Anda di halaman 1dari 11

1.

Mencari satu contoh rencana strategis (renstra) bidang kesehatan (di internet
atau tempat kerja masing-masing).
Jawab :
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2016–2021
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)
adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode lima (5) tahun, yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah. Hal
ini sejalan dengan Pasal 25 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
54 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyusunan Renstra-SKPD berpedoman
pada RPJMD dan bersifat indikatif dan penyusunannya dilakukan bersamaan
dengan penyusunan RPJMD.
Renstra SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, merupakan
penjabaran dari visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
serta faktor–faktor penentu keberhasilan, yang penyusunannya sesuai dengan
tugas dan fungsi Dinas Kesehatan serta berpedoman pada RPJMD Kabupaten
Bantul.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum mengenai upayaupaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Tujuan atau agenda pembangunan adalah penerjemahan visi kedalam
tujuan-tujuan besar (strategic goals) yang dapat mempedomani dan
memberikan fokus pada penilaian dan perumusan strategi, kebijakan dan
program.
Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh
Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan. Sasaran (target) adalah hasil
yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu
kegiatan.
Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program dan terdiri sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua
jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Program dan kegiatan dalam
Renstra berpedoman pada permendagri 13 Tahun 2006.
Pagu indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana
kerja SKPD.
HUBUNGAN DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN
Hubungan antara Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul dengan dokumen perencanaan lain di tingkat kabupaten, provinsi dan
nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hubungan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-
2021 Kabupaten Bantul
RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021 merupakan dokumen
perencanaan berwawasan 5 tahun di tingkat Kabupaten Bantul yang
menjadi acuan utama dalam menyusun Rencana Strategis Dinas
Kesehatan. Penyusunan RPJMD dan Renstra Dinas Kesehatan dilakukan
secara bersamaan.
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menyiapkan Rancangan Awal
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021 sesuai
dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada Rancangan
Awal RPJMD Kabupaten Bantul;
b. Rancangan Awal Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menjadi
input bagi Bappeda Kabupaten Bantul untuk memutakhirkan
rancangan RPJMD Kabupaten Bantul;
c. Rancangan RPJMD Kabupaten Bantul dibahas dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJMD Kabupaten Bantul;
d. Hasil Musrenbang tersebut digunakan dalam penyusunan Rancangan
Akhir RPJMD Kabupaten Bantul;
e. Rancangan Akhir RPJMD Kabupaten Bantul digunakan sebagai
pedoman dan acuan bagi SKPD Kabupaten Bantul dalam
pemutakhiran Rancangan Renstra SKPD dan menjadi Rancangan
Akhir Renstra SKPD, termasuk diantaranya adalah Rancangan Akhir
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul;
f. Pada tahap akhir, Rancangan Akhir RPJMD Kabupaten Bantul
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berpedoman pada Peraturan
Daerah tentang RPJMD Kabupaten Bantul maka SKPD Kabupaten
Bantul menetapkan Rancangan Akhir Renstra SKPD menjadi Renstra
SKPD.
Selanjutnya Renstra SKPD menjadi landasan maupun pedoman bagi
penyusunan Renja SKPD.
2. Hubungan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dengan
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas
Kesehatan Kabupaten Bantul merupakan dokumen perencanaan tahunan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul yang disusun sebagai derivasi Renstra
dan memuat rencana kegiatan pembangunan tiap tahun yang dilengkapi
dengan formulir kerangka anggaran. Tahap penyusunan Renja Dinas
Kesehatan sebagai berikut :
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menyiapkan Rancangan Awal
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sesuai
dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada Rancangan
Awal RKPD Kabupaten Bantul dan mengacu pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul melalui Forum SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul;
b. Rancangan Awal Renja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menjadi
input bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk memutakhirkan
Rancangan Awal RKPD Kabupaten Bantul menjadi Rancangan
RKPD;
c. Rancangan RKPD Kabupaten Bantul dibahas dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Bantul;
d. Hasil Musrenbang Kabupaten Bantul digunakan dalam penyusunan
Rancangan Akhir RKPD Kabupaten Bantul;
e. Rancangan Akhir RKPD Kabupaten Bantul digunakan sebagai
pedoman dan acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dalam
pemutakhiran Rancangan Renja menjadi Renja Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul.
3. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan merupakan penjabaran
teknis bidang kesehatan atas RPJMN. Dokumen perencanaan tersebut
merupakan dokumen perencanaan teknis bidang kesehatan yang memuat
arah kebijakan pembangunan kesehatan dan indikasi rencana program
kegiatan bidang kesehatan di setiap fungsi pemerintahan untuk jangka
waktu 5 tahunan. Dokumen Rencana Strategis tersebut menjadi acuan bagi
penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
4. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi DIY
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi DIY merupakan
penjabaran teknis bidang kesehatan atas RPJMD Propinsi DIY. Dokumen
perencanaan tersebut merupakan dokumen perencanaan teknis bidang
kesehatan yang memuat arah kebijakan pembangunan kesehatan dan
indikasi rencana program kegiatan bidang kesehatan untuk jangka waktu 5
tahunan. Dokumen Rencana Strategis tersebut juga menjadi rujukan dalam
penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Keberadaan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul ini dengan
sistem perencanaan pembangunan merupakan bagian yang utuh dari
manajemen kerja pembangunan kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan
dalam menjalankan agenda pembangunan kesehatan yang telah tertuang
dalam dokumen-dokumen perencanaan. Gambaran tentang hubungan
antara Rencana Strategis dalam kaitannya dengan sistem perencanaan
pembangunan maupun dengan sistem keuangan, sebagai berikut:
Gambar 1. Sistem Perencanaan Bangunan
2. John Q

3. Apa persoalan-persoalan SDM dibeberapa artikel, jurnal.


Jawab :
a. Berdasarkan Jurnal yang diteliti oleh Mujiati dan Yuyun Yuniar (Media
Litbangkes, Vol. 26 No. 4, Desember 2016, 201–210) yang berjudul
“Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan
Kabupaten-Kota di Indonesia” berisikan tentang Pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menimbulkan berbagai dampak,
termasuk meningkatnya jumlah kunjungan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), sehingga dibutuhkan sumber daya manusia (SDM)
kesehatan yang memadai. Tujuan penelitian adalah untuk memberi
gambaran tentang ketersediaan SDM kesehatan di FKTP dalam era JKN.
Jenis penelitian adalah kuantitatif-kualitatif dengan pendekatan cross
sectional. Pengumpulan data dengan wawancara dan round table
discussion. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di 8 kabupaten/kota
yaitu Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kota Tangerang
Selatan dan Kabupaten Serang (Banten), Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Bantul (DIY), serta Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah).
Informan yaitu pimpinan/wakil institusi puskesmas, klinik, dan praktik
dokter serta dinas kesehatan kabupaten/kota. Analisa data kuantitatif
dilakukan secara deskriptif dan analisa data kualitatif dengan content
analysis. Puskesmas di 8 kabupaten/kota belum seluruhnya memiliki SDM
kesehatan sesuai Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014, namun dokter
umum, bidan dan perawat telah tersedia di seluruh puskesmas meskipun
dengan jumlah yang masih kurang. Kecuali Kabupaten Bogor, jumlah
tenaga medis di seluruh klinik sudah sesuai Permenkes RI Nomor 9 Tahun
2014, namun jenis SDM kesehatan lain masih banyak yang belum tersedia.
Sedangkan di seluruh praktik dokter, SDM kesehatan yang paling banyak
tersedia yaitu dokter umum dan perawat. Terdapat perubahan dalam
perencanaan pengadaan SDM di daerah sesudah JKN, peningkatan beban
kerja dan jam kerja, sehingga diperlukan perencanaan dan pengadaan
SDM berbasis kebutuhan.
b. Berdasarkan jurnal yang diteliti oleh Erliyan Redy Susanto dan Ferdy
Ramadhan (Jurnal Tekno Kompak, Vol. 11, No. 2, 2017, 55-60. ISSN
1412-9663) yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Berbasis Web
Perizinan Praktik Tenaga Kesehatan Menggunakan Framework
Codeigniter Pada Dinas Kesehatan Kota Metro” berisikan tentang berbagai
permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan dijumpai di
daerah-daerah di era desentralisasi, seperti masih rendahnya mutu tenaga
kesehatan dan kesesuaian antara kompetensi dengan tuntutan
pekerjaannya, juga kurangnya jumlah SDM kesehatan di daerah pedesaan.
Tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah maupun lembaga
kesehatan. Tujuan adanya perizinan praktik tenaga kesehatan untuk
memenuhi kualitas dan menyamaratakan standar tenaga kesehatan di
seluruh Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem yang dapat
mempermudah tenaga kesehatan dalam memproses perizinan praktik
tenaga kesehatan. Salah satunya membuat aplikasi berbasis web untuk
perizinan praktik tenaga kesehatan yang bertujuan dapat meningkatkan
kinerja Dinas Kesehatan Kota Metro dalam melayani perizinan praktik
tenaga kesehatan. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah
metode extreme programming menurut Pressman (2002). Perancangan
aplikasi dibuat berdasarkan Use Case Diagram, Activity Diagram, dan
Class Diagram. Sedangkan Framework yang digunakan dalam pembuatan
aplikasi web ini adalah Codeigniter. Metode pengujian yang digunakan
adalah Blackbox Testing. Hasil pengujian admin oleh 4 (empat) orang
staff perizinan menunjukan bahwa aplikasi dapat melakukan semua
fungsinya dengan benar sehingga kualitas perangkat lunak 100% valid.
Hasil pengujian sekretariat oleh 2 (dua) orang sekretariat menunjukan
bahwa aplikasi dapat melakukan semua fungsinya dengan benar sehingga
kualitas perangkat lunak 100% valid. Hasil pengujian pemohon atau
tenaga kesehatan yang diwakili oleh 4 (empat) orang staff perizinan
menunjukan bahwa aplikasi dapat melakukan semua fungsinya dengan
benar sehingga kualitas perangkat lunak 100% valid. Berdasarkan hasil
dari beberapa pengujian yang telah dilakukan menunjukan bahwa aplikasi
layak digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Metro untuk meningkatkan
kinerja dalam memproses perizinan praktik tenaga kesehatan.
c. Berdasarkan jurnal yang diteliti oleh Ika Widiastuti (Public Inspiration,
Jurnal Administrasi Public, ISSN 2581-2378) yang berjudul “Pelayanan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Jawa Barat”
berisikan tentang Peningkatan kualitas pelayanan publik pada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Jawa Barat sangatlah
penting agar dapat meningkatkan kepuasan terhadap masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, sistem serta harga
yang terjangkau. Cita-cita awal pelaksanaan BPJS Kesehatan adalah agar
masyarakat bisa terlayani dengan baik di puskesmas namun masih terdapat
permasalahan yang harus dibenahi. Tujuan penulisan adalah 1) untuk
mengetahui dan membahas pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan di Jawa Barat, 2) mengumpulkan informasi serta
mengembangkan konsep pelayanan BPJS kesehatan di Jawa Barat.
Metode penulisan ini adalah kajian kepustakaan dengan pendekatan
deskriptif dan eksploratif. Dapat disimpulkan bahwa 1) Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. 2) terdapat permasalahan yang harus dibenahi
baik berupa sistem, prosedur, SDM (tenaga medis), maupun sarana
prasarana serta belum menerapkan prinsip responsivitas terhadap
kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
publik bidang kesehatan di Jawa Barat, 3) pelayanan bidang kesehatan
belum memenuhi standar pelayanan publik yang baik, akses masyarakat
untuk mendapatkan manfaat pelayanan sangat terbatas, masyarakat belum
bisa mendapatkan pelayanan disemua fasilitas kesehatan. Kata kunci:
pelayanan, BPJS, kesehatan.
d. Berdasarkan jurnal yang diteliti oleh Suci Pujiati (HEARTY Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol.6 No.2 2018, ISSN. 2620-7869) yang berjudul
“Pemetaan Masalah Dan Penentuan Prioritas Program Kesehatan Pada
Masyarakat Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon”
berisikan tentang pemetaan masalah kesehatan merupakan upaya yang
dilakukan untuk melihat besarnya masalah serta penentuan program dan
prioritas kesehatan yang dapat diaplikasikan pada suatu lokasi melalui
upaya-upaya pemerintah, swasta maupun organisasi untuk memperbaiki
dan meningkatkan taraf hidup, kualitas kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Tujuan penelitian untuk melukiskan gambaran umum kondisi
masyarakat, potensi, masalah dan kebutuhan yang ada pada lingkup sosial
sehingga bisa dihasilkan prioritas kebutuhan dan program kesehatan yang
perlu dijalankan. Metode Penelitian deskriptif pendekatan kualitatif selama
4 bulan, melibatkan 30 informan. Sumber data penelitian menggunakan
teknik sampling non probalita, yaitu dengan purposive sampling dan
snowball sampling. Analisa data melalui survey lapangan dengan 2 teknik
yaitu wawancara dan observasi. Penentuan prirotas masalah berdasarkan
metode Delbeqc. Hasil penelitian, ditemukan 3 masalah yang ditemukan
terkait bidang kesehatan yaitu, jumlah SDM Kesehatan masih kurang,
kondisi Posyandu dan Polindes yang banyak mengalami kerusakan, serta
perilaku masyarakat yang masih menggunakan sungai untuk aktivitas
mandi, cuci, kakuks (MCK). Kesimpulan dari hasil pembobotan masing-
masing masalah kesehatan yang ada berdasarkan kriteria Delbeqc
diperoleh tiga prioritas utama yang bisa diterapkan yaitu revitalisasi
poliklinik desa dan posyandu, penyediaan MCK umum sarana air bersih
serta penambahan jumlah dan peningkatan pelatihan bagi tenaga
kesehatan.
e. Berdasarkan atikel penelitian yang diteliti oleh Alfi Rudiman, Hardisman,
dan Ikhsan Yusda yang berjudul “Analisis Kebutuhan Lembaga Bantuan
Hukum Kesehatan Di Kota Padang Tahun 2018” berisikan tentang
pengaduan persoalan kesehatan di Kota Padang dalam beberapa tahun
terakhir menunjukkan peningkatan. Hal tersebut berarti semakin
tumbuhnya kesadaran hukum di masyarakat akan penting pelayanan
kesehatan yang baik dan dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor kebutuhan
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) kesehatan berdasarkan kerangka sistem
meliputi: Input, Proses, Output dan Outcome terhadap 11 lembaga/institusi
yang terdiri dari: Dinas Kesehatan Kota Padang, Ombudsman, Lembaga
Bantuan Hukum yang telah memberikan pelayanan bantuan hukum gratis,
lima organisasi profesi kesehatan (IDI, PDGI, IBI, PPNI, IAKMI). Jenis
penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan
sistem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan pelaksanaan
penanganan pengaduan persoalan kesehatan oleh Lembaga Bantuan
Hukum sampai saat ini belum ada. Outcome penelitian ini ialah mayoritas
informan mengatakan penting adanya LBH Kesehatan dengan melibatkan
tenaga kesehatan dalam pelaksanananya. Keberadaan LBH kesehatan akan
bermafaat bagi organisasi profesi kesehatan, masyarakat, asuransi dan
lain-lain. Hambatan pelaksanaan LBH kesehatan ialah kurangnya minat
SDM kesehatan untuk turut serta dalam proses penanganan hukum
kesehatan dan masih minimnya kesadaran masyarakat yang berkaitan
dengan hukum kesehatan.

4. Lakukan analisis terhadap artikel, jurnal yang membahas tentang logistik


kesehatan. Apa permasalahan yang ditemukan dalam penelitian tersebutdan
apa solusi penyelesaiannya yang digambarkan oleh penulis (tuliskan judul
artikel, nama jurnal/vol/nomor dan link jurnalnya).
Jawab :
Berdasarkan jurnal yang diteliti oleh Asmiita Sinadia, Marten Kimbal, dan
Gustaf Undap yang berjudul “Peran Dinas Kesehatan Dalam Penyediaan
Logistik Di Puskesmas Kecamatan Manganitu”
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/21131/208
41, Jurnal Eksklusif, Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan Volome 1 No. 1
Tahun 2018, ISSN : 2337 – 5736). Permasalahan dalam penelitian ini dapat
dianalisis bahwa kurangnya ketersediaan bahan logistik berupa obat-obatan
dan bahan medis habis pakai, hal inilah yang membuat banyak pengeluhan
dari masyarakat, masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan yang layak
tetapi masih mengeluh karena terbatasnya logistik kesehatan, puskesmas
dengan fasilitas yang kurang memadai seperti ini tidak dapat berbuat lebih
terhadap masyarakat. Berdasarkan masalah yang ada maka peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif, untuk mendapatkan hasil yang
akurat. Berdasarkan metode tersebut, maka hasil penelitian disimpulkan
bahwa prasarana seperti gedung, ATK, dan kendaraan dinas sudah mengalami
peningkatan akan tetapi dibagian sarana masih belum memadai, karena
puskesmas sering kehabisan bahan logistik,seperti obat-obatan dan bahan
medis habis pakai. Yang diakibatkan oleh anggaran dana yang terlambat cair,
dan sering tejadi keterlambatan dalam pengiriman bahan logistik kesehatan.
Dengan kondisi yang ada sekarang ini, solusinya adalah maka pemerintah
melalui instansi yang bergerak di bidang kesehatan yaitu Dinas Kesehatan
harus meningkatkan pelayanan ke puskesmas dalam hal pengadaan logsitik
kesehatan agar pelayanan sistem pelayanan kesehatan di puskesmas tidak
mengalami kendala dan puskesmas dapar dipercaya oleh masyarakat sebagai
pusat kesehatan masyarakat yang handal dan bermutu dalam melayani pasien-
pasiennya.

5. Berikan salah satu contoh usulan pemasaran yang dilakukan agar masyarakat
tertarik mensukseskan program kesehatan

Anda mungkin juga menyukai