Bobot rata-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam
% A B 120 mg atau lebih 10% 20% lebih dari 120 mg 7,5% 15%
Pertanyaan/Tugas
1. Hitunglah bobot rata-rata cangkang kapsul
2102,7 Rata-rata = = 105,135 mg 20 2. Hitunglah bobot isi seluruh kapsul (20 kapsul) = 13516−2102,7 = 11413,3 mg 3. Hitunglah bobot rata-rata isi seluruh kapsul 11413,3 Rata-rata = = 570,665 mg 20 4. Buat batas atas dan bawah untuk kriteria peneriman baik kolom A maupun B 75 Kolom A : x 570,665= 42,7998 mg 1000 Batas atas: 570,665+42,7998 = 613,4648 mg Batas bawah: 570,665-42,7998 = 527,8652 mg 15 Kolom B : x 570,665= 85,5997 mg 100 Batas atas: 570,665 + 85,5997 = 656,2647 mg Batas bawah: 570,665 - 85,5997 = 485,0653 mg 5. Buatlah penilaian apakah sediaan kapsul tersebut memenuhi uji keseragaman bobot atau tidak ? Tidak, karena banyak bobot isi kapsul yang menyimpang dari syarat ketentuan Keseragaman bobot Uji yang digunakan menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994 yaitu tidak boleh melebihi 2 kapsul yang bobotnya menyimpang dari kolom A (7,5%) dan tidak boleh ada kapsul yang menyimpang dari kolom B (15%). Pembahasan: Pada bobot rata-rata cangkang didapat nilai 105,135 mg. setelah didapat bobot rata-rata cangkang kemudian dilanjutkan dengan mencari bobot rata-rata isi kapsul yaitu sebesar 570,665 mg. dengan didapatnya bobot rata-rata isi kapsul maka dapat digunakan untuk menentukan batas kolom A yaitu 527,8652-613,4648 mg sementara itu batas kolom B sebesar 485,0653-656,2647 mg. syarat dari uji keseragaman bobot yaitu tidak boleh ada 2 kapsul yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu kapsul pun yang bobotnya menyimpang dari dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B. sehingga dapat dikatakan bahwa kapsul tidak memenuhi syarat uji keseragaman bobot karena banyak tablet yang menyimpang dari kolom A maupun dari kolom B. Sumber: Departemen Kesehatan RI. (1994). Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.