Anda di halaman 1dari 7

A.

Menganalisis Pendapat Tim Afirmasi, Tim Oposisi, dan Tim Netral dalam
Debat
Meskipun tujuan debat tidak untuk mencapai kesepakatan atau persamaan
pendapat dalam menyikapi mosi, tetapi masing-masing pihak harus mampu
mempertahankan pendapatnya dengan argumen yang kuat. Bila argumen yang
disampaikan satu pihak lebih kuat dan lebih meyakinkan, bukan tidak mungkin
pada akhir debat pihak lain akan mengubah pendapatnya tentang mosi.
Sebelum menganalisis kekuatan dan kelemahan pendapat pihak-pihak yang
berdebat, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengidentifikasi
pendapat dan argumen yang disampaikan masing-masing pihak.
Berikut disajikan hasil identifikasi pendapat dan argumen yang disampaikan tim
afirmasi, tim oposisi, dan tim netral dalam debat tentang penyerapan kosakata
bahasa asing bukti ketidakmampuan bahasa Indonesia dalam interaksi dengan
bahasa asing”

Tim Pendapat Argumen


Afirmasi Setuju bahwa penyerapan Bahasa Indonesia mengandalkan
kosakata bahasa asing kosakata asing yang kemudian
adalah bukti dibakukan menjadi bahasa
ketidakmampuan bahasa Indonesia.
Indonesia dalam interaksi Bukti bahwa bahasa Indonesia
dengan bahasa lain tidak berdaya untuk berinteraksi
antarbahasa dapat kita lihat pada
penggunaan kata vitamin, yang
diserap dari kosakata bahasa
asing yang jika dijelaskan dengan
bahasa Indonesia belum tentu
para pelaku bahasa mengerti.
Banyak orang yang lebih familiar
dengan kosakata serapan dari
bahasa asing dibandingkan
dengan bahasa Indonesia.
Tim Oposisi Tidak setuju bahwa Kosakata bahasa asing masuk ke
penyerapan kosakata dalam bahasa Indonesia hanya
bahasa asing adalah bukti digunakan sebagai persamaan
ketidakmampuan bahasa kata yang bagi sebagian orang
Indonesia dalam interaksi lebih mudah dipahami.
dengan bahasa lain Namun, pada intinya dalam
bahasa Indonesia itu sendiri, telah
ada kosakata yang berkaitan
dengan kosakata asing tersebut.
Kosakata bahasa asing hanya
digunakan dan dimengerti bagi
kalangan tertentu saja. Namun,
bahasa Indonesia  dimengerti dan
digunakan di hampir semua
kalangan. Adanya sekelompok
masyarakat yang ingin selalu
merasa berpendidikan tinggi dan
merasa terhormat jika
menggunakan kosakata bahasa
asing.
Tim Netral Kemampuan bahasa Penggunaan kosakata asing
Indonesia dalam interaksi dalam bahasa Indonesia tidak
antarbahasa dapat selalu diidentikkan dengan
diwujudkan jika porsi dampak negatif karena terselip
penggunaan bahasa hal positif, yakni dapat
Indonesia seimbang mempermudah kegiatan
dengan kosakata bahasa berkomunikasi, khususnya dalam
asing. tuturan yang di dalamnya terdapat
bahasa asing yang terasa lebih
akrab di telinga dibandingkan
dengan padanan bahasa
Indonesianya.

Menganalisis kekuatan dan kelemahan pendapat pihak-pihak yang berdebat .

Pendapat Pihak Afirmasi Analisis


Kekuatan Kelemahan
Penyerapan kosakata bahasa asing Fakta bahwa Penyerapan
adalah bukti ketidakmampuan bahasa bahasa Indonesia bahasa bukan
Indonesia dalam interaksi dengan tergantung oleh bukti kelemahan
bahasa lain. Bahasa Indonesia terbukti bahasa asing untuk bahasa, karena
mengandalkan kosakata asing yang memperkaya bahasa tidak
kemudian dibakukan menjadi bahasa kosakatanya. dapat dilepaskan
Indonesia dan orang lebih familiar dari penuturnya.
dengan bahasa asing dibanding Ketika
bahasa Indonesia. penuturnya
berinteraksi
dengan bangsa
lain otomatis
bahasanya pun
akan
terpengaruh.
Selain itu, jumlah
orang yang lebih
familiar dengan
bahasa asing
dibanding bahasa
Indonesia hanya
berlaku untuk
sedikit orang/
kelompok.
Pendapat Tim Oposisi Analisis
Kekuatan Kelemahan
Penyerapan kosakata asing ke dalam Argumen bahwa Argumen
bahasa Indonesia bukan bukti orang lebih paham disampaikan
ketidakberdayaan bahasa Indonesia. bahasa asing hanya mengulang
Adanya kelompok yang lebih daripada bahas pendapat. Tidak
memahamai bahasa asing daripada Indonesia cukup disertai fakta
bahasa Indonesia merupakan bukti kuat. Karena pendukung yang
sekelompok masyarakat yang ingin jumlah yang kuat.
selalu merasa berpendidikan tinggi dan demikian tentu
merasa terhormat jika menggunakan lebih sedikit
kosakata bahasa asing dibanding yang
memahami bahasa
Indonesia.
Pendapat Pihak Netral Analisis
Kekuatan kelemahan
Penggunaan kosakata tidak bisa Memberikan solusi Tidak disertai
dijadikan bukti ketidakberdayaan terhadap bukti pendukung.
bahasa Indonesia karena tujuannya kontroversi soal
untuk mempermudah kegiatan penyerapan
berkomunikasi. kosakata bahasa
asing ke dalam
bahasa Indonesia.

B. Mengidentifikasi Ragam Bahasa Debat


Debat yang dipelajari dalam pembelajaran ini adalah debat ilmiah, bukan debat
kusir seperti yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam debat kusir,
hal itu bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain dan seringkali dilakukan
tanpa memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan. Sebagai sebuah
kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku
sekaligus ilmiah.
Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam
penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan
kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan.
Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah:
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah
bahasa baku baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukkan
kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal
sehat (logis), harus tepat, dan hanya mengandung satu makna, padat,
langsung menuju sasaran, runtun, dan sistematis. Hal ini tergantung pada
ketepatan pemilihan kata (diksi) dan menyusun struktur kalimat sehingga
kalimat yang digunakan efektif.
3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif)

Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan, dapat diterima dan
berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam
bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan
sebagai model.

Membicarakan kalimat baku tidak bisa dilepaskan dengan pembicaraan kalimat


efektif. Kalimat baku selalu efektif, meskipun kalimat efektif belum selalu baku.

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan pembicara atau
penulis sama seperti yang dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat baku
selalu berwujud kalimat efektif, meskipun kalimat efektif tidak selalu berwujud
kalimat baku. Kalimat efektif yang tidak baku digunakan dalam bahasa pergaulan
(ragam lisan). Kalimat efektif yang dibahas dalam bab ini adalah kalimat efektif
yang memenuhi kaidah bahasa baku. Oleh karena itu, kalimat efektif harus
memenuhi kaidah struktur, diksi, maupun logikanya.

Ciri – ciri kalimat efektif

1. Kesepadanan Struktur

Ciri kalimat efektif yang pertama adalah kesepadanan. Kalimat dengan kesepadanan
setidaknya memenuhi dua unsur pembentuk kalimat. Dua unsur tersebut adalah
Subjek (S) dan Predikat (P). Subjek adalah pokok pembicaraan/bahasan yang
melakukan aktivitas. Bentuk subjek bisa meliputi orang, benda, atau tempat. Predikat
adalah bagian kalimat yang menerangkan kegiatan. Biasanya, bentuk predikat dalam
sebuah kalimat berupa kata kerja.

Perhatikan kalimat: 
Dalam makalah ini membahas kalimat efektif.
Perhatikan juga kalimat: 
Makalah ini membahas kalimat efektif. 
Sepintas, dua kalimat tersebut memiliki kemiripan. Nyatanya, struktur dari kalimat
tersebut berbeda.  

Perhatikan kembali dua contoh kalimat yang diberikan.

Dalam makalah ini membahas kalimat efektif.


 Dalam makalah ini: keterangan
 membahas: predikat
 kalimat efektif: objek

Pada contoh kalimat pertama ini tidak ada subjek. Sehingga, contoh kalimat pertama
ini bukan merupakan kalimat efektif.

Contih berikutnya,

Makalah ini membahas kalimat efektif.


 Makalah ini: subjek
 membahas: predikat
 kalimat efektif: objek

Ada unsur subjek dan predikat dalam kalimat. Sehingga, contoh kalimat yang kedua ini
merupakan kalimat efektif.

2. Kelogisan Bahasa

Kelogisan adalah suatu gagasan/ide yang dapat diterima oleh akal. Kelogisan bahasa
memiliki pengertian kalimat memiliki arti yang bisa diterima oleh akal. Selain itu
penting juga untuk memperhatikan bahwa kalimat mudah dipahami. Logis atau
tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu kalimat
dikatakan logis apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal/nalar.

Contoh kalimat tidak logis:

 Jalannya macet!
Bukan jalan yang macet, tetapi lalu lintas kendaraannya
 Kepada Saudara pemateri, Waktu dan tempat kami persilahkan.
Yang dipersilahkan seharusnya pemateri, bukan waktu dan tempat

Contoh kalimat logis:

 Lalu lintas kendaraan macet


 Saudara pemateri kami persilakan

3. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Kecermatan dalam pemilihan kata diperlukan untuk menghindari makna ganda.


Sehingga, kalimat efektif perlu disusun secara cermat. Kecermatan tersebut meluputi
pemilihan, penggunaan, dan penempatan kata.

Contoh:

 Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. → bukan


kalimat efektif
Memiliki dua arti yaitu mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal atau
mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal.
 Mahasiswa perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah (benar). → kalimat
efektif
Hanya memiliki satu arti yaitu mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal

4. Kehematan Kata

Pengertian kehematan kata adalah tidak boros kata. Caranya dengan menggunakan
kata – kata seperlunya. Kehematan kata tidak berarti harus menghilangkan kata – kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Namun, hindari menggunakan kata yang
memiliki fungsi sama dalam sebuah kalimat.

Ada beberapa kriteria penghematan, yaitu

 Menghilangkan pengulangan subjek.


 Menghindarkan pemakaian hiponimi kata, misalnya: warna merah hanya ditulis
merah (karena merah sudah pasti merupakan warna)
 Menghindari kesinoniman dalam satu kalimat.
 Menjamak kata – kata yang berbentuk jamak.

Contoh kalimat tidak hemat dan hemat:

1. Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (tidak hemat)


Karena tidak diundang, ia tidak datang ke pesta itu. (hemat)
2. Ani memakai celana warna biru. (tidak hemat)
Ani memakai celana biru. (hemat)
3. Sejak dari pagi dia bersedih. (tidak hemat)
Sejak pagi dia bersedih. (hemat)
4. Para murid – murid sedang berlatih baris – berbaris. (tidak hemat)
Para murid sedang berlatih baris – berbaris. (hemat)

5. Kesejajaran atau Keparalelan

Kesejajaran/keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat


itu. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan
selanjutnya juga menggunakan nomina. Jika bentuk pertama menggunakan verba,
maka bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan verba.

Begitu pun dengan verba. Adanya sebuah kesamaan kata dan imbuhan dalam sebuah
kalimat.

Contoh:

1. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap. (tidak sejajar/paralel)


Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara bertahap. (sejajar/paralel)
2. Sebastian memancing ikan dan dimasukkan ke dalam jaring. (tidak sejajar/paralel)
Sebastian memancing ikan dan memasukkannya ke dalam jaring. (sejajar/paralel)

6. Kesatuan atau Kepaduan Gagasan


Kesatuan/kepadua gagasan memiliki pengertian bahwa pernyataan dalam suatu
kalimat menyampaikan informasi yang tidak terpecah – pecah. Kalimat padu disusun
secara jelas dan tidak bertele – tele. Penggunaan kata tentang atau daripada pada
kalimat padu biasanya dihindari. 

Contoh kalimat dengan kesatuan atau kepaduan gagasan:

Liputan ini membahas tentang desain interior pada rumah adat. → tidak padu
Liputan ini membahas desain interior pada rumah adat. → padu

7. Ketegasan

Sebuah kalimat memerlukan ide/gagasan yang perlu ditonjolkan. Ketegasan pada


suatu kalimat merupakan penekanan atau suatu perlakukan menonjol pada ide pokok
kalimat. Ada beberapa cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu

 Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat


 Membuat urutan kata yang bertahap
 Melakukan pengulangan kata (repitisi)
 Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
 Menggunakan partikel penekanan/penegasan

Contoh kalimat dengan ketegasan:

1. Harapan Presiden adalah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.


2. Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta – juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak – anak terlantar.
3. Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan mujur.
5. Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai