TBBM Sambu 20% Commenced on Date
(100%)
3 TLPG Hub Bontang 20% Kajian conseptual study Penyelesaian dokumen Gate review Persetujuan management
(kajian awal) selesai (30%) teknis (30%) (30%) (10%)
4 Sinergi Infrastruktur Subholding 20% Kajian conseptual study Penyelesaian dokumen Gate review Persetujuan management
C&T untuk Gasifikasi PLN (kajian awal) selesai (30%) teknis (30%) (30%) (10%)
5 Revitalisasi Terminal LPG Arun 20% Commissioning
Completed
(100%)
TOTAL 100%

Satuan %
Target 100%
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan  Kehandalan sarfas/infrastruktur logistic meningkat
 Mengoptimalkan infrastruktur eksisting Pertamina sehingga memberikan nilai tambah untuk Pertamina Group.
Frekuensi Pelaporan Triwulanan

46
L3. Enhancement Reliability, Optimization & Commercialization
Infrastructure Logistic – Cont’d PMS Coordinator

Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat Logistik & Infrastruktur (Holding) – SVP Infrastructure Integration & Optimization
Pemilik KPI (KPI Holder) Direktorat LI, Direktorat Holding terkait, dan Subholding terkait proyek sebagaimana Kebijakan KPI tahun berjalan
Sumber Data Laporan realisasi project dari tim terkait ke Direktur Utama dan/atau Pemberi Penugasan.
Scoring Maksimum skor 110% (deliverable ahead)
Contoh perhitungan :
• Jika realisasi Progress ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
• Jika realisasi Progress < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%
No. Proyek Penambahan Skor Pengurangan Skor
1 Revitalisasi Sarana Tambat Jika realisasi Progress ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, Jika realisasi Progress < target, maka skor = (realisasi/target) x
maksimal 110% 100%
2 TBBM Sambu Jika realisasi milestone akhir < target, untuk setiap percepatan 1 minggu Jika realisasi > target, untuk setiap keterlambatan 1 minggu dari
dari target dan kelipatannya (pembulatan ke atas), mendapatkan target milestone akhir dan kelipatannya (pembulatan ke atas),
tambahan skor kinerja 1% dan kelipatannya: 100% + (#minggu dikenakan deduksi kinerja 1% dan kelipatannya: 100% -
percepatan x 1%); maksimum 110% (#minggu keterlambatan x 1%)

Jika realisasi > 31 Desember 2021: skor 90%

3 TLPG Hub Bontang Jika realisasi milestone akhir < target, untuk setiap percepatan 1 minggu Jika realisasi > 31 Desember 2021: skor mengikuti milestone
dari target dan kelipatannya (pembulatan ke atas), mendapatkan terakhir yang telah dicapai.
tambahan skor kinerja 1% dan kelipatannya: 100% + (#minggu
percepatan x 1%); maksimum 110%
4 Sinergi Infrastruktur Subholding C&T untuk Jika realisasi milestone akhir < target, untuk setiap percepatan 1 minggu Jika realisasi > 31 Desember 2021: skor mengikuti milestone
Gasifikasi PLN dari target dan kelipatannya (pembulatan ke atas), mendapatkan terakhir yang telah dicapai.
tambahan skor kinerja 1% dan kelipatannya: 100% + (#minggu
percepatan x 1%); maksimum 110%
5 Revitalisasi Terminal LPG Arun Jika realisasi milestone akhir < target, untuk setiap percepatan 1 minggu Jika realisasi > target, untuk setiap keterlambatan 1 minggu dari
dari target dan kelipatannya (pembulatan ke atas), mendapatkan target milestone akhir dan kelipatannya (pembulatan ke atas),
tambahan skor kinerja 1% dan kelipatannya: 100% + (#minggu dikenakan deduksi kinerja 1% dan kelipatannya: 100% -
percepatan x 1%); maksimum 110% (#minggu keterlambatan x 1%)

Jika realisasi > 31 Desember 2021: skor 90%

47
L3. Enhancement Reliability, Optimization & Commercialization Updated
Infrastructure Logistic – Cont’d 30/03/2021
Rencana Penyelesaian Revitalisasi Sarana Tambat Agreed

No Lokasi Kapasitas Keterangan No Lokasi Kapasitas Keterangan


1 Pulau Baai 6.500 DWT Jetty 23 Samarinda 3.500 DWT Jetty 2
TT. Manggis - 24 Wayame 35.000 DWT Jetty 2
2 Bali 6.500 DWT Jetty 1 25 Biak 18.000 DWT Jetty
3 Tg. Uban 6.500 DWT Jetty 3 26 Pangkalan Susu 3.500 DWT Jetty C & D
4 Belawan 35.000 DWT SPM 27 Simeulue 6.500 DWT CBM
5 Tg. Gerem 1.500 DWT Jetty 3 28 Meulaboh 6.500 DWT CBM
6 Tg. Wangi 17.000 DWT Jetty 1 29 Ranai Natuna 6.500 DWT CBM
7 Donggala 1000-7.000 DWT Jetty 30 Sibolga NAD 6.500 DWT CBM
1.500-5.000 31 Tembilahan 6.500 DWT Jetty
8 Tobello DWT Jetty 32 Pangkal Balam 3.500 DWT Jetty
9 Manokwari 1.500 DWT Jetty 33 Banjarmasin 1000 DWT Jetty 2
10 Kaimana 3.500 DWT Jetty
11 Makassar 19.000 DWT Jetty 1
Catatan:
12 Bitung 17.500 DWT Jetty 1
1. Apabila project revitalisasi sarana tambat yang tidak termasuk dalam list berikut selesai
13 Semarang 35.000 DWT SPM lebih cepat, maka dapat menggantikan project yang terlambat.
14 Tahuna 3.500 DWT Jetty
15 Banggai 3.500 DWT Jetty
16 Larantuka 1.500 DWT Jetty
17 Maumere 6.500 DWT Jetty
18 Tahuna 3.500 DWT Jetty
19 Sabang 6.500 DWT Jetty
20 Teluk Kabung 35.000 DWT Jetty 1
21 Pulang Pisau 3.500 DWT Jetty
22 Tarakan 1.500 dwt Jetty 2

48
L4. Percepatan Project Kemitraan Infrastruktur Hilir
PMS Coordinator

Definisi Upaya percepatan pengembangan infrastruktur logistik menggunakan skema kemitraan


Rumusan σ Real Workplan x Weighted Project
Rumus = σ Plan Workplan x Weighted Project

No Items Weighted TW I TW II TW III TW IV


1 Proyek Kemitraan SH 60% Penyusunan STK Proses pengusulan FEED FID
C&T Kemitraan investasi &
penunjukkan mitra
2 Proyek Kemitraan SH 40% Penyusunan STK Proses pengusulan FEED FID
Shipping Co. Kemitraan investasi &
penunjukkan mitra

Satuan %
Target 100
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Memberikan nilai tambah pada infrastruktur eksisting untuk Pertamina Group.
Frekuensi Pelaporan Triwulanan
Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat Logistik & Infrastruktur (Holding) – SVP Infrastructure Integration & Optimization
Direktur Logistik & Infrastruktur, SVP IIO dan VP IMP serta direktur teknis Subholding terkait proyek sebagaimana Kebijakan KPI
Pemilik KPI (KPI Holder)
tahun berjalan
Data Laporan progress proyek
Maksimum skor 110% (deliverable ahead)
Contoh perhitungan :
• Jika realisasi Progress ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
Scoring • Jika realisasi Progress < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

• Jika FID ditandatangani ≤ 31 Desember 2021: skor 110% 49


• Jika realisasi > 31 Desember 2021: skor mengikuti milestone terakhir yang telah dicapai
L4. Percepatan Project Kemitraan Infrastruktur Hilir – Cont‘d
PMS Coordinator

List Proyek A. LIST PROYEK SH C&T B. LIST PROYEK SH SHIPPING CO.

1. TBBM Labuan Bajo 1. Pembangunan 1 Kapal Midsize LPG


• Skema: BBHP
2. TLPG Kolaka
2. Pembangunan 1 Kapal Midsize LPG
3. TBBM Sulawesi Barat/Mamuju • Skema: BBHP
4. NGS TBBM Cikampek
5. NGS TBBM Teluk Kabung
6. NGS TBBM Manggis

*Proyek dapat berubah sewaktu waktu menyesuaikan dengan kondisi dan


arahan dari manajemen
Note:
• Investasi meliputi Non Business Development, Business Development organik maupun anorganik, komitmen dan
kerjasama bisnis namun tidak terbatas pada transaksi pembentukan perusahaan patungan (joint venture), kerjasama
operasi, sewa, built operate-transfer ataupun build transfer-operate, offtake agreement, serta calon equity investor
• Apabila terjadi perubahan rencana kerja baik list project maupun milestonenya, maka sepanjang menambah/percepatan
rencana kerja/target dapat dilakukan. Apabila mundur dari rencana kerja, maka dilakukan revisi melalui persetujuan
atau kesepakatan dari Direktur Logistik & Infrastructure dan Dirut Subholding dan diketahui oleh Direktur Utama.

50
L5. Pengembangan Masterplan Infrastruktur Energi
PMS Coordinator

Definisi Tersedianya masterplan infrastruktur energi Pertamina terintegrasi


Rumusan σ Real Workplan x Weighted Project
Rumus = σ Plan Workplan x Weighted Project

Milestone Masterplan Energi Pertamina


No. Activities Weighted TW I TW II TW III TW IV
1 Database Masterplan 70% Pemutakhiran Alignment database
Infrastructure database masterplan
2 Masterplan Infrastructure 30% Penyusunan buku & Pencetakan/launchin
Handbook Digital desain handbook g masterplan
handbook

Satuan %
Target 100
Bobot Disesuaikan dengan Kebijakan KPI di tahun berjalan
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Memberikan nilai tambah pada infrastruktur eksisting untuk Pertamina Group.
Frekuensi Pelaporan Triwulanan
Pengelola KPI (KPI Owner) Direktorat Logistik & Infrastruktur (Holding) – SVP Infrastructure Integration & Optimization
Direktur Logistik & Infrastruktur, SVP IIO dan VP IMP terkait serta seluruh Direktur Teknis Subholding terkait proyek sebagaimana
Pemilik KPI (KPI Holder)
Kebijakan KPI tahun berjalan
Data Laporan progress aktifitas

51
L5. Pengembangan Masterplan Infrastruktur Energi – Cont‘d Updated
23/03/2021
Agreed

Maksimum skor 110%


Contoh perhitungan :
• Jika realisasi Progress ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
• Jika realisasi Progress < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

Scoring • Jika realisasi milestone akhir < target, untuk setiap percepatan 1 minggu dari target dan kelipatannya (pembulatan ke atas),
mendapatkan tambahan skor kinerja 1% dan kelipatannya: 100% + (#minggu percepatan x 1%); maksimum 110%
• Jika realisasi > target, untuk setiap keterlambatan 1 minggu dari target milestone akhir dan kelipatannya (pembulatan ke atas),
dikenakan deduksi kinerja 1% dan kelipatannya: 100% - (#minggu keterlambatan x 1%)
• Jika realisasi > 31 Desember 2021: skor 90%

52
L6. Learning Hours
PMS Coordinator

Definisi Pengukuran pencapaian rata – rata jumlah learning hour pekerja di masing-masing Fungsi
Rumusan 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 = Total Learning Hour di masing−masing Fungsi / Jumlah pekerja di masing−masing Fungsi
Satuan Jam Pembelajaran
Target 250 Jam Pembelajaran (TW I : 50 - TW II : 120, TW III : 200, TW IV : 250)
Bobot (disesuaikan dengan lembar penetapan KPI yang disepakati di masing-masing perusahaan)
Polaritas Semakin besar semakin baik
Tujuan Mengukur tingkat proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kompetensi pekerja
Frekuensi Pelaporan Triwulanan (Quarterly)
PIC Fungsi HC di Sub Holding/Anak Perusahaan yang mempunyai tugas dan tanggung dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
dan berkoordinasi dengan PCU
Pemilik KPI Fungsi Pemegang KPI
Sumber Data Data diperoleh melalui rekap perolehan Learning Hour yang dilakukan oleh Fungsi PCU dan HC SH/AP
Keterangan Maksimum skor 110%
Cara perhitungan :
- Jika realisasi ≥ target, maka skor = (realisasi/target) x 100%, maksimal 110%
- Jika realisasi < target, maka skor = (realisasi/target) x 100%

53
L6. Learning Hours – cont’d
PMS Coordinator

Learning Method Definisi Konversi LH Detail aktivitas

1. Classroom Training (TEM) Training yang di selenggarakan oleh/melalui PCU satu hari training dihitung 10 1 hari = 10 jam pembelajaran All training in class dan
jam pembelajaran (1 jam pembelajaran setara 45 menit aktual), include 1 jam pembelajaran setara 45 Online classroom
OnlineClassroom training yang diselenggarakan sebagai konversi classroom menit actual (diinput oleh PCU training yang diarrange
training – (jam pembelajaran tetap hanya saja delivery nya disesuaikan dengan melalui data TEM SAP) oleh perusahaan
kondisi WFH yakni 4-5 jam per/hari)
2. Mobile Learning / E-Learning Metode pembelajaran yang dilakukan melaui metode mobile learning (ruang konversi learning hours 1. Ruang kerja
kerja/portal lainnya yg difasilitasi PCU) dan E learning PCU. mengacu kepada tabel terlampir 2. Aplikasi mobile
(diinput oleh PCU) learning lain
3. Coaching/Mentoring • Setiap proses coaching/mentoring (offline & online)yang melibatkan pekerja 3 jam pembelajaran 1 kali 1. Coaching di
pertamina sebagai coach/mentor maupun coachee/mentee, serta coaching (dicatatkan melalui aplikasi people
coach/mentor external maupun internal dalam rangka pengembangan menu ongoing coaching pada review
kompetensi pekerja, dengan 3 jam pembelajaran per satu kali aplikasi People Review) 2. Coaching yg
coaching/mentoring. menjadi bagian
pembelajaran
• Seluruh program development yang melibatkan proses coaching/mentoring program TDA
(Catalyser, TDA mile, GM Academy, CFO academy, baik dengan mile, Catalysr,
coach/mentor external maupun internal, termasuk coaching EPD, coaching GM Academy,
dengan pihak eksternal) CFO academy
4. Leaders Forum /Leaders Pembelajaran secara tatap muka ataupun online berupa pembelajaran yang Sesuai aktual jam 1. Leaders forum
insight diberikan oleh expert dalam bentuk sharing pengalaman, insight ataupun penyelenggaraan (diinput oleh 2. Leaders insight
inspirational thoughts PCU) 3. Directorship
4. Legal forum
5.Upskilling internal /Eksternal Pembelajaran dalam bentuk sosialisasi, bedah buku, sharing internal baik tatap Dilaporkan ke PCU melalui e- Benchmark/Bedah
muka maupun online learning sesuai aktual jam Buku/Sosialisasi
upskilling

54
L6. Learning Hours – cont’d
PMS Coordinator

Learning Method Definisi Konversi LH Detail aktivitas

6. Pengajar Internal / Pembelajaran melalui pemberian materi pengajaran dalam hal ini sebagai narasumber p Dilaporkan ke PCU melalui e- Sebagai narasumber
Narasumber / engetahuan, pengalaman, kasus yang diberikan untuk pihak internal maupun eksternal d learning sesuai aktual jam internal maupun
Pembicara Internal atau alam bentuk Sharing Knowledge, Sosialisasi, Workshop, dll yang bersifat menambah Pe upskilling. eksternal
Eksternal ngetahuan
**Pengajar Internal dalam classroom/ online training akan langsung diinput oleh PCU se
suai jam actual
7. Ujian Sertifikasi Segala hal sertifikasi yang terkait dengan pengembangan individu dan/atau pekerjaan 1 hari pelaksanaan ujian sertifikasi Sertifikasi
dalam rangka memenuhi persyaratan profesi ataupun jabatan disetarakan 10 jam pembelajaran jabatan/profesi
(diinput oleh PCU)
8.Forum Webinar Jenis webinar yang dihitung adalah yang diikuti pekerja (Forum KOMET Webinar) dalam Sesuai aktual jam penyelenggaraan Forum KOMET Webinar
rangka menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
dilaporkan ke PCU melalui e-
learning
PIC dari QSKM yang akan
menyampaikan pelaporannya.
• Webinar yang dilaksanakan di luar koordinasi Fungsi QSKM, atau oleh pihak • Sesuai aktual jam Webinar selain Forum
Eksternal dalam rangka menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. penyelenggaraan dilaporkan ke KOMET Webinar
PCU melalui e-learning
• 1 event POLS = 2 jam
• POLS (Pertamina Online Learning & Sharing) pembelajaran, diinput PCU Event POLS

55
L6. Learning Hours – cont’d
PMS Coordinator

Learning Definisi Konversi LH Detail aktivitas


Method
9. Other Learning Self Study: 1 jam pembelajaran, dilaporkan ke PCU melalui e- Baca buku, journal,
Methods Pembelajaran pribadi untuk menambah pengetahuan/keterampilan dan learning menulis artikel
pengembangan lain dalam bentuk baca buku, journal, e-learning, mobile
learning
Self Study: 5 jam learning hours Sertifikasi/Training
Sertifikasi /training atas inisiasi dan biaya pribadi Pekerja dilaporkan ke PCU melalui e-learning
Feedback Assessment Centre (AC): Dilaporkan ke PCU melalui e-learning sesuai durasi Sebagai peserta
• Sesi tindak lanjut setelah pelaksanaan assessment center yang pelaksanaan feedback, yakni 2 jam pembelajaran. feedback pasca
mendukung program pengembangan pekerja. pelaksanaan
• Di Feedback AC, pekerja akan mendapatkan umpan balik dari Asesor assessment centre
mengenai hasil asesmennya, serta saran pengembangan kompetensinya
di masa depan melalui berbagai metode pengembangan yang tersedia.
• Feedback AC juga bertujuan memotivasi pekerja agar aktif berupaya
/berperan dalam setiap langkah pengembangan yang direncanakan.
Special Assignment: Dilaporkan ke PCU melalui e-learning 1. Penugasan Khusus
Bentuk pembelajaran yang mencakup beberapa penugasan dari Perusahaan sesuai durasi pelaksanaan special assignment, dengan 2. Project Assignment
kepada Pekerja seperti Penugasan Khusus, Task Force, Keikutsertaan CIP, a detail sbb: 3. Task Force
tau penugasan lain yang terkait dengan kegiatan operasional Perusahaan da 1. Penugasan selama lima (5) hari kerja berturut-turut 4. Penugasan di CIP
n dituangkan dalam Surat Perintah yang ditanda-tangani oleh Pejabat yang b atau total kumulatif, dikonversi menjadi 25 jam
erwenang. learning hours
2. Penugasan selama 21-22 hari kerja total kumulatif,
Penugasan yang tidak terkait dengan kegiatan operasional Perusahaan, seba dikonversi menjadi 100 jam kerja
gai misal keikutsertaan dalam organisasi (BDI, BAKOR, dst), bukan merupak 3. Keikutsertaan penugasan CIP: (i) Sampai dengan
an bagian dari Learning Method ini namun menjadi bagian dari Community In fase audit: 2 jam pembelajaran; (ii) sampai dengan
volvement (Individual Goal). fase presentasi: 2 jam pembelajaran
10. Sosialisasi Bentuk pembelajaran sosialisasi GCG yang bersifat mandatory dikuti oleh 2 jam pembelajaran. Sosialisasi GCG
GCG via E- pekerja yang dilaksanakan oleh fungsi CLCC (yang dituangkan dalam e-
Learning learning)
56
L6. Learning Hours – cont’d
Strategi Pencapaian Learning Hour 2021 PMS Coordinator

57
L6. Learning Hours – cont’d
Simulasi Perhitungan LH 2021 – Minimun activity (250 jam) PMS Coordinator

58
PMS Coordinator

KPI Hal.
C. Boundary KPI
C1. Number of Accident (NoA)
(Reward & Consequences)
C2. Pelaporan e-LHKPN
C3. Improvement ESG Score
C4. Pencapaian Sinergi Grup Pertamina
C5. Risk Management Implementation

C6. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit Internal & Eksternal

59
C1. Number of Accident (NoA)
PMS Coordinator

Definisi Pengelolaan aspek-aspek HSSE sesuai Surat Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No. Kpts-47/C00000/2018-S0 tanggal
19 Desember 2018 tentang Pengelolaan Health, Safety, Security & Environment (HSSE) di lingkungan PT Pertamina (Persero)
Formula FOR_01 : Incremental level budaya HSSE
FOR_02 : Number of Accident (NoA)
Rumusan Mengacu pada Lampiran IV Surat Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No. Kpts-47/C00000/2018-S0 tentang Pengelolaan
Health, Safety, Security & Environment (HSSE) di lingkungan PT Pertamina (Persero), atau sebagaimana tabel penerapan Reward &
Consequences pada bagian Keterangan di bawah
Satuan • # (jumlah kejadian) – untuk perhitungan kejadian NoA
• Skor – untuk perhitungan incremental level budaya HSSE
Target • 0 (nol) – untuk kejadian NoA
• Incremental Level Budaya HSSE (terhadap pencapaian tahun sebelumnya)
Bobot -
Polaritas • Semakin kecil semakin baik – untuk perhitungan kejadian NoA
• Semakin besar semakin baik – untuk perhitungan incremental level budaya HSSE
Kategorisasi Boundary KPI (Rewards & Consequences)
Tujuan Menjadikan aspek HSSE sebagai salah satu katalisator untuk mengubah kebiasaan / habit individu dalam bekerja secara aman yang
pada akhirnya secara bersama-sama membentuk budaya HSSE Pertamina menuju generative level
Frekuensi Pelaporan Triwulanan (NoA) dan Tahunan (level budaya HSSE)
Mekanisme Reward & Consequences hanya akan diperhitungkan di akhir tahun saja
PIC Corporate HSSE
Pemilik KPI Level jabatan Direktur (L0D) dan Kepala Fungsi Leher, atau disesuaikan dengan Lampiran Kebijakan Implementasi KPI tahun berjalan
Sumber Data Laporan fungsi Corporate HSSE

60
C1. Number of Accident (NoA) – cont’d
PMS Coordinator

Keterangan 1. Kategori NoA termasuk kejadian fatality, major oil spill (≥15 bbl), dan major property damage (direct loss ≥ USD 1 mio)
2. Besaran angka penalti didasarkan atas jumlah kejadian NoA dalam satu tahun berjalan
3. Khusus bagi Subholding/lokasi yang terlibat NoA, maka akan diberlakukan staggered penalty sebagai pengurang pencapaian KPI
Fungsi berdasarkan hasil investigasi lebih lanjut. Mekanisme pemberian konsekuensi pada insiden kategori NoA disesuaikan
dengan Lampiran IV Surat Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No. Kpts-47/C00000/2018-S0 tanggal 19
Desember 2018 tentang Pengelolaan Health, Safety, Security & Environment (HSSE) di lingkungan PT Pertamina (Persero)
Boundary (Penalti Umum) terkait NoA Incremental Level Budaya HSSE (terhadap pencapaian tahun sebelumnya)

Staggered Penalty terkait NoA (Penyesuaian dari SK-47)

61
C2. Pelaporan e-LHKPN
PMS Coordinator

Definisi Tingkat pemenuhan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dari seluruh wajib lapor selama periode berjalan
Formula Jumlah wajib lapor yang telah menyampaikan laporan e − LHKPN ∗
Jumlah wajib lapor e − LHKPN di perusahaan

Cakupan pekerja Sesuai SK Direktur Utama No. Kpts-70/C00000/2017-S0 tanggal 30 November 2017 dan Pedoman Kewajiban Penyampaian
LHKPN No. 007/M00000/2017-S0 Revisi ke-0 berlaku tmt 30 November 2017 , Wajib lapor LHKPN yaitu:
• Direksi dan Dewan Komisaris;
• SVP/setara;
• VP/setara;
• Manager/setara;
• Area/Unit/Region/Branch Manager;
• Direksi AP;
• Komisaris AP yang bukan Pekerja Tugas Perbantuan;
• VP/setara di AP;
• Manager/setara di AP
Periode pelaporan adalah setahun sekali untuk WL LHKPN periodik atau 3 (tiga) bulan sejak pertama kali menjabat jabatan yang
dikategorikan sebagai WL LHKPN/akhir menjabat/pensiun untuk WL LHKPN Khusus.
Satuan %
Target 100
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Sebagai salah satu indikator yang mendorong implementasi GCG Perusahaan yang Unggul
Frekuensi Tahunan (Annually)
Pelaporan
PIC Fungsi Compliance – Corporate Secretary
Pemilik KPI CEO Subholding
Sumber Data e-LHKPN
62
C2. Pelaporan e-LHKPN – cont’d
PMS Coordinator

Keterangan Tabel Penerapan Penalti (Consequences):

63
C3. Improvement ESG Score
PMS Coordinator

Definisi 1. ESG Score (Environmental, Social, and Governance) merupakan suatu indikator yang menilai keberlangsungan suatu perusahaan
yang saat ini menjadi barometer bagi investor dan stakeholders di tengah transisi energi
2. Aspek Environmental menjadi acuan perusahaan bagaimana memperlakukan alam, diantaranya upaya menghadapi perubahan iklim,
mengurangi emisi GHG, limbah dan polusi, serta manajemen pengelolaan energi.
3. Aspek Social mempertimbangkan hubungan perusahaan dengan pekerja, supplier, konsumen dan masyarakat serta penerapan
manajemen K3.
4. Aspek Governance mencerminkan kepemimpinan, audit dan control internal, hak pemegang saham, transparansi dan pelaporan,
struktur organisasi, penerapan dan implementasi GCG, serta kesetaraan gender.
Rumusan kenaikan nilai ESG (ESG Score) dari nilai tahun 2019, yang akan dikeluarkan oleh independent rating agency salah satunya berdasarkan
dari Sustainability Report Pertamina tahun 2020 maupun publikasi/berita/komunikasi lainnya tentang implementasi ESG Pertamina.
Adapun untuk hasil ESG Score 2020 akan dikeluarkan tentative di Q2 2021.
Satuan Delta Score
Target Score C (naik dari capaian 2019 dengan skor C-)
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Untuk menentukan seberapa baik perbaikan yang dilakukan Perusahaan atas manajemen ESG

Frekuensi Pelaporan Tahunan


Pengelola KPI (KPI SVP Corporate Communication & Investor Relation
Owner)
Pemilik KPI (KPI Direktur Holding, CEO Subholding, dan Kepala Fungsi Leher Holding, atau disesuaikan dengan Lampiran Kebijakan Implementasi KPI
Holder) tahun berjalan
Sumber Data Laporan dari independent rating agency

64
C3. Improvement ESG Score – Cont’d
PMS Coordinator

Keterangan Contoh perhitungan:


ESG Score saat ini adalah C- dan skor yang dicapai adalah C. Maka, terdapat delta kenaikan sebesar 1. Sehingga, diberikan reward
sebesar 0.5%

Tabel Penerapan Reward:

65
C4. Pencapaian Sinergi Grup Pertamina
PMS Coordinator

Definisi Pencapaian sinergi antar entitas di seluruh Pertamina Group (Holding, SH dan AP) pada tahun 2021
Didasarkan pada kenaikan realisasi sinergi sebesar 10% dari realisasi sinergi tahun sebelumnya (2020), yang dapat dilihat pada
Rumusan pencapaian inter company transaction matrix (ICT), diluar sejumlah faktor pengurang (i.e. transaksi pembelian crude dan bahan baku,
transaksi yang bersifat business-as-usual)

Satuan %

Target 10
Polaritas Semakin tinggi semakin baik mengacu kepada table rewards capaian kenaikan realisasi sinergi di bawah ini
Untuk meningkatkan sinergi bisnis di internal Pertamina Group sehingga mendorong tercapainya efisiensi, peningkatan revenue dan
Tujuan peningkatan kapabilitas AP di bidang jasa/services yang secara konsolidasi diharapkan dapat mendukung tercapainya aspirasi jangka
panjang Perusahaan
Frekuensi Monitoring Monthly (Bulanan)
Pengelola KPI (KPI
Direktorat SPPU
Owner)
Pemilik KPI (KPI Holder) Seluruh Direktorat Holding, Fungsi Leher Holding & Seluruh Subholding
Laporan Realisasi Sinergy Pertamina Group yang dikonsolidasikan oleh Direktorat SPPU
Data
Tabel perhitungan Boundary KPI:

Keterangan

66
C5. Risk Management Implementation
PMS Coordinator

Definisi Risk Management Implementation (RMI) merupakan KPI Shared turunan dari Enterprise Risk Management. Pemilik KPI RMI
merupakan dari level VP ke bawah

KPI ini merupakan implementasi proses manajemen risiko yang meliputi Risk Assessment, Risk Treatment, Monitoring & Review,
dan Communication & Consultation

• Risk Assessment yaitu penyusunan Risk Register (all risk events) dan Top Risk di Direktorat/Fungsi Leher/Anak Perusahaan di
ERM System serta adanya proses upload dokumen Top Risk Direktorat/ Fungsi Leher/Anak Perusahaan yang telah
ditandatangani oleh Pemimpin Tertinggi
• Risk Treatment yaitu perencanaan langkah mitigasi dan pelaksanaan mitigasi. Risk Treatment mengukur realisasi mitigasi
dibandingkan dengan mitigasi yang direncanakan. Proses pelaksanaan mitigasi dijadwalkan dalam bentuk form rencana
monitoring mitigasi dan pelaksanaan mitigasi dilaporkan secara berkala
• Monitoring & Review yaitu proses pengukuran & pemantauan loss events yang terjadi (actual loss) dibandingkan dengan batasan
toleransi risiko
• Communication & Consultation yaitu kegiatan pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan kapabilitas pekerja memahami
pengelolaan risiko Perusahaan. Bentuk kegiatan communication & consultation, antara lain coaching clinic, training/kursus,
workshop/sosialisasi, rapat koordinasi atau penyelenggaraan/keikutsertaan kegiatan mengenai pengelolaan risiko
Rumusan • Risk Assessment (bobot 40%)
Submit Top Risk Direktorat/Fungsi Leher/ Anak Perusahaan yang telah melalui tahap challenge session, persetujuan, dan upload
dokumen Top Risk yang telah ditandatangani oleh pemimpin tertinggi menggunakan ERM System, berdasarkan tanggal yang
telah ditetapkan oleh Manajemen Risiko Korporat. Dipastikan bahwa Dokumen yang ditandatangani (lampiran memo) sama
dengan Top Risk yang ter-register pada ERMS

Formula = 100% - (1% x n)


n: hari kerja keterlambatan

67
C5. Risk Management Implementation – cont’d
PMS Coordinator

Rumusan • Risk Treatment (bobot 30%)


Ditinjau dari laporan monitoring realisasi mitigasi. Batas waktu pelaporan monitoring realisasi mitigasi risiko adalah setiap tanggal
10 hari kalender pada bulan pertama Triwulan berikutnya. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur, maka batas waktu
ditangguhkan pada hari kerja pertama berikutnya. Pencapaian Laporan Monitoring Realisasi Mitigasi dihitung berdasarkan
formula :

Top Risks Mitigation Action Done∗


Formula = x 100% − 5% x 𝑛
Top Risks Mitigation Action Planned∗
n: hari kerja keterlambatan

Catatan:
 Setiap realisasi mitigasi yang dilaporkan harus disertai dengan evidence pelaksanaannya untuk dapat dihitung sebagai mitigasi
yang telah direalisasikan
 Apabila belum menyerahkan laporan melewati 5 hari kerja dari tenggat waktu, maka dianggap tidak menyerahkan laporan dan
pencapaian sebesar 0%
 * kumulatif dari triwulan I hingga akhir periode triwulan saat penilaian

• Monitoring & Review (bobot 20%)


Ditinjau dari Laporan Loss Event dan Early Warning. Batas waktu pelaporan Loss Event adalah 30 hari kalender setelah tanggal
kejadian loss event. Pencapaian Laporan Loss Event dihitung berdasarkan formula:
1. Quantitative Impact (8%)
Apabila tanggal input di ERMS > 30 hari kalender dari tanggal loss event
Formula = (100 % - [1% x n])
n : kumulatif hari keterlambatan

2. Qualitative Impact (8%)


Apabila tanggal input di ERMS > 30 hari kalender dari tanggal loss event
Formula = (100 % - [1% x n])
n : kumulatif hari keterlambatan

68
C5. Risk Management Implementation – cont’d
PMS Coordinator

Rumusan 3. Loss Event melebihi BTR (2%):


a. Loss event tidak menjadi pengurang apabila tidak melebihi BTR (risiko kuantitatif)
b. Jika melebihi BTR, dilihat penyebab loss event tsb controllable atau uncontrollable, jika uncontrollable maka tidak menjadi
pengurang. Jika controllable maka realisasi untuk poin ini adalah nol.

4. Pelaporan Potential Loss/Early Warning (2%)


Terdapat pelaporan Early Warning melalui Form Pelaporan Early Warning dan Loss Event pada setiap periode pelaporan

• Communication & Consultation (bobot 10%)


Target kegiatan pengembangan dan peningkatan pengetahuan manajemen risiko adalah untuk seluruh pekerja Perusahaan

o Upskilling – Self Organized (5%)


 Direktorat/Fungsi Leher/Anak Perusahaan menyelenggarakan coaching clinic, training/kursus, workshop/sosialisasi, rapat
koordinasi, atau penyelenggaraan kegiatan lain dan dikelola secara mandiri baik penyelenggaraan maupun narasumber,
yang sejenis mengenai pengelolaan risiko minimal 1 kali dalam setahun

o Upskilling – Follow Upskilling (5%)


 Pekerja dilingkup Direktorat/Fungsi Leher/Anak Perusahaan mengikuti kegiatan pengembangan dan peningkatan
pengetahuan manajemen risiko, antara lain:
 ERM Mandatory Course (Introduction to ERM, Fundamental ERM, Advanced ERM For Managers), Sertifikasi
Manajemen Risiko, Coaching Clinic, Sosialisasi, Workshop, ERM Forum, Rapat Koordinasi, Training Manajemen Risiko
atau kegiatan lain sejenis yang di dalamnya terdapat materi mengenai pengelolaan risiko

Jumlah pekerja yang mengikuti upskilling


 Formula x 100% ; akumulatif dalam satu tahun
Target pekerja per level

 Target 30% dari jumlah Pekerja dalam organisasi*

*Jumlah pekerja dikunci berdasarkan data per Desember 2019. mutasi, rotai atau pergerakan pekerja tidak
mempengaruhi target, kecuali terdapat perubahan struktur organisasi yang signifikan
69
C5. Risk Management Implementation – cont’d
PMS Coordinator

Satuan %
Target 100
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Tujuan Penilaian kinerja proses manajemen risiko di Perusahaan; memastikan tingkat pemenuhan, pemahaman, konsistensi dan
kesesuaian pengelolaan risiko yang dilakukan oleh tiap-tiap fungsi (termasuk Anak Perusahaan) sesuai dengan tata kelola yang
telah ditetapkan
Frekuensi Pelaporan Triwulanan (mekanisme Reward & Consequences hanya akan diperhitungkan di akhir tahun saja)
PIC Fungsi Enterprise Risk Management – Direktorat Keuangan
Pemilik KPI Level jabatan SVP/Setara (di tingkat Holding), CEO Subholding
Sumber Data ERM System dan Laporan manual dari PIC Risk Management Direktorat/ Fungsi Leher
Keterangan 1. KPI yang dimonitor oleh Korporat adalah KPI Direktur/Kepala Fungsi Leher di level Holding, dan CEO Subholding
2. Mekanisme yang sama dapat diterapkan oleh KPI Jabatan dibawahnya secara berjenjang sesuai lingkup pengelolaan risikonya.
• Lingkup KPI yang dimonitoring oleh Direktur Keuangan melalui Risk Management Korporat adalah Top Risk dari Direktorat
dan Fungsi Leher
• Lingkup KPI yang dimonitor oleh Pemimpin Tertinggi Direktorat dan Fungsi Leher melalui Risk Management
Direktorat/Fungsi Leher adalah Top Risk dari pejabat satu level dibawahnya
3. Tidak tercapainya KPI memberikan konsekuensi berupa pengurangan poin KPI (sesuai tabel penerapan penalti di bawah)

Tabel Penerapan Penalti (Consequences):

70
C6. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit Internal
PMS Coordinator

Definisi Mengukur kinerja tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit internal pada periode tertentu. Dihitung dengan membandingkan total
item rekomendasi hasil audit yang telah selesai ditingaklanjuti oleh auditee pada periode tahun berjalan dengan akumulasi seluruh
rekomendasi hasil audit yang harus ditindaklanjuti setelah tanggal jatuh tempo
Formula FOR_01
Rumusan Jumlah rekomendasi hasil audit internal yang selesai ditindaklanjuti
100% X (Jumlah rekomendasi hasil audit internal yang selesai ditindaklanjuti + Jumlah rekomendasi hasil audit internal yang Overdue)

 Jumlah rekomendasi hasil audit internal yang selesai ditindaklanjuti adalah rekomendasi hasil audit internal yang telah selesai
ditindaklanjuti pada periode berjalan dan berstatus “Done” di AMS.
 Jumlah rekomendasi hasil audit internal yang overdue adalah rekomendasi hasil audit internal yang belum selesai ditindaklanjuti
sesuai due date di periode berjalan.
Satuan %
Target 100
Bobot -
Polaritas Semakin tinggi semakin baik
Kategorisasi Boundary KPI (Rewards & Consequences)
Tujuan Untuk menentukan seberapa baik Direktorat dan Fungsi perusahaan menindaklanjuti rekomendasi audit internal pada periode
tertentu
Frekuensi Pelaporan Triwulanan (mekanisme Reward & Consequences hanya akan diperhitungkan di akhir tahun saja)
PIC Internal Audit
Pemilik KPI Level Direktur (L0D) dan Kepala Fungsi Leher, atau disesuaikan dengan Lampiran Kebijakan Implementasi KPI tahun berjalan
Sumber Data KPI e – files, SIMIA, AMS Internal Audit

71
C6. Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit Internal – Cont’d
PMS Coordinator

Keterangan 1. Batas waktu untuk tindak lanjut internal audit sesuai dengan kesepakatan auditor dengan auditee saat exit meeting
2. Status Penyelesaian Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Audit adalah :
• S (Selesai)/Done adalah Rekomendasi hasil audit yang telah selesai ditindaklanjuti oleh Auditee dan dinyatakan telah
selesai/tuntas 100% oleh kedua belah pihak. Pernyataan selesai tindak lanjut ditandai dengan ditandatangani
kesepakatan antara auditee dan auditor dan di-entry ke dalam Audit Management System (AMS) di Internal Audit.
• BS (Belum Selesai)/Agreed by Management/Open adalah Rekomendasi hasil audit yang belum ditindaklanjuti atau
ditindaklanjuti oleh Auditee namun belum selesai atau selesai sebagian.
• T3L (Temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti)/Irrelevant Rekomendasi yang tidak dapat ditindaklanjuti dengan persyaratan
tertentu yang dinyatakan oleh CAE.
3. Fungsi Internal Audit PT Pertamina (Persero) menerbitkan progres tindak lanjut rekomendasi hasil audit internal kepada masing-
masing Direktur/Fungsi Non Direktorat/ setiap tiga bulan/triwulanan.
4. Cakupan rekomendasi yang harus ditindaklanjuti adalah semua rekomendasi hasil penugasan Fungsi Internal Audit PT
Pertamina (Persero).
5. Objek rekomendasi dapat mencakup PT Pertamina (Persero) dan/atau seluruh Anak Perusahaan, selama rekomendasi hasil
penugasan sesuai dengan cakupan rekomendasi sesuai poin 4.

Tabel Penerapan Penalti (Consequences):

72
Terima Kasih

73

Anda mungkin juga menyukai