Di Susun Oleh:
Jundillah Alkairi (160303009)
M.Andrian Safitrah (180303055)
Khalis Akbar (180303030)
Fauzialdi Ibrahim (180303002)
Dosen pembimbing:
Misnawati, S.Ag, M.Ag, Ph.D.
PENDAHULUAN
Secara definitif tanah bisa diartikan sebagai media tumbuh tanaman, secara
kimiawi tanah didefinisikan sebagai gudang penyimpanan dan penyuplai unsur hara,
secara biologis, tanah merupakan habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat- zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan.1
Di dalam Al-Qur’an, tanah disebutkan sebagai mustaqar, tempat hunian
dimana manusia menetap selama hidupnya di dunia. Tidak sekedar itu, tanah adalah
tempat manusia berasal, tempat manusia berpijak, dan tempat manusia kembali dalam
kematiannya. Dari tanah pula tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, dan sejumlah hewan
hidup dan berkembang biak. Dengan demikian, tanah sangat penting bagi kehidupan
manusia, tidak saja karena sebagian makanan berasal, tetapi tanah juga bisa
digunakan sebagai alat bersuci untuk kepentingan ibadah dan sumber air keluar.
Bumi didalam Al-Qur’an disebut sebagai mata’ tempat yang memberikan
kenyamanan bagi manusia selama tidak diotak-atik oleh tangan jail manusia yang
serakah. Disebut sebagai tempat kenyamanan (mata’) karena bumi menyediakan
segala kebutuhan hidup yang akan menjamin kelangsungan hidup manusia. Bumi
dengan segala isinya semuanya diangkat menjadi pembicaraan Al-Qur’an supaya
mendapatkan perhatian yang serius dari manusia. Dari bumilah kebutuhan makan,
minum, sandang, pangan, dan segala kehidupan yang lain, termasuk minyak bumi dan
tambang-tambangnya, bisa digali dan diperoleh. Semua ini adalah nikmat Allah yang
mendukung keberlangsungan hidup manusia dan kehidupan dimuka bumi.
1
Rachman Susanto, Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2005), hlm.24.
BAB II
PEMBAHASAN
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)
bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.2
2) Fungsi Tanah
2
Ir Ni Gusti Ketut Roni, Tanah Sebagai Media Tumbuh (Fakultas Peternakan Universitas
Udayana, 2015), h. 6.
3) Dua Pemahaman Penting tentang Tanah:
Dalam kitab suci Al-Qur’an, ungkapan mengenai tanah banyak ditemukan dalam
berbagai bentuk kata dan makna. Tanah disebut dengan Turab, Ath-thiin, dan al-ardh.
Kemudian, arti tanah pun meluas sesuai dengan konteksnya. Dalam Al-Qur’an yang
berarti dengan tanah ada tujuh kata, namun tidak semuanya bermakna denotasi. Di
dalam Mu’jam Mufahros kata yang berkaitan dengan tanah disebutkan sebagai
berikut: kata صلصالdisebutkan dalam Qs. Al-Hijr (15): 26, 28, 33, Qs. Ar-Rahman
(55): 14.4 Kata جّيلH سterdapat dalam Qs. Hud (11) : 82, Qs. Al-Hijr (15): 74, Qs. Al-
Fiil (105): 4.5 Kata جرزterdapat dalam Qs. As-Syajadah (33): 27, Qs. Al-Kahfi (18):
8.6 Kata بلدterdapat dalam Qs. Ali- Imran (3): 196, Qs. Ghofir (40): 4, Qs. Qaf (50):
36, Qs. Al-Fajr (89): 8, 11, Qs. Al-Furqan (25): 49, Qs. An-Naml (27): 91, Qs. Saba
(34): 15, Qs. Az- Zuhruf (43): 11, Qs. Qaf (50): 11 7 Kata أرضdisebutkan sebanyak
120 kata di dalam Al-Qur’an8 Kata ترابdisebutkan dalam Qs. Ar-Radhu (13): 5, Qs.
Al-Baqarah (2): 264, Qs. Ali-Imran (3): 59, Qs. An-Nahl (16): 59, Qs. Al-Kahfi (18):
37, Qs. Al-Haj (22): 5, Qs. Ar-Rum (30): 20, Qs. Fatih (35): 11, Qs. Ghafir (40): 67,
Qs. Al-Mu’minun (23): 35, 82, Qs. An-Naml (27): 67, Qs. As-Sofa (37): 16, 53, Qs.
Qaf (50): 3, Qs. Al-Waqiah (56): 47, 37, Qs. An-Naba (78): 40, 33, Qs. Sad (38): 52,
3
Dr. Ir. Abimanyu Dipo Nusantara, Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Universitas Bengkulu Fakultas
Pertanian, 2016), h. 3.
4
M. Fuad Abdul Al-Baqi, Mu’jam Mufahras li al-Faz al-Qur’an al-karim (Kairo: Darul
Kutub, 1942), h. 412.
5
Ibid. h. 345.
6
Ibid. h. 166.
7
Ibid. h. 134.
8
Ibid. h. 26-32.
Qs. At-Thariq (86): 7, Qs. Al-Balad (90): 16. 9 Kata طينdi sebutkan dalam Qs. Ali-
Imran (3): 49, Qs. Al-Maidah (5): 110, Qs. Al-An’am (6): 2, Qs. Al-A’raf (7): 12, Qs.
Al-Mu’minun (23): 12, Qs. Qasas (28): 38, Qs. As-Syajadah (32): 7, Qs. As-Sofat
(37): 11, Qs. Sad (38): 71, 76, Qs. Az-Zariat (51): 33, Qs. Al-Isra (17): 61.10
Kata لّلH صmakna asli dari kata الصلصلadalah gaungan suara yang timbul dari
sesuatu yang kering. Dari sinilah dikatakan ص ّل المسمارartinya paku itu berdenting.
Dan tanah liat yang kering dinamakan صلصال. Seperti firman Allah dalam Qs. Ar-
Rahman (55): 14 dan Qs. Al-Hijr (15): 26. Sedangkan kata الصلصلةartinya adalah sisa
air. Dan dinamakan demikian karena menggambarkan suara yang ditimbulkan ketika
bergerak kedalam زادةHH( مtempat air yang dibawa untuk bepergian). Ada yang
berpendapat bahwa arti dari kata الصّ لصالadalah tanah liat yang berbau busuk, yakni
diambil dari ucapan orang arab ( اللّحم ص ّلdaging itu berbau busuk). Dan mereka juga
mengatakan bahwa kata الصّلصالini aslinya adalah صلّلyang salah satu huruf lam-nya
diganti dengan shad. Pada ayat ke-10 surah As-sajdah, ada yang membacanya dengan
: أئدا صللناyang artinya apakah apabila kami membusuk dan berubah. Yakni di ambil
dari ucapan orang arab ص ّل اللّحمatau أص ّلartinya daging itu membusuk.11
Kata رزHH( جtandus), yakni yang tanamannya terpotong dari pangkalnya. أرض
مجروزة, yakni tanah yang tanamannya dimakan. الجروز, artinya adalah orang yang
makan diatas meja makan. Disebutkan dalam sebuah ungkapanانترض الHHرزه يةشHHأالبج
(wanita yang marah itu tidak akan puas kecuali dengan menumbangkannya). اHHالج
9
Ibid. h. 75.
10
Ibid. h. 433.
11
Ragib al-Asfahani. Al-Mufradat fi Garib al-Qur’an, jil. 1, (Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 2004), h. 483.
12
Ibid. h. 195.
ّ
ديدH رزالش , artinya adalah batuk yang sangat keras, yakni dengan menggambarkan
makna kering di dalamnya.13
Kata بلدatau البلدadalah sebuah tempat atau wilayah yang pempunyai batasannya
dimana di dalamnya terdapat orang-orang yang tinggal. Jamak dari kata البلدadalah بلّد
dan بلدان14
Thanthawi Jauhari menjelaskan ayat ini dalam tafsirnya bahwa, Allah telah
menggambarkan secara jelas di dalam surat al-Ra‘du ayat 4
13
Ibid. h. 383.
14
Ibid. h. 239.
15
Ibid. h. 54-55.
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun
,anggur
dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka
melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.
bahwa apakah orang orang muslim tidak heran dengan perhatian yang diberikan
Allah mengenai adanya keajaiban-keajabian di bumi dan langit, sebagaimana yang
Allah terangkan di dalam surah Yusuf dan surah al-Ra‘du yang menunjukkan
sebagian ilmu alam (fisika). Dan apakah perhatian ini seperti perumpamaan orang
yang menghadapkan wajahnya untuk berwudlu, jual beli, atau semacamnya. Setiap
perhatian di sana sangat sempurna, menunjukkan pemendekan, menunjukkan yang
pendek, dan menunjukkan kebatilan atau kebohongan. Kitab ini secara spesifik akan
membahas tentang keajaiban alam kemudian memerinci perkataan secara rinci,
seperti kewajiban berwudlu, air yang sudah tidak bisa mensucikan, dan lain
sebagainya. Dan menyusun kitab ini serta meluaskan pembahasan sehingga ketika
telah sampai kepada yang diinginkan atas perhatian Allah dalam ilmu kealaman
kemudian menarik manusia atas akibat yang ditimbulkan, mengapa? Tidakkah orang-
orang muslim meluruskan dan memperhatikan antara ayat demi ayat: apakah tanda-
tanda ini tidak ada di dalam al-Qur‘an? Apakah kalian melihat penjelasan yang
panjang dan lebar dalam kitab fiqih
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka
mandilah, dan jika kamu sakitatau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuhperempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur
dan telah menunjukkan setiap anggota dan perbatasannya dan dilakukan dengan baik,
tetapi apakah kalian tidak melakukannya dan melihat sebagaimana yang dicontohkan
dalam ayat tentang permasalahan bagian-bagian yang berdampingan, dan bagaimana
perbuatan Allah di dalamnya. Dan jika hal ini adalah yang menjadi masa depan Islam
dan umat-umat muslim, akan mengambil bagian mereka dari ilmu yang tidak di
antara tempat ini, maka ia mengatakan telah mengutip dari buku ringkasan filsafat:
Dalam menjelaskan ayat ini, bahkan Thanthawi juga menerangkan secara sangat luas.
Menafsirkan bahwa bagianbagian yang berdampingan tersebut dengan sangat
komprehensif. Ia mengatakan, sesungguhnya ada permukaan bumi terdapat beberapa
bagian, di antaranya, pegunungan, laut, gurun, dan ladang tumbuhan.
Dan keempat, pegunungan yang dengan udara lembut, yang selalu meniup
mereka atau pada waktu-waktu tertentu, seperti gunung es yang terdapat di
Damaskus. Pegunungan ini ketika bersalju di atasnya, ketika mencair hancur menjadi
potongan-potongan uap, yang kemudian naik ke atmosfer sehingga melembutkan
udara.
a) Pohon kurma dan pisang tidak akan tumbuh kecuali di tempat yang panas, dan
tanahnya lunak.
b) Pohon kenari, kecambah, kacang-kacangan, dan pepohonan yang
semacamnya tidak akan tumbuh kecuali di tanah yang dingin.
c) Kemiri dan pohon dulb tidak bisa tumbuh kecuali di alam liar dan gurun.
d) Alang-alang dan pohon shafshaf tidak dapat tumbuh kecuali di daerah
pinggiran sungai.16
Penafsiran yang seperti ini sangat berbeda dengan penafsiran mufassir lain. Ini
tidak lain karena beliau memang mufassir yang concern di bidang ilmu pengetahuan,
sehingga penafsirannya pun demikian indahnya.
16
Thanthawi Jauhari, Al-Jawāhir fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-Karīm, Jilid IV, Juz VII, (Beirut: Dar
al-Fikr, 1350 H), h. 87-88
Artinya: “Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam
tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?" Bahkan mereka
ingkar akan menemui Tuhannya”. (QS. As Sajdah: 10)
( َوقَالُ ٓو ۟اDan mereka berkata) orang-orang yang ingkar akan adanya hari berbangkit:
(“Apakah bila kami telah lenyap di dalam tanah) yakni kami telah hancur di
dalamnya, misalnya kami telah menjadi debu yang bercampur dengan tanah asli
(kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?”) kata tanya di sini
mengandung makna ingkar; lafal Ayat ini boleh dibaca tahqiq dan boleh pula dibaca
tashil. Maka Allah swt. berfirman: (Bahkan mereka terhadap hari pertemuan dengan
Rabbnya) yaitu hari berbangkit (adalah orang-orang yang ingkar).17
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah
Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
17
Al- Mahalli, Imam Jalaluddin dan as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun Abubakar.
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007).
(tidaklah mengeluarkan) tanamannya (kecuali tumbuh merana) sulit dan susah
tumbuhnya. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang kafir. (Demikianlah)
seperti apa yang telah Kami jelaskan (Kami menjelaskan) menerangkan (ayat-ayat
Kami kepada orang-orang yang bersyukur) terhadap Allah, kemudian mereka mau
beriman kepada-Nya.18
Tanah yang baik, tanamannya tumbuh subur dan hidup dengan izin Allah.
Dan tanah yang tidak subur, tidak menghasilkan kecuali sedikit tanaman yang tidak
berguna, bahkan menjadi penyebab kerugian pemiliknya.19
Yakni tanah yang baik mengeluarkan tetumbuhannya dengan cepat dan subur.
Seperti yang disebut dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
Menurut Mujahid dan lain-lainnya, tanah yang tidak subur ialah seperti tanah
yang belum digarap dan belum siap untuk ditanami, serta tanah lainnya yang tidak
dapat ditanami.
18
Syekh Ahmad Shawi, Hasyiyah as-Shawi ‘Ala Tafsir Jalalain, (Surabaya:Darul Ilmu, 2018)
hlm,98.
19
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm, 63.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna ayat ini, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk
menggambarkan keadaan orang mukmin dan orang kafir.
ْ عَن،َ عَنْ أَبِي بُ ْر َدة،ِ سا َمةَ عَنْ بُ َريد ْب ِن َع ْب ِد هَّللا َ ُ َح َّدثَنَا َح َّما ُد بْنُ أ، َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ا ْل َعاَل ِء:ي ُّ قَا َل ا ْلبُ َخا ِر
، " َمثَ ُل َما بَ َعثَنِي هَّللا ُ بِ ِه ِمنَ ا ْل ُهدَى َوا ْل ِع ْل ِم:سلَّ َم
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ ِ سو ُل هَّللا ُ قَا َل َر: قَا َل،ُض َي هَّللا ُ َع ْنه ِ َر،سى َ أَبِي ُمو
َو َكانَتْ ِم ْن َها أَ َجا ِد َب.ْب ا ْل َكثِي َر َ ت ا ْلكَأَل َ َوا ْل ُعش
ِ َ فَأ َ ْنبَت،ت ا ْل َما َء
ِ َ فَ َكانَتْ ِم ْن َها نَقِيَّةٌ قَبِل،ضا ً اب أَ ْر َ ص َ َث ا ْل َكثِي ِر أِ َك َمثَ ِل ا ْل َغ ْي
إِنَّ َما ِه َي قِي َعانٌ اَل،طائِفَةً أُ ْخ َرى
َ اب ِم ْن َها
َ صَ َ َوأ.سقَ ْوا َو َز َرعُوا َ َ ف،اس
َ ش ِربُوا َو َ َّ فَنَفَ َع هَّللا ُ بِ َها الن،ت ا ْل َما َء َ أَ ْم
ِ س َك
َو َمثَ ُل َمنْ لَ ْم يَ ْرفَ ْع بِ َذلِ َك، فَ َعلم َو َعلَّم،س ُك َما ًء َواَل تَ ْنبُتُ فَ َذلِ َك َمثَ ُل َمنْ فَقُه ِفي ِدي ِن هَّللا ِ َونَفَ َعهُ َما بَ َعثَنِي هَّللا ُ بِ ِه ِ تُ ْم
ً َر ْأ
ِ َولَ ْم يَ ْقبَل ُهدَى هَّللا ِ الَّ ِذي أُ ْر.سا
س ْلتُ ِب ِه
Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari
Abu Usamah (yaitu Hammad ibnu Usamah) dengan lafaz yang sama.20
20
Al-A’raf: 58 - Tafsir Ibnu katsir. Jilid 3, hlm, 398.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah sebagai tempat tumbuh dan
penyedia kebutuhan tanaman, dan Tanah juga berfungsi sebagai pelindung
tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun
limbah industri yang berbahaya.
Thanthawi Jauhari. (1350 H). Al-Jawāhir fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-Karīm, Jilid IV, Juz
VII. Beirut: Dar al-Fikr.
Al- Mahalli, I. J.-S. (2007). Tafsir Jalalain. Terj. Bahrun Abubakar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Syekh Ahmad Shawi. (2018). Hasyiyah as-Shawi ‘Ala Tafsir Jalalain. Surabaya:
Darul Ilmu.
Shihab, M. Q. (2005). Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.