Anda di halaman 1dari 3

Formulasi insektisida merupakan pertimbangan penting dalam pengendalian hama dilihat

dari beberapa karakteristik seperti habitat hama, konstruksi bangunan, keamanan operator, 
ketersediaan alat, metoda pengendalian, tuntutan pelanggan dan sebagainya.   Keberhasilan
pengendalian memerlukan pengetahuan serta hubungan antara hama, jenis formulasi insektisida
serta cara aplikasinya. (Trisyono, 2017)

JENIS-JENIS FORMULASI

Formulasi-formulasi yang banyak digunakan pada kegiatan pengendalian hama permukiman


antara lain oil concentrate, emulsifiable concentrate, wettable powder, suspension
concentrate/flowable concentrate, Microencapsulated, Solution, dust, granule, bait, ready-to-use
dan sebagainya. (Trisyono, 2017)

1. OIL CONCENTRATE (OC) 


Ini merupakan formulasi yang paling sederhana dan banyak dipakai pada insektisida
rumah tangga.  Formulasi ini hanya terdiri dari bahan aktif yang dicampur dengan satu
pelarut yang “kuat” (mis : aromatic hydrocarbon) dan pelarut lain seperti minyak tanah. 
Sekarang formulasi ini mulai banyak ditinggalkan dengan meningkatnya harga pelarut
minyak serta meningkatnya tuntutan masyarakat akan insektisida yang tidak berbau
(minyak).  Formulasi OC masih diperlukan untuk mengendalikan hama-hama kayu
seperti woodborer, rayap kayu kering  dsb, karena minyak akan mudah terserap kuat pada
kayu.
2. EMULSIFIABLE CONCENTRATE (EC)
Formulasi EC adalah formulasi yang sangat populer di kalangan pengendali hama. 
Formulasi EC dibuat dengan menambahkan emulsifier pada campuran bahan aktif dan
pelarut  agar dapat bercampur dengan air membentuk emulsi minyak dalam air yang
berupa larutan putih seperti susu.  Larutan putih seperti susu ini bahkan menjadi generik
bagi awam bahwa insektisida itu harus (bau dan) membentuk larutan seperti susu bila
ditambahkan air.
3. WETTABLE POWDER (WP) / WATER-DISPERSIBLE POWDER (WDP)
Alasan awal pembuatan formulasi ini adalah karena bahan teknis tidak dapat larut dengan
pelarut maupun dengan air.  Namun sekarang alasan ini tidak berlaku lagi, karena
pembuatan formulasi karena kebutuhan yang lain.Cara pembuatan WP/WDP adalah
dengan mencampurkan bahan teknis dengan pelarut padat (seperti bubuk talc) dengan
cara dicelup (impregnating) maupun pelapisan luar (coating) dan ditambahkan wetting
agent agar dapat bercampur dengan air.
4. SUSPENSION CONCENTRATE (SC) / FLOWABLE CONCENTRATE (FC/FW)
Suspension Concentrate yang “sejati” dibuat dari bahan aktif yang pada suhu kamar
berbentuk kristal/padat yang tidak dapat larut dengan air.   Sehingga hanya beberapa 
bahan aktif saja yang dapat diformulasi SC/FW, seperti deltamethrin, permethrin, fipronil
dan sebagainya.
SC/FW dibuat dengan melarutkan bahan aktif murni dengan pelarut organik dan
nucleating agent (bahan yang mengikat kristal).   Apabila SC/FW dicampur dengan air,
pelarut akan terdispersi dan bahan aktif (kristal) akan  tersedia untuk serangga hama. 
Karena bahan aktif berbentuk kristal yang sangat kecil (3-5 mikron) sehingga akan
memaksimalkan kontak antara serangga dengan bahan aktif, disamping itu juga
menghindarkan penyumbatan nozzle dan residu yang terlihat
5. MICROENCAPSULATED/MICROENCAPSULATION (ME/FM)
Microencapsulation adalah suatu proses di mana bahan aktif dan bahan pembawanya
(inert ingreadient) dikemas dalam droplet mikroskopis (+ 10 - 30 mikron) dan dibungkus
dalam kapsul polymer yang permeable (polyurea).  Insektisida di dalam kapsul akan
“keluar” secara perlahan-lahan ke permukaan dan tersedia untuk serangga hama.  Ketika
bahan aktif di permukaan kapsul terambil, maka bahan aktif di dalam kapsul akan
menggantikannya, oleh karenanya formulasi ini dikenal juga sebagai slow released
formulation.   Produsen dapat mengatur ketebalan, ukuran, solubilitas dan daya tembus
kapsul sesuai dengan karakteristik yang diharapkan seperti residual life, daya kerja, bau
dan keamanan dari formulasi.
6. SOLUTION (S/SL)
Solution adalah formulasi insektisida yang dibuat dari bahan aktif yang “relatif” mudah
larut dalam air.  Bentuk formulasi ini berupa larutan bening seperti air dan apabila
diencerkan dengan air hampir tidak mengalami perubahan warna.
7. DUST (D)
Formulasi ini sama dengan formulasi WP dengan ukuran partikel yang lebih halus,
namun tanpa wetting agent karena merupakan formulasi siap pakai dan tanpa
dicampurkan dengan air.  Biasanya kadar bahan aktifnya rendah (0.5 – 1 %).
8. GRANULE (G)
Granule merupakan formulasi siap pakai dengan proses pembuatannya dengan
menyemprotkan cairan insektisida ke bahan butiran (mis : pasir, sekam padi, tongkol
jagung dsb).  Formulasi ini kebanyakan digunakan di pertanian untuk mengendalikan
serangga di dalam tanah. 
9. BAIT (B)
Formulasi ini dapat berbagai-macam jenis, antara lain : cairan, granule, gel, pasta, tablet,
bubuk, batangan/blok dsb.  Bait merupakan campuran bahan aktif dengan bahan makanan
atau atraktan lainnya.  Persyaratan lain dari bait adalah bahan aktif yang bias digunakan
harus bersifat non-repelan
10. READY-TO-USE (RTU)
Ada beberapa macam jenis RTU, antara  lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual
untuk rumah tangga.  Untuk pemakaian  professional adalah ULV.Formulasi ini siap
pakai dan tidak perlu dilakukan penambahan dengan bahan lainnya.

DAPUS :
Trisyono, Y. (2017). Insektisida pengganggu pertumbuhan dan perkembangan serangga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai