KAWASAN
WISATA KELABBA MADJA
2021
TAHUN ANGGARAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut dipanjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat dan
Kasih karunia yang selalu dilimpahkan sehingga penyusunan Kegiatan Survey Fungsi Strategis
Kawasan dapat diselesaikan dengan baik.
Kegiatan penyusunan Survey Fungsi Strategis Kawasan merupakan amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Undang -
Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja. Berdasarkan amanat tersebut maka pada
tahun 2021 Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang Penataan Ruang
melaksanakan kegiatan Survey Fungsi Strategis Kawasan. Survey Fungsi Strategis Kawasan
Pendukung harus memiliki titik koordinat sebagai batasan fungsi strategis kawasan Provinsi
khususnya kawasan pendukung pariwisata Kelabba Madja di Kabupaten Sabu Raijua.
Survey fungsi strategis kawasan ini dilaksanakan di Wisata Kelabba Madja di Kabupaten
Sabu Raijua khususnya kawasan pendukung pariwisata diantaranya berupa daya tarik wisata,
aksesbilitas dan amenitas pariwisata. Hasil kegiatan survey fungsi strategis kawasan ini juga
dapat memberikan informasi tentang arahan pemanfaatan ruang terhadap kawasan pendukung
sektor pariwisata di Kawasan Kelabba Madja. Selain itu juga dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi pemerintah daerah dalam merencanakan alokasi ruang terutama peruntukan kawasan
pendukung pariwisata sebagai bahan kebijakan pengendalian dan pemanfaatan ruang di
Kawasan Wisata Kelabba Madja di Kabupaten Sabu Raijua.
Akhirnya berharap semoga laporan ini dapat memberi manfaat yang besar bagi Pemerintah
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur serta menjadi bahan rekomendasi dalam penetapan
fungsi strategis kawasan khususnya kawasan pendukung di sektor pariwisata. Demikianlah
Laporan Kegiatan penyusunan Survey Fungsi Strategis Kawasan ini disusun dan semoga
bermanfaat serta dipergunakan sebagaimanamestinya. Terima Kasih.
Penyusun
i
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
DAFTAR ISI
2.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi NTT Tahun 2018-2023 ...... II-4
ii
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
2.2.2 Tinjauan Perpres Nomor 179 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
2.2.4 Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sabu Raijua ......................... II-65
2.3.1 Arahan Kebijakan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional ................ II-74
2.3.2 Arahan Kebijakan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi NTT ................ II-77
iii
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
iv
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sabu Raijua ............................................. III-2
Tabel 3.2 Luas Wilayah Kawasan Wisata Kelabba Madja ...................................................... III-3
Tabel 3.12 Jumlah Penduduk Kawasan Wisata Wisata dan Sekitar ........................................ III-25
Tabel 3.13 Luas Area Lahan Kering Kabpaten Sabu Raijua (Ha) ............................................ III-27
Tabel 3.14 Luas Panen Tanaman Sayuran dan Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman .... III-28
Tabel 3.15 Luas Panen Tanaman Sayuran dan Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman .... III-28
Tabel 3.17 Luas Lahan Perkebunan Menurut Jenis Tanaman ................................................. III-32
Tabel 3.22 Persentase Penduduk Menurut Status Sekolah di NTT ........................................ III-37
Tabel 3.25 Kondisi dan Wewenang Sistem Transportasi Darat .............................................. III-40
v
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
Tabel 3.31 Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Sabu Raijua .................................................. III-46
Tabel 4.5 Jumlah Rumah Makan Kabupaten Sabu Raijua ...................................................... IV-19
Tabel 4.9 Posisi Strategis Kawasan dalam RTR Kawasan Perbatasan Negara .................... IV-30
Tabel 4.10 Posisi Strategis Kawasan dalam Struktur Ruang RTRW ...................................... IV-33
Tabel 4.11 Posisi Strategis Kawasan dalam Pola Ruang RTRW............................................ IV-35
Tabel 4.12 Posisi Kawasan dalam Strategis Provinsi dan Kabupaten .................................... IV-37
Tabel 4.13 Arahan Kebijakan Sektoral Daerah Terkait Kawasan ........................................... IV-38
Tabel 4.14 Arahan Kebijakan Sektoral Daerah Terkait Kawasan ........................................... IV-39
Tabel 4.15 SKL Morfologi Kawasan Wisata Kelabba Madja ................................................... IV-39
Tabel 4.16 SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Wisata Kelabba Madja ............................ IV-41
Tabel 4.17 SKL Kestabilan Lereng Kawasan Wisata Kelabba Madja ..................................... IV-43
Tabel 4.18 SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Wisata Kelabba Madja ........................................... IV-45
Tabel 4.19 SKL Ketersediaan Air Kawasan Wisata Kelabba Madja ....................................... IV-47
Tabel 4.21 SKL tehadap Erosi Kawasan Wisata Kelabba Madja ........................................... IV-51
Tabel 4.22 SKL Pembuangan Limbah Kawasan Wisata Kelabba Madja ............................... IV-53
Tabel 4.23 SKL Bencana Alam Kawasan Wisata Kelabba Madja .......................................... IV-55
Tabel 4.24 Kemampuan Lahan Kawasan Wisata Kelabba Madja .......................................... IV-59
vi
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Atraksi Wisata Budaya Kawasan Wisata Kelabba Madja ................................. IV-15
Gambar 4.3 Atraksi Pendukung Kawasan Wisata Kelabba Madja ....................................... IV-16
Gambar 4.4 Kondisi Jalan Kawasan Wisata Kelabba Madja ................................................ IV-17
Gambar 4.5 Kondisi Fasilitas Kawasan Wisata Kelabba Madja ............................................ IV-19
vii
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
DAFTAR PETA
Peta 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Sabu Raijua .................................................................. I-4
Peta 1.3 Peta Administrasi Kawasan Wisata Kelabba Madja ............................................. I-6
Peta 3.2 Peta Administrasi Kawasan Wisata Kelabba Madja ............................................. III-5
Peta 3.4 Peta Ketinggian Kawasan Wisata Kelabba Madja ................................................ III-9
Peta 3.6 Peta Kelerengan Kawasan Wisata Kelabba Madja ............................................... III-11
Peta 3.7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Sabu Raijua ........................................................... III-14
Peta 3.8 Peta Jenis Tanah Kawasan Wisata Kelabba Madja ............................................. III-15
Peta 3.9 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Sabu Raijua ................................................ III-23
Peta 3.10 Peta Penggunaan Lahan Kawasan Wisata Kelabba Madja .................................. III-24
Peta 3.11 Peta Kawasan Hutang Lindung Kabupaten Sabu Raijua ...................................... III-31
Peta 4.2 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kabupaten Sabu Raijua .................................. IV-25
Peta 4.3 Peta Ketasbilan Lereng Kabupaten Sabu Raijua ................................................... IV-26
Peta 4.4 Peta Kestabilan Pondasi Kabupaten Sabu Raijua ................................................. IV-27
Peta 4.5 Peta SKL Ketersediaan Air Kabupaten Sabu Raijua ............................................. IV-28
Peta 4.6 Peta SKL Drainase Kabupaten Sabu Raijua .......................................................... IV-29
Peta 4.7 Peta SKL Erosi Kabupaten Sabu Raijua ............................................................... IV-30
Peta 4.8 Peta SKL Pembuangan Limbah Kabupaten Sabu Raijua...................................... IV-31
Peta 4.9 Peta SKL Terhadap Bencana Alam Kabupaten Sabu Raijua ................................ IV-32
Peta 4.10 Peta Daya Dukung Wilayah Kabupaten Sabu Raijua ............................................ IV-33
Peta 4.11 Peta Arahan Tata Ruang Pertanian Kabupaten Sabu Raijua................................ IV-34
Peta 4.12 Peta Arahan Tata Ruang Pertanian Kawasan Wisata Kalabba Madja.................. IV-35
Peta 4.13 Peta Rasio Tutupan Lahan Kabupaten Sabu Raijua ............................................ IV-36
viii
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
Peta 4.14 Peta Rasio Tutupan Lahan Kawasan Wisata Kalabba Madja ............................... IV-37
Peta 4.15 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku Kabupaten Sabu Raijua ............................... IV-38
Peta 4.16 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku Kawasan Wisata Kalabba Madja ................. IV-39
Peta 4.17 Peta Delineasi Kawasan Wisata Kalabba Madja .................................................... IV-56
ix
LAPORAN SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
BAB-I PENDAHULUAN
Sesuai amanat Undang-Undang No. 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja, Kewenangan
Provinsi NTT yakni penyusunan rencana umum tata ruang provinsi yakni Rencana Tata
2. rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya
yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan sistem
3. rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi
4. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama jangka
5. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
zonasi sistem provinsi, arahan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, arahan insentif
Ruang juga mengatur bahwa, Rencana tata ruang wilayah provinsi paling sedikit memuat:
2. rencana Struktur Ruang wilayah provinsi yang meliputi rencana sistem pusat permukiman
dan rencana sistem jaringan prasarana;
3. rencana Pola Ruang wilayah provinsi yang meliputi Karvasan Lindung yang memiliki nilai
strategis provinsi termasuk Kawasan Konservasi di Laut, dan Kawasan Budi Daya yang
5. arahan Pemanfaatan Ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama jangka
6. arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
zonasi sistem provinsi, arahan Kesestraian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, arahan insentif
9. arahan kebijakan peruntukan ruang pada sempadan parrtai, sungai, situ, danau, embung,
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja dan
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, yang
memuat adamya kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi maka pada Tahun
Anggaran 2021 Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi NTT telah
salah satu kebijakan penting yang menjadi muatan dasar Rencana tata ruang wilayah provinsi
sesuai amanat Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Penataan
Ruang.
1.2.1. Maksud
salah satu kebijakan penting yang menjadi muatan dasar Rencana tata ruang wilayah provinsi
1.2.2. Tujuan
fungsi strategisnya
1.3. SASARAN
Sasaran dari Kegiatan penyusunan Kegiatan Survey Fungsi Strategis Kawasan ini
adalah teridentifikasinya potensi kawasan yang memiliki fungsi strategis dalam mendukung
kawasan pariwisata.
Lingkup kegiatan Survey Fungsi Strategis Kawasan yang menunjang sektor Kawasan
1. Tahap Persiapan
Pengumpulan data awal kawasan berupa data dasar dan peta administrasi
2. Tahap Pelaksanaan
Dokumentasi kegiatan
3. Tahap Pelaporan
Lingkup lokasi kegiatan Survey Fungsi Strategis Kawasan adalah Kawasan Wisata
A. Pendekatan
hampir secara menyeluruh pada kawasan rencana untuk mendapatkan berbagai akses
untuk mendapatkan data akurat yang dijadikan dasar dalam perencanaan wilayah.
(hutan lindung) melalui analisis GIS sebagai dasar dalam membuat analisis kesesuaian
lahan dan data demografis, sosiologis yang menjadi dasar dalam melakukan analisis
yang menjadi kebijakan nasional maupun provinsi yang ada di Fungsi strategis kawasan
hasil deliniasi.
Data-data lain yang menjadi acuan pemanfaatan ruang wilayah sehingga menghasilkan
pola pemanfaatan ruang dan struktur ruang yang optimal di Fungsi strategis kawasan hasil
deliniasi.
2. Pendekatan Partisipatif
Dalam pendekatan ini yang harus dilakukan dalam penyusunan laporan, antara lain:
Pendekatan teknis, yaitu terkait dengan pemahaman penyedia jasa terhadap tujuan
pekerjaan.
Program kerja, dalam hal ini harus memunculkan kegiatan utama substansinya,
dilakukan.
Organisasi dan personil, dalam hal ini struktur dan komposisi tim harus sesuai dengan
B. Metodologi
Secara umum metode yang digunakan dalam pekerjaan penyusunan kegiatan Survey
1. Metode Survey
Metode survey merupakan metode pengumpulan data primer dengan cara peninjauan /
individu. Metode survey terdiri atas survey primer dan survey sekunder. Survey primer
dapat berupa wawancara dengan responden, penyebaran kuisioner serta observasi atau
pengamatan lapangan. Survey sekunder dapat berupa pengumpulan data dari instansi –
intsansi terkait.
2. Metode Analisa
Melakukan kajian pola pemanfaatan ruang dan struktur ruang baik secara lokal,
Provinsi NTT;
Kajian desk study dengan menggunakan studi literatur, yang terkait, pedoman
3. Metode lain yang bersifat inovatif sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan
a. Analisis SWOT
3. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi dan Penertiban
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota dan
4. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 13
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, dasar hukum kegiatan,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup serta sistematika pembahasan.
Bab ini menguraikan gambaran tentang letak geografis dan batas administrasi,
kondisi fisik, kependudukan, sumber daya alam dan sumber daya buatan,
BAB IV ANALISA
kawasan.
tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target
pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat
Income Country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia,
layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur
yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat
RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional
yang didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan Sustainable Development
Goals (SDGs). Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan Pembangunan
Peningkatan inovasi dan kualitas Investasi merupakan modal utama untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan dan mensejahterakan secara adil
dan merata. Pembangunan ekonomi akan dipacu untuk tumbuh lebih tinggi, inklusif dan
serta pengelolaan kelautan, sumber daya air, sumber daya energi, serta kehutanan;
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM
yaitu sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan
berkarakter, melalui :
semesta;
unggul, berdaya saing dan mampu berkompetisi dengan bangsa- bangsa lain.
Mentalitas disiplin, etos kemajuan, etika kerja, jujur, taat hukum dan aturan, tekun, dan
gigih adalah karakter dan sikap mental yang membentuk nilai-nilai budaya di dalam
b. Memajukan kebudayaan,
infrastruktur wilayah,
Pembangunan nasional perlu memperhatikan daya dukung sumber daya alam dan daya
d. Pembangunan nasional perlu memperhatikan daya dukung sumber daya alam dan
Negara wajib terus hadir dalam melindungi segenap bangsa, memberikan rasa aman
serta pelayanan publik yang berkualitas pada seluruh warga negara dan menegakkan
kedaulatan negara.
Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan
c. Memperbaiki sistem peradilan, penataan regulasi dan tata kelola keamanan siber,
2.1.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi NTT Tahun 2018 - 2023
sama oleh pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi serta Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
semua usia;
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua;
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua;
yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua;
11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan;
13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya;
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif,
pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan kondisi wilayah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur dan menurut
tantangan dan ancaman pembangunan dua dasawarsa ke depan maka visi Pembangunan
Adapun visi ini bermaksud memberdaya-gunakan secara efektif, efisien dan sinergis
semua modal dasar yang dimiliki Nusa Tenggara Timur untuk mengelola dan menyelesaikan
Visi ini merupakan jabaran secara struktural dan berkelanjutan dari visi Pembangunan
Pembukaan UUD 1945. Kedudukan dan susunan kedua visi tersebut merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan karena merujuk pada tujuan yang sama. Visi Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Nusa Tenggara Timur masih bersifat umum, abstrak dan tidak
operasional karena itu perlu secara bertingkat ke bawah dilakukan penjabaran ke tataran
proses evaluasi, khususnya pengukuran dan interpretasi kemajuan, kemandirian dan keadilan
KEMAJUAN
Kemajuan, kemandirian dan keadilan adalah kualitas karakter dari konsep yang lazim
dipergunakan dalam pembangunan. Tiga konsep dasar tersebut menjadi prerequisite integral
dari satu visi pembangunan artinya keberhasilan pembangunan selain memenuhi ukuran dan
makna secara ekonomi, sosial, budaya, politik, IPTEKS dan pertahanan keamanan, juga
kemajuan harus bermuara pada kemandirian dalam interaksi global dan memberikan
keadilan kepada semua lapisan, kelompok dan anggota masyarakat dan bangsa. Visi
pembangunan nasional dan daerah tidak ingin mencapai kemajuan yang tidak berkeadilan,
interaksi, interelasi dan interkoneksitas antar bangsa dan negara baik secara regional
maupun internasional.
Kemajuan suatu bangsa dan masyarakat dapat diukur dari berbagai bidang dan aspek.
Ukuran kemajuan secara ekonomi menggunakan tingkat kemakmuran yang berindikator
manufaktur sebagai penggerak kemajuan ekonomi juga dapat diduga melalui jumlah dan
Pengukuran kemajuan masyarakat juga diukur dari aspek sosial. Pada umumnya ukuran itu
menggunakan variabel nilai tambah sebagai fungsi sinergi modal sosial. Nilai tambah sosial
merupakan sumbangan peran faktor kualitas sumberdaya manusia berindikator IPM dan
diukur dari tingkat daya saing bangsa/masyarakat berindikator rerata, kumulatif tingkat
pendidikan masyarakat dan APM serta jumlah produk IPTEKS yang dipatenkan serta jumlah
industri manufaktor hasil kajian penelitian dan pengembangan yang diekspor. Kualitas
kesehatan masyarakat juga dapat digunakan sebagai indikator kemajuan sosial antara lain
dengan indikan angka morbiditas dan kualitas kesehatan. Kemajuan dari aspek
kependudukan diukur dari pertumbuhan penduduk yang terus menurun karena penurunan
Kemajuan suatu masyarakat dari segi politik dapat diukur dari kualitas kehidupan
kelembagaan politik baik lembaga perwakilan, lembaga penghubung atau partai politik dan
politik secara proyeksi dapat diduga menggunakan kualitas partisipasi masyarakat dalam
interelasi dan interkoneksi antar bangsa dan masyarakat. Dalam pergaulan antar bangsa
yang semakin mengglobal, tidak ada lagi masyarakat yang mampu hidup dalam kesendirian
variable yang dapat memberi nilai tambah yang lebih bermakna di banding keunggulan
sendiri.
KEMANDIRIAN
Kemandirian adalah hak dan tanggung jawab untuk menentukan nasibnya sendiri, yaitu apa
yang dianggap baik dan bermanfaat bagi dirinya dan bagaimana cara mencapainya agar
bangsa dapat bertumbuh dan hidup sejajar dengan bangsa lain. Karena itu kemandirian tidak
diinterpretasi secara fisik-geografis melainkan secara filosofis yaitu hak dan tanggung jawab
Pembangunan daerah selain bertujuan mencapai kemajuan tetapi juga harus mencapai
wilayah selain ketersediaan sumberdaya manusia berkualitas yang dapat bersaing dalam
interaksi regional, nasional dan internasional. Kemandirian sudah harus mengalihkan titik
berat pilihan landasan dari kekuatan modal sumberdaya alam (natural resources capital) ke
Fakta ekonomi menunjukkan masyarakat belum mandiri dalam kehidupan di bidang ekonomi.
pembiayaan eksternal. Wilayah ini belum mandiri dalam bidang ekonomi dan hal ini
berdampak pada posisi tawar politik dalam interaksi politik. Kemandirian antara lain diukur
dari berapa besar ketergantungan pembangunan pada kekuatan sendiri dan seberapa kuat
wilayah ini.
Kemandirian juga dapat diukur dari sikap masyarakat dan bangsa untuk dengan semangatnya
tercermin dalam sikap terhadap penyelesaian masalah politik internal maupun antar bangsa.
Keadilan menunjuk pada suatu keadaan dimana di dalam kehidupan masyarakat di segala
bidang tidak dipraktekkan diskriminasi golongan, strata, gender dan wilayah; standar ganda,
Pembangunan yang berkeadilan tidak berwajah komutatif melainkan lebih bersifat distributif –
demokratis. Pembangunan berkeadilan menunjuk pada adanya kesempatan yang sama pada
semua individu untuk mengalami, mengikuti, berpartisipasi dalam berbagai bidang untuk
pendidikan dasar yang merupakan hak, terutama bagi golongan margin ekonomi, gender dan
isolasi geografis.
Keadilan dalam bidang kesehatan diukur dari kesempatan setiap individu untuk memperoleh
kesehatan. Keadilan di bidang hukum menunjuk pada kesempatan setiap subyek hukum baik
individu maupun institusi untuk diperlakukan sama di hadapan hukum, untuk memperoleh
Keadilan politik diukur dari kualitas kehidupan demokrasi politik dalam berbagai dimensi dan
aktivitas politik. Dalam bidang pertahanan dan keamanan, keadilan diukur dari kedudukan
dan peranserta setiap individu dalam tugas bela Negara dan pertahanan keamanan. Salah
satu yang terpenting adalah keadilan dalam menikmati, memelihara hasil pembangunan dan
Adil dan makmur merupakan kondisi ideal yang diharapkan setiap masyarakat NTT di masa
akan datang, maka untuk mewujudkannya regulasi pemerintah tentang memberikan kepada
setiap masyarakat NTT segala sesuatu menjadi haknya yang semestinya diterima secara
sosial, politik, ekonomi dan hukum sehingga masyarakat mendapat kesempatan untuk
kemakmuran masyarakat merata melalui produksi terus menerus meningkat dan pendapatan
masyarakat tersebar secara merata serta adil kepada semua penduduk sehingga daya beli
masyarakat dapat bertambah pula. Kemakmuran dapat dicapai melalui membangun ekonomi
Untuk mencapai visi di atas, yang memuat tujuan pembangunan yang sarat dengan
makna, maka misi pembangunan merupakan usaha konkret interpretasi untuk mewujudkan
visi pembangunan yang masih umum dan abstrak, maka disusunlah misi pembangunan NTT
Mempertahankan keberadaan dan keragaman budaya baik dalam bentuk nilai dan
norma maupun dalam perilaku, sifat religiositas, serta mampu menerima, menghargai
dan mengelola keragaman sebagai kekuatan persatuan dan kesatuan baik secara
Meningkatkan etos kerja yang bermoral baik secara kelembagaan maupun individu
2. Mewujudkan manusia NTT yang berkualitas dan berdaya saing global, dilakukan melalui
agenda:
Meningkatkan mutu, relevansi dan keunggulan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan.
dan akuntabel.
Meningkatkan pola kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam
dengan agenda :
reformasi struktur birokrasi yang efektif dan efisien untuk layanan prima kepada
masyarakat.
4. Mewujudkan NTT sebagai wilayah yang berketahanan ekonomi, sosial budaya, politik
pembangunan sumber daya manusia (SDM), ekonomi, sosial budaya, politik dan
yang spesifik.
6. Mewujudkan posisi dan peran NTT dalam pergaulan antar negara, daerah dan
masyarakat dan antar (daerah) serta antar negara demi memperlancar dan memaknai
interaksi dan perbedaan dalam usaha mencapai keuntungan bersama sebagai bagian
7. Mewujudkan Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dan masyarakat maritim,
Memantapkan habitus, tata ruang dan pola hidup kepulauan serta membimbing
masyarakat untuk terbiasa dengan cara hidup antar pulau di kawasan Nusa Tenggara
Timur.
yang bersentuhan langsung dengan upaya pengembangan hidup masyarakat setiap hari
dan pariwisata.
2.1.3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2016 - 2021
Visi dan misi dalam pembangunan Kabupaten Sabu Raijua perlu diterjemahkan
dalam kebijakan umum dan program pembangunan yang spesifik. Rumusan kebijakan umum
dilakukan untuk memantapkan tujuan dan sasaran dari visi dan misi pembangunan dalam
program pembangunan regional provinsi NTT yang dapat dilaksanakan di Kabupaten Sabu
Raijua.
upaya untuk mewujudkan visi Kabupaten Sabu Raijua pada tahun 2025 yaitu “Menjadikan
Kabupaten Sabu-Raijua Sebagai Wilayah dan Masyarakat yang Dinamis, Maju, Adil
dan Sejahtera”.
sosial budaya; (2) bidang ekonomi; (3) bidang fisiksarana dan prasarana; (4) bidang
pemerintahan.
serta dan prestasi pemuda, dan pelestarian seni dan budaya lokal.
bagian wilayah melalui pembangunan sarana dan prasarana wilayah yang ramah
masyarakat.
dipercaya, ramah).
masyarakat.
yang transparan, cepat, dan akuntabel. Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah
melalui sektor primer pertanian dan kemaritiman yang quick yielding (cepat
pendidikan masyarakat.”
daya
5. Mewujudkan masyarakat sabu raijua yang maju, hidup berkualitas, adil dan sejahtera
Seperti yang diketehui, RPJPD memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang
mengacu pada RPJP Nasional sedangkan RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan
pernbangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas
Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Mengingat
aturan tersebut maka seharusnya Misi RPJMD Kab. Sabu Raijua tidak bertentangan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), terutama mengenai struktur ruang dan
pola ruang wilayah nasional, serta penetapan kawasan strategis nasional. Tinjauan ini
dimaksudkan untuk melihat posisi dan kedudukan wilayah Kabupaten Rote Ndao dalam
Tinjauan terhadap struktur ruang wilayah nasional adalah penetapan struktur ruang
wilayah nasional yang berada di wilayah studi dan wilayah pengaruhnya yaitu wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tinjauan terhadap struktur wilayah nasional meliputi
sistem perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi
nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional dan sistem jaringan sumber daya air.
(PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Selain sistem
PKW dan PKSN. Untuk PKL akan ditetapkan dalam tataran RTRW Provinsi. Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang memenuhi salah satu atau
Berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu
Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa-jasa berskala
Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau
Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat utama pelayanan lintas batas antar
PKN di Provinsi NTT berdasarkan RTRWN yang telah ditetapkan berdasarkan PP No,
13 Tahun 2017 adalah Kota Kupang. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan
Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa-jasa yang
kabupaten;
mendukung PKN.
PKW di Provinsi NTT berdasarkan RTRWN yang telah ditetapkan berdasarkan PP No,
13 Tahun 2017 adalah Kota Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng
dan Labuan Bajo. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan
perkotaan yang memenuhi salah satu atau semua kriteria, meliputi:
Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga;
No, 13 Tahun 2017 adalah Kota Atambua di Kabupaten Belu, Kota Kefamenanu di
Kabupaten Timor Tengah Utara (I/A/2) dan Kota Kalabahi di Kabupaten Alor.
primer dan jaringan kolektor primer. Jaringan jalan arteri primer dikembangkan
dengan PKW.
pulau terluar untuk menjaga kedaulatan wilayah NKRI. Secara nasional lintas
penyeberangan di Provinsi NTT mencakup Lintas Penyeberangan Sabuk
aktifitas ekonomi (ekspor-impor) pada kota-kota PKN dan PKW. Sistem tatanan
kepelabuhanan nasional di Provinsi NTT berdasarkan arahan RTRWN yang
Nasional.
Sistem jaringan transportasi udara meliputi tatanan bandar udara dan ruang lalu
sekunder dan tersier di Kepulauan Nusa Tenggara Timur diarahkan dalam rangka
melayani aktifitas ekonomi pada kota-kota PKN dan PKW. Tatanan bandar udara
Bandar udara: Wai Oti, Hasan Aroeboesman, Mau Hau dan Haliwen dengan
sekunder; tersier.
sumber-sumber energi listrik yang ada dan energi alternatif, pusat pembangkit listrik,
sistem jaringan transmisi dan distribusi, jaringan terinterkoneksi dan jaringan terisolasi
inter dan antar wilayah propinsi dan atau kabupaten. Sistem Jaringan Tenaga Listrik
(meliputi sistem jaringan transmisi tenaga listrik 150 KV) diarahkan untuk melayani
seluruh Kawasan Andalan, PKN dan PKW di Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Sasaran pengelolaan sistem jaringan transmisi tenaga listrik diselenggarakan untuk :
Soe – Kefamenanu – Atambua di Pulau Timor dan Labuan Bajo – Ruteng – Bajawa
Nusa Tenggara Timur meliputi pengembangan jaringan terestrial antar kota yang
melayani pusat-pusat kegiatan (PKN, PKW, dan PKSN). Pola pengelolaan sistem
jaringan telekomunikasi bertujuan untuk penyediaan informasi yang handal dan cepat
sumber daya air berupa penetapan wilayah sungai yang berperan mendukung
dikawasan tangkapan air dan daerah aliran sungai kritis. Pengembangan jaringan
sumber daya air di Nusa Tenggara Timur diarahkan dalam rangka meningkatkan
ketahanan pangan nasional serta memenuhi kebutuhan air baku dan bersih pada
sumberdaya air bertujuan untuk penyediaan air baku yang berkelanjutan di seluruh
1) Meningkatkan kualitas wilayah sungai bagi penyedian air baku bagi kawasan,
2) Meningkatkan kualitas sistem prasarana sumberdaya air.
Secara nasional Wilayah Sungai (WS) di Provinsi NTT yang telah ditetapkan RTRWN
meliputi :
Penetapan pola ruang wilayah nasional dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), terdiri atas kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki
a. Kawasan Lindung
Arahan kawasan lindung nasional di Provinsi NTT berdasarkan RTRWN yang telah
Kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional adalah kawasan budidaya
ditetapkan sebagai Kawasan Andalan. Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan
darat dan kawasan andalan laut. Kebijakan pengembangan kawasan andalan darat
ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan disekitarnya dalam rangka pemerataan
meliputi :
Kawasan Kupang dan sekitarnya, yang memiliki sektor unggulan di bidang
Kawasan Andalan Laut Flores, yang memiliki sektor unggulan di bidang pariwisata
dan perikanan;
Kawasan Andalan Laut Sawu dan sekitarnya, yang memiliki sektor unggulan di
Kawasan Andalan Laut Sumba dan sekitarnya, yang memiliki sektor unggulan di
dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi dan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Kawasan
strategis nasional di Provinsi NTT yang telah ditetapkan berdasarkan RTRWN adalah :
Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar dengan negara Timor
Leste/Australia.
2.2.2. Tinjauan Perpres Nomor 179 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan
perbatasan di laut. Kawasan perbatasan di darat dan kawasan perbatasan di laut terdiri atas :
1. 17 (tujuh belas) kecamatan yang meliputi Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur
Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Mataru, Kecamatan Kabola, Kecamatan Alor Barat
Laut, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Pulau Pura,
Kecamatan Miomaffo Barat, dan Kecamatan Mutis di Kabupaten Timor Tengah Utara;
Kecamatan Amarasi Barat, Kecamatan Amarasi Selatan, dan Kecamatan Amarasi Timur
di Kabupaten Kupang;
6. 10 (sepuluh) kecamatan yang meliputi Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Rote Timur,
Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan
Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote
Barat, dan Kecamatan Ndao Nuse di Kabupaten Rote Ndao;
7. 6 (enam) kecamatan yang meliputi Kecamatan Sabu Timur, Kecamatan Sabu Tengah,
Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan
Tengah;
11. Laut Teritorial Indonesia di Selat Ombai, Laut Timor, dan Samudera Hindia;
12. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Selat Ombai, Laut Timor, dan Samudera Hindia;
yang menjamin keutuhan, kedaulatan, dan ketertiban Wilayah Negara yang berbatasan
a. Penegasan dan penetapan batas Wilayah Negara demi terjaga dan terlindunginya
Negara
rawan bencana
3. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Budi Daya ekonomi perbatasan yang mandiri
sebagai :
Pusat pemerintahan
peternakan
Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan
dan mangan
pusat pelayanan utama dan pusat pelayanan pintu gerbang, serta kemandirian
Bolok-Tenau; dan
Kefamenanu-Maubesi-Nesam/Kiupukan-Halilulik-Atambua-Lahafeham-
Motaain.
Kalabahi-Simpang Mola-Taramana-Maritaing;
Kefamenanu-Olefaub.
Baranusa-Kabir;
Batuputih-Panite-Kalbano-Boking-Wanibesak-Besikama-Motamasin;
Lahafeham-Batas TTU-Atapupu-Wini-Sakatu;
Motamasin-Laktutus-Henes-Turiskain-Salore-Motaain;
Atambua-Weluli-Turiskain;
Amol-Oehose-Manufono-Wini;
Oepoli-Fefa-Tubona-Saenam-Haumeni Ana-Fainake;
Panite-Oemoro-Oekabiri-Burain-Tablolong-Kupang;
Batutua-Baa-Pantebaru-Papela-Eahun;
Mesara-Seba-Bolow; dan
Melolo-Ngalu-Baing.
Kabupaten Belu;
Utara.
d) PPI Ponu di Kecamatan Biboki Anleu dan PPI Wini/Temkuna di Insana utara
dan PPI Watu Parunnu di Kecamatan Wula Weijelu pada Kabupaten Sumba
Timur
Wini ke ALKI IIIA dan ALKI IIID di Selat Ombai dan Laut Sawu.
minyak dan gas bumi berupa depo minyak dan gas bumi yang ditetapkan di :
(PLTB), dan/atau pembangkit listrik tenaga hybrid yang melayani pos pengamanan
perbatasan di sepanjang garis batas Wilayah Negara di :
Atapupu;
Tengah Utara;
berada di :
Sungai pada DAS Mali Ila, DAS Kabaru, DAS Mburukulu, DAS Kalionga Kaliuda,
DAS Ngang Uwara, DAS Pahunga Lodu, DAS Lumbung Kolala, DAS Kaliuda, DAS
Waibara, DAS Laikaka, DAS Wula, DAS Worano, DAS Praibakal, DAS
Lailunggi, DAS Wawarati, DAS Praimadita, DAS Pokahajala, DAS Riyang, DAS
Kukitalu, DAS Wahang, DAS Pindu Hurani, DAS Tawui, DAS Waikan Abu, DAS
Wudi Pandak, DAS Tapil Pamilikaba, DAS Mambang, DAS Tarimbang, DAS
lakadu, DAS Lawanuaja, DAS Pawak Pabahajala, DAS Mondu Lambi, DAS Tidas,
DAS Watumbelar, DAS Praihau, DAS Praigaga, DAS Lisi, DAS Tangairi, DAS
Laliang, DAS Baliloku, DAS Labariri, DAS Waihura, DAS Pahola, DAS Hobawawi,
DAS Ringurara, DAS Kadengar, DAS Laboya Bawa, DAS Patiala Bawa, DAS
Patiala Dete, DAS Gaura, DAS Labukapuke Ngedo, DAS Wae Tana, DAS
Sungai pada DAS Okalasa, DAS Illu, DAS Illu Abangka Takoasdin, DAS
Kalondama, DAS Puntaro, DAS Ekajaya, DAS Alor Pantar, DAS Airmana Beang,
DAS Bouweli, DAS Air Panas, DAS Buraga, DAS Woru, DAS Buaya Inta, DAS
Fanating, DAS Tulleng, DAS Pitsi Taramana, DAS Irawuri, DAS Kolleja, DAS
Walikikiralela, DAS Kolana Selatan, DAS Korilela, DAS Katagu, DAS Patoko, DAS
Mauman, DAS Halmin, DAS Mahi, DAS Himol, dan DAS Teluk Mutiara di WS
Flotim-Kepulauan Lembata-Alor.
b. Sumber air berupa air tanah ditetapkan pada CAT lintas kabupaten meliputi :
Kabupaten Belu;
9) Sabu Raijua.
d. Sistem pengendalian banjir ditetapkan di :
a) Unit air baku yang bersumber dari Bangunan Pengolahan Air Minum (BPAM) di
b) Unit produksi air minum meliputi Instalasi Pengolahan Air minum (IPA)
c) Unit distribusi air minum ditetapkan untuk melayani PKSN Kalabahi, PKSN
Malaka;
Kupang;
Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya termasuk Pulau
Ndana, Kecamatan Rote Barat, dan Kecamatan Ndao Nuse pada Kabupaten
Rote Ndao;
Sumba Timur;
1) Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya,
Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur,
Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, dan Kecamatan Pureman pada
Kabupaten Alor;
Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut,
Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur
Kecamatan Sabu Liae, dan Kecamatan Sabu Tengah pada Kabupaten Sabu
Raijua;
Barat Laut, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur Laut,
Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, dan Kecamatan Alor Timur
Tengah, Kecamatan Pantai Timur, Kecamatan Pantar, Kecamatan Alor Barat Laut,
3) Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Belu;
Kupang;
Kecamatan Rote Barat Daya, dan Kecamatan Rote Barat pada Kabupaten Rote
Ndao;
Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Hawu Mehara, dan Kecamatan Raijua pada
10) Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Wula Waijelu, Kecamatan Ngadu Ngala,
Kecamatan Karera, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Tabundung, Kecamatan
Sumba Timur;
12) Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat pada
13) Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodipada Kabupaten Sumba Barat Daya.
Sungai Puntaro, Sungai Ekajaya, Sungai Alor Pantar, Sungai Airmana Beang,
Sungai Bouweli, Sungai Air Panas, Sungai Buraga, Sungai Woru, Sungai Buaya
Inta, Sungai Fanating, Sungai Tulleng, Sungai Pitsi Taramana, Sungai Irawuri,
Sungai Katagu, Sungai Patoko, Sungai Mauman, Sungai Halmin, Sungai Mahi,
Alor;
2) Sungai Ekat, Sungai Banain, Sungai Sunsea, Sungai Bakitolas, Sungai Wini,
Sungai Temkuna, Sungai Mena, Sungai Oemanu, Sungai Ketwen, Sungai Punu,
Sungai Daikain Oepotis, Sungai Lasiolat, Sungai Dualasi, Sungai Bauho, Sungai
Lamak Senulu, Sungai Talau, Sungai Lamaknen, Sungai Duarato, Sungai Tafara,
Sungai Mota Bahulu, Sungai Alas, Sungai Alas Selatan, Sungai Rainawe, Sungai
Sungai Bone, Sungai Suu, Sungai Lake, Sungai Nenoat, dan Sungai Saenam
pada WS Benanain;
Nopnop, Sungai Noelsiu, Sungai Bitan, Sungai Noeltupe, Sungai Lani, Sungai
Nunine, Sungai Oeme, Sungai Noel Muke, Sungai Fanite, Sungai Noelmina,
Sungai Noelbikoen, Sungai Noelfautusi, Sungai Rium, Sungai Noelnoni, Sungai
Fatuleu, Sungai Uri Besmetan, Sungai Noeluri, Sungai Noelteres, Sungai Sahak
Norman, Sungai Kere, Sungai Oetnuhi Oekuuh, Sungai Demanu, Sungai Ku'u
Puan, Sungai Lebatulilok, Sungai Loe Kuli, Sungai Lekik, Sungai Le Gonggo,
Sungai Oefulan, Sungai Loko Tenihawu, Sungai Raenyale, Sungai Loko Menia,
Sungai Onanbalu Otan, dan Sungai Kaisalun pada WS Noelmina; dan
4) Sungai Mali Ila, Sungai Kabaru, Sungai Mburukulu, Sungai Kalionga Kaliuda,
Kaliuda, Sungai Waibara, Sungai Laikaka, Sungai Wula, Sungai Worano, Sungai
Sungai Pindu Hurani, Sungai Tawui, Sungai Waikan Abu, Sungai Wudi Pandak,
Tidas, Sungai Watumbelar, Sungai Praihau, Sungai Praigaga, Sungai Lisi, Sungai
Laboya Bawa, Sungai Patiala Bawa, Sungai Patiala Dete, Sungai Gaura, Sungai
Labukapuke Ngedo, Sungai Wae Tana, Sungai Polapare, dan Sungai Waikataku
pada WS Sumba.
2) Cagar Alam Gunung Mutis di Kecamatan Mutis dan Kecamatan Miomaffo Barat
Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya,
Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote
1) Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor
Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Mataru, dan
4) Kecamatan Miomaffo Barat dan Kecamatan Insana Utara pada Kabupaten Timor
Tengah Utara;
Selatan;
7) Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote Ndao;
8) Kecamatan Tabundung, Kecamatan Pinu Pahar, Kecamatan Karera,
Kecamatan Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu pada Kabupaten Sumba
Timur; dan
Belu
6) Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor
Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor
7) Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Lobalain,
Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Pantai Baru, dan Kecamatan Rote Timur
Kecamatan Sabu Timur, dan Kecamatan Sabu Liae pada Kabupaten Sabu Raijua
Pahunga Lodu, dan Kecamatan Wula Weijelu pada Kabupaten Sumba Timur
10) Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanukaka pada Kabupaten Sumba Barat
11) Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten Sumba Barat
Daya
dan Kecamatan Kualin pada Kabupaten Timor Tengah Selatan, serta Kecamatan
10) Alor Barat Laut, dan Kecamatan Kabola pada Kabupaten Alor
11) kawasan CAT Kalabahi di Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat
Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kecamatan Alor
Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola, Kecamatan Lembur, dan
Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Mataru, dan
13) kawasan CAT Ngalu di Kecamatan Pahunga Lodu dan Kecamatan Wula
14) kawasan CAT Nemberala di Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat
Daya, dan Kecamatan Rote Barat Laut pada Kabupaten Rote Ndao
16) kawasan CAT Rote di Kecamatan Landu Leko, Kecamatan Pantai Baru,
Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote
Ndao.
Kupang;
Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Pantai Baru,
11) Kecamatan Wanukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Barat pada
12) Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi pada Kabupaten Sumba Barat
Daya.
batas yang dilengkapi dengan fasilitas minimal berupa pasar, perbankan, dan
penukaran uang;
Zona B1 ditetapkan di :
a) Kecamatan Teluk Mutiara dan Kecamatan Alor Timur pada Kabupaten Alor;
Belu;
Kabupaten Malaka;
d) Kecamatan Kota Kefamenanu, Kecamatan Insana Utara, Kecamatan Bikomi
Nilulat, dan Kecamatan Bikomi Utara pada Kabupaten Timor Tengah Utara;
4) Kawasan agropolitan;
Zona B2 ditetapkan di :
Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor
Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan
Alor;
Kabupaten Kupang;
Utara;
Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya,
Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur
c. Zona Budi Daya 3 (Zona B3) meliputi kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan:
1) Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya,
Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Tengah
Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Kabola,
Kecamatan Lembur, Kecamatan Mataru, Kecamatan Pantar, Kecamatan Pantar
Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya,
Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan, Kecamatan Rote Tengah,
Timur;
11) Kecamatan Kodi, Kecamatan Kodi Balagar, dan Kecamatan Kodi Bangedo pada
Zona B4 ditetapkan di :
a) Kecamatan Pulau Pura, Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat
Daya, Kecamatan Alor Barat Laut, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor
Tengah Utara, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan
Alor;
Utara;
Kabupaten Kupang;
Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Daya,
Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur
pada Kabupaten Sabu Raijua;
Zona B5 ditetapkan di :
a) Kecamatan Teluk Mutiara, Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Barat
Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Selatan,
Kecamatan Rote Tengah, dan Kecamatan Rote Timur pada Kabupaten Rote
Ndao;
Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur pada Kabupaten Sabu
Raijua;
Kecamatan Sabu Tengah, dan Kecamatan Sabu Timur pada Kabupaten Sabu
Raijua;
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), terutama mengenai struktur ruang dan pola
ruang wilayah provinsi, serta penetapan kawasan strategis provinsi. Tinjauan ini dimaksudkan
untuk melihat posisi dan kedudukan wilayah Kabupaten Rote Ndao dalam konstelasi provinsi
wilayah provinsi yang berada di wilayah studi yaitu Kabupaten Rote Ndao. Tinjauan
terhadap struktur wilayah provinsi meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan
prasarana wilayah.
Pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah provinsi terdiri atas Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp), Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Berdasarkan RTRW Provinsi NTT PKN
berada di Kota Kupang, PKNp berada di Kota Waingapu di Kabupaten Sumba Timur
dan Kota Maumere di Kabupaten Sikka. Sementara itu PKW berada di Kota Soe di
Utara, Kota Ende di Kabupaten Ende, Kota Ruteng di Kabupaten Manggarai dan Kota
Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat. Untuk sistem PKWp berada di Kota
Tambolaka di Kabupaten Sumba Barat Daya, Kota Bajawa di Kabupaten Ngada, Kota
Kota Atambua di Kabupaten Belu dan Kota Mbay di Kabupaten Nagekeo. Sistem PKL
terdiri atas Kota Oelmasi di Kabupaten Kupang, Kota Ba’a di Kabupaten Rote Ndao,
Kota Seba di Kabupaten Sabu Raijua, Kota Lewoleba di Kabupaten Lembata, Kota
Kalabahi di Kabupaten Alor, Kota Waibakul di Kabupaten Sumba Tengah dan Kota
Borong di Kabupaten Manggarai Timur. Sedangkan sistem PKSN terdiri atas Kota
Atambua di Kabupaten Belu, Kota Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara dan
Sistem jaringan transportasi darat terdiri dari jaringan jalan dan jaringan prasarana
a. Jaringan Jalan
Jaringan jalan kolektor primer di Kabupaten Rote Ndao yang berstatus jalan
provinsi adalah :
Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan menurut RTRW Provinsi NTT
adalah:
Ende
Rencana pengembangan terminal Tipe B terdapat di Labuan Bajo di
Sistem jaringan transportasi laut terdiri dari tatanan kepelabuhanan dan jalur
pelayaran.
a. Tatanan Kepelabuhan
Pantai Baru.
b. Jalur Pelayaran
Sistem jaringan energi terdiri atas pembangkit tenaga listrik, gardu induk, jaringan
transmisi tenaga listrik dan depot bahan bakar minyak. Menurut RTRW Provinsi
kapasitas 147 KW di Pulau Rote, terdiri atas tenaga surya 22 KW, tenaga
Barat.
d) Sistem Jaringan Telekomunikasi.
Sistem jaringan telekomunikasi terdiri dari jaringan terestrial dan jaringan satelit.
Baa di Kabupaten Rote Ndao, dan Seba di Kabupaten Sabu Raijua. Sedangkan
Menurut RTRW Provinsi NTT sistem jaringan sumber daya air terdiri dari :
a. Jaringan air baku untuk kebutuhan air minum yang berupa sumber mata air
b. Jaringan air baku untuk pertanian yaitu berupa Daerah Irigasi (DI) yang
Daerah Irigasi (DI) lintas kabupaten/kota dengan luas total 1.630 Ha,
meliputi DI di Kabupaten Timor Tengah Utara, terdiri atas D.I. Aroki, D.I.
(2) huruf f yaitu : Sungai Warmre, Muturi, Aitinyo, Klasagun (SWS Wasi –
a. Sistem penyediaan air minum yaitu penyediaan air bersih dalam bentuk
Tinjauan terhadap pola ruang wilayah provinsi adalah penetapan pola ruang wilayah
provinsi yang berada di wilayah Provinsi NTT. Tinjauan terhadap pola ruang wilayah
a. Kawasan Lindung
kawasan resapan air dengan luas total kurang lebih 170.461 Ha yang terdiri atas:
a) Kawasan sempadan pantai yang berjarak 100 meter dari titik pasang tertinggi
ke arah darat yaitu di sepanjang pantai Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan
berjarak lebih dari 100 meter disesuaikan dengan karakter pantai, terdapat di
selatan Kabupaten Belu, bagian timur dan selatan Pulau Alor, Maumere di
Kabupaten Sikka, Daerah Atapupu/pantai utara Belu, pantai selatan dan utara
Pulau Sumba, pantai utara Ende, pantai utara dan selatan Pulau Flores,
c) Kawasan sempadan sungai memiliki luas total kurang lebih 181.837 Ha terdiri
atas:
sekurang-kurangnya 100 m dari kiri dan kanan untuk aliran sungai utama
dan sekurang-kurangnya 50 meter dari kiri dan kanan untuk anak sungai,
sekurang-kurangnya 10 meter.
d) Kawasan sekitar danau atau waduk memiliki luas total kurang lebih 28.944
Ha, yaitu kawasan berjarak 50-100 meter dari titik pasang tertinggi danau atau
a) Kawasan suaka alam laut terdiri atas Kawasan Suaka Alam Laut Sawu dan
b) Kawasan suaka margasatwa memiliki luas total kurang lebih 12.322 Ha terdiri
atas:
c) Kawasan cagar alam memiliki luas total kurang lebih 47.253 Ha, terdiri atas:
e) Kawasan taman nasional memiliki luas total kurang lebih 151.483 Ha, terdiri
atas:
Timur,
Tengah, dan
Kawasan taman hutan raya yaitu Taman Hutan Raya Prof Ir. Herman
g) Kawasan taman wisata alam memiliki luas total kurang lebih 55.537 Ha, terdiri
Kawasan Taman Wisata Alam Laut Tujuh Belas Pulau Riung di Kabupaten
Ngada.
terdiri atas:
Pulau Sumba, Pantai Utara Ende, Pantai Utara Flores Timur, Pantai
Selatan Lembata, dan Pantai Selatan Pulau Timor, Pantai Selatan Pulau
a) Kawasan taman buru memiliki luas total kurang lebih 4.498 Ha terdiri atas:
Manggarai Barat,
Kabupaten Ngada.
Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Rote Ndao, Alor, Lembata,
Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, dan Sumba Timur
Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ende,
Nagekeo, Manggarai Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Timur
Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Flores Timur, Ende,
Sikka, Flores Timur, Lembata, Alor, Belu, Timor Tengah Utara, Timor
Timur, Nagakeo, Ngada, Sikka, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba
Ende, Sikka, Flores Timur, Alor, Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah
Selatan, Kupang, Sabu Raijua, dan Kota Kupang;
Sikka, Flores Timur, Lembata, Alor, Belu, Timor Tengah Utara, Timor
Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Ende, Sikka,
Flores Timur, Alor, Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan
Sabu Raijua;
Flores Timur, Lembata, Alor, Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah
Flores Timur, Lembata, Alor, Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah
wilayah provinsi.
tembaga, mangan, besi, timah, emas, seng, perak, nikel, timbal, batu,
Kabupaten Kupang.
g) Kawasan Peruntukan Pariwisata
Alor; Kawasan Taman Laut Teluk Kupang di Kabupaten dan Kota Kupang;
Tengah Utara.
Sumba Tengah dan Sumba Barat; dan Kawasan atraksi seni budaya di
seluruh kabupaten/kota.
wilayah provinsi
Leste;
kecil terluar dengan Negara Timor Leste dan Australia yaitu Pulau Alor,
pertahanan
Kabupaten Ende;
Sumba Barat;
Tengah;
b) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya terdiri atas:
Barat Daya.
Selatan;
Belu;
darat dan laut dengan Negara Timor Leste dan Australia, terdiri atas :
Mengkudu;
Ndana;
Dana;
Batek;
Tinjauan Kebijakan Kabupaten Sabu Raijua yang ditelaah adalah dokumen Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten 2011 - 2031 yang meliputi tinjauan terhadap rencana struktur
ruang, rencana pola ruang dan kawasan strategis kabupaten. Tinjauan ini dimaksudkan untuk
melihat posisi dan kedudukan kawasan Pariwisata Kelabba Madja Kabupaten Sabu Raijua
Tinjauan terhadap struktur ruang wilayah adalah penetapan struktur ruang wilayah yang
berada di wilayah studi yaitu Kabupaten Sabu Raijua. Tinjauan terhadap struktur wilayah
kabupaten meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah.
a) jaringan jalan kolektor primer II terdiri atas ruas Seba – Bolou; dan Seba –
Mesara.
b) jaringan jalan lokal primer yang sudah dikembangkan terdiri atas ruas :
Laeloro – Delo – Eilode; Mesara – Ege; Ledeana – Teriwu; Seba – Ege; Eiwau
Banyo; Raekore – Kota Huwa; Bolou – Biu; Bolou – Huwaga; dan Matei –
Eilode.
Ledeunu – Lederaga;
Barat;
Ende; dan
Pelabuhan Namo dengan alur pelayaran, meliputi Namo – Ende; dan Namo
– Waingapu.
3) Sistem Jaringan Transportasi Udara, meliputi :
Tengah.
sumur bor di Desa Ledeana, Desa Nadawawi dan Desa Raeloro Kecamatan
sumur gali di Desa Eilode Kecamatan Sabu Tengah; Desa Menia, Desa
Ledeana dan Desa Raedewa Kecamatan Sabu Barat; Desa Wadumedi dan
desain peresapan;
Kewajiban menyediakan sistem pembuangan air limbah terpusat dan
fasilitas umum.
Sabu Barat;
Sabu Timur;
Pelayanan air minum dengan sumur gali terdapat di Kecamatan Sabu Tengah;
4) Sistem Jaringan Transportasi Darat, meliputi jaringan jalan kolektor primer II terdiri
a. Kawasan Lindung
1) Kawasan hutan lindung tersebar di Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu
Barat dan Kecamatan Hawu Mehara, sebesar kurang lebih 7.523 (tujuh ribu lima
Sabu Raijua yang meliputi pantai di Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu
ribu seratus tujuh puluh dua) hektar terdapat di kawasan sepanjang kanan-kiri
Sabu Timur, Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan Sabu Liae, dan Kecamatan
Sabu Tengah
Kawasan sempadan mata air direncanakan sebesar kurang lebih 139 (seratus
Barat.
Sabu Raijua.
wilayah yang potensial terkena bahaya tsunami yaitu di seluruh wilayah pantai
b. Kawasan Budidaya
1) Kawasan peruntukan hutan rakyat sebesar kurang lebih 3.819 (tiga ribu delapan
kawasan pertanian lahan basah sebesar kurang lebih 863 (delapan ratus enam
kawasan pertanian lahan kering sebesar kurang lebih 21.016 (dua puluh satu
lahan pertanian pangan berkelanjutan sebesar kurang lebih 15.574 (lima belas
ribu lima ratus tujuh puluh empat) hektar, di seluruh kecamatan; dan
4) Kawasan perkebunan memiliki komoditas utama lontar, kelapa dan jambu mente
dikembangkan di seluruh kecamatan sebesar kurang lebih 8.396 (delapan ribu tiga
6) Kawasan Perikananan
perikanan budidaya air laut di seluruh wilayah pantai dan pesisir Kabupaten
Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi terdiri atas sumber
minyak bumi terdapat di bagian blok Sawu; dan sumber gas alam terdapat di
Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam dan non logam terdiri atas
Mangan di Desa Wadu Wala Kecamatan Sabu Liae dan Desa Wadu Medi
8) Kawasan Pertambangan
Barat.
Kecamatan Liae.
Raijua;
minimum 30 %.
Raijua memiliki luas sebesar kurang lebih 3.782 (tiga ribu tujuh ratus delapan
puluh dua) hektar.
Kawasan wisata terdiri atas wisata pantai Bali di Kecamatan Sabu Timur; dan
Istana Raja Sabu yaitu Tenni Hawu di Kelurahan Mebba Kecamatan Sabu Barat;
c. Kawasan strategis kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah :
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
Kepariwisataan.
Visi RIPPARNAS adalah “Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas
kesejahteraan rakyat”. Sedangkan misi dalam RIPPARNAS mencakup empat hal yaitu:
manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka
Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Nasional dalm RIPPARNAS juga mencakup empat hal
penting yaitu:
Arah Pembangunan Kepariwisataan Nasional dalm RIPPARNAS mencakup pula lima hal
penting yaitu:
d. Secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku;
Daerah sesuai kewenangannya, dunia usaha, dan masyarakat. Tiga fungsi pokok
RIPPARNAS adalah:
Kepariwisataan Provinsi.
Kabupaten/Kota.
Arah pembangunan kepariwisataan nasional menjadi dasar arah kebijakan, strategi, dan
indikasi program pembangunan kepariwisataan nasional dalam kurun waktu tahun 2010
a. DPN;
b. memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata unggulan
e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan wilayah;
f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset
j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan
Kepariwisataan.
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Rencana
Visi RIPPARPROV Nusa Tenggara Timur adalah “Terwujudnya NTT sebagai salah satu
masyarakat;
kemitraan usaha dan bertanggungjawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya;
dan
yang berkelanjutan.
berkelanjutan;
b. pembangunan kepariwisataan provinsi yang terpadu secara lintas sektor, provinsi, dan
pelaku;
KSPP dan DTW dengan prioritas pengembangan yang sesuai dengan tema
pengembangan kawasan;
d. pengembangan DTW berbasis pada potensi daya tarik budaya, alam, dan buatan yang
b. Pembangunan DTW;
a. DPP meliputi:
b. KPPP meliputi:
c. KSPP meliputi:
a. menyusun rencana induk dan rencana detail pembangunan DPP dan KSPP;
b. menyusun regulasi tata bangunan dan tata lingkungan DPP dan KSPP
2.3.3. Arahan Kebijakan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Kabupaten Sabu Raijua
Pembangunan pariwisata harus berorientasi pada paradigma dan pada kondisi normatif
yang tercermin dalam visi pembangunan di Kabupaten Sabu Raijua. Oleh sebab itu
paradigma yang dipilih dan perkembangan objektif pariwisata internasional, nasional dan lokal
pada saat ini menjadi basis penentuan visi dan misi pengembangan pariwisata. Pemahaman
atas visi dan misi dalam proses perumusan rencana pengembangan pariwisata menjadi amat
penting.
yang berkualitas dan memiliki ciri khas serta menciptakan lingkungan yang berkelanjutan".
Sedangkan misi dalam RIPPARDA Kabupaten Sabu Raijua mencakup beberapa hal
yaitu:
2. Menata mengembangkan obyek wisata budaya alam dan bahari yang asri;
4. Mengembangkan produk wisata budaya yang berciri khas dan bervariasi agar memiliki
perekonomian masyarakat;
7. Mengembangkan pariwisata untuk berperan menjadi salah satu sarana melestarikan adat
sosial.
1. Pengembangan DTW budaya dan alam yang memiliki potensi skala regional dengan
2. Perlindungan kawasan di sekitar kawasan dan bangunan yang memiliki nilai budaya dan
sejarah;
3. Pengelolaan sumber daya alam lokal seni budaya Daerah dan teknologi tepat guna;
4. Pengembangan kawasan wisata Daerah yang terintegrasi dengan kawasan dan DTW
yang lain;
3. pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah masyarakat di bidang Pariwisata dan
yang terkait sebagai elemen produk Pariwisata berdaya saing provinsi dan nasional;
persaingan yang sehat dan menjaga keseimbangan daya dukung lingkungan Kabupaten.
Letak Kabupaten Sabu Raijua berada di bagian selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kabupaten ini terdiri dari tiga buah pulau yakni Pulau Sabu, Pulau Raijua dan Pulau Dana.
Ibukota Kabupaten Sabu Raijua adalah Seba yang merupakan juga pusat Kecamatan Sabu
Barat. Kabupaten Sabu Raijua berada pada posisi 1210 41’ 00“ – 1220 00’ 30“ Bujur Timur dan
100 25’ 00“ – 100 37’ 40“ Lintang Selatan. Dengan batas-batas:
Luas Kabupaten Sabu Raijua adalah 461,74 Km2 yang terdiri atas 3 (tiga) pulau yaitu
Pulau Sabu, Pulau Raijua dan Pulau Dana. Pulau Sabu dan Pulau Raijua adalah pulau
berpenghuni dengan luas 460,84 Km2 sedangkan Pulau Dana merupakan pulau terluar yang
tidak berpenghuni dan berbatasan dengan wilayah administrasi negara Australia dengan luas
Kabupaten Sabu Raijua memiliki 6 (enam) Kecamatan. Kecamatan yang terluas adalah
Sabu Barat dengan luas wilayah 185,16 Km2 dan luasan yang tekecil adalah Kecamatan
5 kecamatan di Pulau Sabu dan 1 kecamatan di Pulau Raijua. Jumlah total desa di Kabupaten
ini dalah 58 desa dan 5 kelurahan. Adapun pembagian luas wilayah berdasarkan pulau dan
39.06
62.62
186.25
56.77
50.3
65.81
Sabu Barat Sabu Tengah Sabu Timur Sabu Liae Hawume hara Raijua
Memahami lebih jauh Kawasan Wisata Kelabba Madja, sebagai salah satu Kawasan
Pembangunan Pariwisata Provinsi yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur NTT Nomor
Sedangkan pada Kawasan Wisata Kelabba Madja yang terletak di Desa Wadumaddi
Utara : Desa Guri Monearu dan desa Teriwu Kecamatan Sabu Barat
Teriwu, 18%
Wadumaddi,
30%
Dainao, 21%
Eikare, 9%
Raerobo, 21%
Secara Geografis Kawasan Wisata Kelabba Madja terletak pada koordinat 10°36'18.7"
Lintang Seatan dan 121°48'18.9" Lintang Selatan dengan ketinggian dari muka laut 0 – 50
meter. Luas Kawasan Wisata terdiri Dari Desa Wadumaddi wilayah terluas mencapai 197,11
Ha atau 31%, setelah itu Desa Raerobo seluas 137,68 Ha atau 21 % dan Desa Dainao seluas
139,46 Ha, Desa Teriwu 120,89 Ha dan wilayah terkecil di Desa Eikare seluas 60,05 Ha atau
9 % dari total luas wilayah Kawasan Wisata Kelabba Madja.
Kondisi fisik wilayah yang akan diuraikan dalam ini meliputi topografi, ketinggian,
kemiringan, klimatologi, hidrologi, geologi, jenis tanah, daerah rawan bencana, dan
Wilayah Kabupaten Sabu Raijua berada pada elevasi dari 0 s/d 343 meter serta
didominasi area dengan ketinggian tempat (elevasi) 0 - 100 meter dengan luasan kumulatif
27.839,76 ha atau dengan persentase 60.41% dari keseluruhan wilayah. Kecuali Sabu Barat
dan Sabu Tengah, kecamatan lain di wilayah Kab Sabu Raijua tidak memiliki elevasi sampai
maksimum 300-350 meter. Bahkan untuk wilayah Kecamatan Sabu Timur hanya memiliki
elevasi maksimum 100-150 meter, serta Kecamatan Raijua dan Sabu Tengah memiliki elevasi
maksimum 150-200 meter. Dengan demikian, maka sebagian besar wilayah di Kabupaten
Sabu Raijua merupakan daerah dataran rendah (elevasi < 200 mdpl).
Ditilik dari kelerengan (slope), sebagian besar wilayah Sabu Raijua tergolong sebagai
daerah yang datar s/d landai dengan kelas lereng 0-8% (luas 25.451,28 ha atau 55.23%) dan
9-15% (luas 10.422,92 ha atau 22.62%). Jika ditilik dari persebaran kelas lereng per
kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Sabu Barat, Sabu Tengah dan Hawu Mehara
memiliki kelas lereng yang tergolong curam (26-40%) s/d sangat curam (>41%) paling luas
Relief atau kelas lereng erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya
erosi. Kondisi relief sangat mempengaruhi kondisi drainase dan permukaan air pada daerah
yang kemiringannya besar sering terjadi erosi tanah. Akibatnya tanah-tanah pada kemiringan
yang besar akan memiliki solum yang tipis, kandungan bahan organik yang rendah bila
dibandingkan dengan tanah-tanah bergelombang dan datar. Selain potensi hilangnya tanah
akibat erosi, kemiringan lereng juga mempengaruhi kecepatan limpasan air dan menurunkan
infiltrasi air dalam tanah. Semakin curam suatu lereng maka kecepatan aliran semakin besar,
dengan ketinggian 0 - 250 m dari permukaan laut dengan proposional 37,3 % dan selanjutnya
adalah kawasan 250 - 500 dpl sebanyak 30,8 %. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel ketinggian lahan, maka diketahui bahwa rata - rata kemiringan lereng
di Kawasan Wisata berada pada rentang 0 - 45 % dan bahkan ada beberapa kawasan yang
klasifikasi 15 - 25% dan diikuti oleh kelerengan 25 - 45 % sehingga pada umumnya Kawasan
Wisata merupakan kawasan yang tergolong cukup dalam kestabilan lerengnya.
Berdasarkan data sekunder dari BPDAS Benain Noelmina (2013) menunjukkan bahwa
secara umum jenis tanah pada Kabupaten Sabu Raijua didominasi oleh 2 jenis tanah, yaitu
kambisol dengan luas 26.495,48 ha (57,5 persen) dan jenis tanah latosol dengan luas
11.900,66 ha (25,82 persen). Jika ditilik dari persebaran jenis tanah per wilayah Kecamatan,
maka hanya pada Kecamatan Sabu Liae yang memiliki seluruh jenis tanah jika dibandingkan
kecamatan lainnya.
1. Latosol
(1) memiliki stabilitas (kemantapan) agregat tanah yang tinggi, (2) pelindian / pencucian
basa- basa, organik, siliki sudah sangat intensif (miskin unsur hara), (3) tekstur lempung
- geluh, (4) struktur remah/gumpal lemah, (5) konsistensi gembur, dan (6) solum tebal.
Jika ditilik, maka pada tanah latosol ini dapat digunakan sebagai areal bercocok tanam
dan penggunaan lahan lainnya disebabkan oleh, baik struktur maupun tekstur tanah baik
sekalipun.
2. Aluvial
Jenis tanah ini sepadan dengan jenis tanah fluvisol (versi FAO/UNESCO – 1974) atau
entisol inceptisol (versi USDA Soil Taxonomy – 1975). Tanah alluvial ini merupakan tanah
yang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organic jumlahnya berubah tidak
teratur denga kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfuric.
Tanah ini juga disebut sebagai tubuh tanah endapan, atau recent deposits yang belum
memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah berwarna kekelabuan sampai kecoklatan.
Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50 – 60%.
Strukturnya pejal atau tanpa struktur, kosistensinya keras waktu kering dan teguh waktu
lembab.
Kandungan unsur haranya relatif kaya dengan reaksi tanahnya yang bervariasi dari asam
netral sampai basa. Permeabilitas umumnya lambat atau drainase rata-rata sedang dan
3. Grumosol
Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam/tebal (100 – 200 cm), berwarna
kelabu sampai hitam, dengan tekstur lempung berliat sampai liat, struktur tanahnya
adalah keras di lapisan atas dan gumpalan di bagian bawah dengan konsistensinya teguh
atau keras kalau kering. Keadaan tanah pada waktu hujan mengembang dan lekat sekali
dan pada musim kemarau/kering, tanah akan retak dengan lebar retakan sekitar 25 cm
kambisol dan renzina tergolong dalam golongan inceptisols dan mollisols. Tanah tersebut juga
agak peka terhadap erosi karena tekturnya lempung liat berpasir, strukturnya gumpal, daya
infiltarasinya agak besar, sehingga air mudah meresap ke dalam tanah. Akibatnya aliran
3.2.3. Geologi
Sebagian besar formasi batuan di Kabupaten Sabu Raijua adalah kompleks bobonaro
(Tb) yang terbentuk pada masa Miosen tengah - Pliosen akhir dengan luas mencapai 18.547
ha atau 44,4 persen dari total luas lahan dan formasi Batugamping koral (coraline limestone)
yang terbentuk pada masa Plistosen dengan luas mencapai 13.594 ha atau 32,5 persen.
Geologi yang terdapat di Kabupaten Sabu Raijua terdiri dari endapan aluvial, batu gamping
1. Endapan Aluvial
Sebaran litologi ini pada umumnya menempati pesisir pantai, Endapan ini berupa
endapan sungai, endapan rawa dan endapan pantai, umumnya terdiri dari pasir kerikilan,
pasir halus, sangat kasar dan lepas, lanau pasiran dan lanau berwarna kuning kecoklatan
sampai coklat kehitaman. Endapan aluvial ini mempunyai ketebalan antara 1,5 – 8,0 m.
2. Endapan Laut
Endapan ini berupa pasir halus berwarna abu-abu keputihan hingga kekuningan, berbutir
halus sampai sedang, lepas, umumnya terdiri dari serpihan dan pecahan cangkang
kerang. Endapan ini umumnya tidak tersingkap di permukaan, namun dapat diketahui dari
hasil pemboran, letaknya di sepanjang pantai dan tertindih secara tidak selaras oleh
endapan alluvial, dan mempunyai ketebalan > 1,5 m.
Satuan ini tersingkap di sekitar kawasan bagian tengah Pulau Sabu dan Raijua. Satuan
ini berwarna putih hingga putih kekuningan, mengandung sedikit ganggang, bersifat pejal
dan tidak berlapis tanah pelapukannya berupa lanau, lanau pasiran, berwarna coklat
4. Formasi Bari
Formasi Bari (Tmb), Formasi ini menutupi secara selaras Formasi Kiro dan terutama
terdiri dari batu gamping, secara setempat berselingan dengan batugamping pasiran dan
Endapan ini berwarna putih kotor, kelabu muda hingga kecoklatan, berbutir halur – kasar,
umumnya tersusun dari andesit dan batu apung. Tanah pelapukannya berupa lanau,
lanau pasiran berwarna kuning kecoklatan kehitaman, dalam keadaan basah bersifat
5. Formasi Bisane
Formasi Bisane berwarna putih kotor sampai kelabu, tersusun dari andesit piroksen dan
– 25 cm. Perekat satuan ini berupa tufa pasiran yang mudah lepas. Tanah pelapukannya
berupa lanau pasiran berwarna kuning kecoklatan, berbutir halus sedang, mengandung
kerikil dan pecahan batu beku. Ketebalannya berkisar antara 0,5 – 3,5 m.
6. Formasi Noele
Formasi Noele (QTn), berumur Plio-Plistosen. Terdiri dari napal pasiran, konglo merat
7. Formasi OFU
Formasi Ofu (Tko), berumur Kapur sampai Eosen. Terdiri dari kalsilutit, napal dan serpih
rijangan.
Tabel 3.8 Jenis Tanah Kawasan Wisata Kelabba Madja
No Kecamatan Desa/Kelurahan Jenis Tanah Ha
1 Sabu Barat Desa Teriwu Formasi Bisane 120.89
2 Hawu Mehara Desa Wadumedi Batugamping Koral 39.58
Formasi Bisane 157.54
3 Sabu Liae Desa Raerobo Batugamping Koral 88.22
Formasi Bisane 49.46
Desa Dainao Batugamping Koral 139.46
Desa Eikare Batugamping Koral 32.12
Formasi Bisane 27.93
Jumlah 655.20
Sumber : Penelitian Tanah/Geologi Provinsi NTT, 2016
Pada Kawasan Wisata Kelabba Madja terdapat 2 (dua) jenis batuan yang tersebar di
Kecamatan Sabu Barat Desa Teriwu seluas 120,89 Ha atau 18,45 % dari total luas kawasan,
Kecamatan Hawu Mehara tergolong jenis batuan formasi bisane seluas 157,54 Ha atau 24,04
% dan Kecamatan Sabu Liae seluas 139,46 Ha di Desa Dainao sebagai batuan gamping
3.2.4. Klimatologi
Keadaan iklim di Kawasan Wisata Kelabba Madja pada dasarnya sama dengan
klimatologi wilayah Kabupaten Sabu Raijua dan tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah
1. Suhu maksimum rata-rata 29,7°C pada musim kemarau dan minimum rata-rata 23,8°C
3. Kecepatan angin rata-rata pada musim kemarau antara 12 – 13 knots dan pada musim
4. Musim kemarau berlangsung antara 7 – 9 bulan (Mei – Nopember) setiap tahunnya dan
5. Curah hujan rata-rata per tahun 87 – 117 mm, dengan jumlah hari hujan rata-rata 60 –
120 hari.
3.2.5. Hidrologi
Pada Kawasan Wisata Kelabba Madja seperti desa-desa lain di Kabupaten Sabu Raijua
pada umumnya, desa Wadumeddi tidak memiliki sumber mata air permukaan, Pemenuhan
Kebutuhan Air Minum di Desa Wadumeddi dan sekitarnya diperoleh dari sumur gali. Pada
kawasan bukit Kelabba Maja juga terdapat satu unit Embung yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya karena mengalami kekeringan di musim kemarau.
1. Mata Air
Mata air merupakan air tanah yang muncul ke permukaan tanah, pemunculannya dapat
disebabkan karena lapisan pembawa air tersebut terpotong oleh permukaan tanah yang
melereng atau adanya perbedaan litologi, terpengaruh adanya sesar dan sebagainya. Di
wilayah Kabupaten Sabu Raijua terdapat beberapa sumber mata air yang berasal dari
daerah perbukitan dengan debit menurun pada musim kemarau, sehingga kebutuhan air
pada musim kemarau merupakan kendala di wilayah ini. Mata air yang ada di kawasan
perencanaan antara lain adalah Menia di Desa Menia Kecamatan Sabu Barat, Molie di
Desa Molie Kecamatan Hawu Mehara, Lie Madira di Desa Molie Kecamatan Hawu
Mehara, mata air di Desa Jiwuwu Desa Eimadake dan Desa Bebeae Kecamatan Sabu
Tengah, mata air di Desa Depe Kecamatan Sabu Barat serta mata air di Desa Ballu
Kecamatan Raijua.
2. Air Tanah
Air tanah banyak dipergunakan oleh penduduk di kawasan wisata sebagai sumber air
bersih bagi penduduk yang ada di wilayah Kabupaten Sabu Raijua kawasan dataran
sepanjang pantai. Berdasarkan observasi lapangan potensi air tanah di kawasan wisata
Potensi Air tanah tinggi adalah kawasan dengan sumber air tanah mudah didapat
Potensi Air tanah sedang adalah kawasan dengan sumber air tanah didapat (sampai
kemarau; dan
Potensi Air tanah rendah adalah kawasan dengan sumber air tanah sangat sulit
3. Air Permukaan
Di Kawasan Wisata mengalir banyak alur sungai / saluran alam, antara lain: Loko
Aimadawadu, Loko Raidui, Loko Latamako, Loko Helaba, Loko Roapahi dan Loko Pakah
serta Loko Lui dan Loko Leba. Sungai-sungai tersebut pada umumnya berupa sungai
musiman yang hanya berair pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau
Berdasarkan KRB Kabupaten Sabu Raijua kawasan rawan becana di Kawasan Wisata
meliputi:
1. Kekeringan
Analisa dalam RPB Provinsi NTT menunjukkan bahwa jenis bencana dengan tingkat
ancaman tinggi yang cakupannya wilayahnya paling luas adalah kekeringan. Hasil
pengumpulan data primer melalui diskusi kelompok terfokus dan survey lapangan
menunjukkan bahwa kekeringan dialami oleh semua desa di setiap kecamatan, dan
bahkan terjadi setiap tahun di Kecamatan Hawu Mehara yang menjadi lokasi Kawasan
Ada dua dampak utama yang dialami oleh masyarakat karena kekeringan. Pertama
adalah kekurangan air yang ditandai dengan berkurangnya air permukaan, baik di sungai,
sumur gali dan embung-embung. Kekurangan air bersih ini juga sering menyebabkan
berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kulit dan diare. Dampak kedua adalah gagal
Bencana kebakaran, yakni kebakaran hutan dan lahan, merupakan bencana yang dialami
hampir secara merata di Kabupaten Sabu Raijua, terutama pada saat persiapan lahan
melalui aktivitas pembersihan lahan (land clearing) untuk pembukaan lahan ladang/kebun
sebelum diakhir musim kemarau atau memasuki musim penghujan (late-season burning)
serta ditunjang oleh musim kemarau yang panjang serta panas yang ekstrim. Walaupun
DIBI tidak mencatat adanya kejadian kebakaran di Kab. Sabu Raijua, tetapi analisa
ancaman dipaparkan dalam RPB Provinsi NTT menunjukkan ada 45.198 ha lahan di Kab.
Sabu Raijua yang memiliki ancaman kebakaran tinggi. Demikian juga dalam diskusi
Dalam peristiwa kebakaran lahan dan hutan, seringkali yang terbakar adalah tanaman
lontar yang memang merupakan tanaman dominan dan menjadi ciri khas Pulau Sabu dan
Raijua. Tanaman ini tidak saja menjadi andalan konservasi, tetapi terutama merupakan
sumber pangan (setelah nira dimasak menjadi gula) dan juga sumber pendapatan
Cuaca ekstrim angin kencang menunjukkan bahwa 32 persen wilayah Kabupaten Sabu
Raijua rawan putting beliung dan sekurangnya dua desa pernah mengalaminya.
Dampak dari bencana angin kencang terutama pada Kawasan Wisata Kelabba Madja
adalah kerusakan rumah masyarakat dari angin kencang, yakni merusak rumah
masyarakat (dampak yang paling sering), merusak tambak garam masyarakat serta
Kejadian bencana gelombang pasang dan abrasi dirasakan langsung oleh masyarakat
dan pernah dilaporkan kepada BPBD Kabupaten Sabu Raijua. Dalam diskusi kelompok
terfokus, ada 45 kejadian gelombang pasang dan abrasi yang dicatat oleh masyarakat di
58 desa/kelurahan dalam 20 tahun terakhir. Hal ini diperkuat melalui ground checking
yang menemukan beberapa bukti kejadian abrasi yang disebabkan gelombang ekstrim di
Kawasan Wisata Kelabba Madja yang berlokasi di peisisir pantai selatan Pulau Sabu dan
gelombang pasang dan abrasi yang berdampak terhadap kerusakan aset masyarakat
daerah pesisir. Kejadian ini pernah merusak rumah, tambak garam, kebun sayur di pesisir
dan pohon kelapa yang merupakan sumber pemenuhan kebutuhan. Selain itu, kejadian
gelombang pasang dan abrasi juga pernah merusak perahu-perahu nelayan yang sedang
5. Gempa Bumi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Getaran gempa juga dapat
memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya.
Pada Kawasan Wisata klasifikasi bencana gempa bumi merupakan rawan dalam skala
tinggi yaitu MMI V-VI dengan ancaman tsunami tinggi. Selain itu, mayoritas tsunami dipicu
oleh gempa bumi, maka dengan posisi Kawasan Wisata di dekat struktur Java Megthrust
dalam segmen NTT, membuat kawasan wisata juga rawan terhadap ancaman tsunami.
Penggunaan lahan wilayah Kabupaten Sabu Raijua saat ini secara garis besar terbagi
atas dua kelompok utama jenis penggunaan, yaitu penggunaan lahan basah/sawah dan
penggunaan lahan kering. Penggunaan lahan basah antara lain terdiri dari irigasi teknis
setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa dan sawah tadah hujan. Kategori penggunaan
Penggunaan Lahan
46%
31%
21%
1% 1% 1%
Penggunaan lahan Kawasan Wisata saat ini secara garis besar kategori penggunaan
lahan terbesar adalah belukar/tegalan/ladang dan padang rumput. Selain itu penggunaan
perdagangan pasar mingguan dan kesehatan berupa puskesmas pembantu. Sebagian besar
penggunaan lahan di Kawasan Wisata masih berupa lahan kosong tidak terbangun yaitu
semak belukar dan hutan. Lahan terbangun hanya terdapat di kawasan permukiman kampung
nelayan sekitar tempat wisata yang tersebar di sepanjang pesisir pantai. Selain itu
penggunaan lahan berupa kawasan lindung antara lain kawasan geologi batuan yang menjadi
Pertambahan penduduk akan selalu mendorong ekonomi dan industri tumbuh pesat
untuk memenuhi kebutuhan pokok sandang, pangan, papan, air bersih dan energi yang terus
menjalankan pola hidup konsumtif sedangkan sumber daya alam yang tersedia terbatas.
Selain jumlah penduduk dan pertambahannya, masalah demografi yang patut untuk
penduduk ini bervariasi disetiap kelurahan yang menandakan adanya perbedaan sebaran
penduduk. Perbedaan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata.
sekitarnya terus meningkat dan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal tersebut dapat
dilihat dari laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan Sabu Barat dan
Kecamatan Hawu Mehara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Jumlah Penduduk
15%
11%
0.5
0
Wadumaddi Eikare Rae ro bo Dainao Te riwu
penduduk yang paling tinggi dari desa lainnya. Selain itu terjadi penurunan di Desa Raerobo
yang diakibatkan oleh perpindahan penduduk dari rata - rata pertumbuhan dan berdampak
pada aktivitas ekonomi juga terhadap Kawasan Wisata. Selain itu Kepadatan penduduk
tertinggi di Kabupaten Sabu Raijua adalah Desa Wadumaddi lokasi Wisata Kelabba Madja
sebesar 338,44 jiwa/km² sedangkan kepadatan penduduk terendah adalah Desa Teriwu
perdagangan jasa, pariwisata dan industri rumah tangga serta sebagai pusat pelayanan
3.4. PEREKONOMIAN
jenis usaha khususnya yaitu usaha barang. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa
munculnya industri sebagai proses untuk menghasilkan barang didasarkan pada kebutuhan
(needs) dan keinginan (wants) masyarakat, sedangkan keinginan dan kebutuhan masyarakat
Kabupaten Sabu Raijua terdapat lahan kering berupa areal Perkebunan yakni, Kebun
Kelapa, Kebun Jambu Mete dan Kebun Lontar. Pada Tahun 2019, Sabu Barat menjadi
kecamatan dengan Tegal/Kebun Kelapa terbesar luas area 0,66 Ha. Sedangkan untuk jenis
lahan kering berupa kebun Jambu Mete terluas terdapat di Kecamatan Hawu Mehara dan
Sabu Barat dengan Luas 0,39 Ha. jenis lahan kering berupa kebun Lontar terluas terdapat di
Kecamatan Sabu Liae dengan luas areal 0,39 Ha.
Tabel 3.13 Luas Area Lahan Kering Kabpaten Sabu Raijua (Ha)
pada Tahun 2020 yakni jenis sayuran Petsai/ Chinese Cabbage dan sayuran kangkung
dengan luas panen seluas 35 Ha. Pada Tahun 2019, petai dan cabai rawit menjadi jenis
sayuran dengan luas panen terbesar dengan luas panen 9 Ha. Pada tahun 2020 cabai rawit
menjadi satu-satunya pemasok sayur-sayuran dengan luas panen 3 Ha. Tomat menjadi satu-
satunya buah- buahan holtikultural yang dipanen selama 4 tahun terakhir di Kawasan Wisata
Tabel 3.14 Luas Panen Tanaman Sayuran dan Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman
Tahun
No. Jenis Tanaman
2017 2018 2019 2020
Sayuran/ Vegetables
1 Bawang Merah/ Shallot ... 28,00 5,00 ...
2 Bawang Putih/ Garlic ... 2,00 – ...
3 Bayam/ Spinach ... 12,00 7,00 ...
4 Buncis/ Green Bean … – – ...
Cabai Besar/ Chili (Capsicum
5 ... 1,00 – ...
Annum)
Cabai Rawit/ Chili (Capsicum
6 ... – 9,00 3,00
Frustescens)
7 Cabai/ Chili ... 10,00 3,00 ...
8 Kacang Panjang/ Yarldlong Bean ... 14,00 2,00 ...
9 Kangkung/ Kangkong ... 19,00 8,00 ...
10 Kembang Kol/ Cauliflower ... 1,00 – ...
11 Ketimun/ Cucumber ... 2,00 – ...
12 Kubis/ Cabbage ... 1,00 – ...
13 Labu Siam/ Chayote ... 1,00 – ...
14 Petsai/ Chinese Cabbage ... 35,00 9,00 ...
15 Terung/ Eggplant ... 12,00 7,00 ...
16 Tomat/ Tomato ... 4,00 8,00
Buah–buahan/ Fruits
1 Blewah/ Cantaloupe ... – – ...
2 Melon/ Melon … – – ...
3 Semangka/ Watermelon ... 1,00 – ...
4 Stroberi/ Strawberry ... – – ...
Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 2021
Sesuai Keputusan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Tahun 2019 maka sebaran sawah nasional yang telah ditetapkan di Kabupaten Sabu Raijua
adalah sebesar 2.387,68 Ha yang tersebar di 6 Kecamatan. Sebaran luas lahan baku sawah
berdasarkan kecamatan dan desa di Kabupaten Sabu Raijua dapat dilihat pada tabel dan peta
berikut.
Tabel 3.15 Luas Lahan Pertanian Sawah
No Kecamatan Desa/Kelurahan Sawah (Ha)
Daieko 2,05
Gurimonearu 4,94
Ledeae -
Lederaga -
Lobohede -
1 Hawu Mehara
Molie -
Berdasarkan data tabel tersebut, Desa yang berada di Kawasan Wisata adalah desa
yang tidak terdapat adanya pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
sehingga jenis pertanian sawah yang terdapat di Kawasan Wisata merupakan area yang
dialihfungsikan oleh masyarakat untuk lahan sawah dengan jenis sawah berupa sawah tadah
hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Luas lahan produksi tanaman pangan
tergolong kecil dikarenakan lahan yang tidak subur dan musim kekeringan yang panjang
menjadikan lahan Kawasan Wisata tidak dapat dikembangkan sebagai area pertanian sawah.
Oleh karena itu dalam pengembangan lahan sebagai pertanian pangan dibutuhkan bantuan
teknologi penyediaan sumber daya air berupa sumur bor untuk pertanian.
B. Kawasan Hutan
Potensi hutan produksi selain memiliki fungsi ekonomi sebagai penghasil kayu, juga
sesuai dengan fungsinya sebagai hutan. Hutan lindung dengan jenis hutan yang bukan kayu
antara lain kemiri,asam dan pinang iris merupakan komoditas utama di wilayah hutan. Adapun
jenis hutan tersebut terdiri atas hutan produksi dan hutan lindung yang terbagi atas beberapa
bagian.
Tabel 3.16 Luas Kawasan Hutan
No Kecamatan Hutan Hutan Hutan
Lindung Produksi Suaka Alam
1 Sabu Barat 8018.16 - -
2 Sabu Tengah 733.7 - -
3 Sabu Timur - - -
4 Sabu Liae 1136.85 - -
5 Hawu Mehara 77.53 - -
6 Raijua - - -
Jumlah 9966.24 - -
Sumber: 357/Menlhk/Setjen/PLA.0/5/2016
80%
11%
7%
1%
Kawasan hutan lindung didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki sifat khusus
sebagai pengaturan tata air, pencegah banjir, erosi dalam memelihara kesuburan tanah.
Penentuan kawasan hutan ini berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup
tersebar di Kecamatan Hawu Mehara, Kecamatan Sabu Barat dan Kecamatan Sabu Liae.
Sedangkan Kawasan Hutan yang terdapat di Kawasan Wisata adalah kawasan hutan
belukar yang tidak terdaftar sebagai kawasan lindung maelainkan sebagai kawasan hutan
yang diperuntukkan dalam penyediaan air tanah. Adapun jenis hasil hutan yang dihasilkan
terbesar adalah kayu rimba campuran, jati dan mahoni sedangkan non kayu, kulit, biji dan
daun berupa kemiri isi, asam biji, asam isi dan pohon lontar. Selain pemanfaatan kayu dan
non kayu dihasillkan pula madu dan sarang wallet dan kawasan hutan ini merupakan budidaya
sendiri oleh masyarakat setempat yang tinggal di Kawasan Wisata. Sedangkan pengunaan
lahan lainnya yang terdapat di kawasan hutan adalah lahan perkebunan (pertanian lahan
basah, lahan kering, perkebunan), padang rumput (padang rumput dan semak belukar),
dan perkebunan rakyat sampai akhir tahun 2020 terhitung masih kecil kontribusinya terhadap
sektor pertanian. Komoditi perkebunan merupakan bahan baku bagi sektor Industri seperti
Untuk perkebunan pada Kawasan Wisata berada di Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan
Hawu Mehara dan Kecamatan Sabu Barat sebagai tanaman produktif dengan komoditi kelapa
menjadi jumlah produksi terbanyak. Kecamatan Hawu Mehara dengan komoditas perkebunan
kapuk, jambu mete, pinang dan kelapa. Komoditas yang banyak menghasilkan adalah
komoditas jambu mete dan kelapa. Sedangkan Kecamatan Sabu Barat komoditas jambu
mete, lontar, kapuk dan pinang dengan komoditas yang banyak menghasilkan adalah lontar,
jambu mete dan kapuk.
D. Peternakan
tersedianya lahan untuk penggembalaan, kegiatan pertanian dan agropolitan. Selain itu,
populasi dan penyebaran ternak sangat bergantung dengan iklim dan daya adaptasi dari jenis
subur untuk usaha pertanian (biasanya padang rumput) sangat baik untuk usaha peternakan.
Populasi ternak yang ada di Kawasan Wisata ini menunjukkan bahwa ternak besar
diantaranya sapi, kerbau dan kuda. Kerbau merupakan ternak besar yang terbanyak diikuti
kuda dan sapi. Ternak kecil meliputi kambing, domba dan babi, dengan jumlah ternak kecil
terbanyak adalah kambing, diikuti domba dan babi. Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel
berikut.
Desa Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Ayam Ayam Itik
Kampung Ras
Kec. Sabu Barat
Teriwu 19 180 17 303 48 - 600 - -
Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2021
E. Perikanan
Kedua kegiatan tersebut umumnya dilakukan secara simultan oleh nelayan/rumah tangga.
Kawasan Wisata berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia yang mempunyai
potensi perikanan sangat besar dan belum diolah secara optimal. Keberadaan kapal-kapal
penangkap ikan di lautan sekitar Kawasan Wisata adalah sebagai bukti keberadaan potensi
Potensi sumber daya alam dari kelautan memiliki potensi yang besar untuk masyarakat
lokal maupun sebagai peningkatan perekonomian di Kawasan Wisata. Tetapi saat ini sektor
kelautan lebih dominan pada hasil rumput laut dibandingkan dengan perikanan. Berdasarkan
beberapa masyarakat, potensi sumber daya perikanan belum dapat dikelola dan manfaatkan
dengan baik dikarenakan masyarakat masih kurang memiliki fasilitas perkapalan untuk
mendapatkan hasil laut dalam sehingga lebih dominan pada hasil rumput laut. Pada tahun
2020, rumput laut telah berkembang pesat dan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat.
F. Pertambangan
Potensi sumber daya alam dari sektor pertambangan atau bebatuan tersebar di
pembentukan struktur geologi wilayah secara alami. Sedangkan beberapa potensi dari
pertambangan yang terdapat di Kawasan Wisata diantaranya terdapat mineral logam berupa
mangan di Kecamatan Sabu Liae, Hawu Mehara dan Sabu Barat. Kajian lebih dalam terhadap
mengetahui potensi besar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Secara
Sedangkan potensi mineral logam di Kawasan Wisata yaitu Mangan di Kecamatan Sabu
Liae sebesar 3.486.475 ton bijih dan di Kecamatan Hawu Mehara sebesar 3.367.002 ton bijih.
Bahan tambang yang sudah dimanfaatkan adalah bahan tambang non mineral (bahan galian
golongan C) seperti jenis batu dan limestone. Bahan tambang yang sudah dimanfaatkan
adalah pasir, sirtu, batu gelondong, batu karang, batu pecah, tanah urug, koral beton dan
tanah putih.
pemanfaatan fasilitas umum perlu untuk ditinjau sebagai salah satu informasi yang dapat
menggambarkan tingkat pelayanan fasilitasnya. Lebih dari itu diharapkan juga dengan adanya
A. Pendidikan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Merujuk pada amanat UUD 1945 beserta
berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM melalui jalur pendidikan. Dengan demikian, maka
diperlukan ketersediaan sarana pendidikan yang cukup guna dapat memenuhi kebutuhan
formal di Kabupaten Sabu Raijua mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang tertinggi.
Mengingat pemerintah memberikan program wajib belajar 9 tahun dan 12 tahun. Adapun
ketersediaan sarana pendidikan di Kabupaten Sabu Raijua ditunjukkan pada tabel ini.
Sarana pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 49 unit, SMP sebanyak 53 unit, SMA
sebanyak 7 unit dan SMK sebanyak 2 unit. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel Tabel
Kecamatan Sabu Barat. Sarana pendidikan ini sangat mendukung bagi peningkatan kualitas
SDM dan pendayagunaan sumber daya perikanan sebagai salah satu sektor yang
Sekolah Tinggi, Politeknik dan Akademi yang ada di Kota Kupang dalam bidang
Berdasarkan tabel di atas Kabupaten Sabu Raijua berada pada 10 kabupaten tertinggi
yang memiliki presentase masyarakat yang tidak/belum pernah sekolah yaitu 1,38%
sedangkan untuk Jumlah yang Masih Sekolah berada pada urutan ke 4 tertinggi
sekolah/tidak sekolah lagi sebesar 20,4%. Potret kondisi pendidikan di Kabupaten Sabu
Raijua ini menunjukan bahwa masih terdapat kendala bagi masyarakat untuk memperoleh
B. Kesehatan
secara cukup ketersediaannya, mudah untuk dijangkau dan merata persebarannya. Hal
berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat salah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah ketersediaan sarana kesehatan di
Kabupaten Sabu Raijua antara lain rumah sakit sebanyak 2 unit di Kecamatan Raijua dan
Kecamatan Sabu Barat, rumah bersalin dan polindes tidak ada, puskesmas sebanyak 6 unit,
Sedangkan pada Kawasan Wisata dalam upaya pemerintah dalam bidang kesehatan
dilakukan dengan menyediakan fasilitas kesehatan sampai ke desa yang secara umum,
fasilitas kesehatan yang tersedia di Kawasan Wisata antara lain puskesmas pembantu.
C. Peribadatan
masyarakat yang serasi, seimbang dan selaras. Penyediaan kebutuhan sarana peribadatan
sebagai tempat bagi masyarakat agar dapat memenuhi kewajiban untuk beribadat di
Raijua terdiri dari masjid dan gereja. Adapun jumlah ketersediaan sarana peribadatan di
Pada tabel di atas terlihat jumlah Gereja Kristen sebanyak 82 unit, Gereja Katolik
sebanyak 9 unit sedangkan masjid 1 unit. Jumlah tempat ibadah menyesuaikan dengan
Sektor perdagangan dan jasa yang menjadi sektor utama kawasan wisata perlu untuk
dikembangkan guna dapat mendukung kegiatan perekonomian. Hal ini perlu didukung oleh
ketersediaan sarana perdagangan dan jasa yang memadai. Penyediaan sarana perdagangan
dan jasa di Kabupaten Sabu Raijua meliputi toko/warung, pertokoan, pasar lingkungan dan
pusat perbelanjaan.
Sedangkan sarana perdagangan dan jasa yang ada pada Kawasan Wisata terdiri dari
perdagangan menurut usaha yaitu perdagangan besar dan eceran serta perdagangan
menurut jenis pasar yang meliputi pasar harian dan pasar mingguan. Ketersediaan sarana
perdagangan dominasi pada kegiatan perdagangan eceran dan pasar mingguan. Untuk pasar
tradisional sebagai mingguan hanya beroperasi pada satu hari dalam seminggu dengan
A. Sistem Transportasi
harinya. Pergerakan orang maupun barang dapat ditunjang dengan keberadaan jaringan jalan
yang cukup dan mewadahi. Berdasarkan hirarkinya, jaringan jalan Kabupaten Sabu Raijua
terbagi menjadi 2 yakni kolektor dan juga lokal (lingkungan). Jaringan jalan di Kabupaten Sabu
harinya. Pergerakan orang maupun barang dapat ditunjang dengan keberadaan jaringan
jalan yang cukup dan mewadahi. Berdasarkan hirarkinya, jaringan jalan Kabupaten Sabu
Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa ruas jaringan jalan memiliki arti penting
Pada ruas jalan menuju Kawasan Wisata dapat ditempuh melalui ruas Provinsi Jaringan
Jalan Kolektor Primer menghubungkan jaringan jalan yang ada di Pulau Sabu, yaitu ruas
Lederaga – Ledeunu;
– Lederaga;
Dermaga penyeberangan Walu di Desa Kolorae Kecamatan Raijua dengan rute Wallu
– Namo; dan
Raijua.
b. Alur Pelayaran
Pelabuhan Seba dengan alur pelayaran, meliputi Seba – Ende; Seba – Kupang;
Pelabuhan Biu dengan alur pelayaran Surabaya - Benoa - Biu - Kupang – Ende;
dan
Pelabuhan Namo dengan alur pelayaran, meliputi Namo – Ende; dan Namo –
Waingapu.
berukuran kecil dengan muatan 12 orang. Saat ini maskapai yang beroperasi di Bandara
Tardamu adalah pesawat perintis Susi Air. Selain itu dengan adanya rencana
pemindahan Bandar Udara ke Desa Eilode, kecamatan Sabu Tengah, hal ini akan
yang lebih besar, sehingga kapasitas muat penumpang lebih banyak dan merupakan
pangsa pasar peluang untuk pengadaan armada , sehingga , Route penerbangan yang
Sumber daya energi listrik di wilayah Kabupaten Sabu Raijua diperoleh dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dengan menggunakan PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel). Dengan
menggunakan sumber energi tersebut, serta aspek posisi Kabupaten Sabu Raijua yang
tergantung dari pasokan dari luar (Kupang), dimana pada musim tertentu pasokan ini cukup
terganggu.
Tabel 3.28 Kapasitas Daya Energi Listrik
Pada Kawasan Wisata sudah terdapat jaringan listrik, namun belum menjangkau semua
kawasan permukiman. Selain itu, jaringan listrik tersebut penataannya belum direncanakan
dengan baik. Idealnya jaringan listrik ditempatkan di sisi kiri dan/atau kanan jalan, akan tetapi
karena belum semua kawasan memiliki jaringan jalan, maka tidak mengherankan bila
kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk yang ditempatkan
menjadi jaringan tetap dan jaringan bergerak, selengkapnya diuraikan sebagai berikut.
adalah Telkomsel dan Indosat dengan adanya beberapa menara telekomunikasi berupa BTS
(Base Transceiver Station) di beberapa titik. Namun keberadaan dua Operator Seluler ini
masih belum mampu menampung kebutuhan komunikasi yang tampak dari tingkat
1. Hujan
Berdasarkan seluruh hasil perekaman curah hujan dari 4 stasiun yang ada, menunjukkan
bahwa curah hujan rata-rata yang terjadi diseluruh Kabupaten Sabu Raijua termasuk
dalam kelas Rendah begitu pun terhadap kondisi curah hujan di Kawasan Wisata. Kondisi
tersebut tentu akan mempengaruhi potensi sumber daya air baik permukaan, maupun
bawah permukaan di Kawasan Wisata, karena air hujan merupakan sumber utama dari
2. Air Permukaan
Potensi air permukaan Kawasan Wisata paling banyak terdapat di Kecamatan Sabu
Barat, yaitu kurang lebih 146.538.495,49 m3/tahun. Disamping karena curah hujannya
relatif lebih tinggi di daerah ini, luas wilayahnya juga relatif besar dan mempunyai formasi
Bobonaro. Namun demikian fluktuasi potensi air permukaan tersebut cukup tajam, karena
3. Mata Air
Mata air di Kabupaten Sabu Raijua terdiri dari m.a Luitui, m.a Eiwou dan m.a Luiwau di
desa Raemude, m.a M.A. Pebudda, M.A. Hawi di desa Redewa, M.A. Lotu di Desa
Raekore, M.A. Eimadatubu didesa Menia. Rata-rata debit total seluruh mata air di
Kabupaten Sabu Raijua berkisar 92,27 l/det, dengan total potensi airnya adalah sebesar
2.909.827 m3/tahun. Secara temporal, debit mata air polanya mengikuti pola tebal curah
hujan, yaitu naik pda musim hujan dan menurun pada musim kemarau.
Dari sisi Kawasan Wisata, pemunculan air tanah (mata air) paling banyak berada di
wilayah Kecamatan Hawu Mehara. Mata air yang debitnya relaif besar antara lain Mata
Air Lok Eimada dan Limagu di Sabu Timur, Mata Air Depe Ae di Hawu Mehara.
Saat ini terdapat 2 unit pengelolaan PDAM di tingkat Kecamatan yaitu Kecamatan Sabu
Barat dan Kecamatan Sabu Timur dengan jumlah pelayanan sebanya 541 pelanggan.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari masyarakat di wilayah Kabupaten Sabu
Raijua, diperoleh dari berbagai sumber baik dengan menggunakan sistem perpipaan
maupun sistem non perpipaan. Sarana air bersih perpipaan diperoleh dari UPTD PAM
dan non PAM yang dikelola oleh pemerintahan desa setempat bersama masyarakat.
Tingginya angka jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan kemampuan pemerintah
daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana air bersih serta pola penyebaran
salah satu alasan tingginya sistem non perpipaan yang digunakan oleh masyarakat.
Pelayanan air bersih sistem non perpipaan yang dimanfaatkan oleh penduduk di
Kawasan Wisata Kelabba Madja untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya menggunakan
sumur bor dan mata air terdekat dari lingkungan permukiman warga.
Bagi kecamatan-kecamatan Kabupaten Sabu Raijua yang masuk ke dalam Kawasan
Wisata masih memiliki sistem penyediaan air minum perdesaan dan lebih banyak dikelola
oleh masyarakat dan bersifat swakelola dengan menggunakan sistem organisasi yang
sederhana dimana sistem air minum non perpipaan menggunakan sumur gali dan sumur
bor juga memanfaatkan mata air terdekat dari tempat tinggal.
Pada Kawasan Wisata untuk penanganan air limbah rumah tangga non tinja, belum
dapat ditangani dengan baik disebabkan masih banyak rumah penduduk yang belum
tersambung saluaran limbah sehingga proses pembuangan air limbah masih dialirkan
domestik, masih terlihat jelas di wilayah perkotaan bahwa limbah domestik ini lebih banyak
Berdasarkan data tersebut, sistem pengelolaan air limbah di Kawasan Wisata tergolong
sistem pembuangan limbah tanpa akses dengan kondisi tengki septik yang tidak layak dan
bersifat skala komunal. Oleh karena itu sanitisasi lingkungan di Kawasan Wisata masih kurang
memadai khususnya dalam penyediaan sarana pengolahan air buangan berupa septiktank.
Pembuangan air kotor umumnya dibuang begitu saja ke ruang terbuka, dan bahkan saluran
drainase Secara umum pembuangan air limbah domestik melalui sistem on-site (setempat),
dimana sistem pembuangan air limbah dilakukan secara individual, diolah dan dibuang
G. Persampahan
Untuk penanganan sampah di Kabupaten Sabu Raijua, sampai saat ini belum dapat
ditangani dikarenakan Kabupaten Sabu Raijua baru membentuk bidang persampahan pada
dinas lingkungan hidup. Keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan persampahan sudah
mulai ada walaupun belum terbina dan difasilitasi oleh pemerintah daerah ke arah yang lebih
baik. Kegiatan promosi terkait pengelolaan sampah pun hampir tidak pernah dilakukan,
sehingga perlu kiranya dilakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat promosi guna merubah
perilaku masyarakat dalam menangani sampah.
Ketersediaan TPS yang masih minim dimana penyediaan TPS bagi masyarakat masih
merelakan lahannya untuk dibangunkan TPS sebab pembangunan TPS tersebut dianggap
akan mengotori halaman/lahan mereka serta menimbulkan polusi bagi lingkungan mereka.
Data terakhir keadaan 2020, jumlah total TPS yang ada adalah sebanyak 10 buah TPS yang
tersebar di Kabupaten Sabu Raijua yang berada dalam kondisi baik dan dapat dimanfaatkan.
keberadaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) tidak berada di dalam Kawasan Wisata
tetapi tersedia di Kota Seba. Begitu juga dengan keberadaan Tempat Penampungan
BAB-IV ANALISA
Mekanisme paling mendasar dalam analisis perencanaan tata ruang kawasan adalah
besar, kriteria tersebut terdiri dari potensi (keadaan yang mendukung pengembangan) dan
(seperti citra satelit) juga dapat membantu dalam penentuan delineasi elemen-elemen ruang
baik yang merupakan potensi maupun kosntrain pengembangan suatu penggunaan tertentu
(yang dikenal sebagai land utilization type) sehingga dapat bermanfaat sebagi penyusunan
peta-peta rencana tata ruang suatu kawasan khusunya kawasan yang memiliki fungsi
Kepariwisataan.
Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Nasional dalm RIPPARNAS juga mencakup empat hal
penting yaitu:
Arah Pembangunan Kepariwisataan Nasional dalm RIPPARNAS mencakup pula lima hal
penting yaitu:
d. Secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pelaku;
Arah pembangunan kepariwisataan nasional menjadi dasar arah kebijakan, strategi, dan
indikasi program pembangunan kepariwisataan nasional dalam kurun waktu tahun 2010
a. DPN;
b. Memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi daya tarik wisata unggulan
e. Memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan wilayah;
f. Memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup;
g. Memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset
j. Berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan
berkelanjutan;
b. Pembangunan kepariwisataan provinsi yang terpadu secara lintas sektor, provinsi, dan
pelaku;
pengembangan kawasan;
d. Pengembangan DTW berbasis pada potensi daya tarik budaya, alam, dan buatan yang
b. Pembangunan DTW;
c. Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata;
sebagai berikut.
2. Menata mengembangkan obyek wisata budaya alam dan bahari yang asri;
4. Mengembangkan produk wisata budaya yang berciri khas dan bervariasi agar memiliki
perekonomian masyarakat;
7. Mengembangkan pariwisata untuk berperan menjadi salah satu sarana melestarikan adat
sosial.
1. Pengembangan DTW budaya dan alam yang memiliki potensi skala regional dengan
2. Perlindungan kawasan di sekitar kawasan dan bangunan yang memiliki nilai budaya dan
sejarah;
3. Pengelolaan sumber daya alam lokal seni budaya Daerah dan teknologi tepat guna;
4. Pengembangan kawasan wisata Daerah yang terintegrasi dengan kawasan dan DTW
yang lain;
yang terkait sebagai elemen produk Pariwisata berdaya saing provinsi dan nasional;
persaingan yang sehat dan menjaga keseimbangan daya dukung lingkungan Kabupaten.
deliniasi kawasan menurut Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Deliniasi kawasan menurut Peraturan Daerah No. 02 tahun 2015 tentang Rencana
memberikan wujud deliniasi yang definitif. Kawasan Wisata Kelabba Madja dan Sekitarnya
terdiri dari dari dua jenis kewenangan yaitu Pemerintah daerah Provinsi NTT dan Pemerintah
Derah Kabupaten Sabu Raijua. Selain itu pembangunan pariwisata di Provinsi NTT menjadi
sektor penggerak utama ekonomi daerah dalam bentuk Pariwisata Estate yaitu konsep
pembangunan pariwisata secara terpadu melalui Peraturan Gubernur NTT Nomor 85 Tahun
Dengan menggunakan dasar ini maka deliniasi hasil kesepakatan menggunakan batas
penentuan batas delineasi Kawasan Wisata Kelabba Madja dilakukan ketentuan yang harus
dilaksanakan adalah dengan memiliki titik koordinat yang jelas dengan ketentuan berupa:
1. Batas Administrasi;
Batas bentang alam dapat berupa batas sungai, danau, dan/atau batas lainnya yang
3. Batas Buatan.
Batas buatan dapat berupa batas jalan dan/atau batas lainnya yang merupakan batas
buatan.
alam dan batas buatan maka identifikasi spasial atraksi-atraksi wisata di Kawasan Wisata
Kelabba Madja dan sekitarnya menjadi lebih mudah untuk dianalisis pola keruangannya.
Dari ketentuan teknis yang telah diuraikan diatas maka tim melakukan Delineasi
Kawasan Wisata Kelabba Madja didukung dengan hasil observasi lapangan melalui kegiatan
survey dan pengukuran di lapangan (penentuan titik koordinat) serta melihat potensi ekonomi
dan karakterisik kawasan maka dasar dalam melakukan pertimbangan pada Delineasi
memudahkan dalam melakukan identifkasi dan perbaikan apabila terjadi perubahan pada
Pertimbangan Delineasi Kawasan menggunakan batas alam dan batas buatan karena
seluruh desa ataupun kecamatan tidak memiliki potensi ekonomi serta karakteristik
Sesuai arahan Perda Peraturan Daerah No. 02 tahun 2015 tentang Rencana Induk
Kawasan WIsata ditetapkan sebagai Kawasan Estate Wisata Provinsi NTT, oleh karena
itu sebelum dilakukan Delineasi Kawasan diperlukan survey potensi wisata kawasan
guna mememberikan informasi bahwa pada Kawasan Wisata Kelabba Madja tersebut
4. Karakteristik Wilayah;
Dominasi sektor wisata unggulan di Kawasan Wisata berdasarkan hasil survey terdiri atas
dan budidaya perikanan rumput laut) berada pada daerah datar dan landai dengan
kelerengan 0-25% dan dan Ketinggian 0-250 Dpl maka salah satu pertimbangan
Delineasi Kawasan adalah melihat karakteristik wilayah yang akan ditetapkan sebagai
Untuk mendukung data sektor wisata unggulan dari hasil survey lapangan maka
diperlukan data sekunder (data potensi wisata dari BPS dan instansi terkait) guna
memperkuat kawasan yang memiliki fungsi strategis dalam mendukung posisi Wisata
Kegiatan pengumpulan data dan Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
awal nyata kawasan pererencanaan, sehingga diharapkan rencana yang dihasilkan nantinya
Survey dan Pemetaan merupakan salah satu pengguna utama GPS. Dengan
menggunakan GPS, pemetaan dan ploting obyek di permukaan bumi dapat langsung
dilakukan tanpa harus menginterpretasi dengan melihat posisi obyek tersebut berdasarkan
referensi tertentu (misalnya peta dasar dan foto/citra udara). Melalui fungsi penentuan titik
(waypoint) dan tracking, pemetaan obyek titik dan garis dapat langsung dilakukan
Sesuai hasil kesepakatan bersama tim teknis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Bidang Penataan Provinsi NTT ditetapkan cakupan kawasan wisata Kelabba Madja
Kabupaten Sabu Raijua kemudian didukung dengan pelaksanaan survey lapangan untuk
memastikan kondisi fisik dasar kawasan, satuan kesesuaian lahan (SKL) dan potensi wisata
dari Kawasan Wisata Kelabba Madja sehingga menjadi dasar dalam pengambilan titik
atau kawasan diperlukan kelengkapan dan peralatan agar memudahkan surveyor dalam
1. Peta Dasar
Peta dasar yang dipergunakan dalam kegiatan deliniasi Kawasan Wisata Kelabba Madja
antara lain:
a. Peta RBI dari https://portal.ina-sdi.or.id sebagao web site resmi Badan Informasi
b. Google Earh, informasi citra yang open source yang dapat diakses oleh semua pihak
situs ini dengan tujuan memberi kemudahan untuk melakukan perjalanan di wilayah
memperkecil resiko tersesat maupun kehilangan arah saat dalam perjalanan. File peta
GPS wilayah Indonesia yang ada pada situs ini, semata-mata diperuntukkan sebagai
Peta dari (http://www.navigasi.net) digunakan sebagai peta dasar di GPS yang ada di
Indonesia.
2. Peta lapangan :
Peta lapangan dibuat untuk ditentuakan Koordinat utama dengan menggunakan Google
Pengambilan titik koordinat (Way point) dalam kegiatan deliniasi dlapangan ini
menggunakan GPS merk Garmin dan Aplikasi GPS dari Android/Hand Phone. Beberapa
data penting yang dapat diperoleh dari GPS antara lain adalah Titik Koordinat
4. Format survey yang telah disusun (lembar kertas sesuai dengan jumlah titik koordinat
yang akan diambil) Untuk meminimalisir kehilangan data yang sudah terekam dalam
GPS atau terjadi kerusakan pada GPS maka dibuat format/list survey dalam lembar kertas
guna mendukung penyimpanan data cadangan yang di catat melalui lembar kertas survey
5. Alat tulis dan 4 Lembar Kertas yang telah di tulis arah Utara, Selatan timur dan Barat
dengan maksud agar masing-masing arah (Utara, Selatan timur dan Barat) dapat
6. Camera merupakan peralatan yang sangat penting dalam pelaksanaan survey lapangan.
Dengan adanya camera seluruh kegiatan survey lapangan dapat terdokumentasi dengan
baik.
Keragaman atraksi yang ditawarkan sebuah destinasi adalah faktor utama bagi
wisatawan untuk melakukan kegiatan wisatanya. Kualitas produk wisata menentukan masa
depan destinasi itu sendiri. Salah satunya adalah objek-objek konvensional yang merupakan
tempat-tempat wisata yang jamak sudah dikenal seperti Wisata Kelabba Madja.
A. Atraksi Wisata
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata. Arah
Pembagian kelompok ini didasarkan pada lokasi wisata yang berdekatan. Kelompok pertama
yaitu wisata yang terdapat di Kecamatan Hawu Mehara. Kelompok kedua yaitu wisata yang
terdapat di Kecamatan Sabu Barat, ketiga yaitu wisata yang terdapat di Kecamatan Sabu Liae
dan yang terakhir wisata yang terdapat di Kecamatan Sabu Tengah dan Timur. Kelompok
terakhir, merupakan gabungan antara 2 kecamatan dikarenakan hanya sedikit produk wisata
Sumber daya wisata lokasi wisata Kelabba Madja terdiri dari atraksi alam, atraksi
1. Atraksi Alam
Kelabba Madja merupakan produk wisata alam berupa kawasan bukit pelangi
geomorfologi petrografis yang unik. Kawasan Kelabba Madja memiliki lapisan bebatuan
yang terbentuk jutaan tahun yang silam. Termasuk batu pasir merah dan deposit mineral
2. Atraksi Budaya
Selain atraksi alam geologi, Kelabba Madja juga menawarkan atraksi budaya dari mitos
dan culture adat istiadat suku. Kelabba Madja dipercaya sebagai tempat penyembahan
Dewa Madja, terdapat batu yang digunakan sebagai altar pemujaan bagi sang dewa.
Setiap tahun diadakan ritual penyembelihan kurban memohon perlindungan dari Madja.
• Secara umum, diceritakan bahwa Kelabba Maja terdiri dari tiga batu besar yang
melambangkan bapak, ibu, dan anak. Pada bagian tengahnya terdapat batu yang
• Kelabba Madja merupakan lokasi ritual yang dilaksanakan pada bulan Juli saat
purnama berupa pemotongan hewan, sesajen berupa sorgum atau kacang hijau.
Ritual itu dipersembahkan kepada Dewa Maja sebagai permohonan keselamatan dan
kesuburan.
demikian, masyarakat Fatumnasi juga masih memagng teguh adat warisan leluhur
dan karena itu selain lembaga pemerintahan dan lembaga agama, peran lembaga
• Ritual adat yang yang masih diprakteken hingga saat ini antara lain adat perkawinan,
kematian, pemangunan rumah adat, syukuran pasca panen dan lainn- lain
• Rumah adat/Arsitektur tradisional yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah
Ammu Pe
• Seni karya yang juga masih diproduksi oleh kaum wanita hingga saat ini adalah tenun
ikat suku molo yang memiliki motif warna yang meraih pasar wisata
Filosofi Rumah Suku Sabu: Rumah orang sabu terdapat 12 tiang dan satu tiang induk
yang artinya 12 anak Yakub dan percaya terhadap satu Tuhan yaitu Deo Ama.
Nama dan jenis atau boleh dikatakan sebagai Pembagian Rumah tinggal (Ammu Pe)
Ammu mone Kaja (rumah orang kaya) dan Ammu mone Kehia (rumah orang miskin)
Yang membedakan dari material yang dimiliki yang pastinya Ammu mone Kaja memakai
material pilihan sedangkan Ammu mone kehia cuma memakai material seadanya.
Kabupaten Sabu Raijua pada umumnya adalah seluruh wisata di Kabupaten Sabu Raijua.
Kelabba Madja merupakan wisata utama dimana pada tahun 2018 Kelabba Madja
berhasil meraih Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2018 Surga Tersembunyi.
Produk budaya yang dimaksud adalah ‘something to buy’, merupakan identitas visual
B. Aksesbilitas Wisata
Perjalanan ke Sabu Raijua khususnya Kelabba Madja ditempuh melalui jalur laut dan
udara. Untuk perjalanan menuju Sabu Raijua bisa ditempuh dari Kota Kupang, Kabupaten
Ende dan Kabupaten Sumba Timur. Akses jalan dari Pelabuhan maupun Bandar Udara di
Seba (Ibu Kota Kabupaten Sabu Raijua) cukup baik. Kondisi jalan buruk akan dialami ketika
memasuki wilayah admin Kecamatan Hawu Mehara karena jalan sedang dilakukan
pembangunan. Kedepan, akses jalan menuju Kelabba Madja akan mudah karena sedang
C. Amenitas Wisata
Fasilitas dan utilitas yang terbangun di sekitar kawasan inti Fatumnasi antara laian:
Jalan setapak dan Parkir, Papan Nama, Gazebo, Toilet Umum. Penginapan di Kabupaten
Sabu Raijua terpusat pada ibu kota kabupaten Sabu Raijua (Seba Menia). Lokasi Kelabba
D. Kesadaran Masyarakat
Walaupun Warga Kelabba Madja maupun masyarakat Kab. Sabu Raijua belum dapat
dikatakan sebagai Masyarakat Sadar Wisata namun bebarapa hal ini mengindikasikan suatu
dampak positif.
Terdapat organisasi anak muda pencinta alam yang membantu menjaga kelestarian
lingkungan
Masyarakat memahami benar Kelabba Madja sebagai tempat sakral yang harus dijaga
Masyarakat memahami bahwa Kelabba Madja telah memperoleh anugrah dan memiliki
Paket perjalanan wisata Kab.Sarai yang dipelopori masyarakat lokal merupakan bukti
pemrosesan data dilakukan dapat mengingat posisi lokasi survei dengan baik dan dapat
diidentifikasi di citra. Selain itu pengambilan titik koordinat berdasarkan objek fisik atau buatan
dilapangan apabila bergeser cukup jauh dari posisi yang seharusnya maka dapat diperbaiki
posisi hasil pengukuran tersebut sesuai posisi survey melalui diidentifikasi di raster citra.
GPS Garmin 62S. Untuk merekam posisi titik koordinat dilapangan, tim memposisikan diri atau
berdiri pada objek fisik/buatan yang telah ditentukan kemudian dilakukan perekaman titik pada
GPS dan dicatat pada format survey (lembar kertas), peta kerja lapang serta dilakukan
Pada survey kawasan ini, tim melakukan pengambilan titik koordinat sebanyak 9 titik
dengan lokasi titik menggunakan objek fisik /buatan di lapangan. Dari ke 9 titik koordinat di
Kawasan tersebut terdiri atas persimpangan jalan/pilar, bangunan pemerintah, jembatan dan
lokasi dari potensi yang ada di kawasan wisata. Berikut ini gambaran hasil survei dan
dari 2 tahapan , yakni Tahap input data dan Tahap pengelolaan data. Berikut ini perlengkapan
Penyiapan computer
Madja.
Proses penginputan data dilakukan dengan cara hasil survey dari GPS ditransfer ke
computer untuk disimpan kemudian dipindahkan ArcGis yang di dalamnya telah tersedia
Citra Satelit sebagai panduan untuk dilakukan digitasi. Data-data yang dimasukan ArcGis
untuk diidentfikasi di Citra Satelit Resolusi Tinggi adalah ke 9 (sembilan) titik koordinat
Kawasan Wisata Kelabba Madja yang telah diambil di lapangan. Data hasil pengukuran
GPS dilapangan tidak lepas dari kesalahan (error). Untuk pengukuran menggunakan GPS
, perbedaan posisi hasil pengukuran dan posisi sebenarnya besar sekali kemungkinannya
untuk terjadi. Pergeserannya bervariasi dari 5 meter hingga puluhan meter. Oleh karena
itu data hasil pengambilan titik koordinat dilapangan dikoreksi menggunakan citra satelit
guna mendapatkan data dengan akurasi yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Data titik kordinat dan data pendukung lainnya berdasarkan hasil survey lapangan
langkah/proses diatas kemudian dilakukan langka pengeloaan data hasil survey lapangan
penginputan ke 9 (sembilan) titik Koordinat hasil survey lapangan pada CSRT yang telah
terinput dalam ArcGis tersebut. Dari beberapa data yang telah terinput dalam ArcGis
tersebut kemudian dilakukan penarikan garis (polygon) atau batas sementara diatas peta
yang di mulai dari titik koordinat spot 1 sampai dengan titik koordinat spot 9 sehingga
terbentuk garis batas kawasan yang akan ditetapkan sebagai Kawasan Wisata Kelabba
Madja. Setelah terbentuk garis batas wilayah perencanaan kemudian dilakukan Delineasi
penggunaan lahan.
Seperti yang di uraikan pada bab sebelumnya bahwa berdasarkan hasil kesepakatan
bersama tim teknis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Penataan
Provinsi NTT ditetapkan cakupan kawasan meliputi sebagian Kecamatan Hawu Mehara di
Kabupaten Sabu Raijua. Dari cakupan wilayah yang ditetapkan tersebut kemudian tim
teknis melakukan survey pengembalilan titik koordinat dan survey potensi Kawasan Wisata
Delineasi batasan wilayah perencanaan ini diidentifikasi melalui sejumlah informasi dan
data peta-peta tematis yang akan menjadi informasi dasar untuk lebih lanjut dilakukan
proses superimpose atau overlay, yang akan memberikan gambaran sekaligus arahan
wilayah perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Batas Delineasi
Kawasan.
Tahapan analisa dilakukan dengan mengidentifikasi objek pada CSRT yang telah
mengelompokkan objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama melalui interpretasi CSRT
a. Interpretasi Citra
Dalam melakukan kegiatan interpretasi CSRT, ada beberapa unsur yang digunakan
dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut.
Dalam interpretasi citra terdapat dua kegiatan utama yaitu pengenalan objek dan
memperoleh data pengindraan jauh adalah menditeksi dan menganalisis objek pada
citra sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai citra. Pengenalan objek merupakan
bagian penting dalam interpretasi citra. Prinsip pengenalan objek pada citra
Berbagai karakteristik untuk mengenali objek pada citra disebut unsur interpretasi
citra. Berikut ini diuraikan unsur-unsur interpretasi citra pada batas wilayah
Rona / Warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra,
sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
citra, dapat diidentifikasi dan dapat dibedakan antar objek. Sedangkan Ukuran
merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan
volume.
Tekstur
rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
Tekstur ini bisa diklasifikasikan dari kasar sampai halus, dan belang-belang.
Tekstur ini merupakan gabungan dari rona, ukuran, pola serta bentuk. Dengan
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang dapat menandai pada
citra atau foto udara, pola merupakan salah satu yang sangat diperhatikan,
b. Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke
dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, sungai, rumah, sawah dan
lain-lain yang sebelumnya dalam format raster pada sebuah citra satelit resolusi tinggi
Unsur-unsur dalm peta dasar yang masuk kategori ini terdiri dari: sawah, kebun,
tegalan, hutan, belukar, tanah kosong, padang rumput, dan hutan bakau. Proses
digitasi area tutupan lahan terbentuk dari gabungan data jalan, sungai, batas
permukiman, dan batas vegetasi. Pada tahapan ini operator melakukan interpretasi
kemudian mendelinasi garis batas vegetasi yang ada dalam citra serta memberi teks
label. Data dengan kategori batas administrasi diperoleh dari instansi terkait dalam
hal ini. Data tersebut merupakan data sekunder yang akan ditambahkan sebagai
kategori batas wilayah pada basis data hasil tahapan digitasi unsur-unsur peta dasar
dalam CSRT. Proses digitasi citra pada tahapan ini dilakukan guna melihat jenis
Wisata.
4.4. ANALISA
Analisa kebijakan spasial dan sektoral ini bertujuan untuk mengakomodasi dan
sinkronisasi dengan rencana yang lebih luas secara RTRWN, RTRW Provinsi NTT dan RTRW
Kabupaten serta RIPPARDA Provinsi NTT dan RIPPARKAB Sabu Raijua sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dalam kebijakan pengembangan ruang di Kawasan Wisata Kelabba
Adapun posisi strategis Kawasan dalam Rencana Tata Ruang di Skala Nasional dapat
Adapun posisi strategis Kawasan dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan di
Tabel 4.9 Posisi Strategis Kawasan dalam RTR Kawasan Perbatasan Negara
No. RTR Perbatasan Komponen Ruang Rencana Pengembangan
RENCANA STRUKTUR RUANG
1 Cakupan Wilayah Kawasan sisi dalam garis 6 (enam) kecamatan Perbatasan yang meliputi:
Perbatasan batas yurisdiksi, dengan Kecamatan Sabu Timur,
Negara Timor Leste dan Kecamatan Sabu Tengah,
Negara Australia Kecamatan Sabu Barat,
Kecamatan Liae,
Kecamatan Hawu Mehara, dan
Kecamatan Raijua
2 Sistem Jaringan Jaringan Transportasi Laut Pelabuhan penyeberangan lintas
Prasarana Transportasi antarkabupaten/kota Pelabuhan Seba di
Kecamatan Sabu Barat
Lintas Penyeberangan Kupang - Sabu
Pelabuhan Pengumpan:
- Pelabuhan Biu di Kecamatan Sabu Timur,
- Pelabuhan Seba di Kecamatan Sabu Barat, dan
- Pelabuhan Raijua di Kecamatan Raijua
Sedangkan posisi strategis Kawasan dalam rencana struktur ruang Provinsi NTT dan
RTRW Kabupaten Sabu Raijua dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No. Komponen Ruang RTRW Provinsi NTT RTRW Kabupaten Sabu Raijua
Lintas Penyeberangan - Pengembangan Pelabuhan Seba di
antar pulau Kabupaten/ Kelurahan Mebba Kecamatan Sabu Barat;
Kota Kupang - Seba - - Pengembangan Pelabuhan Biu di Desa
Waingapu Limagu Kecamatan Sabu Timur.
Alur pelayaran regional Lintas penyeberangan
meliputi jalur: - Pelabuhan Seba dengan alur pelayaran,
Kupang – Sabu Raijua – meliputi Seba – Ende; Seba – Kupang; Seba
Raijua – Sabu Raijua – – Makasar; dan Seba – Waingapu;
Kupang; - Pelabuhan Biu dengan alur pelayaran
Pelabuhan Pengumpan Surabaya - Benoa - Biu - Kupang – Ende;
- Pelabuhan Seba - Pelabuhan Namo dengan alur pelayaran,
- Pelabuhan Biu meliputi Namo – Ende; dan Namo –
Waingapu.
Sistem Jaringan Bandar udara pengumpan Pengembangan bandar udara pengumpan
Transportasi Udara Bandar Udara Terdamu di Desa Eilode di Kecamatan Sabu Tengah.
Kecamatan Sabu Barat
Sistem Jaringan Energi Jaringan transmisi tenaga Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
listrik menghubungkan di Kelurahan Ledeunu Kecamatan Raijua;
Sabu Timur – Sabu Barat – Kelurahan Bolou di Kecamatan Sabu Timur,
Hawu Mehara di Pulau Sabu Kelurahan Mebba di Kecamatan Sabu Barat
dan Desa Eilode Kecamatan Sabu Tengah.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
di Kecamatan Raijua, Kecamatan Hawu
Mehara, Kecamatan Sabu Liae, Kecamatan
Sabu Barat.
Sistem Jaringan Sistem jaringan Sistem jaingan kabel terdapat di Perkotaan
Telekomunikasi telekomunikasi Terestrial Seba Kecamatan Sabu Barat.
Seba di Kabupaten Sabu Sistem jaringan nirkabel berupa
Raijua pengembangan menara telekomunikasi yang
Jaringan satelit Base meliputi seluruh kecamatan dengan
Transceiver System penggunaan tower bersama.
tersebar di seluruh
Kabupaten/Kota
Sistem Jaringan Sumber D.I kewenangan Nasional, yaitu D.I
Daya Air Lokopehapo dengan luas kurang lebih 250
(dua ratus lima puluh) hektar yang terdapat
di Desa Raeloro Kecamatan Sabu Barat.
D.I kewenangan Kabupaten dengan luas
kurang lebih 5.130 (lima ribu seratus tiga
puluh) hektar, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I.C yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pengembangan bendungan dikembangkan
di Desa Dello Kecamatan Sabu Barat.
Sistem jaringan air minum
- Pelayanan PDAM terdapat di Kecamatan
Sabu Barat;
- pelayanan air minum mata air terdapat
di Kecamatan Sabu Timur;
- pelayanan air minum sumur bor
terdapat di Kecamatan Sabu Barat; dan
- pelayanan air minum sumur gali
terdapat di Kecamatan Sabu Tengah;
Kecamatan Sabu Barat; dan Kecamatan
Hawu Mehara.
No. Komponen Ruang RTRW Provinsi NTT RTRW Kabupaten Sabu Raijua
Sistem Jaringan Pengembangan lokasi Tempat
Persampahan Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah terdapat
di Desa Eimau Kecamatan Sabu Tengah.
Pengembangan lokasi Tempat
Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST)
terdapat di seluruh kawasan perkotaan pada
setiap kecamatan
Sumber : Perda RTRW Provinsi NTT dan Perda RTRW Kabupaten Sabu Raijua
Sedangkan posisi strategis Kawasan dalam rencana pola ruang Provinsi NTT dan
RTRW Kabupaten Sabu Raijua dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No. Komponen Ruang RTRW Provinsi NTT RTRW Kabupaten Sabu Raijua
Arahan pengembangan untuk komoditas
unggulan berupa sorghum, kacang hijau dan
kacang tanah di kecamatan sabu barat dan
kecamatan hawu mehara.
Kawasan hortikultura meliputi bawang
merah di Kecamatan Sabu Barat, Kecamatan
Sabu Tengah dan Kecamatan Sabu Timur;
mangga di Kecamatan Sabu Tengah; dan
mengembangkan pusat agropolitan di Desa
Menia Kecamatan Sabu Barat.
6 Kawasan peruntukan - Kawasan peruntukan Kawasan perkebunan memiliki
Perkebunan perkebunan kelapa dan komoditas utama lontar, kelapa dan
kopi jambu mente dikembangkan di seluruh
- Kawasan peruntukan kecamatan sebesar kurang lebih 8.396
perkebunan kemiri hektar.
- Kawasan peruntukan
perkebunan kapuk
- Kawasan peruntukan
perkebunan pinang
7 Kawasan peruntukan Kawasan pengolahan industri ikan
Perikanan meliputi industri kecil rumah tangga
berbasis minapolitan terdapat di
Kelurahan Mebba dan Desa Raimadia
Kecamatan Sabu Barat.
8 Kawasan peruntukan Kawasan peruntukan Kawasan peruntukan pertambangan
Pertambangan pertambangan minyak dan minyak dan gas bumi, terdiri atas:
gas bumi sumber minyak bumi terdapat di bagian blok
Sawu; dan sumber gas alam terdapat di Desa
Kota Hawu Kecamatan Sabu Liae.
Kawasan peruntukan pertambangan
mineral logam dan non logam, terdiri atas:
Mangan di Desa Wadu Wala Kecamatan Sabu
Liae dan Desa Wadu Medi Kecamatan Hawu
Mehara; dan Batu bangunan di seluruh
kecamatan.
9 Kawasan peruntukan Pengembangan industri pertanian
Industri berbasis hortikultura sebagai penujang
agropolitan di Desa Menia Kecamatan Sabu
Barat;
pengembangan industri pengolahan hasil
laut sebagai penujang minapolitan di
Kelurahan Mebba Kecamatan Sabu Barat
Kawasan peruntukan industri rumah
tangga, meliputi:
Industri tenun di seluruh kecamatan;
Gerabah di Desa Lede Talo Kecamatan Sabu
Liae, Kecamatan Hawu Mehara dan
Kecamatan Sabu Liae;
Pandai besi Mehona di Desa Mehona di
Kecamatan Sabu Liae.
10 Kawasan peruntukan Kawasan Pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata alam,
Pariwisata Budaya terdiri atas :
Kampung Namata di Pantai Seba di Kecamatan Sabu Barat;
Kabupaten Sabu Raijua; Pantai Bodo’di Kecamatan Sabu Barat;
kawasan Pantai Menia di Kecamatan Sabu
Klaster Kawasan Wisata Barat;
Gua Liemadira di Kecamatan Hawu Mehara;
No. Komponen Ruang RTRW Provinsi NTT RTRW Kabupaten Sabu Raijua
Klaster I meliputi wilayah Pantai Raerobo di Kecamatan Sabu Liae;
Pulau Alor, Pulau Timor, Lederaga di Kecamatan Hawu Mehara;
Pulau Rote dan Pulau Sabu Wadu Mea/Merabhu di Kecamatan Sabu
dengan konsep Liae;
pengembangan wisata Dahi Ae di Kecamatan Hawu Mehara;
kepulauan yang bertumpu Gua Liejawa Ae di Desa Daieko Kecamatan
pada keindahan pantai dan Hawu Mehara
wisata minat khusus; Kelabba Madja di Desa Wadumaddi
Kecamatan Hawu Mehara
Sumber : Perda RTRW Provinsi NTT dan Perda RTRW Kabupaten Sabu Raijua
Adapun posisi Kawasan dalam Kawasan Strategis Provinsi NTT dan Kawasan
Strategis Kabupaten Sabu Raijua dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023 dan
Arahan kebijakan sektoral daerah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2015
tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Raijua Tahun 2022 - 2025, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui daya dukung fisik dasar wilayah Kawasan
Wisata bagi pengembangan ruang di wilayahnya. Dari analisis ini diharapkan akan diketahui
lahan potensial pengembangan. Lahan potensial yang dimaksud adalah lahan yang dapat
dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan ruang berdasar pendekatan kelayakan dari
kondisi fisik alaminya. Beberapa aspek fisik alami yang akan dikaji meliputi kondisi kemampuan
1. SKL Morfologi
Analisa kemampuan lahan morfologi pada Kawasan Wisata Kelabba Madja dan sekitarnya
menghasilkan 4 kriteria lahan dengan kriteria lahannya termasuk morfologi sedang dengan
cakupan wilayah terbesar yang mencapai 46 persen dari keseluruhan Kawasan Wisata
Kelabba Madja atau 307,77 Ha. Sedangkan cakupan wilayah terkecil dari kemampuan
50% 47%
45%
40%
35%
30% 26%
25%
20%
13% 14%
15%
10%
5%
0%
Kemampuan Lahan dari Kemampuan Lahan dari Kemampuan Lahan dari Kemampuan Lahan dari
Morfologi Cukup Morfologi Kurang Morfologi Rendah Morfologi Sedang
Dari hasil tersebut maka wilayah yang dapat dipilih sebagai daya dukung lahan adalah
daerah yang datar antara 0-15% atau dari morfologi sedang sampai rendah dikarenakan
kenyamanan penduduk yaitu bahaya gerakan tanah, bahaya longsor dan bahaya tanah
pengembangan kawasan.
50%
44%
45%
40% 37%
35%
30%
25%
20% 18%
15%
10%
5% 2%
0%
Kemudahan dikerjakan Kemudahan dikerjakan Kemudahan dikerjakan Kemudahan dikerjakan
cukup kurang sedang tinggi
Grafik 4.2 Persentase SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Wisata Kelabba Madja
Dilihat dari hasil analisis di atas bahwa nilai yang dapat dijadikan kategori mudah
dikerjakan adalah kategori cukup untuk dikerjakan dengan luas cakupan wilayah
pengembangan Kawasan Wisata Kelabba Madja. Oleh karena itu dalam pengembangan
wilayahnya diusahakan pada wilayah yang cukup mudah sampai yang mudah.
Analisis satuan kemampuan lereng ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lahan yang
yang ditimbulkan oleh pengaruh gempa. Kestabilan yang memperhitungkan efek gempa
tersebut dianalisis dalam satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi. Pembobotan SKL
Kestabilan Lereng di Kawasan Wisata terbagi menjadi 3 Kelas seperti pada tabel berikut.
80% 74%
70%
60%
50%
40%
30% 24%
20%
10% 3%
0%
Kestabilan Lereng Kurang Kestabilan Lereng Sedang Kestabilan Lereng Tinggi
Grafik 4.3 Persentase SKL Kestabilan Lereng Kawasan Wisata Kelabba Madja
Dari pembobotan sesuai standar pada tabel di atas kemudian dihitung untuk SKL
Kestabilan Lereng didapat bahwa kestabilan lereng di wilayah Kawasan Wisata tergolong
tinggi mencapai 74 % dari keseluruhan wilayah yang ada. Oleh sebab itu, pengembangan
kemampuan lahan dalam mendukung bangunan industri serta sarana dan prasarananya
kemampuan lahan kestabilan pondasi hampir sama dengan analisis satuan kemampuan
lahan kestabilan lereng, namun pada analisis SKL kestabilan pondasi pengaruh gempa
diperhitungkan.
80% 74%
70%
60%
50%
40%
30% 26%
20%
10%
0%
Daya Dukung Dan Kestabilan Pondasi Daya Dukung Dan Kestabilan Pondasi
Kurang Tinggi
Grafik 4.4 Persentase SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Wisata Kelabba Madja
Dari hasil analisa pada kemampuan lahan kestabilan pondasi bahwa luas lahan yang
tertinggi pada SKL kestabilan pondasi adalah pada kategori kurang dengan luas mencapai
50,75 % dari luas wilayah seluruhnya dan untuk katagori tinggi mencapai 74 % atau 482,37
Ketersediaan air pada suatu lahan merupakan hal yang sangat penting, mengingat fungsi
air tanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai kebutuhan, terutama di saat
kemarau panjang dimana air permukaan tidak mencukupi. Bertolak dari hal tersebut, maka
analisis satuan kemampuan ini dilakukan dengan maksud untuk megetahui kemampuan
50% 47%
45%
40%
40%
35%
30%
25%
20%
13%
15%
10%
5%
0%
Ketersediaan Air Rendah Ketersediaan Air Sedang Ketersediaan Air Tinggi
Grafik 4.5 Persentase SKL Ketersediaan Air Kawasan Wisata Kelabba Madja
Adapun dari hasil diatas bahwa ketersedian air dapat digunakan sebagai kebutuhan
konsumsi air bersih bagi penduduk yang tinggal di wilayah Kawasan Wisata tersebut.
Dalam hasil analisis memiliki ketersedian air yang didominasi oleh kriteria sedang yaitu
mencapai 307,77 Ha sedangkan wilayah yang memiliki ketersediaan air dengan kriteria
rendah merupakan luas area terkecil yakni 86,86 Ha sehingga diperlukan adanya
6. SKL Drainase
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mengalirkan air
hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun meluas
dapat dihindari pada wilayah pengembangan. Data SKL ini merupakan overlay dari peta
80% 74%
70%
60%
50%
40%
30% 24%
20%
10%
3%
0%
Drainase Cukup Drainase Kurang Drainase Tinggi
Dengan melihat hasil analisis yang ada pada Kawasan Wisata hanya terbagi dalam 3
katagori yaitu drainase tinggi, cukup dan drainase rendah sehingga dalam penentuan
kemampuan lahan drainase yang berpotensi sebagai kawasan yang satuan kemampuan
lahannya kurang adalah dengan luas 482,37 Ha atau 74 % dari Kawasan Wisata sehingga
tidak akan berpotensi besar dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang disebabkan
dengan kemungkinan tergenang air. Hal ini dikarenakan lokasi yang berkontur bisa
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi merupakan satuan untuk mengetahui
pengendapan hasil erosi tersebut pada bagian hilir. Setelah data – data pendukung
30%
24%
25%
20%
15%
10%
5% 3%
0%
Erosi Cukup Tinggi Erosi Sangat Rendah Erosi Sedang Tidak Ada Erosi
Dilihat dari hasil analisis di atas dapat dilihat hasil analisis bahwa nilai mendominasi dapat
dapat dijadikan kategori yaitu Sangat Rendah dengan luas area mencapai 244,30 Ha atau
37 % dari Kawasan Wisata dan menjadi satuan kemampuan lahan erosi adalah area yang
baik untuk pembangunan struktur dan pengembangan wilayah. Setelah itu diikuti dengan
katagori sedang dan katagori tidak ada erosi yang dimana area tersebut juga merupakan
area yang berpotensi untuk pembangunan khususnya pada area yang tidak ada erosi.
akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, kemiringan, topografi,
jenis tanah, hidorgeologi, curah hujan, dan pengunaan lahan dengan keluaran data SKL
Pembuangan Limbah yang terlebih dahulu harus diketahui penjelasan dari data yang
80% 74%
70%
60%
50%
40%
30% 24%
20%
10% 3%
0%
Pembuangan Limbah Pembuangan Limbah Pembuangan Limbah
Cukup Kurang Sedang
Dengan melihat hasil analisis yang ada pada wilayah Kawasan Wisata pada penentuan
kemampuan lahan pembuangan limbah adalah katagori sedang dan katagori cukup
sehingga yang termasuk katagori pembuangan limbah mayoritas adalah katagori limbah
cukup dengan luas area mencapai 482,37 Ha atau 74 % dari luas kawasan.
Analisis satuan kemampuan lahan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lahan yang
Pengenalan secara dini terhadap lahan yang mungkin berpotensi terjadinya bencana alam
akan bermanfaat dalam usaha tindakan bencana alam akan bermanfaat dalam usaha
bencana alam. Kemampuan lahan bencana alam Kawasan Wisata berdasarkan hasil
analisis serta dukungan data dan informasi yang diperoleh dari pemerintah setempat,
memiliki kemampuan lahan kerentanan bencana alam dengan kriteria kurang atau lahan
80% 74%
70%
60%
50%
40%
30% 24%
20%
10%
3%
0%
Potensi Bencana Alam Cukup Potensi Bencana Alam Kurang Potensi Bencana Alam Tinggi
Grafik 4.9 Persentase SKL Bencana Alam Kawasan Wisata Kelabba Madja
SKL Rawan Bencana pada wilayah Kawasan Wisata dengan didominasi oleh Bencana
alam kurang dalam setiap desa. Diketahui bahwa rawan bencana kurang mencapai
482,37 Ha atau 74 %. Sedangkan rawan bencana cukup mencapai 156,09 Ha. Oleh sebab
itu lahan yang berada pada rawan bencana rendah masih termasuk daerah untuk
untuk mengetahui gambaran tingkatan kemampuan lahan dari aspek kemampuan lahan.
dalam hal ini adalah Kawasn Wisata yang dalam penjabarannya dimaksudkan untuk
mengetahui gambaran tingkatan kemampuan lahan dari 9 variabel penyusun kategori
kemampuan lahan. Variabel tersebut antara lain adalah morfologi, kestabilan lereng,
mengoverlay setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian nilai
akhir (tingkatan kemampuan lahan pada setiap SKL) dengan bobotnya secara satu
persatu sehingga diperoleh peta jumlah nilai akhir dikalikan bobot seluruh SKL secara
kumulatif. Hasil pengalian nilai akhir dengan bobot setiap satuan, dalam analisis ini disebut
40% 37%
36%
35%
30%
24%
25%
20%
15%
10%
5% 3%
0%
Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan
Pengembangan Agak Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Tinggi Rendah Sangat Rendah Sedang
Berdasarkan dari hasil analisis metode tumpang tindih atau overlay terhadap penilaian
atau pembobotan dari setiap kriteria/variabel yang ada, sesuai dengan alur bagan analisis
tersebut, maka dapat diketahui total nilai atau skor dari masing-masing kawasan, sehingga
masing - masing kawasan dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelas berdasarkan
rentang total skor yang ada. Dari hasil total penilaian terhadap semua variabel tersebut,
dapat diketahui bahwa rentang nilai yang diperoleh mencapai 5 katagori kemampuan
lahan. Berdasarkan nilai tersebut, kemampuan pengembangan lahan Kawasan Wisata
dapat dibagi menjadi:
Kemampuan pengembangan agak tinggi memiliki nilai katagori dengan cakupan
wilayah 238,06 Ha atau 37 % dari total kawasan
Kemampuan pengembangan sangat rendah menjadi nilai katagori dengan cakupan
wilayah terkecil yaitu 16,74 Ha atau 3 % dari total kawasan
Kemampuan pengembangan rendah menjadi nilai katagori dengan cakupan wilayah
terluas mencapai 156.09 Ha atau 24 % dari total kawasan
ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam
mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata juga sebagai suatu
sektor yang kompleks meliputi industri-industri seperti industri kerajinan tangan, industri
cinderamata, penginapan dan transportasi. Pariwisata sebagai golongan industri jasa ketiga,
seiring meningkatnya industri wisata di masa yang akan datang maka akan berdampak pula
Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik wisata
secara lokal, regional, atau ruang lingkup nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya
dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut, dengan kata lain
pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan
dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak. Pembangunan di bidang kepariwisataan
merupakan salah satu terobosan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan negara. Sektor
pariwisata.
dibandingkan pendekatan yang lain yaitu dengan Analisis SWOT maka dapat diketahui situasi
objek wisata dengan mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berpengaruh
pada objek wisata, yaitu menganalisis peluang dan kekuatan yang dimiliki untuk menentukan
rencana masa depan dan mengatasi kelemahan dan ancaman dengan cara rencana
perbaikan. Menurut Freddy Rangkuti, Analisis SWOT merupakan suatu identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan
lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal berupa
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh objek wisata. Analisis SWOT adalah alat untuk
mengenali situasi, yang jika dilakukan dengan benar maka akan menghasilkan pondasi yang
mengevaluasi suatu masalah, poyek atau konsep bisnis yang berdasarkankan faktor internal
(dalam) dan faktor eksternal (luar yaitu strengths, weakness, opportunities dan threats).
Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor
eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Faktor Internal
W). Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen fungsional: pemasaran,
3. Faktor Eksternal
T). Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro,
proyek atau konsep bisnis yang ada, kekutan yang di analisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek konsep bisni situ sendiri, yaitu kekuatan apa saja
menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasara dan mampu bersain untuk
proyek atau konsep bisnis yang ada, kelemahan yang di analisis, merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, yaitu segala faktor
terjadi, kondisi yang tejadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep
d. Ancaman (Threats) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
Menurut Santono (2001) dalam Anjela (2014) Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang di harapkan dapat
memecahkan suatu masalah analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (stength), dan peluang (opportunities), namun secara bersama dapat meminimlkan
Analisis SWOT di lakukan dengan maksud mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi
dari keseluruhan fungsi yang di lakukan untuk mencapai sasaran yang telah di tetapkan.
Oleh karena tingkat kesiapan fungsi di tentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor
yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan pada keseluruhan faktor
dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Untuk
tingkat kesiapan yang memadai, artinya: minimal memenuhi ukuran kesiapan yang di
perlukan untuk pencapai sasaran, di nyatakan sebagai kekuatan bagi faktor yang tergolong
internal dan peluang bagi faktor yang tergolong eksternal, sedangkan tinggkat kesepian
yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran ukuran kesepian, di nyatakan
sebagai ukurn kelemahan bagi faktor yang tergolong internal atau ancaman bagi faktor yang
Jadi, Menurut Freddy Rangkuti (2014) Analisis SWOT adalah suatu cara untuk
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis
SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan eksternal peluang dan ancaman yang dihadapi
dunia bisnis serta lingkungan internal kekuatan dan kelemahan. Analasis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal
kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan
1. Pengembangan Pariwisata
mempromosikan daya tarik suatu objek wisata agar menjadi berkembang sesuai
dengan visi dan misi. Kementrian kebudayaan dan pariwisata RI menyatakan sebagai
yang dirumuskan oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni: (1)
dan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan dan bebas KKN
Arti dari istilah pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa
dan pariwisata di Indonesia. Kata pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta , terdiri
dari dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali atau
geografis dan non fisik geografis. Kondisi fisik geografis yang meliputi lokasi,
kemiringan lereng, iklim, tanah, dan hidrologi. Kondisi non fisik geografis yaitu
penduduk. Unsur-unsur pengembang objek wisata yang meliputi daya tarik, informasi,
Analisis SWOT adalah suatu metode dalam perencanaan stratejik yang dipakai
(peluang) dan Threats (ancaman). Kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal,
selalu harus dianalisis hubungannya dengan faktor eksternal, yaitu peluang dan
ancaman.
B. Faktor Internal
Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang
Kekuatan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kelemahan. Kekuatan juga dapat dipakai
a Citra nama yang dimiliki cukup sudah sangat popular, bahkan tidak hanya di Indonesia
b Aktivitas wisata, membuat wisatawan tidak hanya dapat menikmati keindahan Kawasan
Wisata Kelabba Madja namun dapat menikmati perjalanan wisata yang dapat menambah
pengetahuan.
d Kualitas produk, fasilitas maupun aktivitas yang diberikan cukup baik dan menarik
e Pegawai dengan jumlah yang cukup banyak dapat membantu dalam meningkatkan
Jelasnya dapat dilihat pada Gambar Analisa Kekuatan Kawasan Wisata Kelabba Madja
tidak dapat mencapai sasarannya. Kelemahan dapat pula diartikan sebagai hal-hal yang
kerugian bagi perusahaan. Adapun kelemahan yang dimiliki oleh Kawasan Wisata Kelabba
a. Kawasan Kawasan Wisata Kelabba Maja belum terealisasi walaupun rencana detailnya
sudah tersusun
d. Rendahnya kegiatan pemasaran, kegiatan promosi yang dilakukan kurang efektif dan
selama ini promosi hanya melalui pembicaraan yang terjadi dari mulut ke mulut dan
e. Sulitnya Transportasi untuk dapat mengelilingi dan menikmati objek wisata yang ada di
f. Tidak menyediakan guide yang cukup bagi setiap wisatawan yang ingin
Jelasnya dapat dilihat pada Gambar Analisa Kelemahan Kawasan Wisata Kelabba Madja
C. Faktor Eksternal
terjadi merupakan peluang yang datang dari luar organisasi yang akan memberikan
Adapun peluang yang dapat ditangkap oleh Kawasan Wisata Kelabba Madja adalah:
mengancam organisasi tersebut datang dari luar perusahaan yang dapat mengancam
rendahnya kepedulian wisatawan terhadap lingkungan, dalam hal ini wisatawan kurang
sembarang tempat.
b. Harmoni ekosistem .di sekitar kawasan wisata akan terganggu dengan yang diakibat-
kan oleh rendahnya kepedulian wisatawan terhadap lingkungan, dalam hal ini wisatawan
sembarang tempat.
Sesuai hasil analisis lingkungan internal dan eksternal di atas, maka digunakan matriks
analisis untuk mengetahui strategi pengembangan Kawasan Wisata Kelabba Madja sebagai
Berdasarkan analisis SWOT yang disajikan dalam tabel diatas diatas disusun strategi
pengembangan Kawasan Wisata Kelabba Maja . Adapun beberapa alternatif strategi yang
dapat dirumuskan dalam mengembangkan Taman Kawasan Wisata Kelabba Maja sebagai
kekuatan yang dimiliki untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar atau
Kawasan Wisata Kelabba Maja sebagai destinasi wisata adalah dengan menambah dan
2. Strategi Strength Treats (ST), strategi ini memanfaatkan kekuatan untuk menghadapi
fasilitas, dan aktivitas wisata agar menjadi daya tarik Kawasan Wisata Kelabba Maja serta
3. Strategi Weakness Threats (WO) dalam kuadran ini strategi yang dirancang
yang ada. Strategi pengembangan yang dapat diterapkan di Kawasan Wisata Kelabba
Maja adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana serta pelayanan terhadap
wisatawan.
4. Strategi Weakness Threats (WT), strategi ini bertujuan untuk bertahan dengan
dalam mengembangkan Kawasan Wisata Kelabba Maja sebagai destinasi wisata adalah
dengan meningkatkan kerjasama dengan investor dalam maupun luar negeri serta
meningkatkan promosi.
Kawasan Wisata Kelabba Madja memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang
tinggi baik itu flora, fauna, dan panorama alamnya. Dengan potensi yang dimiliki sekarang
tentu saja sangat prospek untuk segera dikembangkan sebagai lokasi ekowisata yang
mengembangkan agro (pertanian) sebagai salah satu bentuk wisata yang masih langka di
kembangkan. Selain bertujuan untuk mengembangkan objek wisata yang ada, Kawasan
Wisata Kelabba Madja juga ingin mengembangkan pertanian lokal agar dapat semakin
dikenal oleh dunia, sesuai dengan visi yang telah dibuat, bahwasannya Kawasan Wisata
Kelabba Madja ingin menjadi tujuan utama wisata agro/ekowisata di Provinsi NTT. Dalam
menggabungkan potensi alam dan budaya lokal Kawasan Wisata Kelabba Madja.
kekuatan yang ada sebagaimana matriks SWOT Potensi alam dan budaya yang
dimiliki sangat berpeluang untuk dikembangkan sebagai suatu paket wisata yang
menggabungkan kedua potensi tersebut. Pengembangan ini berdasarkan minat
berkunjung yang tinggi terhadap wisata alam di Kawasan Wisata Kelabba Madja yang
kemudian akan ditambahkan unsur budaya pada suatu paket wisata agar lebih
menarik wisatawan.
4. Kegiatan informasi dan promosi perlu dilakukan secara lebih luas melalui berbagai media,
tidak hanya dari mulut ke mulut, baik itu media cetak maupun media elektronik.
Optimalisasi kegiatan promosi sebagai media informasi tersebut diperlukan tidak hanya
Pembaharuan dan penyebaran leaflet, booklet, pamflet, sticker, film, poster, kalender
dan lain-lain.
Pemasangan billboard di luar kawasan tentang obyek dan daya tarik Kawasan Wisata
Kelabba Madja di tempat-tempat yang strategis dan dapat dengan mudah diketahui
masyarakat luas.
(selalu up-date)
Promosi melalui buku Lonely Planet Guidebook (buku guiding internasional yang
Strategi ini didasarkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan
peluang yang dimiliki. Strategi ini dipilih mengingat masih rendahnya latar belakang
Kelabba Madja antara lain dalam hal pemanduan, penyediaan makanan, keterampilan
Kelabba Madja pada dasarnya telah mengenal kondisi kawasan dengan baik karena
memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan kawasan. Disamping itu
pegawai juga memiliki kemampuan dalam menyikapi kondisi alam, perubahan lingkungan
yang terjadi akan dengan mudah dan cepat direspon. Namun demikian modal tersebut
pelatihan yang bersifat teknis dan manajerial karena dalam pengelolaan, pegawai
di Kawasan Wisata Kelabba Madja antara lain keterampilan dalam hal identifikasi jenis-
jenis flora fauna, inventarisasi ODTWA, boga (makanan), pembuatan dan pemasaran
souvenir, etika pelayanan, manajemen dan cara bertani sederhana. Dalam hal
Namun yang menjadi objek dalam kegiatan ekowisata di Kawasan Wisata Kelabba Madja
sumber daya alam dan budaya masyarakat, maka di dalam pengembangan sarana
prasarana dan fasilitas pendukung baik dalam jumlah, jenis, bentuk dan bahan yang akan
lokal. Oleh karena itu, dalam pengembangan sarana prasarana harus memperhatikan hal-
Letak bangunan dibuat sesuai dengan bentang alam tanpa merusak ekosistem yang
ada
Jumlah jenis, bentuk dan tata letak sarana prasarana harus didasarkan atas arahan
Strategi ini dipilih untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada sebagaimana
matriks SWOT pada lampiran. Kelemahan modal Kawasan Wisata Kelabba Madja yang
rendah diatasi dengan memanfaatkan peluang yang ada. Peluang yang dapat
pengembangan Kawasan Wisata Kelabba Madja sebagai destinasi wisata di Pulau Sabu.
Selain itu, meningkatkan hubungan kerjasama dengan investor dalam maupun luar negeri
yang ingin bekerjasama dalam meningkatkan ekowisata dengan berbasis agro (pertanian)
Kurangnya dana pengelolaan yang dianggarkan Kawasan Wisata Kelabba Madja untuk
keterbukaan di bagian ujung dan satu simpul di bagian tengah yang dihubungkan oleh
jaringan utama. Sistem simpul mendapatkan dan memberikan kekuatan (konektivitas) satu
dengan yang lainnya. Dimana masing-masing simpul juga memiliki wilayah belakang (interior)
Kawasan Fungsi
Penunjang Wisata
Kawasan Fungsi
Utama Wisata
Hawu Mehara. Selain itu, menurut RTRW Kabupaten Sabu Raijua, Kawasan Wisata Kelabba
Madja ditetapkan sebagai kawasan strategis pariwisata dan juga sebagai kawasan dengan
sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup dan Sudut Kepantingan Pertahanan dan
Keamanan yaitu adanya pembangunan Kawasan Strategis Nasional Sabu Raijua. Untuk lebih
jelasnya mengenai penentuan delineasi fungsi utama kawasan dan fungsi kawasan
penunjang Wisata Kelabba Madja akan dibahas sebagai berikut.
pelestarian daya dukung lingkungannya. Kawasan fungsi utama yang berlokasi di Wisata
Kelabba Madja dapat dilengkapi dengan kawasan publik yang dapat dimanfaatkan sesuai
dengan prinsip-prinsip fungsi pada kawasan utama untuk mendorong kemajuan pariwisata.
utama ini seluas 655,20 Ha dan luas kawasan pendukungnya merupakan lokasi wisata yang
Kawasan inti penunjang ini terdapat di Kecamatan Hawu Mehara yang dimana Konsep
Pengembangan ruang Kawasan merupaka Cluster 1 Kawasan Wisata Kabupaten yang terdiri
dari Kawasan Wisata Adat Kolorae, Kawasan Pantai Lobohede, Gua Alam Lie Ma Dira,
Kawasan Pantai Lederaga, Kawasan Pantai Bukit Salju Ledeae dan Kawasan Pantai Gela
Kesetaraan Power (dalam hal ini fungsi) pada setiap simpul harus setara, dalam
struktur ruang biasa disebut dengan orde yang setingkat. Oleh karena itu, simpul ini diwadahi
dalam Kawasan Fungsi Utama. Sementara itu, diluar kawasan inti adalah Kawasan Fungsi
Penunjang Wisata.
Dalam struktur kota di kenal struktur monocentris dan struktur polycentris, dalam
struktur monocentris jumlah inner haya satu yaitu Kawasan Wisata, yang kemudian berlapis
kegiatan yang heterogen mulai dari komersial, permukiman, industri, perikanan dan pertanian.
Dalam struktur polycentris jumlah inner lebih dari satu, sehingga lapisan terakhir dari satu
Simpul-simpul yang berkembang di Kawasan Wisata merupakan simpul kecil dan baru
berupa embrio, sehingga ini dijadikan sebagai kawasan dengan fungsi penunjang. Namun
dalam tahapan pembangunan, tentunya fungsi kawasan ini akan mudah memberi dampak
baik dari dalam dan juga dari luar bagi kawasan fungsi utama. Sehingga agar kawasan inti
dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan, maka pada wilayah belakangnya
Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
Dalam usaha meningkatkan efisiensi pergerakan di Kawasan Wisata yaitu sebagai berikut:
perkotaan;
- Merangsang adanya jalan usaha tani yang menghubungkan lahan produksi (bahan baku)
Penyediaan sistem jaringan energi listrik di Kawasan Wisata dilakukan oleh PT. PLN
(Persero) yang merupakan bagian pengembangan jaringan energi listrik Kabupaten Sabu
Raijua. Penyediaan listrik Kawasan Wisata disesuaikan dengan kegiatan yang akan
fasilitas sosial, umum dan RTH, komersial serta penerangan jalan umum (PJU).
D. Sistem Telekomunikasi
karena dengan telekomunikasi akan diperoleh hubungan antar sektor yang cepat dan efektif.
telepon kabel oleh PT. Telkom, telepon seluler oleh PT.Telkomsel dan operator telepon seluler
GSM maupun CDMA serta pelayanan terhadap sistem komunikasi satelit (internet).
Arah pembangunan Kawasan Wisata yang ditetapkan menjadi kawasan produksi dan
diversifikasi berbagai produk pertanian. Hal ini memerlukan adanya kontinyuitas produksi dari
seluruh kegiatan di sektor pertanian dan juga industri. Namun musim kemarau yang lebih
panjang dibandingkan dengan musim hujan menyebabkan debit dan ketersediaan air baku
industri dan pariwisata pada berbagai lokasi yang tersebar. Namun permasalahan yang
dihadapi adalah pasokan air baku pada areal tersebut yang masih terbatas, sehingga akan
menyebabkan produksi tidak maksimal. Bahkan apabila tidak dilengkapi dengan prasarana
air baku terancam arah tata ruang yang telah ditetapkan tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Konsep pemenuhan air bersih dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dasar air
minum baik domestik maupun non domestik. Pengadaan sistem penyediaan air minum
memiliki syarat aman dan layak untuk dikonsumsi yaitu memenuhi standar baku air minum,
baik dari segi kualitas maupun kuntitasnya. Dari segi kuantitas, suatu sumber air bersih / air
minum hendaknya tersedia sepanjang tahun dengan fluktuasi debit air yang relatif konstan
pada setiap musimnya. Sedangkan dari segi kualitas, air tersebut haruslah memenuhi
persyaratan fisik, kimia dan bakteorologi agar tidak mengganggu kesehatan manusia.
Penetapan kawasan lindung berpedoman pada UU No. 5 Tahun 1990 dan Keppres No.
kawasan lindung di Kabupaten Sabu Raijua harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut.
- Kawasan lindung ditetapkan oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan pemerintah
dan perkebunan hanya dilakukan pada kawasan dengan kriteria perlindungan terbatas
dan tidak dimungkinkan dilakukan pada kawasan dengan kriteria perlindungan mutlak.
Hal ini untuk menjamin fungsi hidrologis kawasan lindung tetap berfungsi.
- Penggunaan lahan yang telah ada saat ini di kawasan lindung mutlak secara bertahap
hidrologis dilarang, kecuali jenis penggunaan yang sifatnya tidak dapat dialihkan ke
tempat lain, misalnya relay TV/Tower Selluler, jaringan listrik tegangan tinggi; saluran
Adapun kriteria penetapan kawasan lindung untuk tiap jenisnya dijelaskan pada tabel
berikut ini.
Berdasarkan kriteria dan analisis fisik dasar, serta pemanfaatan ruang yang ada di
Kabupaten Sabu Raijua, maka arahan lokasi kawasan-kawasan lindung Kawasan Wisata
Kelabba Madja di Kabupaten Sabu Raijua berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Berdasarkan kriteria dan analisis fisik dasar, serta pemanfaatan ruang yang ada di
Kabupaten Sabu Raijua, maka arahan lokasi kawasan-kawasan budidaya Kawasan Wisata
Kelabba Madja di Kabupaten Sabu Raijua berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
5.2. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka
Kawasan Wisata Kelabba Madja diidentifikasi melalui faktor internal dan eksternal maka
diperoleh kekuatan (memiliki nilai sejarah, pemandangan alam yang indah, lokasi objek wisata
yang nyaman, tersedianya sarana atau fasilitas dan aktivitas wisata), kelemahan
(keterbatasan SDM yang profesional, keterbatasan dana, promosi yang kurang optimal, tidak
memiliki program kerja dan tidak memiliki guide), peluang (minat wisatawan yang tinggi,
adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait), ancaman (bencana alam dan wisatawan yang
banyaknya wisatawan dan isu untuk mengusahakan adanya alokasi dana untuk
dan perasana wisata. Berdasarkan hasil analisa maka rekomendasi, antara lain:
1. Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait terutama dengan biro travel dalam
penyediaan jasa angkutan dan melakukan kerjasama dengan investor agar dapat
2. Untuk mengatasi keterbatas SDM yang profesional maka manajemen perlu merekrut
3. Untuk mengatasi keterbatasan sumber dana Kawasan Wisata Kelabba Madja, lebih
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR
SURVEY FUNGSI STRATEGIS KAWASAN
2021 PENDUKUNG PARIWISATA KELABBA MADJA
KABUPATEN SABU RAIJUA
LAPORAN AKHIR