Anda di halaman 1dari 7

Pendarahan Gusi Akibat Gannguan pada Hemostasis

Wahyu Abraham Adji Sipakoly (102015123)


Sean Pieter Lauwrentcio (102018039)
Lie Irvinto (102018102)
Esti Novayanti Siringo (102016141)
Erni Ramba (102017208)
Aprillia Dwi Rahma (102018041)
Deadora Winata (102018079)
Putri Iriani Tulandi (102018120)
Kelompok B4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No: 6, Jakarta Barat 11510

Abstrak

Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan secara spontan.


Penyakit gangguan pembekuan didapat sering ditemukan dan bersifat kompleks, disebabkan
oleh defisiensi berbagai protein pembekuan darah dan sekaligus mempengaruhi hemostasis
primer dan sekunder. Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang dan agar gangguan hemostasis dapat kembali normal, dapat
diberikan TC 10 unit, FFP, vitamin K dan mengehentikan pemberisan simarc 2 dan
tromboaspilet. 

Kata kunci: TC, FFP, Hemostasis, simarc 2 dan trombosapilet 

Abstract 

Hemostasis is the body's mechanism to stop bleeding spontaneously. Acquired


clotting disorders are common and complex, caused by deficiencies of various blood clotting
proteins and simultaneously affecting primary and secondary hemostasis. To establish the
diagnosis, anamnesis, physical examination and investigations are needed and for
hemostatic disorders to return to normal, 10 units of TC, FFP, vitamin K can be given and
stop administering simarc 2 and thromboaspilet.

Keywords: TC, FFP, Hemostasis, simarc 2 and trombosapilet

Pendahuluan 

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter.
Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Sel-sel
darah terdiri eritrosit, leukosit, dan trombosit. Sistem sirkulasi darah adalah suatu sistem
tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh. Dikatakan tertutup karena
pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah aliran darah. Wadah itu bias
berupa pembuluh nadi, pembuluh balik, kapiler atau rongga di organ tertentu. Trombosit
berfungsi menyumbat lubang-lubang kecil pada pembuluh darah pada saat terjadi suatu
perdarahan melalui proses hemostasis. Hemostasis merupakan proses yang dinamis melalui
mekanisme tertentu yang cepat dan rumit. Sistem hemostasis merupakan mekanisme protektif
yang sangat penting yang bertanggung jawab dalam mencegah kehilangan darah dengan
menutupi lokasi cedera di sistem pembuluh darah. Hemostasis juga harus dipantau, sehingga
darah tidak mengalami koagulasi di dalam pembuluh darah dan mempertahankan aliran darah
tetap normal. 1

Anamnesis

Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis


penyakit tertentu. Tujuan dari anamnesis adalah untuk menentukkan kemungkinan diagnosis
yang akan membantu langkah pemeriksaan yang akan dilakukan, dimana meliputi
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, serta membantu dalam penatalaksanaannya.
Pada kasus ini, anamnesis didapatkan bahwa pasien sering mengonsumsi obat tromboaspilet
1 X 80mg dan simarc 2 1 X 1 tablet yang diberikan oleh dokter jantung, bila berdarah sukar
untuk berhenti dan mudah memar ( muncul kebiruan di kulit ).
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, didaptakan bahwa TD pasien 120/80 mmHg, Nadi 85x/menit,
suhu 36,8 C dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.  
0

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendeteksi penyebab gangguan
hemostasis adalah pemeriksaan darah rutin, PT, APTT, bleeding time (BT) dan BMP.
Beberapa pemeriksaan tidak perlu dilakukan apabila diagnosis dapat dengan pasti ditegakkan.
Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan darah rutin. Salah satu komponen darah
yang berfungsi untuk pembekuan darah adalah trombosit. Trombosit dapat dideteksi
jumlahnya dengan menggunakan darah rutin. Apabila jumlah trombosit normal, maka
diagnosis banding trombositopenia dengan berbagai kausal dapat disingkirkan. Maka
kemungkinan diagnosis bergerak ke arah gangguan faktor koagulasi darah. Pemeriksaan PT
dan APTT diperlukan.
Pemeriksaan BT, APTT, dan TT digunakan untuk mendeteksi gangguan koagulasi
darah pada kaskade pembekuan. PT digunakan untuk mendeteksi gangguan jalur ekstrinsik,
yaitu faktor 1, 2, 5, 7, dan 10. Pasien dari hasil anamnesis menggunakan obat simarc yang
merupakan natrium warfarin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, warfarin merupakan
antagonis vitamin K. Vitamin K diperlukan dalam produksi faktor 2,5,7, dan 10. Oleh karena
itu, kemungkinan besar pasien memiliki PT yang memanjang.
Pemeriksaan APTT digunakan untuk memeriksa jalur intrinsik kaskade koagulasi
darah. Biasanya APTT juga diperiksa apabila dilakukan pemeriksaan PT. Beberapa faktor
yang diperiksa adalah faktor XII, XI, IX, X, V II, dan I.
Pemeriksaan bleeding time juga diperlukan untuk melihat apakah terjadi gangguan
pada vaskular, ekstravaskular dan trombosit. Pemeriksaan ini kemungkinan besar mengalami
pemanjangan. Hal ini dikarenakan pasien juga sedang mengonsumsi obat tromboaspilet.
Tromboaspilet merupakan obat antiagregasi trombosit yang akan mencegah terjadinya
pembentukan agregat trombosit. Hal ini juga menjadi penyebab mengapa pasien mengalami
perdarahn gusi setelah ekstraksi gigi.
Pemeriksaan yang juga dilakukan tapi tidak wajib adalah pemeriksaan sumsum
tulang. Apabila pasien menunjukkan berbagai gejala seperti adanya demam tinggi, anemia,
perdarahan, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan hepatosplenomegali ataupun
limfadenopati, maka kemungkinan diagnosis dapat diarahkan kepada keganasan.
Pemeriksaan sumsum tulang dapat digunakan untuk mendiagnosis leukemia dengan
menemukan sel blast yang mendominasi pada sumsum tulang dengan berbagai sel darah
lainnya mengalami supresi. 3

Diagnosis Kerja & Manifestasi klinis 

1. Perdarahan gusi pasca ekstraksi gigi ec antiagregrat dan antikoagulan


Penggunaan oat antikoagulan dapat memberikan efek samping perdarahan.
Perdarahan yang paling sering disebakan oleh obat ini adalah selaput lendir, saluran
cerna dan saluran kemih. Gejala yang sering timbul pada obat ini adalah ekimosis,
epistaksis dan perdarahan gusi. Selain itu dapat menyebabkan anreksia, mual, muntah
dan lesi kulit berupa purpura dan urtikaria. Selain itu pada obat antiagregrat
memberikan efek berupa rasa tidak enak diperut, mual, muntah dan perdarahan
saluran cerna. Obat ini dapat menggaggu hemostasis pada tindakan operasi dan
apabila dikombinasi dengan obat antikoagulan oral dapat meningkatkan perdarahan. 4

Diagnosis Banding

1. Perdarahan gusi pasca ekstraksi gigi ec trombositopenia ec ITP


Purpura Trombositopenia Imun (PTI/ITP) adalah suau gangguan autoimun
yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah perifer
kurang dari 150.000/μL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombost
nenyebabkan dekstruksi prematur trombosit dan sistem retikuloendotel terutama di
limpa. Pada keadaan akut sering dijumpai ekstrem pada anak-anak karena virus
rubella dan penyakit saluran nafas atas. Pada keadaan akut akan berdifat fluktuatif
yang bermanifestasi klinis berupa ekimosis, peteki dan purpura. Perdarahan gusi dan
epistaksis juga sering dijumpai. Namun perbedaan dengan kasus ini adalah adanya
penurunan kadar trombosit, sedangkan kasus akibat obat antikoagulan tidak
menybabkan penurunan kadar trombosit.
2. Perdarahan gusi pasca ekstraksi gigi ec trombositopenia ec leukimia
Leukimia merupakan penyakit yang memiliki manifestasi klinis berupa
kegagalan sumum tulang. Leukimia akan menekan fungsi sumsum tulang belakang
sehingga menyebabkan kombinasi dari anemia, lekopenia dan trombositopenia.
Gejala tipikalnya adalah lelah, sesak nafas, sering terjadi infeksi akibat leukopenia
dan perdarahan akibat trombositopenia. Pada pemeriksaan fisik biasanya didaptkan
kulit pucat, beberapa memar dan perdaraha. Jika infeksi terjadi demam. Terdapat
penurunan berat badan, anoreksia, berkeringat. Pada hitung sel darah lengkap
didapatkan gambaran anemia dan trombositopenia. Jumlah sel darah putih rendah dan
dapat ditemukan adanya sel blas pada apusan darah tepi. Terdapat aPTT yang
memanjang. Namun pada kasus ini tidak ada trombositopenia. 5

Gangguan hemostasis 
Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan secara spontan.
Penyakit gangguan pembekuan didapat sering ditemukan dan bersifat kompleks, disebabkan
oleh defisiensi berbagai protein pembekuan darah dan sekaligus mempengaruhi hemostasis
primer dan sekunder. Contoh penyakit gangguan pembekuan dibagi menjadi Defisiensi
umum yaitu sirosis hati, kekurangan vitamin K, terapi Walfarin (Simarc 2) (umumnya pasien
penyakit jantung coroner), terapi heparin, dll. Dan defisiensi khusus yaitu Hemofilia A,
Hemofilia B. Ada beberapa system yang berperan dalam hemostasis yaitu system vascular,
trombosit dan pembekuan darah.
 System vaskuler
Peran system vascular dalam mencegah perdarahan meliputi proses kontraksi
pembuluh darah (vasokonstriksi) serta aktivasi trombosit dan pembekuan darah.
 System trombosit
Trombosit mempunyai peran penting dalam hemostasis yaitu pembentukan stabilisasi
sumbat trombosit. Pembentukan sumbat trombosit. Pembentukan sumbat trombosit
terjadi melalui beberapa tahap yaitu adhesi trombosit, agregasi trombosit dan reaksi
pelepasan.
 System pembekuan darah
Proses pembekuan darah terdiri dari rangkaian reaksi enzimatik yang melibatkan
protein plasma yang disebut sebagai factor pembekuan darah, fosfolipid dan ion
kalsium. Factor pembekuan darah dinyatakan dalam angka romawi yang sesuai
dengan urutan ditemukannya. 6

Diagnosis Gangguan Hemostasis


1. Anamnesis
Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan :
a. Gangguan vascular, trombosit dan koagulasi, seperti :
 Perdarahan pada mukosa hidung (epistaksis) atau mimisan yang
berulang
 Biru-biru pada kulit atau di persendian
 Gusi mudah berdarah
 Pembengkakan dan nyeri pada sendi
 Luka lama sembuh
 Mudah memar
b. Riwayat Pengobatan, seperti :
 Mengkonsumsi obat-obatan yang dapan menurunkan produksi,
destruksi, dan perubahan fungsi trombosit seperti (Sulfonamide,
Quinidine, Karbamazapine, Aspirin, Dipiridamol, Kloramfenikol,
Estrogen, Heparin, Digoksin).
 Menjalani kemotrapi atau Radiasi
c. Riwayat penyakit keluarga seperti karier Hemofili dari Ibu
2. Pemeriksaan fisik gangguan hemostasis didapatkan : 7

a. Petechiae
b. Ekimosis
c. Hemartrosis
d. Perdarahan pada gusi
e. Epistaksis
f. Purpura
g. Hematoma
h. Splenomegali
2. Pemeriksaan penunjang

Tatalaksana

Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien ini adalah Thrombocyte Concentrate 10
unit yang dihitung berdasarkan berat badan pasien dan target trombosit yang ingin dicapai.
Kemudian pemberian FFP juga dapat memperbaiki keadaan pasien karena FFP mengandung
faktor-faktor koagulasi darah yang sebelumnya tidak dapat diproduksi tubuh karena
penggunaan warfarin. FFP yang diberikan adalah sebesar 5 unit. Karena pasien menggunakan
warfarin, maka dapat diberikan Vitamin K untuk melawan efek warfarin, sehingga produksi
faktor koagulasi dapat terus berjalan. Vitamin K yang diberikan adalah 3x1 ampul. Pada
pasien ini, terjadi perdarahan gusi setelah ekstraksi gigi. Oleh karena itu, maka apabila Hb
sudah dibawah 10 gram/dL, dapat dilakukan transfusi PRC.
Selain tatalaksana diatas, penghentian sementara obat-obatan yang diminum pasien
seperti tromboaspilet dan simarc harus dihentikan untuk sementara waktu untuk mencegah
perdarahan abnormal pada pasien. Setelah perdarahan pada gusi pasien telah berhenti, maka
pengobatan pasien dapat dilanjutkan. 8

Kesimpulan
Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan secara spontan.
Jadi ada kasus pasien mengalami gangguan hemostasis akbibat penggunaan Antikoagulan
dan antiagregasi yang mencegah terjadinya pembekuan darah dengan jalan menghambat
pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.

Daftar pusaka

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2009.
2. Gleadle J. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007. h. 44-6, 94-5.
3. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Ed 6. Jakarta: Interna Publishing: 2014
4. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B dkk.
Farmakologidanterapi. Jakarta: BadanPenerbit FKUI; 2012. h. 804-806. 810-813.
5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 315.
6. Setiabudi, Rahajuningsih D. 2012. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta;Badan Penerbit
FKUI
7. Setiabudi, Rahajuningsih D. 2012. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta;Badan Penerbit
FKUI
8. Boffard KD, Choong Pl, Kluger Y, Riou B, Rizoli SB, Rossaint R, et al. The
treatment of bleeding is to stop the bleeding! Treatment of trauma related
hemorrhage. PubMed; 49 Suppl 5: 2009.

Anda mungkin juga menyukai