Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Karaktristik
1.1 Pengertian Karakteristik
Setiap manusia mempunyai karakteristik individu yang
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan karakteristik
adalah ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki
kemampuan hidup. Sedangkan individu adalah perorangan; orang
seorang. Berikut adalah pengertian karakteristik individu menurut para
ahli:
a. Menurut Prasetyo dalam Setyabudi (2017), Karakteristik
Individu merupakan karakter seseorang yang mempunyai sifat
khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
b. Menurut Rahman dalam Setyabudi (2017), Karakteristik
Individu adalah ciri khas individu yang menunjukan perbedaan
seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap
tegar menghadapi tugas sampai tuntas atau memecahkan
masalah atau menyesuaikan perubahan yang erat dengan
lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
karakteristik individu adalah karakter seorang individu atau ciri-
ciri seseorang yang menggambarkan keadaan individu tersebut
yang sebenarnya dan membedakan dari individu lain.

7
1.2 Karakteristik individu
Karakteristik Individu dalam penelitian ini meliputi :
a. Tingkat Pendidikan
Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang
dalam Bahasa arabnya adalah Tarbiyah dengan kata kerja
Rabba. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa negara dalam UU
RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
1 Ketentuan umum Pasal 1. Pendidikan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pendidikan formal yang ditempuh pekerja
tambang batu kapur.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas:
1. Pendidikan dasar, SD.
2. Pendidikan Menengah, SMP/MTS sederajat
3. Pendidikan menengah, SMA/MA/SMK sederajat
4. Pendidikan tinggi, Diploma/Sarjana
Berdasarkan pemaparan diatas maka yang dimaksud
dengan tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal
yang ditempuh kepala keluarga dari pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi.
b. Jumlah tanggungan
Jumlah tanggungan tidak hanya pada istri dan anak-anak
saja tetapi juga ada orang tua serta keluarga lainnya yang masih
bertempat tinggal satu rumah dengan satu orang kepala
keluarga. Tanggungan adalah orang atau orang-orang yang

8
masih berhubungan keluarga atau masih dianggap berhubungan
keluarga serta hidupnyapun ditanggung. Jumlah tanggungan
adalah banyaknya jumlah jiwa yang masih menempati atau
menghuni suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan
sehari- hari. Adapun yang dimaksud dengan jumlah tanggungan
keluarga yang hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga.
Jumlah tanggungan dapat digolongkan sebagai yakni: keluarga
besar yang terdiri atas suami istri dan lebih dari 3 orang anak
dan keluarga kecil yang terdiri atas suami istri dan 3 anak atau
kurang.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka yang dimaksud
dengan jumlah tanggungan adalah istri, anak, orang tua,dan
anggota keluarga lainnya yang masih memiliki hubungan
keluarga dan biaya hidupnya masih ditanggung satu kepala
keluarga.
c. Pendapatan
Pendapatan sangat erat kaitannya dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan. Pada setiap jenis pekerjaan memiliki perbedaan
pendapatan yang diteri seseorang. Pendapatan itu sendiri yaitu
berupa sejumlah uang atau barang yang diperoleh dari hasil
usahanya sendiri dengan bekerja dan dihitung dalam rupiah.
Menurut Reksoprayitno (2014), Pendapatan dapat diartikan
sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah
sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh anggota
masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau
faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.
Menurut Danil dalam Wati (2018) Tingkat pendapatan
merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah. Bila

9
pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa
kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula.
Kelebihan dari konsumsi maka akan disimpan sebagai tabungan
yang tujuannya adalah untuk berjaga-jaga. Demikian pula hanya
bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka
tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi.
Berdasarkan pemaparan diatas maka yang dimaksud
dengan pendapatan adalah suatu hasil yang diterima kepala
keluarga dalam bentuk uang yang diperoleh pada musim panen
dalam satu tahun.
d. Kondisi Tempat Tinggal
Tempat tinggal merupakan indikator untuk mengukur
tingkat kemakmuran penduduk dan biasanya mencerminkan
pula tingkat pendapatan dan pengeluaran suatu rumah tangga,
oleh karena itu tempat tinggal merupakan faktor yang
mempunyai peranan yang penting dalam hubungannya akan
pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Menurut Sumaatmadja (1981: 194) menyatakan bahwa: secara
umum tempat tinggal yang baik harus memenuhi persyaratan
sanitasi yang baik, memiliki perlengkapan fasilitas dan
pelayanan yang memadai (warung, toko sekolah, balai
pengobatan, tempat rekreasi, tempat olah raga dan lain
sebgainya), adanya sarana transportasi, dan aman terhadap
gangguan keamanan. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena
rumah sebagai pelindung manusia dari segala macam gangguan
seperti hujan, terik matahari, dan lain sebagainya yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik rumah.

10
Menurut Hamzah dkk (2000: 108) bahwa jenis atau tipe kondisi
perumahan dapat dibedakan atas:
1. Bangunan permanen: Konstruksinya dari dinding
tembok, kerangka beton bertulang, lantai tegel teraso
atau dapat disamakan dengan itu, atap genteng kodok
atau sirap langit eternit, semua bahanya mempunyai
Kualitas baik, bangunannya lengkap dengan dapur,
kamar mandi, dan WC, serta mempunyai perlengkapan
listrik dan saluran air minum/sumur.
2. Bangunan semi permanen: Konstruksinya dari sebagian
tembok sebagian papan atau seluruhnya dinding papan,
kerangka kayu, lantai semen, tegal/biaya, langitan
bambu, atap genteng, bangunannya lengkap dengan
dapur, kamar mandi dan WC, dan mempunyai
perlengkapan untuk penerangan listrik dan saluran air
minum/sumur, serta pelaksanaan pembangunan yang
baik.
3. Bangunan non permanen adalah konstruksi darurat
dengan dinding bambu, kerangka bambu, lantai semen
atau tanah, atap genteng atau daun dan perlengkapan
perkakasnya seadanya.
4. Kondisi fisik rumah sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan, karena semakin tinggi tingkat pendapatan
yang diperoleh induvidu maka semakin besar
kemungkinan untuk mempunyai rumah dengan kondisi
fisik yang baik.

11
2. Hakikat Kesejahteraan Keluarga
1. Pengertian Kesejahteraan Keluarga
Menurut Undang-undang No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material,spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”
Menurut Midgley dalam Kakambong (2016) menjelaskan bahwa
Kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun dari
tiga unsur sebagai berikut. Pertama, setinggi apa masalah-masalah sosial
dikendalikan, kedua, seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi, dan
ketiga,setinggi apa kesempatankesempatan untuk maju tersedia.” Tiga unsur
ini berlaku bagi individu, keluarga , komunitas bahkan seluruh masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat yaitu terpenuhinya semua kebutuhan indvidu ,
kelompok atau orang banyak. Masyarakat dikatakan sejahtera apabila semua
kebutuhan nya terpenuhi misalnya kebutuhan sandang, papan, pangan,
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, keamanan, kebahagiaan dan lain-lain.

2. Indikator Tingkat Kesejahteraan Keluarga Menurut BKKBN


Badan Kesejahteraan Keluargan Berencana Nasional (BKKBN)
mendefinisikan miskin berdasarkan konsep/pendekatan kesejahteraan
keluarga, yaitu dengan membagi kriteria keluarga ke dalam lima tahapan,
yaitu keluarga prasejahtera (KPS), keluarga sejahtera I (KS‐I), keluarga
sejahtera II (KS‐II), keluarga sejahtera III (KS‐III), dan keluarga sejahtera
III plus (KS‐III Plus). Aspek keluarga sejahtera dikumpulkan dengan
menggunakan 21 indikator sesuai dengan pemikiran para pakar sosiologi
dalam membangun keluarga sejahtera dengan mengetahui faktor‐faktor
dominan yang menjadi kebutuhan setiap keluarga. Faktor‐faktor dominan
tersebut terdiri dari (1) pemenuhan kebutuhan dasar; (2) pemenuhan

12
kebutuhan psikologi; (3) kebutuhan pengembangan; dan (4) kebutuhan
aktualisasi diri dalam berkontribusi bagi masyarakat di lingkungannya.
Dalam hal ini, kelompok yang dikategorikan penduduk miskin oleh
BKKBN adalah KPS dan KS‐I.
Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan,
yaitu:
a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator
Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator “kebutuhan dasar keluarga”
(basic needs).
b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I)
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, tetapi
tidak memenuhi salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga Sejahtera II
atau indikator “kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga.
c. Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS II)
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I
dan 8 (delapan) indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5
(lima) indikator Keluarga Sejahtera III (KS III), atau indikator “kebutuhan
pengembangan” (develomental needs) dari keluarga.
d. Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS III)
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I,
8 (delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS
III Plus) atau indikator “aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III +)
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam)
indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS
III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus

13
Tabel 2. Indikator Kesejahteraan Menurut BKKBN
No. Tingkat Indikator
Kesejahteraan
1 Pra Sejahtera Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan
(KPS) Keluarga Sejahtera
2 Keluarga Keluarga baru yang dapat memenuhi indikator-indikator berikut:
Sejahtera 1 1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari
(KS I) atau lebih;
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah, dan berpergian;
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai,
dinding yang baik;
4. Bila ada anggota keluarga sakit di bawa ke sarana kesehatan;
5. Bila pasangan usia subur ingin ber-KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi;
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
3 Keluarga Keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan Keluarga
Sejahtera 2 Sejahtera 1 (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut:
(KS II) 7. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing;
8. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota makan
daging/ikan/telur;
9. Seluruh anggota memperoleh paling kurang satu pasang
pakaian baru dalam setahun;\
10. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni
rumah;
11. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga
dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing;
12. Ada seseorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan;
13. Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun dapat baca tulisan
latin;
14. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi.

14
4 Keluarga Keluarga yang telah memenuhi indikator Tahapan Keluarga
Sejahtera 3 Sejahtera I dan indikator Keluarga Sejahtera II (indikator 1 s/d 14)
(KS III) dan indikator berikut:
15. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama;
16. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang
atau barang;
17. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi;
18. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal;
19. Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/tv.
5 Keluarga Keluarga yang memenuhi indikator Tahapan Keluarga Sejahtera 1,
Sejahtera 3 indikator Keluarga Sejahtera II, dan Indikator Keluarga Sejarah III
Plus (indikator 1 s/d 19), dan indikator berikut:
(KS III Plus) 20. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materi untuk kegiatan sosial;
21. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/institusi masyarakat.
Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2006

3. Hakikat Pekerja Tambang


Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh
diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, karena istilah buruh kurang sesuai
dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang
selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain. Istilah pekerja secara yuridis baru
ditemukan dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Ketenagakerjaan:

1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

15
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
mengahsilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau
masyarakat.
3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
4. Pemberi kerja adalah perorangan, pengusaha badan hukum atau badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Menurut Barthous dalam Waluyo (2017), Buruh atau pekerja adalah mereka
yang bekerja pada orang lain atau instasi/kantor perusahaan dengan menerima
upah/gaji baik berupa uang maupun barang, seperti: pegawai negeri/swasta, buruh
tani, dan sebagainya.

Macam-macam buruh yaitu:

a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.
b. Buruh Kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak
mempunyai keahlian dibidang tertentu.
c. Buruh musiman, buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu
(misalnya buruh tebang tebu).
d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja di pabrik.
e. Buruh tambang, buruh yang bekerja di pertambangan.
f. Buruh tani, buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah
orang lain.
Berdasarkan berberapa pendapat di atas dapat bahwa buruh/pekerja
merupakan orang yang bekerja pada suatu perusahaan serta menerima upah secara
langsung dari perusahaan tempat mereka bekerja. Buruh/pekerja dalam penelitian
ini adalah buruh/pekerja tambang batu kapur merupakan mereka (pekerja) yang
bekerja di pertambangan batu kapur.

16
4. Hakikat Penambangan Batu Kapur
Industri pertambangan atau penambangan adalah yang menyediakan
mulai dari kebutuhan energi berupa batu bara dan migas, sampai dengan
menyediakan bahan baku berupa mineral atau bahan galian, untuk industri bahan
bangunan, industri logam, industri kesehatan, industri teknologi informatika,
dan lain-lain. Sesuai sifat dan keterdapatannya, dimana mineral secara geologis
terdapat dalam bumi baik yang masih terpendam maupun yang tersingkap di
permukaan. (Sudrajat, 2013 : 145-146)
Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan/atau batu bara dan mineral ikatannya. Pertambangan
mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan,
di luar panas bumi, minyak, gas bumi, serta air tanah (Salim HS, 2014. Hlm.13)

Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara menyebutkan dalam Pasal 1 angka (1) yang dimaksud
pertambangan adalah, sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan, dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.

Karakteristik Perusahaan Pertambangan Umum, terdapat empat kegiatan usaha


pokok, meliputi:

1. Eksplorasi (Exploration). Eksplorasi adalah usaha dalam rangka mencari,


menemukan, dan mengevaluasi cadangan Terbukti pada suatu wilayah
tambang dalam jangka waktu tertentu seperti yang diatur dalam peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Pengembangan dan Konstruksi (Development and Construction) Adalah
setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan cadangan

17
terbukti sampai siap diproduksi secara komersial. Konstruksi adalah
pembangunan fasilitas dan prasarana untuk melaksanakan dan mendukung
kegiatan produksi.
3. Produksi (Production). Semua kegiatan mulai dari pengangkatan bahan
galian dari cadangan terbukti ke permukaan bumi sampai siap untuk
dipasarkan, dimanfaatkan, atau diolah Iebih lanjut.
4. Pengolahan
Dengan adanya kegiatan penambangan pada suatu daerah tertentu, maka
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi
penambangan, meliputi tetapi tidak terbatas pada pencemaran lingkungan,
yaitu masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi dan
komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas
lingkungan sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Dan perusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak Iangsung terhadap perubahan
sifat-sifat dan atau hayati Iingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu
kurang berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkesinambungan.
Penambangan batu kapur atau disebut dengan penambangan bahan
galian C merupakan kegiatan usaha penambangan rakyat yang harus memiliki
Ijin Pertambangan Rakyat (IPR) adalah ijin untuk melakukan usaha
pertambangan merupakan usaha untuk melakukan kegiatan eksplorasi,
eksploitasi, produksi, pemurnian dan penjualan. Usaha pertambangan itu
dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana, tidak menggunakan
teknologi canggih.

Kegiatan industri penambangan batu kapur yang terdapat di Desa


Tamansari merupakan industri pertambangan rakyat yang dapat dilihat dari

18
proses pengambilan batu kapur yang menggunakan tenaga manusia dengan
peralatan yang sederhana serta dapat dilihat dari pengolahan batu kapur yang
masih tradisional. Selain itu para pekerja nya mayoritas masyarakat Desa
Tamansari yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Setiap bangsa membutuhkan dan berhak mencita-citakan basis industri


khususnya sektor pertambangan yang efektif dan efisien dalam pengembangan
taraf hidup kebutuhan masyarakat yang terus mengalami perubahan. (Dasrun
dalam Fadhil, 2017)

Batu kapur merupakan salah satu jenis bahan galian golongan C yang
banyak digunakan dalam proses industri maupun bangunan. Penambangan batu
kapur dilakukan di daerah yang memiliki lahan kapur yang merupakan daerah
kering. Dibidang pertambangan, pada masa yang lalu pengawasan terutama
tertuju pada keselamatan kerja para pekerja tambang dan masyarakat luar pada
daerah kegiatan tambang. Kini selain itu masalah lingkungan hidup mulai
mendapat perhatian khusus. Semua itu mempengaruhi masyarakat pedesaan di
sekitar proyek pertambangan yang biasanya berlokasi di daerah terpencil
(Katili, 1983: 134).

a. Dampak Penambangan Batu kapur terhadap Penduduk diantarnya:


Dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara Bab II pasal 3 ayat (5) tentang
Asas dan Tujuan “Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah,
dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat”
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penambangan batu kapur
1. Bahan Baku
Menurut UU No.tahun 1984 Tentang Perindustrian, bahan baku
industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang

19
dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri.
Bahan baku pegolahan batu kapur yang ada di Desa Tamansari
diambil tidak jauh dari lokasi pengolahan batu kapur (lio).
2. Bahan Bakar
Pembangkit tenaga diperlukan untuk menjalankan mesin dan
peralatan produksi yang berada didalam industri tertentu.
Terjaminnya kelangsungannya sumber tenaga ini berarti
terjaminnya pelaksanaan kegiatan produksi dalam industri yang
bersangkutan (Daljoeni dalam Nugroho 2014)
3. Tenaga kerja
Menurut UU No.13 tahun Tentang Ketenagakerjaan, tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenughi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarkat. Tenaga kerja
merupakan suatu faktor produksi sehingga dalam kegiatan
industri diperlukan sejumlah tenaga yang mempunyai
kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pada industri penambangan batu kapur tidak
diperlukan keterampilan khusus yang penting mau bekerja keras
dan kuat secara fisik.
4. Pemasaran
Menurut John Soeprihanto Pemasaran merupakan suatu
sisitem keseluruhan dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa yang yang memuaskan
kebutuhan para pembeli.
5. Transportasi
Peranan transportasi erat kaitannya dengan sarana untuk
penggangkutan bahan mentah ke tempat produksi sekaligus

20
sebagai alat pengangkutan dalam usaha pemasaran hasil
produksi.Daerahdaerah dengan sarana transportasi yang baik
sangat menguntungkan bagi berdirinya suatu industri. Fasilitas
transportasi merupakan hal penting bagi setiap industri karena
transportasi yang baik dan cepat akan mendukung kelancaran
proses produksi (Daljoeni dalam Nugroho 2014)
c. Proses pengolahan batu kapur
Masyarakat mampu mengambil batu kapur dengan peralatan
sederhana seperti cangkul, linggis, blecong, palu dan sebagainya.
Selanjutnya batu kapur dipecah menggunakan palu besar sampai ukuran
yang tidak terlalu besar yang nantinya akan dibakar pada tempat
pembakaran (Lio). Dalam skala industri pertambangan rakyat yang ada
di Indonesia biasanya lebih banyak menggunakan tenaga manusia
dengan peralatan-peralatan yang masih sederhana. Sama seperti
pertambangan rakyat yang ada di Desa Tamansari kecamatan Pangkalan
dimana proses pengambilan batu kapur yang masih mentah dengan
menggunakan tenaga manusia.
Batu kapur yang sudah didapatkan lalu dihancurkan menjadi
bagian-bagian kecil kemudian berlanjut ke proses Kalsinasi
(Pembakaran Kapur) proses kalsinasi ini dilakukan dalam tungku besar
atau tempat pembakaran yang biasa disebut Lio. Tujuan pembakaran ini
untuk menghasilkan kapur tohor. Selain di produksi untuk dijadikan
kapur tohor , batu gamping atau batu kapur bisa langsung digunakan
sebagai bahan baku industri semen, fondasi jalan, fondasi rumah dan
lainnya.
Pemanfaatan batu kapur yang masih aktif hingga saat ini di Desa
Tamansari sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk dijadikan bahan
bangunan, semen, bahan campuran pembuatan logam, dan lainnya.
Kegiatan pemanfaatan batu kapur oleh penduduk Desa Tamansari sudah

21
berlangsung sejak lama yaitu sejak tahun 1960-an. Berjalannya waktu
kegiatan pertambangan batu kapur ini semakin berkembang ditandai
dengan meningkatnya jumlah sumur pembakaran (Lio kapur) setiap
tahunnya.

B. Penelitian Relevan
Tabel 3. Penelitian Relevan
No Nama Judul Penelitian Metodelogi Hasil
penelitian
1. Rokhmad Karakteristik Sosial penelitian Hasil penelitian
Prastowo Ekonomi dan diskriptif menunjukkan
(UNNES) Perilaku Kerja kualitatif dengan Karakteristik sosial
2008 Perempuan Pedagang teknik ekonomi dari
Asongan (Studi pengumpulan perempuan pedagang
Deskriptif Kualitatif data observasi, Asongan di Terminal
Tentang Kondisi wawancara dan Tirtonadi Surakarta
Sosial Ekonomi dan dokumentasi. secara langsung
Perilaku Kerja Sektor maupun tidak langsung
Informal Perempuan dapat mempengaruhi
Pedagang Asongan perilaku kerja maupun
Lanjutan Tabel Penelitian di
Relevan Terminal etos kerja dari mereka
Tirtonadi Surakarta)
2. Adi Waluyo Karakteristik Sosial Penelitian ini Hasil yang didapat
(UNIVERSITAS Ekonomi Buruh menggunakan bahwa: (1) Tingkat
LAMPUNG) Musiman metode deskriptif. pendidikan buruh
Pengangkut Gula pengangkut gula
2017 PTPN VII Unit berada pada tingkat
Usaha Bunga pendidikan dasar
Mayang di Desa 91,07%. (2) Sebanyak
Negara Tulang 80,09% buruh
Bawang Kecamatan pengangkut gula
Bunga Mayang berpendapatan di atas
Kabupaten Lampung UMR (Upah Minimum
Utara Regional). (3) Terdapat
85,30% kebutuhan
pokok minimum
keluarga buruh
pengangkut gula dapat

22
terpenuhi. (4)
Sebanyak 51,47%
buruh pengangkut gula
memiliki tempat
tinggal permanen. (5)
66,17% buruh
pengangkut gula
memiliki pekerjaan
sebagai buruh harian
disaat pabrik sedang
tidak berproduksi..
3. T. Ade Fachlevi Dampak metode Hasil penelitian
Pertambangan purposive menunjukan bahwa
(IPB) Batubara Terhadap sampling kegiatan pertambangan
2015 Ekonomi memberikan kontribusi
Lingkungan dan positif terhadap
Sosial di Kecamatan perekonomian lokal
Meureubo Kabupaten akan tetapi berdampak
Aceh Barat negatif terhadap
lingkungan.
4 Rhosa Gustina Analisis Multipier metode Hasil penelitian yang
(UIN Lampung) Effect Tambak Udang penelitian diperoleh adalah
2017 Terhadap kualitatif keberadaan tambak
Perekonomian dengan teknik udang di desa tanjung
Masyarakat Ditinjau analisis data way batang
Dari Ekonomi Islam deskriptif dan berpengaruh positif
(Studi Desa Tanjung dijabarkan terhadap perekonomian
Way Batang secara sistematis masyarakat, dimana
Kecamatan Lemong dampak positif berupa
Kabupaten Pesisir tingkat pendapatan dan
Barat) kesejahteraan
masyarakat.
Penelitian relevan yang pertama yang ditulis oleh Rokhmad Prastowo dengan
judul Karakteristik Sosial Ekonomi dan Perilaku Kerja Perempuan Pedagang Asongan
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Kondisi Sosial Ekonomi dan Perilaku Kerja Sektor
Informal Perempuan Pedagang Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta). Penelitian
ini bertujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Tentang Karakteristik,
Kondisi Sosial Ekonomi dan Perilaku Kerja Sektor Informal Perempuan Pedagang

23
Asongan di Terminal Tirtonadi Surakarta, dengan tujuan untuk mengamati sejauh
mana perempuan dalam lingkungan pekerjaan yang masih diskriminatif.
Penelitian yang kedua yang ditulis oleh Adi Waluyo dengan judul Karakteristik
Sosial Ekonomi Buruh Musiman Pengangkut Gula PTPN VII Unit Usaha Bunga
Mayang di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten
Lampung Utara. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji keadaan sosial ekonomi
buruh pengangkut gula yang bekerja secara musiman. Titik tekan kajian penelitian
pada pendidikan, tingkat pendapatan, pemenuhan kebutuhan pokok minimum
keluarga, kondisi tempat tinggal dan jenis pekerjaan buruh disaat sedang tidak musim
giling.
Penelitian yang ketiga yang ditulis oleh T. Ade Fachlevi dengan judul Dampak
Pertambangan Batubara Terhadap Ekonomi Lingkungan dan Sosial di Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
seberapa besar dampak ekonomi dari kegiatan pertambangan batubara terhadap
masyarakat lokal dan regional, mengestimasi seberapa besar nilai dampak lingkungan
dari kegiatan pertambangan batubara terhadap masyarakat lokal, mengidentifikasi
dampak sosial akibat dari kegiatan pertambangan batubara terhadap masyarakat lokal
dan mengevaluasi kebijakan pemerintah.
Penelitian yang keempat yang ditulis Rhosa gustina dengan judul Analisis
Multipier Effect Tambak Udang Terhadap Perekonomian Masyarakat Ditinjau Dari
Ekonomi Islam (Studi Desa Tanjung Way Batang Kecamatan Lemong Kabupaten
Pesisir Barat). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tambak udang yang
berada Desa Tanjung Way Batang Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat
mampu menciptakan nilai Multiplier Effect.
Sedangkan skripsi peneliti yang akan diteliti dengan judul Karakteristik dan
tingkat kesejahteraan keluarga pekerja tambang batu kapur di Desa Tamansari
Kecamatan Pangkalan Kabupaten Karawang. Meneliti tentang karakteristik pekerja
tambang batu kapur dan tingkat kesejahteraan keluarga.

24
C. Kerangka Berfikir

Penambangan Batu Kapur


Desa Tamansari

Pekerja Tambang Batu Kapur

Karakteristik Pekerja Tambang Tingkat Kesejahteraan Keluarga


Indikator BKKBN:
1. Tingkat Pendidikan
1. Keluarga Pra Sejahtera
2. Jumlah Tanggungan 2. Keluarga Sejahtera I
3. Pendapatan 3. Keluarga Sejahtera II
4. Kondisi Tempat Tinggal 4. Keluarga Sejahtera III
5. Keluarga Sejahtera III Plus

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, Penambangan batu kapur yang berada


di Desa Tamansari mampu memberi dampak positif bagi masyarakat khusunya dalam
penyerapan tenaga kerja. Mayoritas masyarakat bekerja di penambangan batu kapur
sebagai buruh/pekerja di bagian masing masing. Dengan karakteristik pekerja tambang
yang berbeda pada umumnya menganggap bahwa dengan bekerja di penambangan
batu kapur merupakan sumber penghasilan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya . Keberadaan pertambangan batu kapur diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa Tamansari.

25

Anda mungkin juga menyukai