LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci Kecamatan Ujung Berung
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir Kunci
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
1
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
K a t ap e n g a n t a r
Alhamdulillah, Kami panjatkan Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT, oleh karena-Nya
pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Kajian Perencanaan
Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci Berbasis
Lingkungan.
khususnya pada Potensi dan Objek Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci Kecamatan
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang harus disempurnakan dalam
penyusunan Laporan Akhir ini, untuk itu kami membuka pintu komunikasi kepada semua pihak
Harapan kami, Laporan Akhir Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya
Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci yang telah kami susun dapat berguna serta menjadi
bahan referensi dan acuan dalam proses perencanaan serta pengembangan lanjutan program
Penyusun
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir
Kunci
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................................................1
Abstrak.........................................................................................................................................................5
BAB I. Pendahuluan........................................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................6-8
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran..........................................................................................................9-10
1.3 Dasar Hukum.................................................................................................................................11-12
1.4 Lingkup Pekerjaan...............................................................................................................................13
1.5 Lokasi Penelitian.................................................................................................................................14
1.6 Pendekatan.........................................................................................................................................14
1.7 Keluaran/Output.................................................................................................................................15
1.8 Metode Penelitian.........................................................................................................................15-17
1.9 Sistematika Pelaporan...................................................................................................................17-18
BAB II. Kajian Kebijakan & Pustaka Terkait................................................................................................19
2.1 Kerangka Hukum Kebijakan Global, Nasional & Studi Literatur..................................................19-23
2.2 RIPPARNAS.....................................................................................................................................24-27
2.3 Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Jawa Barat di Bidang Pariwisata..................................28-29
2.4 RIPPDA Provinsi Jawa Barat................................................................................................................30
2.4.1 Visi dan Misi Pengembangan Pariwisata Di Jawa Barat..........................................................31
3). Angklung........................................................................................................................81
4). Calung............................................................................................................................82
5). Buncis........................................................................................................................82-83
6). Benjang.....................................................................................................................84-85
C. Wisata Keluarga.....................................................................................86-91
Nasional dan Visi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengandung kesamaan
tentang kesejahteraan rakyat, kesatuan dan identitas nasional kualitas hidup, nilai tambah,
pelestarian sumberdaya budaya dan seni, dan kerjasama internasional sebagai sasaran kunci
yang akan dicapai, dipelihara dan diperluas. Pariwisata dan ekonomi kreatif memainkan peran
penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dapat dilihat antara lain dari kontribusinya
terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan lapangan kerja, baik langsung maupun tidak
langsung. Secara bersamaan, pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi 11,8%
terhadap PDB Indonesia dan 14,66% terhadap total lapangan kerja. Dalam mengembangkan
sektor ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan visi yaitu
"terwujudnya kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat Indonesia, melalui pariwisata dan
ekonomi kreatif". Keberlanjutan jelas merupakan kunci dalam pencapaian visi ini, karena
kualitas hidup tidak akan pernah menjadi kenyataan tanpa keberlanjutan. Pariwisata sebagai
sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian bangsa-
bangsa di dunia. Hal ini terwujud seiring dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi
bangsa-bangsa di dunia yang semakin baik dan maju karena sektor pariwisatanya.
tahap pengembangan mulai tahap perencanaan, implementasi, dan pengawasan agar tercapai
keberlanjutan serta manfaat yang besar bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengkaji
keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model
Kampung wisata Pasir Kunci Kelurahan Pasir Jati Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung.
B a bI .P E N D A H U L U A N
Bab Pendahuluan ini menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran studi,
lingkup materi, dan keluaran, serta kerangka pemikiran dan pendekatan studi pekerjaan
Penyusunan Laporan Akhir Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci Berbasis Masyarakat serta Pengembangan Kawasan Pariwisata
Kemajuan dan kesejahteraan ekonomi yang makin tinggi telah menjadikan periwisata sebagai
bagian dari kebutuhan atau gaya hidup manusia. Kebutuhan atau gaya hidup ini mampu
menggerakan jutaan manusia untuk menyaksikan alam dan mengenal budaya dari bangsa lain
di berbagai belahan atau kawasan-kawasan dunia lainnya. Pariwisata di Indonesia pun sudah
mengambil peran penting dalam membangun perekonomian di Indonesia. Kota Bandung yang
memiliki bebagai kelebihan, mulai dari alamnya yang masih sejuk, seni dan budaya,
kreativitas masyarakatnya, serta fashionnya, akhirnya ditetapkan sebagai Kota Wisata Dunia
oleh Unesco. Penetapan Kota Bandung sebagai kota wisata dunia dilakukan kota Beijing, China
pada 25 September 2013 , setelah ditetapkannya Kota Bandung sebagai kota wisata dunia oleh
Unesco, Kota Bandung harus mulai dan terus membenahi berbagai infrastruktur, keamanan
dan kenyamanan berbagai tempat tujuan wisata, termasuk dalam pengembangan kebudayaan.
Kota Bandung adalah kota yang diberi julukan sebagai kota kembang, dan juga terkenal
sebagai pusat pariwisata. Dengan menjadi pusat pariwisata kota Bandung telah berhasil
Kota Bandung dan Penduduk kota Bandung diberkahi oleh lingkungan alam yang begitu indah,
dengan berbagai keragaman kreatifitas masyarakat, Kondisi Geografis Kota Bandung yang
dikelilingi oleh barisan pegunungan yang kokoh dengan jumlah pedesaan yang sangat banyak,
Kebudayaan dan Pariwisata. Di samping itu, letaknya yang berbatasan dengan berbagai
daerah, kabupaten maupun kota yang memiliki alam yang indah dan sejuk merupakan daya
tarik bagi tumbuhnya aktifitas kepariwisataan dan juga memberikan potensi sekaligus peluang
besar untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata yang menjanjikan. Pembangunan bidang
Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan
masyarakat salah satu tujuannya untuk dapat memandirikan masyarakat secara ekonomi.
Ketika suatu komunitas mendapatkan keuntungan (profit) dan manfaat (benefit) dari
pemanfaatan sumber daya alam dan budaya yang dimilikinya, maka mereka dengan sendirinya
akan memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam dan
budaya yang dimilikinya tersebut. Ekonomi kreatif telah dikembangkan diberbagai negara dan
menampilkan hasil positif yang signifikan, antara lain berupa penyerapan tenaga kerja,
ini, peningkatkan kesadaran akan pengelolaan lingkungan serta melestarikan alam dan budaya
Dengan di kembangkannya suatu kawasan wisata di pedesaan akan meningkatkan lagi jumlah
memanfaatkan potensi wisata yang ada di daerah serta melakukan pengelolaan lingkungan dan
Kampung Wisata Pasir Kunci adalah kawasan alam pedesaan dan iklim pegunungan yang kaya
akan potensi alam senantiasa memiliki daya tarik tersendiri akan kawasan tersebut sebagai
kawasan wisata pegunungan yang sejuk bagi sekelompok keluarga dalam melepas lelah dan
kejenuhan atas sekelumit kegiatan keseharian yang penat akan suasana perkotaan. Begitu pula
dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai budaya daerah dan masih memiliki
kultur daerah dengan nilai sosial yang tinggi senantiasa menjadikan kawasan tersebut terasa
sejuk, damai dan tentram. Sebagai pusat seni budaya di Kota Bandung, Kampung wisata pasir
Pasir Kunci adalah nama daerah perkampungan yang berada di wilayah otonomi daerah
Ujungberung Kota Bandung. Secara geografis daerah tersebut berada di kaki Gunung
Manglayang dan sekaligus sebagai perbatasan antara kota dan kabupaten Bandung. Tahun 2010
Kampung Wisata Pasir Kunci dengan luas 1,4 Hektar diusulkan menjadi asset Pemerintah Kota
Bandung, dan pada tahun 2011 Kampung wisata pasir kunci resmi menjadi milik Pemerintah
Kota Bandung dan menjadi tanggungjawab penuh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Bandung serta dibentuk Tim Pengelola sebagai Kelembagaan Pengelolaan berbasis masyarakat.
Keberadaan pasir kunci yang kini berstatus milik Pemerintah pada hakikatnya adalah milik
masyarakat, maka sebesar apapun upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota bandung
melalui Disbudpar Kota Bandung haruslah memiliki dampak bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh. Kunci keberhasilan program yang diupayakan Pemerintah Kota
Bandung melalui Disbudapar Kota Bandung adalah besarnya peran serta masyarakat setempat
yang diharapkan dapat bersinergi dengan program pemerintah kota di bidang pariwisata yang
1.2.1 Maksud
Maksud dari pekerjaan ini adalah mengumpulkan, mengolah dan sekaligus melakukan kajian
serta analisis kondisi eksisting potensi objek wisata Kampung Pasir Kunci, dalam upaya
pengembangan objek dan daya tarik wisata serta melakukan kajian rencana strategis dalam
(sustainable tourism).
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Pekerjaan dari Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci antara lain :
Tujuan 2: Melakukan kajian dan Analysis Situasional, Kapasitas Sumber Daya Manusia serta
Kelembagaan dalam Pengembangan Kampung Wisata, Pemasaran serta Managemen
Pengorganisasian Destinasi Wisata (Destination Management Organization)
Tujuan 3: Membuat Formulasi dan Strategi Pengembangan Kapasitas dan Rencana Aksi
Tujuan 4: Menyelenggarakan Konsultasi Publik dan Workshop terkait hasil temuan dan
rekomendasi Pengembangan Kampung Wisata serta Rencana Strategis dan Aksi
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
10
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
1.2.3 Sasaran
Project Komponent 2: Pengembangan Management Objek dan Daya Tarik Wisata Kampung
Alam Berkelanjutan
1.3 Das ar Huku m
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
9. UU No 10 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu
daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
(PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja
10. Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan, yang memuat
Penanganan Kemiskinan (pro poor), Pertumbuhan Ekonomi (pro growth), Penciptaan
Lapangan Kerja (pro job), dan Lingkungan Hidup (pro environment)
11. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
12. Peraturan Daerah Kota Bandung No 9 tahun 2012 tentang Penggunaan, Pemeliharaan
Dan Pengembangan Bahasa, Sastra Dan Aksara Sunda.
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5. Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan
Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah.
14. Visi dan misi pemerintah Provinsi Jawa Barat 2013 – 2018 yaitu “Jawa Barat Maju dan
Sejahtera untuk Semua”.
16. Kontrak Pekerjaan Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Desa Pasir Kunci Nomor: ...................
1.4 Lingkup Pekerjaan
Substansi Pekerjaan dari Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci antara lain :
Tujuan 2: Melakukan kajian dan Analysis Kapasitas Sumber Daya Manusia serta Kelembagaan
dalam Pengembangan Kampung Wisata, Pemasaran serta Managemen Pengorganisasian
Destinasi Wisata (Destination Management Organization)
Tujuan 3: Membuat Formulasi dan Strategi Pengembangan Kapasitas dan Rencana Aksi
Tujuan 4: Menyelenggarakan Konsultasi Publik dan Workshop terkait hasil temuan dan
rekomendasi Pengembangan Kampung Wisata serta Rencana Strategis dan Aksi
Penyusunan Hasil Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata di
Kampung Pasir Kunci.
a. Desain dan Instrumen Analisis Kajian Kebutuhan Peningkatan Kapasitas dan Survei
d. Lokakarya & Focus Group Disscusion (FGD) hasil temuan dan Kajian Perencanaan Strategis
LOKASI KAJIAN
1.6 Pendekata n
pendekatan sistem (systemic approach) dan pendekatan atas - bawah (top down). Systemic
approach akan melihat masalah secara keseluruhan terdiri dari struktur dan fungsi. Top down
approach akan mengkaji dari supra struktur dan menuju kebawah (infrastruktur) dimana makin
keatas makin kecil dan makin kebawah makin melebar dan fungsinya makin praktis/teknis.
Struktur tersebut tersusun secara hirarkis dan mempunyai fungsi yang berkaitan satu dengan
yang lainnya.
Konsultan yang dilibatkan dalam penugasan ini adalah personil yang sudah memiliki
pengalaman dan pemahaman yang cukup mengenai sistem dinamis serta memahami
Dengan pendekatan ini diharapkan pemahaman atas kondisi dan permasalahan dapat diperoleh
secara cepat, tepat dan sesuai sasaran, sehingga diperoleh hasil kajian dan rekomendasi bagi
Keluaran (output) dari Pekerjaan Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya
1. Dokumen Kajian Perencanaan Strategis Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung
Pasir Kunci.
3. Rencana Strategis dan Aksi Peningkatan kapasitas Sumber Daya dan Kelembagaan
4. Focus Group Discussion (FGD) tentang Draft dan Hasil temuan Dokumen Perencanaan
dan Pengembangan Strategis Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci
5. Laporan Final yang terdiri dari Keluaran (ouput) diatas (output 1-4).
Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan secara optimal sangat tergantung dari metodologi
yang digunakan. Metodologi yang digunakan haruslah relevan dengan jenis, lingkup dan tujuan
kegiatan. Berbagai teknik dan strategi yang akan digunakan dalam Kajian Perencanaan
Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Kampung Pasir Kunci s terdiri atas :
i. Observasi
Data Potensi Wisata dan Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Teknik pengumpulan data
dengan pengamatan langsung terhadap obyek pengamatan data biofisik, sosial ekonomi dan
budaya yang menjadi potensi objek dan daya tarik wisata serta sumberdaya pengembangan
wisata
ii. Interview ( wawancara )
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan informasi tentang kondisi sistem
yang ada dan pengguna (user), masalah yang dihadapi, kejelasan sistem dan prosedur
organisasi serta dengan wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam struktur organisasi dan
kelembagaan masyarakat.
Jumlah responden ditentukan dengan teknik sampling purposive, responden mewakili pihak-
pihak kompeten yang terdiri dari akademisi, tim pengelola wisata Kampung Pasir Kunci, warga
masyarakat, pemerintah Kec. Ujung Berung, instansi yang berkaitan dengan pariwisata dan
lingkungan hidup, pengusaha atau wiraswasta yang ada di lingkungan desa Pasir Kunci,
Untuk melengkapi pemahaman atas kondisi berjalan (eksisting), kami melakukan pengumpulan
data dan informasi tambahan yang relevan melalui dengan cara mempelajari Peraturan serta
Kebijakan terkait, dokumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan-laporan dan data statistik
akan dikaji secara cermat dan teliti. Dalam studi dokumen ini juga akan ditinjau segala
i. Tabulasi
Hasil survey lapangan dan studi dokumen diidentifikasi dan dikelompokkan menurut jenisnya.
Data yang sudah terkelompokkan tersebut selanjutnya disusun dalam tabel yang menunjukkan
kuantitas dan kualitas data dan informasi tersebut, sehingga menunjukkan gambaran tertentu.
a) Dilakukan identifikasi Potensi Wisata dan ODTW di Kampung Pasir Kunci dan Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah Ujung Berung yang kemudian dilakukan analisis deskriptif
untuk memperoleh gambaran umum potensi wisata dan obyek dan daya tarik wisata
(ODTW);
b) Metode dalam Penilaian potensi dan objek daya tarik wisata (ODTW) dilakukan
Pedoman Penilaian Obyek dan Daya Tarik dan Panduan Pengembangan Pariwisata
Berkelanjutan.
Data yang tersusun secara prosedural seperti prosedur organisasi, prosedur pengolahan data
selanjutnya disusun dalam bentuk flow chart. Berdasarkan flow chart ini mekanisme serta alur
Laporan Akhir Studi Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Di
Bab 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran pekerjaan, lingkup wilayah
dan materi, keluaran pekerjaan, kerangka pemikiran dan pendekatan studi, serta sistematika
laporan.
pengembangan pariwisata berkelanjutan dari tingkat global hingga lokal, dan penjelasan
mengenai rencana tindak dan tahapan penyusunannya. Pada bagian akhir bab akan ditinjau
pula bahasan dan pengertian mengenai Kampung Wisata, Ekowisata, Agro Wisata serta
Pariwisata Pendidikan sebagai tema utama dan penunjang pariwisata kawasan Kampung Pasir
Kunci.
kepariwisataan yang dihadapi di Kampung Pasir Kunci maupum Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah Ujung Berung dengan fokus pada pengembangan tema produk ekowisata baik alam
maupun budaya. Pada bagian ini akan disampaikan potensi serta permasalahan, serta isu-isu
Bab ini akan menjelaskan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan kawasan, serta
Bab ini menguraikan rangkaian program pengembangan kepariwisataan di kawasan studi untuk
tujuan dan sasaran program, pengalokasian sumber daya, serta instansi penanggung jawab
tiap program.
2.1 KERANGKA HUKUM DAN KEBIJAKAN GLOBAL, NASIONAL DAN STUDI LITERATUR
industri kreatif berbasis pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai universal, yang melampaui batas
wilayah dan negara. Banyak diantara prinsip dan nilai yang dapat dijumpai dalam Perjanjian
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik,dan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya serta Deklarasi Dunia tentang Hak Azasi Manusia. Dalam Deklarasi
Dunia tentang Hak Azasi Manusia, pasal 23 mengenai lapangan kerja, Pasal 24 mengatur
istirahat, bersantai dan liburan (rest, leisure and holidays). Yang penting juga adalah Konvensi
ILO No. 172 tentang Kondisi Kerja (Hotel dan Restoran) yang menetapkan bahwa semua
kerja dan kondisi kerja dalam industri pariwisata, sejalan dengan agenda Lapangan Kerja dan
kesetaraan, dan martabat manusia serta juga tingkat pemberian upah yang cukup dalam
lapangan kerja pariwisata. Mengenai realisasi dalam sistem hukum Indonesia, penggantian UU
No. 9, 1990 dengan UU No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dapat dipandang sebagai
suatu kemajuan yang signifikan. Terlihat banyak perubahan fokus dari semata-mata mengenai
pengelolaan industri dan usaha pariwisata, ke undang-undang yang lebih komprehensif yang
mencakup berbagai pasal terkait dengan etika, pembangunan berkelanjutan, kebutuhan akan
adanya tingkat perencanaan yang berbeda dan juga lingkup pembangunan pariwisata yang
perencanaan,
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
20
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
perencanaan dan pengelolaan tata ruang, tenaga kerja/lapangan kerja, aspek lingkungan dan
tahun 2009, tertanggal 16 Januari, 2009. Tanpa menggunakan istilah spesifik secara eksplisit,
lembar perundang-undangan ini merangkul konsep yang sudah diterima dunia tentang
pembangunan pariwisata berkelanjutan dan Kode Etik Global yang diterbitkan oleh UNWTO.
Secara khusus yang terkait dengan potensi Karya Ramah Lingkungan dalam sektor pariwisata
dan proses Organisasi Pengelolaan Destinasi dari Kementerian Pariwisata, UU ini menyebutkan
Zona Strategis Pariwisata (yang lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan tentang
standar industri juga diatur melalui peraturan tentang lembaga sertifikasi pariwisata
yang diterbitkan oleh Kemeterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 135 tahun 2004
mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro lokal dan koperasi yang berbasis
pekerjaan bagi penduduk lokal; secara aktif terlibat dalam pelatihan dan pendidikan
bersih, hijau dan aman; dan memberlakukan standar usaha dan kompetensi
Dokumen hukum lain yang juga penting diperhatikan sebagai indikator kebijakan politik untuk
membangun pariwisata yang Kuat, adalah Instruksi Presiden No 16, 2005 yang menjadi alat
untuk ‘menggerakkan’ semua kementerian yang terlibat, dan juga lembaga lainnya serta para
perbaikan jasa dan fasilitasi pariwisata nusantara maupun internasional; mengambil langkah
alam dan juga budaya untuk pembangunan pariwisata dan budaya, dan dengan menggunakan
tema: “Indonesia ultimate in diversity” untuk promosi internasional dan “Kenali negerimu,
tersebut belum menyebut siapa yang akan melakukan koordinasi, dan sejauh ini efektivitasnya
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33/2009 memberikan kerangka koordinasi kepariwisataan
inter- dan antar kabupaten yang lebih baik, akan tetapi setiap kabupaten mungkin mempunyai
situasi sendiri yang berbeda dan mungkin tidak menempatkan pariwisata sebagai sektor yang
diprioritaskan. Karena itu, sebuah percontohan di beberapa kabupaten terpilih dekat dengan
lokasi program DMO dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan pendekatan
yang tepat untuk mendorong koordinasi yang lebih baik dalam pembangunan kepariwisataan.
Pada tingkat wilayah yang lebih luas (super-regional), Indonesia telah sepakat terhadap
sejumlah kebijakan sektor kepariwisataan melalui lembaga regional seperti misalnya ASEAN,
APEC, Daerah Pertumbuhan Asia Timur (BIMP-EAGA) dan Segitiga Pertumbuhan Indonesia –
beberapa satuan tugas seperti misalnya Tim Komunikasi Pariwisata ASEAN, Satuan Tugas
Investasi Pariwisata ASEAN, Satuan Tugas Tenaga Kerja Pariwisata ASEAN yang bekerja untuk
menyiapkan berbagai kebijakan ini, yang juga relevant untuk penyusunan kebijakan pariwisata
nasional.
Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan peraturan dalam kepariwisataan dan ekowisata
relatif baru, dan pengembangan standar serta panduan, masih sedang digarap atau belum
objek dan daya tarik wisata, serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan
pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya
tarik wisata, yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman
flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah dan
purbakala. Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan
pengembangan usaha jasa dan sarana pariwisata, seperti biro perjalanan, jasa konvensi,
pengembangan objek dan daya tarik wisata baru. Hasil yang optimal akan diperoleh apabila
Kepariwisataan nasional mempunyai ciri khusus yang memerlukan pendekatan yang sesuai
dalam pengembangannya. Ciri tersebut antara lain adalah berlingkup global; secara
ekonomi
mempunyai pengaruh efek ganda yang luas dan besar; secara sosial budaya mengandung
masyarakat Indonesia; juga berdimensi politik, pertahanan dan keamanan; melibatkan seluruh
luhur bangsa Indonesia; memiliki kemampuan untuk mendorong pelestarian lingkungan hidup;
dan dalam pengembangannya sangat terkait dan dipengaruhi oleh faktor di luar
menentukan dan menunjang keberhasilannya, seperti objek dan daya tarik wisata, akomodasi,
transportasi, telekomunikasi, listrik, air bersih, dan industri cinderamata, serta melibatkan
koperasi, swasta, dan masyarakat luas. Selain itu, sumber daya manusia yang merupakan
pelaku utama dalam pembangunan kepariwisataan sangat penting untuk ditingkatkan kuantitas
dan kualitasnya.
Pembangunan
kepariwisataan yang
dilaksanakan melalui
pengembangan kekayaan
mengejawantahkan cita-cita
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melestarikan dan memperkukuh jati diri dan
kemandirian bangsa, serta dapat menjadi peranti untuk ikut menciptakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial guna mewujudkan perdamaian yang abadi
antara bangsa-bangsa di dunia.
2.2 RENCANA INDUK PARIWISATA NASIONAL 2010 – 2025
Nomor
10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2
Desember 2011, telah menandatangani Peratutan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional atau disebut RIPPARNAS tahun 2010 –
2025. RIPPARNAS memiliki arti strategis bagi bangsa Indonesia karena pembangunan pariwisata
Indonesia memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional sebagai
Dalam penjelasan PP Nomor 50 Tahun 2011 itu disebutkan, bahwa RIPPARNAS menjadi sangat
(1) memberikan arah pengembangan yang tepat terhadap potensi kepariwisataan dari sisi
produk, pasar, spasial, sumber daya manusia, manajemen, dan sebagainya sehingga pariwisata
Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara postif dan berkelanjutan bagi pengembangan
(2) mengatur peran setiap stakeholders terkait baik lintas sektor, lintas pelaku, maupun lintas
daerah/wilayah agar dapat mendorong pengembangan pariwisata secara sinergis dan terpadu.
PP No. 50 Tahun 2011 ini menegaskan arah pembangunan kepariwisataan nasional yang
menjadi dasar arah kebijakan, strategi, dan indikasi program kepariwisataan nasional dalam
terwujudnya Indonesia sebagi negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing,
yang meliputi;
4) Organisasi pemerintah, Pemda, swasta dan masyarakat yang efektif dalam mendorong
PP No. 50 Tahun 2011 ini juga membagi perwilayahan DPN, yaitu 50 DPN yang tersebar di 33
provinsi, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tersebar di 50 DPN.
Adapun syarat untuk menjadi DPN dan KSPN secara rinci dijelaskan dalam ayat 1 dan 2 pasal
10 PP No. 50/2011.
Secara keseluruhan, Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional 2010 – 2015 ini mencakup:
pemberlakuan
Strategi Kunci 3: Pembiasaan diri terhadap Pola Pikir Baru tentang Pekerjaan Layak
Penegakannya
tersebut, yaitu:
Kepariwisataan.
terhadap Anak.
mempunyai komitmen.
Kepariwisataan
Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi yang telah ditetapkan tersebut diatas, maka
perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan dan sasaran yang akan
dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi akan memberikan arahan bagi pelaksanaan setiap
urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam mendukung
Misi tersebut akan dicapai berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya daerah, serta dengan
yang baik dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) untuk menciptakan
penyelenggaraan
negara yang seimbang, bertanggung jawab, efektif dan efisien, dengan menjaga
2. Integrity (integritas), yaitu suatu kesatuan perilaku yang melekat pada prinsip-prinsip
moral dan etika, terutama mengenai karakter moral dan kejujuran, yang dihasilkan
ataupun harapan, dan sebuah bentuk tanggungjawab untuk suatu tindakan, keputusan
beserta sarana dan prasarananya, serta memberikan kesempatan berusaha bagi seluruh
5. Penggunaan Data dan Informasi yang terintegrasi (Satu Data dan Informasi Jawa
tersebut terdiri dari data dan informasi spasial (keruangan) dan a-spasial(non
keruangan).
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
30
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat merupakan
pedoman utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa Barat, termasuk pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. RIPPDA ini mengakomodasi isu-isu
strategis dan perkembangan terbaru secara terintegrasi dan sinerjis dimaksudkan untuk untuk
secara berkelanjutan.
RIPPDA Provinsi Jawa Barat memfokuskan pada perencanaan satu atau beberapa daerah
tujuan wisata yang memang menjadi, atau akan menjadi, unggulan provinsi. Pengembangan
kawasan wisata unggulan provinsi diharapkan akan berdampak ganda terhadap pengembangan
(1) konsep pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat yang dilandasi pendekatan
(2) identifikasi kawasan wisata unggulan Provinsi Jawa Barat dan kawasan wisata unggulan
kabupaten/kota, serta;
(3) arahan kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat dan
provinsi.
Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Barat menjadi kerangka dalam menyusun visi,
misi, tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan strategi pengembangan
kepariwisataan Provinsi Jawa Barat, baik secara umum maupun khusus kawasan wisata
unggulan provinsi. Konsep pengembangan kepariwisataan Jawa Barat yang dirumuskan dalam
RIPPDA terkait dengan potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan Jawa Barat,
Visi pengembangan pariwisata Jawa Barat seperti yang tercantum dalam RIPPDA Provinsi Jawa
Barat adalah “Terwujudnya pariwisata Jawa Barat yang mengangkat harkat dan
konservasi, preservasi, dan rehabilitasi sumber daya alam dan budaya untuk
2. Meningkatkan daya saing pariwisata Jawa Barat di tingkat nasional dan internasional
melalui pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata, serta pemasaran
pariwisata yang tepat sasaran oleh sumber daya manusia Jawa Barat yang berkualitas
tinggi.
5. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat luas dan masyarakat lokal dalam
Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Tahun 2014–2018 adalah : “MEWUJUDKAN
KOTA BANDUNG SEBAGAI KOTA SENI BUDAYA DAN TUJUAN WISATA INTERNASIONAL”.
Visi di atas mengandung pengertian bahwa Kota Bandung yang telah mantap sebagai Kota Seni
Budaya (Puseur Budaya) dan Kota Tujuan Wisata di Indonesia selama periode RPJMD 2014 –
2018, bertekad dan berupaya meningkatkan potensinya menjadi Kota Seni Budaya dan Tujuan
Wisata Internasional, sehingga Kota Bandung ke depan benar-benar menjadi Kota Seni Budaya
dan Tujuan Wisata yang berdaya saing tinggi sejajar dengan kota-kota lain di dalam dan luar
negeri yang selama ini telah menunjukkan kiprahnya di bidang Budaya dan Pariwisata.
Kota Bandung dkenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa Barat,
Perkembangan pariwisata Kota Bandung ditopang oleh ketersediaan dan variasi produk wisata
perkotaan dalam bentuk berbagai fitur kota, baik elemen primer maupun sekunder, seperti :
Sejalan dengan fungsi Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat dan kota jasa, produk
pariwisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition), serta wisata berbasis pendidikan
(knowlwdge-based tourism) juga menjadi unggulan utama. Dalam lingkup nasional, Kota
Bandung ditetapkan sebagai destinasi sekunder dan berada di tempat ke-empat, di bawah
Jakarta dan Bali sebagai destinasi primer di Indonesia, dan destinasi Borobudur-Yogya-Solo.
Semenjak tahun 2011, Kota Bandung telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
di Provinsi Jawa Barat (KPPN Bandung Kota dan sekitarnya) dan merupakan bagian dari
Hasil survey Most Liveable Cities Index (MLCI) yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencana (IAP)
untuk yang ketiga kalinya (di tahun 2014) memberikan benchmark bagi para pengambil
kebijakan mengenai tingkat kelayakhunian kota. Indeks ini merupakan “snapshot” yang
sederhana dan
actual mengenai persepsi warga kota yang menunjukkan tingkat kenyamanan sebuah kota
berdasarkan persepsi warga yang hidup sehari-hari di kota tersebut. Kota Bandung termasuk
ke dalam 7 (tujuh) besar kota layak huni di Indonesia dari hasil survey 2014. Tujuh kota yang
memiliki nilai di atas rata-rata nasional, yaitu Balikpapan (71,12), Solo (69,38), Malang (69,3),
Yogyakarta (67,39), Palembang (65,48), Makassar (64,79), dan Bandung ( 64,4). Masuknya Kota
Bandung pada peringkat tujuh besar di tahun 2014 merupakan peningkatan yang cukup
signifikan, karena hasil survey di tahun 2009 dan 2011 peringkat Kota Bandung masih berada di
Adapun guna mewujudkan Visi di atas, maka dijabarkan dalam beberapa Misi:
3. Meningkatkan destinasi pariwisata kota yang berdaya saing tinggi baik pada tingkat
1. Pengembangan Daya Tarik Wisata Primer, yaitu Kawasan Seni Budaya Pasanggrahan,
Kawasan Seni Tradisional Pasir Kunci, Kampung Wisata Terpadu Manglayang, Industri
Alat seni bambu dan kendang, kegiatan seni tradisional Sunda di Pakemitan Kecamatan
Cinambo;
seni dan budaya yang berwawasan lingkungan serta berdaya tarik bagi wisatawan.
tradisional;
Rencana tindak (action plan) merupakan suatu dokumen perencanaan yang menjadi Rujukan
operasional bagi pelaku atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi, biaya, instansi
pelaksana dan waktu pelaksanaan. Rencana tindak membagi strategi-strategi ke dalam bagian-
bagian yang dapat memudahkan koordinasi dalam implementasi rencana menuju sasaran dan
tujuan yang akan dicapai. Rencana tindak ini berkaitan dengan kerjasama antar instansi,
alokasi sumber daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial, dan jadwal untuk
Untuk lebih mengoperasionalkan kebijakan dan strategi yang harus dilaksanakan diperlukan
suatu rencana tindak di tingkat pelaksana di lapangan (sektoral maupun regional). Tanpa
rencana tindak ini, implementasi perencanaan pengelolaan belum terjabarkan secara eksplisit,
karena program yang diuraikan dari setiap isu hanya melahirkan strategi-strategi. Rencana
rencana ini harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan, indikator, kerangka waktu dan sistem
pemantauan (monev).
Rencana tindak pariwisata mencakup siapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana membuat
kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi tentu harus dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang pelaku kepentingan, tidak saja pemerintah daerah setempat, namun juga pelaku
Analisis mengenai sumber daya pariwisata dan berbagai kepentingan yang ada sangat
mendukung pengembangan dan pemasaran bagi wilayah yang akan dikembangkan. Tujuan
akhir dari rencana tindak selain untuk mengembangkan sektor pariwisata di suatu wilayah,
juga untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata khususnya bagi perekonomian lokal,
sehingga pada akhirnya dapat memiliki nilai kompetitif terhadap wilayah lainnya.
Rencana tindak pengembangan pariwisata berupa rencana detil program dan kegiatan yang
bersifat aplikatif dan taktis sebagai bagian atau sub sistem dari kerangka kebijakan makro dan
strategi rencana pengembangan pariwisata. Strategi taktis yang dirumuskan dalam rencana
tindak ini merupakan suatu rencana implementasi yang bersifat fokus, terukur, menjawab
khususnya dalam jangka pendek dan menengah melalui pendekatan SMART (Specific,
rencana yang disusun haruslah juga dapat mengendalikan proses berjalan dan pengendalian
sumber daya pariwisata secara proporsional. Penjabaran strategi menjadi rencana tindak
wilayah, dan saling menguntungkan. Rencana tindak pengembangan pariwisata ini diharapkan
perilaku koordinasi, kerjasama, dan self correction dari para pelaku terkait.
1. Atraksi Wisata
Berupa daya tarik wisata, baik alam, budaya, maupun buatan yang berada di dalam suatu
wilayah dan memiliki daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan, misalnya pantai,
danau, pegunungan, situs budaya, taman, industri, pameran, dan lain sebagainya.
2. Promosi
Merupakan sarana pemasaran, berupa periklanan, pameran pariwisata, artikel di media cetak,
brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster dan pusat informasi
wisatawan
3. Infrastruktur
Berupa sarana dan prasarana dasar yang menunjang kegiatan pariwisata, misalnya jalan,
bandara, jaringan komunikasi, terminal, lokasi parkir, tempat pembuangan sampah, pelayanan
listrik dan air bersih, rambu-rambu lalu lintas, serta lapangan atau area terbuka milik
4. Pelayanan
Berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisata,
mencakup diantaranya akomodasi, camping ground, restoran dan rumah makan, pertokoan,
5. Hospitality
atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga menjadi faktor penting
yang dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam berwisata dan bukan tidak mungkin
akan kembali datang, serta secara tidak langsung turut mempromosikan suatu wilayah kepada
kerabatnya.
terintegrasi, maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif, dan sinergis
amat penting dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas, fungsi, tugas
dan tanggung jawab masing-masing. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan rencana tindak
pengembangan pariwisata yang terpadu (integrated) maka dalam proses perencanaannya harus
melibatkan berbagai pihak terkait (stakeholder). Dengan kata lain diperlukan koordinasi yang
baik antar stakeholder kepariwisataan maupun dengan pihak lain yang secara langsung
Secara garis besar penyusunan rencana tindak (action plan) pariwisata terdiri dari beberapa
steering committee yang terdiri dari stakeholder atau pihak-pihak yang memiliki
masukan maupun saran terhadap analisis dan langkah-langkah yang terkait dengan
rencana tindak.
II. Mengidentifikasi pasar wisatawan yang ada sekarang, untuk mendapatkan informasi
III. Pengembangan profil pasar pariwisata, untuk mengetahui lebih detail mengenai profil
dilakukan di kawasan studi. Misalnya untuk jenis wisatawan bisnis, mereka berkunjung
untuk urusan pekerjaan, rapat atau temu bisnis; namun disamping itu mereka juga
wisatawan dengan lebih detail, maka akan lebih mudah dalam menentukan pasar dan
IV. Menyusun daftar aset pariwisata yang ada di kawasan studi. Aset pariwisata sendiri
dapat dikategorikan ke dalam: (1) Atraksi/Daya Tarik Wisata; (2) Promosi; (3)
Infrastruktur; (4) Hospitality; dan (5) Pelayanan. Daftar aset ini penting untuk
mengetahui potensi kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan
di kawasan studi.
V. Mengenali kepentingan pariwisata, khususnya aspek negatif atau dianggap kurang yang
Aset negatif
Kekurangan yang ada
dapat dilakukan dengan diskusi khususnya bersama masyarakat sekitar kawasan yang
lebih memahami wilayah studi. Bukan tidak mungkin aspek yang awalnya dinilai
negatif atau mengalami kekurangan dapat menjadi aspek unggulan bagi pariwisata di
wilayah tersebut.
VI. Menentukan pasar wisatawan yang potensial, setelah sebelumnya mengidentifikasi dan
pasar potensial menjadi salah satu dasar penentuan dalam fokus pengembangan
VII. Penentuan tujuan dan sasaran pariwisata yang sinergis dengan kebijakan pariwisata di
wilayah yang lebih luas (kabupaten atau provinsi) maupun kebijakan/ nilai lokal
mungkin agar realistis dan lebih mudah diukur. Sebaiknya tujuan dan sasaran juga
dibuat berdasarkan anggaran biaya yang direncanakan serta target waktu pencapaian
yang jelas.
VIII. Pengembangan langkah atau tahapan program dan kegiatan yang sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Tahapan ini harus dibuat lebih spesifik, sedetail
mungkin, dan harus realistis agar lebih mudah dipahami maupun diimplementasilkan.
IX. Mengadakan Focus Group Discussion (FGD), lokakarya atau diskusi dengan melibatkan
mendapatkan umpan balik terhadap rencana yang telah disusun. Hasil diskusi dan
1. Implementasi dari rencana tindak yang telah disepakati bersama oleh seluruh
stakeholder. Pada implementasi ini juga ditentukan badan pengelola atau pelaksana
rencana tindak sesuai dengan kesepakatan dari berbagai pihak yang berkepentingan.
dari rencana tindak yang telah dilakukan. Pihak luar ini dapat berupa (1) konsultan, (2)
publikasi di media, (3) organisasi swasta terkait pariwisata. Masukan, kritik dan saran
dari pihak luar ini sebetulnya dapat bermanfaat bagi umpan balik implementasi dari
rencana tindak, karena secara tidak langsung pihak-pihak ini telah mengevaluasi
3. Monitoring atau evaluasi dari hasil rencana tindak yang telah dilakukan. Tahapan ini
sebaiknya dilakukan oleh pihak luar yang tidak terlibat di dalam penyusunan rencana
tindak, agar hasilnya lebih objektif. Beberapa garis besar evaluasi, antara lain
(1) rencana atau langkah yang telah dilakukan, (2) hasil yang signifikan dari rencana
tindak yang telah dilaksanakan, (3) perubahan dari tujuan maupun sasaran yang telah
ditentukan di awal penyusunan rencana tindak, (4) usulan revisi rencana tindak (jika
diperlukan), (5) komentar personal dengan se-obyektif mungkin, sesuai dengan kondisi
yang ada.
TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA TINDAK (ACTION PLAN) PARIWISATA
RENCANA
STRATEGIS
PENYUSUNAN
ACTION PLAN
PEMBENTUKAN ORGANISASI
PELAKSANA & STEERING COMMITTE
PASAR WISATAWAN
POTENSI
POTENSIAL
KEPARIWISATAAN
REVIEW KEBIJAKAN
& PERATURAN
PENENTUAN
TUJUAN & SASARAN
PENYUSUNAN/
PENGEMBANGAN TAHAPAN
DOKUMEN
RENCANA TINDAK
2.7 KAMPUNG WISATA
Kampung Wisata adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang menyuguhkan tujuan
tuntutan-tuntutan yang ada baik yang menyangkut fasilitas wisata, sirkulasi, dan pengolahan
ruang luar yang memiliki banyak keanekaragaman. Daerah tujuan wisata adalah kawasan atau
daerah tertentu yang memiliki potensi seperti atraksi dan objek-objek wisata yang ditunjang
Rekreasi/berlibur
Objek wisata budaya yang luas diseluruh Indonesia merupakan kekayaan budaya yang memiliki
Kampung wisata merupakan sebuah potensi pariwisata yang dapat menunjang perekonomian
suatu daerah tertentu. Kampung wisata dapat dikatakan sebagai suatu daerah yang berpotensi
wisata jika mempunyai suatu keunikan didaerah tersebut berupa kehidupan keseharian
masyarakat setempat, adat istiadat, kebudayaan setempat yang menjadi daya tarik bagi
wisatawan.
Bebarapa karakter yang mendukung keberhasilan suatu kampung wisata sebagai berikut:
1. Sasaran wisatawan
Semakin banyak wisatawan yang datang, semakin informasi tentang daerah wisata
2. Lokasi
Lokasi yang memilki potensi wisata yang menarik bisa menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
3. Fasilitas wisata
Fasilitas menjadi pelangkap bagi para wisatawan yang dapat dinikmati dan menjadi
4. Arsitektur atau suasana harus memiliki sesuatu yang istimewa sesuai dengan karakter
5. Citra, Sebuah kampung wisata merupakan gambaran karakter dari kampung itu sendiri
yang membentuk identitas unik dan khas dapat dibentuk dengan menghadirkan nuansa
pedesaan dan budaya setempat serta tradisi lokal kedalam kampung wisata.
Kampung wisata akan berkembang dengan baik jika didukung bebarapa masyarakat yang
memang mengenal dan mendukung berkembangnya suatu daerah. Yang ditempati selain itu
perlu juga beberapa faktor pendukung keberhasilan kampung wisata yaitu sebagai berikut :
Pengembangan konsep Kampung wisata dinilai sangat effektif dalam rangka mengenalkan serta
esensi dunia pariwisata serta menikmati hasil dari kepariwisataan tersebut. Bagi daerah-daerah
maka pengembangan konsep ini sangat direkomendasikan. Ada tiga keuntungan yang utama
1. Dengan adanya kampung wisata maka pengelola harus menggali dan mempertahankan
nilai adat budaya yang telah berlangsung selama puluhan tahun di kampung tersebut.
Lestarinya nilai- nilai budaya merupakan daya tarik utama bagi wisatawan.
2. Masyarakat kampung yang notabene memiliki kemampuan ekonomi yang kurang dapat
berperan aktif dalam kelangsungan kampung wisata. Akhir dari konsep ini tentu saja
termaksimalkan.
3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik
minat pengunjung
4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana
lainnya
6. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah pengembangan pariwisata atau setidaknya
berada dalam koridor dan rute paket perjalanan wisata yang sudah dijual.
Kampung wisata mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dengan potensi
wisata yang ada didaerah wisata yang unik. Hal ini memunculkan wisatawan untuk datang
dan menikmati fasilitas atau objek wisata. Jenis Jenis Kegiatan yang dapat di lakukan di
kampung Wisata.
Kegiatan berkebun
Membatik
Hiking
Memancing
Menginap di homestay
Mandi dikali
Berternak hewan
Kampung Budaya terdapat lokasi khusus yang masih mengisahkan sejarah masa lalu dengan
mempertahankan tradisi yang ada. Masih ditemukannya jejak sejarah dan pola hidup lama
yang bisa dipertahankan. Semua yang ada didalammya membutuhkan sentuhan manusia yang
Mental Budaya
Mental budaya lahir dari praktek hidup masyarakatnya yang cinta dengan kebudayaan sendiri,
misalnya masyarakat yang masih memelihara sopan santun menghargai yang lebih tua,
mencintai yang lebih muda dan membesarkan nilai luhur tradisi. Budaya bukan hanya digali
tetapi tetap dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menegakan aturan adat
dengan memberikan hukuman bagi pelanggar aturan dengan mengedepankan nilai budaya yang
luhur tetap mempertahannkan nilai kearifan bijak dan berwiba. sehingga Mental budaya masih
tetap kokoh dan tidak ternodai. Keuntungan dari tegaknya mental budaya dengan kuatnya
atauran dan hukum adat sulit untuk diinterfensi oleh dunia luar sebab aturan telah diatur
berdasarkan kulturnya, bukan kultur dari luar komunitasnya. Mental budaya berdapak pada
prilaku biasannya orang yang masih menghargai hukum adat sangat takut berbuat kesalahan
Produk kebudayaan misalnya orang tua dulu pernah membuat sendok dari tempurung kelapa,
tikar pandan, bingga tau keranjang, sekarang bisa dimunculkan kembali dalam kemasan
produk yang unik dan layak menjadi pendapatan bagi masyarakatnya. Jika dulu orang tua
pernah bernyayi dan mewariskan syair kuno dan langkah ini menjadi daya tarik wisata dan
kelompok pendukungnya masih mempertahankan dan pandai memainkan ini dapat menjadi
media hiburan dan layak di nikmati oleh turis dan wisatawan demikian pula dengan hasil
produk pertaniannya jika masih ada dan dihasilkan secara rutin dan masih dengan pola tanam
sumbangan untuk ilmu pengetahuan. Dan masih banyak lagi yang patut atau layak menjadi
kantong produksi.
Model pengelolaan
Pengelolaan kampung budaya diserahkan langusung dan dikelola langsung oleh masyarakatnya
sendiri, dengan cara cara arif dan bijaksana mengedepankan kebersamaan dan menanamkan
nilai budaya. Secara ekonomi dapat diatur dengan menggunakan manajemen ekonomi dan
Mengajak keterlibatan semua pihak, pemerintah menjadi pendukung terpenting selain sebagai
penunjang sarana prasarana, juga dukungan pengakuan dan legalitas dan legitmasi dari
berbagai pihak perlu diperkuat. Dengan menggandeng Dinas Kebudayaan Pariwisata sebagai
jembatan Promosi budaya. Permusiuman juga patut ambil peran sebab kampung budaya
mendirikan sebuah Museum lokal dari peninggalan kebudayaan yang lama dan patut menjadi
bahan perbandingan dengan keadaan sekarang dan masa lalu. Dan dinas Pendidikan sebagai
penanggung jawab pendidikan yang bermuatan lokal perlu turut serta mengambil peran sebab
kampung budaya menyajikan nyanyian dan sastra tutur yang bisa menjadi dasar bagai bahan
ajar di sekolah. Dinas Kesejahteraan sosial perlu siap sebagai penguat komponen sosialnya
dengan landasan tradisi setempat. Dinas tanaman pangan perlu mengambil peran dalam
pengembangan makanan tradisional yang berasal dari hasil tanaman lokal masyarakat yang
tidak mengandung Pupuk dan Pestisida dan Unsur Kimia. Dinas industri dan koperasi patut juga
ambil peran sebab kantong produksi yang digagas adalah karya lama yang dimunculkan
kembali dengan teknologi sederhana dan layak dikonsumsi masyarakat luas sehingga hasilnya
dapat menunjang ekonomi bagi masyarakat. Ketika ini telah bersinergi maka kekuatan
kampung budaya semakin kokoh dan mampu bertahan sepanjang tidak dikotori dengan
berbagai kepentingan.
2.9 EKOWISATA
Ecotourism atau Ekowisata mulai dikenal akibat pertumbuhan kegiatan pariwisata yang tidak
terbendung maupun terencana dengan baik, khususnya di wilayah yang masih alami. Akibat
negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan pariwisata yang tidak terencana dengan baik sangat
banyak. Diantaranya adalah penurunan mutu lingkungan dan permasalahan sosial yang timbul.
Kondisi ini tentunya sangat merugikan, khususnya bagi masyarakat setempat yang harusnya
dapat memperoleh manfaat dari adanya kegiatan pariwisata. Kecenderungan ini membuat para
peneliti maupun praktisi di bidang pembangunan dan lingkungan menyimpulkan perlunya suatu
Kemudian munculah istilah seperti ’pariwisata yang bertanggung jawab’ (responsible tourism),
’pariwisata alternatif’ (alternative tourism), dan ’pariwisata yang ber-etika’ (ethical tourism).
Ketiganya memiliki maksud yang kurang lebih sama, yaitu menuntut tanggung jawab yang lebih
dari para pengembang maupun pelaku pariwisata, khususnya dalam memperhatikan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata. Disisi lain, pergeseran pasar wisata maupun
istilah ecotourism muncul ketika Ceballos- Lascurain pada tahun 1985 mendefinisikannya
sebagai ”...kunjungan ke daerah-daerah yang masih bersifat alami yang relatif masih
belum terganggu dan terpolusi dengan tujuan spesifik untuk belajar, mengagumi, dan
menikmati pemandangan alam dengan tumbuhan dan satwa liarnya serta budaya (baik
masa lalu maupun masa sekarang) yang ada di tempat tersebut”. Pengertian ini kemudian
hutan’ yang belum tersentuh oleh kegiatan lain. Pada perkembangannya kemudian
memunculkan pula istilah seperti adventure travel, off-the beaten track ataupun special
interest yang biasanya digunakan oleh tour operator dalam memasarkan produknya. Bila dikaji
lebih lanjut, substansi pengertian ini hanya merujuk pada ’tempat’ melakukan kegiatan (di
alam terbuka kawasan hutan) dan ’kondisi lingkungan’ (yang masih bersifat alami), namun
belum menyentuh substansi
penting tentang ecotourism, yaitu ikut berperan melindungi lingkungan kawasan yang
dimanfaatkan dan memberikan manfaat positif terhadap masyarakat setempat (Stewart dan
Sekartjakrarini, 1994). Di tahun 1990-an, istilah ecotourism mulai banyak bermunculan dan
mempertanyakan apa yang seharusnya dilakukan (Sekartjakrarini, 1993). Konsep sikap perilaku
ini yang seharusnya dikaji dalam memahami pengertian ecotourism. Hubungan yang erat
penting dalam mendukung usaha perlindungan kawasan (Ziffer, 1990) dan pemanfaatan
1) Prinsip Konservasi
alam secara lestari dalam bentuk pembangunan lingkungan dan tidak memiliki
degradasi pada sumber daya. Praktek-praktek konservasi yang bertanggung jawab yang
konservasi, atau perluasan sumber daya alam dan lingkungan fisik untuk menjamin
samping itu, pembangunan juga perlu memperhatikan kapasitas maksimum yang dapat
2) Prinsip Edukasi
dan membentuk sikap seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan
pihak, baik itu komunitas, pemerintah, LSM dan wisatawan itu sendiri.
3) Prinsip Ekonomi
jangka panjang (ekonomi) untuk sumberdaya, industri dan komunitas lokal dan
mendorong tumbuh dan berkembangnya ekonomi lokal, bisnis dan komunitas untuk
Aktivitas ekonomi akan dengan sendirinya tumbuh apabila ada kunjungan ke daerah
karena itu perlu diberikan pembelajaran secara optimal bagi masyarakat di wilayah
ekowisata.
setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan
adalah sikap masyarakat lokal terhadap kegiatan tersebut. Sikap masyarakat positif
antara lain
dapat tercermin dari peran serta dan keterlibatan mereka. Ekowisata harus dipandang
sebagai sebuah usaha bersama antara penduduk setempat dan pengunjung yang peduli
dan berpengetahuan untuk melindungi lahan-lahan dan aset biologi serta kebudayaan.
Usaha ini dilakukan melalui pemberdayaan komunitas setempat untuk mengontrol dan
mengelola sumber daya dengan cara tidak hanya menjaga kelangsungan sumber daya
tersebut tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan sosial, budaya, dan ekonomi dari
komunitas tersebut.
Konsep pembangunan berkelanjutan terdiri dari antara 3 (tiga) pilar penting dalam
pembangunan, yaitu;
I. Lingkungan,
manusia dan dalam waktu yang bersamaan turut mempertahankan daya dukung ekosistem agar
dapat tetap terpelihara. Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa pembangunan pada intinya
sendiri, agar tetap memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat secara terus menerus
Ecotourism sendiri telah diakui sebagai salah satu alat pembangunan berkelanjutan oleh
banyak pakar di bidang pembangunan dan lingkungan (Linberg dan EnriQuez, 1994; Gunn,
1994). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ecotourism memiliki batasan untuk dapat
Dalam pemanfaatan lingkungan, kelima syarat tersebut berkecukupan untuk saling terkait
Ecotourism, seperti yang telah dirumuskan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
membangun hubungan saling tergantung antara pariwisata dan lingkungan yang berlandaskan
pada prinsip-prinsip pemanfaatan untuk perlindungan dan penggalian serta penyajian produk
wisata yang diselaraskan dengan potensi dan karakter lingkungan setempat. Untuk itu
Dalam konteks pengembangan suatu wilayah untuk pariwisata, konsep ecotourism menjanjikan
jangka panjang. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh negatif terhadap pariwisata
dan lingkungan yang dimanfaatkan termasuk degradasi mutu lingkungan yang pada akhirnya
mensyaratkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif. Konsep ini mengakui eksistensi
masyarakat adat dan lokal sebagai bagian dari ekosistem setempat, dan melalui suatu
mekanisme aturan main, memiliki ’hak’ keikutsertaan dan ’akses’ terhadap perolehan
Konsep ini fundamental dalam pengembangan suatu wilayah untuk ecotourism karena
yang berkembang.
3. Kepentingan ekonomi dan sosial masyarakat terpenuhi secara berimbang dalam skema
hubungan timbal balik yang saling bergantung dan saling mempengaruhi dengan
kepentingan-kepentingan lainnya.
Produk ecotourism, yang sering dikenal dengan interpretation, adalah suatu kemasan dengan
muatan pada penafsiran nilai-nilai substantif sumber-sumber (alam dan atau budaya), untuk
Sebagai sebuah produk, interpretation dapat diartikan sebagai kegiatan atau fasilitas
pelayanan pariwisata, dan dalam waktu yang bersamaan dapat pula dipahami sebagai sebuah
lingkungan dan
pelestariannya dan berlanjut pada perolehan manfaat sosial maupun ekonomi atas kunjungan
Pemahaman inilah yang kemudian dapat membedakan antara prosuk ecotourism dengan
produk wisata lainnya dan mengisyaratkan bahwa penyelenggaraan pariwisata kini tidak hanya
cukup terfokus pada pengembangan produk rekreatif generik dan pelayanan yang hanya
memperhatikan unsur kenyamanan saja, akan tetapi harus pula memasukkan pesan dalam
Ecotourism tidak dapat terlepas dari syarat-syarat komponen pariwisata dalam membentuk
1) Atraksi kawasan,
Kelima komponen ini akan mendorong terciptanya lapangan kerja yang pada akhirnya dapat
Aksesibilitas yang dibangun menuju kawasan wisata, misalnya akan menghubungkan kawasan
wisata dengan daerah-daerah lain dan atau antarwilayah lainnya, sehingga perekonomian di
suatu wilayah dapat ikut berkembang. Dalam perkembangannya, ecotourism juga menawarkan
lapangan kerja yang layak dan ramah lingkungan spesifik dan penggerak perekonomian rakyat
dampak yang terbawa dalam penyelenggaraannya, seperti: limbah yang terproduksi, polusi
udara, polusi suara, pemakaian energi yang dapat berakibat pada pemanasan global,
Keseluruhan hal ini jika tidak diproses secara benar, maka akan berpotensi mengakibatkan
kerusakan lingkungan secara permanen atau minimal adalah penurunan mutu lingkungan.
menyatu dengan lingkungan dan berdampak minimal, dengan berlandaskan kepada prinsip-
prinsip:
sebagai objek wisata alternatif yang ditawarkan selain produk industri lain yang telah ada.
Perkembangan agrowisata tidak terlepas dari peranan wisatawan sebagai pengkonsumsi objek
agrowisata. Potensi agrowisata mencakup daya tarik objek, ketersediaan fasilitas pendukung,
aksesibilitas, kesiapan sumber daya manusianya, serta keragaman kegiatan wisata yang
ditawarkan.
dilakukan secara terus menerus. Sedangkan tujuan pengembangan agrowisata sebagai unsur
agro dan agrowisata dalam negeri yang makin tangguh, sehingga dapat mengaktualisasikan
Pertanian skala kecil dengan produk yang beragam (diversifikasi produk) merupakan tempat
yang ideal bagi kegiatan agrowisata yang menghibur (agri-entertainment). Dalam hal ini
pertanian skala kecil dapat menghasilkan cara kegiatan bertani yang lebih sederhana sehingga
Terdapat tiga komponen utama yang berperan dalam pengembangan kegiatan agrowisata,
Adanya sesuatu yang dapat dilihat oleh wisatawan (what to see), misalnya saja
kegiatan edukasional seperti wisata pendidikan bagi anak sekolah, adanya museum
yang memuat alat dan produk kegiatan agro; festival dan event berkala lainnya
melukis, teknik membuat pupuk dan kompos, teknik kegiatan bercocok tanam, teknik
katering (makanan dan minuman), serta berbagai produk pertanian (misalnya menjual
Tingkat kesuksesan dan keberhasilan dari pengembangan suatu kawasan agrowisata adalah
seberapa jauh suatu pengusaha dapat mengolah relasi atau hubungan dari ketiga komponen
negara dari sektor ekspor non migas, menciptakan kesempatan berusaha dan kerja, melalui
pemanfaatan yang optimal dari potensi agrowisata sebagai objek kunjungan wisatawan”.
2. Menciptakan iklim berusaha yang baik kepada para pengusaha/pemilik di bidang agro
1. Azas Manfaat, dalam arti bahwa penyelenggaraan program agrowisata diarahkan agar
dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi politik, ekonomi, sosial, budaya
maupun lingkungan.
agar dapat berperan dalam peningkatan pelestarian plasma nutfah sebagai sumber
Penggunaan kedua azas ini dimaksudkan untuk dapat lebih menjamin program agrowisata
bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan di bidang pertanian dan pariwisata di satu
segi dan dilain segi kelestarian dan pengamanan produk pertanian tetap terjaga.
Agar penyelenggaraan program agrowisata ini dapat bermanfaat, maka yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Memberi nilai tambah bagi pengelola/pemilik usaha agro, jasa pelayanan akomodasi
untuk produk yang dihasilkan dalam rangka meningkatkan pemasaran produk baik di
c) Meningkatkan rasa cinta kepada alam dan kesadaran pengunjung akan besar dan
beraneka ragamnya potensi agro yang dimiliki oleh negara kita, sehingga
d) Penduduk sekitar lokasi usaha agro tergerak untuk berpartisipasi dan penyediaan jasa
bagi agrowisata;
e) Membuka pandangan generasi muda bahwa usaha agro yang lokasinya di perdesaan
dapat memberikan kehidupan yang tidak kalah baiknya dengan kehidupan di kota.
2.10.2 Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata
Ruang lingkup dan potensi agrowisata terdiri dari potensi pertanian tanaman pangan,
Daya tarik tanaman pangan sebagai sumber daya wisata antara lain sebagai berikut :
1. Tanaman pangan: tanaman padi dan barisan petak-petak sawah (terasering), proses
tradisional pemeliharaan; bunga yang dikaitkan dengan seni/keindahan antara lain seni
merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga dan sebagainya; budi daya bunga yang
seperti apel, anggur, jeruk dan lain-lain, baik di kebun buah, taman buah ataupun
4. Sayuran; kebun sayuran pada umumnya di desa atau di pegunungan dan mempunyai
pemetikan sayuran; tingkat teknik pengelolaan, dan sebagainya; budidaya sayuran dan
lain-lain.
1. Lingkup komoditas yang ditangani meliputi komoditas tanaman padi, palawija dan
2. Lingkup kegiatan yang ditangani meliputi kegiatan : usaha tani tanaman pangan (padi,
palawija, dan hortikultura) yang terdiri dari berbagai proses kegiatan pra panen, pasca
Daya tarik wisata yang dapat dikembangkan dalam lingkup tanaman pangan tersebut dapat
dipilih secara spesifik yang dapat dikombinasikan dengan daya tarik wisata lainnya pada lokasi
yang sama.
- Perkebunan
Tanaman perkebunan merupakan tanaman tahunan yang memiliki karakteristik tertentu dan
teknik budidaya yang tertentu pula. Daya tarik perkebunan sebagai sumber daya wisata antara
Ruang lingkup bidang usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman
lainnya yang dilakukan oleh perkebunan besar swasta nasional ataupun asing atau BUMN serta
perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan objek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi
Daya tarik peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain sebagai berikut :
1. Pra produksi; yaitu pembibitan ternak, pabrik pakan ternak, pabrik obat-obatan
dan lain-lain;
2. Kegiatan produksi; yaitu usaha peternakan unggas, ternak perah, ternak potongan
dan aneka ternak, dengan pola PIR, pola bapak angkat, perusahaan swasta,
3. Pasca produksi; yaitu pasca panen susu, daging, telur, kulit dan lain-lain;
- Perikanan
Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata antara lain sebagai berikut :
1. Kegiatan penangkapan ikan, yang merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil
laut atau perairan umum (danau, sungai, rawa, waduk atau genangan air lainnya).
Kegiatan penangkapan ikan ini ditunjang oleh penyediaan prasarana di darat berupa
2. Kegiatan perikanan budidaya, yang merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil
a) Kegiatan budidaya air tawar (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di
b) Kegiatan air payau (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan payau
c) Kegiatan budidaya laut (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan
d) Kegiatan pasca panen, yang merupakan kegiatan penanganan hasil perikanan yang
dilakukan pada periode setelah ditangkap dan sebelum dikonsumsi. Kegiatan ini
perikanan (marketing).
Sesuai dengan lingkup kegiatan perikanan, maka beberapa diantaranya merupakan sumber daya
Penentuan klasifikasi agrowisata didasari oleh studi tentang konsepsi dan tujuan
pengembangan agrowisata, jenis-jenis objek agrowisata beserta daya tarik objek tersebut.
Daya tarik agrowisata terdiri dari komoditi usaha agro; sistem sosial ekonomi dan budaya;
sistem teknologi dan budi daya usaha agro; peninggalan budaya agro; budaya masyarakat;
keadaan alam dan prospek investasi pada usaha agro tersebut. Sedangkan tujuan
dalam usaha agro (agrowisata scientific), memperkenalkan nilai dan budaya bangsa
(agrowisata budaya), memperluas hubungan usaha dan promosi produk usaha agro (agrowisata
bisnis) serta memperkenalkan alam dan memperluas rekreasi di bidang agro (agrowisata
rekreasi).
menambah pengetahuan pada bidang agro. Bidang agro yang diminati dapat bersifat khusus
maupun bersifat umum. Sesuai dengan hakekat sains tersebut adalah untuk menambah
pengetahuan, maka dalam konteks ini adalah menambah pengetahuan yang berkaitan dengan
bidang agro. Pengetahuan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan yang berhubungan
dengan komoditi atau teknologi pada usaha agro (eksakta), maupun pengetahuan dibidang
sosial mengenai budaya, ekonomi atau sistem sosial pada masyarakat agro yang menjadi
objeknya. Pada wisata ini ada suatu proses mempelajari sesuatu, sehingga aspek yang penting
Wisatawan yang diprediksikan akan menjadi konsumen adalah wisatawan yang mempunyai
minat yang besar pada pengetahuan dalam bidang agro dan orang-orang atau lembaga yang
Sarana khusus pada objek wisata ini meliputi sarana-sarana yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan penelitian dalam science tersebut, yang dapat berupa laboratorium, tempat
penelitian,
atau dalam perkebunan adanya kebun untuk melakukan penelitian, sarana-sarana literatur
yang berkaitan dengan objek yang diteliti dan adanya tenaga ahli yang berkaitan dengan objek
tersebut.
- Agrowisata Bisnis
Agro wisata ini adalah kegiatan wisata yang dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan
bisnis dalam bidang agro. Secara umum wisata ini dilakukan dengan motivasi utama untuk
melakukan kegiatan bisnis. Namun dalam kegiatan bisnis yang diikutinya, ia juga mendapatkan
kepuasan akan kebutuhan wisatanya. Bentuk agrowisata bisnis dapat dikategorikan dalam tiga
bentuk, yaitu agrowisata dengan penekanan pada produk yang dapat dibisniskan, wisata usaha
agro yang layak bisnis (investasi), dan kombinasi dari keduanya. Dalam agrowisata dengan
penekanan pada produk usaha agro yang layak bisnis faktor yang paling penting adalah adanya
usaha agro yang mempunyai prospek bisnis yang baik dan terbuka bagi investor. Objek wisata
yang dapat dikategorikan dalam jenis wisata ini sangat beragam sesuai dengan banyaknya usaha
agro yang dapat dimasukkan dalam usaha agro dengan komoditas ekspor atau usaha agro yang
terbuka bagi penanaman modal. Yang terpenting untuk objek agrowisata bisnis yang dapat
dikembangkan adalah adanya komoditi yang layak untuk dibisniskan, atau adanya peluang untuk
investasi dalam bidang usaha yang berkaitan dengan usaha agro objek wisata tersebut.
Wisatawan yang menjadi konsumen dalam wisata ini meliputi orang-orang yang bergerak
dalam bisnis komoditi agro atau orang-orang yang mempunyai minat dalam investasi dalam
Sarana khusus yang diperlukan adalah sistem informasi yang berisi informasi-informasi yang
Agrowisata rekreasi merupakan salah satu jenis agrowisata yang motivasi wisatawannya adalah
untuk mendapatkan rekreasi dalam objek usaha agro. Pengertian agro wisata rekreasi ini
memang mirip dengan wisata rekreasi, hanya kegiatan rekreasi tersebut dilakukan di lokasi
agro. Dalam usaha agro yang ada sekarang, jenis wisata inilah yang dapat dikatakan sudah
Dalam agrowisata rekreasi yang paling pokok adalah motivasi wisatawan untuk mencari
kepuasan rekreasi di daerah agro. Untuk mendapatkan kepuasan rekreasi tersebut maka
agrowisata itu harus memiliki daya tarik, yang dapat berupa keadaan alam/panorama alam
Wisatawan jenis agrowisata rekreasi adalah wisatawan yang umumnya mempunyai minat untuk
menikmati keindahan atau atraksi agro. Secara umum wisata ini yang diperkirakan akan
- Agrowisata Budaya
Agrowisata budaya ditandai dengan motivasi perjalanan seorang wisatawan untuk memperkaya
seperti tari-tari tradisional, dan budaya lainnya. Hal yang penting adalah adanya kekhasan
suatu budaya agro, karena pada dasarnya wisatawan mencari budaya yang khas yang berbeda
dengan tempatnya berasal. Wisatawan yang menjadi konsumen wisata ini adalah mereka yang
mempunyai minat besar dalam budaya masyarakat pertanian khususnya atau dapat juga
budaya keseluruhan.
Berdasarkan pengklasifikasian di atas, suatu daya tarik agrowisata dapat termasuk dalam lebih
dari satu jenis. Suatu daya tarik agrowisata dapat termasuk dalam agrowisata scientific, bisnis
Wisata Pendidikan merupakan suatu program yang menggabungkan unsur kegiatan wisata
perjalanan wisata pada suatu tempat atau destinasi tertentu dalam suatu kelompok
dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan
Program ini dikemas sedemikian rupa menjadikan kegiatan wisata reguler atau kegiatan
disesuaikan dengan bobot siswa dan kurikulum pendidikan. Setiap kali mengunjungi obyek
wisata akan disesuaikan dengan ketertarikan obyek dan bidang ilmu yang akan dipelajari
berbasis kurikulum.
prinsip, nilai, dan praktek pembangunan berkelanjutan ke dalam semua aspek pendidikan dan
pemberdayaan. Upaya ini diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan sikap dan
perilaku yang dapat menciptakan masa depan yang berkelanjutan dalam konteks integritas
lingkungan, pembangunan ekonomi, komunitas yang adil bagi generasi sekarang maupun yang
merupakan konsep dinamis yang mencakup sebuah visi baru pendidikan yang mengusahakan
pemberdayaan orang segala usia untuk turut bertanggungjawab dalam menciptakan sebuah
masa depan berkelanjutan. ESD merupakan upaya untuk mengubah perilaku dan gaya hidup
untuk mengubah perilaku dan gaya hidup bagi transformasi masyarakat yang positif adalah
sebagai berikut.
a. Menghargai nilai-nilai dan hak-hak semua manusia diseluruh planet bumi dan
tanggungjawab antar-generasi.
toleransi budaya lokal dan global, perdamaian dan anti kekerasan (non-violence).
Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga perspektif, komponen dan aspek penting, yakni
peran manusia dalam perubahan dan pembangunan. Sama halnya dengan sistem demokrasi
alam, lingkungan hidup fisik yang sensitif, dampak aktifitas manusia, dan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan komitmen untuk menciptakan kebijakan pembangunan sosial
dan ekonomi.
dengan komitmen untuk mengevaluasi tingkat konsumsi individu dan masyarakat sebagai
bentuk keprihatinan terhadap lingkungan serta keadilan sosial. Ketiga perspektif tersebut
saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. Ini berarti
dalam
melakukan pembangunan berkelanjutan tidak bisa mempertimbangkan satu aspek saja, seperti
aspek ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti aspek sosial-budaya dan
lingkungan.
Program Wisata Pendidikan yang dikembangkan merupakan bagian integral (tak terpisahkan)
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sistem Pendidikan Nasional maupun
Muatan Lokal (mulok) sehingga menjadi suatu kebutuhan dan wahana bagi sekolah untuk
membina dan mendidik para siswa. Selain program pembelajaran di dalam kelas, Program
wisata Pendidikan telah terbukti efektif untuk meningkatkan pola pembelajaran dan sosialisasi
para siswa melalui pendekatan pembelajaran aktif dan pengalaman langsung (experiental
learning).
Program Wisata Pendidikan juga harus didukung oleh tenaga ahli, seniman, budayawan serta
para kalangan akademisi perguruan tinggi dalam menyampaikan materi dilapangan. Sehingga
program ini betul-betul disusun untuk memenuhi kegiatan wisata sekolah dengan berkualitas
dan sesuai perkembangan kebutuhan dan masalah global. Program wisata pendidikan
dikembangkan sebagai proses pembelajaran siswa tentang cinta bangsa, negara dan tanah air
ataupun pembelajaran langsung mengenai praktek-praktek terbaik yang secara langsung dapat
Idealnya wisata pendidikan didesain khusus untuk memenuhi kapasitas ilmu pengetahuan para
pelajar untuk mengisi wawasan kebangsaan dan kompetensi global melalui kegiatan
perjalanan, mengenal wilayah dan potensi sumber daya lokal antarkabupaten, provinsi serta
antarpulau di Indonesia. Kegiatan perjalanan dalam tur wisata pelajar akan berdampak luas
bagi pengembangan ekonomi di daerah karena dapat mendukung pergerakan ekonomi rakyat
sekaligus membuka kantong-kantong seni dan budaya yang perlu diketahui pelajar. Sangat
diharapkan kegiatan wisata pendidikan dapat menjadi sarana pelajar untuk melestarikan
budaya dan mengenalkan nilai luhur sejarah dan budaya bangsa Indonesia.
Prospek wisata pendidikan berbasis pelajar sekolah di Indonesia diprediksikan makin cerah.
Jika jumlah pelajar di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Indonesia
sebanyak 39,2 juta orang seperti yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS), bisa dibayangkan
besarnya potensi wisata pendidikan di Indonesia. Dengan pergerakan pelajar sebanyak itu ke
berbagai daerah di Indonesia, bisa dibayangkan nilai rupiah yang bisa berputar karena
dibelanjakan oleh mereka saat beriwisata di objek wisata di jenis wisata ini.
Konsep wisata pendidikan sengaja didisain khusus untuk memenuhi kapasitas ilmu
pengetahuan para pelajar. Dengan demikian mereka akan mampu mengisi wawasan
kebangsaan dengan kegiatan perjalanan wisata mengenal wilayah dan potensi sumber daya
Kegiatan perjalanan wisata pelajar akan menjadi pergerakan ekonomi rakyat, sekaligus
membuka kantong seni dan budaya yang perlu diketahui dan dipahami oleh para pelajar.
Karena itu, wisata pelajar diharapkan menjadi sarana pelajar untuk ikut melestarikan budaya
Dari kegiatan tersebut diharapkan banyak bermunculan ragam obyek wisata yang bisa
dimanfaatkan oleh penjual jasa pariwisata, sehingga dapat mendukung terciptanya lapangan
kerja bagi masyarakat kalangan bawah. Dengan demikian objek wisata pendidikan, seni dan
budaya yang dikunjungi pelajar dapat memberikan lapangan kerja bagi warga setempat,
sehingga ketika objek wisata tersebut berkembang dapat dipetik manfaatnya oleh pemerintah
dan masyarakat daerah itu. Melalui promosi, program Wisata Pendidikan Cinta Indonesia yang
dikhususkan untuk pelajar sekolah, dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan
sekitar objek wisata menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan menggerakkan arus pelajar
sekolah untuk mengikuti program wisata pendidikan dengan mewajibkan pelajar mengikuti
studi banding ke berbagai daerah, akan memberikan angin segar bagi pembangunan pariwisata
nasional.
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
70
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Ekowisata
Kampanye Hijau (Green Campaign) dalam Kaitan Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
1. Fokus pada kegiatan wisata (tourism first) yang merupakan program wisata untuk siswa
dan masyarakat dimana sejumlah bentuk kegiatan belajar menjadi bagian penting
2. Fokus pada pendidikan (education first) yang merupakan program dimana kegiatan
2. Segmentasi geografi
3. Segmentasi psikografi
Aspek Pendukung :
Transportasi seperti akses menuju destinasi, transportasi bus dan moda sebagai bagian
dari sebuah perjalanan independen atau paket, termasuk perjalanan ke dan dari titik
departure-arrival.
Layanan Restoran, termasuk katering, rekreasi, hiburan, kegiatan sosial dan pilihan
akomodasi.
P E N G E M B A N G A NK E P A R I W I S A T A A N
Bab ini menguraikan secara ringkas potensi, permasalahan, dan isu-isu strategis
pengembangan kepariwisataan di Kawasan Kampung Pasir Kunci serta Kawasan Sekitar yaitu
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Ujung Berung. Uraian tersebut mencakup potensi dan
permasalahan pada objek dan daya tarik wisata terkait, fasilitas pendukung khususnya yang
Dalam bab ini juga akan memuat positioning kawasan dalam konteks Kebijakan Tata Ruang
Daerah (Spatial) terhadap sektor maupun rencana dan kebijakan lainnya, serta pokok
permasalahan dan isu strategis di kawasan studi yang akan digunakan sebagai acuan dalam
Objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kawasan Pasir Kunci meliputi objek dan daya
Bandung.
Terdapat beberapa daya tarik primer di lingkungan Kampung Pasir Kunci yaitu Kawasan Seni
dikembangkan mengacu pada prinsip ekowisata, yaitu prinsip konservasi, prinsip edukasi,
prinsip pemberdayaan masyarakat, prinsip ekonomi dan prinsip wisata. Tema ini lahir
disebabkan oleh kondisi kawasan yang berupa pedesaaan, perbukitan, persawahan, kebun
masyarakat serta berada di kawasan bandung utara (KBU) yang tetap harus dijaga
kelestariannya.
Dari besarnya potensi ekowisata di sini, terdapat juga permasalahan klasik yang sering ada di
setiap kawasan wisata, yaitu belum optimalnya pengembangan potensi ekowisata itu sendiri.
Selain itu, ada juga permasalahan yang berbeda-beda di tiap objek dan daya tarik ekowisata,
seperti kurang terawatnya objek dan daya tarik wisata, prasarana jalan ke objek wisata yang
masih kurang baik, kerjasama antar instansi dalam membangun kepariwasataan serta sumber
Pasir kunci adalah nama daerah perkampungan yang berada di wilayah otonomi Pemerintah
Bandung. Kelurahan Pasirjati Ujungberung terdiri dari 12 Rukun Warga dan 51 Rukun
Tetangga. Secara geografis daerah tersebut berada di kaki Gunung Manglayang dan sekaligus
sebagai perbatasan
Bandung. Keberadaan
Kelurahan Pasirjati
Bandung dibentuk
batas wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung dan
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan
dari Desa
Jatimekar yang kala itu Desa Jatimekar dipecah menjadi 2 yaitu Desa Pasirjati dan Desa
Cipanyalu pada tahun 1987 dipecah menjadi 2 (dua) Desa yaitu Desa Pasanggrahan dan Desa
Kecamatan Ujungberung Kota Bandung, dengan batas wilayah dan tanda batasnya adalah :
Kelurahan Pasirjati terletak pada posisi 107º 42’ Bujur Timur dan 6° 54’ Lintang Selatan yang
strategis tepat di sisi Utara Bandung Timur dengan panorama alam lereng Gunung Manglayang,
berada pada ketinggian sekitar 750 M dari permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 19° C
- 24° C dan curah hujan 2400 mm/tahun. Jarak dan waktu tempuh dari kelurahan Pasirjati ke
Berawal dari sebuah pemikiran salah seorang Warga Negara Indonesia (Asep Gumbira) yang
salah satu bagian dari warga masyarakat kota Bandung merasa peduli akan nilai-nilai seni dan
budaya serta berupaya menjaga akan kelestariannya agar tidak punah keberadaannya seiring
dengan perkembangan dan kemajuan jaman. Hal tersebut sekaligus berupaya membantu
Program Pemerintah baik Tingkat Nasional, Provinsi dan Pemerintah Daerah Kota Bandung
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Salah satu bukti nyata akan kepeduliannya yakni
dengan membangun sebuah “Padepokan Seni” diatas tanah milik pribadi sebagai tempat
berkumpul para
seniman sunda dan masyarakat pecinta seni di wilayah Ujungberung dan sekitarnya. Upaya-
upaya pelestarian kesenian sunda yang dilakukan oleh sekelompok seniman yang dinilai
Kepedulian yang sangat besar Walikota Bandung pada saat itu terhadap seni budaya sunda pun
November 2006. Berkat segala upaya serta dorongan dari berbagai pihak terutama Dinas
kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, maka pada tahun 2008 Padepokan Pasirkunci
dijadikan sebagai salah satu Objek Wisata Alam Kota Bandung, kemudian Padepokan
Pasirkunci berubah nama menjadi “Kampung Wisata Pasir Kunci”. Beberapa pertimbangan
yang menjadikan Kampung Wisata Pasirkunci menjadi Objek Wisata Alam di Kota Bandung
diantaranya :
1) Sampai tahun 2007, Kota Bandung belum memiliki Objek Wisata Alam sendiri. Promosi
yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kebudayaan dan
4) Ikut serta membantu Program Pemerintah Provinsi Jawa Barat yakni Program
Pengembangan dan Pelestarian Seni Budaya Jawa Barat serta mewujudkan Pariwisata
berbasis masyarakat.
Tahun 2010 Kampung Wisata Pasir Kunci dengan luas 1,4 Hektar diusulkan menjadi asset
Pemerintah Kota Bandung, dan pada tahun 2011 Kampung wisata pasir kunci resmi menjadi
milik Pemerintah Kota Bandung dan menjadi tanggungjawab penuh Dinas Kebudayaan dan
Potensi Daya Tarik wisata yang dapat ada serta dikembangkan dalam rangka pelestarian seni,
Merupakan kegiatan rutin dari pengurus Kampung Wisata Pasir Kunci dalam upaya pelestarian
seni budaya sunda, yakni dengan mengajarkan bentuk-bentuk seni sunda pada anak usia 7-11
tahun. Bentuk kesenian yang diajarkan pada anak (dan merupakan kesenian asli) diantaranya:
Kegiatan tersebut kini sudah tidak aktif dan vakum (berhenti), dikarenakan tidak adanya
Perlu adanya dorongan serta dukungan dari Dinas terkait serta Komunitas yang memiliki
1) Seni Reak
Salah satu jenis seni pertunjukkan di Jawa Barat yang kerap hadir, terutama di ruang
terbuka, adalah reak. Seni rakyat ini bisa ditemukan di sekitar Ujung Berung-Bandung,
Cileunyi- Bandung, dan Sumedang, Subang, Karawang, dan sekitarnya. Kesenian ini
diselenggarakan oleh
masyarakat pada perhelatan Sunatan atau khitan. Kerap pula ditampilkan pada acara-acara
panen atau 17 Agustus-an. Reak pun dihadirkan pada acara pernikahan, ulang tahun,
peringatan akil baligh dan lainnya. Kesenian ini berupa iring-iringan dengan seperangkat
atau sekumpulan istrument etnik sunda, seperti suling, kendang, kentungan, calung. Terlibat
juga di dalamnya sinden (penyanyi), kuda lumping (kuda yang sudah dilatih untuk
pertunjukkan), sisingaan (patung singa beserta penari), dan penari bertopeng. Penggunaan
kata “reak” sebagai nama bagi kesenian ini memang banyak penjelasannya. Sebagian
mengatakan bahwa “reak” berasal dari kata “reog”, mirip dengan nama bagi kesenian dari
Jawa Timur, terutama “Reog Ponorogo”. Reak maupun Reog, menurut sebagian pandangan
berasal dari kata Arab “riyyuq” yang artinya “bagus atau sempurna di akhir” atau khusnul
khatimah. Sebagian lagi menyatakan bahwa reak berasal dari kata “leak”, yakni salah satu
symbol kekuatan jahat dalam tradisi Hindu-Bali, yang menyimbolkan Batara Kala atau ogoh-
ogoh. Tapi untu pelaku seni reak ini, asal-usul nama dan konteks penggunaannya tidaklah
menjadi persoalan. Yang penting bagi mereka, reak adalah fakta budaya yang menyangkut
media hiburan dan media ekspresi kultural mereka. Dalam komposisi iring-iringan ini, “reak”
ditampilkan sebagai topeng yang dikenakan para penari. Kuda lumping memiliki makna
dikendalikan oleh manusia, serta mampu dilatih untuk melakukan atraksi tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa kekuatan dan kegagahan mampu dijinakkan melalui pendidikan; dan
apabila kekuatan itu telah mampu dikendalikan, maka ia akan mampu menunjukkan
Di wilayah Sunda tidak ada binatang berupa singa. Dapat dipastikan bahwa “singa”
bentuk pengaruh dari tradisi Cina. Singa dianggap sebagai binatang kuat dan disebut sebagai
“raja hutan”. Makna simbolik dari “sisingaan” adalah hampir sama dengan makna bagi kuda
lumping, yakni pengendalian kekuatan yang mewujud menjadi keindahan dan keluwesan.
Mistis
Iring-iringan reak biasanya diarak berkeliling dari kampung ke kampung, menelusuri jalan
raya. Sebelum iring-iringan dilaksanakan, sang pemimpin reak atau pawang biasanya
melakukan ritual khusus, yang terdiri dari “mujasmedi” sambil membacakan mantera-
matera, dan membakar kemenyan . Tujuannya adalah upaya untuk meminta keselamatan
selama proses reak berlangsung. Setelah ritual awal selesai, dimulailah membunyikan
sunat didudukkan di atas punggung kuda lumping dan atau sisingaan. Sedangkan, reak
Beberapa penari menyebutkan bahwa tarian-tarian mereka merupakan gerak otomatis atau
natural (alami), tergantung pada bawaan “ruh” para leluhur yang merasuki badan dan jiwa
mereka. Suara instrumen yang berirama mistis dan nyanyian para sinden sangat nyaring dan
dominan terdengar hingga jarak yang cukup jauh. Sinden, yang umumnya terdiri dari dua
atau tiga orang, melantunkan beberapa nyanyian sunda, secara bergantian, terutama
nyanyian yang biasa dilantunkan dalam tari jaipongan. Tetapi, nyanyian mereka juga
diselingi dengan beberapa nyanyian kontemporer, seperti dangdut. Dengan tarian khas kuda
lumping dan atau sisingaan, semua iringan mengitari dan mengikuti ke mana keduanya
diarahkan. Pada tempat-tempat yang agak luas, kuda lumping dan sisingaan melakukan
atraksi tertentu. Sesekali terdapat orang yang kerasukan , yang diklaim kerasukan ruh” atau
istilah mereka “jadi” [jadi reak, yakni melebur antara dirinya dengan jiwa atau ruh reak
sendiri. Mereka umumnya dalam keadaan tidak sadar disebabkan oleh suara mistis dari
sinilah, sebagian menganggap bahwa “reak” merupakan simbol dari kejahatan, tetapi
“kasurupan” atau melebur antara dirinya dengan ruh jahat, dianggap sebagai puncak
“ritual”, puncak penyatuan diri, dan puncak ekspresi budaya mereka. Dengan demikian,
“jadi” bagi mereka adalah keagungan dan kehebatan. Sebagian menyebutkan kesenian ini
berasal dari peninggalan kerajaan Pajajaran. Sedangkan pendapat lainnya
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
80
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
menyebutkan bahwa kesenian ini muncul pada masa kerajaan Sumedang Larang, yang
mendapat pengaruh dari kerajaan Pajang dan Mataram. Sebagian lagi menyebutkan bahwa
kesenian ini muncul pada masa penjajahan Belanda, sebagai bentuk kritik masyarakat untuk
2) Gamelan Salendro
jaipongan dan lain-lain. Gamelan merupakan sebentuk nama alat yang didukung oleh
bermacam- macam waditra di dalamnya, yang merupakan satu kesatuan komposisi dalam
wujud pergelarannya.
Adapun waditra-waditra itu tertentu dalam jumlahnya menurut kebutuhan atau teknik dan
tradisinya. Waditra-waditranya kebanyakan terdiri dari alat pukul, seperti: dua perangkat
saron, peking, demung (panerus), selentem, bonang, rincik, kenong, kenong, kendang,
kempul dan gong, rebab, gambang. Dilihat dari segi cara membunyikannya, maka waditra-
waditra dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu: alat pukul, alat petik/gesek, alat tiup. Pada
gamelan pelog- salendro sangat jarang sekali dipergunakan alat tiup (misalnya suling) karena
lagu (melodi) dipercayakan pada rebab. Sebaliknya pada gamelan degung tidak
suling dan rebab tidak dipergunakan, melodi lagu dibawakan oleh bonang.
Komposisi yang dijalin oleh nada-nada waditra gamelan mempunyai tugas-tugas khusus dalam
pergelarannya. Sifat-sifat berdialog dalam jalur melodi lagu yang berbeda-beda antar waditra
berjalan bersama menuju daerah kenongan dan goongan menjadikan gending suatu kesatuan
tabuh yang kaya dalam ragam gending. Dalam hal inilah salah satu unsur yang membentuk ciri
3) Angklung
bambu, yaitu dua ruas bambu atau lebih dengan ukuran yang
Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh
benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada
2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda
Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan
bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-
ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai,
digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya
yang digunakan
untuk menghalau burung disawah yang terbuat dari belahan bambu yang disebut kekeprak.
Kekeprak dibunyikan dengan cara digerakan dengan air yang jatuh dari pancuran dan
digunakan untuk menakut-nakuti Sero, sejenis binatang pemakan ikan peliharaan di kolam
atau disawah. Dari kekeprak berkembang menjadi calung dan sekarang ini terdiri atas
berbagai bentuk dengan nama yang berbeda, seperti calung gambang, calung gamelan dan
calung JingJing.
5) Buncis
pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan
semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau
kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis
dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan.
Sejalan
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
83
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari
rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah
dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di
lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal
Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat,
yaitu cis kacang buncis nyengcle..., dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis,
Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung
ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah dogdog,
terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya kemudian ditambah
dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal
bisa berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong,
Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah
menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain
Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, adalah beberapa contoh
saja tentang seni pertunjukan angklung, yang terdiri atas: Angklung Buncis
Angklung Gubrag (Bogor), Angklung Ciusul (Banten), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi),
Angklung Badeng (Malangbong, Garut), dan Angklung Padaeng yang identik dengan Angklung
Nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938. Angklung khas
Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima
(salendro atau pelog) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908—1984) diubah nadanya menjadi
tangga nada Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil
pengembangannya kemudian
diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir Kunci
6) Benjang
mengiringi gerakan-gerakan
pemainnya, demikian pula dalam seni benjang, lagu memegang peranan yang cukup penting
dalam menampilkan seni benjang. Pemain benjang akan saling mendorong antara dua pemain
dengan mempergunakan halu (antan) dalam sebuah lingkaran atau arena, yang terseret ke
luar garis lingkaran dalam dogong itu dinyatakan kalah. Dari gerakan dogong tadi kemudian
berkembang gerakan serenda, yaitu saling desak dan dorong seperti pemain sumo Jepang anpa
alat apa pun. Begitu pula aturannya, yang terdorong ke luar dinyatakan kalah. Dalam gerakan
ini yang dipergunakan adalah pundak masing-masing, jadi tidak menggunakan alat apa pun.
Selain itu, ada pula yang disebut gerakan mirip bagong (celeng), dan dodombaan yaitu
gerakan atau ibing mirip domba yang sedang berkelahi adu tanduk. Benjang sebagai
perkembangan dari permainan adu munding (kerbau), lebih mengarah pada permainan gulat.
pencak silat. Apabila diperhatikan, bentuk dan gerakan seni benjang ini termasuk seni gulat
tradisional. Keunikan benjang adalah musik tradisional Sunda yang menjadi pengiringnya.
Seperti halnya pencak silat, penampilan bendjang memang diiringi musik tradisional Sunda,
seperti menggunakan kendang pencak dan rebana maupun terompet. Beladiri ini memang
berbeda dengan kebanyakan seni beladiri lainnya. Benjang memiliki tingkat risiko cedera
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir
Kunci
lebih tinggi, bahkan jika dibanding
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir
Kunci
olahraga gulat. Bila gulat lebih menitik beratkan pada kelenturan dan keterampilan mengunci
lawan, benjang sebaliknya. Berhasil melumpuhkan lawan dengan cara yang mematikan, dialah
pemenangnya. Karena itu, tidak sembarang orang dapat tampil bertarung di arena benjang.
Alasannya, selain harus bersedia membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan tuntutan
apabila mengalami cedera fatal, para pebenjang yang akan tampil tidak cukup hanya
“Seni tradisional Ujungberung yang dikenal dengan nama benjang tercipta sekitar tahun 1906-
1923. Olahraga ini diciptakan oleh H. Hayat atau lebih dikenal dengan nama Anom Haji,
putera ketiga dari hartawan bangsa pribumi yang terkenal pada masa itu. Adapun alasan
benjang disebut sebagai olahraga asli Ujungberung karena penemunya, tinggal di kampung
Warunggede, Desa Cibiru, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Ada dua versi asal-usul
nama benjang, yaitu satuan kata ben yang artinya permainan serta kata jang, yang
merupakan singkatan dari bujang (pemuda). Pihak yang menang adalah yang dapat
membanting lawannya ke tanah, dari silih banting menjadi silih menindih. Yang menang
adalah yang dapat menindih lawan yang terlentang menghitung bentang. Gerakan jurus pada
seni benjang adalah perpaduan dari jurus ketangkasan di masa lalu, terutama jenis beladiri
kontak badan selain silat, seperti, sumo, sampai pada westerlen, judo, gulat, jujitsu, kempo
dan karate. Ada yang menarik dari benjang, yakni keharmonisan dan lenturnya gerakan dalam
pertandingan, yang dibatasi peraturan, diantaranya tidak boleh mencekik leher lawan,
memukul, menyikut, mencubit, menggigit dan menendang lawan, juga memegang kaki baik
satu atau keduanya. Pertunjukan benjang biasa digelar di atas lapangan berdiameter minimal
5-9 meter, sebagai arena pertandingan yang berbentuk lingkaran. Diselenggarakan pada
malam hari, penerangannya berupa obor bambu atau petromaks, digantung pada tiang bambu
B. “Gebyar Seni Kampung Wisata Pasir Kunci”
Adalah kegiatan atau apresiasi seni sunda yang diselenggarakan di pasir kunci dengan semarak
Kegiatan ini telah lama berhenti dan mengalami kebuntuan terutama dalam kaitan momentum
pelaksanaan acara Gebyar Seni Kampung Pasir Kunci. Idealnya kegiatan tersebut merupakan
bentuk manifestasi dari kebudayaan masyarakat dalam merespon keadaan, apresiasi terhadap
alam dan lingkungan, para leluhur serta waktu tertentu yang merupakan nilai dasar dari
Merupakan salah satu kegiatan rutin yang ada di Pasir kunci adalah Wisata keluarga, meliputi :
Wisata Kuliner, Wisata Bermain anak-anak, Kolam Renang, Petik Strawberry, Kolam pancing
ikan dan lain-lain. Layaknya padepokan, tak hanya nuansa fisik budaya Sunda yang terlihat.
Ruh seni coba ditiupkan melalui beragam kegiatan seni yang ditujukan untuk masyarakat
umum di sebuah tempat bernama Saung Padepokan.Semisal angklung, calung atau seni bela
diri benjang yang menjadi ciri khas masyarakat Ujung Berung. kawasan yang memiliki slogan
“Nyawang Bandung Heurin Ku Tangtung” ini terletak di kaki gunung Manglayang di daerah
perbukitan indah, nyaman dan asri (daerah sangat hijau). Didalamnya telah disediakan atraksi
berupa :
1) Padepokan
Bandung Timur.
Adapun jenis seni yang dilatih diantaranya Seni Benjang Helaran (asli Ujungberung), Buncis,
Tembang Sunda (Kecapi Suling), Pupuh, Angklung Ringklung, Gamelan salendro dan Calung.
Latihan biasanya dilakukan tiga kali dalam seminggu.Selain seni sunda padepokan ini juga
2) Panglawungan
Panglawung dibangun sebagai tempat pertemuan para pelaku dan peduli seni. Disamping itu
bangunan Panglawung ini dapat dimanfaatkan untuk pertemuan keluarga yang berkunjung ke
3) Panyawangan
dan jus strawberry dan berbagai jenis makanan ringan seperti kacang, jagung, ubi dan
singkong rebus. Semua menu yang disajikan merupakan menu masakan tradisional sebagai
bentuk pelestarian budaya Sunda yang akan memberikan kesan tersendiri bagi para
pengunjung.
6) Kolam Renang “Icikibung”
seperti seluncuran/perosotan ke
air dan guyuran air dari ember ketika terisi cukup penuh dalam rentang waktu tertentu
sehingga anak-anak tidak hanya berenang tetapi juga dapat bermain. Dari kolam renang juga
dapat terlihat pemandangan kota Bandung sehingga menambah kenikmatan disaat berenang.
Untuk dapat berenang cukup dengan biaya Rp. 5.000,- maka wisatawan dapat berenang
sepuasnya.
8) Kamar Penginapan
ramah
Kondisi Kamar Penginapan saat ini telah rusak dan tidak dapat dipakai, beberapa bagian telah
Terletak di depan fasilitas Padepokan sebuah arena bermain anak- anak yang terdiri dari
beberapa jenis permainan seperti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan lain-lain. Sehingga
kesenangan tersendiri bagi anak-anaknya. Beberapa fasilitas permainan telah rusak dan tidak
kendaraan roda empat. Kondisi Lahan Parkir di bagian atas dalam kondisi terbengkalai serta
caranya.
D. Produk Ekonomi Kreatif
berambut.
Daun berseling,dan tersusun spiral atau berhadapan. -Daun mengubah dan cara spiral
mengatur atau subopposite; stipula bebas, semi-amplexicaul, bulat telur, panjang 0.5-1.5 cm,
berambut, [yang] sedikit berrusuk, caducous; panjang petiola ( 1-)2-9(-15) cm, subtomentose;
helaian daun bulat telur hingga ellips, 5-20 cm x 4-12 cm, rata atau bercuping 5, hampir tidak
rata, chartaceous, pangkal bentuk jantung hingga membulat atau agak meruncing, tepi
berombak, bergerigi atau bergigi, ujung meruncing atau agak runcing, permukaan atas
berambut, permukaan bawah berambut lebih lebat hingga subtomentose pada urat daun. Urat
daun lateral 5-9 pasang. Inflorescences jantan soliteer atau biasanya berkelompok pada tunas
yang pendek, tandan, pendulous; panjang peduncle 1-2.5 cm, berambut hingga tomentellous;
panjang tandan 3-10 cm; perianthium bercuping 4, panjang 1.5-2 mm, berambut; benang sari
4, panjang 3-3.5 mm, panjang anthera sekitar 0.8 mm; bractea 1.5-2.5 mm, berambut.
Inflorescences betina capitate, soliter di axil daun atau di bawah daun, panjang pedunkel 0.3-
1.5 cm, berambut hingga tomentellous; kepala membulat, diameter 1-1.2 cm; perianthium
tubular, panjang sekitar 1 mm, bergigi 4; panjang ovarium sekitar, stigma 1, filiform,
panjang 7-10 mm.
Infrutescence sinkarp, agak membulat, diameter 2-2.5 cm, bagian yang berdaging, berisi
braktea interfloral, yang biasanya berubah menjadi oranye; buah drupa, dengan pangkal
dangkal dan exocarpium putih, endocarpium bulat telur, panjang 2-2.5 mm. Biji kecil,
Manfaat Tumbuhan
Selama berabad - abad, serat kulit kayu bagian dalam digunakan untuk pembuatan kertas dan
pabrik tekstil untuk pakaian. Penerapan awalnya dijumpai di Jepang, China, Indo-China,
Thailand, Burma (Myanmar), Filipina, Jawa dan Madura, meskipun dengan metode produksi
yang berbeda dan kemudian diantara yang lainnya, Indonesia, New Guinea dan Polynesia,
dimana pabrik dikenal sbagai pakaian `tapa`. Pabrik tekstil dari tanaman ini digunakan untuk
Daun dapat digunakan untuk bahan makanan baik dimakan langsung, disayur, ditumis atau
dikukus. Pohon ini merupakan tumbuhan tingkat rendah. Ia masih termasuk ke dalam keluarga
Moraceae. Diketahui Saeh adalah peninggalan satu-satunya tatar kerajaan sunda yang masih
baku kulit kayu pohon saeh. Pohon ini merupakan tumbuhan tingkat rendah. Ia masih
termasuk ke dalam keluarga Moraceae. Pohon yang tak punya bunga dan buah ini tumbuh di
Baemah (Sumatera), pedalaman Sulawesi hingga Pulau Seram, Garut (Jawa Barat), Purwokerto
(Jawa Tengah), Ponorogo (Jawa Timur), Pamekasan dan Sumenep (Pulau Madura). Orang
Sunda menyebutnya saeh. Orang Madura menyebutnya dhalubang atau dhulubang, sedang
orang Sumba menyebutnya kembala. Dahulu, tumbuhan ini ditanam di sekitar masjid agar
para santri mudah mengambil dan membuat kertas sendiri untuk keperluan belajarnya.
Menurut DR K. Heyne (Peneliti Belanda) dalam buku Tumbuhan Berguna Indonesia, pohon saeh
diduga berasal dari negeri Cina. Namun bila mencermati daerah persebarannya, terbukti
tanaman ini asli indonesia (tropis). Apalagi mempertimbangkan aspek pemanfaatannya yang
telah dikenal oleh masyarakat tradisional di nusantara sebagai bahan baku kertas jaman
kerajaan nusantara. Ada beberapa spesies tanaman yg berbeda yang tersebar terutama yang
terdapat di garut yang berbeda dengan di ponorogo (jatim) atau daerah lainnya.
Selain itu, tumbuhan yang berkembang biak dengan akar rimpang atau geragih ini sangat baik
sebagai bahan baku pembuatan kain tradisional. Menurut Heyne, pakaian kulit kayu ini pada
masanya sangat digemari masyarakat kita. Baik kaum perempuan maupun kaum adamnya.
Terlebih menjadi pakaian tidur, ia memberikan rasa teduh dan nyaman. Saat ini, masih ada
beberapa suku di pedalaman Kalimantan (Dayak), Sumatera (Kubu) dan Sulawesi (Banggai)
Kertas ini terbilang tahan lama, bahkan bisa berumur ratusan tahun. Hal ini terbukti dari
fakta kesejarahannya setelah ditemukan beberapa naskah kuno dan perkamen kebudayaan
kuno Indonesia di museum-museum di tanah air. Konon, mereka yang menggunakan serat kayu
ini menjadi kertas untuk menuliskan tradisi tulis atau mantera-mantera adalah orang-orang
suci. Di Bali, kertas Daluang ini hanya boleh digunakan oleh kaum Brahmana, untuk
Sejarah kertas ini sudah lama ditemukan oleh arkeologi dan ahli sejarah sastra kuno. Awal
kertas Daluang ini dikenal berfungsi sebagai alat Bantu kehidupan sehari-hari, pakaian
misalnya. Pada abad ke 3 SM ditemukan sebuah “paneupuk” dari batu (penumbuk kulit kayu)
di Desa Cariu, Kabupaten Bogor. Masyarakat jaman itu menamakannya “tapa”, yaitu hasil
olahan kulit kayu yang ditumbuk untuk kebutuhan sehari-hari masayarakat di sana. Kemudian,
di dalam buku Literatur of Java muncul nama Daluang pada jaman kebudayaan Hindu di
Nusantara.
Kertas Daluang ini saat itu digunakan untuk menuliskan cerita wayang beber dalam bentuk
gambar-gambar. Dan kertas Daluang ini juga digunakan sebagai pakaian pelengkap para
Pandita Hindu.
Pada tahun 1970-an masyarakat Hindu di Bali menggunakan kertas Daluang ini untuk
pelaksanaan upacara Ngaben. Daluang di sana menjadi salah satu syarat wajib pelaksanaan
upacara Ngaben,
yang disimpan di dalam “Kitir” berbentuk kupu-kupu yang berfungsi simbol magis. Konon,
“Kitir” itu adalah medium pengantar arwah ke Nirwana.Selain itu juga terdapat “Kajang”
dengan bahan dasarnya Daluang ini. “Kajang” di bagi masyarakat Hindu Bali dipakai sebagai
Daluang bagi masyarakat Pacitan, Jawa Tengah, kertas Daluang dibunakan sebagai kertas
penulisan cerita Ramayana. Kata “Dalu” berarti malam dan “Wang” berarti orang. “Dalu” +
”Wang” = orang yang bekerja pada malam hari. Mengapa demikian, karena proses pengerjaan
kertas Daluang ini dikerjakan oleh kaum Brahmana pada malam hari untuk menuliskan cerita
atau teks penting di jamannya. Pada masa kebudayaan Hindu di daerah Kediri, Daluang
digunakan untuk menuliskan cerita Panji untuk pergelaran wayang beber. Kemudian pada
jaman
Tradisi pembuatan kertas daluang ini nyaris ditelan masa dari bumi nusantara. Begitu
puladengan keberadaan pohon saeh asli garut. Setelah dilakukan penelusuran literatur
akhirnya ditemukan tradisi pembuatan kertas daluang dan masyarakat pendukungnya. Mereka
adalah warga kampung Tunggilis, Desa Cimanuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.
Pada tahun 1997 itu, keluarga ini menemukan sekitar 10 batang pohon saeh yang dimiliki
pewaris tradisi ini. Mereka juga masih punya golok khusus tebas, golok khusus potong, pisau
kujang untuk kulit kayu saeh, tasbih batu 200 biji dan kitab yang diwarisi turun-temurun dan
tiga buah pameupeuh sebagai alat produksinya. Pameupeuh adalah sejenis alat pemukul. Alat
ini
digunakaan ketika penyamakan kulit kayu. Terbuat dari campuran logam kuningan dan
Pada saat itu, mereka hampir tidak pernah membuat kertas daluang baik untuk keperluan
sendiri atau pun dipasarkan. Mereka hanya membuatnya berdasar pesanan dan jumlahnya
kecil. Dalam pembuatan kertas daluang, sama sekali tak dipakai teknologi yang njelimet. Ia
dibuat oleh masyarakat biasa dengan teknologi dan peralatan yang sangat sederhana. Proses
pembuatannya dilakukan secara manual dengan cara disamak, diperam dan dijemur di terik
matahari.
Meski begitu kertas ini amat bijak sebagai salah satu contoh kekayaan kearifan tradisional
masyarakat nusantara terutama proses pembuatannya, alat-alat, dan lainnya (tinta) sangat
khas/berbeda dibandingkan dengan daerah lain yang menghasilkan kertas pada jamannya,
Diketahui saat ini hanya ada dua daerah saja yang mampu menghasilkan kertas daluang yaitu
Ponorogo, diketahui saat ini daerah ponorogo kehilangan pewarisnya dan jenis pohon
saeh/daluang asli ponorogo turut hilang. Dengan melestarikan daluang tidak semata
melestarikan budaya, sistem pengetahuan dan teknologi tradisional tetapi juga aset negara
Seperti di daerah-daerah lain di Nusantara, bahan yang dijadikan media dalam tradisi menulis
di Sunda, pada umumnya dilakukan secara bertahap. Sebelum menggunakan kertas industri
sebagai media menulis masyarakat modern, masyarakat Sunda sebelumnya menggunakan daun
KECUALI untuk sekelompok kecil ahli yang mendalami masalah sastra dan kebudayaan, dalam
keseharian, daluang selama ini masih dianggap sebagai barang yang masih asing. Jangan pun
untuk anak-anak muda, untuk sebagian besar orang tua sekalipun, sangat boleh jadi banyak
merupakan bahan yang banyak digunakan dalam tradisi tulis masyarakat Sunda. Biasanya,
penggunaan kertas tersebut dilakukan dengan menggunakan tinta gentur, terutama untuk
bahan-bahan atau buku pelajaran keagamaan sejalan dengan masuknya agama Islam ke
Nusantara pada abad ke-17. Pemakaiannya lebih banyak digunakan di lingkungan pesantren
Namun, sejalan dengan makin majunya teknologi dan industri, terutama industri pulp dan
kertas, penggunaan kertas daluang makin terdesak karena di samping harganya lebih mahal,
Dengan demikian, sejak itu usaha pembuatan kertas tersebut hampir dapat dikatakan tidak
ada lagi. Bahkan, orang-orang yang dulu terlibat langsung dalam kerajinan pembuatan kertas
Kesadaran akan tingginya kearifan tradisional tersebut barulah belakangan ini dikembangkan
lagi, walaupun produksi dan penggunaannya masih sangat terbatas. Misalnya dalam
menggunakan bahan baku kertas tersebut untuk ratusan helai piagam penghargaan.
Secara estetika, kertas daluang yang digunakan untuk piagam penghargaan tersebut lebih
artistik. Warnanya agak kuning pucat dengan serat-serat sangat halus dengan ketebalan yang
bisa diatur sesuai kebutuhan. Misalnya untuk kebutuhan tulis-menulis, ketebalan kertas
daluang bisa dibuat sama dengan HVS 80 gram. Tetapi, untuk piagam, bisa lebih tebal lagi
Seperti halnya tumbuhan tingkat rendah, pohon saeh tidak memiliki bunga dan buah.
Sedangkan daunnya menyerupai telapak tangan yang sedang mengembang dan sedikit
berbulu.
Walaupun ketinggian pohon bisa mencapai empat-enam meter dalam umur tanaman kurang
lebih sepuluh bulan, tetapi batang yang tampak dari pohon tersebut sebenarnya merupakan
batang semu. Tanaman saeh berkembang biak melalui akar rimpangnya atau geragih. Karena
di dalam
akar tersebut terdapat semacam jaringan tumbuh, maka apabila akar tersebut menyembul ke
permukaan tanah lalu terkena sinar matahari, akar tersebut akan terangsang berfotosintesis
USAHA untuk mengenalkan kembali penggunaan kertas daluang dan sekaligus melakukan budi
daya tanaman pohon saeh, antara lain dilakukan Kelompok “Bungawari”, sebuah lembaga
swadaya masyarakat yang memperoleh dukungan Global Environment Facility UNDP. Tedi
hektar tanaman pohon saeh, tetapi kemudian ditebang karena dianggap tidak ekonomis. Di
Selain di kawasan tanah kehutanan, ternyata sampai tahun 1997 tanaman tersebut masih
antara 20-40 pohon,” katanya. Lalu, dengan bantuan Pusat Antar-Universitas Institut
Teknologi Bandung (PAU-ITB), dilakukan percobaan di empat lokasi yang berbeda tingkat
Menurut dia, pohon saeh lebih cocok ditanam di atas daerah yang berketinggian sekitar 600
meter di atas permukaan laut dengan kondisi letak tanahnya miring dan memiliki sumber air
permukaan. Pada lokasi tanah seperti itu, dalam umur satu tahun, tinggi tanaman bisa
mencapai lima-enam meter dan setelah tiga tahun mencapai tujuh meter dengan diameter
Walaupun pembuatan kertas daluang tergolong sederhana dan tradisional, tetapi tidak banyak
yang diketahui bagaimana cara pembuatan kertas tersebut. Dalam percobaan yang dilakukan
pohon saeh sesuai dengan kebutuhannya. Batang yang sudah dipotong-potong itu kemudian
dikuliti lalu dibuang kulit arinya. Bagian yang tersisa berupa kulit kayu yang bersih kemudian
direndam di air bersih selama kurang lebih setengah jam. Kulit kayu yang sudah direndam
tersebut kemudian dipukul-pukul dengan menggunakan alat yang disebut pameupeuh di atas
bantalan balok kayu pohon nangka sampai mencapai dua kali lipat panjang sebelumnya dan
kemudian dicuci dan diperas. Selanjutnya bahan tersebut dilipat secara membujur lalu
dipukul- pukul lagi hingga lebarnya mencapai setengah meter dan kemudian dijemur sampai
setengah kering. Setelah kering, kemudian direndam lagi lalu diperas dan akhirnya dilipat
untuk kemudian dibungkus dengan daun pisang yang masih segar selama lima-enam hari
atas papan dan kemudian ditekan beberapa kali dengan menggunakan tempurung kelapa yang
bersisir. Lalu, dilanjutkan dengan menggunakan tempurung kelapa yang halus dan diakhiri
dengan nangka yang sudah layu. Bahan tersebut kemudian dibentangkan pada sebuah batang
pohon pisang dan kemudian dijemur di bawah terik matahari, sampai akhirnya mengering
dengan sendirinya. Permukaan yang menempel pada batang pisang tersebut akan halus.
Sedangkan permukaan lainnya agak kasar dihaluskan dengan kulit kerang. Menurut Tedi
Permadi, satu hal yang belum ditemukan dalam teknik pembuatan kertas daluang adalah,
Selain menggunakan kertas daluang, tradisi menulis dalam masyarakat Sunda dilakukan
dengan menggunakan tinta khusus yang dibuat sendiri. Karena pembuatannya dilakukan
Cianjur, tinta tersebut disebut tinta gentur. Tinta gentur dibuat dibuat dengan menggunakan
dua jenis bahan baku utama, yakni jelaga dan beras ketan. Jelaga diperoleh dengan cara
membakar minyak tanah di dalam kaleng bekas cat dan kemudian asapnya ditampung dengan
menggunakan kaleng yang lebih besar. Jelaga yang sudah terkumpul kemudian dihaluskan di
dalam sebuah tempat yang disebut dulang. Bahan baku lainnya berupa beras ketan digarang di
atas wajan sampai menjadi arang. Arang beras ketan tersebut kemudian disiram air panas
mendidih sehingga terbentuk santan arang yang berwarna hitam. Kepekatannya akan
bertambah setelah bubur arang ketan tersebut dicampur jelaga yang sudah dihaluskan.
Sebelum digunakan sebagai tinta, cairan berupa tinta berwarna hitam tersebut disaring
dengan kain lalu didinginkan. Tedi yang mengutip pembuatan tinta di Garut mengungkapkan
cara yang sedikit berbeda, terutama dalam penggunaan bahan baku. Di daerah itu, bahan
baku jelaga diperoleh dari merang yang dibakar sampai menjadi arang. Merang adalah batang
malai padi. Tedi mengungkapkan, dari dua kegiatan dalam tradisi menulis masyarakat Sunda
“tempo doleoe” itu tampak bagaimana kearifan tradisional yang dengan jeli bisa
memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk satu pemberdayaan sumber daya alam dan
Piano.
keindahan suara yg dihasilkan oleh alat ini tergantung oleh tangan tangan musisi yg
memainkannya.
Di Kampung Pasir Kunci terdapat seorang pioneer pembuat Hang Pan (Hang Drum) yaitu Kang
Dani, berdomisili tidak jauh dari Asset Lahan Pemkot Bandung yang kini sedang dalam proses
perencanaan pembangunan. Kang Dani telah cukup banyak menghasilkan produk intrumen
musik Hang Pan yang telah dijual ke berbagai macam segmen pasar baik lokal maupun
internasional. Beberapa eksprimen telah dikembangkan melalui kolaborasi dengan alat musik
tradisonal diantaranya karinding dan tarawangsa. Kang Dani telah memiliki demotape
(rekaman) hasil dari eksperimen nya tersebut. Dia berharap bahwa hasil karyanya dapat
menjadi salah satu potensi produk ekonomi kreatif dan atraksi wisata berbasis seni dan
kebudayaan dalam rangka pengembangan Kampung Pasir Kunci sebagai Destinasi Wisata.
internasional.
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
102
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Roekita (Rumah Organik Kita) adalah suatu komunitas yang dibentuk oleh warga masyarakat
Kampung Pasir Kunci dalam menyikapi kerusakan lingkungan terutama lahan pertanian akibat
pola pertanian konvensional yang masif dalam penggunaan pupuk kimia. Mulai
mengembangkan sejak tahun 2014, Roekita hingga kini telah berhasil memasarkan produk
pertanian organiknya ke berbagai macam segment pasar. Visi dari Roekita adalah Menjadi
perusahaan unggul penghasil produk pertanian organik yang terbaik. Program kegiatan Roekita
kewirausahaan dalam bidang pertanian Organik. Sasaran kegiatan Roekita; masyarakat petani,
terhadap lahan pertanian serta yang siap bermitra dengan Roekita serta memiliki kepedulian
terhadap kebelanjutan lingkungan. Program dan sasaran yang ditetapkan Roekita dibuat
sederhana dan mudah dikelola oleh pihak yang berkeinginan bergabung dalam sistem
ok i t a
rumah organik kita
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir Kunci
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
103
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Berdasarkan hasil kuesioner Focus Group Discussion serta pengamatan lapangan dan data
1. Pengembangan potensi sumber daya wisata kawasan Pasir Kunci belum optimal
2. Pelestarian Seni dan Budaya melalui Program Pembinaan serta Dukungan berbagai elemen
masyarakat menjadi hal yang utama, Produk seni dan budaya ditempatkan sebagai upaya
penguatan dan pemberdayaan masyarakat bukan hanya sebagai bagian dari atraksi wisata.
3. Belum adanya penataan kawasan wisata, sementara kawasan yang telah dibangun pun
kurang terawat.
4. Prasarana dan akses jalan ke lokasi objek dan daya tarik wisata masih kurang baik (hanya
cukup untuk satu lajur kendaraan roda 4), serta transportasi umum belum mendukung.
5. Kelengkapan sarana pendukung di objek dan daya tarik wisata masih kurang, dan yang ada
6. Komunikasi/informasi mengenai keberadaan dan kondisi objek wisata masih sering kurang
optimal/akurat.
7. Masyarakat sekitar yang belum sadar wisata; kesadaran untuk mensukseskan pariwisata
masih kurang; belum mencerminkan masyarakat yang ramah dan terbuka kepada
wisatawan
8. Penanganan keselamatan pengunjung di objek dan daya tarik wisata masih kurang, karena
keterbatasan anggaran.
kepariwisataan.
10. Pemasaran dan promosi pariwisata yang belum berkembang dengan baik.
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir Kunci
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
104
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Kawasan Kampung Pasir Kunci memiliki potensi pasar wisatawan domestik yang cukup besar.
Hal ini disebabkan antara lain karakteristik Kawasan Ekowisata Pasir Kunci yang unik dan khas
sehingga memberikan pengalaman berwisata yang berbeda dengan yang lain. Potensi objek
dan daya tarik wisata yang terdapat di Kawasan Pasir Kunci menawarkan nuansa “kembali ke
alam“ dengan cara memanfaatkan setting alam Pasir Kunci khususnya alam pedesaan,
Pasar wisatawan eksisting Kawasan Ekowisata Pasir Kunci antara lain wisatawan lokal dan
regional, terutama wisatawan yang berasal dari kawasan ujung berung dan Kota Bandung
Tidak adanya strategi Diversifikasi serta Multiplikasi Produk Wisata dalam pengembangan
destinasi, menyebabkan tingkat kunjungan rendah sehingga secara perhitungan bisnis merugi.
Potensi pasar wisatawan Kawasan Pasir Kunci secara umum adalah jumlah penduduk Kota
Bandung. Potensi pasar yang besar ini merupakan peluang yang sangat potensial dalam
pengembangan pariwisata Kawasan Pasir Kunci. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir Kunci
3.5 SUMBER DAYA MANUSIA
BUDAYA DAN TUJUAN WISATA INTERNASIONAL”, maka kegiatan pariwisata juga harus sejalan
dengan misi tersebut. Oleh sebab itu salah satu fokus yang mutlak diperlukan adalah
pembangunan sumber daya manusia. Pentingnya pengembangan sumber daya manusia ini
Kualitas sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pariwisata. Ketersediaan sumber daya manusia yang mencukupi dan berkualitas
bagi wisatawan karena pelayanan yang baik merupakan hal yang wajib diberikan kepada
wisatawan.
Permasalahan umum dalam aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
Ketersediaan jumlah tenaga kerja di objek wisata di Pasir Kunci belum maksimal. Hal ini
dapat disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia pelaku wisata, khususnya
Pasir Kunci.
(Kelompok
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir
Kunci
Penggerak Pariwisata), akan tetapi hal ini belum menunjukkan hasil yang signifikan bagi
Belum adanya standarisasi sukarela (voluntary standard) kompetensi Sumber Daya Manusia
Pariwisata
dukungan dari berbagai stakeholder kepariwisataan yang terlibat langsung dalam pengelolaan
pariwisata. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung di berbagai elemen baik
Instansi pemerintah, lembaga swasta maupun masyarakat. Hal tersebut merupakan prinsip
Keterlibatan seluruh elemen kelembagaan pariwisata dapat dijadikan modal dalam proses
dapat dilakukan tanpa dukungan berbagai pihak. Hal ini harus dipahami oleh semua pihak
bahwa ekowisata tidak hanya dibangun untuk keberlangsungan keseimbangan lingkungan saja,
tetapi juga melalui kegiatan ekowisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal
serta turut menjaga dan melestarikan aspek seni dan kebudayaan masyarakat setempat.
1) Efektifitas fungsi dan peran masing-masing lembaga, ditinjau dari aspek koordinasi
instansi terkait;
semua sumber daya manusia pelaku wisata; dan keterlibatan masyarakat lokal, bukan
hanya di dalam aktivitas yang menghasilkan pendapatan saja tetapi juga didalam
kegiatan konservasi.
Kebijakan, peraturan dan regulasi yang jelas merupakan instrumen bagi sistem
kepariwisataan agar dapat bekerja secara efektif. Norma dan nilai perlu dihargai, perlu
diperjelas, perlu diketahui tidak hanya oleh penduduk lokal melainkan juga oleh
pengunjung, termasuk mereka yang mau menanamkan modalnya, yang mungkin datang
dari tempat berbeda dan dengan budaya berbeda. Situasi sosio-ekonomi suatu tempat
wisata yang ada atau yang potensial ada memengaruhi “kesuburan” pertumbuhan
destinasi. Kondisi perkembangan sektor lain yang baik juga akan mendukung tumbuhnya
pariwisata. Bila pariwisata diharapkan sebagai pembangkit, sektor lain juga harus
dikembangkan secara simultan. Pariwisata tidak harus menggantikan sektor lain kecuali
bila diartikan sebagai alternatif terhadap terjadinya praktek berbahaya atau ilegal seperti
rupa agar pariwisata dapat menghasilkan nilai tambah terhadap mata pencaharian yang
ada. Perbaikan kualitas produk lokal atau penyesuaian lain mungkin diperlukan, akses
terhadap informasi dan peluang merupakan hal yang paling penting. Berbagai lembaga
pendukung yang terdapat di Kawasan Pasir Kunci memiliki tugas dan kewenangan yang
saling terkait dan memberikan pengaruh pada kondisi perkembangan pariwisata. Lembaga-
lembaga tersebut dapat berasal dari kalangan instansi pemerintah maupun masyarakat.
3.7 ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PASIR KUNCI
Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di RW 11 Kampung Pasir Kunci,
telah di inventarisir beberapa isu strategis pengembangan Kawasan Pasir Kunci. Isu-isu
Ekonomi, Investasi dan bisnis pariwisata telah ditandai dengan semakin meningkatnya
lokal yang berharap akan tersedianya lapangan kerja. Akan tetapi, dalam banyak kasus
Dan bahkan bila pariwisata benar-benar menciptakan lapangan kerja, komunitas lokal,
Marjinalisasi Usaha kecil, Arus masuk investasi asing, termasuk dalam akomodasi
akomodasi skala kecil yang sudah ada di tempat tersebut. Juga terdapat indikasi bila
pribadi (yang tidak mempunyai izin usaha) menjadi tuan rumah wisatawan, menyaingi
akomodasi komersial formal yang membayar pajaksecara tidak sehat. Pengalaman lain
untuk pembelajaran adalah kasus minimarket yang mendominasi usaha eceran, tidak
hanya terbatas pada kota besar tetapi sudah menyebar sampai ke kota kecil,
ekowisata dan pengembangannya. Masyarakat masih banyak yang belum paham dan
Konsistensi dari komitmen yang diberikan pengambil kebijakan sangat diperlukan untuk
pimpinan/kepala daerah.
ditunjukkan melalui pembagian tugas dan fungsi berbagai instansi maupun pihak
kawasan. Isu ini berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata
serta manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Dukungan berupa
program insentif maupun kredit mikro terhadap usaha yang layak dan ramah
lingkungan serta ekonomi kreatif menjadi bagian penting dari skema input/masukan
kesejahteraan masyarakat.
seoptimal mungkin melibatkan peran dan partisipasi aktif masyarakat merupakan suatu
nilai tawar yang tidak bisa dihindarkan. Program Pembangunan dan pemberdayaan
menyebabkan menurunnya kohesi dan nilai gotong royong pada masyarakat. Penguatan
berorientasi pada peningkatan kapasitas, tata kelola dan nilai-nilai luhur masyarakat.
Mitigasi bencana yang terencana untuk mengurangi (reduksi dan mitigasi) dampak
negatif dari bencana. Berkaitan dengan kondisi fisik wilayah yang rentan terhadap
berbagai macam bencana (seperti gempa, longsor, serangan hama, gagal panen,
kekeringan dll), maka isu mitigasi bencana harus mendapatkan perhatian khusus
sebagai upaya bagi keselamatan para wisatawan dan penduduk setempat. Di dalamnya
mencakup pemetaan ancaman dan resiko (risk and hazard assesment), serta
Isu-isu tersebut merupakan isu yang saling terkait dan harus dipecahkan bersama. Pemilihan
tema ekowisata berbasis pendidikan di kawasan Pasir Kunci perlu didukung oleh berbagai
kondisi yang saling menunjang diantara komponen wisata yang ada. Pada akhirnya,
K A W A S A N
Bab berikut akan menguraikan konsep pengembangan Kampung Pasir Kunci yang mencakup
visi, misi, tujuan dan sasaran pengembangan, yang menjadi salah satu dasar dalam
4.1 VISI
Indonesia: untuk kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran Indonesia dan arah
dan lingkungan.
Pariwisata berkelanjutan dapat secara nyata memberi sumbangan terhadap tercapainya visi
pembangunan nasional tahun 2025 dan berjalan sesuai dengan sasaran pembangunan.
mampu memanfaatkan peluang usaha dan pekerjaan sehingga mereka mendapat manfaat
budaya, yang terkait dengan jati diri, industri yang berdaya saing, destinasi yang
Pariwisata)
3. “Membangun daya saing dan pariwisata kelas dunia yang berkelanjutan, mampu
industri kreatif, pengembangan seni dan budaya serta maju menuju kepemerintahan
Sebagai salah satu kawasan Pembangunan Kawasan Strategis di Kota Bandung, visi dan misi
pengembangan pariwisata Kawasan Pasir Kunci mengacu kepada visi pengembangan pariwisata
Jawa Barat yang tercantum dalam RIPPDA Provinsi Jawa Barat, yaitu “Terwujudnya
Pariwisata Jawa Barat yang mengangkat Harkat dan Martabat, serta Meningkatkan
Kesejahteraan
Pembangunan Pariwisata di kawasan Pasir Kunci juga harus mengacu pada visi pengembangan
wilayah Kota Bandung, yaitu “Mewujudkan Kota Bandung Sebagai Kota Seni Budaya dan
“ Mewujudkan Kampung Pasir Kunci menjadi Salah Satu Kampung Wisata Terpadu
Lingkungan.”
4.2 TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGAN
Kunci
Sasaran:
Meningkatnya kualitas objek dan daya tarik wisata bertema ekowisata di Kawasan Pasir
Kunci.
II. Mendorong diversifikasi dan Multiplikasi produk ekowisata alam dan budaya.
Sasaran:
Terciptanya produk-produk wisata baru -baik alam maupun budaya, yang menunjang
tema kawasan.
Tertatanya potensi daya tarik wisata utama secara baik sehingga dapat memberikan
Meningkatkan kualitas dan kuantitas nilai-nilai alam dan budaya dalam produk
III. Meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat lokal secara
Sasaran:
masyarakat;
IV. Mendorong perkembangan Kawasan Pasir Kunci, dan Kecamatan Ujung Berung
Sasaran:
Berkembangnya sektor pertanian, jasa, dan industri kecil dan menengah lainnya yang
pengembangan produk wisata yang terkait dengan tema utama kawasan, kondisi pasar
wisatawan, transportasi dan infrastruktur, serta aspek SDM dan kelembagaan, seperti
Ekowisata Pasir Kunci yang dirumuskan pada subbab 4.1 dan 4.2.
Perwilayahan setiap Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata akan terdiri dari destinasi-
destinasi dengan luasan yang lebih kecil, yang merupakan kumpulan (cluster) dari berbagai
objek dan daya tarik wisata yang menjadi unggulan maupun pendukung KSP tersebut. Dengan
merupakan cluster dari objek dan daya tarik ekowisata alam maupun budaya, dan atau
wisata primer.
Lebih lanjut, antarcluster di Kawasan Strategis Pariwisata di wilayah ujung berung memiliki
suatu hirarki, yang menggambarkan pusat, yaitu pusat Kawasan Wisata Primer, dalam hal ini
Kawasan Ujung Berung, dan destinasi pendukungnya. Selain itu perlu direncanakan
aksesibilitas
antar cluster tersebut sesuai dengan keterkaitannya, termasuk dengan pusat Kawasan
Strategis Pariwisata, dengan pintu gerbang KSP tersebut, dengan objek dan daya tarik wisata
pendukung, maupun dengan KSP lainnya. Di masing-masing cluster pun perlu direncanakan
fasilitas yang perlu tersedia, sesuai dengan hirarki dan fungsi cluster tersebut dalam lingkup
Pengembangan Kawasan.
Kebijakan :
Berung menghubungkan antara satu cluster dengan cluster lain, cluster-cluster dengan
Strategi Pengembangan:
tarik ekowisata alam dan budaya sebagai destinasi pariwisata dalam Kawasan Strategis
Ujung Berung dengan pusat kawasan dan pintu gerbang kawasan melalui
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Ujung Berung terbagi ke dalam beberapa sub cluster
yang mempunyai kekhasan tema. Tema utama ini mengaksentuasi ditunjang oleh tema-
tema
pendukung yang bersifat memperkuat tema utama. Aksentuasi tema sendiri didasari oleh
potensi yang terdapat dalam kawasan. Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut.
kembali ke rumahnya. Komponen-komponen tersebut meliputi objek dan daya tarik wisata,
transportasi, akomodasi,
telekomunikasi, dan
Pariwisata Pendidikan
serta agrowisata, kuliner dan rekreasi alam dan lainnya, sebagai tema pendukung. Fokus
tema yang didasarkan pada potensi unggulan destinasi, dikembangkan sejalan dengan prinsip-
prinsip ekowisata, yaitu Pengembangan produk wisata yang berkualitas, berkelanjutan dan
berbasis masyarakat juga menjadi perhatian. Sejalan dengan hal tersebut, penting untuk
dilaksanakan upaya pelestarian (preservasi, konservasi, rehabilitasi) alam dan pusaka budaya
(khususnya situs
arkeologi dan desa adat tradisional), serta mitigasi bencana yang melibatkan masyarakat
setempat.
Kebijakan
Budaya) dan Lingkungan Hidup diarahkan untuk memperkuat tema utama kawasan dan
memberikan manfaat bagi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
setempat
bencana.
3. Pengembangan objek dan daya tarik wisata lain di dalam kawasan, untuk mendukung
tema ekowisata.
5. Pengembangan kualitas produk Pariwisata Pendidikan berbasis Kearifan Lokal (Seni dan
Budaya) dan Lingkungan Hidup yang khas, unik dan berdaya saing.
Strategi Pengembangan:
1. Memperkuat tema utama kawasan yaitu Pariwisata Pendidikan berbasis Kearifan Lokal
(Seni dan Budaya) dan Lingkungan Hidup melalui diversifikasi, multiplikasi dan
pengembangan objek dan daya tarik ekowisata alam dan budaya di Kawasan Strategis
(Seni dan Budaya) dan Lingkungan Hidup yang dapat memberikan manfaat langsung
kepada masyarakat, baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial budaya, maupun
kepada lingkungan
3. Meningkatkan upaya konservasi dalam pengembangan kegiatan ekowisata alam di
4. Memperkuat tema pendukung kawasan yaitu agrowisata dan atraksi seni dan budaya
5. Meningkatkan kualitas produk ekowisata alam dan budaya dengan standar kualitas
6. Meningkatkan kualitas produk agrowisata dan atraksi seni dan budaya yang mengacu
umumnya serta Kampung Pasir Kunci khususnya melalui pengembangan brand image
yang didukung oleh seleksi dan aksentuasi produk, serta slogan dan simbolisasi.
Pariwisata Ujung Berung umumnya serta Kampung Pasir Kunci khususnya, baik dari
Pengembangan atau perbaikan sistem transportasi dan infrastruktur pada dasarnya adalah
upaya untuk mengevaluasi kondisi eksisting yang dilanjutkan dengan pengembangan jaringan
transportasi dan infrastruktur sesuai dengan karakteristik wilayah, jenis angkutan dan pola
Pengembangan sistem transportasi untuk mendukung sektor pariwisata merupakan hal penting
(creating
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
120
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
kawasan wisata.
Pengembangan infrastruktur dipandang sebagai peluang untuk menjangkau pasar yang sangat
potensial baik untuk pemasaran produk secara langsung maupun tak langsung. Kebijakan
diperlukan sebagai jaminan pelayan prima yang efektif, efisien, dan murah kepada
masyarakat maupun kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di Kawasan Strategis
Kebijakan:
melalui pembenahan sarana dan prasarana infrastruktur yang ada, baik kuantitas
wilayah.
Strategi pengembangan:
Strategis Pariwisata Daerah Ujung Berung dan sekitarnya termasuk Kampung Pasir
pengembangannya.
3. Pembenahan sarana dan prasarana infrastruktur wilayah, khususnya yang berada di
objek dan daya tarik ekowisata, maupun di objek agrowisata dan atraksi seni budaya
Aspek pasar wisatawan menentukan pengembangan dari produk wisata yang ditawarkan suatu
kawasan wisata. Diperlukan pemahaman tentang karakteristik pasar, baik kuantitas maupun
kualitasnya, untuk kemudian menjadi pertimbangan dalam mengemas produk wisata, dan
Kebijakan:
2. Mengembangkan segmen pasar wisatawan minat khusus ekowisata alam dan budaya
berbasis pendidikan.
Strategi pengembangan:
1. Memperluas segmen pasar wisatawan ekowisata dengan menangkap potensi pasar dari
3. Memanfaatkan segmen pasar wisata minat khusus alam dan budaya, maupun
Kawasan Strategis
Wisata Daerah Perkotaan dan Pendidikan Kota Bandung, dan KWU Jawa Barat, serta
5. Memasarkan produk ekowisata alam dan budaya Kawasan Strategis Pariwisata Daerah
Target Pasar Wisatawan Kawasan Kawasan Strategis Wisata Daerah Ujung Berung dan
Pasir Kunci
Target pasar wisatawan yang akan ditetapkan dalam pengembangan pariwisata di Kawasan
Strategis Pariwisata Ujung Berung terdiri dari dua, yaitu target berupa jumlah wisatawan yang
akan dijaring dan target berupa segmen pasar wisatawan yang akan dituju oleh Kawasan
Target Jumlah Wisatawan Kawasan Strategis Wisata Daerah Ujung Berung dan Pasir
Kunci Target jumlah wisatawan yang akan dijaring oleh Kawasan Strategis Pariwisata Ujung
Berung dan/atau Pasir Kunci selama 5 (lima) tahun ke depan ditentukan berdasarkan
perhitungan proyeksi jumlah wisatawan di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Ujung Berung.
Proyeksi jumlah wisatawan Kawasan Strategis Pariwisata Ujung Berung didasarkan pada:
pertumbuhan rata-rata jumlah wisatawan yang datang ke daya tarik wisata di Kota
Bandung pada sepuluh tahun terakhir. Hal ini dimaksudkan agar target pasar
wisatawan tidak hanya didasarkan pada kuantitas wisatawan, tetapi bergeser pada
kualitas wisatawan. Walaupun jumlah wisatawan yang datang mulai ditekan, dengan
kualitas wisatawan yang baik (lama tinggal lama, pengeluaran berwisata besar, peduli
terhadap lingkungan alam dan sosial, apresiasi terhadap pariwisata tinggi), pariwisata
Kota Bandung dan Kawasan Strategis Pariwisata tetap dapat mencapai kinerja yang
baik.
adalah:
Penduduk Indonesia
2) Proporsi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten dan Kota Bandung serta
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu unsur penting dalam pengembangan destinasi
pariwisata, yang meliputi aparat pemerintah, industri swasta, hingga masyarakat lokal.
Kebijakan:
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, terutama di daerah yang
terampil.
dengan wisatawan.
Strategi:
kawasan.
kepariwisataan di kawasan.
dan masyarakat yang tinggal di sekitar daya tarik Ekowisata Kawasan Strategis
dalam perencanaan dan pengelolaan ekowisata alam dan budaya Kawasan Strategis
Pengembangan pariwisata yang cenderung rumit tidak dapat hanya diemban oleh satu institusi
saja, misalnya oleh Dinas Pariwisata. Diperlukan kerjasama dan koordinasi antar sektor, baik
publik, privat, dan praktisi serta akademisi yang terbuka dan efisien, serta didukung oleh SDM
yang mumpuni.
diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan, strategi maupun program pengembangan yang
dirumuskan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan sasaran masing-
masing program.
Kebijakan:
pariwisata.
Strategi:
2. Mengembangkan tugas, fungsi dan wewenang kelembagaan terkait baik dalam skala
makro, meso dan mikro secara integratif agar tidak terjadi ketumpangtindihan dalam
menyusun kebijakan.
kelembagaan.
5. Menerapkan instrumen kebijakan berupa insentif dan disinsetif seperti pajak dan
masyarakat.
4.3.7 Pengembangan Investasi
pemerintah dan khususnya pihak swasta dalam menunjang pengembangan ekowisata alam dan
budaya di Kawasan Strategis Pariwisata Ujung Berung umumnya dan Pasir Kunci khususnya.
Kebijakan:
Ujung Berung dan Kampung Pasir Kunci, dengan promosi sektor-sektor lainnya,
modalnya di bidang ekowisata alam maupun budaya, dan atau yang terkait di kawasan.
Strategi Pengembangan:
Ujung Berung.
B a bV . K e r a n g k aP E N G E M B A N G A Np r o g r a mP A R I W I S A T A
Daerah Ujung Berung dan Pasir Kunci, perlu ditinjau kembali pengertian ekowisata yang
digunakan dalam studi ini, serta permasalahan maupun isu-isu strategis yang dihadapi dalam
pengembangan kepariwisataan di Kawasan Strategis Wisata Daerah Ujung Berung dan Pasir
Kunci. Hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan dalam merumuskan program yang
sesuai dengan arahan, visi, misi maupun tujuan dan sasaran pengembangan kawasan.
EKOWISAT A
Istilah Ecotourism mulai dikenal akibat pertumbuhan kegiatan pariwisata yang tidak
terbendung maupun terencana dengan baik, khususnya di wilayah yang masih alami. Dengan
merujuk kepada prinsip-prinsip yang berlaku universal, rekomendasi dari berbagai forum
diskusi dan kajian, serta tuntutan objektif di lapangan, maka batasan ecotourism dalan
rencana tindak ini mengacu pada rumusan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata dalam
Rencana Strategis Ekowisata Nasional (2004), yaitu suatu konsep pengembangan dan
serta berintikan partisipasi aktif masyarakat, dan dengan penyajian produk bermuatan
terhadap pembangunan ekonomi daerah, dan diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan
syarat kecukupan dalam mengembangkan konsep tersebut yaitu perlindungan, partisipasi aktif
masyarakat, interpretasi, dampak negatif minimal, serta ekonomi. Untuk lebih jelasnya dapat
umumnya serta khususnya di Kampung Pasir Kunci adalah kegiatan yang dikembangkan
mengacu pada prinsip Ekowisata, yaitu prinsip konservasi, prinsip edukasi, prinsip pelestarian
sni dan budaya, prinsip pemberdayaan masyarakat, prinsip ekonomi dan prinsip wisata. Tema
ini lahir disebabkan oleh kondisi kawasan yang berupa perkampungan, lahan pertanian, hutan,
sungai, dan gunung yang tetap harus dijaga kelestariannya. Kawasan Strategis Pariwisata
Ujung Berung umumnya serta khususnya di Kampung Pasir Kunci memiliki sub tema, yaitu
Kegiatan Ekowisata ini difokuskan pada beberapa Kawasan di Ujung Berung, yaitu Kawasan
Seni Budaya dan Agrowisata Pasanggrahan, Kawasan Kampung Wisata Terpadu Manglayang,
Kampung Seni Manglayang Cipadung, industri alat seni bambu dan kendang, kegiatan seni
Berdasarkan hasil kuesioner wawancara terstruktur dan Focus Group Discussion serta
Permasalahan:
Strategis Pariwisata Ujung Berung umumnya serta khususnya di Kampung Pasir Kunci
Prasarana jalan ke lokasi objek dan daya tarik wisata masih kurang baik (jalan hanya
Kelengkapan sarana pendukung di objek dan daya tarik wisata masih kurang, dan yang
kurang optimal/akurat.
Pemasaran dan promosi objek wisata yang belum berkembang dengan baik.
Masyarakat sekitar objek wisata yang belum sadar wisata; kesadaran untuk
Penanganan keselamatan pengunjung di objek dan daya tarik wisata masih kurang,
1) Akomodasi
destinasi yang masih belum menerapkan SOP (Standard Operating Procedure) yang baik, dan
kualitas pelayanan dari SDM pariwisata yang masih perlu ditingkatkan. Keberadaan sarana dan
infrastruktur pendukung pariwisata belum tersedia serta masih perlu banyak ditingkatkan.
Ketersediaan restoran dan rumah makan khususnya di Kampung Pasir Kunci cukup baik, para
wisatawan yang berkunjung dapat dengan mudah menemukan rumah makan, terlebih di lahan
milik pemerintah kota Bandung. Rumah makan yang ada di kawasan ini umumnya
menghidangkan jenis makanan tradisional sunda. Permasalahan yang muncul terkait dengan
sanitasi dan harga yang belum standar, serta kualitas tenaga kerja yang belum seluruhnya
bmbingan tekhnis.
Keberadaan Biro Perjalanan Wisata di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Ujung Berung
masih sangat terbatas, sehingga hal ini dapat menyulitkan wisatawan yang berkunjung
khususnya wisatawan mancanegara. Sebenarnya pihak Biro Perjalanan Wisata yang ada
sekarang ini sangat menginginkan adanya kerjasama yang baik dengan pengelola tempat
wisata sekitar, sehingga kegiatan pariwisata di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Ujung
Kampung Pasir Kunci telah memiliki sarana penunjang Padepokan, akan tetapi keberadaan
Padepokan ini tidak didukung dengan program dan kegiatan kesenian dan kebudayaan serta
ketersediaan peralatan yang mencukupi, sehingga belum dapat dimanfaatkan secara optimal
masyarakat.
5) Transportasi
Permasalahan dalam penyediaan sarana dan prasarana transportasi di Kawasan Pasir Kunci
Masih belum meratanya aksesibilitas ke objek dan daya tarik wisata di Kawasan Pasir
Akses jalan relatif kecil, hanya cukup untuk satu lajur kendaraan beroda empat.
Belum seluruh objek wisata memiliki akses jalan yang baik, dari jaringan jalan yang
telah tersedia.
pengaturan parkir pengunjung di objek dan daya tarik wisata sehingga menimbulkan
kekacauan. Penyediaan lahan parkir di tiap objek wisata dan pengelolaan parkir yang
Belum adanya paket dan pola perjalanan wisata yang mengintegrasikan berbagai
Belum optimalnya pengembangan berbagai daya tarik wisata, sarana dan prasarana
Belum dilakukannya riset pasar detil, khusus untuk Kawasan Pasir Kunci sehingga
Ekowisata tersebut.
Permasalahan umum dalam aspek sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
Ketersediaan jumlah tenaga kerja di setiap objek wisata di sekitar Kawasan Kawasan
Pasir Kunci belum maksimal. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya sumber daya
manusia pelaku wisata, khususnya kualifikasi yang belum memenuhi standar minimal
(voluntary benchmark/standard).
berkunjung.
Terbatasnya jumlah guide atau pemandu baik lokal maupun regional yang memenuhi
Pariwisata), akan tetapi hal ini belum menunjukkan hasil yang signifikan bagi
8) Lembaga Pendukung
Kendala-kendala yang ditemui dalam pengembangan ekowisata dalam hal kelembagaan, antara
Efektifitas fungsi dan peran masing-masing lembaga, ditinjau dari aspek koordinasi
instansi terkait;
Isu-isu strategis yang telah disampaikan pada sub bab 3.7 merupakan isu yang saling terkait
dan harus dipecahkan bersama. Penciptaan tema ekowisata di Kawasan Strategis Wisata
Daerah Ujung Berung dan Pasir Kunci perlu didukung oleh berbagai kondisi yang saling
menunjang. Struktur Program Pengembangan Kawasan Strategis Wisata Daerah Ujung Berung
dan Pasir Kunci Seperti yang telah disampaikan, penyusunan program pengembangan di
Kawasan Strategis Wisata Daerah Ujung Berung dan Pasir Kunci didasarkan pada pertimbangan
berbagai potensi dan permasalahan, termasuk isu-isu strategis yang dihadapi kawasan dalam
pengembangan produk ekowisata alam dan budaya sebagai produk unggulan utama, dan
agrowisata sebagai produk pendukung serta kerangka kerja dalam mencapai visi serta misi
utama.
Berikut ini merupakan Kerangka Logis (Logic Model) Pengembangan Program Desa Wisata
Terpadu Kampung Pasir Kunci berdasarkan runutan permasalahan, isu strategis serta opsi
kawasan menjadi payung bagi kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Strategis Wisata
Daerah Ujung Berung dan Pasir Kunci untuk aspek-aspek pengembangan perwilayahan,
prasarana pendukung Kawasan Strategis Wisata Daerah Ujung Berung dan Pasir
Tahun ke-2 : Peningkatan kualitas dan kuantitas nilai-nilai alam dan budaya,
T A H U N
STRUKTUR PROGRAM 2 3 4 5
1
Peningkatan Kualitas Nilai –nilai Seni, Budaya, Kemasyarakatan dan Lingkungan Kawasan
t antara Pelaku Kepariwisataan (Pemerintah, Masyarakat, Swasta, NGO’s, Praktisi/Akademisi) yang terus menerus
R
6 . 1 T A HA P P EMB ENTU K A N/ PO ND AS I A
PIHAK R
KEGIATAN N
TUJUAN IMPLEMENTASI WAKTU SASARAN BERTANGGUNG
PROGRAM
JAWAB T
K
Assesment, Kajian Survei Pasar, Analisis Sosial Lokasi 2–4 Masyarakat Penunjukan
dan Lingkungan serta (Kajian Kampung Pasir Minggu Pelaku Pihak P
dan Analisis
Kelayakan Usaha) Financial Kunci I
Usaha Ketiga/Kelompok
Feasibility Assesment Rencana Pariwisata Kerja (Pokja)
Spesifik Pemerintah Steering Comitee
Rencana Praktisi Dinas
Pemasaran Seniman Kebudayaan dan
(marketing plan) dan Pariwisata
Rencana Budayawan
Loka Karya dan Inventarisasi Masukan Usaha/Bisnis
Sosialisasi Masyarakat Konsultan
Konsultasi Publik dan Arahan Hasil Kajian Pelaku
Pengembangan Rencana Usaha Dinas
Sosialisasi dan Strategis Pariwisata Kebudayaan dan
Diseminasi Informasi Pemerintah Pariwisata
ODTW Pasir
Transparansi Praktisi
dan Kunci
Seniman
Akuntabilitas dan
Dokumen
Meningkatkan Partisipasi Budayawan
dan Peran aktif semua Rencana
Penyadartahuan Masyarakat Memahami: Tindak
Media (Action Dinas
Masyarakat Pengertian Wisata Komunikasi, Kebudayaan dan
Pariwisata Tipe dan Jenis Wisata Informasi Pariwisata
(Masyarakat Sadar Dampak Wisata dan
Wisata) Wisata untuk Kelestarian Edukasi/KIE KOMPEPAR
Seni, Budaya, Lingkungan
(Spanduk,
dan Peningkatan Dinas Informasi
Kesejahteraan Masyarakat Brosur, buku
dan Komunikasi
Partisipasi Masyarakat panduan)
Produk dan Potensi Wisata
Sosialiasi
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir
Kunci
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
141
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
PIHAK
KEGIATAN
TUJUAN IMPLEMENTASI WAKTU SASARAN BERTANGGUNG
PROGRAM
JAWAB
Manajemen melalui
Pengorganisasian Destinasi mobilisasi
Wisata Masyarakat
Kelembagaan
Kepariwisataan
Perencanaan Rumusan Kebijakan Kajian Hukum Masyarakat Dinas
Kelembagaan dan Peraturan dan Pemerintah Kebudayaan dan
Pengelola Pasir Kelembagaan Peraturan Praktisi Pariwisata
Kunci dan Komite Pengelolaan Seniman
Masyarakat Surat dan
Pariwisata Tugas Pokok dan Fungsi Keputusan Budayawan
(Community Penunjukan
Kriteria dan Tim/Badan
Tourism Comitee)
qualifikasi Tim/Badan Pengelola
Pengelola (pengurus)
Mekanisme
Skema Insentif Kerja dan
dan disinsentif Koordinasi
Pendukung
Rencana Sirkulasi;
Perencanaan Jalur
akses, route, pintu
masuk, distribusi poin
dan lain- lain.
Identifikasi Instansi,
Mitra, Lembaga dan
Komunitas terkait
kerjasama Pengembangan
Kawasan Pariwisata
Pendidikan dengan
prinsip Ekowisata
PIHAK
KEGIATAN
TUJUAN IMPLEMENTASI WAKTU SASARAN BERTANGGUNG
PROGRAM
JAWAB
Pendidikan
Identifikasi Pola
Kerjasama dan
Kelembagaan Kemitraan
Kerangka
Waktu
Pelaksanaan
Rencana Pembangunan
Infrastuktur
Parameter Desain
dan Arsitektur
PIHAK
KEGIATAN
TUJUAN IMPLEMENTASI WAKTU SASARAN BERTANGGUNG
PROGRAM
JAWAB
PIHAK
KEGIATAN
TUJUAN IMPLEMENTASI WAKTU SASARAN BERTANGGUNG
PROGRAM
JAWAB
Kebijakan Pariwisata
Kesepakatan Kemitraan
Pemerintah –
Masyarakat melalui
pembentukan Komite
Masyarakat Pariwisata
Pasir Kunci
Pembentukan Rumusan Kelembagaan Pertemuan Masyarakat Dinas
Komite Masyarakat dan Kemitraan Warga Pemerintah Kebudayaan dan
Pariwisata Pemerintah – Masyarakat; (Komunal) Praktisi Pariwisata
(Community Seniman
Tourism Comitee) Struktur Organisasi dan
Budayawan
Tugas Pokok,
Fungsi dan
Tanggung Jawab
Kriteria
Pemilihan Komite
Pemilihan Komite
Masyarakat
Pariwisata secara
terbuka/transparan
dan akuntabel
PIHAK
KEGIATAN
TUJUAN IMPLEMENTASI WAKTU SASARAN BERTANGGUNG
PROGRAM
JAWAB
Struktur Koperasi
Mekanisme Pembagian
Keuntungan, Hak dan
Kewajiban
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
150
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
6 . 3 T A HA P I MP LE ME NTA S I
PIHAK
KEGIATAN
TUJUAN IMPLEMENTASI WAKTU SASARAN BERTANGGUNG
PROGRAM
JAWAB
relevan dengan
pengembangan
usaha/industri
ekowisata di
Pasir Kunci
Melaksanakan Program-
program terkait
Pemasaran, Pemeliharaan,
pengembangan dan inovasi
objek dan daya tarik
wisata
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
154
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
p E N U T U P
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung telah mengantisipasi dan menyadari
betapa pentingnya peran Keberadaan pasir kunci yang kini berstatus milik Pemerintah pada
hakikatnya adalah milik masyarakat, maka sebesar apapun upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota bandung melalui Disbudpar Kota Bandung haruslah memiliki dampak bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Adapun kunci keberhasilan
program yang diupayakan Pemerintah Kota Bandung melalui Disbudpar Kota Bandung adalah
besarnya peran serta masyarakat setempat yang diharapkan dapat bersinergi dengan program
pemerintah kota di bidang pariwisata yang dapat mendorong terciptanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) setempat.
Demikian Laporan Akhir Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya
Tarik Wisata di di Kampung Pasir Kunci ini kami sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan
dalam pengungkapan maupun penyajiannya.
Semoga Laporan ini dapat memberikan gambaran yang cukup bagi Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Bandung dalam melaksanakan Program Pembangunan Kepariwisataan yang
mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, berkontribusi kepada pelestarian seni dan
budaya, konservasi lingkungan serta dapat menjadi wahana pendidikan yang positif bagi
masyarakat luas.
Sebagai penutup kata, atas perhatian serta kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
LAPORAN AKHIR
Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan ODTW di Kampung Pasir
Kunci
D A F T A RP U S T A K A
Eijgelaar (2010)
http://statistics.unwto.org/sites/all/files/pdf/laksaguna.pdf
TedQual.
http://dtxtq4w60xqpw.cloudfront.net/sites/all/files/docpdf/tqcertificacion-en_0.pdf
Source: http://sdt.unwto.org/en/content/about-us-5
UN-WOMEN (2011): Tourism a Vehicle for Gender Equality and Women’s Empowerment.
http://www.unwomen.org/2011/03/tourism-a-vehicle-for-gender-equality-and-womens-
empowerment/
http://www.ecolabelindex.com/ecolabels/?st=country,id
http://new.gstcouncil.org/resource-center/gstc-criteria
In 2011, the Ministry of Tourism and Creative Economy commissioned the report, "A Green
Growth 2050 Road-Map for Bali Tourism". The report is at completed draft stage and will be
shortly submiited to the Minister for consideration and subsequent actions. While ‘Bali
specific’, it may include recommendations relevant and adaptable to other destinations
within Indonesia.
Nawangsidi (2008)
Law No 24-2007
MoTCE (2011)
Apindo (2011)
Ekadjati, Edi S. 2005. Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah Jilid 1. Pustaka
Jaya.Bandung.
Ekadjati, Edi S. 2005. Kebudayaan Sunda, Suatu Pendekatan Sejarah Jilid 2. Pustaka
Jaya.Bandung.
Fennel, D.A. and R.K. Dowling. 2003. Eco-tourism Policy and Planning. CAB
International.London.
Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning: Basics, Concepts and Cases. Taylor and
Francis,Washington, USA.
Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan
Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sekartjakrarini, S. dan N.K. Legoh. 2004. Rencana Strategis Ekowisata Nasional. Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata.
Kelas Khusus KimPrasWil, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB,
15 Mei 2004.
Sekartjakrarini, S. 2003. Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Penyelenggaraan Pariwisata
Sekartjakrarini, S. 1994. The Roles of Parks in Indonesia Tourism. Journal of World Leisure
and Recreation 35 (2).
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. 2006. Studi Penyusunan Basis Data Destinasi Wisata.
Weaver, D.B. 2002. Ecotourism. John Wiley & Sons, Milton, Australia.
World Tourism Organization. 1995. Agenda 21 for the Travel and Tourism Industry. Madrid:
WTO.
D o k u m e n t a s if o t o
I n i t i a l A s s e s m e n t
D i s k u s i S e n i m a n & B u d a y a w a n
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
160
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
W a w a n c a r a T e r s t r u k t u r
F o c u s G r o u p D i s c u s s i o n
A D I E N S I / I N C E P T I O N R E P O R T
D e n g a n W a l i k o t a B a n d u n g
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 165
G U N U N G K A I A N
G A W I R A W I A N
C I N Y U S U RU M A T A N
P A S I R T A LU N A N
LE B A K C A I A N
S A M P A L A N K E B O N A N
W A LU N G A N RA W A T A N
L E GO K B A L O N G AN
DA TA RA N S A W A H AN
S I T U P U L A S A R A E U N
L E M B U R U R U S E U N
B A S I S I R J A G A E U N
TENTANG PENULIS
Adhie Trisna, adalah Konsultan Program Pemberdayaan Masyarakat (Community Development Programme)
untuk Program Pendidikan, Lingkungan, Managemen Bencana, Livelihood/Mata Pencaharian, Pariwisata
Berkelanjutan, Climate Changes/Perubahan Iklim, Rural and Urban Development/Pengembangan Desa dan
Kota, Forestry/Kehutanan. Pernah bekerja sebagai National Program Manager Di Islamic Relief Worldwide,
Program Manager Agroforestry & Ecotourism, Koordinator Transparansi & Akuntabilitas Program Kemanusiaan
untuk Tanggap Darurat Gempa Padang/Humanitarian Accountability Coordinator for ECB (Emergency Capacity
Building) West Sumatera Emergency Response (ECB/World Vision), Environmental Specialist (Tanoto
Foundation), Monitoring & Evaluation Coordinator Tsunami & Post Conflict Aceh Programme (Save the Children
& Catholic Relief Services), Relawan Yayasan Bandung Peduli, sekarang aktif di Yayasan Bestari Pranala sebagai
Program Director.
LAPORAN AKHIR
KKaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg
PPaassiirr KKuunnccii