Anda di halaman 1dari 35

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Nama Mahasiswa : Nastity Zhahwa Amalia Putri ACC DOSEN /ASISTEN


NIM : K100200223 Lap Lap Catatan
Kelas Praktikum :M Sementara Hasil
Hari, tanggal praktikum : Kamis, 17 Juni 2021 Nilai
Nomor resep : M.6.5
Bentuk Sediaan : Suspensi Korektor

PERTEMUAN KE-5
A. Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat
mengandung zat tambahan utuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalah suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Depkes RI, 1979).

Suspensi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Suspensi oral, yaitu sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai ditujukan untuk penggunaan oral.

2. Suspensi topikal, yaitu sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.

3. Suspensi tetes telinga, yaitu sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi oftalmik, yaitu sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat halus yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

5. Suspensi untuk injeksi, yaitu sediaan cair steril berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya serta tidak disuntikkan secara intravena atau ke
dalam larutan spinal.

6. Suspensi untuk injeksi konstitusi, yaitu sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai
untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai

Beberapa faktor yang memengaruhi stabilitas suspensi ialah:

1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya. Sedangkan
semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas cairan semakin besar, akibatnya
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 1 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
2. Kekentalan. Semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin
kecil. Dengan menambah kekentalan atau viskositas cairan, gerakan turun partikel yang
dikandungnya akan diperlambat.

3. Jumlah partikel. Semakin besar konsentrasi partikel, semakin besar kemungkinannya terjadi
endapan partikel dalam waktu yang singkat (Syamsuni, 2006).

Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (Mixturae gitandae). Bila obat dalam suhu kamar
tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi. Biasanya
digunakan Pulvis Gummosus untuk menaikkan viskositas cairan karena bila tidak, zat yang tidak larut
akan cepat mengendap. Banyaknya zat pengental tidak tergantun pada banyaknya serbuk, tetapi
tergantung dari besarnya volume cairan. Biasanya diatur:

1. Untuk obat berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus sebanyak 2% dari jumlah cairan
obat minum.

2. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus sebanyak 1% dari jumlah
cairan obat minum (Anief, 2015).

Dasar Teori
Nilai Nilai Maks

15

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 2 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

B. Resep

Resep dari dokter Resep Standar


R/ Sulfamerazini 12 Pulvis Gummosus (Farmakope Nederland, hal
Luminal 0,250 271)
Pulv. Gummosus 2 Dicampurkan
Ol. Citri gtt III 1 bagian serbuk gom arab
Sir. Simpl. 30 1 bagian serbuk tragacanth
Aqua ad 120 1 bagian serbuk gula
S.b.d.d. Cth. I
Pro : Maia (18 th) Sirupus Simplex (Farmakope Nederland, hal
323)
Dibuat dari
64 bagian gula
36 bagian air

Resep dan / Resep Standar


Nilai Nilai Maks

15

C. Uraian Bahan Dalam Resep

Nama Bahan Pemerian Khasiat Fungsi


Sulfamerazinum Serbuk atau hablur; putih atau Antibakteri (FI III, Remedium Cardinale
/Sulfamerazina (FI putih agak kekuningan; tidak hal 584-585).
III, hal 584-585). berbau atau hampir tidak berbau,
rasa agak pahit. Mantap di udara
kalau kena cahaya langsung
lambat laun warna menjadi tua.
Kelarutan : sangat sukar larut
dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P; sangat sukar larut
dalam etanol 90% P; agak sukar
larut dalam aseton P; mudah
larut dalam asam mineral encer
dan dalam larutan alkali
hidroksida (FI III, hal 584-585).

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 3 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Phenobarbitalum Hablur atau serbuk hablur; putih Hipnotikum, Remedium Cardinale.


(Luminal) (FI III, hal tidak berbau; rasa agak pahit sedativum (FI III, hal
481). Kelarutan : Sangat sukar larut 481).
dalam air; larut dalam etanol
95% P, dalam eter P, dalam
larutan alkali hidroksida dan
dalam larutan alkali karbonat (FI
III, hal 481).

Pulvis Gummosus Serbuk putih, tak berbau. Kadar Zat tambahan Suspending agent.
(Farmakope abu tidak boleh berjumlah lebih
Nederland V, hal dari 2,5% (Farmakope Nederland
271). V, hal 271).

Oleum Citri / Cairan, kuning pucat atau kuning Zat tambahan (FI III, Corrigen Odoris
Minyak jeruk (FI III, kehijauan, bau khas; rasa pedas hal 455).
hal 455). dan agak pahit.
Kelarutan : larut dalam 12 bagian
volume etanol 90% P, larutan
agak beropalesensi; dapat
bercampur dengan etanol mutlak
P (FI III, hal 455).

Sirupus Simplex / Cairan jernih dan tidak berwarna Zat tambahan. Corrigen Saporis.
Sirop Gula (FI III, (FI III, hal 567).
hal 567).

Aqua destilata / air Cairan jerih; tidak berwarna; Zat tambahan. Pelarut.
suling (FI III, hal tidak berbau; tidak mempunyai
96). rasa
Air suling dibuat dengan
menyuling air yang dapat
diminum (FI III, hal 96).

Gom akasia/ gom Hampir tidak berbau; rasa tawar Zat tambahan (FI III, Emulgator

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 4 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
arab/ PGA (FI III, seperti lendir. hal 279-280).
hal 279-280). Kelarutan : mudah larut dalam
air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya.
Praktis tidak larut dalam etanol
95% P (FI III, hal 279-280).

Tragacantha / Tidak berbau; hampir tidak Zat tambahan (FI III, Zat tambahan.
tragakan (FI III, hal berasa. hal 612).
612) Kelarutan dalam air : agak sukar
larut dalam air, tetapi
mengembang menjadi massa
homogeny, lengket dan seperti
gelatin (FI III, hal 612) .

Sorbitolum / sorbitol Serbuk, butiran atau kepingan; Zat tambahan (FI III, Corrigen Saporis.
(FI III, hal 567) putih; rasa manis; higroskopik hal 567)
Kelarutan : sangat mudah larut
dalam air, sukar larut dalam
etanol 95% P, dalam methanol P
dan dalam asam asetat P (FI III,
hal 567).

Uraian Bahan dalam Resep


Nilai Nilai Maks

20

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 5 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

D. Perhitungan Dosis
𝑠𝑖𝑟𝑢𝑝 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑒𝑥
 Kadar sirup = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 x 100 %

30
= x 100 %
120

= 25 %

25 % > 16,67 %, maka BJ nya adalah 1,3 g/mL


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
 Volume =
𝐵𝐽

120 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,3 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿 = 92,30 mL

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙


 Jumlah sendok = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑜𝑘 (𝑐𝑡ℎ)

92,30 𝑚𝐿
= = 18,84 sendok teh = 18 sendok the
5 𝑚𝐿

 1 cth mengandung

1. Luminal (pada resep tertulis 0,250 gram atau 250 mg)


250 𝑚𝑔
Luminal = = 13,8 mg
18

2. Sulfamerazinum (pada resep tertulis 12 gram atau 12000 mg)


12000 𝑚𝑔
Sulfamerazinum = = 666.6 mg
18

Sulfamerazinum

- Dosis lazim sulfamerazinum = 1 g / 6 g (Depkes RI, hal 990)

1 x pakai = 1 gram = 1000 mg

1 x sehari = 6 gram = 6000 mg

1 cth mengandung sufamerazinum sebanyak 666,6 gram

PMR

1 x pakai = 666,6 mg < 1000 mg (DL memenuhi).

1 x sehari = 666,6 mg x 2 = 1333,2 mg < 6000 mg (DL memenuhi)

Luminal

- Dosis lazim luminal = 15 mg – 30 mg / 45 mg – 90 mg (Depkes RI, hal 980)


1 x pakai = 15 mg – 30 mg
1 x sehari = 45 mg – 90 mg
1 cth mengandung luminal 13,8 mg
PMR

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 6 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
1 x pakai = 13,8 mg < 15 mg – 30 mg (Dibawah rentang DL)
1 x sehari = 13,8 mg x 2 = 27,6 mg < 45 mg – 90 mg (Dibawah rentang DL)

- Dosis Maksimum Luminal = 300 mg / 600 mg (Depkes RI, hal 980)


1 x pakai = 300 mg
1 x sehari = 600 mg

Penyesuaian dosis (18 th)


18
1 x pakai = 20 x 300 mg = 270 mg
18
1 x sehari = 20 x 600 mg = 540 mg

PMR
1 cth mengandung luminal 13,8 mg
1 x pakai = 13,8 mg < 270 mg (TOD)
1 x sehari = 13,8 mg x 2 = 27,6 mg < 540 mg (TOD)

Dikarenakan tidak TOD, maka resep boleh dibuat

Perhitungan Dosis
Nilai Nilai Maks

25

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 7 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
E. Cara Kerja
Alat dan bahan disiapkan

Timbangan disetarakan

Botol yang akan digunakan dikalibrasi

Bahan yang diperlukan ditimbang, Sulfamerazine sebanyak 12 gram, luminal sebanyak 0,250 gram,
pulvis gummosus sebanyak 2 gram, dan syr simplex sebanyak 30 gram

Mucilago dibuat dengan cara sebanyak 2 gram pulvis gummosus dimasukkan ke dalam mortir dan
aquadest untuk pulvis gummosus ditambahkan sebanyak 14 mL, lalu diaduk hingga terbentuk lendir.

Sebanyak 12 gram sulfamerazin dimasukkan ke dalam mortir yang berisi mucilago, lalu digerus sampai
homogen.

Sebanyak 0,250 gram Luminal dimasukkan ke dalam mortir lalu aduk hingga homogen.

Sebanyak 30 gram syrup simplex dimasukkan ke dalam mortir lalu aduk hingga homogen.

Campuran yang telah homogen dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi.

Sebanyak 3 tetes oleum citri diteteskan ke dalam botol

Aquadest 120 gram dimasukkan ke dalam botol, lalu dikocok dengan kuat.

Botol diberi etiket putih dan tertera kocok dahulu dan disimpan dalam wadah tertutup baik dan
disimpan di tempat sejuk (Anief, 2015, 149).
Cara Kerja
Nilai Nilai Maks

15

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 8 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
F. Penimbangan Bahan
Sulfamerazini = 12 gram = 12000 mg

Luminal = 0,250 gram = 250 mg

Pulvis Gummosus = 2 gram = 2000 mg

Oleum citri = 3 tetes

Syr simplex = 30 gram = 30000 mg

Aqua untuk Pulvis Gummosus = 7 x berat pulvis gummosus ( Anief, 2015, 139)

= 7 x 2 gram

= 14 gram = 14000 mg

Aqua destilata = 120 g – (12 g + 0,250 g + 2 g + 30 g + 14 g)

= 120 g – 58,25 g

= 61,75 gram

Penimbangan Bahan
Nilai Nilai Maks

10

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 9 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
G. Etiket
*
KOCOK DAHULU

- - - etiketditempeldi sini- - -
* Tidakbolehdiulang
tanparesepdokter
*Coret yang tidakperlu

Etiket
Nilai Nilai Maks

40

H. CopyResep

- - - Copy resepditempeldi sini- - -

Copy Resep
Nilai Nilai Maks

40

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 10 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
I. Pustaka

Anief, M. 2015. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1979. Farmakope Nederland Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pustaka
Nilai Nilai Maks

10

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 11 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

J. Lampiran

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 12 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 13 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 14 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 15 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 16 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 17 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 18 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 19 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 20 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 21 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 22 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 23 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 24 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 25 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 26 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 27 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 28 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 29 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 30 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 31 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 32 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 33 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 34 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 35 of
5

Anda mungkin juga menyukai