1. HONDA
Hijau : (-) masa, berlaku untuk semua negatif
Merah : (+) aki
Hitam : (+) kunci kontak
Putih : (+) alternator pengisian
(+) lampu dekat
Kuning : (+) arus beban ke saklar lampu
Biru : (+) lampu jauh
Abu-abu : (+) flasher
Biru Laut : (+) sein/reting kanan
Oranye : (+) sein/reting kiri
Coklat : (+) lampu kota
Hitam-Merah : (+) spul CDI
Hitam-Putih : (+) kunci kontsk
Hitam-Kuning: (+) koil
Biru-Kuning : (+) pulser CDI
Hijau-Kuning: (+) lampu rem
2. YAMAHA
Hitam : (-) masa, berlaku untuk semua negatif
Hijau : (+) arus beban penerangan
Merah : (+) arus positif dari aki
Kuning : (+) lampu jauh
Coklat : (+) sein/reting kiri
Hijau : (+) arus beban (penerangan, dll)
Putih-Merah : (+) pulser CDI
Hijau-Hitam : (+) rem
3. SUZUKI
Hitam-Putih : (-) masa, berlaku untuk semua negatif
Putih-Merah : (+) pengisian dari magnet
Putih-Biru : (+) koil ke CDI
Putih-Hitam : (+) lampu rem
Kuning-Putih: (+) penerangan/lampu
Biru-Kuning : (+) pulser ke CDI
Merah : (+) aki
Oranye : (+) kunci kontak
Abu-abu : (+) lampu belakang
Hijau Muda : (+) Sein/reting kanan
Hitam : (+) sein/reting kiri
4. KAWASAKI
Hitam-Kuning: (-) masa, berlaku untuk semua negatif
Putih-Merah : (+) aki
Merah-Hitam : (+) lampu jauh
Merah-Kuning: (+) lampu dekat
Abu-abu : (+) Sein/reting kanan
Hijau : (+) sein/reting kiri
Biru : (+) lampu rem
Merah : (+) lampu belakang
Coklat : (+) klakson
CDI motor memiliki beberap macam type, mulai tanpa pulser, CDI AC dan DC. Semua
memiliki fungsi sama yakni membangkitkan tegangan tinggi koil sebagai sistem pengapian
motor. Untuk lebih memahami sistem pengapian CDI AC dan DC silahkan simak lebih lanjut.
Sistem CDI AC merupakan CDI motor
yang telah lama berkembang, yakni memanfaatkan spul/kumparan pada magnet untuk
membangkitkan tegangan menengah untuk suplay capasitor CDI ke koil yang akan di switch
oleh SCR sesuai input dari pulser. Untuk lebih jelas bisa di lihat pada gambar berikut (1 tahun
lalu qita buat post di site sjboygroup).
Untuk CDI DC sebenarnya basic tetap sama dengan CDI AC, namun untuk tegangan menengah
AC di suplay oleh inverter/ konverter (Kotak warna biru pada gambar) sebagai pembangkit
tegangan AC melalui oscillator dan transistor switching melalui trafo inti ferit(Trafo frekuensi
tinggi). Jadi tidak membutuhkan spul pada magnet lagi, yang juga menambah beban mesin walau
hanya beberapa persen saja. Untuk lebih jelas Bisa dilihat seperti pada gambar berikut,
bandingkan dengan gambar CDI AC.
Pengatur timing pengapian tidak hanya menggunakan CDI (Capasitor Discharge
Injection), kini sudah ada TIS ( Transistor Ignition System). Secara fungsi sama-sama mengatur
timing pengapian tapi prinsip kerja dan komponen elektronik pendunkung berbeda. Sistem CDI
menggunakan kapasitor sebagai penampung tegangan yang di umpan menuju koil. Sedang TIS
memanfaatkan transistor untuk mengumpan tegangan listrik ke koil. Namun koil yang digunakan
berbeda. Antara koil CDI dan TIS tidak bisa saling tukar.
CDI sudah banyak diterapkan pada motor dari era 80-an, sedangkan TIS muncul di motor kecil
Indonesia sejak Suzuki Thunder 125 muncul. Disusul supraX 125 PGMI-F1, Yamaha V-ixion,
Suzuki Shogun 125 F1 dan kawasaki Ninja 250.
Jadi TIS sudah pasti digunakan untuk motor injeksi. Soalnya sistem CDI tidak bisa dicangkok
pada ECU injeksi karena memberikan imbas listrik besar. Jadi, ECU untuk mengatur injeksi dan
TIS untuk mengatur pengapian.
Sistem TIS yang dikembangkan di motor kecil paling sederhana dan boleh dikatakan sebagai
generasi pertama. Generasi lebih canggih hanya digunakan untuk moge dan mobil.
Dengan begitu, bisa dikatakan TIS sistem pengapian masa depan. Karena di masa mendatang
motor akan menggunakan injeksi dan pasti menggunakan TIS. Lebih jelas perbedaan antara CDI
dan TIS mari bedah lebih dalam.
*Capasitor Discharge Ignition (CDI)
Sudah pasti di dalamnya ada kapasitor sebagai penampung tegangan sebesar 300 volt dari hasil
pembesaran tegangan 12 volt oleh travo inverter. Ini yang membuat imbas listrik besar karena di
dalam kotak CDI terdapat tegangan lumayan besar. Makanya tidak bisa disatukan dengan ECU
injeksi.
Faktor itu juga jika CDI tanpa bungkus bila dipegang akan menyetrum, juga lumayan rumit
dalam pembuatan dan aplikasi.
*Transistor Ignition System (TIS)
TIS menggunakan transistor secara langsung untuk menaikan tegangan dari 12 volt menjadi 35
kilo volt pada output koil. Berarti tidak menggunakan travo inverter. Sehingga tidak memberikan
imbas listrik besar. Aman dipadukan dengan sisten ECU.
Tanpa inverter yang menaikkan tegangan, tidak akan menyetrum meski bodi TIS tidak tertutup.
Lebih menguntungkan lagi sederhana dalam pembuatannya.
*Cara kerja CDI:
1. Tegangan aki 12 volt yang masuk ke dalam regulator di dalam CDI untuk distabilkan dan
diumpan ke travo step up.
2. Tegangan yang masukl ke travo dinaikkan menjadi 300 volt dengan sistem switching
yang dilakukan oleh model PWM control (pulse Wide Modulation) dan dikendalikan
mikro komputer.
3. Tegangan keluaran travo disearahkan oleh diode dan keluaran menjadi sumber tegangan
DC. Kemudian digunakan untuk mengisi kapasitor dan siap untuk dipicu koil.
4. Mikro komputer memberikan perintah SCR untuk pembuangan muatan kapasitor
(capacitance discharge) dengan tegangan 300V.
5. muatan kapasitor dibuang melewati ignition koil dan diperbesar oleh koil menjadi 35.000
volt.
6. Saat mikro komputer menentukan waktu pembuangan kapasitor itulah yang disebut
timing pengapian.