Anda di halaman 1dari 14

RESUME AUDIT MANAJEMEN

BUKTI AUDIT

KELAS: FA
Kelompok 4:

1. Innaya Rizki Arsanti (2018310268)


2. Anisah Rachmawati (2018310477)
3. Nadya Zulfa Nafira (2018310483)
4. Isnaini Nur Fadhilah (2018310485)
5. Novi Aulia Rizky (2018310491)
6. Novidda Ayu Elita (2018310573)
7. Muhammad Armansyah R. (2018310706)

UNIVERSITAS HAYAM WURUK


PERBANAS SURABAYA
2021
BAB 10
BUKTI AUDIT MELALUI STATISTICAL SAMPLING

A. Auditor Mereview Setiap Item


Auditor mengumpulkan bahan bukti dengan mereview setiap item, mewawancarai
setiap orang, mengobservasi atau mengkonfirmasi semua hal. Pengumpulan bahan bukti
tersebut dinamakan sebagai judgement sampling. Auditor dapat meningkatkan
kemampuannya untuk mengumpulkan bahan bukti dengan menggunakan teknik lain
yang disebut dengan Statistical Sampling. Sampling statistik membantu auditor dalam
mendesain sampel yang efisien, mengukur cukup atau tidaknya bukti audit yang
diperoleh, dan menilai hasil sampel. Dengan menggunakan teori ini, auditor dapat
mengkuantifikasikan risiko sampling untuk pertimbangannya dapat diterima.
B. Alasan Penggunaan Statistical Sampling
Alasan bagi auditor untuk menggunakan statistical sampling adalah :
1) Kecukupan data dapat diukur.
2) Bias atau kesalahan dapat dikurangi.
3) Penggunaan populasi sama dengan sampel.
4) Sampling dapat digunakan oleh auditor yang berpengalaman maupun yang belum
berpengalaman.
C. Prinsip – prinsip Sampling
Prinsip penyampelan mengenai audit dan bahan bukti dapat digunakan sebagai
dasar bagi auditor, sehingga auditor merasa yakin bahwa sampel yang didapatkan
memberikan bukti yang berarti, sebagai berikut :
1) Auditor harus memiliki tujuan audit atas sampelnya.
2) Auditor harus selalu menyatakan tingkat materialitas yang diinginkan.
3) Auditor harus menyatakan reliabilitas kepercayaan yang diinginkan dan harus tahu
risiko yang akan diambil.
4) Auditor harus yakin bahwa keseluruhan sampelnya adalah homogen atau berkaitan
dengan sumber informasi dan berkaitan dengan kompetensi bukti.
5) Auditor harus yakin bahwa tiap item memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
sampel.
6) Auditor harus yakin melalui teknik yang tepat, meskipun jumlah sampel kecil tetapi
memiliki tingkat ketelitian dan kepercayaan.
7) Kinerja sampel auditor mungkin berbeda untuk setiap lingkup
D. Pemilihan Sampel
Sampling adalah proses menerapkan prosedur audit pada sampel yang merupakan
bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil kesimpulan mengenai total populasi.
Sampling statistik (statistical sampling) adalah suatu perencanaan yang menggunakan
hukum probabilitas untuk membuat pernyatan atau generalisasi tentang populasi.
Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) adalah penentuan ukuran sampel atau
pemilihan item-item sampel dengan mengunakan pertimbangan kewajaran dibanding
konsep probabilitas.
E. Metode Sampling
Tiga metode sampling yang umum dipakai adalah :
a. Sampling Nomor Acak (Random Number Sampling)
Sampel acak merupakan suatu sampel dimana setiap kombinasi unsur-unsur (pos-
pos) dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel. Terdapat tiga metode pemilihan sampel acak yaitu :
1. Pemilihan acak dengan menggunakan tabel angka acak (random number table)
2. Pemilihan acak dengan menggunakan computer terminar, dan
3. Pemilihan acak dengan menggunakan systematic selection
b. Sampling Interval (Interval Sampling)
Sampling interval berarti memilih metode pada interval, dalam metode ini auditor
harus mengingat prinsip-prinsip pemilihan dasar. Setiap unit harus memiliki
peluang yang sama untuk terpilih maka unit pertama dalam proses pemilihan harus
diambil secara acak. Systematic sampling digunakan untuk mendapatkan sampel
secara acak jika elemen dari populasi berada dalam tatanan yang acak.
c. Sampling Acak Terstratifikasi
Stratified Sampling merupakan sampling yang membagi populasi menjadi dua
kelompok atau lebih, kemudian secara acak dipilih sampel dari tiap strata. Dalam
sampling terstratifikasi kita memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih
tingkatan dan kemudia mengambil sampel dari masing-masing tingkatan.
d. Sampling Kelompok (Cluster Sampling )
Cluster sampling yaitu digunakan jika populasi sangat luas, banyak dan rumit.
Cluster sampling juga disebut block sampling merupakan memilih beberapa pos
secara berurutan. Sekali pos pertama dalam block sampling, saldo dari block
sampling dipilih secara otomatis.
e. Sampel Sembarang (Haphzard Sampling)
Sampel sembarang merupakan sampel tanpa memperhatikan bias atau karakteristik
unit sampel serta tanpa memperhitungkan besaran, sumber, atau karakteristik khas
lainnya tanpa prasangka.
f. Sampling Menggunakan Pertimbangan (Judgment Sampling)
Sampling menggunakan pertimbangan merupakan pemilihan unit sampel
berdasarkan alasan pribadi atau kecurigaan auditor.
F. Metode Pengambilan Sampel yang Direkomendasikan
a. Sampling Atribut
Sampling atribut digunakan untuk mengestimsasi atribut atau karakteristik suatu
populas untuk mendapatkan jawaban ya atau tidak dengan tingkat keadalan terukur
dan untuk mengukur tingkat kesalahan dan dipakai untuk pengujian transaksi.
Tujuan penggunaan attributes sampling adalah untuk mengukur risiko sampling
yang terdapat dalam setiap proses sampling.
b. Sampling Berhenti dan Lanjut (Stop-and-Go Sampling)
Sampling ini digunakan untuk mengestimasikan tingkat kesalahan atau atribut
seperti dari sampel terkecil yang paling mungkin, yaitu hentikan sampling jika
jawaban yang definitif tidak diperoleh.
c. Sampling Penemuan
Sampling penemuan digunakan auditor untuk :
a) kejadian yang sangat sedikit. Hal ini diaplikasikan jika tujuan audit adalah untuk
mencari kecurangan;
b) melakukan pengujian substantif dalam situasi dimana diharapkan hanya terjadi
sedikit salah saji.
d. Sampling Variabel
Sampling variabel adalah sampling yang diterapkan jika auditor ingin mencapai
kesimpulan yang bersifat kuantitatif tentang populasi. Sampling ini digunaka untuk
mengukur nilai rupiah atas kesalahan-kesalahan yang terjadi dan digunakan untuk
arah pengujian neraca.

G. Tujuan Sampel dan Ketelitian


Dalam audit manajemen dan audit program , informasi yang diperoleh dari sampel
audit akan dibuktikan berdasarkan tujuan audit awal. Ilustrasi tujuan sampel mengenai
penentuan dari item nilai terendah dan tertinggi persediaan dalam audit manajemen
adalah sebagai berikut :
Penentuan nilai persediaan yang tepat merupakan causes (tindakan auditor), tingkat
kepercayaan yang diinginkan (effects) sebesar 90%, dengan batas yang diterima ± 25.000
dari nilai total persediaan sebesar Rp 1.500.000 dan jumlah nilai terendah sebesar 50.000
item (criteria tingkat ketelitian). Tujuan sampel disini adalah criteria (tingkat ketelitian),
effects (tingkat kepercayaan) dan cause (tindakan auditor). Ketelitian dan kepercayaan
dibuat untuk menentukan keobyektifan dari ukuran sampel.
Seperti contoh diatas , jikan nilai tercatat persediaan adalah Rp 1.500.000 dan
jumlah persediaannnya 50.000, maka rata-rata hitung persediaan adalah Rp 30,00 (Rp
1.500.000 / 50.000). Rata-rata ketelitian sebesar Rp 0,50 (Rp 25.000 / 50.000).

H. Keyakinan dan Risiko


Risiko merupakan presentase mengenai kemungkinan bahwa nilai sampel tidak
akan merepresentasikan kesamaan dengan batasan ketelitian. Keyakinan dapat diartikan
bahwa sampel berada dalam batasan ketelitian dibanding risiko yang akan diperoleh,
misalnya keyakinan sebesar 95 persen. SA Seksi 350 (2001) menyebutkan bahwa risiko
sampling adalah :
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil
kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji
secara material padahal kenyataannya telah salah saji material.
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection), yaitu risiko mengambil kesimpulan
berdasarkan hasil sampel , akan berisi salah saji material, padahal tidak berisi salah
saji material.
3. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing
control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian,
berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi
pengendalian yang sesungguhnya.
4. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing
control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian,
berdasarkan hasil sampel, terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi
pengendalian yang sesungguhnya.
a. Rumus standar deviasi :

Tabel Standar Deviasi Rata-Rata :

Deviasi standar dari rata-rata hitung Presentase dari tingkat keyakinan


+ dan -,67 50.00
1.00 68.26
1.15 75.00
1.28 80.00
1.45 85.00
1.65 90.00
1.96 95.00
2.00 95.50
2.06 96.00
2.33 98.00
2.50 98.75
2.58 99.00
3.00 99.73
3.30 99.90

b. Ukuran sampel
Untuk menentukan jumlah sampel , auditor dapat menggunakan dua cara yaitu :
1. Menggunakan rumus
2. Menggunakan tabel
BAB 11
BUKTI AUDIT MELALUI INTERVIEW DAN SAMPLING

A. Interview Menggunakan Informasi Lisan


Interview kadang menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi dasar
dan informasi yang didapat bisa digunakan untuk menambah, menjelaskan,
menginterpretasikan atau melawan informasi yang didapat melalui cara lain.
Keahlian dalam menginterview dapat diperbaiki seiring dengan pengalaman
auditor dengan menggunakan beberapa teknik yang ada. Informasi lisan yang
biasanya digunakan dalam laporan menyediakan :
1. Informasi yang didapat dari sumber yang mempunyai pengetahuan yang dan
yang berwenang
2. Sifat dasarnya teridentifikasi dengan tepat

B. Sumber dari Informasi Interview


Tujuan auditor adalah untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dan menyeluruh
dari subyek yang menjadi pertimbangan audit. Oleh karena itu, interview harus dieksplor
sebaik mungkin. Auditor harus mengimbangi pengetahuan yang menjadi narasumber
interview, dan apakah terdapat motif selama interview, dan juga apakah informasi yang
diberikan konsisten dengan informasi yang lain. Berikut adalah contoh orang yang
memiliki informasi yang dibutuhkan yang didapatkan dari:
1) Tingkatan Diskusi. Aspek manajemen harus didiskusikan dengan pihak pimpinan
agar mendapatkan koreksi yang tepat.
2) Ahli dari luar. Dilakukannya interview dengan ahli dari luar karena dirasa dapat
diandalkan dan menambah kredibilitasi untuk penemuan dan kesimpulan auditor.
3) Informan. Jika mendaptkan informasi berasal dari informan auditor harus menjaga
identitas mereka dengan tidak membocorkan informasi tentang informan, karena
informan merupakan rahasia.
C. Perencanaan dan Persiapan untuk Interview
Auditor harus merencanakan interview dengan baik dan mengetahui tujuan
interview sekaligus apa yang akan dicari saat interview. Pada interview sebaiknya
interviewee diberitahu mengenai topik yang akan ditanyakan, sehingga mereka dapat
menyiapkan dokumen yang memungkinkan dibutuhkan.
a) Catatan Lanjutan
b) Jumlah Staff Anggota
D. Memulai Sebuah Interview
Pewawancara harus memperkenalkan diri terlebih dahulu jika tidak pernah bertemu
dengan interviewee sebelumnya. Identifikasi yang tepat biasanya menghilangkan
keraguan pikiran orang yang akan diinterview, yaitu mengenai identitas dari interviewer.
1. Membahas sebuah topik setelah perkenalan dengan menjelaskan tujuan interview
terlebih dahulu. Diskusi harus dikendalikan oleh interviewer untuk menjaga arah
interview sehingga langsung mendapatkan fakta – fakta dan informasi yang
berkaitan dengan tujuan. Tindakan interviewer harus satu fokus, yaitu mencari
informasi bukan untuk berdebat. Saran untuk mendapatkan interview yang
sukses, meliputi:
a. Mendapatkan semua yang dibutuhkan saat berlangsungnya interview
b. Meringkas informasi yang penting dengan singkat untuk kesimpulan interview
c. Menhindari interview yang melebihi jangka waktu yang sudah ditetapkan
2. Menggunakan alat perekam atau stenograf dengan mempertimbangkan
kesepakatan interviewee, karena biasanya menggunakan alat perekam atau
stenograf tidak dilakukan dalam interview.
E. Mencatat Hasil Wawancara dan Konfirmasi dengan Pihak yang
Diwawancarai
Informasi yang diperoleh dari wawancara harus dirangkum kemudian ditulis
secepatnya. Beberapa bentuk catatan konfirmasi dari informasi lisan harus secara umum
dapat diambil dalam wawancara.
1. Bentuk konfirmasi
Informasi lisan yang diperoleh dari interviewee biasanya dikonfirmasi oleh staf pada
saat audit,jika diminta biasanya dapat menulis catatan wawancara dengan lengkap
dan akurat.
2. Penolakan untuk konfirmasi
Jika interviewee menolak untuk konfirmasi tertulis terhadap hasil informasi
lisan,maka auditor harus mengkonfirmasi dengan membaca dan mengoreksi apa
yang sudah ditulis.
F. Petunjuk Praktis Pelaksanaan Wawancara
Auditor sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Wawancara sebaiknya diselenggarakan dengan personel dari tingkat yang sesuai
2. Wawancara sebaiknya dilaksanakan selama jam kerja normal dan pada lokasi kerja
personel yang diwawancarai
3. Setiap upaya sebaiknya dilakukan sehingga personel yang diwawancarai tidak
merasa kesulitan
4. Alasan untuk wawancara dan setiap catatan yang dibuat sebaiknya dijelaskan
5. Wawancara dapat diawali dengan meminta personel yang diwawancarai untuk
menguraika pekerjaannya
6. Pertanyaan yang mengarahkan jawaban yang tidak objektif sebaiknya dihindarkan
7. Hasil wawancara sebaiknya dirangkum dan ditinjau dengan personel yang
diwawancarai
8. Personel yang diwawancarai sebaiknya diberi ucapan terima kasih atas kerja
samanya
G. Questioner
Keuntungan dari kuesioner adalah membandingkan proses wawancara dengan
beberapa orang, penggunaan waktu dan biaya dengan sebaik-baiknya dan ekonomis,juga
informasi yang didapat menjadi mudah ditabulasi karena spesifik dan secara keseluruhan
seragam.
Kerugian dari kusiooner adalah tidak fleksibel,auditor mendapatkan tidak lebih
dari yang dinyatakan untuk kerugian dalam waktu dan biaya yang diperlukan untuk
tindakan lanjutan dan perbaikan.
Beberapa prinsip yang digunakan untuk mendesain kuesioner adalah :
1. Menjaga panjang kuesioner dengan batas yang rasional
2. Jawaban harus rasional bagi para responden
3. Mengelompokkan pertanyaan sesuai dengan logika
4. Menggunakan soal pilihan ganda jika memungkinkan diberi tempat untuk jawaban
lain
5. Memberikan tempat yang cukup untuk menjawab
6. Pertanyaan harus berada dalam kerangka yang jelas
7. Akan bermanfaat untuk menguji kuesioner sebelum dikirimkan ke responden
H. Menyeleksi Responden, Mendistribusikan Kuesioner, Menabulasi, dan
Mengumpulkan Jawaban
Adanya dugaan rencana statistik sampling untuk menyeleksi responden adalah
penting jika informasi yang dihasilkan harus dalam proyeksi yang dapat dipercaya dan
berupa kesimpulan. Metode dalam menabulasi harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum
desain kuesioner lengkap, baik secara manual maupun menggunakan komputer. Desain
dan proporsi metode tabulasi harus sesuai.
I. Sifat Bukti Audit
Bukti audit adalah informasi yang diperoleh auditor internal melalui pengamatan
suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus memberikaan
dasar yang nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit terdiri dari
bukti fisik, pengakuan, dokumen dan analitis. Dalam SPAP (2001) SA Seksi 326
disebutkan bahwa bukti audit merupakan bukti yang diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Fakta-fakta atau informasi dibutuhkan sebagai data latar belakang deskriptif untuk
audit, tidak digunakan untuk menyimpulkan tujuan berikutnya. Dalam audit internal,
fakta-faktanya diperoleh dari bagian personalia, development, produksi, perencanaan,
administrasi atau jenis manajemen lainnya. Dalam program audit, fakta-faktanya lebih
mengarah pada area lingkungan, kesehatan, kesempatan bekerja yang seimbang, sistem
informasi dan program lainnya. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memahami
tentang masing-masing bidang dengan fakta-fakta dan informasi yang tidak dapat
dipercaya, signifikan dan berhubungan dengan tujuan audit. Auditor harus menambah
kompetensi dari bahan bukti dengan pemahaman secara jelas atas berbagai jenis bahan
bukti.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001) SA 326.14 bahwa bukti audit
mengandung data akuntansi dan informasi penguat. Data akuntansi termasuk buku
jurnal, buku besar, buku pembantu, buku akuntansi baru, memorandum dan catatan tidak
resmi, seperti kertas kerja, perhitungan dan rekonsiliasi.
Jenis-jenis informasi penguat terdiri dari:
1. Bukti analitis : Bukti yang dijadikan dasar pembuatan kesimpulan harus
berhubungan dengan realita
2. Bukti dokumen: Bukti yang meliputi berbagai maca, dokumen sumber dan
dokumen-dokumen seperti notulen rapat dewan komisaris atau dewan direksi,
kontrak-kontrak perjanjian, dan laporan bank
3. Konfirmasi: Konfirmasi merupakan jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga
4. Pernyataan tertulis: pernyataan yang ditandatangani oleh orang yang
bertanggungjawab dalam manajemen perusahaan
5. Bukti perhitungan: Bukti perhitungan diperoleh dari perhitungan Kembali yang
dilakukan oleh auditor untuk kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan
klien
6. Bukti lisan: Bukti lisan akan bermanfaat untuk mengarahkan auditor pada sumber
bukti lainnya, mendukung bukti lain dan mengungkapkan hal-hal yang
membutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan mendokumentasikannya
7. Bukti fisik: Hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi atas aktiva berwujud
8. Bukti elektronik: Bukti elektronik menyangkut semua informasi dari peralatan
elektronik, bisa berupa computer, scanner, sensor, dan magnetik media

Jenis bukti lain yang bisa termasuk bukti langsung, tidak bukti langsung, dan bukti
sekunder. Bukti langsung (bukti langsung) adalah bukti yang mengarahkan auditor pada
akar penyebab auditnya tanpa bukti lebih lanjut. Bukti tidak langsung adalah bukti yang
secara tidak langsung dapat mengarahkan auditor pada kesimpulan tujuan auditnya.
Bukti utama atau bukti primer merupakan bukti yang diperoleh sebelum bukti yang lain
telah diperoleh. Bukti sekunder juga penting bagi auditor untuk meyakinkan dirinya
bahwa isi dari duplikat tersebut secara tepat sama dengan yang asli.

J. Kualitas dan Reliabilitas Bahan Bukti


Herbert (1979: 143-145) mengatakan bahwa bukti yang diterima dan dipercaya
mempunyai empat dasar utama yang sering disebut sebagai standar bukti audit. Keempat
dasar utama tersebut yaitu:
1. Relevansi
Relevansi adalah informasi yang digunakan sebagai bukti harus memiliki
hubungan yang logis pada kriteria tujuan audit. Relevansi mengacu pada
hubungan antara informasi dengan penggunanya.
2. Materialitas
Meterialitas berkaitan dengan ukurana masing-masing bagian yang menempatkan
bukti dalam mempengaruhi pikiran auditor. Secara umum diperlukan bukti lebih
banyak untuk akun-akun yang material dibandingkan dengan akun-akun keuangan
yang tidak material.
3. Kompetensi
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal yang mana bukti tersebut haruslah
yang terbaik yang dapat diperoleh. Kompetensi bukti yang berupa data akuntansi
maupun informasi penguat merupakan aspek penting dari standar pekerjaan
lapangan.
4. Kecukupan
Bukti dianggap memadai jika bersifat factual, memadai, dan meyakinkan sehingga
bisa menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil kesimpulan
yang sama dengan auditor. Bukti harus cukup, oleh karena itu, auditor perlu
mengetahui berapa banyak bukti yang dibutuhkan untuk membentuk kesimpulan
pada tujuan audit.
K. Sumber – sumber Bahan Bukti Audit
Kompetensi sumber bukti audit ini. Sumber ini berasal dari observasi dan dari
dunia nyata. Klasifikasi konseptual teknik data harus didasarkan pada dua fitur: persepsi
dan evaluasi dunia nyata (Herbert, 1979: 146-149). Lebih lanjut, Herbert mengatakan
bukti audit berasal dari tiga sumber yaitu bukti nyata atau bukti observasi, bukti
rekaman.
1. Bukti nyata adalah bukti yang dikumpulkan melalui penglihatan dan perasaan.
2. Bukti testimoni adalah informasi yang diterima dari orang lain atau dari diri sendiri
yang bertindak sebagai saksi ahli atas permintaan langsung.
3. Bukti catatan mencakup semua informasi tertulis seperti catatan akuntansi, kontrak,
dokumen, catatan dan semua dokumen.
L. Metode Penyampelan Bukti Audit dan Pertimbangan Atas Bahan Bukti
Banyak informasi yang berasal dari catatan, keterangan atau observasi yang
digunakan sebagai bukti dapat diperoleh melalui proses penyampelan daripada melihat
setiap catatan, mengumpulkan keterangan dari setiap orang atau mengamati setiap
kejadian. Metode penyampelan digunakan jika kejadian yang diamati cukup banyak
jumlahnya dan populasi yang diperiksa sangat besar jumlahnya. Ada lima hal yang harus
diperhatikan oleh auditor berkenaan dengan bukti ini (Herbert, 1979:149):
1. Evidence needed on both sides of objective, yakni pertahanan dan penuntutan.
Auditor harus memastikan dirinya sendiri bahwa kedua sisi tersebut telah
diperiksa.
2. Dalam hukum terdapat dua sisi yang memiliki peluang untuk muncul sesuai
dengan posisi masing-masing dalam pengadilan, yaitu pertahanan dan penuntutan.
Dengan demikian, hakim dan juri dapat menghasilkan keputusan. Dalam
pelaksanaan auditing, auditor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa bukti
dari kedua sisi tersebut dikumpulkan dan dipertimbangkan untuk menentukan
bahwa kesimpulannya dalam tujuan audit telah sesuai.
3. Tidak ada kepastian absolut dalam kesimpulan dalam tujuan audit.
4. Ketika auditor berhadapan dengan bukti dalam tujuan audit, auditor harus
memahami secara menyeluruh bahwa tidak ada kepastian yang absolut atas tujuan.
Satu bukti tambahan, dalam satu sisi atau sisi yang lain mungkin dapat mengubah
keputusan secara drastis. Oleh karena itu, tiap auditor harus menentukan tingkat
kepuasannya atas jumlah bukti yang harus diperoleh, seperti halnya ketika
menentukan tingkat kepuasan atas kualitas dan kehandalan suatu bukti. Dalam
pelaksanaan audit, auditor harus menentukan berapa banyak bukti yang akan
diminta oleh pihak lain untuk dapat menerima keputusannya.
5. Judicial notice. Auditor harus menyadari bahwa tidak perlu membuktikan lagi apa
yang telah dibuktikan sebelumnya. Pengacara menggunakan istilah judicial notice
untuk mengacu pada sesuatu yang dibuktikan sebelumnya.
6. Pencatatan dan pengevaluasian bukti.
7. Penyajian bukti dalam laporan.
M. Bukti Terbaik
Bukti terbaik yang sering disebut sebagai bukti primer, merupakan bukti paling
alami dan paling memuaskan dari fakta yang diselidiki. Bukti ini memiliki hubungan
reliabilitas yang kuat. Umumnya, bukti ini terbatas pada bukti dokumenter dan sebagian
besar digunakan untuk membuktikan isi pernyataan tertulis.
1. Meyakinkan Bukti
Bukti konklusif tidak dapat dibantah, apa pun bentuknya. Bukti ini begitu kuat
sehingga mengalahkan semua bukti lain dan menjadi sumber kesimpulan. Bukti ini
tidak dapat diganggu gugat dan tidak memerlukan pembenaran. Beberapa bukti tidak
langsung sangat meyakinkan.
2. Konfirmasi Bukti
Bukti pendukung adalah bukti tambahan dari karakter yang berbeda dari hal yang
sama. Bukti ini mendukung bukti dan cenderung menguatkan atau
mengkonfirmasinya.
3. Bukti Opini
Aturan opini, saksi harus bersaksi hanya untuk fakta yang mereka lihat atau dengar.
Auditor harus menyaring opini, mengumpulkan dan mengevaluasi fakta yang
cenderung membuktikan kebenaran atau kesalahan. Pendapat yang diberikan oleh
orang lain dapat berguna dalam mengumpulkan fakta sebagai panduan, tetapi opini
juga dapat menjadi bias, egois, atau kurangnya informasi.
4. Bukti Rumor
Aturan bukti desas-desus memberikan pernyataan yang tidak dapat diterima yang
dibuat oleh siapa pun, kecuali saksi ahli, untuk membuktikan suatu masalah. Dengan
kata lain, alat bukti tersebut berupa alat bukti lisan atau tertulis yang diajukan ke
pengadilan, dan menjadi alat bukti keterangan pengadilan. Bukti itu adalah bukti
desas-desus.
5. Bukti Fisik
Mengamati orang, properti, dan peristiwa memperoleh bukti fisik. Bukti tersebut
dapat berupa pernyataan atau foto pengamat, bagan, peta, grafik atau gambar lainnya.
Bukti grafis secara persuasif.
6. Bukti Pengakuan
Bukti testimoni adalah surat atau pernyataan untuk menjawab suatu pertanyaan. Bukti
ini saja tidak konklusif, jika memungkinkan tetap harus didokumentasikan.
Pernyataan pelanggan mungkin menjadi panduan penting yang tidak selalu dapat
diperoleh dalam audit independen.
7. Bukti Dokumen
Bukti dokumenter adalah bukti audit yang paling umum. Dokumen bisa internal atau
eksternal. Bukti dokumenter eksternal termasuk surat atau memorandum pelanggan,
faktur pemasok, dan lembar pengepakan. Bukti dokumenter internal yang dibuat
dalam organisasi klien, termasuk catatan akuntansi, salinan korespondensi eksternal,
laporan penerimaan email, dll.
8. Bukti Analitik
Bukti analitis dianalisis dan diverifikasi. Sumber bukti ini adalah perhitungan;
perbandingan dengan standar yang diterapkan, operasi masa lalu, operasi serupa dan
hukum atau peraturan; pertimbangan kewajaran; dan informasi dibagi menjadi
beberapa bagian kecil.

Anda mungkin juga menyukai