Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ENERGI BIDANG PERTANIAN

DISUSUN OLEH :

1. ANISA RIZKI NURLITA (18/425327/TP/12028)


2. ANTONIUS WAHYU W. (18/425329/TP/12030)
3. BAITI SALSABILA A. (18/425331/TP/12032)
4. DHYAS TANJUNG P.P. (18/425333/TP/12034)
5. FAHMI BAHARUDIN (18/425335/TP/12036)
6. HARYO PRASETYO A.A. (18/425337/TP/12038)
7. LEONARDUS DWI K.B.P. (18/425339/TP/12040)
8. MALAA SALISA (18/425341/TP/12042)
9. NASYWA HANIN H. (18/425343/TP/12044)
10. RIO BAGUS HERLAMBANG (18/425345/TP/12046)
11. SITI ELVINA A. (18/425349/TP/12050)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahasiswa Teknik Pertanian dan Biosistem, perlu dipelajari sistem
pengapian CDI.
1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Energi Bidang Pertanian
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Sistem pengapian CDI (Capacitor discharge ignition) adalah sebuah rangkaian
pengapian pada mesin bensin baik pada mobil atau motor yang memanfaatkan
penyimpanan arus bertegangan tinggi untuk melakukan induksi pada ignition coil.
Dibandingkan mobil, sistem pengapian ini lebih populer digunakan pada sepeda
motor dikarenakan memiliki bentuk yang lebih simple sehingga cocok diletakan
pada mesin sepeda motor yang memiliki ruang terbatas. Berikut adalah skema
CDI :

Gambar 2.1. Skema CDI

Sesuai namanya, sistem pengapian CDI menggunakan Kapasitor sebagai


komponen utama. Kapasitor berfungsi untuk menyimpan arus yang kemudian
dilepaskan ke ignition coil.

2.2. Jenis CDI

Sistem pengapian CDI ada dua macam, yaitu ;

1. Sistem CDI AC
Sistem ini menggunakan tegangan utama yang bersumber dari spul atau
altenator mesin. Altenator akan menghasilkan arus bolak-balik atau AC
yang kemudian digunakan untuk pengapian CDI. Namun sebelum masuk ke
Kapasitor, ada komponen dioda yang berfungsi mengubah arus tersebut
menjadi searah (DC).

2. Sistem CDI DC

Skema pengapian CDI DC juga sama persis, hanya saja pada CDI unit tidak
diperlukan lagi komponen rectifier. Karena arus listrik yang dipakai itu
berasal dari output kiprok yang sudah disearahkan (DC).

Sehingga meski memiliki nama berbeda, dua macam pengapian ini


memiliki komponen dan rangkaian yang sama.

2.3. Perbedaan Pengapian CDI dengan pengapian lain


Perbedaan pengapian CDI dengan pengapian lain ;

 Sistem pengapian CDI menggunakan metode pengaliran arus betegangan


tinggi untuk menghasilkan output yang lebih besar. Sementara pengapian
biasa, menggunakan metode pemutusan arus.
 Sistem ini memiliki tingkat keawetan yang lebih baik, karena tidak ada
komponen yang bergesekan sehingga minim untuk melakukan penyetelan.

2.4. Cara Kerja Pengapian CDI Sepeda motor

Pengapian CDI memiliki dua jenis berdasarkan sistem kontrol. Pada CDI versi
sederhana, keberadaan platina masih kita temukan. Namun platina dalam hal ini
bukan berperan sebagai pemutus arus primer melainkan sebagai pengalih arus
Kapasitor. Untuk CDI versi lebih modern, keberadaan platina digantikan dengan
pulse igniter yang akan mengirimkan sinyal PWM sesuai timing mesin.
Cara kerja pengapian CDI adalah, saat kunci kontak berada pada posisi
ON, akan terjadi aliran arus dari baterai CDI unit. Sebelum masuk ke CDI unit,
arus baterai akan melewati converter. Tujuanya untuk menaikan tegangan dari
baterai hingga 300 Volt.

Dalam hal ini mesin belum menyala karena pick up coil belum mengirimkan
sinyal PWM yang berisi perintah untuk melakukan discharging. Sehingga dalam
fase ini, arus dari baterai masih tertahan didalam Kapasitor.
Advertisement

Bagaimana dengan pengapian AC ? kalau untuk CDI AC, karena arus listrik
berasal dari spul maka saat kunci kontak ON tidak ada aliran listrik masuk ke CDI
unit karena spul tidak akan menghasilkan arus listrik kalau mesin belum hidup.

Saat ini (kunci kontak ON), juga belum terjadi induksi pada ignition coil karena
kumparan pada ignition coil belum terhubung dengan arus utama.

Saat mesin mulai berputar, maka pick up coil akan mengirimkan sinyal PWM
dengan frekuensi sesuai RPM mesin. Sehingga terdapat pulse dengan frekuensi
tertentu yang dikirimkan ke SCR.

Saat SCR mendapatkan triger dari pulse igniter, SCR akan mengalihkan arus
Kapasitor. Rangkaian dari baterai akan terputus dan rangkaian dari Kapasitor akan
terhubung dengan ignition coil.

Saat Kapasitor terhubung dengan ignition coil, tegangan didalam Kapasitor


langsung mengalir dengan cepat menuju kumparan primer pada ignition coil.
Sehingga akan timbul kemagnetan pada kumparan primer secara tiba-tiba. Karena
tegangan dari Kapasitor mencapai 300 Volt, maka kemagnetan yang dihasilkan
juga lebih besar.

Kemagnetan itu akan menginduksi kumparan sekunder sehingga akan


menghasilkan output tegangan hingga 7 kali lebih besar. Output dari kumparan
sekunder selanjutnya dikirimkan ke busi untuk menimbulkan percikan.

Saat SCR tidak mendapatkan triger, maka arus baterai kembali terhubung untuk
mengisi Kapasitor. Dan proses ini berlangsung sangat cepat. Karena triger yang
dikirimkan pulse igniter hanya berlangsung dalam satuan mili second.

Untuk keperluan pemajuan pengapian, diatur oleh rotor pada pulse igniter. Rotor
akan menyesuaikan putaran berdasarkan RPM dan beban mesin sehingga triger
dari pulse igniter bersifat siap pakai.

2.5. Komponen Sistem Pengapian CDI Dan Fungsinya


Meski memiliki perbedaan prinsip kerja, sistem pengapian model CDI masih
menggunakan beberapa komponen yang sama seperti pengapian biasa. Yaitu;
1. Baterai
Berfungsi untuk menyediakan arus awal untuk mengisi Kapasitor.
2. CDI unit

Didalam komponen CDI unit terdapat beberapa komponen yang saling


terintegrasi antara lain dioda, resistor, thrysistor dan Kapasitor. Komponen
Kapasitor menjadi komponen utama dalam sistem ini. Kapasitor adalah komponen
elektronika yang mampu menyimpan arus dalam voltase besar dan dapat
disalurkan ke komponen elektrika. Fungsi ini layaknya baterai namun dalam
bentuk lebih kecil.

Di dalam CDI unit juga terdapat komponen SCR yang berfungsi mengatur aliran
arus Kapasitor sesuai pulse yang dikirimkan oleh pulse igniter.

3. Voltage Converter
fungsi converter berfungsi untuk menaikan tegangan listrik dari baterai untuk
pengisian Kapasitor. Converter bekerja seperti trafo step up yang akan menaikan
tegangan primer 12 Volt menjadi 200 - 300 Volt. Tegangan ini akan digunakan
untuk pengisian Kapasitor.
4. Pulse Igniter/Pick up coil

Pulse igniter adalah komponen yang akan mengirimkan trigger berupa sinyal
PWM, yang mengindikasikan timing pengapian. Sinyal dari Pulse Igniter akan
digunakan untuk menentukan kapan waktu discharge dari Kapasitor didalam CDI
unit.

Pulse igniter bekerja dengan prinsip perpotongan garis gaya magnet melalui
magnet permanen dan rotor bergerigi. Saat gerigi pada rotor itu memotong Garis
gaya magnet, maka akan timbul pulse dengan frekuensi sesuai dengan kecepatan
rotor.

5. Ignition Coil

Ignition coil berfungsi untuk mengubah tegangan listrik dari 12 Volt menjadi 20
KV atau lebih agar terjadi percikan api pada busi. Ignition Coil bekerja seperti
trafo step-up yang menggunakan prinsip induksi elektromagnetik. Untuk
selengkapnya, bisa baca cara kerja ignition coil.

6. Busi
Fungsi busi adalah untuk memercikan bunga api.

Busi dapat memercikan bunga api karena ada celah antara elektroda dan masa.
Celah itu kurang dari 1 mm sehingga saat elektroda busi dialiri listrik dengan
tegangan mencapai 20 KV otomatis akan timbul percikan. Percikan tersebut
dikarenakan arus pada elektroda akan selalu mendekati masa.
Cara kerja sistem CDI DC
Cara kerja sistem CDI DC yaitu pada saat kunci kontak On dan mesin
belum hidup maka rotor magnet (fly wheel di sepeda motor) tidak berputar
sehingga tidak akan ada signal yang dihasilkan oleh pick up coil sehingga
sistem pengapian CDI belum bekerja.
Ketika mesin dihidupkan, maka akan dihasilkan signal tegangan
pulsa oleh pick up coil yang akan digunakan sebagai pemicu atau trigger ke
penguat tegangan dan SCR. Arus dari baterai akan mengalir ke fuse dan
melewati kunci kontak kemudian ke penguat tegangan yang berada di CDI
unit yang nantinya tegangan dari baterai sebesar 12 DC volt akan dinaikkan
tegangannya menjadi sekitar 100 sampai 400 AC volt (degan cara induksi
listrik) dan kemudian disearahkan melalui dioda sehingga menjadi
tegangan 100 sampai 400 DC volt. Tegangan dari penguat tegangan
kemudian dikirimkan ke Kapasitor untuk disimpan sementara.
Akibat mesin hidup maka akan menghasilkan tegangan pulsa dari
pick up coil untuk mengaktifkan SCR sehingga akan memicu Kapasitor
untuk mengalirkan arus yang tersimpan di dalam Kapasitor untuk dikirimkan
kekumparan primer coil pengapian.
Ketika arus yang menuju ke kumparan primer ini diputus, maka akan
terjadi induksi listrik mutual pada kedua kumparan, baik pada kumparan
primer maupun kumparan sekunder. Pada kumparan sekunder di koil
pengapian akan dihasilkan tegangan tinggi yang nantinya tegangan tinggi
ini akan dikirim ke busi untuk menghasilkan pengapian pada busi (busi
menghasilkan bunga api) dan selanjutnya digunakan untuk membakar
campuran bahan bakar dan udara untuk menghasilkan pembakaran.
Pada sistem pengapian CDI, timbulnya bunga api pada busi (saat
pengapian) terjadi ketika pick up coil dilewati oleh tonjolan di rotor magnet,
sehingga untuk penyetelan saat pengapian dilakukan dengan penetapan
posisi dari pick up coil dan tidak memerlukan penyetelan kembali seperti
pada sistem pengapian konvensional dengan platina.
Pengajuan sistem pengapian ini terjadi secara otomatis, tergantung dari
putaran mesin. Semakin tinggi putaran mesin maka tegangan pulsa yang
dihasilkan oleh pick up coil juga semakin besar sehingga sistem pengapian
akan semakin maju.
Sistem pengapian CDI merupakan salah satu dari sistem pengapian
elektronik, dimana sistem pengapian ini sudah dilakukan secara elektronik
dan tidak dilakukan secara mekanik.
Sehingga cara kerja sistem pengapian CDI ini akan berbeda dengan
sistem pengapian konvensional yang menggunakan platina, namun tujuan
dari sistem pengapian ini sama-sama untuk menghasilkan percikkan bunga
api untuk melakukan proses pembakaran.
Sistem pengapian CDI ini banyak digunakan pada kendaraan
sepeda motor dewasa ini. Sistem pengapian CDI dibagi menjadi dua tipe
berdasarkan sumber arus yang digunakan yaitu sistem pengapian CDI AC
dan sistem pengapian CDI DC. Sistem pengapian CDI AC yaitu sistem
pengapian CDI yang menggunakan sumber arus bolak balik yang berasal
dari altenator (spul magnet), sedangkan sistem pengapian CDI DC yaitu
sistem pengapian CDI yang menggunakan sumber arus searah yang
berasal dari baterai (aki).
Cara kerja sistem CDI AC hampir sama dengan cara kerja sistem
pengapian DC. Pada kesempatan kali ini akan dibahas tentang cara kerja
sistem pengapian CDI AC.

Cara kerja sistem pengapian CDI AC

Pada saat mesin hidup maka rotor magnet (flywheel pada sepeda
motor) juga akan ikut berputar, sehingga akan timbul arus listrik pada
kumparan spul yang terletak di dalam rotor magnet. Tegangan yang
dihasilkan oleh alternator (spul magnet) ini sekitar 100 sampai 400 volt, arus
ini akan di salurkan langsung ke unit CDI AC.
Di dalam unit CDI AC arus ini akan diubah menjadi arus arus searah
oleh diode yang ada di dalam unit CDI AC yang kemudian arus ini akan
disimpan sementara oleh capasitor yang letaknya juga berada di dalam unit
CDI.

Anda mungkin juga menyukai