Anda di halaman 1dari 6

1.

3 Tujuan Masalah

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

A. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat kedaulatan

B. Untuk memahami pengertian kedaulatan negara berada ditangan rakyat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kedaulatan

Kedaulatan merupakan hasil terjemahan dari kata “sovereignty” (bahasa inggris),


“souverainete”(bahasa prancis), “sovranus” (bahasa italia). Istilah ini diturunkan dari kata latin
“superanus” yang berarti yang tertinggi. Para pemikir Negara dan hokum pada abad pertengahan,
menggunakan makana “superanus” dengan istilah “summa potestas”atau”plenitudo potestatis”
yang artinya “kedaulatan tertinggi suatu kesatuan politik”.

Jean Bodin (1530- 1596) merupakan bapak ajaran kedaulatan atau peletak dasar kedaulatan,
menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warga Negara dan
rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang-undang.

Kedaulatan menurut Jean Bodin adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum didalam suatu
Negara yang sifatnya:

a. Tunggal, berarti bahwa di dalam Negara itu tidak ada kekuasaan lainnya lagi yang berhak
menentukan atau membuat undang-undang atau hukum.

b. Asli, berarti bahwa kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain
c. Abadi, berarti bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi atau kedaulatan itu adalah Negara

d. Tidak dapat dibagi-bagi, berarti bahwa kedaulatan itu tidak dapat diserahkan kepada orang atau
badan lain, baik sebagian maupun seluruhnya.

Kedaulatan adalah kekuasaaan yang tertinggi dalam setiap Negara. Kedaulatan tidak mengizinkan
adanya saingan. Kedaulatan tidak mengenal batas, karena membatasi kedaulatan berarti adanya
kedaulatan yang lebih tinggi. Kedaulatan itu lengkap, sempurna, karena tidak ada manusia dan
organisasi yang diperkecualikan dari kekuasaan yang berdaulat.

Pengertian kedaulatan rakyat berhubungan erat dengan pengertian perjanjian masyarakat dalam
pembentukan asal mula negara. Negara terbentuk karena adanya perjanjian masyarakat. Perjanjian
masyarakat disebut juga dengan istilah kontrak sosial. Ada beberapa ahli yang telah mempelajari
kontrak sosial, antara lain Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau. Kedaulatan
adalah suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau atas diri
sendiri terdapat penganut dalam dua teori yaitu berdasarkan pemberian dari Tuhan atau
Masyarakat.

Beberapa pemikiran mengenai kedaulatan dan pemegang kedaulatan suatu negara setelah revolusi
Perancis dikemukakan oleh Jean-Jacques Rousseau dalam karyanya Du Contrat Social Ou Principes
Du Droit Politique (Mengenai Kontrak Sosial atau Prinsip-prinsip Hak Politik) membagi tingkat
kedaulatan menjadi dua yaitu de facto dan de jure.

2.2 Macam-Macam Kedaulatan

Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam Negara, dan untuk mengetahui siapakah pemegang
kedaulatan itu, maka kedaulatan dapat dikelompokkan kedalam beberapa teori kedaulatan yakni :
"Gde panca astawa: Ilmu Negara & Teori Negara ( Bandung cetakan 2:2012)"

a) Kedaulatan Tuhan

Teori kedaulatan Tuhan menurut sejarahnya berkembang pada zaman abad pertengahan, yaitu
antara abad ke-5 sampai abad ke-15. Didalam perkembangannya teori ini sangat erat hubungannya
dengan perkembangan agama baru yang timbul pada saat itu yaitu agama Kristen, yang kemudian
dioraganisasi dalam satu organisasi keagamaan, yaitu gereja yang dikepalai seorang paus. Tokoh-
tokoh penganut teokrasi antara lain; Agustinus, Thomas Aquinas, dan Marsillius.

Sedangkan, menurut Ahmad Azhar Basyir, predikat teokrasi tidak dapat diterima sebab islam tidak
mengenal adanya kekuasaan Negara yang menerima limpahan dari Tuhan, menurutnya kekuasaan
Negara berasal dari umat dan penguasanya bertanggung jawab kepada umat-umat. Menurut ajaran
islam, kedaulatan hanya milik Allah semata, dan hanya Dia-lah pemberi hukum. Dalam Negara Islam,
organisasi-organisasi politik itu disebut khilafah. Manusia merupakan khalifah Tuhan di muka bumi
dan memiliki tugas untuk melaksanakan dan menegakkan perintah dari pemegang kedaulatan.

Kedaulatan Raja

Kedaulatan raja (the kings of souveregnty) berarti dalam Negara itu, yang berdaulat adalah raja, raja
dianggap sebagai orang yang suci, bijaksana sehingga dianggap berbeda dengan rakyat (warga
negaranya) meskipun sama-sama manusia. Posisi raja dalam hal ini adalah sangat kuat dan tidak ada
yang menandingi pada saat itu.

Menurut Marsilius, kekuasaan tertinggi dalam Negara berada di tangan raja, karena raja adalah wakil
Tuhan atau semacam diberi amanah dari Tuhan untuk berkuasa atas rakyat dan berhak melakukan
apa saja karena menurutnya semua tindakannya itu sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan.
bahkan raja merasa berkuasa menetapkan kepercayaan atau agama yang harus dianut oleh
rakyatnya atau warga negaranya.

Kekuasaan mutlak yang ada pada raja, sehingga terjadi penyelewengan kekuasaan kedalamtyranny.
Seperti yang terjadi di Prancis pada masa pemerintahan raja Louis IV yang menyatakan “Negara
adalah saya (I’etat cest moi)”. Pada saat itu banyak keluarga raja yang berpesta pora diatas
kesengsaraan rakyat, yang menyebabkan rakyat tidak lagi percaya pada kekuasaan tertinggi yang
berada ditangan raja. "Ahmad Azhar Basyir yang dipetik dalam: ni;matul huda, Ilmu Negara
(yogyakarta: UII)" Kemudian rakyat mulai memberontak terhadap kekuasaan raja dan mulai
menyadari kekuatannya sendiri sebagai “rakyat” yang beridentitas dan berhak.

c) Kedaulatan Negara

Dalam teori kedaulatan Negara (staatssouvereniteit) ini menganggap Negara sebagai


suatu“rechtsperson” atau “badan hukum” yang dianggap memiliki berbagai hak dan kewajiban serta
dapat melakukan perbuatan atau tindakan hukum, tidak ubahnyaseperti juga
seorang“natuurlijkpersoon” yang menjadi pendukung hak dan kewajiban yang sekaligus dapat
melakukan perbuatan atau tindakan hukum. Negara sebagai badan hokum inilah yang memiliki
kekuasaan tertinggi didalam kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Georg Jellineck yang menciptakan hukum bukan tuhan dan bukan pula raja, tetapi Negara.
Adanya hukum karena adanya Negara. Jellineck juga mengatakan bahwa hukum merupakan
penjelmaan dari kemauan Negara. Negara adalah satu-satunya sumber hukum. Oleh sebab itu,
kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh Negara.

Namun ada pula yang beranggapan bahwa kedaulatan Negara merupakan kelanjutan dari
kedaulatan raja, dimana pada pelaksanaanya yang menjadi penguasa atau yang memegang
kekuasaan dalam suatu Negara adalah raja sendiri, seperti yang disebut dengan ajaran
“verkulpringstheorie” yang artinnya Negara menjelma dalam tubuh raja. Penganut teori kedaulatan
Negara ini antara lain Jean Bodin dan Georg Jellineck.

Kedaulatan Hukum

Menurut teori kedaulatan hukum atau rechts-souvereiniteit, kekuasaan tertinggi di dalam suatu
Negara itu adalah hukum itu sendiri. Karena itu baik raja atau penguasa maupun rakyat atau warga
Negaranya, bahkan Negara itu sendiri semuanya tunduk kepada hukum. Semua sikap, tingkah laku,
dan perbuatannya harus sesuai atau menurut hukum.

Kemudian terjadi pertentangan diantara para ahli penganut paham berbeda yakni antara Krabbe
yang menganut teori kedaulatan hukum dengan Jellineck yang menganut paham kedaulatan Negara.
Jellineck mengemukakan teorinya “selbstbindung” yang isinya antara lain bahwa Negara harus
tunduk secara sukarela kepada hukum. "Gde panca astawa: ilmu negara & teori Negara (Bandung
cetakan 2:2012)" Kemudian Krabbe yang menganut aliran historis yang pelopori oleh Von savigny,
yang mengatakan bahwa “hukum timbul bersama kesadaran hukum masyarakat. Hukum tidak
tumbuh dari kehendak atau kemauan Negara, maka berlakunya hukum terlepas dari kemauan
Negara.” Alasan ini dikemukakan sebagai jawaban, bahwa kalau benar Negara yang berkuasa, apa
sebabnya Negara itu patuh kepada hukum dan dapat dihukum. Bukankah Negara berkuasa
membuat undang-undang? bagaimana mungkin Negara yang berkuasa secara sukarela mengikat
dirinya dengan undang-undang itu.

e) Kedaulatan Rakyat

Kedaulatan rakyat (popular sovereignty) dimaksudkan kekuasaan rakyat sebagai tandingan atau
imbangan terhadap kekuasaan penguasa tunggal atau yang berkuasa. Ajaran kedaulatan rakyat
mensyaratkan adanya pemilihan umum yang menghasilkan dewan-dewan rakyat yang mewakili
rakyat dan yang dipilih langsung atau tidak langsung oleh warga Negara.

Paham kedaulatan rakyat itu sudah dikemukakan oleh kaum monarchomachen seperti Marsilio,
William Ockham, Buchanan, Hotman dan lain-lain. Mereka inilah yang mula-mula sekali
mengemukakan ajaran bahwa, rakyatlah yang berdaulat penuh dan bukan raja, karena raja berkuasa
atas persetujuan rakyat. Ajaran kaum monarchomachen ini kemudian dilanjutkan oleh John Locke
dan kemudian J.J Rousseau.

Menurut Locke, memang rakyat menyerahkan kekuasaan-kekuasaannya kepada Negara. Dengan


demikian Negara memiliki kekuasaan yang besar. Tetapi kekuasaan ini ada batasnya, batas itu adalah
hak alamiah dari manusia, yang melekat padanya ketika manusia itu lahir. Hak ini sudah ada sebelum
Negara terbentuk. karena itu, Negara tidak bisa mengambil atau mengurangi hak alamiah itu.
Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian yang penulis teliti adalah :

1. Menjelaskan pengertian Bela Negara

2. Mendeskripsikan peran pendidikan kesadaran bela negara

3. Mengetahui hak dan kewajiban warga negara

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu
negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara
dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.Secara fisik, hal ini dapat diartikan
sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam
keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial
maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.Landasan konsep
bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah tentara atau perangkat
pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan
tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel,Iran) dan Singapura memberlakukan
wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu
seperti gangguan fisik, mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan
sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali
dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang

Memperkuat Pertahanan Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dalam menjalin hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan
undang-undangKesadaran Bela Negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.

· Unsur Dasar Bela Negara:

1. Cinta Tanah Air

2. Kesadaran Berbangsa & bernegara

3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologiI negara

4. Rela berkorban untuk bangsa & negara

5. Memiliki kemampuan awal Bela Negara


· Contoh-Contoh Bela Negara :

1. Melestarikan budaya

2. Belajar dengan rajin bagi para pelajar

3. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara

Anda mungkin juga menyukai