Abstrak
Abstract
Pendahuluan
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter.
Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Sel-sel
darah terdiri eritrosit, leukosit, dan trombosit. Sistem sirkulasi darah adalah suatu sistem
tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh. Dikatakan tertutup karena
pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah aliran darah. Wadah itu bias
berupa pembuluh nadi, pembuluh balik, kapiler atau rongga di organ tertentu. Trombosit
berfungsi menyumbat lubang-lubang kecil pada pembuluh darah pada saat terjadi suatu
perdarahan melalui proses hemostasis. Hemostasis merupakan proses yang dinamis melalui
mekanisme tertentu yang cepat dan rumit. Sistem hemostasis merupakan mekanisme protektif
yang sangat penting yang bertanggung jawab dalam mencegah kehilangan darah dengan
menutupi lokasi cedera di sistem pembuluh darah. Hemostasis juga harus dipantau, sehingga
darah tidak mengalami koagulasi di dalam pembuluh darah dan mempertahankan aliran darah
tetap normal. 1
Anamnesis
Pada pemeriksaan fisik, didaptakan bahwa TD pasien 120/80 mmHg, Nadi 85x/menit,
suhu 36,8 C dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.
0
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendeteksi penyebab gangguan
hemostasis adalah pemeriksaan darah rutin, PT, APTT, bleeding time (BT) dan BMP.
Beberapa pemeriksaan tidak perlu dilakukan apabila diagnosis dapat dengan pasti ditegakkan.
Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan darah rutin. Salah satu komponen darah
yang berfungsi untuk pembekuan darah adalah trombosit. Trombosit dapat dideteksi
jumlahnya dengan menggunakan darah rutin. Apabila jumlah trombosit normal, maka
diagnosis banding trombositopenia dengan berbagai kausal dapat disingkirkan. Maka
kemungkinan diagnosis bergerak ke arah gangguan faktor koagulasi darah. Pemeriksaan PT
dan APTT diperlukan.
Pemeriksaan BT, APTT, dan TT digunakan untuk mendeteksi gangguan koagulasi
darah pada kaskade pembekuan. PT digunakan untuk mendeteksi gangguan jalur ekstrinsik,
yaitu faktor 1, 2, 5, 7, dan 10. Pasien dari hasil anamnesis menggunakan obat simarc yang
merupakan natrium warfarin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, warfarin merupakan
antagonis vitamin K. Vitamin K diperlukan dalam produksi faktor 2,5,7, dan 10. Oleh karena
itu, kemungkinan besar pasien memiliki PT yang memanjang.
Pemeriksaan APTT digunakan untuk memeriksa jalur intrinsik kaskade koagulasi
darah. Biasanya APTT juga diperiksa apabila dilakukan pemeriksaan PT. Beberapa faktor
yang diperiksa adalah faktor XII, XI, IX, X, V II, dan I.
Pemeriksaan bleeding time juga diperlukan untuk melihat apakah terjadi gangguan
pada vaskular, ekstravaskular dan trombosit. Pemeriksaan ini kemungkinan besar mengalami
pemanjangan. Hal ini dikarenakan pasien juga sedang mengonsumsi obat tromboaspilet.
Tromboaspilet merupakan obat antiagregasi trombosit yang akan mencegah terjadinya
pembentukan agregat trombosit. Hal ini juga menjadi penyebab mengapa pasien mengalami
perdarahn gusi setelah ekstraksi gigi.
Pemeriksaan yang juga dilakukan tapi tidak wajib adalah pemeriksaan sumsum
tulang. Apabila pasien menunjukkan berbagai gejala seperti adanya demam tinggi, anemia,
perdarahan, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan hepatosplenomegali ataupun
limfadenopati, maka kemungkinan diagnosis dapat diarahkan kepada keganasan.
Pemeriksaan sumsum tulang dapat digunakan untuk mendiagnosis leukemia dengan
menemukan sel blast yang mendominasi pada sumsum tulang dengan berbagai sel darah
lainnya mengalami supresi. 3
Diagnosis Banding
Gangguan hemostasis
Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan secara spontan.
Penyakit gangguan pembekuan didapat sering ditemukan dan bersifat kompleks, disebabkan
oleh defisiensi berbagai protein pembekuan darah dan sekaligus mempengaruhi hemostasis
primer dan sekunder. Contoh penyakit gangguan pembekuan dibagi menjadi Defisiensi
umum yaitu sirosis hati, kekurangan vitamin K, terapi Walfarin (Simarc 2) (umumnya pasien
penyakit jantung coroner), terapi heparin, dll. Dan defisiensi khusus yaitu Hemofilia A,
Hemofilia B. Ada beberapa system yang berperan dalam hemostasis yaitu system vascular,
trombosit dan pembekuan darah.
System vaskuler
Peran system vascular dalam mencegah perdarahan meliputi proses kontraksi
pembuluh darah (vasokonstriksi) serta aktivasi trombosit dan pembekuan darah.
System trombosit
Trombosit mempunyai peran penting dalam hemostasis yaitu pembentukan stabilisasi
sumbat trombosit. Pembentukan sumbat trombosit. Pembentukan sumbat trombosit
terjadi melalui beberapa tahap yaitu adhesi trombosit, agregasi trombosit dan reaksi
pelepasan.
System pembekuan darah
Proses pembekuan darah terdiri dari rangkaian reaksi enzimatik yang melibatkan
protein plasma yang disebut sebagai factor pembekuan darah, fosfolipid dan ion
kalsium. Factor pembekuan darah dinyatakan dalam angka romawi yang sesuai
dengan urutan ditemukannya. 6
a. Petechiae
b. Ekimosis
c. Hemartrosis
d. Perdarahan pada gusi
e. Epistaksis
f. Purpura
g. Hematoma
h. Splenomegali
2. Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien ini adalah Thrombocyte Concentrate 10
unit yang dihitung berdasarkan berat badan pasien dan target trombosit yang ingin dicapai.
Kemudian pemberian FFP juga dapat memperbaiki keadaan pasien karena FFP mengandung
faktor-faktor koagulasi darah yang sebelumnya tidak dapat diproduksi tubuh karena
penggunaan warfarin. FFP yang diberikan adalah sebesar 5 unit. Karena pasien menggunakan
warfarin, maka dapat diberikan Vitamin K untuk melawan efek warfarin, sehingga produksi
faktor koagulasi dapat terus berjalan. Vitamin K yang diberikan adalah 3x1 ampul. Pada
pasien ini, terjadi perdarahan gusi setelah ekstraksi gigi. Oleh karena itu, maka apabila Hb
sudah dibawah 10 gram/dL, dapat dilakukan transfusi PRC.
Selain tatalaksana diatas, penghentian sementara obat-obatan yang diminum pasien
seperti tromboaspilet dan simarc harus dihentikan untuk sementara waktu untuk mencegah
perdarahan abnormal pada pasien. Setelah perdarahan pada gusi pasien telah berhenti, maka
pengobatan pasien dapat dilanjutkan. 8
Kesimpulan
Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan secara spontan.
Jadi ada kasus pasien mengalami gangguan hemostasis akbibat penggunaan Antikoagulan
dan antiagregasi yang mencegah terjadinya pembekuan darah dengan jalan menghambat
pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Daftar pusaka
1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2009.
2. Gleadle J. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007. h. 44-6, 94-5.
3. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Ed 6. Jakarta: Interna Publishing: 2014
4. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B dkk.
Farmakologidanterapi. Jakarta: BadanPenerbit FKUI; 2012. h. 804-806. 810-813.
5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 315.
6. Setiabudi, Rahajuningsih D. 2012. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta;Badan Penerbit
FKUI
7. Setiabudi, Rahajuningsih D. 2012. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta;Badan Penerbit
FKUI
8. Boffard KD, Choong Pl, Kluger Y, Riou B, Rizoli SB, Rossaint R, et al. The
treatment of bleeding is to stop the bleeding! Treatment of trauma related
hemorrhage. PubMed; 49 Suppl 5: 2009.