Anda di halaman 1dari 6

Beda CDI dan TIS

November 18, 2008 Admin


Pengatur timing pengapian tidak hanya menggunakan CDI (Capasitor Discharge Injection),
kini sudah ada TIS ( Transistor Ignition System). Secara fungsi sama-sama mengatur timing
pengapian tapi prinsip kerja dan komponen elektronik pendunkung berbeda. Sistem CDI
menggunakan kapasitor sebagai penampung tegangan yang di umpan menuju koil. Sedang
TIS memanfaatkan transistor untuk mengumpan tegangan listrik ke koil. Namun koil yang
digunakan berbeda. Antara koil CDI dan TIS tidak bisa saling tukar.
CDI sudah banyak diterapkan pada motor dari era 80-an, sedangkan TIS muncul di motor
kecil Indonesia sejak Suzuki Thunder 125 muncul. Disusul supraX 125 PGMI-F1, Yamaha
V-ixion, Suzuki Shogun 125 F1 dan kawasaki Ninja 250.
Jadi TIS sudah pasti digunakan untuk motor injeksi. Soalnya sistem CDI tidak bisa dicangkok
pada ECU injeksi karena memberikan imbas listrik besar. Jadi, ECU untuk mengatur injeksi
dan TIS untuk mengatur pengapian.
Sistem TIS yang dikembangkan di motor kecil paling sederhana dan boleh dikatakan sebagai
generasi pertama. Generasi lebih canggih hanya digunakan untuk moge dan mobil.
Dengan begitu, bisa dikatakan TIS sistem pengapian masa depan. Karena di masa mendatang
motor akan menggunakan injeksi dan pasti menggunakan TIS. Lebih jelas perbedaan antara
CDI dan TIS mari bedah lebih dalam.
Capasitor Discharge Ignition (CDI)
Sudah pasti di dalamnya ada kapasitor sebagai penampung tegangan sebesar 300 volt dari
hasil pembesaran tegangan 12 volt oleh travo inverter. Ini yang membuat imbas listrik besar
karena di dalam kotak CDI terdapat tegangan lumayan besar. Makanya tidak bisa disatukan
dengan ECU injeksi.

Faktor itu juga jika CDI tanpa bungkus bila dipegang akan menyetrum, juga lumayan rumit
dalam pembuatan dan aplikasi.
Transistor Ignition System (TIS)
TIS menggunakan transistor secara langsung untuk menaikan tegangan dari 12 volt menjadi
35 kilo volt pada output koil. Berarti tidak menggunakan travo inverter. Sehingga tidak
memberikan imbas listrik besar. Aman dipadukan dengan sisten ECU.

Tanpa inverter yang menaikkan tegangan, tidak akan menyetrum meski bodi TIS tidak
tertutup. Lebih menguntungkan lagi sederhana dalam pembuatannya.
Cara kerja CDI
1. Tegangan aki 12 volt yang masuk ke dalam regulator di dalam CDI untuk distabilkan
dan diumpan ke travo step up.
2. Tegangan yang masukl ke travo dinaikkan menjadi 300 volt dengan sistem switching
yang dilakukan oleh model PWM control (pulse Wide Modulation) dan dikendalikan
mikro komputer.
3. Tegangan keluaran travo disearahkan oleh diode dan keluaran menjadi sumber
tegangan DC. Kemudian digunakan untuk mengisi kapasitor dan siap untuk dipicu
koil.
4. Mikro komputer memberikan perintah SCR untuk pembuangan muatan kapasitor
(capacitance discharge) dengan tegangan 300V.
5. muatan kapasitor dibuang melewati ignition koil dan diperbesar oleh koil menjadi
35.000 volt.
6. Saat mikro komputer menentukan waktu pembuangan kapasitor itulah yang disebut
timing pengapian.
Prinsip Kerja TIS
1. Tegangan aki 12 volt langsung diumpan masuk ke dalam koil.
2. Koil berfungsi sebagai step-up atau menaikkan tegangan 12 volt menjadi 35 kilo volt.
Kenaikkan tegangan akan terjadi bila transistor dipicu dengan transistor yang
dikendalikan oleh microcomputer.
3. Microchip berfungsi untuk mengatur timing pengapian dan besaran arus yang akan
dikeluarkan koil
TIS Dikembangkan BRT
Pihak BRT (Bintang Racing Team) tidak mau ketinggalan dan sudah membuat TIS. Tapi
lebih dikembangkan lagi dan diberi nama Intelligent Digital Transistor Ignition System (I-
DTIS). Komponennya diimpor dari Inggris, bekerjasama dengan perusahaan ternama yang
membuat TIS untuk sistem mobil mewah di Eropa.
i-DTIS BRT menggunakan transistor hybrid. Bandingkan dengan TIS di motor standar atau
TIS aftermarket merek lain. Cuma transistor saja, I-DTIS BRT juga dilengkapi beberapa
proteksi.
Pertama, proteksi korslet (short circuit protection), untuk melindungi apabila terjadi korslet
pada koil. Kedua, proteksi overheat, bila sistem TIS dihubungkan koil dengan beban yang
berat dan panas hingga 150 dearakt celcius, maka I-DTIS otomatis menonaktifkan sistem
untuk menghindari kerusakan lain.
CDI (Capacitor Discharge I gnition) merupakan jantung sistem pengapian mesin kuda besi
tunggangan kesayangan kita, nich bahas tentang sistem pengapian buat motor khususnya,
walau bisa di pergunakan untuk si roda empat(mobil) tetapi berbeda aplikasinya. CDI
merupakan sistem pengapian yang memanfaatkan capasitor sebagai pembangkit triger untuk
memicu coil menghasilkan tegangan tinggi menuju busi.
Berbagai mode dan design sirkuit diagram dalam membuat rangkaian CDI yang tentunya
untuk mencapai hasil tegangan yang optimal dan akurasi advance timing sesuai kebutuhan
pengguna ataupun standart dari masing2 mesin motor yang kita tunning.
Salah satu contoh simpel membuat CDI motor anti ribet, seperti contoh schematic diagram
berikut ini :

CDI yang simpel ini hanya membutuhkan beberapa komponen pasif dan 1 komponen aktif
yang sudah tentu mudah kita dapatkan di pasar indonesia ini. Dengan rangkaian yang simpel
tentu kita akan mudah untuk berkarya dan berkreatifitas sendiri untuk membuat sebuah CDI
buat motor kita yang mungkin lagi ngadat atau ingin experiment lebih mendalam tentang CDI
motor.
Component:
R1=22K Ohm
R2=1K Ohm
C1=3,3uF/50V
C2=1 uF/400V
D1,2,3=IN4007
SCR=2P4M
Komponen bisa kita rubah/ganti dengan kreteria yang sesuai dan banyak kita ketemukan.
Perbedaan CDI AC dan CDI DC:
1. Sistem pengapian CDI AC merupakan dasar dari sistem pengapian CDI, dan menggunakan
pencatu daya dari sumber Arus listrik bolak-balik yang berasal dari spul motor (dinamo
AC/alternator). 2. Sistem pengapian CDI DC menggunakan pencatu daya dari sumber arus
listrik searah (misalnya dinamo DC, Batere, maupun Accu). Arus listrik yang berasal dari
accu masih belum mampu digunakan untuk mencatu CDI tersebut, sehingga dalam CDI DC
ini masih membutuhkan rangkaian penaik tegangan yang disebut inverter.
Berikut bagian-bagian yang bisa ditemui (beberapa diantaranya terkadang tidak dipakai
karena sesuatu hal) di dalam suatu sistem pengapian CDI: 1. Kumparan pengisian (charging
coil). 2. Kumparan pemicu (trigger/pulser coil). 3. Penyearah (rectifier). 4. Baterai (battery).
5. Sekering (fuse). 6. Kunci kontak (contact switch). 7. Kondensator (capacitor). 8. Saklar
elektronik (SCR). 9. Pengatur/penyetabil tegangan (voltage regulator/stabilizer). 10.
Transformator penaik tegangan (voltage step up transformer). 11. Pengubah tegangan
(voltage converter/inverter). 12. Pelipat tegangan (voltage multiplier/inverter). 13. Kumparan
pengapian (ignition coil). 14. Kabel busi (spark plug cable). 15. Busi (spark plug). 16. Sistem
pengawatan (wiring system). 17. Jalur bersama (common line) .

Cara kerja CDI :
Cara kerja rangkaian CDI AC: Saat kunci kontak di on-kan secara langsung memutuskan
kontak antara pulsar dan ground, sehingga saat mesin di hidupkan seketika poros engkol
menggerakkan magnet, ketika magnet berputar cepat diantara spul maka spul tersebut
menghasilkan tegangan tinggi ac kemudian disearahkan oleh dioda. Tegangan dc(400V)
mengisi capasitor. Selanjutnya sebuah pemicu(trigger dari picup) akan diaktifkan untuk
menghentikan proses pengisian muatan kondensator, sekaligus memulai proses pengosongan
muatan kondensator untuk mencatudaya kumparan pengapian melalui sebuah SCR. Saat
pengosongan capasitor arus listrik mengalir melewati coil primer dan menghasilkan induksi
elektromagnet pada kumparan sekunder yang menghasilkan percikan api.
GAMBAR SKEMA CDI AC.

Cara kerja rangkaian CDI DC: Saat kunci kontak di on-kan secara langsung menghubungkan
tagangan accu dengan CDI. Teganan accu(12V) kemudian dirubah menjadi tegangan
tinggi(400V), tegangan tinggi tersebut mengisi capasitor. Selanjutnya sebuah pemicu(trigger
dari picup) akan diaktifkan untuk menghentikan proses pengisian muatan kondensator,
sekaligus memulai proses pengosongan muatan kondensator untuk mencatudaya kumparan
pengapian melalui sebuah SCR. Saat pengosongan capasitor arus listrik mengalir melewati
coil primer dan menghasilkan induksi elektromagnet pada kumparan sekunder yang
menghasilkan percikan api.
GAMBAR SKEMA CDI DC.

Teknologi yang terus berkembang seperti saat ini telah mengubah teknologi CDI menjadi
lebih handal, CDI yang mulanya sederhana berubah menjadi rangkaian terintegrasi dengan
micro chip(micro computer), sehingga dapat diprogram menurut timing pengapian yang
diinginkan. Pemrograman timing pengapian ini digunakan untuk mendapatkan tenaga yang
maksimal menurut rpm putaran mesin. CDI programmable ini banyak digunakan didunia
balap sehingga sering disebut CDI RACING.
Secara skematik rangkaian CDI programmable sebagai berikut:

Selain CDI programmable kita sering mendengar istilah CDI unlimate dan CDI limter.
Perbedaan keduanya hanyalah pada rangkaian pembatas frekwensi trigger pic up. Rangkaian
limiter dahulunya hanya menggunakan rangkaian resistor dan capasitor sebagai filternya,
namun sekarang ini telah diganti dengan rangkaian terintegrasi. CDI yang menggunakan
limiter berguna sebagai pembatas agar mesin motor lebih halus dan tidak mudah rusak.
Apabila kita menggunakan CDI limiter sebenarnya bias kita modifikasi menjadi unlimate.
Cara merubah CDI limiter menjadi unlimate yaitu dengan cara:
1. Membuka pembungkus CDI dengan pisau cutter.
2. Membaca jalur rangkaian, cari rangkaian yang berfungsi sebagai limiter kemudian
menjumper/mencabut rangkaian limiter(hal ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang ahli
elektronika)
3. Kembalikan rangkaian tersebut pada pembungkusnya,tutup menggunakan sealer.
Socket CDI yang biasa dipakai pada motor Honda.Pada Honda tiger menganut system CDI
AC, sedangkan pada Honda mega Pro sudah menggunakan system cdi dc.

Anda mungkin juga menyukai