PERTEMUAN KE-5
A. Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat
mengandung zat tambahan utuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalah suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Depkes RI, 1979).
1. Suspensi oral, yaitu sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, yaitu sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi tetes telinga, yaitu sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi oftalmik, yaitu sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat halus yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
5. Suspensi untuk injeksi, yaitu sediaan cair steril berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya serta tidak disuntikkan secara intravena atau ke
dalam larutan spinal.
6. Suspensi untuk injeksi konstitusi, yaitu sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai
untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai
1. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya. Sedangkan
semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas cairan semakin besar, akibatnya
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan
tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 1 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
2. Kekentalan. Semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin
kecil. Dengan menambah kekentalan atau viskositas cairan, gerakan turun partikel yang
dikandungnya akan diperlambat.
3. Jumlah partikel. Semakin besar konsentrasi partikel, semakin besar kemungkinannya terjadi
endapan partikel dalam waktu yang singkat (Syamsuni, 2006).
Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (Mixturae gitandae). Bila obat dalam suhu kamar
tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi. Biasanya
digunakan Pulvis Gummosus untuk menaikkan viskositas cairan karena bila tidak, zat yang tidak larut
akan cepat mengendap. Banyaknya zat pengental tidak tergantun pada banyaknya serbuk, tetapi
tergantung dari besarnya volume cairan. Biasanya diatur:
1. Untuk obat berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus sebanyak 2% dari jumlah cairan
obat minum.
2. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus sebanyak 1% dari jumlah
cairan obat minum (Anief, 2015).
Dasar Teori
Nilai Nilai Maks
15
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 2 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
B. Resep
15
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 3 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
Pulvis Gummosus Serbuk putih, tak berbau. Kadar Zat tambahan Suspending agent.
(Farmakope abu tidak boleh berjumlah lebih
Nederland V, hal dari 2,5% (Farmakope Nederland
271). V, hal 271).
Oleum Citri / Cairan, kuning pucat atau kuning Zat tambahan (FI III, Corrigen Odoris
Minyak jeruk (FI III, kehijauan, bau khas; rasa pedas hal 455).
hal 455). dan agak pahit.
Kelarutan : larut dalam 12 bagian
volume etanol 90% P, larutan
agak beropalesensi; dapat
bercampur dengan etanol mutlak
P (FI III, hal 455).
Sirupus Simplex / Cairan jernih dan tidak berwarna Zat tambahan. Corrigen Saporis.
Sirop Gula (FI III, (FI III, hal 567).
hal 567).
Aqua destilata / air Cairan jerih; tidak berwarna; Zat tambahan. Pelarut.
suling (FI III, hal tidak berbau; tidak mempunyai
96). rasa
Air suling dibuat dengan
menyuling air yang dapat
diminum (FI III, hal 96).
Gom akasia/ gom Hampir tidak berbau; rasa tawar Zat tambahan (FI III, Emulgator
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 4 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
arab/ PGA (FI III, seperti lendir. hal 279-280).
hal 279-280). Kelarutan : mudah larut dalam
air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya.
Praktis tidak larut dalam etanol
95% P (FI III, hal 279-280).
Tragacantha / Tidak berbau; hampir tidak Zat tambahan (FI III, Zat tambahan.
tragakan (FI III, hal berasa. hal 612).
612) Kelarutan dalam air : agak sukar
larut dalam air, tetapi
mengembang menjadi massa
homogeny, lengket dan seperti
gelatin (FI III, hal 612) .
Sorbitolum / sorbitol Serbuk, butiran atau kepingan; Zat tambahan (FI III, Corrigen Saporis.
(FI III, hal 567) putih; rasa manis; higroskopik hal 567)
Kelarutan : sangat mudah larut
dalam air, sukar larut dalam
etanol 95% P, dalam methanol P
dan dalam asam asetat P (FI III,
hal 567).
20
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 5 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
D. Perhitungan Dosis
𝑠𝑖𝑟𝑢𝑝 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑒𝑥
Kadar sirup = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 x 100 %
30
= x 100 %
120
= 25 %
120 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,3 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿 = 92,30 mL
92,30 𝑚𝐿
= = 18,84 sendok teh = 18 sendok the
5 𝑚𝐿
1 cth mengandung
Sulfamerazinum
PMR
Luminal
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 6 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
1 x pakai = 13,8 mg < 15 mg – 30 mg (Dibawah rentang DL)
1 x sehari = 13,8 mg x 2 = 27,6 mg < 45 mg – 90 mg (Dibawah rentang DL)
PMR
1 cth mengandung luminal 13,8 mg
1 x pakai = 13,8 mg < 270 mg (TOD)
1 x sehari = 13,8 mg x 2 = 27,6 mg < 540 mg (TOD)
Perhitungan Dosis
Nilai Nilai Maks
25
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 7 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
E. Cara Kerja
Alat dan bahan disiapkan
Timbangan disetarakan
Bahan yang diperlukan ditimbang, Sulfamerazine sebanyak 12 gram, luminal sebanyak 0,250 gram,
pulvis gummosus sebanyak 2 gram, dan syr simplex sebanyak 30 gram
Mucilago dibuat dengan cara sebanyak 2 gram pulvis gummosus dimasukkan ke dalam mortir dan
aquadest untuk pulvis gummosus ditambahkan sebanyak 14 mL, lalu diaduk hingga terbentuk lendir.
Sebanyak 12 gram sulfamerazin dimasukkan ke dalam mortir yang berisi mucilago, lalu digerus sampai
homogen.
Sebanyak 0,250 gram Luminal dimasukkan ke dalam mortir lalu aduk hingga homogen.
Sebanyak 30 gram syrup simplex dimasukkan ke dalam mortir lalu aduk hingga homogen.
Campuran yang telah homogen dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi.
Aquadest 120 gram dimasukkan ke dalam botol, lalu dikocok dengan kuat.
Botol diberi etiket putih dan tertera kocok dahulu dan disimpan dalam wadah tertutup baik dan
disimpan di tempat sejuk (Anief, 2015, 149).
Cara Kerja
Nilai Nilai Maks
15
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 8 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
F. Penimbangan Bahan
Sulfamerazini = 12 gram = 12000 mg
Aqua untuk Pulvis Gummosus = 7 x berat pulvis gummosus ( Anief, 2015, 139)
= 7 x 2 gram
= 14 gram = 14000 mg
= 120 g – 58,25 g
= 61,75 gram
Penimbangan Bahan
Nilai Nilai Maks
10
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 9 of 5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
G. Etiket
*
KOCOK DAHULU
- - - etiketditempeldi sini- - -
* Tidakbolehdiulang
tanparesepdokter
*Coret yang tidakperlu
Etiket
Nilai Nilai Maks
40
H. CopyResep
Copy Resep
Nilai Nilai Maks
40
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 10 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
I. Pustaka
Anief, M. 2015. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1979. Farmakope Nederland Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pustaka
Nilai Nilai Maks
10
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 11 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
J. Lampiran
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 12 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 13 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 14 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 15 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 16 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 17 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 18 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 19 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 20 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 21 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 22 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 23 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 24 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 25 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 26 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 27 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 28 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 29 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 30 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 31 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 32 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 33 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 34 of
5
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM FARMASETIKA I
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyahSurakarta Page 35 of
5