ANALISA TANAH
Disusun Oleh :
Asisten
( Murniati )
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
2.3.5 Waktu
Waktu untuk semua faktor ini berinteraksi dengan tanah juga
menjadi faktor. Pembentukan tanah merupakan proses yang
berkelanjutan dan umumnya membutuhkan waktu beberapa ribu tahun
untuk terjadinya perubahan yang signifikan. Faktor pembentuk tanah ini
terus mempengaruhi tanah bahkan pada lanskap yang “stabil”. Bahan
disimpan di permukaannya, dan bahan tertiup atau hanyut dari
permukaan. Penambahan, penghapusan, dan perubahan berlangsung
lambat atau cepat, tergantung pada iklim, posisi lanskap, dan aktivitas
biologis.
2.7.1 pH Tanah
pH tanah adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda
yang diukur dengan skala pH antara 0 hingga 14. Suatu benda dikatakan
bersifat asam jika angka skala pH kurang dari 7 dan disebut basa jika
skala pH lebih dari 7. Jika skala pH adalah 7 maka benda tersebut
bersifat netral, tidak asam maupun basa. Kondisi tanah yang paling ideal
untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman adalah tanah yang bersifat
netral. Namun demikian beberapa jenis tanaman masih toleran terhadap
tanah dengan pH yang sedikit asam, yaitu yang ber pH maksimal 5.
Cara mengetahui pH tanah yang paling akurat adalah
menggunakan sebuah alat pengukur pH yang disebut dengan pH meter.
Namun sayangnya, banyak petani yang tidak memiliki alat ini. Mungkin
karena harganya yang cukup mahal atau kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya mengetahui pH tanah. Padahal pengetahuan tentang derajat
keasaman tanah sangat berperan dalam keberhasilan suatu budidaya
tanaman. Tanaman tidak akan tumbuh dan berproduksi dengan maksimal
jika tanah dalam kondisi asam maupun basa. Dengan mengetahui pH
tanah, petani bisa menentukan skala pH yang ideal untuk pertumbuhan
dan perkembangna tanaman. Sehingga kerugian dapat diminimalisir.
Selain menggunakan pH meter, mengukur pH tanah bisa juga
dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus. Namun pengukuran
menggunakan kertas lakmus memiliki keterbatasan karena tidak bisa
diketahui angka skala pH tersebut. Pengukuran dengan kertas lakmus
hanya bisa menentukan apakah tanah tersebut asam, netral ataupun basa.
Sementara angka skala derajat keasamannya tidak bisa diketahui. Namun
demikian kertas lakmus cukup membantu dalam mengetahui kondisi dan
sifat tanah.
a. Ciri-Ciri umum larutan asam (biasanya dihitung skala (0-6)
yaitu:Terasa masam, bersifat korosif, dapat memerahkan kertas
lakmusbiru, larutan dalam air dapat mengantarkan arus listrik,
menyebabkan perkaratan logam (korosif). Contoh larutan asam:
air jeruk, hidrogen klorida/asam klorida (HCl), tembaga(II)
sulfat(CuSO4), alumunium sulfat (AlSO4) dll.
b. Ciri-ciri umum larutan basa (biasanya dihitung skala (8-14) yaitu:
rasanya pahit, bersifat licin, dapat membirukan kertas lakmus
merah, larutan dalam air dapat mengantarkan listrik, jika
mengenai kulit, maka kulit akan melepuh (kaustik Contoh larutan
basa : air sabun, amoniak (NH3), soda api/natrium hidroksida
(NaOH),natrium karbonat (Na2CO3).
c. Contoh larutan netral (biasanya dihitung skala 7: alkohol/ethanol,
garam (natrium klorida=NaCl), amonium klorida, air sabun, air
murni dll.
Pemicu tanah menjadi lebih asam (pH lebih rendah) beberapa
faktor penyebab antara lain:
a. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan tercucinya unsur hara
pada tanah, kemudian berimplikasi pada terbentuknya tanah
asam.
b. Adanya unsur Al (aluminium), Cu (tembaga) dan Fe (besi) yang
berlebihan.
c. Air yang tergenang secara terus menerus pada lahan karena tata
air atau drainase yang tidak baik.
d. Dekomposisi bahan organik yang mengeluarkan kalsium dari
dalam tanah.
e. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
f. Secara umum tanah dengan pH rendah merupakan tanah dengan
kekurangan kalsium dan magnesium.
Jika larutan tanah terlalu asam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N,
P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah asam, tanaman
mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang
pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut. Banyak cara untuk
mengetahui tanah itu asam atau tidak, baik secara tradisional serta
penggunaan alat ukur tentunya. Menggunakan alat ukur pH meter
tentunya hasilnya sangat akurat namun tentu saja untuk petani atau
pekebun yang hanya memiliki sedikit petak sawah tentu sangat keberatan
jika harus membeli alat ini karena harganya yang lumayan mahal. nah
ada beberapa cara sederhana untuk mengetahui pH tanah apakah asam,
basa atau netral namun kekurangannya adalah kita tidak bisa mengukur
dengan tepat berapa jumlah pH tanah.
2.7.2 Muatan Titik Nol (MTN)
Muatan titik nol (MTN) merupakan variabel penting dalam
menggambarkan mekanisme muatan permukaan reversibel terutama
pada tanah melapuk lanjut yang didominasi oleh muatan variabel.
Keberadaan bahan organik sangat berpengaruh terhadap sifat muatan
dalam tanah. Anion organik berperan sebagai ion penentu potensial
yang mampu teradsorpsi secara spesifik pada permukaan koloid
tanah.Muatan titik nol dapat dideteksi melalui pHo yaitu pH pada saat
muatan menunjukkan nilai nol. Selisih pHo dan pH (pHo-pH)
menunjukkan rentang muatan negatip permukaan koloid tanah.
Menurut Bohn et al. (1979) cit Purnamayani et al. (2004) MTN
merupakan pH tertentu pada saat muatan permukaan secara elektrik
netral atau nol. Selanjutnya dijelaskan bahwa evaluasi nilai MTN tanah
memungkinkan untuk dapat mengetahui tindakan pengelolaan yang
diberikan misalnya pemupukan dan pengapuran . Tanah-tanah dengan
neto muatan permukaan negatif yang tinggi akan mempunyai kapasitas
tukar kation yang tinggi. Kapasitas tukar kationdalam tanah sangat
menentukan tingkat kesuburan tanah dan menghindari kehilangan hara
akibat pencucian unsur hara terutama unsur-unsur basa.
Degradasi kesuburan tanah dicirikan oleh kehilangan bahan
organik yang mengakibatkan daya dukung tanah sawah makin lama
makin menurun. Beberapa upaya strategis untuk mengatasi degradasi
lahan pertanian, dicontohkan oleh Suntoro (2005), antara lain dengan
pertanian organik ramah lingkungan. Pada lahan yang terdegradasi
biasanya sudah mengalami kehilangan lapisan atas tanah dan kadar
bahan organik yang rendah padahal bahan organik merupakan sumber
muatan negatif dalam tanah. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
muatan negatif dalam tanah melalui penambahan berbagai macam
bahan organik. Bahan organik dengan nilai pHo yang rendah akan
menyumbangkan muatan negative yang lebih tinggi. Muatan
permukaan bersih akan menjadi nol jika kerapatan muatan negatif
sama dengan kerapatan muatan positip. Nilai pH saat terjadinya
kesamaan muatan-muatan tersebut disebut titik isoelektrik atau muatan
titik nol (MTN) dari mineral.
2.8.4 Spodosol
Spodosols adalah tanah masam yang dicirikan dengan akumulasi
bahan organik, Al dan/atau tanpa Fe oksida di horizon bawah. Epipedon
penciri adalah okrik, di horizon bawah terdapat horizon albik yang
berwarna terang dan horizon spodik yang berwarna merah kecoklatan.
Spodosols ditemui di daerah yang dingin dan sejuk dengan curah hujan
yang tinggi dengan vegetasi hutan coniferous. Spodosols adalah tanah
yang secara alami tidak subur akibat pH tanah yang rendah, bertekstur
pasir dan rendahnya kadar mineral primer. Tetapi dengn pemupukan
yang tepat dapat menjadi cukup produktif. Luas Spodosols: 3.35 juta
km2 atau 4% dari luas permukaan bumi.
2.8.5 Andisols
Andisols adalah tanah yang terbentuk dari abu gunung api atau
hasil letusan gunung api lainnya dan mempunyai 60 % sifat tanah
andik sampai kedalaman 60 cm. Tanah ini didominasi oleh mineral liat
nonkristalin atau para kristalin seperti alofan, ferrihidrit atau imogolit
dan Al dan Fe-humus kompleks.
Ciri khas tanah ini adalah berat volume tanah rendah ( 0.90 Mg
m3 ), retensi fosfat yang tinggi (85%), kadar air tersedia tinggi,
kapasitas tukar kation sedang sampai tinggi dan koloid tanah bermuatan
permukaan bervariasi. Epipedon penciri antara lain melanik, umbrik atau
okrik, sedangkan horizon kambik terdapat di lapisan bawah. Luas
Andisols: 910.000 km2 atau 0.7% dari luas permukaan bumi.
2.8.6 Mollisol
Mollisols adalah tanah padang rumput atau prairie yang dicirikan
dengan horizon permukaan yang tebal dan gelap. Epipedon penciri
adalah mollik yang mempunyai kejenuhan basa dan karbon organik yang
tinggi serta berstrutur granular atau remah. Horizon bawah antara lain
kambik, argillik, albik, natrik, gipsik ataupun duripan tetapi tidak
mungkin memiliki horizon oksik ataupun spodik.
Kesuburan alaminya tinggi akibat akumulasi bahan organik yang
kaya dengan kandungan Ca dan Mg dari hasil dekomposisi akar
rumputrumputan. Berarti Mollisols adalah tanah pertanian yang paling
subur di dunia. Luas Mollisols: 9 juta km2 atau 7% dari luas permukaan
bumi.
2.8.7 Oxisols
Oxisols adalah tanah yang telah mengalami proses pelapukan yang
intensif dan biasanya dijumpai pada daerah tropis. Kandungan mineral
liat tinggi terutama mineral Fe dan Al oksida, kuarsa dan kaolinit tetapi
hanya sedikit atau tidak ada sama sekali mineral primer. Epipedon
penciri adalah okrik atau umbrik. Horizon bawah adalah oksik ataupun
kandik. Secara umum Oxisols mempunyai kesuburan alami yang rendah,
tetapi dapat menjadi produktif dengan penambahan pupuk, bahan
organik atau kapur. Defisiensi P sering terjadi akibat fiksasi oleh oksida
Fe dan Al. Luas Oxisols: 9.8 juta km2 atau 7.5% dari luas permukaan
bumi.
2.8.8 Ultisol
Ultisols adalah tanah masam, mempunyai kejenuhan basa rendah
dan terjadi akumulasi liat di horizon bawah. Terdapat di daerah hutan
tropis basah, biasanya pada landscape tua dan stabil. Proses
pembentukan Ultisols adalah pelapukan, translokasi dan akumulasi
mineral liat di horizon B. Epipedon penciri adalah okrik atau umbrik dan
di horizon bawah dijumpai argillik atau kandik yang lebih masam dari
horizon atas.
Ultisols mempunyai kesuburan alami yang relatif rendah, berwarna
kekuningan atau kemerahan akibat pembentukan Fe oksida. Dengan
penambahan pupuk, bahan organik ataupun kapur, tanah ini dapat
menjadi lebih produktif. Luas Ultisols: 11 juta km2 atau 8.5% dari luas
permukaan bumi.
2.8.9 Vertisol
Vertisols adalah tanah yang kaya akan mineral liat yang dapat
mengembang dan menyusut akibat perubahan kadar air. Tanah menjadi
lekat waktu basah ataupun retak-retak jika kering. Ciri khas Vertisol
lainnya adalah ditemui mikro relief ‘gilgai’, slickenside, pH dan kadar
basa yang relatif tinggi. Tanah ini berwarna gelap atau kehitaman
dengan kadar bahan organik mencapai 6%. Vertisols merupakan tanah
yang bermasalah karena menjadi lekat, licin dan plastis waktu basah
serta sangat keras waktu kering Luas Vertisols: 3.2 juta km2 atau 2.4%
dari luas permukaan bumi.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
0
Gambar 3.1 Tabung reaksi Gambar 3.2 Corong Gambar 3.3 Gelas ukur
Gambar 3.4 Pipet tetes Gambar 3.5 Kertas saring Gambar 3.6 Gelas piala
Gambar 3.7 ErlenmeyerGambar 3.8 Batang pengaduk Gambar 3.9 Pipet volume
3.2 Bahan
a. Indikator (Percobaan IV)
b. Pereaksi Nessler
c. BaCl2
d. Aquadest
e. Ammoniun Asetat Ph 4,8
f. AgNO3
g. KCl
h. HCl
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Ph Tanah
Timbang 5 gram tanah, masukkan kedalam gelas piala kemudian
50 mL air dan kocok diamkan 20-30 menit (sesekali diaduk).
Selanjutnya disaring dan filternya digunakan untuk menentukan Ph
tanah.
3.3.2 Identifikasi SO42- dan Cl-
Kerjakan seperti pada (1. pH tanah), air diganti dengan amonium asetat
Ph 4,8, kemudian ambil 20 mL filter, jika berwarna hilangkan dengan
arang aktif . 10 mL larutan ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan Na2CO3 sampai terjadi endapan sempurna (> 50 tetes tidak
terbentuk endapan sempurna, berarti SO42-, tidak ada). Kemudian
siapkan 2 buah tabung reaksi dan masing – masing diisi dengan 2 mL
filtrate. Tabung pertama di tambahkan HCl dan BaCl 2 dan tabung kedua
di tambahkan AgNO3 lalu amati dan catat perubahan yang terjadi.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.2. Reaksi
SO42- + BaCl BaSO4 + 2 Cl-
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-
Na4 + pereaksi nesseler
4.3. Perhitungan
pH1 +pH2
pH = 2
2+2,3
= 2
4,3
= = 2,1
2
4.4. Pembahasan
Seperti yang tertera pada tabel 4.1.1, bahwa seluruh indikator memiliki
warna kecuali pada indikator PP yang tidak menghasilkan warna ketika di
reaksikan. Pada tabel 4.1.2 diketahui bahwa pada senyawa NaCO 4 tidak ada
SO4-, pada senyawa HCl dan BaCl3 tidak ada Cl- dan pada senyawa AgNO3
tidak ada perubahan yang terjadi. Pada tabel 4.1.3 diketahui bahwa pada
pelarut Nesseler terdapat larutan yang berwarna kuning, namun NH 4 tidak
ada.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Reaksi atau dilambangkan dengan pH menunjukkan derajat keasaman
suatu media. Dan pada tanah memiliki 2 sifat, yakni sifat asam dan basa.
Dan pada sifat tersebut memiliki pH yang berbeda. pH asam < 6,5
sedangkan pH basa > 7,5 dan pH netral yakni diantara 6,5-7,5.
Seluruh sampel yang digunakan dalam percobaan (1) ini memiliki pH-
nya masing-masing, ada yang rendah dan adapula yang tinggi. Dan pada
percobaan (2), hasil dari percobaan tersebut menyatakan bahwa senyawa
SO4- dan Cl- tidak ada dalam senyawa yang telah di filrate.
5.2. Saran
5.2.1. Laboratorium
Saran saya untuk laboratorium agar bisa ditambahkan ruangan
asistensi untuk praktikan bisa menunggu di dalamnya dan
mengadakan papan tulis didalam laboratorium agar ketika asistensi
praktikan dapat lebih memahami penjelasan dari asisten.
5.2.2. Asisten
Saran saya mungkin waktu diadakannya asistensi bisa
dipercepat lagi agar asistensi pada malam hari bisa diminimalisir.
Ayat Yang Berhubungan
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin
Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana.
Demikianlah kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran kami) bagi
orang-orang yang bersyukur. (Q.S. Al-A’raf: 58)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., Darmawan Putri, N., Sandrawati, A., Rachmat Harryanto, Dan, Ilmu
Tanah Dan Sumberdaya Lahan, D., Pertanian Universitas Padjadjaran, F.,
Program Studi Agroteknologi, A., & Pertanian Universitas Padjadjaran Jl
Raya Bandung Sumedang Km, F. (2018). Pengaruh Posisi Lereng Terhadap
Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Inceptisol s Di Jatinangor (Vol. 16, Issue
2).
Batu, H. M. R. P., Talakua, S. M., Siregar, A., & Osok, R. M. (2019). Status
Kesuburan Tanah Berdasarkan Aspek Kimia Dan Fisik Tanah Di DAS Wai
Ela, Negeri Lima, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Jurnal
Budidaya Pertanian, 15(1).
Institut, A. M., Keislaman, I., Hasan, Z., & Probolinggo, G. (N.D.). Islamic
Akademika : Jurnal Pendidikan& Keislaman Menjaga Kelestarian Tanah:
(Respon Fiqh Terhadap Penggunaan Bahan-Bahan Kimia Dan Pupuk
Kandang Dalam Pertanian).
Setiawan, A., Arifin, M., Harryanto, R., Apong Sandrawati, Dan, & Pengajar
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jl Raya Bandung Sumedang Km,
S. (2018). Hubungan Karakteristik Topografi Dengan Sifat-Sifat Fisika
Tanah Studi Kasus: Sub DAS Citarik, DAS Citarum Hulu (Vol. 16, Issue 1).
Yadi Tang, B., Dani Swari, W., Studi Manajemen Pertanian Lahan Kering, P.,
Manajemen Pertanian Lahan Kering, J., Pertanian Negeri Kupang Jalan
Herman Yohanes, P., Studi Pendidikan Matematika, P., Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, F., Muhammadiyah Kupang Jalan Ahmad Dahlan, U. K., &
Alamat, I. (2018). Karakterisasi Struktur Bawah Permukaan Tanah
Pekebunan Pada Kebun Contoh Politani Kupang Menggunakan Metode
Georadar. Jurnal Geocelebes, 2(2), 70–77.